Sie sind auf Seite 1von 12

RANCANG BANGUN PENDETEKSI KESADAHAN AIR

BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535


Sy. Syahrorini*1, Dwi Hadidjaja*2
1,2
Program Studi Teknik Elektrok, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo1,2
*1
syahrorinimulyadi@yahoo.co.id, *2hadidjajadwi@ymail.com

ABSTRAK

Kesadahan air merupakan air yang mengandung kadar zat kapur tinggi. Air dikatakan sebagai air
sadah apabila terdapat kandungan zat kapur sebesar 500 mg/liter sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Dengan
mengkonsumsi air yang mengandung kadar kesadahan melebihi 500 mg/liter menyebabkan timbulnya
penyakit salah satunya batu ginjal. Selain itu, air yang mengandung kesadahan tinggi merugikan industri,
karena kadar kesadahan dalam air menyebabkan pengendapan pada kran-kran air dan sabun tidak
berbusa. Persyaratan air sehat harus memenuhi persyaratan fisik, persyaratan biologis dan persyaratan
kimia. Persyaratan kesehatan air bersih aman untuk dikonsumsi dan tidak menyebabkan penyakit sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Rancang
bangun pendeteksi kesadahan air berbasis mikrokontroller Atmega8535, pendeteksinya menggunakan
metal keping dari bahan perak sebagai pendeteksi perubahan resistansi. Tegangan keluaran metal keping
menjadi masukan bagi ADC. Hasil pengujian diperoleh bahwa air sesudah dimasak mengandung kadar
kesadahan maximum 96 ppm, sedangkan air sebelum dimasak mengandung kadar kesadahan maximum
98 ppm. Hasil penelitian air yang sudah dimasak kadar kesadahan turun sehingga layak untuk
dikonsumsi.
Kata Kunci : Mikrokontroller ATMEGA8535, Kesadahan

THE ABSTRACT
The hardnes of water is water that contains high calcium. According to the Regulation of Health
Minister of Republic Indonesia (No.429/MENKES/PER/IV/2010) about drinking water quality
requirements, water can be said in hardnes condition if it has 500 mg/liter of calcium. If someone
consume some water with the hardnes more than 500 mg/liter, it may creates problems of health, one of
them is kidney stone. In addition, this kind of water can harm the industry because it causes precipitation
of its taps and unlather soaps. Healthy water must fulfil the physical, biological & chemical requirements.
It means, this water is safe for consumption & doesnt impact to humanis health as the governments
restriction and can be drunk after it is boiled. The design of detection of the hardness of water can use a
microcontroller based Atmega8535. The detector uses a piece of metal from silver to detect the changes
of its resitance. The output of metal pieces voltage is the input of ADC. The experiment shows that
cooked waters hardnes maximum point is 96 ppm, while uncooked water can reach the maximum point
in 98 ppm. The result of the research proves that the level of hardnes in the water descents after the
process of boiling so it is safe to be comsumed.
Keyword : ATMega8535 microcontroller, Hardness of the water

1
1. Pendahuluan
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan oleh suatu unsur yang disebut air. Pengolahan dan
pengembangan sumber daya air yang konsisten merupakan dasar peradapan manusia[1]. Kehidupan
sehari-hari manusia tidak terlepas dari kebutuhan air, terutama dalam kebutuhan air minum selain air
yang digunakan untuk mandi, mencuci dan memasak. Berdasarkan kesehatan setiap orang memerlukan
air minum sebanyak 2,5-3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan[2].
Persyaratan air sehat harus memenuhi persyaratan fisik, persyaratan biologis dan persyaratan
kimia. Persyaratan kimia salah satunya yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia
adalah kesadahan[2]. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MEN-
KES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar maksimum kesadahan yang
diperbolehkan adalah 500 mg/l.
Disamping dapat menimbulkan suatu penyakit pada manusia air yang mempunyai tingkat
kesadahan tinggi dapat juga menyebabkan timbulnya kerak pada peralatan masak, menimbulkan endapan
berwarna putih, menyebabkan sabun kurang membusa sehingga meningkatkan konsumsi sabun,
menimbulkan korosi pada peralatan yang terbuat dari besi. Penyumbatan pipa logam karena endapan
CaCO3, menyebabkan pengerakan pada peralatan logam untuk memasak sehingga penggunaan energi
menjadi boros.
Rancang bangun pendeteksi kesadahan air berbasis mikrokontroller Atmega8535, pendeteksinya
menggunakan metal keping dari bahan perak sebagai pendeteksi perubahan resistansi. Tegangan yang
keluar dari metal keping ini kemudian menjadi masukan bagi ADC. Untuk penghitungan digunakan
mikrokontroler ATMEGA 8535 dan hasilnya ditampilkan pada LCD. Hasil pengukuran kesadahan
ditampilkan di LCD pada saat alat mendeteksi kesadahan air. Kesadahan air adalah hasil ukur kandungan
kadar zat kapur (CaCO3) dalam satuan ppm dan kondisi keadaan air tersebut.

2. Metodologi Penelitian
Untuk memecahkan permasalahan penelitian ini dapat dilihat pada flowchart pemecahan masalah
seperti pada Gambar 1.

Gbr. 1. Flowchart Pemecahan Masalah

2
2.1. Perancangan Sistem
Secara umum, prinsip kerja alat pendeteksi kesadahan air ini dapat digambarkan melalui blok
diagram (Gambar 2)

Gbr. 2. Blok Diagram Sistem kerja

2.2. Rangkaian Pendeteksi Kesadahan Air


Rangkaian pendeteksi kesadahan air ini terdiri dari rangkaian catu daya, dan mikrocontroller
a) Catu Daya
Rangkaian ini berfungsi untuk menyuplai sumber tegangan DC yang diperlukan.

Gbr. 3. Rangkaian Catu Daya


b) Rangkaian Metal Keping

Gbr. 4. Rangkaian Metal Keping Sejajar


c) Mikrocontroller
Mikrocontroller merupakan pusat pengendali dari bagian input dan keluaran serta pengolahan data.
Mikrocontroller yang digunakan adalah Atmega8535.

Gbr. 5. Rangkaian Mikrocontroller Atmega8535


Port A digunakan sebagai input dari sensor karena merupakan salah satu pin ADC, sedangkan port
C digunakan sebagai pin output ke LCD.

3
2.3. Sensor Metal Keping
Input metal keping sejajar ini berupa tegangan sebesar 5 volt dari rangkaian catu daya. Outputnya
berupa tegangan yang kemudian akan diolah oleh ADC mikrocontroller.
Spesifikasi dari metal keping sejajar adalah
a) Terdiri dari dua keping kawat perak, dengan ukuran setiap kepingnya 7 cm x 1cm
b) Jarak pemasangan kedua keping kawat perak adalah 3 cm. Dipilih ukuran jarak 3 cm supanya
kedua keping kawat perak berada pas, jadi tidak terlalu berhimpit dan juga tidak terlalu jauh.
3 cm

7 cm
Gbr. 6. Metal Keping Sejajar

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


3.1. Pengujian Sensor Metal Keping Sejajar
Pengujian metal keping sejajar untuk melihat perubahan nilai tegangan dari air yang diinginkan
sebagai acuan.

Gbr. 7. Konfigurasi Pengukuran Output Metal Keping Sejajar


Pengujian dilakukan dengan melihat perubahan tegangan yang dideteksi oleh metal keping sejajar.
Perubahan tegangan pada air akan dideteksi oleh LED yang terangnya berubah sesuai dengan banyaknya
kadar zat kapur dalam air.

Tabel 1. Hasil Pengujian Metal Keping Sejajar


Data ADC
Tegangan (Volt)
yang terbaca
537 2,62
515 2,51
516 2,52
518 2,53
514 2,51
514 2,51
515 2,51
517 2,52
515 2,51
515 2,51

Sensor bekerja dengan baik sesuai dengan perhitungan sebagai berikut:


Ketelitian = AVcc / Jumlah Bit
= 5 /1024
= 0,00488281 Volt
= 4,88281 mV

4
Nilai ketelitian tersebut dapat diketahui tegangan yang diukur.
Tegangan = Data ADC * Ketelitian
= 537 * 0,00488281
= 2,62
Perhitungan konversi kadar kesadahan air dalam satuan mililiter menjadi (ppm). Bila data ADC
yang di dapat 537 maka,
ppm = (Data ADC / Jumlah Bit) * max ppm
ppm = 180
ppm = 94

Tabel 2. Kalibrasi sensor metal keping sejajar


Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
537 2,62 94
515 2,51 90
516 2,52 90
518 2,53 91
514 2,51 90
514 2,51 90
515 2,51 90
517 2,52 90
515 2,51 90
515 2,51 90

3.2. Hasil Pengujian dan Analisa Sistem


a) Pengujian Pada Air Sumur
Hasil pengujian Air Sumur selama 5 kali dengan volume yang berbeda 200 ml dan 150 ml,
ditunjukkan pada Tabel 3, 4, 5, 6.

Tabel 3. Hasil pengujian air sumur sebelum di masak dengan vol. 200 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
539 2,63 95
541 2,64 95
542 2,64 95
551 2,69 97
555 2,70 98

Gbr. 8. Grafik hasil pengujian air sumur sebelum di masak dengan vol. 200 ml
Tabel 3. Menyajikan hasil pengujian ke-1 sampai ke-3 menunjukkan kadar zat kapur 95 ppm,
pengujian ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 97 ppm dan pengujian k-5 menunjukkan kadar zat kapur
98 ppm. Dari Gbr. 8. Menunjukkan grafik hasil pengujian air sumur sebelum dimasak menggambarkan
menaikan kadar zat kapur, yang juga diikuti kenaikan tegangan pada saat pengujian.
5
Tabel 4. Hasil pengujian air sumur sebelum di masak dengan vol. 150 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
510 2,49 90
513 2,50 90
517 2,52 91
520 2,53 91
538 2,62 95

Gbr. 9. Grafik hasil pengujian air sumur sebelum di masak dengan vol. 150 ml
Tabel 4. Menyajikan hasil pengujian ke-1 dan ke-2 menunjukkan kadar zat kapur 90 ppm, sedang
pengujian ke-3 dan ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 91 ppm, pada pengujian ke-5 mengalami
kenaikan kadar zat kapur 95 ppm. Dari Gbr. 9. Menunjukkan grafik hasil pengujian air sumur sebelum
dimasak menggambarkan menaikan kadar zat kapur, yang juga diikuti kenaikan tegangan pada saat
pengujian.

Tabel 5. Hasil pengujian air sumur sesudah di masak dengan vol. 200 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
532 2,59 94
536 2,61 94
539 2,63 95
541 2,64 95
546 2,66 96

Gbr. 10. Grafik hasil pengujian air sumur sesudah di masak dengan vol. 200 ml
Tabel 5. Menyajikan hasil pengujian ke-1 dan ke-2 menunjukkan kadar zat kapur 94 ppm,
pengujian ke-3 dan ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 95 ppm, sedang pengujian ke-5 menunjukkan
kadar zat kapur 96 ppm. Dari Gbr. 10. Menunjukkan grafik hasil pengujian air sumur sesudah dimasak
menggambarkan menaikan kadar zat kapur lebih rendah 1-2 ppm dibandingkan sebelum dimasak, yang
juga diikuti kenaikan tegangan pada saat pengujian.

6
Tabel 6. Hasil pengujian air sumur sesudah di masak dengan vol. 150 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
531 2,59 93
531 2,59 93
531 2,59 93
533 2,6 94
535 2,61 94

Gbr. 11. Grafik hasil pengujian air sumur sesudah di masak dengan vol. 150 ml
Tabel 6. Menyajikan hasil pengujian ke-1 sampai ke-3 menunjukkan kadar zat kapur 93 ppm,
pengujian ke-4 dan ke-5 menunjukkan kadar zat kapur 94 ppm. Dari Gbr. 11. Menunjukkan grafik hasil
pengujian air sumur sesudah dimasak menggambarkan menaikan kadar zat kapur lebih rendah 1 - 3 ppm
dibandingkan sebelum dimasak, yang juga diikuti kenaikan tegangan pada saat pengujian.

b) Pengujian Pada Air Sumber Pandaan


Dari hasil pengamatan percobaan yang dilakukan pada pengujian Air Sumber Pandaan selama 5
kali dengan volume yang berbeda 200 ml dan 150 ml, ditunjukkan pada Tabel 7, 8, 9, 10.

Tabel 7. Hasil pengujian air sumber pandaan sebelum di masak dengan vol. 200 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
537 2,62 94
538 2,62 95
540 2,63 95
540 2,63 95
542 2,64 95

Gbr. 12. Grafik hasil pengujian air sumber pandaan sebelum di masak dengan vol. 200 ml
Tabel 7. Menyajikan hasil pengujian ke-1 menunjukkan kadar zat kapur 94 ppm, pengujian ke-1
sampai ke-5 menunjukkan kadar zat kapur 95 ppm. Dari Gbr. 12. Menunjukkan grafik hasil pengujian

7
air sumber pandaan sebelum dimasak menggambarkan menaikan kadar zat kapur, yang juga diikuti
kenaikan tegangan pada saat pengujian.

Tabel 8. Hasil pengujian air sumber pandaan sebelum di masak dengan vol. 150 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
525 2,56 92
527 2,57 93
529 2,58 93
534 2,60 94
539 2,63 95

Gbr. 13. Grafik hasil pengujian air sumber pandaan sebelum di masak dengan vol. 150 ml
Tabel 8. Menyajikan hasil pengujian ke-1 menunjukkan kadar zat kapur 92 ppm, pengujian ke-2
dan ke-3 menunjukkan kadar zat kapur 93 ppm, pengujian ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 94 ppm,
dan pada saat pengujian ke-5 mengalami kenaikan kadar zat kapur 95 ppm. Dari Gbr. 13. Menunjukkan
grafik hasil pengujian air sumber pandaan sebelum dimasak menggambarkan menaikan kadar zat kapur,
yang juga diikuti kenaikan tegangan pada saat pengujian.

Tabel 9. Hasil pengujian air sumber pandaan sesudah di masak dengan vol. 200 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
535 2,61 94
537 2,62 94
539 2,63 95
543 2,65 95
546 2,66 96

Gbr. 14. Grafik hasil pengujian air sumber pandaan sesudah di masak dengan vol. 200 ml
Tabel 9. Menyajikan hasil pengujian ke-1 dan ke-2 menunjukkan kadar zat kapur 94 ppm,
pengujian ke-3 dan ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 95 ppm, sedangkan pengujian ke-5 menunjukkan
kadar zat kapur 96 ppm. Dari Gbr. 14. Menunjukkan grafik hasil pengujian air sumber pandaan sesudah
dimasak pada tegangan 2.64 menurun 1 ppm kadar zat kapur dibandingkan sebelum dimasak.
8
Tabel 10. Hasil pengujian air sumber pandaan sesudah di masak dengan vol. 150 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
524 2,55 92
527 2,57 93
531 2,59 93
542 2,64 95
558 2,72 98

Gbr. 15. Grafik hasil pengujian air sumber pandaan sesudah di masak dengan vol. 150 ml
Tabel 10. Menyajikan hasil pengujian ke-1 menunjukkan kadar zat kapur 92 ppm, pengujian ke-2
dan ke-3 menunjukkan kadar zat kapur 93 ppm dan pengujian ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 95
ppm dan pada pengujian ke-5 menunjukkan kadar zat kapur 98 ppm. Dari Gbr. 15. Menunjukkan grafik
hasil pengujian air sumber pandaan sesudah dimasak mengalami kenaikan 1 3 ppm kadar zat kapur
dibandingkan sebelum dimasak pada akhir pengujian.

c) Pengujian Pada Air Isi Ulang


Dari hasil pengamatan percobaan yang dilakukan pada pengujian Air Isi Ulang selama 5 kali
dengan volume yang berbeda 200 ml dan 150 ml, ditunjukkan pada Tabel 11, 12, 13, 14.

Tabel 11. Hasil pengujian air isi ulang sebelum di masak dengan vol. 200 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
532 2,59 94
536 2,61 94
538 2,62 95
541 2,64 95
551 2,69 97

Gbr. 16. Grafik hasil pengujian air isi ulang sebelum di masak dengan vol. 200 ml
Tabel 11. Menyajikan hasil pengujian ke-1 dan ke-2 menunjukkan kadar zat kapur 94 ppm,
pengujian ke-3 dan ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 95 ppm, sedang pengujian ke-5 menunjukkan
kadar zat kapur 97 ppm. Dari Gbr. 16. Menunjukkan grafik hasil pengujian air isi ulang sebelum
dimasak menggambarkan menaikan kadar zat kapur, yang juga diikuti kenaikan tegangan pada saat
pengujian.
9
Tabel 12. Hasil pengujian air isi ulang sebelum di masak dengan vol. 150 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
522 2,54 92
531 2,59 93
540 2,63 95
552 2,69 95
561 2,73 97

Gbr. 17. Grafik hasil pengujian air isi ulang sebelum di masak dengan vol. 150 ml
Tabel 12. Menyajikan hasil pengujian ke-1 menunjukkan kadar zat kapur 92 ppm, pengujian ke-2
menunjukkan kadar zat kapur 93 ppm, sedang pengujian ke-3 dan ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 95
ppm, pada pengujian ke-5 menunjukkan penaikan kadar zat kapur 97 ppm. Dari Gbr. 17. Menunjukkan
grafik hasil pengujian air isi ulang sebelum dimasak menggambarkan menaikan kadar zat kapur, yang
juga diikuti kenaikan tegangan pada saat pengujian.

Tabel 13. Hasil pengujian air isi ulang sesudah di masak dengan vol. 200 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
510 2,49 90
515 2,51 91
521 2,54 92
534 2,60 94
553 2,70 97

Gbr. 18. Grafik hasil pengujian air isi ulang sesudah di masak dengan vol. 200 ml
Tabel 13. Menyajikan hasil pengujian ke-1 menunjukkan kadar zat kapur 90 ppm, pengujian ke-2
menunjukkan kadar zat kapur 91 ppm , pengujian ke-3 menunjukkan kadar zat kapur 92 ppm, pengujian
ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 94 ppm dan pengujian k-5 menunjukkan kadar zat kapur 97 ppm.
Dari Gbr. 18. Menunjukkan grafik hasil pengujian air isi ulang sesudah dimasak menggambarkan
penurunan kadar zat kapur sebesar 1 4 ppm pada pengujian ke-1 sampai pengujian ke-4, sedangkan
pengujian ke-5 nilai konsentrasi ppm nya sama. Juga diikuti kenaikan tegangan pada saat pengujian.

10
Tabel 14. Hasil pengujian air isi ulang sesudah di masak dengan vol. 150 ml
Data ADC Tegangan Konsentrasi
yang terbaca (Volt) (ppm)
507 2,47 89
510 2,49 90
515 2,51 91
525 2,56 92
547 2,67 96

Gbr. 19. Grafik hasil pengujian air isi ulang sesudah di masak dengan vol. 150 ml
Tabel 14. Menyajikan hasil pengujian ke-1 menunjukkan kadar zat kapur 96 ppm, pengujian ke-2
menunjukkan kadar zat kapur 92 ppm, pengujian ke-3 menunjukkan kadar zat kapur 91 ppm, pengujian
ke-4 menunjukkan kadar zat kapur 90 ppm, dan pengujian ke-5 menunjukkan kadar zat kapur 89 ppm.
Dari Gbr. 19. Menunjukkan grafik hasil pengujian air isi ulang sesudah dimasak menggambarkan
penurunan kadar zat kapur sebesar 14 ppm, juga diikuti kenaikan tegangan pada saat pengujian.

d) Analisa Sistem
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa volume air mempengaruhi jumlah
kadar zat kapur. Karena semakin banyak volume yang digunakan maka semakin banyak pula kadar zat
kapur yang dikandung. Dari hasil pengamatan dapat dilihat setiap pengujian kadar zat kapur mengalami
kenaikan sekitar 1 - 4 ppm pada setiap bahan uji. Dari hasil pengujian juga disertai terjadi perubahan
tegangan pada kadar zat kapur untuk setiap pengujian. Setiap air memiliki resistansi yang tinggi dan
akan berkurang jika terkandung sejumlah zat kapur ke dalam air.

4. Kesimpulan
Setelah dilakukan proses pengujian kadar zat kapur pada air yang berbeda maka secara keseluruhan
dapat disimpulkan,
a) Dari setiap hasil pengujian air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bahwa kadar zat kapur
yang terkandung masih dibawah standart ketetuan air minum yaitu 120 ppm.
b) Performansi alat yang dipergunakan dipengaruhi beberapa faktor antara lain ada tidaknya
kandungan zat kapur di dalam air, kepekaan keping metal yang digunakan.

5. Saran
Dengan hasil yang dicapai maka diharapkan pengembangan dengan memperbaiki range
kemampuan sensor atau menggunakan sensor lain yang mempunyai range kepekaan yang lebih baik.

11
Daftar Pustaka
[1] Sutrisno, Totok, 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta
[2] Suripin, 2006. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi
[3] Rizvi, S. A. H. The Management of Stone Disease. BJU Int, 2002, 89 (1): 62-8
[4] Muslim, R. Obat Murah Saluran Kemih Ditemukan. Suara Merdeka 2004.
http://www.Merdeka.co.id
[5] Siener, R, Jahnen, A dan Hessa, A. (2004). Influence of A Mineral Water Rich in Calcium,
Magnesium and Bicarbonate on Urine Composition and Risk of Calcium Oxalate CrystallZation.
Original Communication Eur. J. Clin Nutr, 2004:58:270-76
[6] M Dody Izhar, Haripurnomo. K, Suhardi Darmoatmodjo. Hubungan antara Kesadahan Air Minum,
Kadar Kalsium dan Sedimen Kalsium Oksalat Urin pada Anak Usia Sekolah Dasar. Berita
Kedokteran Masyarakat, vol 23, No. 4. Desember 2007.
[7] Nana Ristiana, Dwi Astuti, Tri Puji Kurniawan. Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit Dengan
Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur Di KarangTengah Weru Kabupaten
Sukoharjo. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 2, No. 1. Juni 2009 hal 91-102
[8] Hefni Effendi. Telaah Kualitas Air Bersih. Yogyakarta Kanisius.
[9] Sutrisno T, Eni, S. 2006. Teknologi Persediaan Air Bersih. Jakarta Rineka Cipta
[10] V Ramya, B. Balani appan. Embedded pH Data Acquisition and Logging. Advanced Computing
An Internasional Journal (ACU), Vol. 3 No. 1, Januari 2012.
[11] Heryanto ST, M Ary. 2008. Pemrograman Bahasa C Untuk Mikrokontroler ATMega8535.
Andi.Yogyakarta.
[12] Wardhana, Lingga. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535 Simulasi,
Hardware, dan Aplikasi. Penerbit Andi.Yogyakarta.
[13] www.alldatasheet.com, Senin 04 Maret 2013

12

Das könnte Ihnen auch gefallen