Sie sind auf Seite 1von 35

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI

SEMESTER GANJIL 2015 - 2016

ANALISIS KUALITATIF KATION

Hari / Jam Praktikum : Kamis / 13.00 16.00

Tanggal Praktikum : 23 September 2015

Kelompok : B IV

Asisten : Andreas Wijaya

Arni Praditasari

MAULIDINA ATHADI GAYO

260110150157

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015
I. TUJUAN
Mengidentifikasi ion-ion kation pada suatu larutan menggunakan analisis
kualitatif.
II. PRINSIP
1. Kation
Kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat
kation itu terhadap beberapa reagensia. Reagensia golongan yang dipakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen
sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia
ini membentuk endapan atau tidak (Svehla, 1985).
2. Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam
sejumlah pelarut atau larutan pada suhu tertentu (Dasatrio dan Melati,
2014)
3. Asam-Basa
Asam sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion H+ dan basa
sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion OH-(Chang, 2003)
4. Uji nyala

5. Pemanasan

III. REAKSI
1. Prosedur 1.1 dan 1.2
a) Na+ + Mg2+ + 3UO22+ + 9CH3COO-
NaMg(UO2)3(CH3COO)9(Svehla, 1985).
b) Mg2+ + HPO2- HgHPO(Svehla,1985).
c) 3K+ + [Co(NO2)6]3-K3[Co(NO2)6] (Svehla, 1985).
2. Prosedur 1.3 dan 1.4
a) NaOH + NH4+ Na+ +H2O + NH3 (Chang, 2003).
b) Ag+ + Cl- AgCl (Chang, 2003).
c) Ag+ + I- AgI (Chang, 2003).
d) 2 Ag+ + 2OH- Ag2O + H-2O (Chang, 2003).
e) 2 Ag+ + CrO42- Ag-2CrO4 (Chang, 2003).
f) Pb2+ + 2Cl- PbCl2 (Chang, 2003).
g) Pb2+ + 2OH- Pb(OH)2 (Chang, 2003).
h) Pb2+ + CrO42- PbCrO4 (Chang, 2003).
i) Pb2+ + 2I- PbI2 (Chang, 2003).
j) Hg22+ + 2I- Hg2I2 (Chang, 2003).
k) Hg22+ + 2OH- Hg2O + H2O (Chang, 2003).
l) Hg22+ + 2 Cl- Hg2Cl2 (Chang, 2003).
m) Hg22+ + CrO42- Hg2CrO4 (Svehla, 1985).
3. Prosedur 1.5 dan 1.6
a) Hg2+ + 2OH- HgO + H2O (Svehla, 1985).
b) Hg2+ + 2I- HgI2 (Svehla, 1985).
c) Hg22+ + 2Cl- Hg2Cl2 (Svehla, 1985).
d) Hg22+ + 2OH- Hg2O + H2O (Svehla, 1985).
e) Hg22+ + 2I- Hg2I2 (Svehla, 1985).
f) Hg22+ + 2I- [HgI4]2- + Hg (Svehla, 1985).
g) Ba(OH)2 + CO2 BaCO3 + H2O (Svehla, 1985).
h) Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O (Svehla, 1985).
i) Sr(OH)2 + CO2 SrCO3 + H2O (Svehla, 1985).
j) Ba2+ + SO42- BaSO4 (Svehla, 1985).
k) Ca2+ + SO42- CaSO4 (Svehla, 1985).
l) Sr2+ + SO42- SrSO4 (Svehla, 1985).
m) Ba2+ + CrO42- BaCrO4 (Svehla, 1985).
n) Ca2+ + CrO42- CaCrO4 (Svehla, 1985).
o) Sr2+ + CrO42- SrCrO4 (Svehla, 1985).
4. Prosedur 1.7 dan 1.8
a) 2Cu2+ + [Fe(CN)6]4+ Cu[Fe(CN)6] (Svehla, 1985).
b) Cu2+ + 4CN- [Cu(CN)4]2- (Svehla, 1985).
c) Cd2+ + 4CN- [Cd(CN)4]2 (Svehla, 1985).
5. Prosedur 1.9 dan 1.10
a) Ni2+ + DMG 1 Ni-DMG (Svehla, 1985).
b) Al3+ + 3OH- Al(OH)3 (putih)
Al(OH)3 + OH- AlO2- + 2H2O (Svehla, 1985).
c) Zn2+ + 2NH4OH Zn(OH)2 + 2NH4+
Zn (OH)2 + 4NH3 [Zn(NH3)4]2+ + 2OH- (Svehla, 1985).
6. Prosedur 1.11 dan 1.12
a) 4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- Fe4[Fe(CN)6]3 (Svehla, 1985).
b) Fe3+ + [Fe(CN)6]3- Fe[Fe(CN)6] (Svehla, 1985).
c) Fe2+ + [Fe(CN)6]3- Fe3+ + [Fe(CN)6]4- (Svehla, 1985).
d) Fe2+ + 2K+ + [Fe(CN)6]4- K2Fe[Fe(CN)6] (Svehla, 1985).
e) 3As2S3 + 26HNO3 + 8H2O 6AsO34- + 9SO42- + 42H+ +
26NO (Svehla, 1985).

IV. TEORI DASAR


Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang
disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa
yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan
analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur.
Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu
yang ada dalam sampel atau contoh (Day dan Underwood, 2002).
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi
keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa
kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari
kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode
analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi
golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk
mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan. Regensia golongan yang
dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida,
hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini
dengan membentuk endapan atau tidak. (Keenan, 1999).
Analaisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation
secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan
masing-masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-
komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan perbedaan sifat
kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan
ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. Sebagai suatu gambaran,
penambahan HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya akan
mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+) dan raksa
(Hg2+). Setelah ion-ion golongan ini diendapkan dan dipisahkan, ion-ion
lain yang ada dalam larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan
H2S dalam suasana asam. Setelah endapan dipisahkan perlakuan
selanjutnya dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisahnya golongan
lain. Jadi dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan
dalam 5 golongan, berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi
antara lain adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan
amonium karbonat. Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan
kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut.
Skema di bawah ini memperlihatkan pemisahan kation-kation dalam
golongan I sampai dengan V berdasarkan sifat kimianya. Setelah pemisahan
dilakukan uji spesifik untuk masing-masing kation (Svehla, 1985).
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting
dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau
koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat
dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika
larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan
suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya.
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi eperti tekanan, suhu,
konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan
perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif,
karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan
atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan
kecuali pada pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku
sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu ini dapat digunaan sebagai
dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb
dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida
kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas.
Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut
larut sedngkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada
sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan
lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan
endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam
prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang
berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa
memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi
karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut denga ion sekutu
tersebut (Masterton,1990).
Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan
reaksi reaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau
molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang
terikat dengan atom pusat tersebut. Atom pusat memiliki bilangan
koordinasi tertentu yang menunjukkan jumlah ruangan yang tersedia di
sekitar atom pusat (Widiarto, 2011).

Pembentukan senyawa kompleks besi dapat dilakukan dengan


mengompleskan besi terhadap senyawa pengompleks tertentu. Senyawa
pengompleks yang dapat digunakan diantaranya molybdenum, selenit,
difenilkarbazon, dan fenantrolin (Dianawati, 2013).

Kation merupakan ion yang bermuatan positif (Martin dkk, 2013).


Kation digolongkan dalam lima golongan. Kelima golongan kation
dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut. Golongan
I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-
ion golongan ini adalah timbel, merkurium (I) (raksa), dan perak (Svehla,
1985).
Golongan II, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam
klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana
asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium (II), tembaga,
bismut, kadmium, arsenik (III), arsenik (IV), stibium (III), stibium (V),
timah (II), dan timah (III) (IV) (Svehla, 1985).
Golongan III, kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida
encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam
suasana netral atau amoniakal. Kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel
(II), besi (II), besi (III), kromium (III), alumunium, zink dan mangan (II)
(Svehla, 1985).
Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia
golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan amonium
karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit
asam. Misalnya kalsium, stronsium, dan barium (Svehla, 1985).
Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi
dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan golongan
kation terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium,
amonium, litium dan hidrogen (Svehla, 1985).
Pada penerapannya, kation diteliti untuk dianalisis kandungannya
dalam air tanah. Konsentrasi kation ditentukan dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom atau SSA (Hendrawati dkk, 2008).
V. ALAT DAN BAHAN
5.1 Alat 5) Kawat krom
1) Gelas kimia 6) Kertas
2) Kaki tiga 7) Korek api
3) Kapas 8) Labu Erlenmeyer
4) Kawat kassa 9) Lakmus biru
10) Lakmus merah 13) Larutan Alizarin S
11) Mikroskop 14) Larutan Aliminium
12) Pipet tetes 15) Larutan Asam Asetat
13) Rak tabung reaksi 16) Larutan
14) Spirtus dimetilglioksim
15) Tabung reaksi (DMG)
16) Tang penjepit 17) Larutan K4Fe(CN)6
18) Larutan NaOH 4M
5.2 Bahan 19) Larutan
1) Amonia encer Na3[Co(NO2)6]
2) Ammonium Oksalat 20) Larutan NH4OH 4M
0,4 M 21) Larutan Nikel
3) Ammonium Sulfat 1 M 22) Larutan Seng
4) Aquades 23) Logam Zn
5) CH3COOH 4 M 24) Merkuri (Hg2+)
6) HCl 6 M 25) NaOH 4 M
7) H2SO4 encer 26) (NH4)2CO3 1 M
8) Ion Fero (Fe2+) 27) NH4OH 4 M
9) K3Fe (CN)6 28) O- fenantrolin
10) K4Fe (CN)6 29) Seng Uranil asetat
11) KI 30) Titan kuning
12) K2CrO4

VI. PROSEDUR
6.1. Identifikasi untuk Ion natrium (Na+), kalium (K+), magnesium
(Mg2+), dan amoium (NH4+)
Kedalam larutan sampel, dittambahkan 1 tetes larutan amonium oksalat
0,4M dan 1 tetes larutan ammonium sulfat 1M, kocok. Untuk Na+ diambil 2
tetes larutan dan ditambahkan larutan asam asetat 1 M sehingga bereaksi
asam. Kemudian ditambahkan 5 tetes larutan seng uranill asetat, dan dikocok.
Setelah itu diamati endapan yang terbentuk dan dilihat bagaimana bentuk
kristal di bawah mikroskop. Natrium membentuk kristal berlian.
Selanjutnya Mg2+ diambil sebanyak 10 tetes larutan dan dibasakan
dengan NH4OH 4M, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan Na2HPO4 1M,
dan dikocok. Setelah itu diamati endapan yang terbentuk. Magnesium:
endapan putih. Endapan dilarutkan dalam campuran 2 tetes asam oksalat 1M
dan 3 tetes air, dikocok hingga larut. ditambahkan 1 tetes titan kuning dan
NaOH/NH4OH 4M berlebih. Dan selanjutnya diamati endapan yang terjadi.
K+ larutan sampel ditambah 5 tetes asam asetat 4M, kemudian dipanaskan.
Setelah dingin, ditambahkan 2 tetes larutan Na3[Co(NO2)6], dan dikocok
kemudian diamati endapan yang terjadi. Kalium: endapan kuning, dan kristal
berbentuk amplop.
Selanjutnya dilakukan uji nyala dengan dicelupkan kawat Ni krom ke
dalam HCl pekat, lalu dibakar pada nyala api oksidasi sampai tidak timbul
warna nyala. Setelah itu diambil padatan atau larutan ion yang akan dianalisa
dengan kawat Ni krom, kemudian dibakar pada nyala api oksidasi. Warna
nyala diamati bagaimana perubahannya
6.2. Identifikasi untuk ion hidronium (H3O+)
Kedalam tabung reaksi berisi 2 ml HCl 6M atau HNO3 6M atau H2SO4
6M, dimasukkan logam Zn. Lalu diamati perubahan yang terjadi. Setelah itu,
kedalam tabung reaksi berisi larutan asam seperti pada percobaan awal,
dicelupkan kedalamnya kertas lakmus biru dan lakmus merah. Kemudian
diamati perubahan yang terjadi.
6.3. Identifikasi untuk ion NH4+
Kedalam tabung reaksi dimasukkan larutan zat yang mengandung ion
NH4+. Kemudian ditambahkan kedalamnya larutan NaOH 4M, dan
diletakkan kertas lakmus merah basah pada mulut tabung reaksi. Kemudian
tabung reaksi dipanaskan dan diamati perubahan warna larutan lakmus.
Kedalam tabung reaksi dimasukkan zat yang mengandung ion NH4+.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi Nessler dan diamati
perubahan yang terjadi.
6.4. Identifikasi untuk ion perak (Ag+), timbal (Pb2+), merkuri (Hg2+), dan
merkuro(Hg+)
Pertama, disediakan 3 tabung reaksi. Tabung 1diisi dengan ion perak,
tabung 2 diisi dengan ion timbal dan tabung 3 diisi dengan ion merkuro atau
merkuri. Kedalam tiap tabung tambahkan HCl encer dan diamati perubahan
yang terjadi. Masing-masing tabung dipanaskan dan diamati perubahan
warna yang terjadi. Lalu, ditambahkan kedalamnya larutan NH4OH berlebih
dan diamati kembali perubahan warna yang terjadi.
Selanjutnya, disediakan 3 tabung reaksi. Pada setiap tabung diisi larutan
seperti pada percobaan diawal. Kedalam setiap tabung ditambahkan larutan
KI, dan diamati apa yang terjadi. Ditambahkan lagi KI berlebih, amati
perubahan yang terjadi.
Lalu, disediakan 3 tabung reaksi, kedalam setiap tabung diisi larutan
seperti pada percobaan awal. Kedalam setiap tabung ditambahkan larutan
K2CrO4 , diamati perubahan yang terjadi.
Disediakan lagi 3 buah tabung reaksi, kedalam tiap tabung diisi larutan
seperti pada percobaan awal. Kemudian ditambahkan kedalam tiap tabung
larutan NaOH encer dan diamati perubahan yang terjadi.
6.5 Identifikasi untuk ion merkuro (Hg+) dan merkuri (Hg2+)
Disediakan 2 buah tabung reaksi. Tabung satu diisi dengan larutan
merkuro dan tabung dua dengan merkuri. Setelah itu, ditambahkan larutan
NaOH 4M ke dalam setiap tabung dan diamati bagaimana perubahan yang
terjadi. Dua buah tabung disiapkan kembali dan diisi dengan larutan seperti
diatas hanya saja tidak ditambahkan dengan NaOH melainkan ditambahkan
dengan larutan encer HCl pada tiap tabung dan diamati bagaimana perubahan
yang terjadi. Setelah itu, tabung disiapkan kembali sebanyak dua buah dan
ditambahkan sedikit larutan KI, kemudian diamati perubahan yang terjadi.
Setelah itu larutan didiamkan dan diamati lagi bagaimana perubahannya.
Kedalamnya ditambahkan lagi larutan KI berlebih dan diamati bagaimna
perubahannya.
6.6 Identifikasi untuk ion Barium (Ba2+), Kalsium (Ca2+), dan Stronsium
(Sr2+)
Sepuluh tetes larutan Ca(OH)2 ditambah 1 tetes HCl 6 M dikocok hingga
larut, kemudian larutan yang sudah larut dibasakan dengan NH4OH 4 M dan
ditambahkan 2 tetes (NH4)2CO3 1 M, kemudian perubahan diamati. Setelah
diamati, larutan dipanaskan dalam pemanas air, dibiarkan dingin dan diamati
bagaimana perubahannya.
Larutan kemudian ditambahkan dengan 2 tetes asam asetat 4 M dan 4 tetes
larutan ammonium asetat 4 M. Larutan dikocok dan diamati bagaimana
perubahan yang terjadi. Setelah itu, larutan ditambahkan 1 tetes larutan
K2CrO4 1 M, dikocok dan diamati perubahannya . setelah terbentuk endapan
kuning, larutan ditambahkan 4 tetes larutan HCl 6 M, dikocok hingga larut.
Larutan ditambahkan 1 tetes H2SO4 4 M kemudian diamati perubahan
yang terjadi. Jika sudah terbentuk endapan putih, dilakukan proses uji nyala.
Stromsium/Kalsium mengendap dengan K2CrO4, setelah terbentuk warna
jingga, larutan yang sudah diuji nyala ditambahkan dengan larutan ammonia
4 M hingga berwarna kuning. Setelah berwarna kuning, ditambahkan etanol
dalam volume yang sama dengan larutan dan diamati bagaimana endapan
yang dihasilkan. Endapan kuning menandakan adanya ion Stronsium, setelah
endapan tersebut terbentuk, dilakukan indentifikasi dengan uji nyala. Larutan
yang berwarna kuning pucat kemudian dipanaskan sampai mendidih serta
ditambahkan 2 tetes larutan ammonium oksalat 0,4 M. Dihasilkannya
endapan berwarna putih menandakan adanya ion kalsium, kemudian
dilakukan identifikasi dengan menggunakan uji nyala. Kemudian prosedur
diatas dilakukan lagi dengan menggunakan larutan sampal Ba(OH)2.
6.7. Identifikasi untuk ion tembaga (Cu2+), dan kadmium (Cd2+)
Sepuluh tetes sampel diasamkan dengan asam asetat 4M, kemudian
ditambah larutan K4Fe(CN)6 0,1N. Kemudian diamati endapan yang terjadi.
Endapan merah muda menunjukkan adanya ion tembaga. Endapan putih
menunjukkan adanya ion kadmium.
Identifikasi untuk ion tembaga, disediakan 4 tabung reaksi yang berisi
larutan ion tembaga. Tabung 1, ditambahkan larutan NaOH, dan diamati
kemudian dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi. Tabung 2,
ditambahkan amonia berlebih kemudian diamati. Tabung 3, ditambahkan
larutan kalium ferrosianida, dan diamati. Tabung 4, dimasukkan paku besi
(yang tidak berkarat). Kemudian diamati warna paku.
6.8. Identifikasi untuk ion kobalt (Co2+)
Larutan sampel diasamkan dengan HCl 1M. Kemudian ditambahkan
beberapa butir NH4CNS dan dikocok. Ditambahkan sejumlah volume yang
sama aseton kemudian dikocok. Warna biru menunjukkan adanya ion kobalt.
Disediakan 3 tabung reaksi masing-masing diisi dengan larutan Co2+, tabung
1 ditambahkan NaOH 1M dan diamati perubahan yang terjadi. Didiamkan
beberapa saat, diamati perubahan yang terjadi .
Tabung 2 , ditambahkan 1 ml amil alkohol dan larutan NH4CNS.
Kemudian diamati perubahan yang terjadi. Tabung 3, ditambahkan ammonia,
dan diamati perubahan yang terjadi.
6.9. Identifikasi untuk ion nikel (Ni2+)
Kedalam tabung reaksi berisi larutan nikel, ditambahkan larutan NH4OH
4M hingga basa. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan
dimetilglioksim (DMG). Endapan merah menunjukkan adanya ion nikel.
6.10. Identifikasi untuk ion aluminium (Al 3+) dan seng (Zn2+)
Disediakan 2 tabung reaksi, tabung 1 diisi larutan aluminium dan tabung
2 diisi larutan seng. Kedalamnya ditambah larutan NaOH 4M, dan diamati
perubahan yang terjadi. Ditambahkan lagi larutan NaOH 4M sampai berlebih,
dan diamati perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan larutan Alizarin
S, dan diamati lagi perubahan yang terjadi.
Kemudian diasamkan dengan asam asetat, dan diamati perubahan yang
terjadi. Kedalam tiap tabung ditambahkan larutan K4Fe(CN)6, kemudian
diamati perubahan yang terjadi.
6.11 Identifikasi ion Fero (+ )
Disiapkan 4 tabung reaksi kemudian diisi masing-masing dengan FeSO4
secara merata. Dicatat warna dan bentuk dari FeSO4. Pada tabung I
dimasukkan K3Fe(CN)6. Kemudian amati perubahan warna dan bentuk.
Pada tabung kedua dimasukkan K4Fe(CN)6 kemudian dikocok dan diamati
perubahan warna dan bentuk yang terjadi.
Pada tabung ketiga dimasukkan asam sulfat encer dan dikocok kemudian
ditambahkan larutan o-fenantrolin kemudian diamati perubahan warna dan
bentuk yang terjadi.
Pada tabung keempat dimasukkan ammonia encer kemudian kocok dan
amati perubahan warna dan bentuk yang terjadi.

VII. DATA PENGAMATAN


1.1 Identifikasi untuk ion Na+, K+, Mg2+
2
No Perlakuan Hasil Gambar Pustak
. a
1 Dimasukkan Larutan
ammonium campuran
oksalat 0,4 M Na2HPO4 1 M,
dan ammonium
ammonium oksalat 0,4 M
karbonat 1 M dan ammonium
masing-masing karbonat 1 M
sebanyak 1
tetes ke dalam
tabung reaksi
yang berisi
larutan sampel
(Na HPO ) 1
2 4

M, kemudian
kocok
2 Diambil 2 tetes Larutan
larutan bereaksi asam
campuran,
kemudian
ditambahkan
larutan asam
asetat 1 M
3 Ditambahkan 5 Terbentuk
tetes larutan endapan warna
seng uranil kuning, Na+
asetat, membentuk
kemudian Kristal
kocok
4 Dimasukkan Larutan label
MgSO ke 4 bereaksi basa
dalam tabung
reaksi sebagai
label larutan
sebanyak 10
tetes,
kemudian
tambahkan
dengan
NH OH 4 M
4

5 Ditambahkan 2 Terbentuk
tetes larutan endapan
Na HPO 1 M,
2 4

lalu kocok

6 Dimasukkan Larutan
Co(HNO ) 6H 3 2 2 campuran
O sebanyak 5 Co(NO3)26H2
tetes ke dalam O dan asam
tabung reaksi, asetat dengan
ditambah asam suhu ruangan
asetat 4 M
sebanyak 5
tetes.
Kemudian
dipanaskan,
lalu dinginkan
kembali (suhu
ruang)
7 Ditambahkan 2 Terbentuk
tetes larutan endapan
Cobalt (II)- berwarna
kuning
acetat, lalu
kocok
3
8 Dicelupkan Tidak
kawat Ni- ditemukan
krom warna
kedalam nyala api
HCl pekat,
bakar pada
nyala api
oksidasi
sampai
tidak timbul
warna nyala
9 Diambil Nyala api Seharunya
larutan ion Berubah berwarna
Na dengan
+
warna orange
kawat Ni- menjadi
krom, bakar orange
pada nyala
api oksidasi

1 Diambil Nyala api Seharusny


0 larutan ion tidak a tidak
Mg dengan
+
berwarna berwarna
kawat Ni-
krom, bakar
pada nyala
api oksidasi

1 Diambil ion Nyala api Nyala api


1 K dengan
+
berwarna berwarna
kawat Ni- hijau seharusnya
krom, bakar berwarna
pada nyala lilac (pink)
api oksidasi
1 Dimasukka Logam Zn
2 n 2 ml HCl teroksidas
6M i
kedalam
tabung
reaksi,
dimasukkan
juga logam
Zn kedalam
tabung
reaksi
1 Dimasukka Kertas
3 n 2 ml HCl lakmus
6M merah
kedalam tidak
tabung berubah
reaksi, warna
dimasukkan
kertas
lakmus
merah
1 Dimasukka Kertas
4 n 2 ml HCl lakmus
6M biru
kedalam berubah
tabung warna
reaksi, menjadi
diteteskan warna
HCl pada merah
kertas
lakmus biru

3.1 Uji untuk ion NH4+

No Perlakuan Hasil
1 Dimasukkan 5 tetes NH OH dan ditambahkan
4 Terlarut dan tidak ada
3 tetes NaOH 4 M ke dalam tabung reaksi perubahan
2 Ditempelkan kertas lakmus merah basah di Kertas lakmus berubah
atas tabung dan tabung reaksi dipanaskan warna menjadi biru
4. Identifikasi ion Ag dan Pb
+ 2+

a. Identifikasi ion Ag
+

No Perlakuan Hasil Pustaka


1 Ion Ag+
Terbentuk endapan warna merah Endapan
dimasukkan ke merah
tabung reaksi dan perak
ditambahkan kromat
K CrO
2 4

2 Ion Ag+
Terbentuk endapan warna kuning Endapan
dimasukkan ke kuning
tabung reaksi dan perak
ditambahkan KI iodida

3 Ion Ag+
Terbentuk endapan warna coklat Endapan
dimasukkan ke coklat
tabung reaksi dan perak
ditambahkan oksida
NaOH

4 Ion Ag+
Terbentuk endapan putih keunguan Endapan
dimasukkan ke putih
tabung reaksi dan perak
ditambahkan HCl klorida
5 Tabung reaksi Endapan menggumpal
HCl dipanaskan

6 Ditambahkan Endapan terpisah dan sedikit larut


NH OH ke dalam
4

tabung HCl
b. Identifikasi Pb
2+

No Perlakuan Hasil Pustaka


1 Ion Pb dimasukkan Terbentuk endapan warna kuning
2+
Endapan
ke tabung reaksi kuning
dan ditambahkan
K CrO
2 4

2 Ion Pb dimasukkan
2+
Terbentuk endapan warna kuning Endapan
ke tabung reaksi kuning
dan ditambahkan
KI
3 Ion Pb dimasukkan
2+
Terbentuk endapan putih Endapan
ke tabung reaksi putih
dan ditambahkan
NaOH

4 Ion Pb dimasukkan
2+
Terbentuk endapan putih Endapan
ke tabung reaksi putih
dan ditambahkan
HCl

5 Tabung reaksi HCl Endapan terlarut Endapan


dipanaskan larut
6 Ditambahkan Terbentuk endapan putih sangat sedikit
NH OH ke dalam
4

tabung HCl
1.6.Identifikasi untuk ion Ba2+ dan Ca2+

NO Perlakuan Hasil Pustaka


1 Meneteskan Ba : Tidak ada
larutan sampel Ba : tidak ada perubahan perubahan
sebnayak 10 Ca : Tidak ada
tetes lalu perubahan
menambhakan
HCL 6M lalu
mengocok
larutannya

Ca : erdapat gelembung
2 Membasakan Ba : Lakmus
larutan merah menjadi
tersebut biru
menambah Ca : Lakmus
NaOH 4M merah menjadi
hingga basa biru

Ba : membirukan lakmus merah


Ca : membirukan lakmus merah
3 Menambahkan Ba : larutan akan
2 tetes Ba : warna larutan menjadi berwarna putih
(NH4)2CO3 1 lebih putih Ca : larutan akan
M Ca : warna larutan menajdi berwarna putih
lebih putih
4 Memanaskan Ba : terjadi endapan putih Ba : akan terjadi
larutan, Ca : terjadi endapan putih endapan
membiarkan bewarna putih
campuran Ca : akan terjadi
sampai dingin, endapan
mengamati bewarna putih
5 Menambahkan Ba : tidak terjadi perubahan Ba : tidak akan
2 tetes asam Ca : tidak terjadi perubahan terjadi
asetat 4 M dan perubahan
mengocok. Ca : tidak akan
Mengamati terjadi
perubahan
6 Menambahkan Ba : akan
1 tetes terbentuk
K2CrO4 1 M, endapan
mengocok dan bewarna kuning
mengamati Ca : akan
terbentuk
endapan
bewarna kuning

Ba : terbentuk
endapan berwarna kuning
Ca : terbentuk endapan
berwarna kuning
7 Menambahkan Ba : larutan menyatu Ba : larutan akan
4 tetes HCL Ca : larutan menyatu tercampur
jika terbentuk Ca : larutan akan
endapan tercampur
8 Menambahkan Ba : larutan berubah menjadi Ba : akan
H2SO4 4M kuning pucat terbentuk
sebanyak 1 Ca : larutan terdapat endapan endapan warna
tetes. putih putih
Mengamati Ca : akan
teerbentuk
endapan warna
kuning
9 Uji nyala Ba : akan
terhadap Ba menghasilkan
dan Ca warna hijau
Ca : akan
menghasilkan
warna merah

Ba : nyala api berwarna hjau


Ca : nyala api berwarna merah

1.7 Identifikasi ion tembaga (Cu ) dan kadmium (Cd )


2+ 2+

No. Perlakuan Hasil Pustaka


Mengasamkan 10 tetes
CdCl 2 dengan
menggunakan asam Terbentuk endapan berwarna
1.
asetat 1M dan larutan kuning.
K Fe(CN) ditambahkan
3 6

dalam tabung.
Menyediakan 4 Tabung Larutan
reaksi: Terdapat endapan berwarna berwarna
Tabung pertama, putih. biru
memasukan
larutan CuSO 4

secukupnya dan
menambahkan
sedikit NaOH
kemudian larutan
dipanaskan.

Tabung kedua,
memasukan
larutan CuSO 4

secukupnya dan
menambahkan
2. sedikit ammonia.
Tidak terjadi perubahan apapun
pada larutan.

Tabung ketiga,
memasukan
larutan CuSO 4

secukupnya dan
menambahkan
larutan
K Fe(CN) .
4 6

Tabung keempat,
memasukan
larutan CuSO 4

secukupnya dan Terbentuk endapan berwarna


memasukan paku kuning.
yang tidak
berkarat ke dalam
larutan.

Tidak terjadi perubahan pada


paku.

1.8 Identifikasi Ion Kobalt (Co )2+

No. Perlakuan Hasil Pustaka


Terjadi perubahan warna pada
larutan, menjadi warna biru.

Memasukan larutan
Co(NO ) ke dalam
3 2

tabung reaksi kemudian


diasamkan dengan
1.
asam klorida (HCl).
Ditambahkan aseton.
Dan larutan dikocok
beberapa detik.

Sediakan 3 tabung
reaksi yang masing
masing berisi larutan
Co(NO ) .
3 2

Tabung 1,
ditambahkan Larutan berwarna kebiruan
NaOH
kemudian
mendiamkan
tabung
beberapa saat.
2.

Tabung 2, Tidak terjadi perubahan warna


ditambahkan larutan.
amil alkohol
dan larutan
NH SCN.
4
Tabung 3,
ditambahkan
ammonia.

Larutan berwarna kebiruan

1.10 Uji untuk ion Al3+ dan Zn2+

No Perlakuan Hasil Gambar


1. Padatan Al
1. -
sebannyak 1
patel dimasukan
1 2. Suasana
ke dalam tabung
menjadi basa
reaksi
2. Lalu 3. Warna
ditambahkan 3 menjadi ungu
tetes larutan kemerahan
NaOH 4M
kemudian 4. Tidak berubah
ditambahkan 2 warna
tetes lagi
5. Tidak terdapat
3. Tambahkan 2 endapan
tetes Alizarin S.

4. Tambahkan 2
tetes Asam Asetat

5. Tambahkan 2
Tetes K4Fe(CN)6

1. Padatan Zn 1. -
sebannyak 1
patel dimasukan 2. Suasana
ke dalam tabung menjadi basa
reaksi
3. Warna
2 2. Lalu menjadi ungu
ditambahkan 3
tetes larutan 4. Tidak berubah
NaOH 4M warna
kemudian
ditambahkan 2 5. Terdapat
tetes lagi endapan
3. Tambahkan 2
tetes Alizarin S.

4. Tambahkan 2
tetes Asam Asetat

5. Tambahkan 2
Tetes K4Fe(CN)6

1.11 Uji untuk ion Fero (Fe2+) dan Feri (Fe3+)


No. Perlakuan Hasil Gambar
Berubah warna
Ditetesi
dari hijau muda
K3Fe(CN)6
1. menjadi biru tua
sebanyak 32
dan terdapat
tetes.
endapan.

Ditetesi Berubah warna


K4Fe(CN)6 menjadi hijau
2.
sebanyak 32 kebiruan, larut
tetes. dan kental.

Berubah warna
Ditetesi menjadi biru
3. 2 4seban muda pada
yak 32 tetes. endapan dan biru
tua di larutan.
Ditetesi O-
Berubah menjadi
Fenontralin
coklat dan
sebanyak 32
mengendap
tetes.

Berubah warna
Ditetesi NH3
menjadi merah
4. sebanyak 32
bata dan terdapat
tetes.
endapan

VIII. PEMBAHASAN

1.1 Identifikasi ion natrium, kalium, magnesium, dan ammonium


Untuk mengidentifikasi ion natrium, kalium, magnesium dan ammonium
hanya menggunakan ammonium oksalat 0,4 M karena ammonium sulfat 1M
tidak tersedia. Tetapi setelah melakukan prosedur untuk mengidentifikasi ion
natrium tidak terjadi endapan dikarenakan larutan ammonium sulfat yang
kurang. Seharusnya ion natrium akan terbentuk endapan Kristal.
Ketika melakukan identifikasi Mg2+ sebelum ditambhakan titan kuning
dan NaOH/NH4OH 4M terlihat endapan putih dan ketika ditambahkan titan
kuning dan NaOH/NH4OH berlebih endapan menghilang.Seharusnya tetap
ada endapan putih namun dikarenakan larutan ammonium sulfat yang tidak
tersedia maka endapan putih menghilang.
Sama hal nya seperti identifikasi Natrium, ketika melakukan identifikasi
K+ (Kalium) sesuai prosedur tidak terjadi endapan.Harusnya muncul
endapan berwarna kuning.Dikarenakan yaitu larutan ammonium sulfat 1 M
yang tidak tersedia.
Uji nyala. Pertama kawat Ni-krom dicelupkan kedalam HCL pekat,
dibakar pada nyala api oksidasi sampai tidak timbul warna nyala. Kemudian
ambil padatan/ larutan ion yang akan dianalisa dengan kawat Ni-krom,
kemudian untuk mengamati warna nyala yang terjadi dengan cara dibakar.
Setelah melakukan uji nyala pertama, sebelum kawat Ni-krom dicelupkan
kedalam HCL pekat kawat Ni-krom dibakar kembali sampai warna nyala
menghilang.Hal ini dilakukan agar tidak ada larutan atau senyawa zat sempel
sebelumnya yang masih menempel agar tidak tercampur dengan larutan atau
senyawa zat sempel selanjutnya.
Hasil dari pengamatan adalah : Na+ terlihat warna jingga/orange, K+
terlihat warna ungu, Ca2+ terlihat warna merah bata, Ba2+ terlihat warna
hijau. Dan As3+ tidak terlihat warna, namun muncul uap.

1.2 Identifikasi untuk ion hydronium


Identifikasi ion hidrogen (H3O+). Setelah logam Zn dimasukkan kedalam
tabung berisi larutan asam, dihasilkan warna putih dan timbul gelembung.
Kertas lakmus biru yang dicelupkan kedalam larutan asam berubah menjadi
merah dan kertas lakmus merah tetap berwarna merah.

1.3 Identifikasi untuk ion NH4+


Pertama-tama ditambahkan dengan NaOH pada larutan yang mengandung
ion NH4+ tujuannya untuk agar pH menjadi basa. Kemudian diletakan kertas
lakmus merah dan hasilnya kertas lakmus merah berubah menjadi biru karena
pH larutan basa. Langkah selanjutnya ditambahkan pereaksi Nessler namun
percobaan ini tidak dilakukan karena pereaksi nessler tidak tersedia.

1.4 Identifikasi untuk ion perak, timbal, merkuri, dan merkuro


Pertama-tama ditambahkan HCl tujuan adalah agar didapat endapan.
Secara teori seharusnya ketiga ion bila ditambahkan HCl akan membentuk
endapan. Namun pada percobaan yang telah dilakukan hanya ion Ag+ yang
menghasilkan endapan putih.Disini terdapat kesalahan atau kurangnya
ketelitian saat melakukan percobaan.Setelah ditambahkan HCl ketiga tabung
reaksi dipanaskan.Pemanasanbertujuan untuk menguji ion manakah yang
larut dalam air panas.setelah dipanaskan, ketiga tabung reaksi ditambahakan
NH4OH.Secara teori AgCl larut dalam ammonia encer dan hal tersebut
terbukti dalam percobaan karena AgCl larut menjadi larutan berwarna
putih.Selanjutkan, ketiga tabung reaksi ditambahkan dengan HNO3
tujuannya adalah HNO3 bisa menetralkan kandungan NH4OH yang
telahditambahkan sebelumnya.
Selanjutnyha identifikasi dilakukan dengan penambahan KI. Ketiga ion
mengalami perubahan warna jika ditambah KI. Selajutnya dilakukan
penambahan K2CrO4 secara teori Pb membentuk endapan kuning dengan
CrO42- dan itu terbuktidalam percobaan yang telah dilakukan. Dan
percobaan identifikasi Ag+, Pb2+, Hg2+ yang terakhir dilakukan
denganpenambahan NaOh encer. Hasilnya ketiga ion membentuk endapan.
Endapan Ag2O berwarna coklat, endapan Pb(OH)2 berwarna putih dan
endapan Hg(OH)2 berwarna kuning.
1.5 Identifikasi untuk ion merkuro dan merkuri
Percobaan identifikasi ion merkuro tidak dilakukan karena tidak
tersedianya larutan uji di laboratorium. Sehingga percobaan identifikasi
kation dilakukan pada ion merkuri. Saat merkuri ditambahkan NaOH,
menghasilkan endapan warna oranye. Kemudian saat merkuri ditabung reaksi
yang berbeda ditambahkan HCl, larutan tidak berubah warna (bening) dan
endapan warna putih. Ditabung yang lain, saat merkuri ditambahkan KI
menghasilkan larutan dan endapan warna kuning, dan setelah didiamkan dan
kemudian diberi KI berlebih berubah menjadi warna oranye.
Untuk ion Hg+ pertama-tama ditambahkan asam klorida encer atau
klorida-klorida yang larut dalamasam encer. Namunketikaditambahkan
natrium hidroksida maka akan terbentuk endapan hitam merkurium(I)oksida.
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Tetapi mudah larut dalam
asam nitrat encer. Ketika dididihkan warna endapan berubah menjadi abu-
abu karena terdisproporsinal pada merkurium(II)Oksida dan logam
merkurium akan terbentuk. Sedangkan ketika ditambahkan kalium iodide
endapan yang terbentuk akan berwarna hijau yaitu menjadi merkurium (ii)
iodide. Ketika endapan merkurium(I)iodide dengan air terjadi
disproposionasi dan terbentuk campuran ebndapan merkurium(II)iodide
merah dan merkurium hitam yang berbutir halus.
Sedangkan pada Hg2+ bila natrium hidroksida ditambahkan dalam jumlah
sedikit maka endapan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Namun jika
ditambahkan dalam julah yangstoikiometris endapan akan berubah menjadi
warna kuning ketika terbentuk merkurium (II) ketika ditambahakan kalium
iodide perlahan lahan larutan akan terbentuk endapan merah merkurium(II)
iodide. Kemudian endapan akan larut dalam reagensia yang berlebihan yaitu
merkuro.

1.6 Identifikasi untuk ion barium, kalsium, dan stronsium


Stronsium, Barium dan kalsium memberikan nyala api dengan warna
berbeda atau memiliki warna tertentu yang dikarenakan eksitasi elektron/
loncatan elektron (ionisasi) pada logam (Stronsium, Barium dan Kalsium).
Stronsium akan menghasilkan warna nyala merah pucat (krimson), Kalsium
akan menghasilkan warna merah bata, dan Barium akan menghasilkan warna
hijau terang. Ketiga kation ini merupakan kation golongan ke 4 dimana ion-
ion yang mengendap merupakan garam karbonat dengan pereaksi ammonium
karbonat dalam suasana ammonia.
Pada kegiatan praktikum dilaksanakan, percobaan uji nyala Stronsium
tidak dapat dilakukan. Jadi kation yang diuji hanya Barium dan Kalsium.
Hasil uji nyala dari percobaan uji ion barium, menghasilkan warna hijau
terang. Uji dilakukan dengan kawat nikrom yang sebelumnya sudah
dibersihkan oleh HCl (untuk menghilangkan zat/ion yang tertinggal pada
kawat) dan spiritus.
Hasil dari uji nyala ion Kalsium tidak memunculkan warna nyala. Uji
nyala kalsium seharusnya menghasilkan warna merah bata. Dan memang
timbulnya warna nyala diperlukan pengamatan yang sangat jeli. Warna nyala
api dari spirtus yang oranye kemerah merahan membuat pengamatan sedikit
sulit. Sulit untuk membedakan antara warna nyala kalsium dengan warna
nyala api dari spiritus itu sendiri. Sehingga disimpulkan bahwa menurut
pengamatan, kami tidak melihatn adanya perubahan warna nyala yang terjadi.
Pada percobaan ion barium, jika barium ditambahkan dengan asam sulfat
pekat maka akan larut dengan baik. Lebih baik lagi jika dilarutkan dalam
asam sulfat pekat yang mendidih dan ditambah ammonium asetat. Ketika
barium ditambahkan larutan kalium kromat maka akan tak larut dalam air.
Endapan akan tak larut dalam asam encer namun akan dapat larut dengan
mudah dalam asam mineral. Untuk percobaan ion Stronsium jika
ditambahkan larutan asam sulfat encer maka tak akan larut. Sedangkan bila
ditambahkan larutan kalium kromat,
akan terbentuk endapan kuning stronsium kromat. Endapannya akan larut
agak banyak dalam air maka tak akan terjadi endapan dalam larutan stronsium
yang encer.Sedangkan untuk percobaan ion kalsium jika ditambahkan larutan
asam sulfat encer makaakan terbentuk endapan putih kalsium sulfat. Namun
jika ditambahkan larutan kalium kromat maka tidak terjadi endapan endapan
dari larutan larutan encer,tidak pula dari larutan larutan pekat
Berdasarkan percobaan yang dilakukan ketika larutan ion barium
ditambahkan larutan HCl tidak mengalami perubahan warna, kemudian
ketika ditambahkan larutan NH4OH dan (NH4)2CO3 tidak mengalami
perubahan warna juga. Ketika Ditambahkan asam asetat dan kalium kromat
warna larutan berubah menjadi sedikit keruh. Kemudian ketika diberikan
larutan HCl lagi tetap tidak mengalami perubahan warna. Sedangkan ketika
diberi asam sulfat larutan berubah warna dan terbentuk endapan putih. Karena
terbentuk endapan putih maka dilakukan uji nyala dengan kawat Ni-Krom.
Ketika dilakukan uji nyala, warna yang terlihat adalah hijau.
Untuk percobaan larutan ion kalsium ketika larutan ditambahkan larutan
HCl, NH4OH , (NH4)2CO3 , asam asetat , kalium kromat, dan larutan HCl
lagi larutan tetap tidak mengalami perubahan warna. Karena tidak mengalami
perubahan warna dan tidak terbentuk endapan putih makan tidak dilakukan
uji nyala. Seharusnya ketika larutan terbentuk endapan putih dan kemudian
dilakukan uji nyala maka warna ion kalsium akan timbul warna merah bata
ketika dilakukan uji nyala. Hal ini terjadi karena adanya pemakaian pipet
yang bergantian kepada setiap larutan dan pipet tersebut belum dibersihkan
kembali sehingga antara larutan yang satu dengan yang lainnya tercampur.
Untuk percobaan ion stronsium tidak dilakukan karena ketidaktersediaan
bahan.

1.7 Identifikasi untuk ion tembaga, dan cadmium


Identifikasi untuk ion tembaga (Cu2+) dan kadmium (Cd2+) dilakukan
dengan 10 tetes sampel Cu2+ dan 10 tetes Cd2+ masing-masing diasamkan
dengan asam asetat dan larutan K4Fe(CN)6 0,033 N. Dan hasilnya adalah
terjadi perubahan warna dari bening menjadi kuning keruh. Seharusnya jika
kedua sampel tersebut dilarutkan diasamkan dengan larutan K4Fe(CN)6 0,1
N, terdapat endapan berwarna merah muda pada ion tembaga dan endapan
putih pada ion kadmium. Pada percobaan kali ini tidak terbentuk endapan
kemungkinan besar dikarenakan normalitasnya yang seharusnya digunakan
K4Fe(CN)6 0,1 N, namun pada percobaan diasamkan oleh K4Fe(CN)6 0,033
N atau banyaknya K4Fe(CN)6 yang ditambahkan pada larutan sampel.
Untuk megidentifikasi ion tembaga, dilakukan kembali pada empat tabung
yang masing-masing berisi larutan ion tembaga. Tabung I ditambahkan
larutan NaOH, larutan yang tadinya berwarna bening berubah menjadi putih
keruh dan setelah dipanaskan warna larutan berubah menjadi bening dengan
endapan putih . Tabung II ditambahkan NH4CNS, tidak ada perubahan
warna, larutan tetap bening. Tabung III ditambahkan K4Fe(CN)6, terjadi
perubahan warna larutan dari bening menjadi kuning keruh.
1.8 Identifikasi untuk ion kobalt
Identifikasi untuk ion kobalt (Co2+) dilakukan dengan cara larutan sampel
diasamkan dengan HCl 1M , dikocok dan ditambahkan dengan beberapa butir
NH4CNS dan aseton. Larutan berubah warna dari merah ke keunguan, lalu
berubah menjadi biru tua. Warna biru tua menunjukkan adanya ion kobalt.
Setelah itu, larutan tadi dibagi ke dalam tiga tabung reaksi. Tabung 1
ditambahkan NaOH, hasilnya larutan tersebut berubah warna menjadi ungu
pudar ditambah adanya endapan. Tabung II ditambahkan 1 mL alkohol dan
NH4CNS, hasilnya warna menjadi biru tua tidak terlalu pekat. Tabung III
ditambahkan NH4CNS, hasilnya warna biru tua.
1.9 Identifikasi untuk ion nikel
Percobaan 1.9 tidak dilakukan karena ketidak tersediaan zat yang
mengandung nikel. Jika percobaan dilakukan ion nikel berada dalam kation
golongan III yang akan mengendap jika direaksikan dengan ion sulfide atau
direaksikan dengan ammonium hidroksida.
1.10 Identifikasi untuk ion alumunium dan seng
Pada identifikasi ion Zn2+ digunakan ZnSO4 dan ion Al3+ digunakan
KAl(SO4)2. Pertama tama diambil padatan ZnSO4 dan KAl(SO4)2
secukupnya. Karena ini analisis kualitatitf jadi takarannya tidak harus tepat
atau melalui perhitungan. Kemudian dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi
yang berbeda. Setelah itu dilarutkan dengan air sampai seluruh padatan larut
dengan sempurna. Ketika larutan sudah larut dengan sempurna, ditambahkan
NaOH 4 M sebanyak 3 tetes ke masing masing tabung reaksi. Sebenarnya
tidak harus 3 tetes, berapa banyak pun tetes boleh boleh saja. Didalam larutan
mulai terbentuk kabut putih tapi masih dalam jumlah sedikit. Ditambahkan
lagi NaOH 4M, tetapi untuk kali ini jumlah nya harus lebih sedikit dari yang
pertama. Setelah itu ditambahkan larutan Alizarin S sebanyak 2 tetes. kedua
larutan ditabung reaksi langsung berubah warna menjadi ungu kemerahan.
Kemudian ditambahkan asam asetat 1 M sebanyak 2 tetes. Tetapi tidak ada
perubahan warna yang signifikan. Namun dibagian atas larutan mucul cairan
kuning yang terpisah. Yang terakhir ditambahkan K3Fe(CN)6 sebanyak 2
tetes. Tetapi juga tidak ada perubahan yang signifikan. Setelah itu barulah
kedua tabung reaksi dikocok. Pada larutan alumunium yang terjadi adalah
warna bening sedikit ungu dan pada zat zink yang terjadi warna ungu pekat
dan terdapat sedikit endapan. Namun dalam percobaan kali ini, endapan yang
dihasilkan sangat sedikit, bahkan didalam larutan alumunium hamper tidak
terlihat. Ini dikarenakan pelarut yang digunakan saat membuat larutan terlalu
banyak.

1.11 Identifikasi untuk ion fero dan feri

Pada identifikasi ion fero dan feri, maka hal pertama yang dapat dilakukan
sesuai prosedur adalah dengan larutan ion fero dan feri ditambahkan reagen
yang terdiri atas larutan K3Fe(CN)6, larutan K4Fe(CN)6 dan larutan
ammonia encer untuk kemudian diamati perubahan warnanya. Warna awal
masing-masing ion dalam larutannya adalah kuning muda. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, maka larutan ion feri akan berubah menjadi warna hijau tua,
sedangkan ion fero akan berubah menjadi warna biru dongker yang menjadi
ciri khas dari masing-masing ion. Sedangkan pada identifikasi yang lebih
spesifik, larutan ion feri diberi beberapa tetes kalium sianida dan alkohol,
sehingga warnanya berubah menjadi warna merah pekat sedangkan larutan
ion fero diberikan tetes asam sulfat dan o-fenantrolin yang tidak mengubah
warna asalnya sama sekali.
IX. KESIMPULAN

Dapat mengidentifikasi warna nyala dari kation Na+, K+, Ca2+, Sr2+, Ba2+,
Pb2+, dan As3+ dengan hasil sebagian besar menghasilkan warna nyala
melalui analisis kualitatif.

Ion-ion kation dapat diidentifikasi melalui cara flametest atau pun


secara kimia dengan mengamati perubahan warna, adanya gas dan
terbentuknya endapan.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Dasatrio, Yogi dan Ratna Rima Melati. 2014. Semua Materi & Rumus Fisika
Kimia SMA. Jakarta: Literindo
Day, R. A dan A. L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Dianawati, Sisca dan Djarot. 2013. Studi Gangguan Ag(I) dalam Analisa Besi
dengan Pengompleks 1.10-Fenanthrolin pada pH 4,5 Secara Spektofotometri
Uv-Vis. Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol.2 No.2. Tersedia Online di http://
download. Portalgaruda .org /article .php? article=89309&val=4187 [Diakses
pada 21 September 2015].
Hendrawati dan Siti Maryam. 2008. Analisis Kation dan Anion Air Tanah Di
Daerah Sukabumi Jawa Barat. Valensi. Vol 1. 87-91. Tersedia online di
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi/article/view/255/168 [Diakses
pada 21/09/15 pukul 22.00].
Keenan, W. Kleinfelter. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Martin, Alfred dkk. 2013. Farmasi Fisik : Dasar-Dasar Farmasi Fisik dan Ilmu
Farmasetik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Masterton,W.L., et al. 1990. Chemical principle. Ed 5. London: Saunders College
Publ.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Widiarto, Sonny. 2011. Analisis Kation dan Anion. Tersedia di
http://staff.unila.ac.id/sonnywidiarto/files/2011/09/bab-5-analisis-kation-
anion.pdf [Diakses pada 29/09/15 pukul 20.43].

Das könnte Ihnen auch gefallen