Sie sind auf Seite 1von 13

1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN DAN


KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU
KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI
SERDANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Kenndy Manurung
email : kennedy_manurung@yahoo.com
Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Abstract : The research problem is the low results PPKn learning and social skills of
students of class VII SMP Negeri 1 Pagar Merbau. The purpose of this study is to
improve learning outcomes PPKn and social skills of students through the application of
learning models Problem Based Learning class VII SMP Negeri 1 Pagar Merbau
Kecamatan Pagar Merbai Kabupaten Deli Serdang. Subjects in this study were students of
class VII SMP Negeri 1 Merbau Fence as a class numbering 30 students. The research
object of this class action is the improvement of learning outcomes PPKn and social skills
of students by using model poblem Based Learning in class VII SMP Negeri 1 Pagar
Merbau. The research was conducted in the classroom includes activities Classroom
Action Research (CAR) in the form of the activities of the early reflections and
observations to identify the problems that occur in the classroom, lesson planning, action,
observation and reflection. Implementation of Classroom Action Research (CAR) was
done 2 cycles and each cycle is done with two meetings and each end of the cycle is done
daily test to see PPKn student learning outcomes. The results of the research can be
argued that the results PPKn learning through the use of Problem Based Learning
learning model increases. It is obtained through the first cycle evaluation results show the
average score of the class reached 65.23 and the second cycle the average grade reaches
77.86. Thus the average score of the first cycle to the second cycle an increase of 12.63.
In the first cycle the percentage of classical completeness reached 43.33% and the second
cycle classical completeness percentage reached 83.33%. So through these explanations
can be said to be an increase in the percentage of classical completeness 40%. Percentage
of students' social skills of observation results of the first cycle of the first meeting
included the category of low, amounting to 46.67%, the first cycle of the second meeting
were high that is equal to 33.33%, meeting the first cycle second cycle includes high
category that is equal to 53.33%, and the second cycle II meeting included the category of
very high at 90.00%. Thus it can be concluded that the proposed learning model Problem
Based Learning can improve learning outcomes PPKn and social skills of students of
class VII SMP Negeri 1 Pagar Merbau Kecamatan Merbau Kabupaten Deli Serdang in
the academic year 2015/2016.

Keywords : PKn learning outcomes and social skills, problem based learning
2

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN DAN


KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU
KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI
SERDANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Kenndy Manurung
kennedy_manurung@yahoo.com
Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Abstrak :Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar PPKn dan
keterampilan sosial siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagar Merbau. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar PPKn dan keterampilan sosial siswa melalui
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas VII SMP Negeri 1
Pagar Merbau Kecamatan Pagar Merbai Kabupaten Deli Serdang. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagar Merbausebanyak satu kelas
yang berjumlah 30 orang siswa. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan
hasil belajar PPKn dan keterampilan sosial siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Poblem Based Learning di kelas VII SMP Negeri 1 Pagar Merbau.
Penelitian ini dilaksanakan dalam kelas meliputi kegiatan Classroom Action Research
(CAR) berupa kegiatan refleksi awal dan melakukan observasi untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi di kelas, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Pelaksanaan Classroom Action Research (CAR) dilakukan
sebanyak 2 siklus dan masing-masing siklus dilakukan dengan 2 kali pertemuan dan
setiap akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk melihat hasil belajar PPKn siswa.
Hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa Hasil belajar PPKn melalui penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning meningkat. Hal ini diperoleh melalui hasil
evaluasi siklus I menunjukkan skor rata-rata kelas mencapai 65,23 dan pada siklus II rata-
rata kelas mencapai 77,86. Dengan demikian skor rata-rata dari siklus I ke siklus II
terjadi peningkatan sebesar 12,63. Pada siklus I persentase ketuntasan klasikal mencapai
43,33% dan pada siklus II persentase ketuntasan klasikal mencapai 83,33%. Sehingga
melalui penjelasan tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan pada persentase
ketuntasan klasikal sebesar 40%. Persentase keterampilan sosial siswa hasil observasi
siklus I pertemuan I termasuk kategori rendah yaitu sebesar 46,67%, siklus I pertemuan II
termasuk kategori tinggi yaitu sebesar 33,33%, siklus siklus II pertemuan I termasuk
kategori tinggi yaitu sebesar 53,33%, dan siklus II pertemuan II termasuk kategori sangat
tinggi yaitu sebesar 90,00%. Dengan demikian dapat dikemukakan kesimpulan bahwa
model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PPKn
dan keterampilan sosial siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagar Merbau Kecamatan Pagar
Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Hasil belajar PKn dan keterampilan sosial, problem based learning
3

PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil survey Berdasarkan hasil observasi
pada tanggal 7 Desember 2015 pada tanggal 7 Desember 2015
terhadap hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa SMP
khususnya pada pelajaran PKn di Negeri 1 Pagar Merbau Kecamatan
kelas VII SMP Negeri 1 Pagar Pagar Merbau Kabupaten Deli
Merbau Kecamatan Pagar Merbau Serdang dan kaitannya terhadap
Kabupaten Deli Serdang masih kegiatan pembelajaran di dalam
belum mengalami perubahan yang kelas terdapat permasalahan. Selama
mengarah pada pembelajaran yang pelaksanaan kegiatan belajar
dapat membuat siswa bertambah mengajar siswa mengobrol dengan
pengetahuan dan keterampilan teman-teman sehingga kurang
sosialnya. Kenyataan menunjukkan memperhatikan guru dalam
nilai siswa yang masih rendah. pembelajaran. Siswa tidak
Perolehan hasil belajar PKn masih mengajukan pertanyaan seputar
cenderung kurang memuaskan. materi pelajaran yang tidak
Perolehan hasil belajar PKn siswa dipahaminya. Dalam kegiatan
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut diskusi siswa tidak menunjukkan
ini. sikap yang baik, tidak bekerjasama
Tabel 1. dalam kelompok, tidak menghargai
Data Hasil Belajar PKn Siswa Kelas pendapat orang lain. Tingkah laku
VII SMP Negeri 1 Pagar Merbau siswa tidak menunjukkan
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten keterampilan sosial yang baik.
Deli Serdang Guru harus memperhatikan
No. Tahun Nilai Nilai Rata- pendekatan yang perlu dilakukan
Pelajaran Terendah Tertinggi rata dalam mengajar seperti pemilihan
1. 2013/2014 45 65 60 dan penggunaan metode maupun
2. 2014/2015 55 65 60 strategi mengajar yang tepat dan
Sumber : (Data Guru) Tata Usaha dapat mengaktifkan siswa dalam
SMP Negeri 1 Pagar belajar. Proses pembelajaran dengan
Merbau Kecamatan Pagar metode ceramah masih belum cukup
Merbau Kabupaten Deli memberikan kesan yang mendalam
Serdang pada siswa, karena peran guru dalam
Berdasarkan Tabel di atas menyampaikan materi lebih dominan
membuktikan masih rendahnya dibandingkan keaktifan siswa
perolehan hasil belajar siswa pada sendiri. Guru lebih banyak
pelajaran PKn karena hasil belajar memberikan penjelasan daripada
yang diperoleh siswa tidak mencari tahu sejauh mana siswa bisa
memenuhi Kriteria Ketuntasan menerima dan memahami informasi
Minimum yaitu 70. Hasil belajar yang disampaikan. Dalam mengatasi
yang diperoleh siswa ini tentunya permasalahan tersebut, maka harus
berpengaruh besar terhadap proses dipilih model pembelajaran yang
pembelajaran, siswa kurang mampu sesuai dengan situasi dan kondisi
menerapkan dan mengaplikasikan siswa serta lingkungan belajar, siswa
ilmu yang diterima. dapat aktif, dan kreatif dalam proses
4

pembelajaran. Pemilihan model Learning merupakan model


pembelajaran yang tepat merupakan pembelajaran yang menyuguhkan
manifestasi dari kreatifitas seorang berbagai situasi bermasalah yang
guru agar siswa tidak jenuh atau autentik dan bermakna kepada
bosan dalam menerima pelajaran. peserta didik, yang dapat berfungsi
Pemilihan model pembelajaran yang sebagai batu loncatan untuk
tepat juga akan memperjelas konsep- investigasi dan penyelidikan.
konsep yang diberikan kepada siswa Pembelajaran berbasis
senantiasa antusias berfikir dan masalah atau Problem Based
berperan aktif. Salah satu model Learning digunakan untuk
peembelajaran yang dapat merangsang berpikir tingkat tinggi
mengaktifkan siswa dalam proses dalam situasi berorientasi masalah,
pembelajaran adalah model termasuk belajar bagaimana belajar.
pembelajaran Problem Based Pembelajaran berbasis masalah tidak
Learning. dapat dilaksanakan jika guru tidak
Diharapkan model mengembangkan lingkungan kelas
pembelajaran Problem Based yang memungkinkan terjadinya
Learning lebih efektif bila pertukaran ide secara terbuka.
dibandingkan dengan metode Intinya, siswa dihadapkan pada
ceramah. Keefektifan model ini situasi masalah yang otentik dan
adalah siswa lebih aktif dalam bermakna yang dapat menantang
berfikir dan memahami materi secara siswa untuk memecahkannya.
berkelompok dengan melakukan Model pembelajaran Problem
investigasi dan inquiri terhadap Based Learning ini cocok diterapkan
permasalahan yang real di sekitarnya pada mata PKn karena mata
sehingga mereka mendapatkan kesan pelajaran ini menuntut siswa untuk
yang mendalam dan lebih bermakna dapat memiliki keterampilan,
tentang apa yang mereka pelajari. keterampilan tersebut dapat dilatih
Model pembelajaran Problem setahap demi setahap. Siswa didik
Based Learning merupakan salah sendiri untuk mencari, mengolah,
satu model pembelajaran authentic dan menyimpulkan atas masalah
assesment (penalaran yang nyata yang dipelajari, maka pengetahuan
atau konkret) dapat diterapkan secara yang ia dapatkan akan lebih lama
komprehensif, sebab di dalamnya melekat di pikiran. Siswa lebih aktif
terdapat unsur menemukan masalah dalam berpikir dan memahami
dan sekaligus memecahkannya materi secara berkelompok dengan
(unsur tersebut yaitu problem melakukan investigasi dan inkuiri
possing atau menemukan terhadap permasalahan yang nyata di
permasalahan dan problem solving sekitarnya sehingga mereka
atau memecahkan masalah). Model mendapatkan kesan yang mendalam
Problem Based Learning atau dan lebih bermakna tentang apa yang
pembelajaran berdasarkan masalah mereka pelajari.
merupakan model pembelajaran yang Penerapan model
didesain menyelesaikan masalah Pembelajaran Based Learning
yang disajikan. Arends (2008:41) dimaksudkan untuk meningkatkan
menegaskan bahwa: Problem Based partisipasi dan prestasi belajar
5

peserta didik karena melalui SMP Negeri 1 Pagar Merbau


pembelajaran ini peserta didik Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten
belajar bagaimana menggunakan Deli Serdang Tahun Pelajaran
konsep dan proses interaksi untuk 2015/2016?
menilai apa yang mereka ketahui,
mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui, mengumpulkan informasi KAJIAN PUSTAKA
dan secara kolaborasi mengevaluasi
1. Hakikat Belajar dan Hasil
hipotesisnya berdasarkan data yang
Belajar PKn
telah dikumpulkan.
Hasil belajar adalah nilai atau
Penggunaan model
pembelajaran Problem Based skor yang di peroleh siswa melalui
Learning menciptakan suasana tes setelah proses pembelajaran.
belajar aktif, siswa memperhatikan Hasil yang diperoleh siswa tentunya
penjelasan dari guru, mempermudah berbeda antara satu dengan yang
penguasaan materi, siswa tidak lainnya. Hal ini disebabkan oleh
mengobrol dengan teman-teman, kemampuan yang dimiliki siswa
tidak mengantuk dalam belajar,
tersebut, untuk mendapatkan hasi
Siswa mengajukan pertanyaan
seputar materi pelajaran yang tidak belajar yang baik di pengaruhi
dipahaminya. Dalam kegiatan banyak faktor, seperti aktivitas,
diskusi siswa menunjukkan sikap minat, motivasi, metode, media,
yang baik, bekerjasama dalam strategi dan lain-lainya.
kelompok, menghargai pendapat Hamalik (2010:23)
orang lain. Perilaku siswa
menegaskan bahwa hasil belajar
menunjukkan adanya keterampilan
sosial yang baik. Berdasarkan latar tampak sebagai terjadinya perubahan
belakang masalah yang telah tingkah laku pada diri siswa, yang
dibahas, peneliti merasa perlu dapat diamati dan diukur dalam
mengadakan suatu penelitian yang perubahan pengetahuan, sikap, dan
bertujuan memperbaiki keterampilan keterampilan. Perubahan dapat
siswa terutama keterampilan sosial diartikan terjadinya peningkatan dan
siswa dalam aktivitas belajarnya.
pengembangan yang lebih baik
Sehingga rumusan penelitian
dalam penelitian ini adalah; (1) dibandingkan dengan sebelumnya,
Apakah penerapan model misalnya dari tidak tabu menjadi
pembelajaran Problem Based tabu, sikap tidak sopan menjadi
Learning dapat meningkatkan hasil sopan dan sebagainya.
belajar PKn siswa kelas VII SMP Selanjutnya Sudjana dalam
Negeri 1 Pagar Merbau Kecamatan Kunandar, (2008:276) bahwa hasil
Pagar Merbau Kabupaten Deli
belajar adalah suatu akibat dari
Serdang Tahun Pelajaran
2015/2016?; (2) Apakah penerapan proses belajar dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based alat pengukuran, yaitu berupa tes
Learning dapat meningkatkan yang disusun secara terencana, baik
keterampilan sosial siswa kelas VII tes tertulis, tes lisan, maupun tes
6

perbuatan. Pendapat lain Dalam penelitian ini, hasil


dikemukakan oleh Fudyartanto belajar yang dimaksud adalah hasil
(2002:38) bahwa hasil belajar tes tertulis yaitu berupa tes ulangan
adalah penguasaan sejumlah harian. Untuk mengetahui baik atau
pengetahuan dan sejumlah tidaknya hasil belajar, dapat
keterampilan baru dan sesuatu sikap dilakukan melalui tes hasil belajar.
baru, ataupun memperkuat sesuatu Muhibbinsyah (2003:30)
yang telah dikuasai sebelumnya, menjelaskan bahwa tes hasil belajar
termasuk pemahaman dan adalah alat ukur yang digunakan
penguasaan nilai-nilai. untuk menentukan taraf keberhasilan
Dari pengertian di atas, hasil sebuah proses pembelajaran atau
belajar adalah kemampuan yang untuk menentukan taraf keberhasilan
dimiliki siswa setelah mereka sebuah program pembelajaran.
memperoleh pengalaman belajarnya.
Proses penilaian terhadap hasil 2. Hakikat Keterampilan Sosial
belajar dapat memberikan informasi Siswa
Keterampilan sosial merupakan
kepada guru tentang kemajuan siswa
bentuk perilaku, perbuatan dan sikap
dalam upaya mencapai tujuan-tujuan yang ditampilkan ketika berinteraksi
belajamya melalui kegiatan belajar. dengan orang lain disertai dengan
Selanjutnya dari informasi tersebut ketepan dan kecepatan seingga
guru dapat menyusun dan membina memberikan kenyamanan bagi orang
kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, yang berada di sekitarnya
baik keseluruhan kelas maupun Keterampilan sosial merupakan
kemampuan seseoang dalam
individu. Hasil belajar merupakan
berinteraksi dengan orang lain serta
hasil akhir pengambilan keputusan dapat melakukan perbuatan yang
mengenai tinggi rendahnya nilai diterima oleh lingkungan. Kurniati
yang diperoleh siswa selama (2010:35) mengemukakan bahwa:
mengikuti proses pembelajaran. keterampilan sosial merupakan
Hasil belajar dikatakan tinggi apabila kebutuhan primer yang perlu dimiliki
tingkat kemampuan siswa bertambah anak-anak bagi kemandirian pada
jenjang kehidupan selanjutnya, hal
dari hasil sebelumnya. Hasil sering
ini bermanfaat dalam kehidupan
dipergunakan dalam arti yang sangat sosial sehari-hari baik di lingkungan
luas yakni untuk bermacam-macam keluarga maupun lingkungan
aturan terhadap, apa yang telah sekitarnya.
dicapai oleh murid, misalnya ulangan Dari beberapa pendapat yang
harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, dikemukakan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
tes lisan yang dilakukan selama
keterampilan sosial merupakan
pelajaran berlangsung, tes akhir keterampilan yang harus dimiliki
semester dan sebagainya. oleh anak sejak usia dini ketika akan
berinteraksi dengan orang lain,
7

dengan lingkungan sekitarnya serta sekitarnya. Pembelajaran ini cocok


dapat beradaptasi agar dapat diterima untuk mengembangkan pengetahuan
oleh lingkungan sekitarnya. dasar maupun kompleks.

3. Model Problem Based Learning METODE PENELITIAN


Model Pembelajaran Problem
Based Learning adalah suatu model Jenis penelitian ini adalah
pembelajaran yang didalamnya penelitian tindakan kelas (PTK)
terdapat serangkaian aktifitas dengan ciri khas yaitudilaksanakan
pembelajaran yang menekankan dengan menggunakan siklus-siklus
kepada proses penyelasaian masalah yang merupakan suatu pemecahan
yang dihadapi secara ilmiah. Model menuju praktek pembelajaran yang
pembelajaran Problem Based- lebih baik. Tiap pelaksanaan siklus
Learning merupakan pembelajaran terdiri dari perencanaan,
inovatif yang dapat memberikan pelaksanaan, tindakan, observasi dan
kondisi belajar aktif kepada siswa. refleksi.Penelitian dilakukan di kelas
Model pembelajaran Problem Based VII SMP Negeri 1 Pagar Merbau
Learning melibatkan siswa untuk Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten
memecahkan masalah melalui tahap- Deli Serdang dan waktu pelaksanaan
tahap metode ilmiah sehingga dapat penelitian tindakan kelas pada
memepelajari pengetahuan yang semester genap Tahun Pelajaran
berhubungan dengan masalah 2015/2016. Sebagai subjek dalam
terdebut dan sekaligus memiliki penelitian ini adalah siswa kelas VII
keterampilan untuk memecahkan SMP Negeri 1 Pagar Merbau
masalah. Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten
Trianto (2009:61) menegaskan Deli Serdang T.p. 2015/2016
bahwa: dewasa ini, model sebanyak satu kelas yang berjumlah
pembelajaran ini mulai diangkat 30 orang siswa. Objek penelitian
sebab ditinjau secara umum tindakan kelas ini adalah
pembelajaran berbasis masalah peningkatan hasil belajar PKn dan
terdiri dari menyajikan kepada siswa keterampilan sosial dengan
situasi masalah yang autentik dan menggunakan model pembelajaran
bermakna yang dapat memberikan Poblem Based Learning di kelas VII
kemudahan kepada mereka untuk SMP Negeri 1 Pagar Merbau
melakukan penyelidikan dan Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten
inkuiri. Deli Serdang T.P. 2015/2016.
Selanjutnya Trianto (2009:61) Indikator yang digunakan sebagai
mengemukakan bahwa: pengajaran ukuran keberhasilan terhadap
berdasarkan masalah merupakan tindakan yang dilakukan dalam satu
pendekatan yang efektif untuk siklus penelitian menggunakan dua
pengajaran proses berpikir tingkat indikator, yaitu: (1) Indikator
tinggi. Pembelajaran ini membantu pertama keberhasilan yang sudah
siswa untuk memperoleh informasi ditentukan oleh peneliti yaitu hasil
yang sudah jadi dalam benaknya dan belajar PKn siswa meningkat pada
menyusun pengetahuan mereka pokok bahasan Hak Asasi Manusia
sendiri tentang dunia sosial dan adalah 75% dari kriteria ketuntasan
8

minimal 70 dari seluruh siswa dalam 1. Hasil Belajar PKn Siklus I


kelas; (2) Indikator kedua adalah Pada akhir pembelajaran pada
aktivitas siswa selama pembelajaran siklus I guru melakukan tes evaluasi
dianggap berhasil atau efektif apabila siklus I, dimana secara umum hasil
telah mencapai 75% dari seluruh tes evaluasi siklus I dapat dilihat
siswa dalam kelas telah berperan pada Tabel 4.4 berikut:
aktif dalam proses pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Hasil Tes Evaluasi Siklus I
No Partisipasi Siswa Banyak Siswa Persentase
(Frekuensi) (%)
1. Nilai < 70,00 17 56,67%
2. Nilai 70,00 13 43,33%
3. Tuntas belajar 13 43,33%
4. Tidak tuntas belajar 17 56,67%
5. Nilai rata-rata kelas 65,23
6. Persentase ketuntasan belajar klasikal 43,33%
Berdasarkan data pada tabel 43,33%. Tingkat ketuntasan belajar
2. di atas, dapat dilihat kemampuan klasikal direncanakan 80% dari
siswa dalam menyerap materi jumlah siswa yang mengikuti tes.
pelajaran. Dari 30 siswa terdapat 13 Untuk mencapai tingkat
orang (43,33%) yang tuntas persentase ketuntasan belajar klasikal
individual yaitu siswa yang tersebut yang direncakan yaitu
mendapat nilai 70,00, sedangkan minimal 80%, maka terdapat
siswa yang tidak tuntas individual minimal 37,50% dari jumlah siswa
terdapat 17 orang (56,67%) yaitu yang mengikuti tes sebagai
siswa yang mendapat nilai < 70,00. kekurangannya. Hal ini akan menjadi
Nilai rata-rata kelas adalah 70,00 perhatian sebagai bahan refleksi
dengan nilai terendah. Nilai rata-rata untuk tindak lanjut ke siklus II.
yang diperoleh pada siklus I adalah
65,23 dari nilai rata-rata sesuai 2.Keterampilan Sosial Siswa Siklus
kriteria ketuntasan minimal 70,00 I
dengan nilai terendah 40 dan nilai Persentase keterampilan
tertinggi 95. Banyaknya siswa yang sosial siswa secara kelas (klasikal)
tuntas individual adalah 13 siswa, hasil observasi siklus I pertemuan 1
dengan kata lain ketuntasan belajar pada tabel 4.3 sebagai berikut:
klasikal pada siklus I mencapai
Tabel 3. Persentase Keterampilan Sosial Siswa Siklus I Pertemuan 1
Nilai Kategori Frekuensi Persentase Klasikal
80% -100% Sangat Tinggi 4 13,33 %
60% -79% Tinggi 9 30,00 %
40% -59% Cukup 3 10,00 %
20% -39% Rendah 14 46,67 %
0% -19% Sangat Rendah - -
Jumlah 30 100,00 %
9

Berdasarkan tabel di atas dikemukakan kesimpulan bahwa


tentang persentase keterampilan kategori persentase keterampilan
sosial siswa siklus I pertemuan 1 sosial siswa secara klasikal dari hasil
dapat dikemukakan bahwa sebanyak observasi siklus I pertemuan I
4 orang siswa (13,33%) termasuk termasuk kategori rendah yaitu
kategori sangat tinggi, sebanyak 9 sebesar 46,67%. Selanjutnya dapat
orang siswa (30,00%) termasuk dikemukakan persentase
kategori tinggi, sebanyak 3 orang keterampilan sosial siswa secara
siswa (10,00%) termasuk kategori klasikal berdasarkan hasil observasi
cukup, dan sebanyak 14 orang siswa siklus I pertemuan 2 pada Tabel 4.
(46,67%) termasuk kategori rendah. berikut:
Dengan demikian dapat
Tabel 4. Persentase Keterampilan Sosial Siswa Siklus I Pertemuan 2
Nilai Kategori Frekuensi Persentase Klasikal
80% -100% Sangat Tinggi 5 16,67 %
60% -79% Tinggi 10 33,33 %
40% -59% Cukup 6 20,00 %
20% -39% Rendah 9 30,00 %
0% -19% Sangat Rendah - -
Jumlah 30 100,00 %

Berdasarkan Tabel 4. di atas Aktivitas mengajar guru masih


tentang persentase keterampilan kurang baik terutama kemampuan
sosial siswa siklus I pertemuan 2 guru dalam menjelaskan langkah-
dapat dikemukakan bahwa sebanyak langkah pembelajaran Probem Based
5 orang siswa (16,67%) termasuk Learning dan kemampuan guru
kategori sangat tinggi, sebanyak 10 dalam merespon pertanyaan yang
orang siswa (33,33%) termasuk diajukan siswa pada saat pelaksanaan
kategori tinggi, sebanyak 6 orang aktivitas mengajar di kelas.hasil
siswa (20,00%) termasuk kategori observasi terhadap aktivitas guru
cukup, dan sebanyak 9 orang siswa pada siklus I pertemuan II yaitu
(30,00%) termasuk kategori rendah. perolehan skor rata-rata observasi
Dengan demikian dapat sebesar 75,00 termasuk kategori
dikemukakan kesimpulan bahwa baik. Aktivitas mengajar guru sudah
kategori persentase keterampilan mulai baik terutama adanya
sosial siswa secara klasikal dari hasil peningkatan pada kemampuan guru
observasi siklus I pertemuan II dalam menjelaskan langkah-langkah
termasuk kategori tinggi yaitu pembelajaran Probem Based
sebesar 33,33%. Learning dan kemampuan guru
dalam merespon pertanyaan yang
3. Aktivitas Guru Siklus I diajukan siswa pada saat pelaksanaan
Hasil observasi terhadap aktivitas mengajar di kelas.
aktivitas guru pada siklus I
pertemuan 1 yaitu perolehan skor 4. Hasil Belajar PKn Siklus II
rata-rata observasi sebesar 56,67
termasuk kategori kurang baik.
10

Data hasil belajar siswa pada


siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.8
sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Tes Evaluasi Siklus II
No Partisipasi Siswa Banyak Siswa Persentase
(Frekuensi) (%)
1. Nilai < 70,00 5 16,67%
2. Nilai 70,00 25 83,33%
3. Tuntas belajar 25 83,33%
4. Tidak tuntas belajar 5 16,67%
5. Nilai rata-rata kelas 77,86
Persentase ketuntasan belajar
6. 83,33%
klasikal
Berdasarkan data pada Tabel siklus I. Persentase ketuntasan
di atas, dapat dilihat kemampuan klasikal juga mengalami peningkatan
siswa dalam menyerap materi apabila dibandingkan dengan
pelajaran PKn yaitu dari 30 siswa persentase ketuntasan klasikal pada
terdapat 25 siswa (83,33%) yang siklus I sebesar 40%. Peningkatan
tuntas secara individual yaitu siswa tersebut menunjukkan bahwa
yang mendapat nilai 70.00, pembelajaran dengan menggunakan
sedangkan siswa yang tidak tuntas strategi index card match dikatakan
individual terdapat 5 siswa (16,67%) berhasil. Hal ini dikarenakan telah
yaitu siswa yang mendapat nilai < memenuhi indikator keberhasilan
70,00. Nilai rata-rata kelas adalah dengan tingkat persentase ketuntasan
77,86 dengan nilai terendah 55 dan belajar klasikal direncanakan
nilai tertinggi 95. Banyaknya siswa minimal adalah 80% dari jumlah
yang tuntas individual adalah 25 siswa yang mengikuti tes.
siswa, dengan kata lain ketuntasan
belajar klasikalnya mencapai 5. Keterampilan Sosial Siswa
83,33%. Tingkat persentase Siklus II
ketuntasan belajar klasikal Persentase keterampilan
direncanakan minimal 80% dari sosial siswa secara klasikal
jumlah siswa yang mengikuti tes. berdasarkan hasil observasi siklus II
Pada siklus II ini siswa yang pertemuan 1 pada Tabel sebagai
tuntas belajar mengalami berikut:
peningkatan yang cukup berarti dari
Tabel 6. Persentase Keterampilan Sosial Siswa Siklus II Pertemuan 1
Nilai Kategori Frekuensi Persentase Klasikal
80% -100% Sangat Tinggi 11 36,67 %
60% -79% Tinggi 16 53,33 %
40% -59% Cukup 1 3,33 %
20% -39% Rendah 2 6,67 %
0% -19% Sangat Rendah - -
Jumlah 30 100,00 %
11

Berdasarkan Tabel 6. di atas dapat dikemukakan kesimpulan


tentang persentase keterampilan bahwa kategori persentase
sosial siswa pada siklus II pertemuan keterampilan sosial siswa secara
1 dapat dikemukakan bahwa klasikal dari hasil observasi siklus II
sebanyak 11 orang siswa (36,67%) pertemuan I termasuk kategori tinggi
termasuk kategori sangat tinggi, yaitu sebesar 53,33%.
sebanyak 16 orang siswa (53,33%) Persentase keterampilan
termasuk kategori tinggi, sebanyak 1 sosial siswa secara kelas (klasikal)
orang siswa (3,33%) termasuk berdasarkan hasil observasi siklus II
kategori cukup, dan sebanyak 1 pertemuan 2 pada tabel 4.12 sebagai
orang siswa (6,67%) termasuk berikut:
kategori rendah. Dengan demikian
Tabel 7. Persentase Keterampilan Sosial Siswa Siklus II Pertemuan 2
Nilai Kategori Frekuensi Persentase Klasikal
80% -100% Sangat Tinggi 27 90,00 %
60% -79% Tinggi 3 10,00 %
40% -59% Cukup - -
20% -39% Rendah - -
0% -19% Sangat Rendah - -
Jumlah 30 100,00 %

Berdasarkan Tabel 7. di atas pertemuan 1 yaitu perolehan skor


tentang persentase keterampilan rata-rata observasi sebesar 86,67
sosial siswa siklus II pertemuan 2 termasuk kategori baik. Aktivitas
dapat dikemukakan bahwa sebanyak mengajar guru sudah mulai baik
27 orang siswa (90,00%) termasuk terutama adanya peningkatan pada
kategori sangat tinggi, sebanyak 3 kemampuan guru dalam
orang siswa (10,00%) termasuk mengefektifkan pelaksanaan
kategori tinggi, tidak terdapat siswa pembelajaran dan menjelaskan
yang memiliki kategori cukup, langkah-langkah pembelajaran
rendah , dan sangat rendah Probem Based Learning di kelas.
keterampilan sosialnya. Dengan Hasil observasi terhadap
demikian dapat dikemukakan aktivitas guru pada siklus II
kesimpulan bahwa kategori pertemuan 2 yaitu perolehan skor
persentase keterampilan sosial siswa rata-rata observasi sebesar 96,67
secara klasikal dari hasil observasi termasuk kategori sangat baik.
siklus II pertemuan II termasuk Aktivitas mengajar guru sudah baik
kategori sangat tinggi yaitu sebesar terutama adanya peningkatan pada
90,00%. kemampuan guru dalam
melaksankan kegiatan pembelajaran
6. Aktivitas Guru Siklus II menggukan model Probem Based
Hasil observasi terhadap Learning di kelas.
aktivitas guru pada siklus II
12

SIMPULAN DAN Berdasarkan hasil penelitian,


maka dikemukakan saran-saran
REKOMENDASI
sebagai berikut:
1. Hasil belajar PKn melalui
penggunaan model pembelajaran 1. Bagi siswa dapat meningkatkan
Problem Based Learning hasil belajar PKn dan
meningkat. Hal ini diperoleh keterampilan sosial melalui
melalui hasil evaluasi siklus I penerapan model pembelajaran
menunjukkan skor rata-rata Problem Based Learning.
kelas mencapai 65,23 dan pada 2. Kepala Sekolah hendaknya
siklus II rata-rata kelas mencapai memberikan perhatian dan
77,86. Dengan demikian skor pengawasan terhadap
rata-rata dari siklus I ke siklus II penyelenggaraan pendidikan di
terjadi peningkatan sebesar sekolah guna meningkatkan
12,63. Pada siklus I persentase kemampuan guru melaksanakan
ketuntasan klasikal mencapai tugas mengajar terutama dalam
43,33% dan pada siklus II memilih dan menerapkan model
persentase ketuntasan klasikal pembelajaran yang sesuai
mencapai 83,33%. Sehingga dengan materi pelajaran.
melalui penjelasan tersebut 3. Guru perlu meningkatkan
dapat dikatakan terjadi keterampilan dalam merancang
peningkatan pada persentase dan menerapkan strategi
ketuntasan klasikal sebesar 40%. pembelajaran melalui pelatihan
2. Keterampilan sosial siswa guna lebih meningkatkan
meningkat. Pada pertemuan efektivitas pelaksanaan
pertama siklus I kategori sangat pembelajaran.
tinggi 13,33%, kategori tinggi 4. Bagi peneliti dapat dijadikan
30%, kategori sedang 10% dan sebagai referensi dalam
kategori rendah 46,67%. meningkatkan keterampilan
Meningkat pada pertemuan sosial dan hasil belajar siswa
kedua, kategori sangat tinggi dengan menggunakan model
16,67%, kategori tinggi 33,33%, pembelajaran Problem Based
kategori sedang 20% dan Learning.
kategori rendah 30%. Pada 5. Bagi peneliti lain perlu meneliti
siklus II keterampilan sosial aspek lain yang berkenaan
siswa juga mengalami dengan keterampilan sosial
peningkatan. Pada pertemuan siswa sehingga aspek lain yang
pertama kategori sangat tinggi diduga memiliki hubungan
36,67%, kategori tinggi 53,33, dengan penelitian ini dapat
kategori sedang 3,33% dan dianalisis dan memberikan hasil
kategori rendah 6,67. Pada penelitian yang lebih sempurna.
pertemuan kedua mengalami 6. Bagi Dinas Pendidikan, dapat
peningkatan yang signifikan, dijadikan salah satu alternatif
yaitu kategori sangat tinggi 90% pemecahan permasalahaan
dan kategori tinggi 10%. pembelajaran. Khususnya hasil
13

belajar PKn dan keterampilan


sosial siswa.

DAFTAR PUSTAKA Kurniati, E. (2010). 30 Permainan


Tradisional Jawa Barat dan
Arends, Richard (2008). Learning to
Peranannya Dalam
Teach. Penerjemah: Helly
Mengembangkan
Prajitno dan Sri Mulyani.
Keterampilan Sosial.
New York: McGraw Hill
Bandung: PGPAUD UPI
Company
Muhibbinsyah. 2003. Psikologi
Fudyartanto, R.B.S. 2002. Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan
Pendidilran dengan
Baru. Bandung : Remaja
Pendelratan Baru.
Rosdakarya
Yogyakarta : Global Pustaka
Utama
Trianto, (2009), Model-Model
Pembelajaran Inovatif
Hama1ik, Oemar. 2010. Proses
Berorientasi Konstruktivistik,
Belajar Mengajar. Bandung:
Penerbit Prestasi Pustaka,
Bumi Aksara
Jakarta
Kunandar. 2008. Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Rajawali Press

Das könnte Ihnen auch gefallen