Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRAK
Pelayanan makanan dikatakan baik jika daya terima pasien 80%. Daya terima
pasien dipengaruhi antara lain oleh cita rasa, kebiasaan/kesukaan makan, dan nafsu
makan pasien. Lauk hewani merupakan hidangan yang tinggi nilai protein yang
dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka pada pasien bedah.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan daya terima lauk
hewani berdasarkan cita rasa, kebiasaan/kesukaan makan, dan nafsu makan di berbagai
kelas rawat inap pasien bedah di RSUD Cengkareng. Penelitian ini merupakan studi
cross sectional. Sampel diperoleh dengan teknik purposive sampling sebanyak 192
sampel. Data diambil dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui daya terima
lauk hewani yang disajikan. Sisa makanan diambil dengan metode food weighing. Uji
statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan rata-rata daya terima lauk
hewani berdasarkan cita rasa dan nafsu makan pasien (p=0,001). Ada perbedaan rata-
rata daya terima lauk hewani berdasarkan kebiasaan/kesukaan makan (p=0,022).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa cita rasa, nafsu makan, dan
kebiasaan/kesukaan makan berpengaruh secara signifikan terhadap daya terima lauk
hewani pada pasien bedah di RSUD Cengkareng.
Kata Kunci: Daya Terima, Cita Rasa, Nafsu Makan, Kebiasaan/kesukaan Makan, Lauk
Hewani
PENDAHULUAN menyatakan bahwa sisa makanan 75%
Pelayanan gizi rawat inap yang untuk hidangan lauk hewani sebanyak
paling umum yaitu penyelenggaraan 9%. Sisa makanan terbanyak berasal
makanan bagi pasien yang dirawat dari lauk hewani. Berdasarkan
(Almatsier, 2006). Penyelenggaraan penelitian Nida, Efendi, & Norhasanah
makanan di rumah sakit dilaksanakan (2011) menyatakan bahwa rata-rata sisa
dengan tujuan untuk menyediakan makanan pasien bersisa banyak (>25 %)
makanan yang kualitasnya baik, jumlah dimana pada lauk hewani bersisa
sesuai kebutuhan serta pelayanan yang 52,2%.
layak dan memadai bagi pasien yang Pada penelitian Ama et al.
membutuhkan. Keberhasilan suatu (2012), tentang analisis persepsi contoh
pelayanan gizi antara lain dikaitkan terhadap karakteristik lauk hewani
dengan daya terima pasien terhadap menunjukkan terdapat contoh yang
makanan yang disajikan (Kemenkes RI, menyatakan tidak suka terhadap warna,
2008). aroma, tekstur, dan rasa dari ayam.
Sisa makanan merupakan Demikian juga pada telur dan ikan,
indikator penting dari pemanfaatan terdapat contoh yang menyatakan tidak
sumber daya dan persepsi konsumen suka terhadap aroma telur, tekstur ikan
terhadap penyelenggaraan makanan. serta rasa dari telur dan ikan. Menurut
Baik daya terima maupun sisa makanan penelitian Supiati & Yulaikah (2015)
pasien merupakan salah satu indikator pada pengaruh konsumsi telur rebus
untuk mengetahui asupan makanan terhadap percepatan penyembuhan luka
pasien di rumah sakit (Djamaluddin & perineum dan peningkatan kadar
Ira, 2002). Sisa makanan dipengaruhi hemoglobin pada ibu nifas, salah satu
oleh tiga faktor yaitu faktor internal faktor yang mempengaruhi
berkaitan dengan nafsu makan, penyembuhan luka adalah pantangan
kebiasaan/kesukaan makan, rasa bosan makanan, dimana pantangan makan ini
serta adanya peraturan diet atau non diet termasuk dalam segi kebiasaan makan
yang sedang dijalani. Faktor eksternal pasien.
yaitu cita rasa makanan yang meliputi Pada pasien bedah protein
penampilan dan rasa (Suryawati, merupakan zat gizi penting yang harus
Dharminto, & Shaluhiyah, 2006). dicukupi kebutuhannya karena memiliki
Penelitian yang dilakukan oleh nilai biologis tinggi. Protein merupakan
Irfanny et al. tahun 2012 tentang zat penting untuk struktur dan fungsi
evaluasi penyelenggaraan makanan tubuh serta penting untuk sintesis dan
lunak dan analisis sisa makanan lunak pembelahan sel yang sangat vital untuk
di beberapa RS di Jakarta menunjukkan penyembuhan luka (Haryani, 2007). Hal
bahwa responden yang tidak ini di dukung dengan ditemukan adanya
menghabiskan lauk hewani pada setiap hubungan yang signifikan konsumsi
waktu makan cukup besar yaitu di atas protein dengan penyembuhan luka
35%. Hampir sama dengan penelitian pasca operasi sectio cesaerea
Puruhita et al. tahun 2012 yang (Widjianingsih, 2013).
Menurut Kemenkes RI tahun menjadi hal yang penting untuk
2008, pelayanan makanan di rumah diperhatikan sebagai upaya
sakit dinyatakan kurang berhasil apabila mempercepat kesembuhan pasien,
sisa makanan pasien lebih dari 20%. sehingga peneliti tertarik untuk
Rendahnya daya terima makanan pasien melakukan penelitian lebih lanjut terkait
ini akan berdampak buruk bagi status perbedaan cita rasa, kebiasaan makan,
gizi dan kesembuhan pasien (Uyami, dan nafsu makan terhadap daya terima
Hendriyani, & Wijaningsih, 2010), oleh lauk hewani di berbagai kelas rawat
karena itu daya terima lauk hewani inap pada pasien bedah.
HASIL
Tabel 2 Distribusi Penilaian Nafsu Makan, Kebiasaan/kesukaan Makan, dan Cita Rasa
Variabel Median Std Min - Max
Nafsu Makan 2.00 0.48 02
Kebiasaan/Kesukaan Makan 2.00 0.44 02
Cita Rasa 30.00 4.39 20 - 40
Pada Tabel 3 dapat dilihat terima kategori baik yaitu 31,00 dan
bahwa median cita rasa terhadap daya median cita rasa terhadap daya terima
kategori tidak baik yaitu 27,00. Hasil uji Nilai p=0,022 (p<0,05) maka dapat
statistik menunjukan rata-rata peringkat dikatakan ada perbedaan yang
daya terima baik lebih besar bermakna terhadap daya terima lauk
dibandingkan dengan rata-rata peringkat hewani berdasarkan kebiasaan/kesukaan
daya terima tidak baik (121,35 > 63,86). makan.
Nilai p=0,001 < 0,05 maka dapat Hasil analisis daya terima lauk
disimpulkan terdapat perbedaan yang hewani berdasarkan nafsu makan
signifikan terhadap daya terima lauk sampel diperoleh nafsu makan terhadap
hewani pada pasien bedah berdasarkan daya terima baik dan tidak baik yaitu
cita rasa lauk hewani yang disajikan di sebesar 2,00. Rata-rata peringkat
RSUD Cengkareng. terhadap nafsu makan sampel pada
Hasil uji terhadap kategori daya terima baik lebih besar
kebiasaan/kesukaan makan sampel dibandingkan daya terima baik
diperoleh nilai median kebiasaan/ (108,20>81,14). Hasil uji statistik
kesukaan makan lauk hewani terhadap diperoleh nilai p=0,001 (p < 0,05) maka
daya terima baik dan tidak baik yaitu dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
2,00. Rata-rata peringkat kebiasaan yang bermakna terhadap daya terima
makan terhadap daya terima baik yaitu lauk hewani berdasarkan nafsu makan
99,87 lebih besar dibanding pada daya pasien bedah di RSUD Cengkareng.
terima tidak baik dengan nilai 92,07.