Sie sind auf Seite 1von 23

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 17, No. 4, 2002, 473 - 495

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, PERILAKU MANAJEMEN


LABA, FREE CASH FLOW HYPHOTESIS DAN ECONOMIC VALUE
ADDED: PENDEKATAN PATH ANALYSIS1
Wilopo
STIE Perbanas

Sekar Mayangsari
Universitas Trisakti

ABSTRACT

This paper investigates whether ownership structures, earnings management, growth


opportunities, free cash flow hyphotesis are related to firm performance, as measured by
economic value added. This paper use sample nonregulated companies during crisis
period, 1998-2001. We find that during this period the management creates value. Our
result also suggest that blockholders and free cash flow hyphotesis have indirect effects to
economic value added through corporation policy, such as investing and financing.
Interestingly, earnings management have direct effect to economic value added. These
results imply that separation of management group ownership and control has significantly
more negative relation to creating value in countries with low shareholders protection, as
in emerging markets, whereas large blockholders have significantly more positive relation.
Keywords: Ownership Structures, Earnings Management, Free Cash Flow Hyphotesis,
Economic Value Added

PENDAHULUAN dan karakteristik dewan antar negara (Roe


1993).
1. Latar Belakang
Hubungan antara corporate governance
Kepemilikan korporasi dan struktur dewan
dan kinerja ekonomi juga telah menjadi isu
telah banyak mendapatkan perhatian dari para
yang paling kontroversial serta banyak menda-
ekonom keuangan akhir-akhir ini. Studi-studi
patkan perhatian para pembuat kebijakan
yang terkait dengan hal ini telah meneliti
(Maher dan Andersson (2000). Tiap negara
hubungan cross-sectional antara kepemilikan
telah banyak mengembangkan berbagai
dan karakteristik dewan serta ukuran kinerja
mekanisme corporate governance yang
perusahaan (McConnell dan Servaes 1990,
berbeda untuk dapat mengatasi problem
Morck et al. 1988, Yermack 1996), pengaruh
keagenan yang timbul karena adanya
kepemilikan dan karakteristik dewan terhadap
pemisahan kepemilikan dan kontrol. Beberapa
keputusan khusus (Brickley et al. 1994, Byrd
mekanisme yang digunakan dapat dibedakan
dan Hickman 1991, Weisbach 1988), serta
atas kepemilikan yang menyebar (outsider
penelitian yang membandingkan kepemilikan
systems) sedang yang lain disebut dengan
kepemilikan terkonsentrasi (insider systems).

1
Peneliti mengucapkan terima kasih atas segala saran Dr. Ferdinand Augusty, MBA
474 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

Kepemilikan yang menyebar menyebabkan tersaji dalam laporan keuangan bagi investor
konflik antara manajer yang memiliki posisi untuk menilai ekuitas perusahaan. Pendekatan
kuat serta pemegang saham yang posisinya ini digunakan untuk mengukur manfaat
lemah karena jumlah kepemilikan relatif kecil, pengelolaan korporasi tertentu terhadap nilai
seperti karakteristik pada negara USA dan UK, perusahaan.
sedangkan pada kepemilikan yang terkon- Motivasi penulisan artikel ini terutama
sentrasi konflik terjadi antara pemegang saham karena belum adanya bukti empiris tentang
mayoritas dan minoritas, seperti yang terjadi di tuduhan yang menyatakan bahwa mekanisme
Eropa dan Jepang (Gedajlovic dan Shapiro, corporate governance yang terkonsentrasi,
1998). seperti yang dimiliki sebagian besar
Mekanisme mana yang baik masih banyak perusahaan-perusahaan publik di Indonesia,
menimbulkan perdebatan. Sampai dengan awal tidak efektif karena dapat mengurangi nilai
1990-an disebutkan bahwa mekanisme yang perusahaan (distructing value).
terkonsentrasi pada satu pihak tertentu seperti Selain itu, menyitir tulisan Sloan (2001)
pada negara-negara Jepang dan Jerman yang menyatakan bahwa selama ini masih
menunjukkan hasil yang superior (Maher dan sedikit sekali bukti empiris yang mengaitkan
Andersson, 2000). Sejak terjadinya krisis di sistem corporate governance dengan informasi
Asia pada tahun 1997 timbul kritik terhadap akuntansi keuangan yang merupakan produk
keefektifan mekanisme tersebut. Kritik sistem tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa
tersebut telah dibantah dengan hasil pengujian sebenarnya keefektifan sistem tersebut dapat
empiris Gibson (1999) yang menyatakan dinilai dari kualitas informasi dalam
bahwa mekanisme corporate governance memonitor proses pelaporan keuangan serta
efektif berjalan pada emerging markets yang menjelaskan penyebab dan konsekuensi proses
sebagian besar adalah negara-negara di pelaporan keuangan yang tidak jujur.
kawasan Asia.
Penelitian yang berkaitan dengan meka-
Disisi lain, korporasi di Asia Timur nisme corporate governance pernah dilakukan
memiliki tingkat transparansi serta kualitas oleh Wahidawati (2002a, 2002b). Kedua
disclosure yang rendah (Fan dan Wong, 2000). penelitian tersebut menguji hubungan antara
Dengan demikian dapat diambil simpulan struktur kepemilikan dengan kebijakan penda-
bahwa mekanisme corporate governance yang naan dan disimpulkan bahwa kepemilikan
berjalan di negara-negara Asia timur jelek. manajer dan institusional berhubungan negatif
Meskipun demikian ada sanggahan bahwa dengan rasio utang. Artinya semakin besar
sebenarnya rendahnya kualitas informasi jumlah kepemilikan manajer dan institusi maka
akuntansi disebabkan faktor ekonomi biaya kebijakan pendanaan cenderung pada pener-
tinggi yang berada di luar kendali perusahaan bitan saham bukan pada utang. Selanjutnya
dan merupakan karakteristik pada negara- ditemukan bahwa struktur kepemilikan
negara berkembang. manajer dan institusi sebenarnya saling
Dengan adanya kontradiksi kefektifan menggantikan (substitusi) untuk menjalankan
mekanisme corporate governance yang fungsi monitoring. Hasil lain menunjukkan
menekankan pada insider systems maka artikel bahwa kepemilikan manajer tidak dapat
ini bertujuan memberikan bukti empiris membantu memecahkan konflik agensi antara
keefektifan mekanisme tersebut jika dilihat pemegang saham dan manajer. Artinya sesuai
dari perspektif value relevance. (Barth et al. dengan asumsi yang digunakan dalam teori
2001) menyatakan bahwa penelitian yang agensi (Eisenhardt, 1989) bahwa seseorang
berkaitan dengan value relevance dimaksudkan cenderung self-interest karena itu kepemilikan
untuk mengetahui manfaat angka-angka yang manajemen justru memperbesar kos agensi
2002 Wilopo & Mayangsari 475

karena pihak manajemen hanya akan memi- berkaitan dengan mekanisme corporate gover-
kirkan kepentingannya sendiri, dan kondisi ini nance serta manfaat penerapannya. Dengan
tidak mendukung tujuan sistem corporate demikian kita tidak mudah mengambing-
governance yaitu memberikan perlindungan hitamkan corporate governance sebagai suatu
terhadap pemegang saham minoritas. sistem yang bisa secara otomatis meningkatkan
Penelitian ini berbeda dengan penelitian kinerja perusahaan. Artikel ini juga bertujuan
sebelumnya karena penelitian ini menguji memberikan bukti secara empiris pola
secara simultan hubungan mekanisme hubungan antara penciptaan nilai bagi
corporate governance, yaitu struktur kepemi- perusahaan dengan mekanisme corporate
likan terhadap firm specific, seperti perilaku governance, langsung atau dimediasi oleh
manajemen laba, kebijakan strategis dan faktor-faktor lain. Hal ini berkaitan dengan
kemudian melihat pengaruhnya pada kesejah- kondisi bahwa ternyata pada perusahaan
teraan pemegang saham. Penelitian ini perusahaan manufaktur yang diteliti pada
memiliki nilai tambah dibandingkan perioda 1990-1999 ditemukan adanya indikasi
penelitian-penelitian sebelumnya karena manajemen laba yang secara statistis signifikan
penelitian ini berusaha melihat dengan lebih berpengaruh pada nilai perusahaan
komprehensif keterkaitan beberapa variabel (Mayangsari dan Wilopo 2001).
yang selama ini dilihat sepotong-sepotong.
Dalam arti selama ini penelitian-penelitian TINJAUAN TEORETIS
yang ada mengaitkan mekanisme corporate
1. Struktur Kepemilikan, karakteristik
governance dengan suatu faktor tertentu.
perusahaan dan kinerja perusahaan
Beberapa penelitian menghubungkan antara
mekanisme corporate governance dengan Fama dan Jensen (1983) menyatakan
kinerja perusahaan (Maher dan Andersson, bahwa pemisahan fungsi antara pemilik dan
2000; Vafeas 1999; Himmelberg et al. 1999), kontrol dapat menimbulkan keagenan, karena
penelitian lain menghubungkan antara itu diperlukan pengaturan yang maksimal.
mekanisme corporate governance dengan Salah satu bentuk pengaturan tersebut melalui
indikasi manajemen laba (Bushee, 1998 dan struktur kepemilikan tertentu yang merupakan
Chtourou et al. 2001). Lins (2002) menunjuk- satu dimensi dari corporate governance dan
kan adanya hubungan antara kepemilikan bertujuan untuk membatasi gerak langkah
manajemen dengan nilai perusahaan di pasar manajemen sehingga dapat meningkatkan
yang berkembang. kinerja perusahaan (Gedajlovic dan Shapiro,
1998). Berdasarkan penelitian tersebut struktur
Penelitian ini juga menyajikan suatu model
kepemilikan dibedakan berdasarkan konsen-
teoretis yang kemudian diuji secara empiris.
trasi kepemilikan saham, yang dibedakan atas
Dengan demikian diharapkan kevalidan model
insider atau institusional ownership (Eropa dan
yang diajukan dalam penelitian ini dapat
Jepang) serta menyebar pada outsider
dikonfirmasi secara empiris. Selain itu
ownership (UK dan USA).
penelitian ini mengukur kinerja perusahaan
dengan menggunakan konsep nilai tambah Mller dan Wneryd (2000) menyatakan
yang dikenal dengan economic value added bahwa struktur kepemilikan merupakan
(EVA) yang dapat digunakan sebagai ukuran karakteristik perusahaan (firm-specific). Lebih
terciptanya kesejahteraana bagi pemegang jauh dikatakan bahwa perusahaan yang
saham. memiliki konsentrasi kepemilikan pada pihak
dalam (insider ownership) akan memiliki
Manfaat penelitian ini diharapkan diperoleh
kinerja lebih baik dibandingkan yang
suatu gambaran yang lebih komprehensif
sebaliknya (outsider ownership).
dalam memahami fenomena yang ada
476 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

Bukti empiris yang berkaitan dengan untuk mengatasi konflik tersebut. Contoh,
hubungan antara kepemilikan manajemen dan peraturan di pasar modal menekan manajemen
kinerja perusahaan masih beragam. Beberapa untuk berorientasi pada kepentingan pemegang
penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan saham (Gillian dan Starks, 2000). Fama dan
manajemen akan berpengaruh positif pada Jensen (1983) menyatakan bahwa aktivitas
kinerja perusahaan (Demsetz dan Lehn 1985). kontrol korporasi, seperti merger dan akuisisi,
Penelitian lain justru menunjukkan tidak ada dapat memaksa pihak manajemen yang
keterkaitan antara kepemilikan manajemen berkinerja jelek tersingkir. Walaupun demikian
dengan kinerja perusahaan (Himmelberg et al. mereka menyatakan bahwa aktivitas kontrol
1999). McConnell dan Servaes (1990) menun- tersebut sebenarnya bukanlah tindakan yang
jukkan bahwa hubungan antara kepemilikan efektif dalam mengendalikan tindakan
manajemen dan kinerja berbentuk nonlinier. manajemen.
Hermalin dan Weisbach (1991) menunjukkan Dalam kondisi suatu perusahaan dikuasasi
bahwa hubungan positif antara kepemilikan oleh satu pemegang saham tertentu maka
manajemen dan kinerja terjadi jika prosentase timbul free rider. Pemegang saham mayoritas
kepemilikan manajemen antara 5-20%, kurang cenderung memiliki dorongan untuk meng-
atau lebih dari prosentase tersebut justru akan ambil alih tindakan monitoring atau aktivitas-
berakibat negatif. aktivitas yang lain. Tindakan monitoring ini
Selama 15 tahun terakhir aktivitas jika membuahkan hasil yang menguntungkan
pemegang saham yang dikenal, seperti maka dapat dinikmati oleh semua pemegang
investasi, telah berevolusi dan telah menjadi saham meskipun mereka tidak melakukan
suatu karakteristik yang penting dari pasar tindakan apa pun. Meskipun demikian
uang. Penekanan utama aktivitas pemegang pengaruh positif pemegang saham institusi
saham telah berfokus pada kinerja perusahaan masih banyak diperdebatkan. Gillian dan
yang jelek dan kemudian mereka menekan Starks (2000) menyatakan bahwa manfaat
pihak manajemen untuk memperbaiki kepemilikan institusional karena mereka dapat
kinerjanya sehingga dapat meningkatkan nilai memaksa manajer untuk memikirkan kinerja
pemegang saham. perusahaan dalam jangka panjang. Walaupun
Holderness et al. (1999) dalam Gillian dan demikian Murphy dan Van Nuys (1994)
Starks (2000) menunjukkan adanya pening- menunjukkan bahwa tidak semua kepemilikan
katan kepemilikan oleh pihak manajemen pada institusional berdampak positif, tergantung
perusahaan-perusahaan publik. Selanjutnya jenis institusinya. Dana pensiun, dikatakan
disebutkan bahwa kepemilikan manajemen merupakan salah satu institusi yang tidak
telah meningkat dari 13% pada tahun 1935 memberikan manfaat bagi manajemen karena
menjadi 21% pada tahun 1995. Tingginya mereka tidak mempunyai keahlian untuk
kepemilikan manajemen sebenarnya dipicu memberikan masukan bagi manajemen
oleh teori keagenan bahwa dengan semakin korporasi karena itu kepemilikan oleh institusi
banyak saham dimiliki oleh pihak manajemen dana pensiun dapat dikatakan sebagai free
maka semakin kecil konflik kepentingan antara rider.
pemegang saham dan manajemen (Crutchley La Porta et al. (1999) menunjukkan bahwa
dan Hansen, 1989). perusahaan yang terdapat dalam 27 negara
Peran kepemilikan institusi timbul karena yang menjadi sampel penelitian lebih banyak
adanya konflik kepentingan antara manajer dan dimiliki oleh keluarga. Bentuk pengendalian
pemegang saham (Jensen dan Meckling, pada perusahaan dari pemegang saham
1976). Untuk mengendalikan konflik tersebut mayoritas ini biasanya melalui cash flow
maka timbul aturan-aturan yang berfungsi rights. Pada perusahaan-perusahaan di
2002 Wilopo & Mayangsari 477

Indonesia tampak bahwa perusahaan dijalan- Satu perusahaan konsultan juga telah
kan oleh manajemen yang juga sekaligus mengembangkan satu ukuran kinerja yang
merangkap sebagai pemilik mayoritas. Dengan menekankan pada penciptaan nilai bagi
demikian dapat dikatakan bahwa mekanisme pemegang saham, yaitu economic value added
corporate governance tidak berjalan karena (EVA) dan kemudian mereka mengatakan
dengan komposisi manajemen merangkap bahwa inilah ukuran kinerja yang baik.
sebagai pemilik mayoritas maka pihak Selama ini ada perdebatan tentang ukuran
kepentingan pemegang saham minoritas tidak kinerja earnings (ROI dan ROA) dan EVA,
terlindungi. mana yang lebih baik digunakan sebagai
Kepemilikan dari luar perusahaan maupun pengukur kinerja. Ho et al. (2000)
kelompoknya justru akan dapat memicu menunjukkan bahwa EVA merupakan ukuran
berjalannya corporate governance (Vafeas kinerja perusahaan internet yang lebih baik
1999). Maher dan Anderson (2000) menunjuk- dibandingkan ukuran yang konvensional,
kan bahwa semakin terkonsentrasinya seperti ROI dan ROA. Chen dan Dodd (1997)
kepemilikan pada pihak di luar perusahaan menunjukkan meskipun EVA lebih baik dalam
maka kinerja perusahaan menjadi lebih baik. menjelaskan returns saham tetapi ukuran
Lin (2002) menunjukkan bahwa pemisahan earnings memberikan kekuatan penjelas yang
antara manajemen dan pemilik berpengaruh incremental di atas EVA. OByrne (1996)
negatif terhadap terhadap nilai perusahaan menunjukkan bahwa EVA dan NOPAT
pada negara-negara yang proteksi pada merupakan ukuran kinerja yang sama baiknya.
pemegang saham minoritasnya rendah. Disisi EVA sendiri merupakan konsep residual
lain pengaruh konsentrasi kepemilikan pada income yang dikenalkan pada tahun 1990-an
pihak luar perusahaan berpengaruh positif pada oleh konsultan Stern Steward & Co. Konsep
nilai perusahaan. EVA memberikan jaminan pengukur, skema
Vafeas (1999) menunjukkan bahwa insentif dan penilaian ekuitas yang lebih baik.
karakteristik kepemilikan konsisten dengan Bahkan EVA dan disebutkan lebih baik sampai
teori contracting dan keagenan. Hasil dengan 50% dibandingkan earnings dalam
penelitiannya juga menunjukkan bahwa menjelaskan perubahan kesejahteraan
aktivitas dewan direksi berhubungan positif pemegang saham (Stewart 1991). Karena itu,
dengan kinerja korporasi. Weisbach (1988) dan beberapa peneliti lebih ingin mengetahui
Cotter et al. (1997) menunjukkan bahwa keefektifan EVA dengan menggunakan bukti
komposisi dewan direksi serta adanya direksi empiris, dan hasilnya masih menunjukkan
yang berasal dari luar perusahaan dapat hasil yang beragam. Hasil penelitian Biddle,
memproteksi kepentingan pemegang saham. Bowen dan Wallace (1996) menunjukkan
Yermack (1996) juga menunjukkan bahwa bahwa earnings lebih menunjukkan keter-
nilai pasar perusahaan yang memiliki jumlah kaitannya dengan returns saham dibandingkan
dewan direksi yang sedikit lebih tinggi EVA. Namun hasil penelitian Ho, Hui dan Li
dibandingkan yang sebaliknya. (2000) menunjukkan hasil yang sebaliknya,
bahwa EVA adalah pengukur kinerja yang
Penilaian kinerja sendiri hingga saat ini
lebih baik dibandingkan earnings untuk
sudah beragam. Lambert (2001) menyatakan
perusahaan internet.
bahwa sebagian orang meragukan ukuran
kinerja hanya didasarkan laporan kinerja masa Hall dan Brummer (2000) menyatakan
lalu. Kemudian dikembangkan ukuran-ukuran bahwa EVA merupakan ukuran kinerja internal
kinerja yang lebih komprehensif dengan terhadap operasi perusahaan tahunan. EVA
menggunakan ukuran nonkeuangan, seperti merefleksikan kesuksesan usaha manajer
balance scorecard (Kaplan dan Norton 1996). korporasi untuk menambahkan nilai pada
478 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

investasi pemegang saham. EVA merupakan dengan NPV positif maka dapat meningkatkan
residual income yang melebihi laba kesejahteraan pemegang saham.
operasional setelah dikurangi total cost of Lemmon dan Lins (2001) menunjukkan
capital. EVA yang positif menunjukkan bahwa bahwa selama perioda krisis nilai q untuk
perusahaan memberikan nilai bagi pemegang perusahaan yang memiliki pemegang saham
sahamnya. minoritas lebih rendah dibanding-kan yang
EVA dikatakan sebagai satu-satunya sebaliknya. Demikian juga perusahaan yang
pengukur yang tepat bagi semua hal kompleks membedakan antara cashflow rights dan
yang berhubungan dengan penciptaan nilai. control rights tidak mengalami perubahan
EVA dihitung dengan melihat tingkat bunga kinerja yang berbeda dibandingkan perusahaan
ekonomis dari suatu perusahaan (Stewart yang tidak memisahkan kedua macam hak
1990). Economic value added sebenarnya tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa sistem
merupakan penyeimbang konsep profitabilitas corporate governance berperan penting dalam
perusahaan, yang menyatakan bahwa modal meningkatkan kinerja.
digunakan untuk menghasilkan profitabilitas. Shin dan Stulz (2000) menunjukkan bahwa
Jika laba perusahaan setelah pajak lebih besar peningkatan systematic risk berpengaruh
dari cost of capital yang digunakan dalam positif terhadap q perusahaan. Sebaliknya
bisnis maka EVA positif. Penelitian pasar untuk unsystematic risk memiliki pengaruh
menunjukkan bahwa satu perusahaan yang negarif pada q perusahaan, demikian juga
mempunyai EVA yang positif akan dihargai dengan risiko total. Kondisi ini sesuai dengan
melalui adanya peningkatan harga saham. simpulan Fama dan French (1993) bahwa
Ukuran kinerja lain yang biasa digunakan perusahaan yang tumbuh, yang dalam
adalah Tobins q. Namun beberapa penelitian penelitian tersebut ditunjukkan dengan tobins
menggunakan ukuran q sebagai proksi antara q, memiliki beta yang lebih tinggi. Selain itu
perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh juga bahwa systematic risk lebih kecil
(Shin dan Stulz, 2000, dan Howe dan Vogt dibandingkan unsystematic risk pada tingkat
1996). Howe dan Vogt (1996) menyebut perusahaan.
perusahaan dengan q<1 sebagai declining Free cash flow dan corporate governance
firms. Hal ini sesuai dengan Lindenberg dan merupakan faktor penentu overinvestment.
Ross (1981) yang menyatakan bahwa Jensen (1986) menjelaskan mengenai masalah
expanding firms tidak seharusnya memiliki overinvestment. Manajer mendorong pertum-
nilai q kurang dari 1. buhan perusahaan melebihi ukuran yang
Lang dan Litzenberger (1989) optimal dan menerima proyek yang negatif.
menggunakan ukuran q untuk membedakan Problem overinvestment ini juga dipicu dengan
overinvestment dan underinvestment. adanya free cash flow serta kecilnya
Berdasarkan penelitian tersebut tampak bahwa kesempatan untuk tumbuh. Problem ini dapat
perusahaan yang overinvestment memiliki q < dikurangi dengan menerbitkan utang. Sedang-
1. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki kan untuk mengendalikan overinvestment
q>1 menunjukkan adanya kesempatan terdapat beberapa mekanisme, yaitu:
investasi yang menguntungkan. Summers 1. pendapatan manajer dihubungan dengan
(1981) dan Hayashi (1982) dalam Jones (1999) kinerja perusahaan
menunjukkan bahwa q merupakan ukuran
2. mekanisme internal dan eksternal dari
kualitas kesempatan investasi yang dimiliki
kontrol korporasi dapat mengurangi
perusahaan. Apabila q>1 berarti perusahaan
problem overinvestment
memiliki proyek NPV yang positif karena
2002 Wilopo & Mayangsari 479

Kontrol mekanisme internal berupa tersebut ada 39 perusahaan yang memiliki


monitoring dewan, adanya pemegang saham leverage lebih dari 1. Hanya 32 perusahaan
mayoritas serta bank. Sedangkan mekanisme yang memiliki rasio di bawah 1).
kontrol eksternal melalui pasar, seperti adanya Variabel diversifikasi digunakan untuk
merger atau take over. Dengan kata lain mengukur kerugian diversifikasi yang
struktur kepemilikan dapat mengurangi dilakukan manajer. Intuisinya bahwa dengan
problem overinvestment. meningkatnya jumlah saham yang dimiliki
Beberapa studi juga telah meneliti problem pihak manajemen maka para manajer akan
overinvestment dengan menganalisa hubungan kehilangan kesejahteraannya karena kehi-
kesempatan untuk tumbuh, free cash flow serta langan kesempatan mendapatkan keuntungan
leverage. Smith dan Watts (1992) menunjuk- yang optimal dengan memiliki market
kan bahwa ada hubungan negatif antara utang portfolio. Kondisi ini mempengaruhi kebijakan
dan kesempatan untuk tumbuh. Tetapi dalam utang dan investasi perusahaan. Tingkat
penelitian tersebut tidak dibedakan antara diversifikasi yang tinggi akan memperendah
perusahaan yang mengalami overinvestment kebijakan investasi dan utang (Crutchley dan
dan underinvestment. Hasil penelitian Hansen 1989).
McConnell dan Servaes (1995) mendukung Perusahaan yang memiliki karakteristik
hipotesa overinvestment. Kallapur (1994) seperti tingkat volatilitas earnings tinggi maka
mengatakan bahwa free cash flow terjadi akan menurunkan tingkat leverage. Hal ini
karena pertumbuhan earnings lebih kecil karena perusahaan seperti ini tingkat
dibandingkan pertumbuhan aset. Artinya pendapatannya tidak menentu dan tidak pasti
perusahaan memperbesar aset untuk diinves- dengan demikian akan memperkecil pendanaan
tasikan pada proyek-proyek yang ber NPV (-) dari luar. Kondisi ini juga sesuai dengan
atau terjadi overinvestment. Hasil penelitian simpulan bahwa volatilitas yang besar akan
Lang et al. (1996) menunjukkan adanya meningkatkan kos kebangkrutan dengan
hubungan positif antara utang dan kesempatan demikian akan dapat menaikkan kos agensi
untuk tumbuh. utang dengan demikian akan juga mengurangi
Jong dan Dijk (1999) meneliti berbagai utang.
determinan leverage, seperti pajak dan risiko. Perusahaan yang memiliki kos iklan serta R
Mehran (1992) dan Berger et al. (1997) & D besar juga akan mengurangi utang. Teori
menunjukkan adanya pengaruh positif keagenan menjelaskan bahwa iklan dan R&D
karakteristik pengelolaan korporasi pada merupakan proksi untuk kesempatan investasi.
leverage. Dengan demikian pemegang saham Jadi untuk mendukung investasi perusahaan
mayoritas dapat meningkatkan leverage. Hasil membutuhkan pembiayaan yang tinggi juga,
penelitian ini sesuai dengan kondisi di tetapi guna menghindari keterbatasan peng-
Indonesia karena perusahaan-perusahaan gunaan dana maka perusahaan ini akan lebih
nonregulasi publik lebih mengandalkan pada membebankan pada sumber dana internal
utang dibandingkan menerbitkan saham. (Myers 1977). Ulasan ringkas hasil penelitian
Kondisi ini terbukti dengan tingginya tingkat hubungan antara variabel kebijakan korporasi
leverage pada mayoritas perusahaan yang dan karakteristik perusahaan seperti tersaji
diteliti (134 perusahaan memiliki tingkat dalam Tabel 1.
leverage sama dengan 1 bahkan dari jumlah
480 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

Tabel 1. Hasil penelitian pengaruh kebijakan leverage dan deviden terhadap karakteristik
perusahaan

Kebijakan Perusahaan Volatilitas earnings Kebijakan investasi Kos flotation


Leverage rendah rendah Rendah
Dividen Tidak ada hasil Tidak ada hasil rendah
* sumber: Crutchley dan Hansen (1989).

Hubungan antara insider ownership dan H1d : volatilitas earnings, risiko dan
nilai korporasi co-deterministic, artinya nilai diversifikasi berpengaruh tidak
korporasi menentukan insider ownership dan langsung pada kinerja
bukan sebaliknya (Hillier, 2002). Hasil
penelitian ini mendukung penelitian-penelitian 2. Struktur kepemilikan, Kebijakan per-
yang pernah dilakukan sebelumnya, seperti usahaan dan perilaku manajemen laba
Himmelberg et al. (1999) dan Cho (1998).
Fuerst (2000) menunjukkan bahwa Hasil penelitian Bushee (1998) menun-
kepemilikan saham yang besar pada CEO, jukkan bahwa kepemilikan investor justru
insiders serta adanya outsider directors memicu terjadinya manajemen laba. Argumen-
memiliki pengaruh yang positif pada kinerja nya bahwa dengan adanya kepemilikan
perusahaan dan nilai pasar. Sebaliknya investor, pihak manajemen termotivasi untuk
kepemilikan yang besar pada pihak luar menghindari melakukan investasi yang akan
berpengaruh negatif pada kinerja. menghasilkan nilai earnings yang rendah,
karena akan menyebabkan investor institusi
Hasil penelitian Taridi (1999) menun-
menjual sahamnya (Porter 1992, Graves dan
jukkan bahwa pada perioda 1995 untuk kasus
Waddock 1990).
perusahaan-perusahaan publik di Indonesia,
konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif Riset-riset sebelumnya menunjukkan ada
pada kinerja dan leverage. Namun demikian dua kondisi penting yang mendorong
leverage justru berpengaruh negatif pada terjadinya manajemen laba untuk menghindari
kinerja. Dalam kondisi ini berarti terdapat kesalahan penilaian temporer (Stein 1988,
kemungkinan pengaruh konsentasi kepemi- 1989). Pertama, manajer harus menempatkan
likan terhadap kinerja dimediasi oleh leverage. cukup bobot pada harga saham sekarang yang
bisa bertahan dalam jangka panjang. Perhatian
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dalam hal tersebut dipicu oleh kompensasi
disimpulkan bahwa struktur kepemilikan
berbasis saham, persyaratan pendanaan ekuitas
berpengaruh baik secara langsung maupun
dalam jangka pendek, ancaman bahwa seorang
tidak langsung terhadap kinerja perusahaan.
raider akan memanfaatkan penilaian yang
Dengan demikian:
rendah secara temporer, atau batas waktu
H1a : Kinerja perusahaan dipengaruhi secara pengaruh investor (Froot, Perold dan Stein
langsung oleh investasi, struktur 1992). Kedua, manajer harus percaya bahwa
kepemilikan, indikasi manajemen laba ada salah penilaian yang potensial berdasarkan
(DACC), free cash flow serta earnings riil atau ada reaksi pasar berlebihan
pertumbuhan terhadap earnings yang tidak dimanipulasi.
H1b : Struktur kepemilikan berpengaruh tidak Bernard et al. (1993) menyatakan bahwa
langsung terhadap kinerja manajer percaya terhadap reaksi yang
H1c : leverage berpengaruh tidak langsung berlebihan dari pihak investor terhadap
pada kinerja pengumuman earnings.
2002 Wilopo & Mayangsari 481

Adanya investor institusional meningkat- untuk melakukan manajemen laba (Bushee


kan persepsi adanya kesalahan penilaian jika 1998).
reaksi harga saham didasarkan pada Mayangsari dan Wilopo (2001) menunjuk-
pengumuman earnings sekarang. Riset-riset kan bahwa indikasi adanya praktik manajemen
sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan laba, yang ditunjukkan dengan discretionary
kepemilikan institusi berhubungan dengan accruals, secara statistis signifikan mem-
volume perdagangan yang tinggi serta pengaruhi nilai perusahaan. Kondisi ini terjadi
volatilitas returns saham diseputar karena earnings yang diumumkan menjadi
pengumuman earnings perkuartal (Kim et al. relatif baik sehingga respon pasar menjadi
1997, Potter 1992, Brown dan Brooke 1993). positif. Paek dan Press (1997) menyatakan
Kepemilikan institusi ini menimbulkan bahwa nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh
berbagai macam reaksi terhadap earnings yang motivasi manajer yang mendasari adanya
dilaporkan. Pertama, investor institusi discretionary accruals. Dengan demikian
cenderung segera menjual sahamnya jika hipotesanya:
terjadi penurunan earnings karena mereka
H2a : Indikasi manajemen laba dipengaruhi
menggunakan earnings sebagai kriteria
secara langsung oleh besaran
penilaian terhadap investasi yang dilakukan
perusahaan, struktur kepemilikan, dan
(Badrinath, Gay dan Kale 1989). Kedua,
leverage
investor institusi seringkali melakukan
evaluasi kinerja dan cenderung menjual saham H2b : Struktur kepemilikan berpengaruh secara
perusahaan yang memiliki kinerja earnings langsung terhadap leverage dan investasi
jelek (OBarr dan Conley 1992). Akhirnya, H2c : Struktur kepemilikan dipengaruhi secara
investor institusi mungkin menggunakan langsung oleh volatilitas earnings, risiko
earnings sekarang sebagai proksi nilai dalam dan diversifikasi
keputusan perdagangannya karena adanya H2d : Volatilitas earnings, risiko, dan
asimetri informasi mengenai kualitas investasi diversifikasi tidak berpengaruh secara
yang telah dilakukan oleh pihak manajemen langsung terhadap leverage
(Porter 1992, Froot et al. 1992). Asimetri ini
dapat terjadi jika institusi memiliki ekspektasi
METODA PENELITIAN
jangka pendek serta berorientasi kinerja jangka
pendek (Porter 1992, Froot et al. 1992). 1. Sampel
Demikian juga halnya jika investor institusi
memiliki beberapa saham dalam jumlah kecil Perusahaan yang diteliti hanya perusahaan
maka penelitian prospek jangka panjang tiap yang nonregulasi untuk menghindari bias
saham tersebut kurang cost-effective (Porter karena perbedaan faktor karakteristik industri.
1992, Froot et al. 1992). Klasifikasi perusahaan regulasi dan
nonregulasi seperti hasil penelitian Dunn et al.
Argumen ini menunjukkan bahwa kepe-
(2000). Perioda yang diambil adalah perioda
milikan institusi justru memicu manajemen
krisis 1998-2001 karena selama ini penelitian
hanya terpaku pada jangka pendek sehingga
yang ada justru menghindari kondisi krisis.
mendorong mereka melakukan manajemen
Dengan demikian untuk generalisasi hasil
laba. Sebaliknya kepemilikan CEO justru
maka penelitian menggunakan perioda krisis.
memicu mereka untuk memikirkan jangka
panjang sehingga mereka tidak termotivasi
482 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

Tabel 2. Klasifikasi Industri atas Terregulasi 2. Data


dan Nonregulasi Data keuangan diperoleh dari pusat
Panel A: Industri nonregulasi referensi pasar modal di Bursa Efek Jakarta
dan website Jakarta Stock Exchange. Data
Jenis Industri pasar berasal dari UGM Database dan JSX
Cement Monthly Statistics. Data struktur kepemilikan
Ceramics, Glass, Porcelain diperoleh dari website Jakarta Stock Exchange,
Metal and Allied Products Capital Market Directory 2001, serta catatan
Chemicals laporan keuangan perusahaan.
Plastics&Packaging
Animal Feed
Wood Industries 3. Analisis Data
Pulp&Paper Analisis data menggunakan structural
Machinery equation model (SEM) untuk mengetahui
Automotive&Components hubungan simultan pada beberapa variabel
Textile yang diuji. Pengolahan data menggunakan
Footwear program analysis of moment structure (AMOS
Cable 4). Ada beberapa tahapan yang dilakukan
Electronics dalam pengujian ini. Pertama, dibentuk model
Pharmaceuticals
yang sesuai dengan pembahasan teori dan
Cosmetics
empiris yang diajukan. Kedua, menggam-
Houseware
barkan model tersebut dalam bentuk path
Property and Real Estate
diagram. Ketiga, melakukan confirmatory
Building Construction
Wholesale analysis untuk menguji signifikansi model
Retail yang diajukan. Keempat, melakukan pengujian
Restaurant, Hotel & Tourism path analysis untuk mengetahui pengaruh
Computer langsung dan tidak langsung suatu hubungan
(Ferdinand 2002).
Panel B: Industri Terregulasi
4. Definisi operasional serta pengukuran
Jenis Industri
variabel
Plantation
Forestry 1. Economic value added (EVA)
Fishery
Crude Petroleum Rumus perhitungan EVA adalah:
Metal and Mineral Mining
EVA= (Adjusment NOPAT CapChg
Land
Food and beverages + Acct.Adj)/asset t-1
Bank
Keterangan:
Financial institution
Securities Company NOPAT : Earnings setelah pajak
Insurance CapChg : WACC (weighted average cost
Railroad of capital) x modal pemegang
Telecomunication saham
Transportation Acct.Adj : aset total + cadangan yang
Health Care diestimasi
Investment Fund
2002 Wilopo & Mayangsari 483

Aset t-1 : nilai aset pada perioda sebe- nakan model Jones (1991) maka dihitung dulu
lumnya total akrual sesuai dengan rumusan Healy
(1985).
Perhitungan WACC berdasarkan rumus
sebagai berikut: TAit = (CAt - CLt - Casht Dept)/At-1
WACC = wd kd (1-T) + wps kps + wcs kcs Dimana;
Keterangan: CAt = perubahan current assets selain
kas
wd kd : bobot dana dari utang jangka
CLt = perubahan current liabilities
panjang
T : pajak Casht = perubahan cash dan ekuivalennya
wps kps : bobot dana dari saham preferen Dept = kos depresiasi dan amortisasi
wcs kcs : bobot dana dari saham biasa At-1 = aset total tahun sebelumnya

Pada saat menghitung EVA ada beberapa Kemudian deteksi discretionary accruals dan
penyesuaian yang harus dibuat baik untuk non-discretionary accruals dengan persamaan
NOPAT maupun model yang digunakan untuk berikut:
mengurangi non-economic accounting yang TAit/TAt-1 = i (1/Ait-1) +
ada dalam laporan rugi/laba dan neraca 1i (REVit/Ait-1) +
konvensional. Pada perhitungan NOPAT,
biaya-biaya yang tidak mempengaruhi kas 2i (PPEit-1/Ait-1) + it
akan ditambahkan kembali pada laporan Dimana:
rugi/laba, penyesuaian ini dilakukan karena
TAit = akrual total pada tahun t untuk
jurnal-jurnal non-kas dianggap tidak
perusahaan i
mempengaruhi nilai. Beberapa penyesuaian
REVit = pendapatan tahun t dikurangi
yang harus dilakukan menyangkut bad debts,
pendapatan pada tahun t-1 untuk
pajak yang ditangguhkan, dan jaminan.
perusahaan i
Depresiasi tidak termasuk disesuaikan karena
PPEit-1 = aktiva tetap dan perlengkapan
biaya tersebut dianggap sebagai proksi biaya
bruto pada akhir tahun t-1 untuk
ekonomi sebenarnya dalam model EVA. Biaya
persh. i
bunga setelah pajak juga harus ditambahkan
Ait-1 = aset total pada akhir tahun t-1
pada laba untuk menghilangkan pengaruh
untuk persh. i
leverage pada laporan rugi/laba. Hasil EVA
it = error term pada tahun t untuk
yang positif menunjukkan adanya nilai tambah
persh.i
yang terjadi diperusahaan.
i = perusahaan 1,2,3,,N
t = tahun ke 1,2,3,, t (perioda
2. Manajemen laba (DACC) estimasi untuk perusahaan i)
Deteksi manajemen laba dengan menggu- Dengan menggunakan model akrual
nakan model Jones yang dimodifikasi (1991) ekspektasian maka abnormal accruals (AAip)
karena Dechow et al. (1995) menyatakan adalah:
bahwa diantara beberapa model tampaknya
yang paling tepat adalah model Jones yang AA ip = TA ip/Aip-1 (i [1/Ait-1] +
telah dimodifikasi karena memberikan 1i [REVit/Ait-1] +
kekuatan statistis yang tinggi untuk mendeteksi
adanya manipulasi earnings. Pada model ini 2i [PPEit-1/Ait-1])
manajemen laba ada jika terdapat discretionary Jika manajemen melakukan manajemen
accruals yang signifikan. Sebelum menggu- laba maka akan terdapat discretionary accruals
484 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

(residual) positif maupun negatif yang i = deviasi standar return saham


signifikan. Pengujian signifikansi discretio- bulanan selama perioda amatan
nary accruals dengan menggunakan rumus:
7. Kebijakan investasi perusahaan (INVST)
rata - rata discretionary accrua ls
Z Variabel ini diukur dengan rumus
Deviasi standar discr.accruals / n
Jika nilai Z diatas nilai t tabel maka Ho ditolak INVEST = (R&D + ADVRS)/ Sales
dengan kata lain discretionary accruals yang
ada secara statistik signifikan. 8. Struktur kepemilikan diukur (OWN)
Variabel ini diukur dengan angka konsen-
3. Leverage diukur dengan rumus (LEV) trasi kepemilikan menggunakan angka
Total Utang : Total Asset herfindhal yaitu sum squares jumlah saham
yang dimiliki oleh pemegang saham mayoritas
4. Q (memiliki saham > 5%). Ukuran lain adalah
Variabel ini merupakan pengukur pertum- menggunakan variabel dummy, 1 jika konsen-
buhan perusahaan dengan menggunakan trasi kepemilikan pada insider (manajer
Tobins q {(Jumlah saham yang beredar x maupun perusahaan afiliasi) sedangkan 0 jika
harga saham) + total utang + total sediaan)- mayoritas saham dimiliki oleh institusi (bank,
aktiva lancar} : total aktiva. Perusahaan yang perusahaan efek, asuransi maupun
memiliki q > 1 disebut perusahaan yang pemerintah).
tumbuh dan dianggap memiliki problem free
cash flow karena sisa kas yang ada jika oleh 9. Risiko (Risk)
perusahaan tidak dibagikan dalam bentuk
deviden maka akan diinvestasikan pada Variabel ini diukur dengan rumus yang
proyek-proyek yang memiliki NPV negatif . digunakan Rozeff (1982) dalam Crutchley dan
Hansen (1989) yaitu beta saham perusahaan,
yang diukur dengan market model.
5. Volatilitas earnings (VOL).
Variabel ini diukur dengan deviasi Standar 10. free cash flow (FCF)
ROA
Diukur dengan persamaan seperti yang
digunakan Penman (2001) yang kemudian
6. Diversifikasi (DIVRS).
dideflasi dengan aset t-1 untuk mengatasi
Variabel ini diukur dengan rumus heteroskedasitas (Christie 1987). Adapun
E ( Ri ) R f rumusnya:
i Free cash flow
Keterangan: = (operating income perubahan net
operating assets): asset t-1
E(Ri )= expected returns perusahaan i yang
diproksikan sama dengan IHSG
tahunan per subsektor industri 11. Besaran perusahaan (SIZE).
dibagi dengan kapitalisasi pasar per Variabel ini diukur dengan log aset
subsektor industri perusahaan
Rf = risk free asset yang diukur dengan
tingkat bunga SBI 1 bulan
(Kallapur 1989)
2002 Wilopo & Mayangsari 485

Model penelitian yang diajukan adalah:


VOL

(+) Risk
(+)
INVST (-)
OWN
(-)
DIVRS
(+) (-) (+) (+)

EVA (+) DACC (+) LEVR

(-) (+) (+)

FCF Q SIZE

Keterangan:
INVST adalah kebijakan investasi
EVA adalah economic value added
OWN adalah struktur kepemilikan
DACC adalah discretionary accruals merupakan ukuran indikasi manajemen laba VOL
adalah volatilitas earnings
Risk adalah risiko sistematis
DIVRS adalah kos diversifikasi
LEVR adalah rasio leverage
Q adalah rasio Tobins Q
FCF adalah free cash flow yang dideflasi dengan asset t-1
SIZE adalah nilai log aset untuk mengukur besaran perusahaan

HASIL PENELITIAN 2. Pengujian asumsi klasik


Asumsi klasik yang diuji adalah multi-
1. Sampel
kollinearitas dengan menggunakan tolerance
Jumlah perusahaan yang digunakan sebagai dan VIF. Selain itu diuji heteroskedasitas
sampel sebanyak 166 perusahaan (nama-nama dengan whites heteroscedasticity. Hasil
perusahaan ada di Tabel 3). Adapun perincian- pengujian multicollinearity menunjukkan tidak
nya, total perusahaan listing sampai dengan terjadi masalah ini karena angka tolerance dan
tahun 2001 adalah sebanyak 322 perusahaan. VIF di bawah 10. Hasil pengujian autokorelasi
Jumlah perusahaan yang memiliki data-data dengan Durbin-Watson juga menunjukkan
yang dibutuhkan mulai tahun 1998 sampai tidak terdapat masalah autokorelasi (D=1,985).
dengan 2000 sebanyak 216 perusahaan. Dari Pengujian heteroskedasitas dengan whites
jumlah tersebut yang terregulasi sebanyak 50 heteroscedasticity menunjukkan bahwa nR2 =
perusahaan, sehingga sampel yang digunakan (1,234)< nilai chi-square (3.841 untuk nilai
sebanyak 166 perusahaan. chi-square kritis 5%). Dengan demikian tidak
terdapat masalah heteroskedasitas.
486 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

Tabel 3. Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel

Nama Nama
Indocement Sumarecon
Semen Cibinong Surya Inti
Semen gresik Suryamas
Intikeramik Surya Semesta
Keramika Indonesia Jakarta Setiabudi
Mulia Industrindo Mas Murni
Surya Toto Indonesia Metro Supermarket
Alakasa Industrindo Asiana Multikreasi
Alumindo Fajar Surya
Citra tubindo Indah Kiat
Indal Aluminium Tjiwi Kimia
Itamaraya Gold Suparma
Jakarta Raya kyoei Surabaya Agung
Jaya Pari Steel Komatsu
Lion Mesh Prima Texmaco Perkasa
Lion Metal Astra International
Pelangi Indah Canindo Astra otopart
Tembaga Mulia Semanan Branta Mulia
Budi Acid Gajah Tunggal
Duta Pertiwi Goodyear
Ekadharma Tape GT Petrochem
Eterindo Indomobil
Intanwijaya Internasional Indospring
Kurnia Kapuas Nipress
Sorini Corp Prima Alloy
Tri Polyta Selamat Sempurna
Unggul Indah APAC
ArghaKarya Prima Argo Pantes
Berlina Centex
Dynaplast Eratex
Igar Jaya Evershine
Trias Santosa Hanson
Wahana Jaya Indorama Syntetics
Charoen Pakphand Karwell Ind
CP Prima Pan Brothers Tex
JAPFA Panasia Indosyntec
Sierad Panasia Filament
Surya Hidup RickyPutra
Barito Pacific Roda Vivatex
Daya Sakti Unggul Sarasa Nugraha
Sumalindo Sunson
Surya Dumai Texmaco
Tifico
Bayer Kasogi
Dankos Primarindo Asia
2002 Wilopo & Mayangsari 487

Nama Nama
Darya-Varia Sepatu Bata
Indofarma GT Cable
Kalbe Farma Jembo Cable
Kimia Farma Kabelindo
Merck Indonesia Sucaco
Pyridam Farma Sumi Indo Kabel
Schering Plough Indonesia Voksel
Squibb AGIS
Tempo Scan Pacific Aneka Kimia Raya
Mandom Indonesia Enseval
Mustika Ratu Hexindo
Procter & Gambler Indonesia Inter Delta
Unilever Indonesia Intraco Penta
Kedaung Indah Can Lautan Luas
Kedawung Setia Industri Modern Photo
Langgeng Makmur Plastics Perdana Bangun
Bakrie Tigaraksa
Bhuwanatala Tira Austine
Bukit Sentul Tunas Ridean
Ciptojaya United Tractors
Ciputra Development Wicaksana
Ciputra Surya Great River
Dharmala Intiland Hero
Duta Anggada Matahari
DutaPertiwi Ramayana
Indonesia Prima Sona Topas
Jakarta Intl Gunung Agung
Jaya Real Aryaduta
Kawasan Jababeka Bayu Buana
Lippo Cikarang Fast Food
Lippo Karawaci Sahid Jaya
Lippo Land Plaza Indonesia
Modern Land Putra Sejahtera
Mulia Land Astra Graphia
Pakuwon Jati Metrodata
Panca Wiratama Multipolar
Pudjiadi Bakrie&Brothers
PSP Bimantara Citra
Ristia
488 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

3. Deskriptif Statistik

Tabel 4. Deskriptif Statistik Variabel-variabel yang digunakan

minimum maximum mean Deviasi standar


EVA -0.0839 0.7210 0.132788 0.10
lnaset 11.62 18.75 14.5758 1.3437
LEVR -3.76 3.28 -0.3478 0.6676
Q 0.01 86.37 4.9717 10.7903
DACC -14.75 3.53 0.3992 2.6761
FCF -0.44 7.34 0.2682 0.7434
Beta 0.57 1.38 0.9738 1.0629
OWN 0.0 1 0.83 0.11
VOL -7.26 2.63 0.00227 0.8574
DIVRS 0.000051 0.0086 0.0023 0.0006
INVEST 0.18 7.3 3.41 3.6056

Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa sekali- 1. Degree of Freedom (DF) nilainya harus
pun dalam perioda krisis, rata-rata aktivitas positif
perusahaan masih menghasilkan nilai tambah 2. Non-signifikan chi-square harus di atas
bagi pemegang saham. Jika dilihat lebih jauh nilai yang disyaratkan (p=0,05) serta di atas
dari 166 perusahaan yang diteliti, ternyata batas konservatif yang diterima (p =0,10)
hanya 29 perusahaan yang memiliki nilai EVA (Hair et al. 1992)
negatif. Hasil ini mengejutkan mengingat dari
3. Nilai incremental fit di atas 0.90 yaitu GFI
perusahaan yang memiliki ROA negatif pada
(Goodness of Fit Index), Adjusted GFI
perioda tersebut sebanyak 78 perusahaan dari
(AGFI), Tucker Lewis Index (TLI) serta
166 perusahaan yang diteliti. Hasil ini justru
Normal Fit Index (NFI)
menimbulkan pertanyaan, apakah nilai tambah
bagi pemegang saham dapat berbentuk laba 4. Nilai RMR (Root Mean Square Residual)
bersih yang negatif? Jika melihat rumus dan RMSEA (Root Mean Square Error of
perhitungan EVA maka kondisi ini mungkin Approximation) rendah.
saja terjadi karena banyaknya kos yang Hasil pengujian terhadap model yang
dianggap tidak mempengaruhi nilai ditambah- diajukan dalam penelitian ini tampak pada
kan kembali pada laba bersih. Dengan Tabel 5.
demikian sebenarnya perhitungan laba bersih Berdasarkan hasil pengujian tampak bahwa
untuk melihat kondisi perusahaan tidak terlalu model yang diajukan dalam penelitian sesuai
tepat karena di dalamnya termasuk kos-kos (fit) dengan data yang digunakan dalam peneli-
yang sebenarnya tidak berhubungan dengan tian. Dengan kata lain model yang digunakan
penciptaan nilai bagi perusahaan, seperti pajak dalam penelitian ini didukung secara empiris.
yang ditangguhkan, jaminan atau kos kerugian
Pada tahap selanjutnya dilakukan pengujian
piutang tak tertagih.
signifikansi pengaruh. Berdasarkan uji
structural equation modeling diperoleh nilai
4. Pengujian Model critical ratio (CR) pada regression weights.
Arbuckle (1997) menyatakan bahwa model Signifikansi hubungan terjadi jika hubungan
yang baik harus memenuhi kriteria model antar variabel menunjukkan nilai critical ratio
persamaan struktural sebagai berikut: minimum sebesar 2 secara absolut (Arbuckle
2002 Wilopo & Mayangsari 489

1997) dengan tingkat signifikansi < 0.05. Hasil adanya free cash flow. Secara intuitif kondisi
pengujian seperti tersaji dalam Tabel 6 berikut. ini menunjukkan nilai perusahaan dipengaruhi
Berdasarkan hasil pengujian tersebut oleh berbagai faktor. Bentuk struktur
tampak bahwa hampir semua hubungan yang kepemilikan yang mayoritas dikuasasi oleh
dihipotesakan secara statistis signifikan. Hasil suatu pihak tertentu ternyata berdampak positif
ini menunjukkan bahwa pertambahan nilai bagi perusahaan. Selama ini banyak tuduhan
bagi perusahaan dipengaruhi secara positif bahwa bentuk pengaturan korporasi di
oleh struktur kepemilikan, kebijakan investasi, Indonesia tidak efektif karena tidak dijalankan
pertumbuhan perusahaan, manajemen laba. dengan profesional.
Selain itu dipengaruhi secara negatif oleh

Tabel 5. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model

Indikator Nilai yang disarankan Nilai model penelitian Keterangan


DF Positif 2 Diterima
Chi-Square P val > 0.05 2.761 Diterima
(p value) (pval = 0,251)
GFI > 0.9 0.996 Diterima
AGFI 0.9 0.954 Diterima
TLI 0.95 0.973 Diterima
NFI 0.95 0.988 Diterima
RMSEA 0.08 0.043 Diterima
CMIN/DF 2 1.381 Diterima

Tabel 6. Hasil Pengujian Signifikansi berdampak positif pada nilai perusahaan. Hal
ini lebih disebabkan rendahnya kos keagenan
Variabel Nilai critical ratio karena pemilik merangkap manajemen.
OWN VOL 1.403 Meskipun demikian bukan berarti bahwa cara
OWN Risk 0.234 ini yang terbaik untuk pengelolaan korporasi.
OWN DIVRS 1,234 Pada bentuk terkonsentrasi seperti ini perlu
INVST OWN -9.653*** diwaspadai perlindungan pada pihak minoritas.
EVA OWN -1.984** Kebijakan investasi, pertumbuhan perusa-
DACC OWN 1.52* haan dan manajemen laba juga berpengaruh
LEVR OWN 1,587* positif terhadap terciptanya nilai tambah bagi
DACC SIZE 2,587*** perusahaan. Pengaruh positif kebijakan
EVA Q 1,765* investasi pada nilai perusahaan tampaknya
EVA FCF -2,035*** dengan memperbesar kos iklan akan
EVA INVST 1,525* meningkatkan pendapatan dan pada akhirnya
DACC LEVR 1,875** meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan
EVA DACC 1,665* dampak positif pertumbuhan perusahaan
*** signf. p<0.01 **signf. p < 0.05 *signf. p < 0.1 terhadap nilai perusahaan disebabkan
perusahaan yang tumbuh ini tidak berhenti
Hasil penelitian ini juga mendukung La berinvestasi sehingga memiliki kesempatan
Porta (2002) dalam Lins (2002) yang besar menambah laba yang diperolehnya pada
menyatakan bahwa struktur kepemilikan yang masa mendatang.
terkonsentrasi pada pihak tertentu justru
490 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

Sebenarnya hasil yang mengejutkan adalah Hal ini mungkin disebabkan laba yang
pengaruh positif manajemen laba pada nilai dilaporkan akan lebih smooth tidak tampak
perusahaan. Hasil ini justru semakin fluktuatif dan konsisten meningkat sehingga
mendorong praktik manajemen laba. Kalau mendapat respon positif dari pasar apalagi ini
selama ini dianggap manajemen laba hanya terjadi dalam kondisi krisis.
menguntungkan pihak manajemen tapi dengan Pada Tabel 7 tampak hasil pengujian
hasil ini menunjukkan bahwa manajemen laba hipotesa.
juga menguntungkan bagi pemegang saham.

Tabel 7. Hasil Pengujian Total Effects, Direct Effects dan Indirect Effects

Total effects Direct effects Indirect effects


OWN VOL 0.614 0.614 0.000
OWN Risk 0.607 0.705 0.000
OWN DIVRS 0.331 0.331 0.000
INVST OWN 0,05 0,05 0.000
EVA OWN 0.515 0.000 0.515
DACC OWN 0.607 0.607 0.000
LEVR OWN 0.546 0.546 0.000
DACC SIZE 0.614 0.000 0.614
EVA Q 0.705 0.000 0.705
EVA FCF 0.598 0.000 0.598
EVA INVST 0.705 0.000 0.705
DACC LEVR 0.888 0.888 0.000
EVA DACC 0,546 0,546 0.000
INVST VOL 0.308 0.308 0.000
INVST RISK 0.383 0.000 0.308
INVST DIVRS 0.099 0.000 0.099
EVA VOL 0.268 0.268 0.000
EVA RISK 0.511 0.000 0.511
EVA DIVRS 0.701 0.000 0.701

Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa Hasil pengujian ini mendukung hipotesa 1a
volatilitas, risiko dan diversifikasi mempe- sebagian. Kinerja perusahaan hanya
ngaruhi struktur kepemilikan secara langsung. dipengaruhi secara langsung oleh manajemen
Struktur kepemilikan mempengaruhi secara laba, pertumbuhan dan free cash flow.
langsung manajemen laba, kebijakan investasi Hipotesa 1b didukung bahwa struktur
serta kebijakan leverage dan berpengaruh tidak kepemilikan mempengaruhi kinerja perusahaan
langsung pada nilai perusahaan. Leverage juga secara tidak langsung, jika melihat gambar
mempengaruhi manajemen laba secara tampaknya variabel yang memediasi adalah
langsung, sedangkan manajemen laba mem- kebijakan leverage dan manajemen laba.
pengaruhi penambahan nilai secara langsung. Dengan demikian struktur kepemilikan
Pertumbuhan dan free cash flow juga mempengaruhi kebijakan leverage, seperti
berpengaruh langsung terhadap pertambahan meningkatkan atau menurunkan jumlah utang,
nilai perusahaan. sedangkan utang menimbulkan kontrak-
kontrak utang yang memotivasi manajemen
2002 Wilopo & Mayangsari 491

untuk melakukan manajemen laba untuk Hasil deskriptif statistik menunjukkan


menghindari pelanggaran kontrak-kontrak bahwa dalam perioda krisis (1998-2001)
utang tersebut, dan adanya manajemen laba ini perusahaan-perusahaan sampel, yang merupa-
akan meningkatkan nilai perusahaan. kan perusahaan nonregulasi, masih menunjuk-
Hipotesa 1c juga didukung. Hasil ini kan nilai EVA yang positif. Dengan demikian
semakin menguatkan simpulan adanya manfaat dapat disimpulkan aktivitas mereka dalam
positif manajemen laba terhadap nilai perioda tersebut memiliki nilai tambah bagi
perusahaan. Hipotesa 1d didukung sebagian perusahaan.
karena ternyata variabel volatilitas earnings Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
langsung berdampak pada kinerja. Secara tambah ini diantaranya adalah struktur kepe-
intuitif hasil penelitian ini menunjukkan bahwa milikan meskipun pada pengujian selanjutnya
perusahaan yang pendapatannya sensitif tentu tampak bahwa pengaruhnya terhadap kinerja
akan mudah terpengaruh hal-hal tehnis (EVA) tidak secara langsung. Dengan struktur
maupun ekonomis. Sehubungan dengan kepemilikan yang terkonsentrasi pada pihak
kondisi krisis dimana kurs sangat fluktuatif tertentu malah berdampak positif bagi
tentu saja akan berpengaruh secara langsung perusahaan. Hasil penelitian ini menepis
pada kinerja. anggapan bahwa struktur kepemilikan yang
Hipotesa 2a didukung sebagian. Indikasi kekeluargaan, yaitu pemilik sekaligus
manajemen laba dipengaruhi secara langsung pengelola, akan berdampak jelek bagi
oleh leverage dan struktur kepemilikan. perusahaan.
Struktur kepemilikan yang rangkap (pemilik Hasil penelitian ini konsisten dengan
sekaligus manajemen) menyebabkan tidak beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya
adanya konflik kepentingan. Hipotesa 2b, 2c La-Porta (2002) serta Lins (2002), yang
didukung. Hipotesa 2d didukung sebagian. menyatakan struktur kepemilik-an yang tidak
Dengan demikian tingkat leverage secara memisahkan antara cash flow rights
langsung dipengaruhi oleh risiko. Hasil (pemegang saham mayoritas) dengan control
penelitian sesuai dengan hasil penelitian rights (pihak pengendali korporasi) akan
Titman dan Wessels (1988) yang menyatakan berdampak positif pada nilai perusahaan. Hasil
bahwa perusahaan dengan risiko yang tinggi lain yang menarik bahwa praktik manajemen
akan menghindari utang untuk mengurangi kos laba ternyata berdampak positif bagi
kebangkrutan. perusahaan. Hasil ini juga menepis tuduhan
bahwa praktik manajemen laba hanya akan
SIMPULAN DAN IMPLIKASI menguntungkan pihak manajemen.

1. Simpulan 2. Implikasi
Tujuan utama penelitian ini mengetahui Implikasi untuk penelitian mendatang
pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja hendaknya pada penelitian selanjutnya dapat
perusahaan. Fokus penelitian terutama pada dilihat pengaruh corporate governance secara
perioda krisis karena selama ini penelitian keseluruhan terhadap kinerja perusahaan.
selalu mengabaikan perioda ini dengan Ukuran corporate governance yang kompre-
berbagai macam alasan. Pada perioda ini justru hensif perlu dikembangkan karena penelitian-
keefektifan mekanisme corporate governance penelitian yang sementara ini ada hanya
tampak karena secara intuitif meskipun kondisi melihat satu-persatu mekanisme corporate
yang ada tidak kondusif tetapi kalau cara governance. Indeks yang dikembangkan IICG
pengelolaan perusahaan benar maka dampak- (Indonesian Institute for Corporate
nya dapat diminimalkan. Governance) dapat dipertimbangkan sebagai
492 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

suatu alat untuk mengukur pelaksanaan Journal of Accounting and Economics (31):
corporate governance di Indonesia dengan hal. 77-104
melakukan sejumlah perbaikan dan Berger, Philip G., Eli Ofek dan David L.
pengembangan sehingga dapat menjadi alat Yermack. 1997. Managerial entretchment
yang valid dan reliabel untuk digunakan dalam and capital structure decision. Journal of
penelitian selanjutnya. Finance (52): hal. 1411-1438
Implikasi untuk kebijakan. Pertama, perlu Biddle, G., Bowen R. dan Wallace J. 1997.
diupayakan pemaksaan terhadap pelaksanaan Does EVA beat earnings? Evidence on
good corporate governance, karena selama ini associations with stock returns and firm
usaha korporasi masih kurang. Simpulan ini values. Journal of Accounting and
didasarkan pada fakta bahwa dari 322 Economics (24): hal. 301-310
perusahaan publik, sampai dengan akhir Maret
Brickley, J.A., Coles J.L., Terry R.L. 1994.
2002 masih ada 102 perusahaan (32%) yang
Outside directors and the adoption of
belum membentuk komite audit. Kedua, perlu
poison pills. Journal of Financial
dikembangkan lagi suatu penelitian dan
Economics (35): hal. 371-390
pembahasan yang mendalam tentang praktik
manajemen laba. Meskipun hasil penelitian ini Bushee, Brian. 1998. Institutional investors,
menunjukkan dampak positif manajemen laba long-term investment and earnings
tapi sebenarnya praktik ini dapat mendistorsi management. Social Science Research
informasi yang terkandung dalam suatu Network (January): hal. 1-30
laporan keuangan, sehingga yang tersajikan Byrd, J. dan Hickman K. 1993. Do outside
bukan informasi riil. Apakah benar pemegang directors monitor manager? Evidence from
saham akan selamanya mau dikecoh dengan tender offer bids. Journal of Financial
angka-angka akuntansi? Jika suatu saat mereka Economics (32): hal. 195-221
menyadari kondisi ini maka laporan keuangan Chen, S. dan Dodd J. 1997 Economic value
yang menyajikan informasi tentang suatu added (EVATM): An empirical examination
perusahaan akan diragukan atau bahkan of a new corporate performance
ditinggalkan, untuk kemudian beralih measurement. Journal of Managerial
keinformasi lain yang lebih dapat diandalkan Issues 9: hal. 319-333
kejujurannya
Cho, M.H. 1998. Ownership structure,
investment and corporate value: an
DAFTAR PUSTAKA empirical analysis. Journal of Financial
Adams, Renee B., Heitor Almeida dan Daniel Economics (47): hal. 103-121
Fergira. 2002. Powerful CEOs and their Chtourou, Sonda Marrkchi. 2001. Corporate
impact on corporate performance. Social governance and earnings management.
Science Research Network (May): hal.1-56 Social Science Research Network (April):
Arbuckle, James. 1992. Getting Started with 1-35
AMOSDrawTM under windows. Unpubli- Crutchley, Claire E. dan Robert S.Hansen.
shed Work. Temple University, Phila- 1989. A Test of the Agency Theory of
delphia Managerial Ownership, Corporate Leve-
Barth, Mary E., Wiiliam H.Beaver, dan Wayne rage and Corporate Dividends. Financial
R.Landsman. 2001. The relevance of the Management (Winter): hal. 36-46
value-relevance literature for financial Christie, Andrew A. 1987. On cross-sectional
accounting standard setting: another view. analysis in accounting research. Journal of
Accounting Economics 9: hal. 231-258
2002 Wilopo & Mayangsari 493

Dechow, P.M., R.G.Sloan, dan P.Sweeney. Gillian, Stuart dan Laura T.Starks. 2000.
1995. Detecting earnings management. The Corporate governance proposals and
Accounting Review 70: hal. 193-225 shareholder activism: The role of
Demsetz, H. dan Lehn.K. 1985. The structure institusional investors. Journal of Financial
of corporate ownership: causes and Economics 57: hal. 275-305
consequences. Journal of Political Gibson, Michael S. 1999. Is corporate
Economy (93): hal. 1155-1177 governance ineffective in emerging
Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency markets? Social Science Research Network
Theory: An Assessment and Review. (November): hal. 1-26
Academy of Management Review (vol.14): Healy, P.M. 1985. The Effect of bonus
hal. 57-74 schemes on accounting decisions. Journal
Fama, E.F. dan K.R.French. 1993. Common of Accounting and Economics 7: hal.85-
risk factors in the returns on stocks and 107.
bonds. Journal of Financial Economics Hillier, David. 2002. Insider ownership and
(33): hal. 3-56 corporate value: an empirical test from the
Fama, E.F. dan Michael Jensen. 1983. united kingdom corporate sector. Social
Separation ownership and control. Journal Science Research Network (February): hal.
of Law and Economics (June): 1-32 1-33
Fan, joseph P.H. dan T.J. Wong. 2000. Ho, Nicholas, Norman Hui dan Linus Li. 2000.
Corporate ownership structure and the Does EVA beat earnings? Round 2:
informativeness of accounting earnings in Evidence from internet companies. Social
East Asia. Social Science Research Science Research Network: hal 1-20
Network (September): 1-51 Himmelberg, Charles P., R.Glenn Hubbard dan
Feltham, Gerald A. dan James A.Ohlson. 1995. Darius Palia. 1999. Understanding the
Valuation and Clean Surplus Accounting determinants of managerial ownership and
for Operating and Financial Activities. the link between oenership and
Contemporary Accounting Research performance. Journal of Financial
(Spring): hal. 689-731 Economics (53): hal. 353-384
____. 1996. Uncertainty resolution and the Holtahusen, Robert W., dan Ross L.Watts.
theory of depreciation measurement. 2001. The relevance of the value-relevance
Journal of Accounting Research (Spring): literature for financial accounting standard
hal. 689-731 setting. Journal of Accounting and
Economics (31): hal. 3-75
Ferdinand, Augusty. 2002. Structural equation
modeling dalam penelitian manajemen. BP Howe, Keith M. dan Stephen Vogt. 1996. On
UNDIP, Semarang q. The Financial Review (May): hal. 265-
286
Fuerst, Oren. 2000. Corporate governance,
expected operating performance and Jensen, Michael C. dan Wiiliam H.Meckling.
pricing. Social Science Research Network 1976. Theory of the firm: managerial
(January): hal 1-38 behavior, agency costs and ownership
structure. Journal of Financial Economics
Gedajlovic, Eric R.dan Daniel M.Shapiro.
3: 305-360
1998. Management and Ownership Effects:
Evidence from Five Countries. Strategic Jensen, Michael C. 1986. Agency costs of free
Management Journal (19): hal. 533-553 cash flow, corporate finance and take
overs. American Economic Review (76):
323-329
494 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Oktober

Jong, Abe de. dan Ronald Van Dijk. 1999. Lemmon, Michael dan Karl Lins. 2001.
Determinants of leverage and agency Ownership structure, corporate governance
problems. Social Science Research and firm value: Evidence from the east
Network (July): hal 1-53 asian financial crisis. Social Science
Jones, J., Earnings Management During Research Network (April): hal. 1-36
Import Relief Investigation, Journal of McConnell, John J. dan Henri Servaes.1990.
Accounting Research (Autumn 1991): hal. Additional evidence on equity ownership
193-228. and corporate value. Journal of Financial
Jones, Jefferson P. 1999. The implications of Economics (27): hal. 595-612
firms investment opportunities for the ____. 1995. Equity ownership and two faces of
valuation of cash flows from investing debt. Journal of Financial Economics (39):
activities. Social Science Research Network hal. 131-157
(September): hal. 1-34 Mehran, Hamid. 1992. Executive incentive
Kaplan, R. dan Norton, D. 1996. The balance plans, corporate control and capital
scorecard: Translating strategy into action. structure. Journal of Financial and
Harvard Business Scholl Press, Boston, Quantitative Analysis (27): 539-560
MA. Myers, S.C. 1977. Determinants of corporate
Kallapur, Sanjay. 1994. Dividend payout ratios borrowing. Journal of Financial
as determinants of ERC: A test of the free Economics (November): hal. 147-176
cash flow theory. Journal of Accounting Maher, Maria dan Thomas Andersson. 2000.
and Economics 17: hal 357-375 Corporate Governance: Effects on Firm
La Porta, Rafael, Florencio Lopez-de-Silanes Performance and Economic Growth. Social
dan Andrei Shleifer. 1999. Corporate Science Research Network (February): hal.
ownership around the world. Journal of 1-40
Finance 54: hal. 471-517 Mayangsari, Sekar dan Wilopo. 2001.
Lambert, Richard A. 2001. Contracting Theory Konservatisme akuntansi, value relevance
and accounting. Journal of Accounting and dan discretionary accruals: Implikasi
Economics (32): hal. 3-87 empiris model Feltham-Ohlson (1996).
Lang, Larry, Eli Ofek dan Rene M.Stulz. 1996. Artikel ini dipresentasikan pada Seminar
Leverage, investment and firm growth. Nasional Akuntansi IV di Bandung.
Journal of Financial Economics (40): 3-29 Morck, R., Shleifer A. dan Vishny R. 1988.
Lang, L.H.P. dan R.H. Litzenberger. 1989. Managmenet ownership and market
Dividend announcements: cash flow valuation. Journal of Financial Economics
signalling vs free cash flow hyphotesis? (20): hal. 293-315
Journal of Financial Economics 24 Mller, Holger M. dan Karl Wneryd. 2000.
(September): hal. 181-191 Inside versus outside ownership: A
Lins, Karl V. 2002. Equity Ownership dan political theory of the firm. Social Science
Firm Value in Emerging Markets. Social Research Network: hal. 1-22
Science Research Network (April): hal 1-47 OByrne, S. 1996. EVA and market value.
Lindenberg, Eric B. dan Stephen A. Ross. Journal of Applied Corporate Finance 9:
1981. Tobins q ratio and industrial hal. 116-125
organization. Journal of Business Penman, Stephen H. 2001. Financial statement
(January): hal. 1-32 analysis and securities valuation. McGraw
Hill. Inc.
2002 Wilopo & Mayangsari 495

Roe, M. 1993. Some differences in corporate Vafeas, Nikos. 1999. Board meeting frequency
structure in Germany, Japan and the United and firm performance. Journal of Financial
States. The Yale Review (102): 1927-2003 Economics (53): hal. 113-142
Rozeff, M.S. 1982. Growth, beta and agency Wahidawati. 2002a. Pengaruh kepemilikan
costs as determinants of devidend payout manajerial dan kepemilikan institusional
ratios. Journal of Financial Research pada kebijakan utang perusahaan: Sebuah
(Fall): hal. 249-259 perspektif Theory Agency. Jurnal Riset
Shin, Hyun-Han dan Rene M.Stulz. 2000. Firm Akuntansi Indonesia (Januari): hal. 1-16
value, risk and growth opportunities. Social ____. 2000b. Kepemilikan manajerial dan
Science Research Network (June): hal. 1-37 agency conflict: Analysis persamaan
Sloan, R.G. 2001. Finnacial accounting and simultan non linier dari kepemilikan
corporate governance: a discussion. Journal manajerial, penerimaan risiko, kebijakan
of Accounting and Economics (32): hal. utang dan kebijakan deviden. Tesis.
335-347 Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Stewart, G. 1991. The quest for value. Harper Weisbach, M.S. 1988. Outside directors and
Business, New York. CEO turnover. Journal of Financial
Economics (20): hal. 431-460
Taridi. 1999. Corporate governance, ownership
concentration and its impact on firms Yermack, D. 1996. Higher market valuation of
performance and firms debt in listed companies with small board of directors.
companies in Indonesia. Indonesian Journal of Financial Economics (40): hal.
Quarterly vol. XXVII: hal. 339-355 185-212.
Titman, S. dan R. Wessels. 1988. The
determinants of capital structure choice.
Journal of Finance 43: hal 1-19

Das könnte Ihnen auch gefallen