Sie sind auf Seite 1von 52

.

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI


SEMESTER GANJIL 2015 - 2016
UJI ANALISIS KATION
Hari / Jam Praktikum : Kamis / 13.00-16.00

Tanggal Praktikum : 1 Oktober 2015

Kelompok :5

Asisten : Andreas Wijaya

Arni Praditasari

MAULIDINA ATHADI GAYO

260110150157

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

.
.

I. TUJUAN
Mengidentifikasi ion-ion anion pada suatu larutan menggunakan analisis
kualitatif
II. PRINSIP
1. Anion
Anion adalah atom negative nila kelebihan electron. Anion atau ion
negative terletak pada golongan utama dantergantung pada kelarutan
garam-garamnya, baik itu garam perak, garam kalsium, garam barium,
ataupun garam zinknya(Svehla, 1985)
2. Asam-basa
Asam sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion H+ dan basa
sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion OH-(Chang, 2005)
3. Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah
pelarut atau larutan pada suhu tertentu(Dasatrio & Melati, 2014)
4. Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan golongan dari reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
Reaksi oksidasi reaksi yang melibatkan hilangnya electron. Sedangkan
reaksi reduksi reaksi yang melibatkan penangkapan electron(Chang, 2005)
5. Pemanasan
Pemanasan berpengaruh pada kecepatan reaksi(Svehla, 1985)
III. REAKSI

1.1. Identifikasi Ion Karbonat


CO32- + 2H+ CO2 + H2O
CO2 + Co2+ + 2OH- CaCO3 + H2O
CO2 + Ba2+ + 2OH- BaCO3 + H2O
CO32- + Ba2+ BaCO3
CO32- + Ca2+ CaCO3
CO32- + 2Ag+ Ag2CO3
BaCO3 + 2H+ Ba2+ + CO2 + H2O
BaCO3 + CO2 +H2O Ba2+ + 2HCO3-

.
.

1.2. Identifikasi Ion Sulfida

S2- + 2HCl H2S + Cl2


H2S + Pb2+ PbS
2HNO3 + 3H2S 2NO + 3S + 4H2O
Pb(NO3)2 + H2S PbS + 2HNO3

1.3. Identifikasi Ion Sulfit

SO32- + 2H+ SO2 + H2O


SO32- + Ba2+ BaSO3

.
.

5SO2 + 2IO3- + 4H2O I2 + 5SO42- + 8H+


3BaSO3 + 2HNO3 3BaSO4 + 2NO + H2O

1.4. Identifikasi Ion Tiosulfat

S2O32- + 2H+ S + SO2 + H2O


I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
2S2O32- + Fe3+ [Fe(S2O3)2]-
[Fe(S2O3)2]- + Fe3+ 2Fe2+ + S4O62-
2S2O32- + 2Fe3+ S4O62- + 2Fe2+

1.5. Identifikasi Ion Nitrit

NO2- + H+ HNO3
2HNO3 H2O + N2O3
3HNO2 HNO2 + 2NO + H2O
2NO + O2 2NO2
NO2- + CH3COOH HNO2 + CH3COO-
3HNO2 H2O +HNO3
Fe2+ + SO42- + NO [Fe2NO]SO4

2.1. Identifikasi Ion Oksalat

5(COO)22- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O


(COO)22- + Co2+ (COO)2Ca
(COOH)2 H2O + CO + CO2

2.2. Identifikasi Ion Fosfat

HPO42- + 3Ag+ Ag3PO4 + H+


Ag3PO4 + 2H+ H2PO4- + 3Ag+
Ag3PO4 + 6NH3 3[Ag(NH3)2]+ + PO43-
HPO42- + Ba2+ BaHPO4
2HPO42- + 3Ba2+ + 2NH3 Ba3(PO4)2 + 2NH4+
HPO42- + Mg2+ + NH3 MhNH4PO4

2.3. Identifikasi Ion Sulfat

SO42- + Ba2+ BaSO4


SO42- + Pb2+ PbSO4

2.4. Identifikasi Ion Borat

.
.

H3BO3 + 3CH3OH B(OCH3)2 + 3H2O


Na2B4O7 + 6CaF2 + 7H2SO4 4BF3 + 6CaSO4 + 2Na+ + SO42- +
7H2O
B4O73- + 4Ag+ + H2O 4AgBO2 + 2H+
2AgBO2 + 3H2O AgO + 2H3BO3
B4O72- + 2Ba2+ + H2O 2Ba(BO2)2 + 2H+

2.5. Identifikasi Ion Kromat

CrO42- + Ba2+ BaCrO4


Cr2O72- + 2Ba2+ + H2O 2BaCrO4 + 2H+

3.1 Identifikasi Ion Halogen

Cl- + H2SO4 HCl + HSO4-


KBr + H2SO4 HBr + HSO4- + K+
2KBr + 2H2SO4 Br + SO2 + SO42- + 2K+ + 2H2O
KBr + H3PO4 HBr + H2PO4- + K+
2I- + 2H2SO4 I2 + SO42- + 2H2O
I- + H2SO4 HI HSO4-
6I- + 4H2SO4 3I2 + S + 3SO42- + 4H2O
8I- + 5H2SO4 4I2 + H2S + 4SO42- + 4H2O

3.2 Identifikasi Ion Tiosianat

SCN- + H+ + 2NO3- 2NO + HCN + SO42-


SCN- + Ag+ AgSCN
3SCN- + Fe2+ Fe(SCN)3

4.1. Identifikasi Ion Nitrat

4NO3- + 2H2SO4 4NO2 + O2 + 2SO42- + 2H2O


2NO3- + 4H2SO4 + 6Fe2+ 6Fe3+ + 2NO + 4SO42- + 4H2O
Fe2+ + NO [Fe(NO)]2+
NO3- + 4Zn + 7OH- + 6H2O NH3 + 4[Zn(OH)4]2-
3NO3- + 8Al + 5OH- + 18H2O 3NH3 + 8[Al(OH)4]-

4.2. Identifikasi Ion Asetat

CH3COO- + KHSO4 CH3COOH + KSO4-

IV. TEORI DASAR

.
.

Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-
zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu
sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah
memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif
berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam
sampel. Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak
diketahui, pertama kali adalah membuat sampel (contoh) yang dianalisis dalam
bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan
uji ion-ion yang mungkin ada. Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat
mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion,
biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendapan,
selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan
uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan
dengan menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang kan memberikan larutan
atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion
tertentu (Underwood, 1992).

Analisis kualitatif kation dan anion dikaji terpisah. Analisis kualitatif sederhana
dibandingkan analisis kation, tetapi analisis kualitatif anion memerlukan anion
diawal dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya
anion tertentu memiliki sifatsifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan
proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu yang memiliki
sifatsifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang
merupakan uji spesifik dari anion tertentu.(Svehla, 1985)

Analisis kualitatif pada umumnya didasari pada kesetimbangan untuk


memisahkan dan mengidentifikasi ion yang sejenis kesetimbangan asam, basa,
kesetimbangan heterogen, redoks dan kesetimbangan yang sering digunakan

.
.

dalam analisis kualitatif anion. Kajian yang lebih tentang kesetimbangan


biasanya dipelajari dalam kimia fisika. (Svehla, 1985)

Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk
mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema
yang benar-benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion
yang umum ke dalam golongan utama, dan dari masing-masing golongan
menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri sendiri. Pemisahan anion-
anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya.
Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap
berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini.
Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena satu anion
termasuk dalam lebih dari satu sub golongan ( Svehla, 1985).

Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu identifikasi kation dan
identifikasi anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik seperti
pada identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah
pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam
kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut
Bunsen, Gilreath dan Vogel. Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan
garam perak dan garam bariumnya, warna, kalarutan garam alkali dan
kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada
kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam
peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses
yang digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan
asam dan identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi
anion yang menguap bila diolah dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion
membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer, dan anion
yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat(Harjadi, 1993)

.
.

Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk
golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah
AgNO3 yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata (Besari, 1982).
Pada anion, istilah yang perlu dipakai adalah gugus lain yang terikat pada ion
logam, yang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Anion sederhana seperti O2, F2, CN-
2. Anion okso diskret seperti NO3- dan SO42-
3. Anion polimer okso seperti silikat atau fosfat kondensi
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat
misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen (Besari, 1982).
Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama
dijumpai pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan,
yang paling dikenal adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4)
atau dikenal sebagai pengoksida (Besari, 1982).

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam


analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan
dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan
penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung pada
berbagai kondisi eperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut.
Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting
dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah
terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar
kelarutan endapan kecuali pada pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat,
berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu ini dapat digunaan sebagai
dasar pemisahan kation. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb

.
.

sehingga endapan tersebut larut sedngkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan
bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam
campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion
asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang
berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi
pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa
senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini
terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut denga ion sekutu
tersebut (Masterton,1990).

V. ALAT DAN BAHAN


5.1 Alat
5.1. Alat

1. Cawan Porselen 9. Pipet


2. Gelas Kimia 10. Plat Tetes
3. Kaki Tiga 11. Rak Tabung Reaksi
4. Kawat Kassa 12. Spirtus
5. Korek 13. Tabung Reaksi
6. Mikroskop 14. Kertas Saring
7. Mortir Porselen 15. Kertas Lakmus
8. Penjepit Kayu

5. 2. Bahan

1. Air Barit 5. Ion SCN-


2. Alkohol 6. Ion Bikromat
3. Metanol 7. Ion Briomida
4. Ion Asetat 8. Ion Borat

.
.

9. Ion Fosfat 36. Larutan Kalium Iodida


10. Ion Iodida 37. Serbuk Zink atau
11. Ion Karbonat Aluminium
12. Ion Klorida
13. Ion Kromat
14. Ion Nitrit
15. Ion Nitrat
16. Ion Tiosulfat
17. Ion Oksalat
18. Ion Sulfit
19. Ion Sulfat
20. Larutan Mg(NO3)2
21. Larutan NH4OH
22. Larutan BaCl2
23. Larutan FeSO4
24. Larutan FeCl3
25. Larutan Barium Nitrat
26. Larutan Asam Nitrat
27. Larutan H2SO4 4M
28. Larutan Perak Nitrat
29. Larutan HCl 2M, 4M,
6M
30. Larutan KMnO4 0,002M
31. Larutan CaCl2
32. Larutan HNO3 2M, 4M
33. Larutan CHCl3 atau
CCl4
34. Larutan KHSO4
35. Larutan NaOH

.
.

.
.

5.3 Gambar Alat

Indikator Universal

Gelas Kimia

Gelas Ukur

Kapas

.
.

Kertas

Pembakar Spirtus

Pipet

VI. PROSEDUR
1. ION KARBONAT DAN SULFIDA

.
.

a. Identifikasi ion karbonat dengan larutan asam dan pemanasan


Pertama-tama sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi,setelah itu
ditambahkan larutan asam(HCl atau H2SO4).Diamati perubahan yang
terjadi.Lalu 2 tabung reaksi disiapkan dan diisi dengan larutan
sampel.Ditambahkan H2SO4 4M sebanyak 1 ml pada tabung
A.Ditambahkan juga air barit (Ca(OH)2) atau Ba(OH)2,pada tabung
B.Tabung A dipanaskan dan dialirkan gas ke tabung B.Diamati
perubahannya

b. Identifikasi dengan larutan BaCl2 dan AgNO3


Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi.Lalu ditambahkan larutan
Barium
Nitrat dan HNO3 dan diamati perubahan yang terjadi

6.2 .Identifikasi ion sulfida


Ion sulfida dimasukkan kedalam tabung reaksi.Lalu ditambahkan
HCl/HNO3/HNO2.Diamati gas yang timbul.Dimasukkan ion sulfida ke
dalam
tabung reaksi dan ditambahkan perak nitrat.Diamati perubahan yang
terjadi.
2. ION SULFIT, TIOSULFAT DAN NITRIT

a. Identifikasi Ion Sulfit


Menguji larutan dengan asam encer langkah yang pertama adalah
menyiapkan Tabung reaksi lalu penambahkan larutan ion sulfit. Lalu
menambahkan asam nitrat encer dan dipanaskan di atas spirtus.
mengamati gas yang timbul. Setelah itu mengambil sehelai kertas saring
yang dibasahi larutan KIO3 dan larutan amilum. Terakhir mengamati
perubahan yang terjadi.

.
.

Menguji larutan dengan kalium bikromat dan larutan asam sulfat.


Langkah yang pertama. Menyediakan dua tabung reaksi tabung pertama
diisi larutan ion sulfit dan tabung dua di isi larutan ion sulfat. Lalu
menambahkan larutan BaCl2. Dan amati perubahannya. Setelah itu
menambahkan larutan HNO3 lalu amati perubahan yang terjadi. Lalu
masing-masing larutan ditotolkan pada kertas K2Cr2O7-H2SO4encer.
Yang terakhir amati perubahan yang terjadi.

b. Identifikasi Ion Tiosulfat


Menguji larutan dengan larutan asam encer. Yang pertama dilakukan
adalah menyiapkan tabung reaksi, mengisi tabung reaksi dengan larutan
ion Tiosulfat dan tambahkan larutan asam nitrat encer dan panaskan di
aats spirtus. Lalu mengamati gas yang timbul dan hasil disampingnya.
Menguji latutan dengan FeCl3. Langkah yang pertama adalah
menyiapkan tabung reaksi lalu mengisinya dengan larutan ion tiosulfat
lalu menambahkan larutan FeCl3. Setelah itu diamkan dan amati
perubahan yang terjadi.

c. Identifikasi Ion Nitrit


Menguji larutan dengan larutan asam encer. Langkah yang pertama
adalah menyiapkan tabung reaksi dan mengisinya dengan larutan ion
Nitrit setelah itu menambahkan larutan asam nitrat encer. Lalu larutan
dipanaskan di atas spiritus dan amati gas yang timbul.
Menguji dengan FeSO4. Langkah yang pertama adalah memasukan
larutan ion nitrat ke dalam tabung reaksi lalu menambahkan larutan
asam sulfat 6M dan FeSO4 padat lalu dikocok. Amati perubahan yang
terjadi. Setelah itu melalui dinding tabung tambah 1ml larutan H2SO4

.
.

6M tidak digoyang dan tabung dalam posisi miring. Lalu amati


perubahan yan terjadi.
3. ION OKSALAT, FOSFAT, SULFAT
a. Identifikasi ion oksalat
Ditambahkan 10 tetes H2SO4 4 M kedalam tabung reaksi berisi oksalat,
kemudian di kocok. Setelah itu ditambahkan beberapa tetes KMnO4
0,002 M sampai warna larutan KMnO4 hilang. Pada tabung kedua yang
berisi oksalat ditambahkan 2 tetes larutan CaCl2. Jika reaksi positif
maka akan terbentuk endapan Kristal yang dapat dilihat dibawah
mikroskop.
b. Identifikasi ion fosfat
Pertama, ke dalam larutan sampel berisi ion fosfat ditambahkan larutan
perak nitrat dan amati perubahan yang terjadi. Kedua sama seperti yang
pertama namun perak nitrat diganti dengan barium klorida. Yang ketiga
sama seperti sebelumnya, namun yang dipaka magnesium nitrat
c. Identifikasi ion sulfat
Pertama ke dalam larutan ion sulfat ditambahkan larutan barium klorida
dan amati perubahan yang terjadi. Yang kedua sama seperti sebelumnya
namun barium klorida diganti dengan timbal asetat. Yang ketiga sama
seperti sebelumnya, namun larutan diganti dengan larutan natrium
rodzonat dan amati perubahan yang terjadi, setelah itu ditambahkan
asam sulfat dan amati perubahan yang terjadi. Yang keempat sama
seperti yang pertama namun larutan yang dipakai merkurium(ii) nitrat.

4. ION BORAT DAN KROMAT


A. Identifikasi Borat

.
.

Ion borat dimasukkan kedalam cawan porselen kemudian


tambahkan sedikit H2SO4. Lalu tambahkan CH3OH.
Kemudian cawan porselen dibakar dengan korek api.
Mengamati perubahan warna yang terjadi.
Ion borat dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian,
tambahkan larutan AgNO3. Mengamati perubahan yang
terjadi beberapa saat. Setelah itu, tambahkan ammonia
encer dan mengamati lagi perubahan yang terjadi.
Ion borat dimasukka kedalam tabung reaksi. Lalu,
tambahkan larutan BaCl2. Mengamati campuran beberapa
saat. Lalu, tambahkan asam asetat atau asam sulfat encer.
Mengamati perubahan yang terjadi.
B. Identifikasi Kromat
Tiga lubang pelat tetes masing-masing dimasukkan 2 tetes
larutan kromat dan 1 tetes larutan AgNO3. Pada lubang
pertama, dimasukkan 1 tetes HCl. Lubang kedua,
ditambahkan 1 tetes HNO3 dan lubang ketiga ditambahkan
1-2 tetes NH4OH. Mengamati perubahan yang terjadi.
Tiga lubang pelat tetes masing-masing dimasukka 2 tetes
kromat dan 1 tetes timbale asetat, Lubang pertama, tidak
perlu dimasukkan zat tambahan lain. Lubang kedua,
dimasukkan 1 tetes HNO3. Lubang ketiga, dimasukkan 3
tetes NaOH. Mengamati perubahan yang terjadi.

5. ION KROMAT DAN DIKROMAT, HALOGEN


A. Identifikasi kromat dan dikromat
Dimasukkan larutan kalium kromat dan kalium dikromat kedalam
masing masing tabung reaksi. Kemudian ditambahkan barium

.
.

klorida beberapa tetes dan amati perubahan yang terjadi. Kemudian


masing masing tabung ditambahkan asam asetat dan amati
perubahan yang tejadi dan yang terakhir dimasukkan asam nitrat
encer
B. Identifikasi ion halogen
Disiapkan 3 tabung reaksi dan diisi dengan larutan
feri(iii)clorida, KBrO3, dan kalium iodide. Pada semua
larutan ditambahkan 3 tetes asam nitrat dan amati perubahan
yang terjadi. Setelah itu ditambahkan perak nitrat dan amati,
dan yang terakhir menambahkan monia dan amati
perubahan yang terjadi
Disiapkan 3 tabung reaksi dan diisi seperti percobaan yang
pertama. Ditambahkan larutan asam sulfat encer dan amati
perubahan yang terjadi. Setelah itu memasukkan kalium
permanganate ke dalam ketiga tabung dan dikocok dan
ditambahkan amilum. Amati perubahan
Disiapkan 3 tabung reaksi dan diisi seperti sebelumnya.
Ditambahkan asam sulfat encer amati perubahan.
Selanjutnya ditambahkan 1 ml kloroform dan amati
perubahan yang terjadi. Yang terakhir ditambahkan
beberapa tetes kalium permanganate. Dana amati perubahan
yang terjadi
6. ION NITRAT, ASETAT
A. Identifikasi ion nitrat
Dimasukkan kedalam tabung reaksi ion nitrat kemudian
ditambahkan asam sulfat dan amati gas yang timbul
Dimasukkan ion nitrat ke dalam tabung reaksi dank e dalam
tabung ditambahkan asam sulfat 4M dan FeSO4 padat

.
.

kemudian dikocok dan amati perubahan yang terjadi.


Melalui dinding tabung ditambahkan perlahan lahan 1 ml
asam sulfat pekat(jangan digoyang dan posisi tabung
miring) amati perubahan yang terjadi
B. Identifikasi ion asetat
Kedalam mortar porselen dimasukkan larutan ion asetat dan
ditambahlan KHSO4 padat, kemudian di gerus, dan dicium bau
yang timbul

VII. DATA PENGAMATAN


7.1 Identifikasi Ion Karbonat + HCl(larutan asam)

No Perlakuan Hasil Gambar Pustaka


1. Disiapkan tabung reaksi

Kabut Putih Kabut Putih

2. Dimasukkan 6 tetes
amonium karbonat
dengan 2 tetes HCl

7.1 Identifikasi Karbonat dengan pemanasan

No Perlakuan Hasil Gambar Pustaka


1. Disiapkan 2 tabung
reaksi

.
.

2. Ditambahkan 6 tetes
ion karbonat dengan 1
ml H2SO4 4 M ke
dalam tabung A
Ditambahkan 3 tetes
ion bikarbonat dan 3 Menimbulkan Tabung B
tetes BaOH 0,2M ke kekeruhan pada menjadi
dalam tabung B tabung B keruh
Dimanaskan tabung A
hingga muncul gas
Dialirkan gas yang ada
ditabung A ke tabung b

7.2 Identifikasi karbonat dengan Barium Nitrat dan Perak Nitrat

No Perlakuan Hasil Gambar Pustaka


1. Dimasukkan 6 tetes
larutan ion bikrbonat Menghasilkan Endapan
dengan larutan BaCl 2 Endapan Putih
tetes kedalam tabung Putih

2. Ditambahkan asam
nitrat encer berlebih ke Endapan larut Endapan
dalam tabung A larut

.
.

3. Dimasukkan 6 tetes Endapan Endapan


larutan ion karbonat putih putih
dengan 2 tetes perak
nitrat pada tabung B

4. Ditambahkan asam
nitrat 6M yang berlebih Menghasilkan Endapan
ke dalam tabung B Endapan larut
yang larut

c. Ion sulfit

No Perlakuan Hasil Pustaka


1 Ion sulfat dan
sulfit dimasukkan
kedalam dua
tabung berbeda
2 Dilarutkan dengan
aquades

.
.

3 Ditambahkan Bau belerang


asam nitrat encer terbakar
2M, dikocok, lalu
dipanaskan

Terbentuk gas yang menghasilkan


bau terbakar
4 Kertas saring Mengahasilkan
yang sudah warna biru
dibasahi larutan
KI dan amilum,
disimpan dimulut
tabung

Ada bercak biru di kertas saring


5 Larutan ion sulfat
dan sulfit
dimasukkan
kedalam tabung
berbeda
6 Ditambahkan Terbentuk
larutan BaCl2 endapan
berwarna putih

.
.

Kedua larutan mengendap (endapan


berwarna putih)
7 Ditambahkan Endapan pada
larutan asam sulfit terlarut
nitrat encer

Endapan yang terbentuk, larut dan


muncul gelembung
8 Larutan sulfit dan Sulfit menjadi
sulfat ditotolkan warna hijau
ke kertas
K2Cr2O7-H2SO4

Terjadi perubahan warna, sulfit


menjadi berwarna kuning kehijauan
dan sulfat warna kuning oranye

d. Mengidentifikasi ion tiosulfat

No Perlakuan Hasil Pustaka

.
.

1 Larutan ion tiosulfat Bau


dimasukkan kedalam belerang
tabung reaksi, terbakar
ditambahkan asam
nitrat encer dan
dipanaskan

Terbentuk gas yang menghasilkan bau

2 Larutan ion tiosulfat Muncul


dimasukkan kedalam warna
tabung reaksi dan lembayung
ditambahkan larutan tua
FeCl3

Dihasilkan warna ungu kehitaman, namun


warnanya langsung meghilang

e. Mengidentifikasi ion nitrit

No Perlakuan Hasil Pustaka

.
.

1 Larutan nitrit dimasukkan Muncul warna


kedalam tabung reaksi dan biru pucat dan
ditambahkan asam klorida uap coklat
encer

Terbentuk gas yang berwarna


cokelat

2 Dimasukkan larutan ion


nitrit kedalam tabung
reaksi dan ditambahkan
larutan H2SO4 encer

Terbentuk gas berwarna cokelat


dan berbau

.
.

3 Ditambahkan FeSO4 padat Muncul warna


cokelat

Terbentuk larutan berwarna


cokelat dengan gelembung

4 Dimasukkan H2SO4 6M Terbentuk


cincin cokelat

Terbentuk dua lapisan dengan


larutan cokelat diatas dan
endapan putih dibawah

7.2. Identifikasi anion Golongan Barium


7.2.1 Uji Ion Oksalat
No Perlakuan Hasil Gambar Pustaka
1 Dimasukkan
asam oksalat ke

.
.

dalam tabung
reaksi pertama
2 Ditambahkan 10 Didapatkan Tidak terjadi
tetes H2SO4 4M warna larutan kerja yang
lalu larutan yang tidak dapat dilihat
dikocok berubah
3 Ditambahkan Didapatkan Warna
KMnO4 0,002 M warna larutan menjadi hilang
hingga warna bening
KMnO4 hilang

4 Dimasukkan
asam oksalat ke
dalam tabung
reaksi kedua

5 Ditambahkan Didapatkan Mendapatkan


CaCl2 sejumlah warna larutan endapan putih
2 tetes ke dalam yang berubah kristalin
tabung reaksi warna menjadi
kedua warna merah
muda
6 Diamati di Didapatkan Mendapatkan
bawah krital bening endapan putih
mikroskop kristalin

7.2.2 Uji Ion Pospat

.
.

No Perlakuan Hasil Gambar Pustaka


1 Dimasukkan
Na2HPO4 ke
dalam tiga
tabung reaksi
yang berbeda
sejumlah 10 mL
2 Ditambahkan Didapatkan Endapan
AgNO3 ke endapan amorf
dalam tabung berwarna putih
pertama kuning
sejumlah 10
tetes

3 Ditambahkan Tidak terjadi Endapan


BaCl2 ke dalam perubahan kuning
tabung kedua warna atau
sejumlah 10 endapan
tetes

4 Ditambahkan Tidak terjadi Endapan


MgSO4 ke perubahan kristalin
dalam tabung warna atau putih
ketiga sejumlah endapan
10 tetes

.
.

7.2.3 Uji Ion Sulfat


No Perlakuan Hasil Gambar Pustaka
1 Dimasukkan Didapatkan Terdapat
larutan sampel endapan endapan
ion sulfat ke berwarna putih
tabung reaksi dan kuning
ditambahkan
larutan BaCl2
2 Dimasukkan Didapatkan Terdapat
larutan sampel endapan endapan
ion sulfat ke berwarna putih putih
tabung reaksi dan
ditambahkan
larutan Pb(Ac)2
3 Dimasukkan Didapatkan Terdapat
larutan sampel endapan endapan
ion sulfat ke berwarna kuning
dalam tabung kuning
reaksi dan
ditambahkan
larutan Merkuri
(II) Asetat

Identifikasi Borat dengan Asam Sulfat Pekat dan Alkohol


No. Pengamatan Hasil Pustaka
Ion borat (H3BO3) Borat triflourida
Didapatkan warna nyala hijau
1. dimasukkan kedalam mudah menguap
saat dibakar.
cawan porselen dan dan terbentuk

.
.

ditambahkan 1 mL nyala warna hijau


asam sulfat dan 5mL saat dibakar.
methanol. Lalu, larutan
dibakar.

Identifikasi Borat dengan Perak Nitrat


No. Perlakuan Hasil Pustaka
Didapatkan larutan H3BO3
dan terjadi peningkatan suhu
sehingga terbentuk endapan
berwarna putih.

Ion borat (H3BO3)


Terjadi
1. dilarutkan dengan
peningkatan suhu
H2SO4

H3BO3 dimasukkan
Didapatkan larutan menjadi Terbentuk
2. kedalam tabung reaksi
keruh dan terbentuk endapan. endapan.
dan ditambahkan

.
.

larutan AgNO3 dan


ammonia encer.

Identifikasi Borat dengan Barium Klorida


No. Perlakuan Hasil Pustaka
Ion borat (H3BO3)
1. dilarutkan dalam
H2SO4
Didapatkan endapan berwarna
putih.

Dimasukkan larutan
Terdapat endapan
2. H3BO3 dan tambahkan
putih.
larutan BaCl.

.
.

Dimasukkan asam
3. Larutan tetap berwarna putih. Endapan Hilang
asetat encer

Identifikasi Kromat
No. Perlakuan Hasil Pustaka
Larutan berwarna coklat.

Dua tetes larutan


kromat dan 1 tetes
1. larutan AgNO3
dimasukkan kedalam 3
pelat tetes.

Ditambahkan:
Larutan berwarna kuning dan
a. 1 tetes HCl 4M
terdapat endapan putih.

b. 1 tetes HNO3
2. Larutan berwarna coklat dan
terdapat endapan coklat.

c. 1-2 tetes
Larutan berwarna coklat tua
NH4OH
dan terdapat endapan coklat.

.
.

No. Perlakuan Hasil Pustaka


Larutan berwarna kuning dan
terdapat endapan.

Dua tetes kromat dan 1


tetes timbal asetat
1.
dimasukkan kedalam 3
pelat tetes.

Ditambahkan
a. Tidak diberi
Larutan teteap berwarna kuning
tambahan
dan terdapat endapan.
2.
b. 1 tetes HNO3
Larutan berwarna kuning dan
endapan sedikit.
c. 3 tetes NaOH

.
.

Larutan berwarna hijau dan


tidak terdapat endapan.

Identifikasi ion kromat dan bikromat


NO PERLAKUAN HASIL PUSTAK
A
1 Dimasukkan larutan kalium Didapatkan larutan kalium Kromat :
dikromat 0,1 M dan larutan dikromat dan larutan kalium kuning
kalium kromat ke dalam 2 kromat dalam 2 tabung Dikromat
tabung reaksi yang berbeda reaksi : merah-
jingga

2 Ditambahkan BaCl2 ke dalam Didapatkan kabut pada Endapan


masing-masing tabung kedua tabung reaksi (karena kuning
Q < Ksp) muda

.
.

3 Ditambahkan asam asetat Tidak terjadi perubahan


(CH3COOH) ke dalam masing-
masing tabung
4 Ditambahkan asam nitrat encer Dikromat dibentuk endapan
ke dalam masing-masing tabung di bagian dasar tabung reaksi
dan warna menjadi lebih
jernih
Kromat tidak terjadi
perubahan

Identifikasi ion halogen (klordia, bromida, dan iodida)


NO PERLAKUAN HASIL PUSTAKA
1 Disiapkan tabung reaksi Tabung reaksi siap untuk
digunakan
2 Dimasukkan larutan Didapatkan larutan FeCl3 ,
FeCl3 , padatan KBrO3, padatan KBrO3, dan
dan larutan KI ke dalam 3 larutan KI pada masing-
tabung reaksi yang masing tabung yang
berbeda berbeda
3 Dilarutkan padatan Didapatkan larutan KBrO3 Warna coklat
KBrO3 menggunakan dan terjadi perubahan kemerahan
H2SO4 pekat 6 M warna oranye kecoklatan

.
.

4 Ditambahkan 3 tetes a) FeCl3 tidak terjadi Cl : kuning


HNO3 ke dalam masing- perubahan Br : oranye
masing tabung b) KBrO3 tidak terjadi kecoklatan
perubahan I : bening
c) KI tidak terjadi
perubahan
5 Ditambahkan AgNO3 ke a) FeCl3 terdapat Br : warna kuning
dalam masing-masing endapan putih dibagian pucat
tabung reaksi setelah dasar tabung I : endapan
melakukan step nomor 4 kuning
Cl : endapan
berwarna putih

b) KBrO3 warna
kuning pucat busa
menghilang

c) KI terdapat endapan
putih di dasar

.
.

6 Ditambahkan ammonia a) FeCl3 terbentuk


ke dalam masing-masing Kristal putih
tabung reaksi setelah
melakukan step nomor 5

b) KBrO3 terbentuk
cincin putih di atas
permukaan larutan
KBrO3

c) KI terdapat endapan
di dasar

.
.

7 Dimasukkan larutan Didapatkan larutan FeCl3 ,


FeCl3 , larutan KBrO3, larutan KBrO3, dan larutan
dan larutan KI ke dalam KI pada masing-masing
masing-masing tabung tabung yang berbeda
reaksi
8 Ditambahkan larutan a) FeCl3 tidak terjadi
H2SO4 encer ke dalam perubahan
masing-masing tabung b) KBrO3 tidak terjadi
reaksi setelah melakukan perubahan
step nomor 7 c) KI tidak terjadi
perubahan
9 Ditambahkan larutan a) FeCl3 terbentuk 2
KMnO4 ke dalam lapisan merah-ungu dan
masing-masing tabung kuning
reaksi setelah melakukan
step nomor 8

b) KBrO3 terdapat
gelembung O2
c) KI KMnO4
bercampur dengan KI
10 Dikocok ketiga larutan a) FeCl3 menyatu dan
dalam masing-masing terbentuk warna merah
tabung reaksi setelah
melakukan step nomor 9

.
.

b) KBrO3 tidak terjadi


perubahan
c) KI tidak terjadi
perubahan
11 Ditambahkan amilum ke a) FeCl3 tidak terjadi
dalam masing-masing perubahan
tabung reaksi setelah b) KBrO3 terbentuk
melakukan step nomor 10 endapan putih
c) KI menghasilkan
warna hitam

12 Dimasukkan larutan Didapatkan larutan FeCl3 ,


FeCl3 , larutan KBrO3, larutan KBrO3, dan larutan
dan larutan KI ke dalam KI pada masing-masing
masing-masing tabung tabung yang berbeda
reaksi
13 Ditambahkan larutan a) FeCl3 tidak terjadi
H2SO4 encer ke dalam perubahan
masing-masing tabung b) KBrO3 tidak terjadi
reaksi setelah melakukan perubahan
step nomor 12 c) KI tidak terjadi
perubahan
14 Ditambahkan 2 mL CCl4 a) FeCl3 dihasilkan 2
ke dalam masing-masing lapisan berwarna
tabung reaksi setelah kuning
melakukan step nomor 13 b) KBrO3 tidak terjadi
perubahan

.
.

c) KI tidak terjadi
perubahan
15 Ditambahkan beberapa a) FeCl3 dihasilkan
tetes KMnO4 setelah lapisan atas berwarna
melakukan step nomor 14 coklat
b) KBrO3 dihasilkan
lapisan atas berwarna
coklat
c) KI tidak terjadi
perubahan

Identifikasi Ion Tiosulfat

No. Perlakuan Hasil Pustaka


1. Dicuci dan disiapkan 2 tabung Tabung reaksi telah
reaksi bersih dan siap
digunakan
2. Kedua tabung diisi dengan Ion
SCN-
3. HNO3 2M dan FeCl3 dimasukkan Dihasilkan larutan
kedalam tabung 1 berwarna merah

4. HNO3 2M dan AgNO3 Dihasilkan endapan


dimasukkan kedalam tabung 2 putih

.
.

4.1. Pembentukan gas coklat-kemerahan

No. Perlakuan Hasil Pustaka


1. Ion Nitrat dimasukkan kedalam
tabung reaksi
2. Ditambahkan larutan H2SO4 Dihasilkan gas dan Dihasilkan
pekat kedalam larutan endapan berwarna gas berwarna
putih coklat-
kemerahan

4.2. Uji Cincin Coklat

No. Perlakuan Hasil Pustaka


1. Larutan ion Nitrat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan larutan H2SO4 dan Dihasilkan endapan
FeSO4 padat, dikocok dan berwarna kuning
ditambahkan H2SO4 6 M melalui kecoklatan
dinding tabung

4.3. Reduksi Nitrat dalam keadaan basa

.
.

No. Perlakuan Hasil Pustaka


1 Larutan ion nitrat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
2 Serbuk zinc dan larutan NaOH Serbuk zink larut
dilarutkan dan dididihkan didalam didalam larutan tanpa
tabung reaksi terjadi perubahan
warna

3 Disisipkan lakmus di mulut tabung Lakmus berubah biru

4.4 Identifikasi Ion Asetat

No. Perlakuan Hasil Pustaka


1. Dimasukkan larutan ion asetat Larutan berbau asam
kedalam mortal porselen seperti cuka

2. Ditambahkan KHSO4 padat dan Bau asam dari larutan


menggerusnya ion aseat berkurang

.
.

VIII. PEMBAHASAN
1. ION KARBONAT DAN SULFIDA
Pada identifikasi karbonat dilakukan dengan 3 cara. Yang pertama adalah
dengan cara ditambahkan dengan larutan asam. Didalam praktikum ini yang
diigunakan adalah ammonium karbonat. Ammonium karbonat diambil
sebanyak 6 tetes dan ditambahkan dengan 2 tetes HCl menghasilkan kabut
putih, ini dikarenakan HCl adalah asam kuat. Cara yang kedua adalah
dengan cara pemanasan. Di siapkan 2 tabung rekasi. Pada tabung pertama
dimasukkan 6 tetes ion karbonat dengan 1 ml asam sulfat 4 M dan pada
tabung kedua dimasukkan 3 tetes ion bikarbonat dan 3 tetes barium
hidroksida 0,2 M. lalu tabung pertama dipanaskan sampai menghasilkan
gas, dan gas itu yang kemudian dialirkan ke tabung B, yang menyebabkan
tabung B menjadi keruh. Namun pada saat praktikum, tabung A tidak
langsung dihubungkan dengan tabung B. ini menyebabkan gas yang
dikeluarkan oleh tabung A sudah habis terlebih dahulu. Jadi warna yang
dihasilkan oleh tabung hanya sedikit keruh. Cara yang ketiga adalah dengan
barium nitrat dan perak nitrat. Caranya dengan dimasukkan 6 tetes larutan
ion bikarbonat dengan larutan barium klorida 2 tetes yang kemudian
menghasilkan endapan putih. Setelah iu asam nitrat encer berlebih
ditambahkan ke dalam tabung A meyebabkan endapan yang sudah
dihasilkan sebelumnya larut kembali. Kemudian pada tabung yang kedua
dimasukkan 6 tetes larutan ion bikarbonat dengan 2 tetes perak nitrat yang
menghasilkan endapan putih. Kemudian endapan menjadi larut kembali
setelah ditambahkan asam nitrat yang berlebih.

.
.

Ion yang sulfide tidak dilakukan dalam percobaan kali ini dikarenakan zat
nya tidak ada.
2. ION SULFAT, TIOSULFAT DAN NITRIT
Untuk menguji ion sulfit dilakukan dengan cara ion sulfat dan ion sulfit
dimasukkan ke dalam 2 tabung yang berbeda. Kemudian kedua larutan
dilarutkan dengan aquades. Lalu ditambahkan asam nitrat encer dan
dikocok. Setelah itu dipanaskan. Saat dipanaskan keluar bau belerang yang
terbakar. Kertas saring yang sudah dibahasi dengan KI dan amilum
disimpan di mulut tabung dan meninggalkan bekas warna biru. Percobaan
yang kedua, sama seperti yang pertama kemudian ditambahkan dengan
larutan barium clorida dan menghasilkan endapan putih. Namun seharusnya
endapan yang dihasilkan adala bewarna kuning, ini disebabkan larutan
belum mencapai titik pH yang pas. kemudian ditambahkan asam nitrat
encer yang menyebabkan endapan terlarut kembali dan muncul gelembung.

Untuk mengidentifikasi ion tiosulfat dengan cara larutan ion tiosulfat


dimasukkan kedalam tabung reaksi, dan ditambahkan asam nitrat encer dan
setelah itu dipanaskan. Terbentuk gas yang menghasilkan bau belerang.
Cara yang kedua dengan memasukkan feri(iii)clorida kedalam ion tiosulfat,
menghasilkan warna kehitaman, namun warna nya langsung menghilang.

Untuk mengidentifikasi ion nitrit ditambahkan asam klorida encer yang


menghasilkan uap kecoklatan tetapi tidak begitu terlihat dan warna larutan
biru. Namun warna yang didapat dalam praktikum ini bewarna putih,
sekalipun biru, birunya pucat sekali sehingga mendekati putih. Yang kedua
asam klorida diganti dengan asam sulfat tetapi hasilnya sama.

3. ION OKSALAT, FOSFAT, DAN SULFAT

.
.

Untuk identifikasi ion oksalat disini yang dipakai adalah asam oksalat. ke
dalam larutan asam oksalat ditambahkan 10 tetes asam sulfat 4M lalu
larutan dikocok. Tetapi tidak terjadi perubahan apapun. Ini membuktikan
bahwa oksalat bukalan anion yang berasal dari golongan satu, karena tidak
bereaksi dengan asam.setelah itu ditambahkan dengan kalium
permanganate, namun warna asam oksalat yang tadinya merah bening
menjadi hilang atau bening. Pada reaksi yang kedua asam oksalat
ditambahkan dengan kalsium klorida sebanyak 2 tetes. Larutan berubah
warna menjadi warna merah muda dan menghasilkan sedikit Kristal namun
tidak begitu terlihat jelas harus dilihat dibawah mikroskop.

Untuk identifikasi ion fosfat dilakukan dengan 3 reaksi. Yang pertama


Na2HPO4 dimasukkan sebanyak 10 ml ke masing masing tabung reaksi.
Pada tabung pertama ditambahkan perak nitrat. Didapatkan endapan
bewarna kuning. Lalu ditambahkan barium klorida tetapi tidak terjadi
perubahan, endapan tetap bewarna kuning. Setelah itu ditambahkan
magnesium nitrat karena magnesium sulfatnya tidak ada. Karena disini
yang bereaksi adalah magnesiumnya jadi memakai garam apapun asal
memiliki ion magnesium boleh. Tetapi tidak terjadi perubahan apupun,
padahal seharusnya terjadi endapan kristalin putih. Ini disebabkan rekasi
yang belum sempurna.

Untuk identifikasi ion sulfat dilakukan dengan mereaksikan ion sulfat


dengan 3 reagen yang berbeda. Pertam ion sulfat direaksikan dengan
barium klorida dan didapatkan endapan bewarna putih. Kedua ion sulfat
direaksikan dengan timbal asetat dan hasilnya sama juga menghailkan
endapan bewarna putih. Yang ketiga ion sulfat direaksikan dengan
merkuri(ii)asetat dan menghasilkan endapan kuning.

.
.

4. ION BORAT DAN KROMAT


Untuk identifikasi ion borat, dimasukkan kedakam cawan porselen dan
ditambahkan dengan asam sulfat 1 ml dan 5 ml methanol kemudian dibakar.
Saat dibakar borat trifluorida mengeluarkan nyala warna hijau. Bisa juga
dilakukan identifikasi menggunakan perak nitrat. Ion borat ditambahkan
dengan asam sulfat menyebabkan terjadinya peningkatan suhu sehingga
terbentuk endapan bewarna putih. Kemudian asam borat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan perak nitrat dan ammonia encer.
Larutan menjadi keruh dan masih ada endapan. Namun seharusnya setelah
diberi ammonia larutan menjadi warna bening, ini mungkin disebabkan
suasana larutan belum mencapai titik optimal, jadi larutan massih
mengendap. Bisa juga ditambahkan barium klorida yang menyebabkan
terbentuknya endapan putih tetapi setelah ditambahkan asam nitrat endapan
larut kembali.

Untuk identifikasi ion kromat, pertama tama dua tetes larutan kromat dan
satu tetes larutan perak nitrat dimasukkan ke dalam 3 pelat tetes, setelah itu
ditambahkan 1 tetes asam klorida 4M, 1 tetes asam nitrat, 1-2 tetes ammonia
ke masing masing pelat. Yang pertama larutan bewarna kuning dan
terdapat endapan putih. Yang kedua larutan bewarna cokat dan terdapat
endapan coklat. Dan yang ketiga sama seperti yang kedua. Lakukan sekali
lagi seperti yang pertama, tetapi perak nitrat diganti dengan timbal asetat.
Setelah itu pelat pertama tidak ditambahkan apa apa, dan tidak terjadi apa
apa namun terdapat enapan. Pelat yang kedua ditambahkan dengan 1 tetes
asam nitrar larutannya menjadi bewarna kuning dan ada sedikit endapan.
Yang ketiga ditambah 3 tetes natrim hidroksida larutan menjadi bewarna
hijau dan tidak terdapat endapan.

.
.

5. ION KROMAT DAN DIKROMAT, DAN HALOGEN


Untuk mengidentifikasi ion kromat dan dikromat dapat menggunakan
barium klorida. Ion kromat dan dikromat akan membentuk suatu endapan
bila ditambahkan dengan barium klorida. Hal ini dikarenakan efek ion
sejenis. Namun pada prakteknya, kedua larutan tidak membentuk endapan,
airnya saja yang menjadi keruh. Ini disebabkan Q masih lebih kecil daripada
Ksp nya. Setelah itu ditambahkan dengan asam asetat namun tidak
berpengaruh apa apa. Kemudian ditambahkan lagi asam nitrat encer
kedalam masing masing tabung. Ini menyebabkan larutan dikromat
terbentuk endapan didasar tabung dan warnanya menjadi lebih jernih
sedangkan kromat tidak terjadi perubahan. Inilah yang dapat membedakan
kromat dan dikromat.

Untuk melakukan identifikasi ion halogen, disini yang akan diuji adalah ion
clorida, ion iodide, dan ion bromide. Karena saat praktikum tidak ada lartan
garam yang mengandung ion bromide, maka sebelumnya harus dibuat
terlebih dahulu dari padatannya. KBrO3 dibuat dengan melarutkannya
kedalam asam pekat, asam sulfat 6M. pada awal mulanya kami melarutkan
KBrO3 ke dalam aquades, namun sudah dikocok selama apapun,
padatannya tidak kunjung larut. Setelah kami cari di literature, ternyata
bromide harud dilarutkan didalam asam pekat sambal dipanaskan. Setelah
semua larutan siap digunakan, barulah dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi
masing masing. Pertama yang ditambahkan adalah asam nitrat namun tidak
terjadi perubahan apa apa. Warna larutan masih seperti warna semulanya
FeCl3 bewarna kuning, KBrO3 bewarna oranye kecokelatan, dan KI
bewarna bening. Karena tidak terjadi perubahan apa apa maka dilanjut
dengan menambahkan perak nitrat kedalam masing masing tabung. FeCl3
langsung terdapat endapan putuh didasar tabung, KBrO3 warnanya menjadi

.
.

kuning pucat dan muncul busa di bagian atas larutan. Namun busa tersebut
langsung menghilang, dan KI terbentuk endapan putih dibagian dasar.
Setelah itu ditambahkan ammonia kedalam masing masing tabung reaksi,
FeCl3 akhirnya terbentuk Kristal putih, KBrO3 terbentuk cincin putih
diatas permukaan larutan, dan KI terdapat endapan pada dasar tabung.
Dilakukan ulang seperti prosedur paling pertama. Setelah itu ditambahkan
asam sulfat encer ke dalam tiga tabung, namun tidak bereaksi apapun.
Setelah itu ditambahkan kalium permanganate dan akhirnya FeCl3
terbentuk 2 lapisan merah-ungu dan kuning, KBrO3 menghasilkan
gelembung O2 dan KI larut dalam KMnO4 menjadi satu larutan tidak
terpisah. Larutan larutan tersebut kemudian dikocok. FeCl3 larutannya
menjadi homegen, warna menjadi menyatu dan bewarna merah. Sedangkan
KBrO3 dan KI tidak terjadi perubahan. Kemudian tambahkan amilum ke
dalam masing masing tabung. FeCl3 tidak terjadi perubahan, KBrO3
terbentuk endapan putih dan KI warnanya menjadi hitam. Percobaan yang
ketiga sama seperti sebelumnya, ditambahkan asam sulfat encer dan tidak
terjadi perubahan apapun, kemudian ditambahkan 2 ml kloroform yang
menghasilkan larutan terbagi menjadi 2 fasa. Setelah itu ditambahkan
dengan kalium permanganate. Warna warna yang dihasilkan dalam fasa
kloroform berbda, pada FeCl3 dihasilkan warna ungu, KBrO3 warna ungu
dan KI bewarna coklat. Warna coklat ini disebabkan kalium permanganate
belum habis.

6. ION NITRAT DAN ASETAT


Untuk mengidentifikasi ion tiosianat dilakukan dengan dua prosedur. Yang
pertama adalah dengan ditambahkannya HNO3 2 M dan AgNO3 kedalam
tabung yang sudah berisi larutan ion tiosianat, hasil yang didapat adalah
endapan putih. Endapan perak tionsianat, AgSCN, yang putih dan seperti

.
.

didih susu, yang larut dalam larutan ammonia tetapi tidak larut dalam asam
nitrat encer. (Vogel., 1985). Jadi larutan tiosianat yang ditambahkan dengan
perak nitrat akan langsung membentuk endapan perat sianat (AgSCN) dan
ini tidak akan larut dalam asam nitrat. Oleh karena itu, yang dihasilkan dari
praktikum adalah endapan putih yang tidak larut karena ditambahkan
dengan asam nitrat. Yang kedua adalah dengan ditambahkannya HNO3 2
M dan FeCl3 kedalam tabung reaksi yang sudah berisi larutan ion tiosianat.
Hasil yang diperoleh adalah larutan yang berubah warna menjadi merah
darah. Pewarnaan merah darah, yang ditimbulkan karena terbentuknya
suatu senyawa kompleks:
3SCN- + Fe+ Fe(SCN)3 (Vogel, 1985)
Jadi warna yang dihasilkan berasal dari perwarnaan merah darah oleh
larutan besi(III) klorida.
Untuk mengidentifikasi ion nitrat dalam suatu larutan, bisa dengan uji
pembentukan gas coklat kemerahan yang akan timbul, uji cicin coklat, dan
juga dengan mereduksi nitrat dalam suasana basa. Untuk uji pembentukan
gas coklat kemerahan cukup dengan cara dimasukannya asam sulfat pekat
kedalam larutan ion nitrat. Pada saat praktikum, ion nitrat diambil dari
larutan asam nitrat, dan dimasukan asam sulfat pekat 4 M di ruang asam,
namun tidak ada gas coklat kemerahan yang timbul. Gas yang dihasilkan
hanya gas berwarna putih dan terdapat endapan putih. Kemudian dicoba
lagi dengan cara mengganti garam untuk mengambil larutan ion nitrat.
Untuk mengambil ion nitrat diganti dengan garam perak nitrat serbuk yang
dilarutkan dalam air, kemudian ditambah lagi dengan larutan asam sulfat 4
M, namun hasil yang didapatkan masih sama, yaitu gas berwarna putih dan
endpaan putih. Setelah itu dicoba lagi dengan digunakannya larutan perak
nitrat yang ditambah dengan larutan asam sulfat yang lebih pekat yakni 6
M. Namun yang dihasilkan masih sama, yaitu gas berwarna putih dan

.
.

endapan putih. Setelah itu campuran yang terakhir ini dipanaskan didalam
beaker glass yang berisi air panas, namun masih tetap tidak ada perubahan
yang terjadi. Uap nitrogen dioksida yang coklat kemerahan, akan terbentuk
ketika nitrat padat dipanaskan dengan reagensia. Jadi kemungkinan hasil
tidak didapatkan karena ion nitrat diambil dari larutan bukan padatannya.
Untuk uji cicin coklat dilakukan dengan cara dimasukannya asam nitrat
kedalam tabung reaksi. Jadi ion nitrat diambil dari larutan asam nitrat.
Kemudian ditambahkannya asam sulfat 4 M dan besi(II) sulfat (FeSO4)
kedalam tabung reaksi, kemudian dimasukan asam sulfat dengan perlahan
lewat dinding tabung reaksi. Hasil yang didapatkan adalah cicin kuning
orange kecoklatan yang kecil didasar tabung reaksi. Sebuah cicin coklat
akan terbentuk pada zona persentuhan antara kedua cairan itu. Cincin coklat
ini disebabkan oleh pembentukan [Fe(NO)]2+. (Vogel, 1985). Jadi hasil dari
praktikum yang dilakukan sesuai.
Untuk mereduksi nitrat dalam suasana basa bisa dengan ditambahkannya
aluminium dalam bentuk serbuk kedalam larutan ion nitrat, kemudian
ditambahkan lagi denga NaOH dan didihkan. Setelah itu uap yang
dihasilkan diambil sedikit dan dites denga kertas lakmus merah. Hasil
diperoleh adalah warna kertas lakmus berubah menjadi biru. Hal ini berarti
pada praktikum sukses untuk mereduksi nitrat dalam suasana basa.
Ammonia akan dilepaskan (dideteksi dari kerjanya atas kerja lakmus
merah) bila larutan nitrat dididihkan dengan sebuk zink atau dipanaskan
dengan serbuk aluminium dan larutan natrium hidroksida. (Vogel, 1985).
Pada saat praktikum. Untuk mengidentifikasi ion asetat dimasukan KHSO4
padat kedalam mortir proselen dan digerusnya bersamaan dengan larutan
asam asetat. Sebelum KHSO4 dimasukan, bau dari asam asetat sangat kuat,
namun setelah KHSO4 dimasukan dan digerus dengan asam asetat,
intensitas bau yang dikeluarkan berkurang. Asam asetat dilepaskan pada

.
.

pemanasan, bersama-sama belerang dioksida, yang terakhir ini cenderung


menutupi bau menusuk dari uap asam asetat pekat itu. (Vogel, 1985). Jadi
belerang dioksida yang terurai dari asam sulfat akan menutupi bau asam
asetat yang dipakai. Hal tersebut sesuai dengan hasil praktikum yang
dilakukan.
IX. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa setiap anion memiliki reaksi spesifik, yang jika
dilarutkan kedalamnya dapat diidentifikasi, anion tersebut termasuk kedalam
golongan apa. Karena ini dinamakan reaksi spesifik maka setiap anion memiliki
reaksi spesifiknya masing masing yang tidak berlaku untuk pereaksi lain, yang
menjadi penanda jenis anion tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Besari, Ismail. 1982. Kimia Organik untuk Universitas Edisi I. Bandung:
Armico Bandung.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Dasatrio, Yogi dan Ratna Rima Melati. 2014. Rumus Kimia Fisika. Jakarta:
Litindo

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia.

Pustaka Utama

Masterton,W.L., et al. 1990. Chemical principle. Ed 5. London :Saunders

College Publ.

Svehla, G. 1985. VOGEL Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro &

Semi Mikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

.
.

Underwood, A. 1993. Analisis Kimia Kualitatif Edisi IV. Jakarta :

Penerbit Erlangga.

Das könnte Ihnen auch gefallen