Sie sind auf Seite 1von 17

https://kusendony.wordpress.

com/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokumenter/

Persyaratan Scene:
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk membangun scene yang baik:
Faktor Estetika:
Perlu memperhatikan aspek komposisi dari pemain, properti, setting, dll. Perlu d
isesuaikan dengan gerakan para pemain atau action yang akan terjadi.
Perlu mempertimbangkan background-foreground. Angle-plus-angle sebaiknya dipakai
untuk selalu menampakkan unsur tiga dimensi
Background perlu dipertimbangkan dengan action yang menjadi latar depan.
Faktor-Faktor Teknis:
Kesulitan teknis terkait dengan peralatan terutama untuk film-film non cerita ha
rus diperhitungkan. Di tempat-tempat yang sulit untuk mendapatkan semua peralata
n itu, bagaimana juru kamera bisa berkompromi dengan peralatan dan kondisi yang
tersedia.
Faktor-Faktor Psikologis:
Penempatan kamera bisa mempengaruhi penonton secara emosional. Penonton bisa dij
auhkan ataupun didekatkan pada kejadian atau tokoh. Shot-shot dekat bisa lebih m
elibatkan penonton pada action. Shot-shot subyektif melukiskan adegan sebagaiman
a pemain melihatnya.
Penggunaan film secara psikologis adalah mempengaruhi penonton agar beraksi menu
rut suasana hati yang diinginkan. Inilah fungsi menjual, mendidik, menghibur, dl
l. Penempatan kamera disesuaikan dengan pengaruh yang diinginkan terhadap penont
on.
Faktor-Faktor Dramatik:
Cerita yang dramatik atau adegan yang sudah dramatik sering kali justru tidak pe
rlu dengan angle-angle kamera yang bermacam-macam, karena kekuatan dramatiknya s
udah ada dalam cerita atau adegan itu sendiri. Jangan sampai justru penonton men
jadi terganggu karena sadar akan adanya kamera.
Faktor-Faktor Editorial:
Shot-shot kamera harus dipikirkan dalam konsep editingnya, apalagi jika dalam sk
enario tidak ada tuntunan shot-shot secara detail. Seorang juru kamera harus men
terjemahkan shot-shot tunggal dalam konsep editing.
Faktor-Faktor Alami:
Shooting outdoor perlu mempertimbangkan arah matahari untuk medapatkan warna ter
baik. Perhatikan juga soal back light, kecuali jika menjadi tuntutan cerita. Bac
kground juga perlu menjadi pertimbangan untuk mengambil yang terbaik, karena kit
a tidak bisa mengatur alam. Sejauh mana kompromi-kompromi bisa dilakukan?
Faktor-Faktor Fisik:
Seperti faktor alam, faktor fisik juga perlu diperhatikan. Dalam film dokumenter
juru kamera harus mengambil apa adanya seperti misalnya ruangan yang sempit, wa
rna yang apa adanya, tidak mungkin dirubah, atau sebuah alat yang tidak boleh di
rusak hanya untuk keperluan pembuatan film. Bagaimanakah keterbatasan-keterbatas
an ini harus dikompromikan?
2. Continuity
Pada intinya Film adalah sebuah continuity. Sebuah film harus menampilkan urutan
gambar yang berkesinambungan, lancar, mengalir secara logis. Inilah aspek conti
nuity sebuah film. Sebuah film, baik sebuah rekaman kenyataan atau sebuah fiksi,
harus memberikan kepada penontonnya sebuah realitas kehidupan yang nyata. Sekal
ipun sebuah film yang sangat fiksi harus mampu ditampilkan seolah-olah suatu dun
ia yang nyata, sebuah reproduksi kehidupan yang sesungguhnya. Bisa dikatakan fil
m sebagai suatu dunia pura-pura yang meyakinkan. Ini semua bisa terjadi jika ada
kesinambungan, ada logika yang bisa diterima oleh penonton, dengan kata lain co
ntinuity (selanjutnya ditulis dalam bahasa Indonesia kontiniti ) terjaga dengan bai
k.
Membuat film harus direncanakan dengan baik dan detail, karena disinilah kontini
ti bisa terjaga dengan baik. Dalam perencanaan baik itu berupa catatan-catatan i
de, coret-coret outline, design story board, atau shooting script, harus memasuk
kan pertimbangan kontiniti ini. Seorang pembuat film harus berpikir dalam sequen
ce-scene-shot untuk menjaga suatu kontiniti, jika tidak film hanya akan merupaka
n sebuah kumpulan snap shot yang tidak jelas. Kontiniti adalah logika sebuah fil
m yang akan membuat film realistis dan meyakinkan dan membuat penonton bertahan
dan hanyut dalam story telling sebuah film sampai akhir.
Waktu Dan Ruang Sinematik
Film bisa memiliki waktu dan ruang sendiri. Waktu bisa dipercepat atau diperlamb
at atau dibiarkan berhenti selama diinginkan. Film bisa diceritakan seperti terj
adi saat sekarang tetapi bisa juga dilempar ke masa lalu atau melesat ke masa ya
ng akan datang. Demikian juga soal ruang. Ruang bisa dipersempit atau dikembangk
an. Bisa dibuat dengan perspektif yang sesungguhnya, bisa dengan perspektif pals
u. Ini semua dibuat untuk membantu penonton memahami cerita dalam film.
Kontiniti Waktu
Waktu yang sesungguhnya selalu bergerak ke depan, namun dalam film waktu bisa di
mainkan. Ada empat katagori waktu dalam film, yaitu masa sekarang, masa lampau,
masa yang akan datang, dan waktu menurut kondisi.
Masa Sekarang
Film menggunakan kontiniti masa sekarang berarti membuat keseluruhan film itu se
perti terjadi saat ini.
Kontiniti masa sekarang menjadi cara yang mudah dan umum digunakan dalam banyak
film.
Kejadian masa lampau bisa juga diceritakan seperti terjadi masa kini. Kesan dram
atis akan lebih kuat karena penonton diajak terlibat seperti mejadi saksi perist
iwa tersebut. Penonton seperti ada dalam peristiwa itu.
Masa Lampau
Seperti point sebelum ini, cerita sejarah bisa ditampilkan seolah-olah terjadi m
asa kini di depan mata penonton.
Masa lampau bisa juga diceritakan dengan Flash back:
? Untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi sebelum cerita dimulai.
? Waktu seperti bergerak mundur untuk menceritakan peristiwa yang sebelumnya tid
ak diperlihatkan.
? Untuk mengulang peristiwa yang sudah disajikan terdahulu.
? Untuk menjernihkan titik plot cerita dengan menceritakan kejadian masa lalu ya
ng berdampak masa kini.
? Bisa ditampilkan dengan kilatan-kilatan peristiwa masa lalu sebagai efek bawah
sadar atau ingatan masa lalu.
? Hati-hati dengan flash back, jangan sampai penonton justru tersesat dalam alur
cerita yang tidak kontinyu.
Masa Depan
Sebuah kilasan maju dari masa sekarang ke masa depan.
Bisa berupa sebuah dugaan atau khayalan-ilmiah (science-fiction).
Bisa ditampilkan juga dengan flashforward, dengan untung ruginya seperti dalam f
lashback.
Menurut Kondisi (Kontiniti conditional time )
Tidak terkait dengan waktu yang sesungguhnya. Waktu yang terkait dengan elemen-e
lemen lain seperti misalnya kondisi mental pemain tertentu.
Biasanya dipakai untuk menggambarkan mimpi buruk, atau fantasi karena kondisi ma
buk, atau kerusakan mental yang lain, misalnya pengalaman Dj vu .
Kontiniti Ruang
Penonton perlu dibuat selalu menyadari lokasi dari action dan arah dari gerakan,
sehingga penonton selalu sadar dari mana pemain datang dan kemana pemain pergi.
Ruang bisa dipersingkat dan juga bisa diperpanjang. Untuk menggambarkan sebuah p
erjalanan yang panjang, tidak perlu semua ditunjukkan. Cukup mengambil bagian-ba
gian yang bagus misalnya dengan background yang bagus dan menunjukkan suatu prog
resi ke tujuan.
Memfilmkan Action
Jenis Action
Action Terkontrol: Sebuah action yang bisa dikontrol atau diarahkan oleh sutrada
ra atau juru kamera, misalnya film-film cerita dimana adegan bisa dilatih, kamer
a dan setting bisa diatur,dll.
Action Tidak Terkontrol: Sebuah kejadian yang tidak bisa diatur pengadeganannya,
misalnya peristiwa-peristiwa live dimana kontrol sering kali tidak dipegang ole
h sutradara tetapi oleh penyelenggara sebuah acara, misalnya sebuah upacara tert
entu, atau peresmian sesuatu hal, dimana kamera lebih harus menyesuaikan diri. P
eristiwa-peristiwa semacam ini tidak bisa diulangi dua kali.
Tehnik Pemfilman
Tehnik Master Scene
Suatu Master Scene adalah satu take yang berkesinambungan atas seluruh kejadian
yang berlangsung pada suatu setting tunggal. Jika difilmkan dengan kamera tungga
l (single camera) bagian-bagian action akan diulang dalam jarak dekat untuk inte
rcut. Jika dengan banyak kamera (Multi Camera), pengambilan shot-shot jarak deka
t untuk intercut akan dilakukan secara bersama-sama.
Manfaat pemakaian Master Scene:
? Menguntungkan bagi editor karena ada banyak pilihan gambar dan cukup leluasa u
ntuk memilih gambar yang akan dipakai, misalnya akan memberi close up dekat atau
kembali ke Long Shot atau juga memberi reaction shot.
? Lebih menjamin dalam melakukan perekaman secara lengkap. Juga shot-shot dekat
bisa dibuat lebih teliti misalnya pengaturan cahaya secara lebih baik daripada s
aat long shot.
? Lebih disukai pemain karena saat pengambilan long shot mereka bisa lebih total
berekspresi dari pada sepotong-sepotong, meskipun tetap mereka harus mengulang
pada shot-shot dekat.
Kerugian pemakaian Master Scene:
? Para pemain harus menghafalkan seluruh Scene dengan seksama dan teliti, tidak
hanya dialognya saja tetapi juga gerakannya. Ini hanya bisa dilakukan oleh para
pemain profesional. Shot-shot dekat harus dibuat sedekat mungkin dengan master s
cenenya, termasuk propertinya, supaya tidak memberi kesan jumping.
? Perlu bahan baku film yang lebih banyak. Bisa dihemat dengan perencanaan yang
matang, sehingga tidak perlu seluruh sequence dibuat master scenenya. Yang sudah
pasti bisa langsung membuat shot-shot jarak dekatnya.
? Dengan multi camera, harus banyak melakukan latihan karena dialog, gerak pemai
n, pengambilan gambar harus dilakukan dalam one run. Sebaiknya dengan high key yan
g tidak terlalu banyak pengaturan cahaya yang berubah-ubah. Maka lebih cocok unt
uk acara komedi, kuis, atau diskusi.
Tehnik Triple Take
Pengambilan gambar dengan selalu mengingat tiga shot beruntun. Bagian akhir dari
shot pertama diulangi pada permulaan shot kedua, dan akhir shot kedua diulangi
pada awal shot ketiga. Ini adalah sebuah tehnik perekaman berantai, memudahkan s
aat editing dilakukan dan efek kesinambungan seperti tidak terinterupsi.
Sutradara atau juru kamera harus kenal seluruh scene, jika perlu diperagakan dah
ulu supaya pemenggalan-pemenggalan kamera bisa dilakukan dengan tepat.
Baik jika diawali dengan Long Shot dan diakhiri juga dengan Long Shot untuk mego
rientasikan lagi penonton ke posisi dan lokasi tertentu.
Bagian tengah bisa berupa shot-shot dekat yang memuaskan keingintahuan penonton.
Gerakan sebaiknya sampai selesai sebelum kamera cut. Jangan membuat proses editi
ng atau pemotongan di tengah yang akan menyulitkan saat editing.
Keuntungan Tehnik Triple Take:
? Keleluasaan waktu shooting. Shot bisa dipotong-potong menjadi bagian-bagian ke
cil dan memungkinkan adanya improvisasi saat shooting.
? Bahan film bisa lebih hemat dan merekam sesuai yang dibutuhkan
? Jika ada kesalahan, tidak perlu retake secara keseluruhan. Juru kamera bisa me
ngganti angle dan memulai lagi dari sebelum kesalahan.
? Keruntutan lebih terjaga.
Kerugian Tehnik Triple Take:
? Perlu konsentrasi dan perencanaan yang lebih teliti, karena tidak bisa mengand
alkan keputusan-keputusan di lapangan yang mendadak.
? Kadang kala bagian penting justru terlupakan karena juru kamera lebih konsentr
asi di bagian awal dan akhir shot.
? Pencahayaan akan lebih rumit, karena banyak perubahan dalam pengambilan gambar
.
Shot-shot mendatang dengan menutup kamera bisa dilakukan untuk adegan kejar-keja
ran atau juga memberi kesan fade out.
Shot-shot netral juga bisa dilakukan dengan high angle sehingga subyek datang at
au keluar dari atas atau bawah layar.
Shot-shot netral juga bisa dilakukan dengan serombongan orang yang mendatangi ka
mera dan berpencar di sisi kanan dan kiri kamera atau juga sebaliknya datang dar
i sisi kanan dan kiri kamera dan menjauhi kamera.
Shot-shot netral bisa untuk pengadaan keanekaragaman visual. Shot-shot netral bi
sa lebih dramatis daripada shot-shot yang sekedar melintasi layar, misalnya untu
k membuka sekuen dengan mendatangi kamera atau menjauh dari kamera untuk pergi.
Untuk mempertinggi keterlibatan penonton, misalnya kuda yang melompati kamera ak
an memberi kesan penonton ikut dilompati kuda.
Untuk menetralkan terlebih dahulu arah pandang penonton jika ada arah yang berla
wanan dengan menyisipkan shot netral ini.
Poros Action
Poros Action adalah garis axis atau garis khayali/imajiner yang melintas di depa
n kamera dan tidak boleh diseberangi oleh kamera untuk mempertahankan screen dir
ection. Jika garis ini dilompati akan terjadi apa yang disebut dengan crossing th
e line .
Jika set up kamera mengikuti garis ini, screen direction akan aman terjaga. Hubu
ngan antara kamera dan pergerakan subyek akan tetap terjaga asal saja kamera tid
ak pernah menyeberangi poros action.
Perlu ketilitian untuk poros action yang berkelok, di tikungan, atau lewat pintu
.
Mencuri Poros Action
Mencuri poros action bisa dilakukan asal gerakan subyek juga dirubah. Hal ini ak
an mempertahankan screen direction pada layar.
Jika dilakukan perekaman outdoor dengan bantuan sinar matahari sebaiknya dilakuk
an pada tengah hari supaya tidak menimbulkan bayangan yang berlawanan dan akan m
emperlihatkan pencurian poros action ini.
In Frame Out Frame
In frame adalah gerakan subyek masuk ke dalam frame/layar, sedangkang out frame
gerakan subyek keluar frame/layar.
Sebaiknya dilakukan benar-benar dari tidak kelihatan lalu masuk ke dalam frame d
an keluar lagi sampai benar-benar tidak kelihatan. Tidak bisa subyek bergerak sa
mpai ditengah dan langsung melompat ke gambar lain. (Akan terkesan hilang sendir
i).
In frame-out frame dengan background yang berbeda, sebaiknya ukuran subyek juga
berbeda. Jika ukuran subyek sama saja, akan terkesan seperti jump cut dan hanya
berubah back groundnya saja.
Close Up reaksi untuk mengubah Screen Direction
Jika ada gerakan subyek dalam layar penonton bereaksi seolah seperti berada di d
ekat kamera. Pemain kadang juga bereaksi dengan arah yang sama seperti penonton
tetapi harus direkam kebalikannya, supaya mendapatkan arah yang sama.
Reaction shot close up juga bisa digunakan untuk mengubah screen direction. Bisa
juga dengan menampilkan reaksi yang beralawanan arah untuk menunjukkan perubaha
n arah tersebut.
Pembalikan Screen Direction
Screen Direction begitu diperkenalkan harus dipertahankan. Jika akan diubah haru
s diterangkan, dengan cara:
Menunjukkan saat perubahan itu dilakukan, bisa disambung dengan penyeberangan po
ros action sehingga gambar menjadi sah berubah arah.
Menyisipkan reaction shot seseorang yang menyaksikan gerakan tersebut dengan ara
h baru.
Membuat shot netral namun arah keluar bingkai dibuat salah, sehingga bisa disamb
ung dengan shot yang menunjukkan arah yang baru.
Bisa diberi insert interior sebuah kendaraan kemudian disambung dengan shot exte
rior dengan arah baru yang berlawanan.
Arah Peta
Penetapan screen direction sebaiknya disesuaikan dengan sesuatu yang sudah umum
di masyarakat. Arah peta bisa menjadi patokan yang umum. Utara selatan dengan ga
mbar atas bawah, sedangkan Timur selalu di sebelah Kanan layar dan Barat di sebe
lah kiri layar. Hal yang lazim bagi kebanyakan orang akan lebih mudah diterima j
uga oleh penonton.
Screen Direction Statis
Peraturan yang sama tentang poros action berlaku juga untuk subyek yang statis.
Poros aksi dibuat dengan membuat garis imajiner 180 derajat dan kamera tidak bol
eh menyeberang garis imajiner ini, karena akan memberi kesan tiba-tiba terjadi p
emindahan letak pemain.
Arah Pandangan
Arah pandang pemain juga perlu mendapat perhatian khusus, karena arah pandang ju
ga bisa keliru.
Mata pemain yang menentukan arah pandang. Kamera bisa berada tepat di depan pema
in, tetapi mata bisa memandang ke mana saja. Maka arah pandang perlu diperhatika
n dengan cermat.
Membuat close up dengan point of view jangan sampai menyeberangi poros action ka
rena arah pandang pemain bisa keliru.
Level kamera juga perlu mendapat perhatian jika membuat shot point of view antar
a dua orang yang sedang bercakap-cakap, yang satu tinggi yang satu pendek, atau
yang satu berdiri dan satunya lagi duduk.
Jika ditengah scene pemain bergerak, perpindahan poros bisa terjadi asalkan dipe
rlihatkan selama perekaman. Tetapi jika tidak perlu membuat poros baru lagi pada
akhir shot, sehingga screen direction bisa aman.
Poros Action untuk Tiga Pemain
Jika ada tiga pemain dan salah satu dominan, pemain yang dominan berada di salah
satu sisi dan dua pemain lain di sisi satunya, diperlakukan seperti perekaman t
wo shot.
Jika tiga pemain saling berjauhan dan masing-masing mempunyai giliran menjadi do
minan, satu pemain di latar belakang dan dua pemain di latar depan. Pemain di la
tar belakang dengan poros garis lurus, bisa menghadap ke kiri atau ke kanan. Kam
era bisa masuk ke area segitiga dan mengambil close up dari dua pemain di latar
depan, arah akan bisa berlawanan dengan pemain di latar belakang.
Arah Pandang dalam Posisi Meja Bundar
Sebelumnya harus dijelaskan posisi keseluruhan agar penonton sudah berkenal deng
an posisis yang sesungguhnya. Dan sesekali kembali ke posisi ini untuk orientasi
penonton.
Pemain yang saling berinteraksi bisa dibuat garis poros agar saat close up nya b
isa saling berhadapan.
Poros Action untuk Latar Belakang Curian
Harus hati-hati agar arah pandang tetap sama dengan arah pandang shot asli. Lata
r Belakang curian bisa terjadi karena ada alasan-alasan teknis yang tidak bisa d
ibuat sehingga harus dibuat latar belakang curian.
Stock shot juga bisa dipadukan dengan shot-shot buatan. Maka stock shot harus di
pelajari terlebih dahulu, agar pembuatan shot-shot bisa cocok dengan stock shot
Sarana Transisional
Transisi Piktorial
Yang sederhana bisa dengan membuat tulisan, misalnya Pearl Harbour, 6 Agustus 194
5
Bisa juga dengan Fade in Fade out sebagai tanda perubahan waktu atau sequence.
Bisa dengan Dissolve: Matched Dissolve, Dissolve yang didistorsikan, frozen diss
olve.
Bisa juga dengan Wipe.
Transisi Suara
Dilakukan dengan narasi.
Juga bisa dengan monolog atau dialog, yang disambung dengan action yang didialog
kan.
Lagu juga bisa menggambarkan suatu daerah tertentu.
3. Close Up
Close up adalah sarana yang sangat unik dari film/video. Close up pada film/vide
o memberikan kemungkinan suatu penyajian yang rinci dan detail dari suatu kejadi
an. Sebagaimana kita ketahui, pertunjukan drama, musik ataupun tarian diatas pan
ggung, penonton harus menyaksikannya dari jarak tertentu dan tetap/tidak bisa be
rubah-ubah. Namun dengan menggunakan close up Film/video dapat menyajikan bagian
kecil dari suatu kejadian dari adegan dalam Film/video kepada penonton. Penonto
n dalam sesaat dapat melihat secara detail bagian yang sangat kecil it. Misalnya
adegan seorang dokter sedang menancapkan jarum suntiknya pada lengan pasien. Da
lam drama panggung penonton tidak akan dapat menyaksikan dengan jelas bagaimana
jarum suntik tsb. Masuk secara perlahan-lahan kedalam daging lengan pasien, seba
liknya dengan pengambilan gambar secara Close up pada kejadian tsb. Akan terliha
t dengan jelas oleh penonton . Close up yang dipilih secara seksama, direkam sec
ara sempurna, dan disunting secara tepat akan menciptakan dampak dramatik pada s
uatu kejadian.
Close up adalah salah satu sarana penuturan cerita yang sangat kuat bagi pembuat
film/video. Sutradara film cerita biasanya sangat berkepentingan dengan aspek2
visual dan close up. Oleh karena itu close up harus dipertimbangkan, baik dari s
udut visual maupun penyuntingannya.
Pada umumnya pemilihan close up untuk film.video cerita ditentukan oleh penuliss
kenario atau sutradara berdasarkan alasan tertenti yang spesifik. Sedangkan clos
e up dalam pembuatan film/video non cerita yang tanpa menggunakan skenario biasa
nya dilatar belakangi oleh kepentingan penyuntingan atau editing. Berkaitan deng
an pembuatan karya audio visual untuk televisi perlu diketahui bahwa layar telev
isi lebih kecil dibandingkan dengan layar bioskop. Oleh karena itu pengambilan g
ambar close up untuk televisi menjadi sangat penting karena kamera bisa menyajik
an suatu action/adegan yang berukuran kecil dalam skala besar.
Berikut ini disampaikan berbagai ukuran2 close up untuk orang yang sering terdap
at dalam film/video :
Medium close up (MCU) : pengambilan gambar dari kira2 pertengahan antara pinggan
g
dan bahu, hingga keatas kepala.
Close up (CU) : dari bawah bahu hingga ke atas kepala.
Close up : hanya kepala
Big close up : dari bawah bibir hingga di atas mata.
Extreme Close up (ECU) : Untuk pengambilan gambar manusia biasanya ECU diarahkan
pada satu bagian dari wajah, misalnya: Kamera hanya mengambil bibirnya saja, sat
u mata saja, hidung saja dsb.
Untuk benda2 biasanya ECU digunakan untuk memperlihatkan bagian kecil dari suatu
benda; misalnya jarum jam tangan, binatang kecil2, spidometer pada sepeda motor
dsb.
Pengambilan gambar dengan ECU menimbulkan kesan semakin dramatik.
Close up lewat buku (Over-the-shoulder Shot=OSS), adalah shot yang sangat typica
l dalam pembuatan film/video. Close up lewat bahu biasanya dibuaaatt dalam pasan
gan yang saling
berlawanan arah. Kedua close up harus nampak seragam/ sama baik ukuran maupun an
glenya bagi penonton. Membuat gambar sungguh2 sama tentu tidak mudah terutama an
tara wanita dan pria. Pria dan wanita mempunyai postur yang tidak sama. Tata ram
but wanita yang diatur tinggi tentu akan mempengaruhi pembingkaian dalam pengamb
ilan gambar.
Cara pengambilan gambar untuk OSS; Pemain dekat kamera ata pemain yang membelaka
ngi kamera diambil sedemikian rupa sehingga yang nampak pada wajah hanyalah gari
s pipnya dan tidak diperbolehkan ada ada bagian hidungyang nampak melampaui gari
s pipi. Kalau wajah pemain yang dekat dengan kamera kelihatan hidungnya atau bah
kan kelihatan matanya, maka pengambilan gambar itu adalah pengambilan gambar two
shot bukan pengambilan gambar over shoulder shot. Didalam shooting script film/vi
deo cerita pengambilan gambar OSS ini dituliskan.
Jenis2 close up:
1. Close up cut in
2. Close up cut away
3. Close up Close up cut in.
1. Close up cut in:
Close up cut in in adalah suatu pengambilan gambar close up (lebih dekat) dari p
engambilan gambar sebelumnya yang lebih lebar.
Biasanya merupakan bagian dari adegan utama. Close up cut in dibuat untuk mencip
takan kesinambungan dari adegan utama (sebelumnya) yang dilanjutkan dengan shot
yang lebih dekat (close up) daris seorang pemain, obyek tertentu atau action ter
tentu yang biasanya mempunyai kesan yang lebih dalam.
Close up cut in bisa dapat dibuat dari 4 angle kamera:
a. Close up cut in secara obyektif:
Kamera membuat close up di titik pandang pengamat yang tidak nampak (hidden came
ra); bukan dari titik pandang dari salah satu pemeran yang terlibat dalam adegan
/ peristiwa dalam Film/video. Dengan pengambilan gambar close up cut in secara
obyektif ini penonton dibawa ke suasana lebih dekat dengan pemain; atau dengan o
byek atau dengan suatu peristiwa tsb.
b. Close up cut in secara subyektif:
Pengambilan gambar CU cut in secara subyektif ini jarang dipakai dalam film ceri
ta dimana pemain/pemeran melihat kearah lensa kamera. Pengambilan seperti itu le
bih sering dijumpai di televisi pada siaran berita, iklan dan instruksional dima
na pembicara muncul di depan kamera menerangkan sesuatu kepada penonton.
c. Close up cut in lewat bahu:
Kamera membuat close up lewat bahu (over the shoulder shot) dari pemain yang sal
ing berhadapan (sudah diterangkan di depan).
d. Close up-close up point of view (POV):
Kamera ditempatkan sedekat mungkin dengan garis imaginair (diletakkan) dekat den
gan pipi pemain yang berlawanan dalam dialog) lihat penjelasan terdahulu, pada ka
mera angle!
Catatan penting; Apabila dalam sebuah cerita ingin menggunakan close up OSS dan
close up point of view, seyogynya perlu diperkenalkan dahulu two shot nya agar p
enonton mempunyai gambaran dimana posisi ke dua orang yang sedang berdialog itu.
Bagaimana menggunakan close up cut in.
Close up cut in digunakan untuk mengembangkan penuturan seperti misalnya dialog
penting, aksi penting dalam suatu adegan atau sebagai reaction shot (Shot reaksi
dari lawan bicara dalam dialog; sedang mengangguk-angguk, terperanjat, tersenyu
m dsb.) Dengan close up cut in tekanan dramatik atau minat perhatian penonton bi
sa ditingkatkan. Close up cut in bisa mendekatkan semuanya itu kepada penonton k
arena ukuran gambarnya besar.
Close up cut in bisa dipakai sebagai time lapse. Close up cut in bisa digunakan
untuk memperpendek jangka waktu dalam mengerjakan sesuatu . Misalnya pekerjaan m
enjahit, pada realitanya butuh waktu yang cukup lama. Kalau proses tsb. Ditampil
kan apa adanya sesuai dengan waktu pengerjaan tentu akan membosankan. Sebuah cut
in reaksi pada wajah orang yang sedang menjahit ketika baru saja memulai pekerj
aannya disambung dengan cut in pada jarum mesin jahit yang sedang bergerak, kemu
dian disambung CU cut in tertariknya benang di atas mesin jahit dan diakhiri den
gan adegan menjahit sudah selesai dengan medium shot. Dengan demikian penonton a
kan mempunyai kesan bahwa ia telah menyaksikan seluruh adegan tsb. termasuk hal2
yang sangat detil.
Close up cut ini juga bisa untuk menghilangkan /menutup loncatan gambar yang tid
ak bisa disambung antara long shot dengan medium shot. Dengan disisipi close up
cut in loncatan tsb. tidaklagi terasa.
Catatan penting menggunakan close up untuk cut in
Pada dasarnya sebuah close up cut in merupakan bagian dari shot prograsif; yaitu
suatu usaha dari seorang sutradara atau kamerawan untuk mendekatkan penonton den
gan tokoh , peristiwa, benda dalam sebuah adegan . Maka sebuah close up cut in h
arus didahului oleh sebuah establishing shot (biasanya long shot) sehingga penon
ton memahami lokasi/tempat peristiwa dalam hubungannya dengan keseluruhan scenee
/adegan. Penonton harus diberi orientasi yang baik tentang tempat dari kejadian
utama sebelum kamera digerakkan ke close up dan diorientasikan ulang dengan re-e
stablishing shot apabila banyak shot2 dekat dalam mengikuti gerakan pemain.
Apabila cerita memerlukan terjadinya ketegangan, atau agar supaya penonton berta
nya-tanya maka establishing shot sebelum close up tidak perlu ditampilkan namun
setelah sekian lama tetaplah baik apabila pada suatu waktu establishing shot dit
ampilkan kemudian.
2. Close up cut away
Close up cut away adalah suatu pengambilan gambar close up yang menyajikan actio
n kedua yang sedang berlangsung secara bersamaan di suatu tempat yang mempunyai
kaitan secara penuturan.
Ada 3 macam angel kamera untuk close up cut away:
a. Secara Obyektif:
Penonton menyaksikan close up dari pandangan kamera yang tersembunyi. Penonton h
anya dibawa lebih dekat pada subyek tanpa dilibatkan pada peristiwa dalam film.
b. Secara Subyektif:
Close up cut away secara subyektif hampir tidak pernah digunakan dalam film.vide
o cerita. Close up cut away lebih banyak digunakan dalam film berita, instruksio
nal atau dikumenter. Dalam hal ini penonton dilibatkan dan merasakan bahwa ia di
beri penjelasan secara pribadi oleh pemeran yang ada di dalam film.video.
c. Close up cut away point of view:
Kamera ditempatkan dekat dengan seorang pemain lain dalam adegan., atau sebuah j
am dinding, atau sebuah gerakan kecil seperti memasukkan obat ke dalam jarum sun
tik yang membuat penonton merasa dilibatkan dalam adegan.
Close up- close up cut away bisa digunakan dalam berbagai macam cara:
? Untuk memperlihatkan reaksi2 para pemain yang berada di luar layar. Pemain yan
g berada di luar layar akan memperkuat adegan kalau ditampilkan untuk memberi si
sipan pada suatu dialog (Reaction shot)
? Membantu penonton untuk memahami suasana cerita. Sebuah cut away seorang pemai
n pembantu yang sedang menangis, ketakutan, kasihan atau kesakitan, akan mempeng
aruhi perasaan penonton.
? Memberi komentas pada peristiwa utama dengan memperlihatkan suatu kejadian yan
g berhubungan untuk mengembangkan peristiwa utama. Misalnya adegaan romantis sep
asang kekasih yang sedang bermesraan, disisipi cut away simbolik dari 2 burung y
ang sedang saling mematk, bercanda.
? Memotivasi sebuah adegan.
? Peristiwa/adegan utama bisa dimotivasi dengan sebuah cut away, misalnya seromb
ongan orang sedang menaiki tangga kereta api untuk naik ke Gerbong. Tiba-tiba te
rdengan suara signal pemberangkatan dan pengumuman. Kamera cut to close up Horn
(speaker) stasiun, kemudian cut to antrian para penumpang kelihatan tergesa-gesa
.; atau bendera kotak-2 yang dilambaikan sebagai tanda start dimulai dsb.
? Menggantikan adegan2 yang mengerikan/menjijikan yang tidak etis untuk diperton
tonkan.
Sebuah peristiwa pembunuhan seorang perampok terhadap orang yang dirampok. Semen
tara dibalik tirai pembantu rumah tangga menyaksikan peristiwa tersebut. Ketika
tuan rumah sudah tidak berdaya perampok mengayunkan parangnya ke leher tuan ruma
h, persis ketika parang tersebut beberapa detik sebelum menyentuh leher tiba-tib
a cut to cut awaay pembantu rumah tangga membelalakkan matanya lalu menutup waja
hnya dengan ekspresi ngeri dan takut.
Catatan-catatan penting;
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan close up:
Perhatikan arah pandang cut in sehubungan dengan adegan sebelumnya. Misalnya: Se
buah Three shot apabila salah satu dalam three shot itu akan disambungkan perlu
memperlihatkan arah pandangnya.
Pengambilan gambar close up untuk 2 orang yang sedang telephone perlu
diposisikan saling berhadapan supaya kesan mereka saling berdialog terasa bagi p
enonto.
Angel untuk close up sebaiknya diambil pada posisi karena akan lebih terasa kesa
n kedalaman.
Jangan mengambil close up dengan menempatkan posisi kamera yang sama dengan posi
si pengambilan sebelumnya.
Close up obyektif dan close up subyektif yang terbaik adalah diambil dengan mene
mpatkan kamera sejajar dengan level mata orang yang di close up.
Close up pov harus diambil gambarnya dengan cara menempatkan kamera selevel deng
an mata lawan bicaranya.
Pengambilan gambar close up untuk 2 orang yang sedang berdialog hendaknya diambi
l dengan ukuran yang sama.
Latar abelakang untuk close up seyogyanya janganlah ruwet/ramai karena akan meng
ganggu dan mengalihkan perhatian penonton kepada subyek. Akan lebih menolong and
aikata latar belakang close up dibuat kabur.
KESIMPULAN
Close up-close up yang direncanakan dengan seksama, diambil gambarnya dengan mot
ivasi yang jelas, dan disambung dengan gambar lain melalui pemikiran yang dalam
akan menjadi bermakna untuk penggarapan tayangan audio visual. Close up ibaratny
a suatu bumbu yang dapat menambah kenikmatan cerita dan mempertinggi efek dramatik
pada keseluruhan film/tayangan audio visual. Penonton menjadi semakin terlibat
ke dalam cerita ketika penonton melihat para pemain, obyek2 penting dan kejadian
/peristiwa2 penting dalam close up.
Close up-close up dapat memberikan tekanan2 dramatik dari cerita, semakin kuat a
lasan dalam menggunakan close up akan semakin membuat penonton terbantu memahami
penuturan cerita.
4. Composition (komposisi)
Seorang pembuat Film akan selalu dihadapkan pada salah satu hal yang penting unt
uk dipikirkan dalam proses pembuatan film yaitu bagaimana membuat suatu komposis
i yang baik disetiap adegan dalam filmnya.Tujuan utama membuat gambar dengan per
timbangan komposisi adalah menampilkan gambar yang menarik bagi penonton agar pe
nonton tidak mau melepaskan dalam sekejap matapun terhadap gambar yang kita tamp
ilkan. Mata penonton tidak akan pernah berkeliaran ke lain perhatian atau tergod
a untuk menengok ke lain tempat.
Komposisi dalam pengertian yang sederhana merupakan pengaturan (aransemen) dari
unsur-unsur yang terdapat di dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan yang se
rasi (harmonis) di dalam sebuah bingkai. Seorang kameramen harus menentukan apa
yang masuk dan apa yang tidak masuk kedalam bingkai (frame) tersebut.Saat menent
ukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh bin
gkai di dalam VIEWFINDER KAMERA itu dinamakan FRAMING.
Setiap kali seorang juru kamera akam membuat gambar tentang seseorang ataupun be
nda, ia sedang membuat komposisi. Juru kamera tentu akan bertanya; seseorang ata
u benda yang diharapkan akan menjadi pusat perhatian penonton itu akan ditempatk
an di mana di dalam bingkai (frame).
Sebenarnya membuat komposisi sudah bukan sesuatu yang asing bagi kebanyakan oran
g bahkan ibu-ibu rumah tanggapun hampir tiap hari melakukannya.
Sebagai contoh seorang ibu yang akan meletakan sebuah vas bunga di atas meja. Ke
tika ia berfikir dimana ia akan meletakan vas bunga tsb ia sudah berfikir tentan
g komposisi. Kemudian ia meletakkan vas tsb di pinggir meja dan diamati. Rupanya
ia merasa bahwa vas diletakkan di pinggir meja dirasa tidak enak karena corak t
aplak meja yang ada sangat semitris. Ia kemudian memindahkannya ketengah meja.
Dalam hal ini bisa diandaikan bahwa meja ibaratnya FRAME atau BINGKAI dan vas ad
alah sesuatu yang ingin ditampilkan dalam gambar.
Alat kamera secara mekanis akan merekam semua yang akan ditangkap oleh kamera. M
eskipun demikian juru kamera mempunyai keleluasaan dalam menentukan pembingkaian
nya dengan cara bergeser kekiri atau ke kanan, maju atau mundur. Misalnya dihada
pan seorang juru kamera ada seorang nenek tua duduk diatas tikar sedang menganya
m caping di depan halaman rumah bambu yang harus diambil gambarnya. Seorang juru
kamera bisa mendekat kearah nenek tsb dan mengisi seluruh BINGKAI ATAU FRAME da
ri VIEWFINDER kamera dengan wajahnya, Atau ia mundur sehingga dari VIEWFINDER ka
mera dapat terlihat keadaan disekitarnya termasuk latar belakang yaitu rumah yan
g terbuat dari bambu. Atau lebih mundur lagi sehingga subyek si nenek tua menjad
i kecil dan pohon-pohon di sekitarnya bahkan rumah-rumah tetangga tampak semua.
Dari ketiga kemungkinan tersebut mana yang dipilih, tergantung dari maksud juru
kamera. Kalau juru kamera memutuskan untuk memasukkan seluruh wajah nenek tua it
u berarti juru kamera tersebut lebih menitik beratkan pada pribadi si nenek term
asuk garis-garis ketuaannya. Subyek yang semacam itu biasanya menimbulkan kesan
yang kuat. Namun apabila juru kamera memutuskan mundur menjauhi subyek, berarti
juru kamera ingin menunjukkan subyek wanita tua hubungannya dengan latar belakan
g sehingga penonton mendapat pengetahuan tentang keadaan lingkungan si nenek tua
dan tempat tinggalnya.
Seorang juru kamera yang berbakat seni (mempunyai selera yang bagus; memiliki ra
sa atau feeling yang baik terhadap keseimbangan bentuk, irama, ruang, garis-gari
s dan mempunyai kepekaan terhadap nilai-nilai warna dan rasa dramatik) bisa menc
iptakan komposisi-komposisio yang bagus secara intuitif. Membuat komposisi dalam
adegan adalah tugas juru kamera. Ia harus menata berbagai macam unsur yang ada
di dalam gambar menjadi enak ditonton dan mengarahkan penonton pada pusat perhat
ian tertentu. Biasanya seorang juru kamera sebelum melakukan pengambilan gambar
akan bertanya pada dirinya sendiri; Apa yang bisa saya lakukan terhadap subyek/ob
yek yang ada agar dapat menunjang penuturan cerita? Kemudian langkah berikutnya y
ang tidak boleh ditinggalkan adalah menganalisis keinginan SKENARIO. Apakah SKEN
ARIO menginginkan agar penonton dibuat tertawa, menangis ataukah merasa pilu? Ap
akah SKENARIO menginginkan agar penonton dibuat merasa kagum oleh keindahan? Ata
ukah menonjolkan keagungan dari tokoh? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang harus d
ijawab oleh juru kamera yang harus diwujudkan dalam bentuk komposisi untuk mempe
roleh gambar yang mempunyai kesan dan respons sebagaimana diinginkan oleh skenar
io. Kemampuan seorang juru kamera untuk berpikir secara visual dan pemahaman ter
hadap efek psykologi dari visual yang dibuatnya akan memberikan mood (suasana ji
wa) yang dibutuhkan oleh cerita.
Aturan Pengkomposisian
Karena komposisi berhubungan dengan selera artistik, kesadaran emosional, pengal
aman dan latar belakang pribadi juru kamera, maka seyogyanya komposisi jangan di
gariskan dengan aturan yang ketat. Penataan komposisi bukanlah suatu proses meka
nik. Perhitungan matematika dan geometrika memang bisa menunjang keberhasilan. N
amun kesulitan yang mendasar alam membuat komposisi untuk audio visual, seorang
juru kamera tidak saja berurusan dengan bentuk dari orang-orang dan obyek-obyek
tetapi juga dengan bentuk dari gerakan-gerakan. Oleh karena itu pengetahuan komp
osisi fotografi (statis) kalau mau dipakai sebagai pertimbangan dalam membuat ko
mposisi film/video yang bergerak, seorang juru kamera perlu memperhatikan kesina
mbungannya. Oleh karena itu seorang juru kamera harus membuat setiap frame (bing
kai) dalam sebuah shot berdasarkan prinsip-prinsip sinematik yaitu keindahan kom
posisi dari gambar-gambar bergerak. Maka setisp shot harus dirancang berdasar tu
juan sinematik yaitu;
1. Mengarahkan perhatian penonton pada obyek/subyek yang terpenting.
2. Selalu berusaha agar gambar dalam keadaan bergerak
3. Menciptakan ilusi kedalaman.
1. Mengarahkan perhatian penonton pada subyek/obyek yang terpenting.
Di dalam setiap adegan, shot-shot hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga meng
arahkan perhatian penonton kepada subyek/obyek yang mempunyai arti dramatik. Unt
uk itu seorang juru kamera perlu memperhatikan berbagai macam cara pengambilan g
ambar yaitu;
a. Berdasarkan ukuran dan jarak subyek/obyek.
Biasanya mata penonton akan tertarik pada subyek/obyek yang lebih besar dan deka
t daripada subyek dan obyek yang lebih kecil dan jauh.
Wajah seorang aktor yang muncul di latar depan. (Ia lebih dekat ke
kamera sehingga kelihatan lebih besar) sangat mungkin menjadi titik
Fokus perhatian penonton.
b. Ketejaman fokus.
Subyek/obyek yang mendapat fokus akan menjadi lebih dierhatikan penonton daripad
a yang kabur. Misalnya juru kamera telah menempatkan 2 tokoh yang sedang berbica
ra; yang satu diatur sedemikian rupa mempunyai ukuran yang lebih besar (pada lat
ar depan) sedangkan satunya lagi berada lebih jauh dari kamera sehingga ukuranny
a lebih kecil. Namun karena fokusna diletakkan pada subyek/obyek yang ukurannya
kecil maka subyek/obyek tersebut akan lebih menarik perhatian penonton dibanding
kan yang ukurannya besar tapi gambarnya kabur.
c. Bergerak.
Mata akan lebih tertarik pada benda yang bergerak dibandingkan yang statis. Sebu
ah benda yang bergerak ditengah adegan yang statis akan menarik perhatian penont
on.
d. Close-Up ekstrem
Ekstrem Close-Up merupakan cara yang baik untuk mempengaruhi penonton memperhati
kan pusat perhatian yang dimaksudkan juru kamera. Contoh; Pada adegan sekelompok
prajurit yang berdiri berjajar terdapat seorang prajurit yang selalu memutar mu
tar pedangnya sementara yang lainnya diam saja. Prajurit yang selalu memutar-mut
ar pedang tersebut tentu akan menjadi pusat perhatian penonton.
e. Pembingkaian latar depan.
Juru kamera bisa membuat bingkai baru di dalam frame dengan memanfaatkan latar d
epan dari subyek atau obyek yang akan diarahkan .sebagai pusat perhatian. Contoh
; juru kamera mengambil seorang yang sedang membaca ditaman dari sela-sela dedau
nan pagar hidup.
f. Menggunakan cahaya atau warna
Penggunaan warna dan cahaya juga dapat membantu penonton mengarahkan perhatian k
epada subyek/obyek yang penting. Benda-benda yang terang akan lebih menarik diba
ndingkan yang gelap. Demikian pula warna-warna cerah akan lebih menarik dibandin
gkan warna suram. Contoh; Di dalam sebuah pesta yang hanya diterangi oleh cahaya
lilin saja, seorang tokoh penting dalam cerita diberi penerangan lebih dibandin
gkan dengan yang lain, maka tokoh itu akan menjadi pusat perhatian penonton.
Setiap pembuatan film/video yang memperhatikan teknik-teknik tersebut di atas, b
aik secara sendiri-sendiri maupun penggabungan unsur-unsur yang ada akan membant
u penonton kearah fokus perhatian yang diinginkan skenario atau sutradara. Membi
mbing penonton kearah pusat perhatian yang diinginkan merupakan hal yang fondame
ntal dalam komposisi sinematik
2. Menjaga supaya gambar selalu bergerak.
Ciri kas dari pembuatan Film/video dalam konteks sinematografi adalah gambar ber
gerak. Maka sutradara dan juru kamera juga harus membangun sifat bergerak ini ke
dalam setiap shot. Untuk menciptakan gambar yang terus mengalir dan selalu beru
bah, seorang pembuat film/video dapat menggunakan berbagai macam cara sebagai be
rikut.
a. Gerak dalam frame tak bergerak.
Bingkai kamera yang tidak bergerak dapat diibaratkan seperti melihat melalui seb
uah jendela.. Agar supaya shot-shot yang dibuat oleh juru kamera terasa lebih di
namis maka apabila kamera statis atau tidak bergerak maka subyek/obyek yang diam
bil gambarnya seyogyanya bergerak. Gerakan-gerakan di dalam kamera statis bisa d
ilakukan dalam 3 sifat gerakan yaitu gerakan yang bersifat LATERAL (gerakan suby
ek dari kiri ke kanan frame atau sebaliknya), gerak KE DALAM (gerakan menjauh fd
an mendekati kamera) dan gerakan DIAGONAL (gerakan mendekat dan menjauhi kamera
dengan arah gerakan secara diagonal ke dalam). Perlu diketahui bahwa pada dasarn
ya frame film/video adalah 2 dimensi. Maka agar terkesan mempunyai gerakan 3 dim
ensi yang mempunyai kedalaman, gerakan yang dibuat hendaknya lebih banyak ,memng
gunanakan gerakan degan arah diagonal.
b. Gerak pan dan tilt.
Kamera yang diletakkan diatas TRIPOD (penyangga kamera) mempunyai kemampuan mela
kukan gerakan yang dilakukan oleh mata dan kepala. Sebagian besar gerakan kamera
memang mempunyai kemungkinan mencipyakan sesuatu yang pada dasarnya terdapat pa
da pandangan manusia.
Penggunaan PAN kamera biasanya dipakai untuk mengikuti gerakan subyek secara lat
eral. Contoh; Dalam adegan perkelahian satu lawan satu di suatu desa kecil nampa
k penonton menyaksikan dengan tegang. Untuk menunjukan wajah-wajah tegang dari p
enduduk yang menyaksikan perkelahian itu kamera bisa melakukan pan dari kirike k
anan atau sebaliknya. Pengambilan gambar yang demikian bisa menambah ketegangan
adegan.
Gerakan TILT menyerupai gerak kepala yang melihat dari atas ke bawah atau sebali
knya. Berikut ini sebuah contoh TILT UP yang barangkali bisa dibayangkan suasana
dramatiknya. Kamera dipasang di ujung landasan pesawat terbang dan merekam saat
pesawat akan lepas landas. Pada saat pesawat semakin mendekat kamera terus meng
ikuti sampai pada saat lepas landas kamera mengikuti arah terbangnya pesawat ke
atas kepala dengan gerakan tilt up dan kamera berhenti tepat dalam posisi meneng
afdah ke atas dan biarkan pesawat out frame.
c. Gerak lensa Zoom.
Lensa zoom adalah lensa yang mempunyai kesanganggupan mendekatkan atau menjauhka
n subyek/obyek secara optik tanpa harus mendekatkan atau menjauhkan kamera. Meng
gunakan gerakan lensa zoom suatu adegan bisa semakin terasa dramatis. Contoh; Da
lam adegan dua orang yang saling berhadapan, seorang yang nampak membawa belati
berdiri dekat kamera. Shot diambil melalui bahu tokoh yang dekat kamera dan seda
ng melemparkan belati kearah lawannya yang berdiri agak jauh dari kamera. Belati
melayang ke arah lawan yang jauh dari kamera. Ia menghindar dan belati menancap
pada pohon di dekatnya. Tepat saat itu kamera zoom in dengan cepat kearah belat
i yang menancap di pohon dan masih nampak getaran tangkai belati yang menancap.
d. Gerak kamera mobil.
Jika kamera bisa bergerak mobil maka kemungkinan pengkayaan gerak akan semakin b
ertambah. Dengan membebaskan kamera pada posisi statisnya, seorang sutradara/ ju
ru kamera dapat menciptakan sudut pandang kamera yang terus-menerus berubah sehi
ngga penonton memperoleh sajian gambar bergerak. Misalnya dengan memasang kamera
di atas derek atau crane atau stady cam, juru kamera dapat menggerakkan kamera
dengan mulus kemana saja. Dengan efek dramatisnya semakin meningkat.
3. Menciptakan Ilusi Kedalaman
Komposisi sinematik juga harus memberikan perhatian pada usaha untuk menciptakan
ilusi kedalaman atau suatu kesan tiga dimensi pada layar yang pada dasarnya lay
ar tersebut bersifat dua dimensi. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang juru k
amera/sutradara dapat mempergunakan beberapa macam teknik.
a. Gerak Subyek.
Untuk menciptakan kesan kedalaman, seorang juru kamera atau sutradara bisa menga
tur subyek melakukan gerakan diagonal atau mengatur penempatan kamera pada posis
i tertentu sehingga hasil dari pengambilan gambar nantinya bisa mendapatkan gera
kan diagonal.. Contoh; Mengabil gambar pesawat terbang yang akan lepas landas, j
uru kamera menempatkan kameranya diujung sebelah kiri landasan. Ketika pesawat y
ang kita maksudkan lepas landas, juru kamera akan memperoleh rekaman yang mengha
silkan gerakan diagonal dari sisi kiri bawah frame dan pesawat bergerak secara d
iagonal kearah kurang lebih kanan atas frame. Gerakan semacam itu akan terasa le
bih dinamis dibandingkan dengan pengambilan gambar dari satu sisi landasan dan k
ita mendapatkan gambar secara horisontal dari kiri naik kearah kanan.
b. Seleksi Fokus.
Dengan membuat subyek tertentu lebih fokus (tajam) dibandingkan subyek yang lain
, akan tercipta suatu dimensi atau kedalam pada gambar yang kita rekam.
Contoh; Tiga orang subyek berdiri berjajar secara diagonal dengan sudut pengambi
lan gambar . Garis diagonal itu sendiri sebenarnya sudah bisa membangun kesan ked
alaman. Namun dengan cara membuat tajam subyek yang paling akir sementara dua su
byek yang lainnya kabur, gambar yang semacam itu bisa semakin mengesankan tiga d
imensi.
c. Pembingkaian latar depan.
Subyek utama diberi bingkai oleh subyek atau obyek di latar depan. Contoh; Seora
ng tukang ban mobil sedang asyik dengan pekerjaanya membongkar ban yang bocor. S
eorang juru kamera atau sutradara mengambil sebuah ban luar yang ukurannya besar
kemudian diletakkan berdiri. Selanjutnya kemera diletakkan setinggi ban tersebu
t dan mengambil gambar tukang tambal ban yang sedang asyik mengerjakan pekerjaan
nya dari celah ban yang posisinya berdiri itu. Pengambilan gambar yang demikian
juga dapat menciptakan kesan tiga dimensi.
d. Efek dengan penyinaran Cahaya.
Dengan memberi cahaya yang berbeda intensitasnya pada satu subyek diantara subye
k-subyek lain yang tidak mendapatkan cahaya dengan intensitas yang sama, juga da
pat menciptakan kesan kedalaman. Contoh; Sebuah adegan three shot dengan komposi
si dua subyek berdiri di kiri dan kanan sedangkan seorang subyek yang lain sedan
g duduk dikursi yang rendah. Kemudian sebuah sorotan cahaya lunak diterpakan kew
ajah orang yang duduk ditengah itu. Keadaan yang demikian juga dapat menciptakan
kesan gambar yang mempunyai kedalaman.
Kesimpulan.
Perlu diingat bahwa komposisi adalah sebuah pengaturan yang harmonis dan sedap d
ipandang mata dari para pemain, setting-setting, dan benda-benda lain sebagai ke
satuan di dalam ruang yang semuanya itu dimaksudkan untuk mendapatkan respons da
ri penonton. Penonton harus dipengaruhi baik secara gambar maupun secara psykolo
gis untuk menyampaikan isi skenario dan membangkitkan emosi penonton. Usahakan j
angan terlalu banyak menampilkan beberapa pusat perhatian. Satu pusat perhatian
di dalam satu shot sudahlah cukup. Buatlah pembingkaian yang m,engesankan dinami
s dan menampilkan kesan kedalaman. Gunakan bingkai bingkai latar depan untuk men
dukung komposisi, dan penggunaannya tepat sehingga tidak mengganggu subyek utama
nya. Gunakan latar belakang dengan sangat teliti sehingga dapat membantu subyek
utama semakin menmjadi pusat perhatian. Sebagai patokan ingatlah kata-kata ini:
BUATLAH SUATU KOMPOSISI SESEDERHANA MUNGKIN. ITU LEBIH MENARIK.
5. Cutting (editing)
Editing adalah jiwa dari sebuah film/video. Kiranya ungkapan itu tidaklah berleb
ihan sebab terjadinya sebuah karya film/video tentu melalui proses editing. Edit
ing adalah suatu proses MEMILIH, MENGATUR dan MENYUSUN SHOT-SHOT menjadi SATU SC
ENE, menyusun dan mengatur SCENE-SCENE menjadi satu SEQUENCE yang akhirnya merup
akan rangkaian SHOT-SHOT yang bertutur tentang suatu cerita yang utuh. Dengan ka
ta lain pekerjaan editing adalah menyingkirkan semua yang berlebihan, yang tidak
diperlukan dari pengambilan gambar (shooting) sebelumnya termasuk pengambilan g
ambar yang salah. Jadi seorang editor pekerjaanya adalah menciptakan kembali dar
i gambar-gambar yang sudah ada bukan membuat lagi. Begitu pentingnya proses edit
ing, peranan seorang editor hampir dapat di samakan dengan peranan seorang sutra
dara. Oleh karena itu seorang editor sering juga disebut SECOND-DIRECTOR. Editor
sebagai seorang yang mempunyai peran membantu atau bekerja sama dengan Sutradar
a, mempunyai kuwajiban merangkai gambar dengan baik dan teliti sehingga dapat be
rcerita kepada penonton. Seorang editor biasanya mempunyai script dan catatan da
ri sutradara sebagai pedoman tentang cerita yang dikehendakinya. Pekerjaan menya
mbung yang dilakukannya harus dikerjakan dengan kepekaan artistik, persepsi arti
stik dan pertimbangan estetik, dengan menyertakan keterlibatan batinnya menjadi
bagian dari film/video yang mau dibuat yang dikehendaki oleh sutradara. Maka dal
am penyusunan sebuah film, sutradara harus mendudukkan diri sebagai partner kerj
a dengan editor. Dan jangan mendudukkan diri sebagai atasan. Karena bisa terjadi
film secara tak terduga bisa diselesaikan oleh seorang editor jauh dari yang di
bayangkan seorang sutradara. Sutradara bisa terkejut karena film yang disutradar
ainya setelah di edit oleh seorang editor jauh lebih bagus dari pada yang diduga
.
Hal semacam itu bisa terjadi karena pengalaman editor dalam hal menilai, memilih
dan merangkaikan gambar jauh lebih banyak dibandingkan si sutradara.
Berikut ini diuraikan beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang editor keti
ka melakukan tugas editing:
1. Memilih shot.
Didalam editing hal yang paling mendasar harus dilakukan oleh seorang editor ada
lah memilih shot yang terbaik diantara shot-2 yang ada dari beberapa pengambilan
gambar (take) yang dilakukan oleh sutradara.
Ia harus memilih gambar dengan teliti berdasarkan pertimbangkan efek visualnya,
kretifitas suaranya, kualitas penyiarannya, kualitas permainan dan dramatiknya.
2. Mempertimbangkan Keterpaduan (coherence) dan kesinambungan (continuity)
Editor mempunyai tanggungjawab untuk menyambung gambar2 dengan menentukan titik
pemotongannya sehingga menjadi sambungan gambar yang padu. Ia harus berimajinasi
supaya penonton terbantu memahami hubungan gambar yang satu dengan gambar yang
lainnya, dari suara satu ke suara berikutnya agar menjadi jelas bagi penonton da
n lancar penuturannya pada setiap scene ataupun sequence. Untuk mencapainya seor
ang editor harus memperhatikan dengan teliti efek estetik, dramatik, dan psikolo
gi dari penyambungan gambar dengan mempertimbangkan keterpaduannya dan kesinambu
ngannya supaya runtut dan tidak terjadi loncatan-loncatan sambungan yang dapat m
engganggu penonton.
3. Memilih jenis transisi yang dipakai:
a. Transisi wipe
Pergantian gambar dari gambar terdahulu ke gambar sesudahnya dengang cara menemp
atkan semacam garis vertikal, horizontal atau diagonal yang
bergerak dari ujung frame yang satu ke ujung frame yang lain.
b. Flip-frame.
Seluruh bingkai gambar yang terdahulu seakan-akan terbalik dan kemudian muncul g
ambar dari adegan baru; sehingga penonton memperoleh kesan mirip dengan orang me
mbalik buku.
c. Dissolve:
Pergantian berangsur-angsur dari gambar terdahulu ke gambar yang berikutnya. Per
gantian yang semacam ini terasa lebih halus dan enak ditonton. Tentu saja dengan
maksud tertentu.
d. Fade in dan Fade out.
Pergantian gambar dengan cara gambar yang terdahulu berangsur-angsur hilang ting
gal warna gelap dalam sesaat, kemudian gambar berikutnya berangsur-angsur nampak
hingga hingga terpampang jelas.
Masing-masing transisi tersebut memberi efek tersendiri terhadap tempo film. Sec
ara umum dissolve adalah transisi yang temponya dianggap lambat dan biasanya dip
ergunakan untuk peralihan waktu. Flip-frame dan wipe dianggap mempunyai tempo ya
ng lebih cepat. Namun editor-2 pada masa sekarang ini lebih banyak menggunakan c
ut to cut dibandingkan dengan transisi yang lain apabila tidak mempunyai alasan
yang cukup jelas bagi kepentingan penuturan.
4. Membentuk Irama/tempo
Dalam sebuah film, irama adalah suatu hasil dari berbagai faktor seperti gerak k
amera, irama musik, irama dialog didalam adegan, kecepatan plot, irama dramatik
yang kesemuanya secara bersama-sama menciptakan irama film secara utuh. Namun da
ri semuanya itu di dalam film terdapat suatu tempo/irama yang dominan yang diten
tukan oleh sambungan atau berapa lama shot-shot ditampilkan pada setiap sambunga
nnya.
Sambungan lamban (slow cutting) memberikan kesan lamban dan tenang. Sambungan ce
pat (quick cutting) menciptakan kesan cepat atau gelisah atau khawatir. Kendatip
un seorang editor bebas menentukan sendiri cuttingnya., kecepatan sambungan seti
ap adegan harus ditentukan berdasarkan isi adegan, sehingga iramanya serasi deng
an hal-hal lain seperti kecepatan gerakan atau tindakan pemeran dalam film, kece
patan dialog dan tempo emosinya secara umum.
Jenis Editing Film
Didalam pembuatan film terdapat 3 jenis editing film yaitu:
1. Editing Kontiniti: Penuturan cerita disampaikan dengan menyusun gambar secara
berurutan dan berkesinambungan. Dalam editing Kontiniti ini dimungkinkan menggu
nakan cut away, karena kendatipun bukan merupakan gambar yang berkesinambungan t
etapi keberadaannya merupakan usaha untuk menampilkan gambar yang berkesinambung
an.
2. Editing Kompilasi: Penuturan cerita disampaikan oleh narasi dan gambar2 yang
ditampilkan sebagai ilustrasi dari penuturan tersebut, sehingga penonton menjadi
terbantu oleh gambar2 dalam memahami uraian naratifnya.
Editing Kompilasi lebih sering terdapat pada film/video dokumenter. ataupun wart
a berita. Pengerjaannya dirasa lebih mudah karena Editor lebih memperhatikan pad
a kesesuaian antara narasi dengan gambar yang ditampilkan, dan tidak perlu begit
u memperhatikan kesesuaian sambungannya.
3. Penggabungan Editing Kontiniti dan Kompilasi.
Film2 cerita bisa menggunakan kedua jenis editing tersebut meskipun biasanya leb
ih sering dengan editing kontiniti. Namun pada introduksi yang menggunakan trail
er , biasanya menggunakan editing kompilasi dari cuplikan peristiwa yang nantiny
a akan disajikan dalam cerita utuhnya.
CROSS-CUTTING.
Cross Cutting terdiri dari dua atau lebih peristiwa2 yang berlangsung bersamaan
ditempat yang berbeda ditampilkan secara bergantian. Cross-cutting bila digunaka
n bisa menimbulkan berbagai macam kesan antara lain:
a. Mempertinggi minat penonton:
Dengan menampilkan gambar2 secara simultan dari peristiwa yang sedang berlangsun
g secara bersamaan penonton menjadi semakin ingin mengetahui bagaimana peristiwa
2 ini akan terjadi karena kejadian2 tsb. saling berhubungan.
b. Menimbulkan konflik:
Penyuntingan dua peristiwa yang bersamaan yang saling berhubungan bisa menghasil
kan klimax yang baik.
Contoh: 2 pasukan tentara yang saling bermusuhan, sedang berhadapan pada jarak y
ang masih berjauhan ditampilkan bergantian dari pasukan yang satu ke pasukan yan
g lain yang semakin lama gerak majunya semakin cepat, dan ditampilkan dengan ira
ma editing semakin cepat sampai akhirnya bertempur bisa menimbulkan klimax yang
baik.
c. Meningkatkan ketegangan
Dua orang yang sedang berkampanye di dua tempat yang ide politiknya berbeda bila
ditampilkan secara bergantian bisa menimbulkan ketegangan.
d. Mempertinggi suspense
Penonton yang sudah cemas oleh ketegangan yang dilukiskan dalam suatu adegan bis
a dipertinggi ketegangannya dengan di Cross-Cutting bergantian.
Contoh: Adegan beberapa polisi yang sedang mencari dengan sangat hati-hati tempa
t bom waktu dipasang oleh seorang teroris, di Cross Cutting dengan timer bom yan
g bergerak dengan cepat mendekati angka nol sebagai saat bom meledak bisa memper
tinggi suspense.
e. Membuat perbandingan antara orang2 yang berbeda obyek atau kejadiannya.
Contoh: Dua perguruan silat, yang satu melatih murid2nya dengan kejam, sedangkan
yang satu melatihnya secara bersungguh-sungguh namun penuh kesabaran, bisa dita
mpilkan dengan cross cutting sehingga nampak perbedaan antara kedua pelatih ters
ebut.
Kesimpulan:
Film/Video diambil gambarnya oleh kamera tunggal dan kemudian disambung sambung s
edemikian rupa sehingga menjadi suatu penuturan yang baik. Semakin baik dipersia
pkan, biasanya semakin baik pula hasilnya
Film cerita yang di skenariokan dengan baik, terencana detik per detik, menit pe
r menit dipilah pilah dengan seksama, kemudian dirangkai dengan sangat teliti ak
an menghasilkan Film yang baik.
Editor Film tidak bisa merubah yang sudah terjadi dari hasil shooting.
Editor tidak bisa merubah lighting, setting, menyediakan cut away dsb.
Editor hanya bisa melakukan penyambungan dari gambar2 yang telah di shooting ata
u telah diambil gambarnya saja.

Das könnte Ihnen auch gefallen