Sie sind auf Seite 1von 10

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Atas Kapal

Ronald M. H.*1 , & Eiodia C. S.2

1. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
*E-mail: Ronald.mhutauruk@yahoo.co.id
2. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia

ABSTRACT
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah dua hal yang berkaitan dalam dunia pekerjaan
dan menjadi prioritas utama bagi seorang pelaut saat bekerja diatas kapal. Pekerjaan memenuhi
kelayakan bagi kemanusiaan apabila keselamatan tenaga kerjanya terjamin. Perlindungan tenaga
kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama. Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja secara aman melakukan
pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Standar keamanan di
kapal memiliki peraturan yang lebih ketat daripada standar keamanan di darat. Resiko
kecelakaan bisa saja terjadi saat memperbaiki komponen di atas kapal. Penggunaan alat
keselamatan kerja di kapal harus di perhatikan dengan baik agar terhindar dari kecelakaan.

Kata kunci: keselamatan kerja, kesehatan kerja, tenaga kerja, kapal, standar keamanan

Safety and health


PENDAHULUAN

Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari
permasalahan dari dunia industri, karena keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan erat dengan
peningkatan produksi dan produktivitas. Dewasa ini umumnya keselamatan dan kesehatan kerja
dalam industri dikaitkan dengan masalah lingkungan. Tetapi posisi keselamatan dan kesehatan
pekerja berada di luar standar manajemen lingkungan ISO. Seharusnya secara otomatis
perancang-perancang ISO memasukkan keselamatan dan kesehatan pekerja ke dalam masalah-
masalah lingkungan. Alasan yang mungkin mengeluarkan masalah keselamatan dan kesehatan
pekerja dari masalah lingkungan karena otoritas masalah keselamatan dan kesehatan pekerja
berada di bawah Departemen Tenaga Kerja.

Keselamatan kerja merupakan prioritas utama bagi seorang pelaut professional saat
bekerja di atas kapal. Semua perusahaan pelayaran memastikan bahwa kru mereka mengikuti
prosedur keamanan pribadi dan aturan untuk semua operasi yang dibawa di atas kapal.

UUD 1945 mengisyaratkan hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghasilan yang
layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan baru memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan apabila
keselamatan tenaga kerjanya terjamin. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu terus
dikembangkan, diberikan perlindungsan terhadap pengaruh teknologi kerja dan lingkungan kerja
serta diberikan perawatan dan rehabilitasi.
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja secara aman
melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas.

Prosedur Tindakan Untuk Keselamatan Kerja Awak Kapal Penangkap Ikan

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi,
baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko
bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang sudah maju dan mutakhir.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari dan
untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya (Sumamur,
1981).

Kesehatan ketenagakerjaan dan kesehatan perusahaan atau lingkungan industri pada


awalnya diatur secara terpisah. Akan tetapi dengan mengingat kepentingan peraturan yang
menyengkut (1) keselamatan kerja dalam menghadapi resiko-resiko pekerjaan yang mengandung
bahaya bagi kesehatan, (2) tenaga kerja untuk memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan jika
menderita sakit, dan (3) pemeriharaan prevensi kesehatan lingkungan perusahaan tempat
karyawan bekerja, maka secara praktis menurut hukum kesehatan dikembangkan peraturan
hukum tentang occupational health and industrial hygiene yang mengandung tiga sasaran
kepentingan kesehatan (Poernomo, 1999).

Demikian halnya untuk keselamatan kerja awak kapal penangkap ikan, kecelakaan dapat
terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, berlabuh atau sedang melakukan kegiatan
bongkar muat di pelabuhan meskipun sudah dilakukan upaya yang kuat untuk menghindarinya.
Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Health and Safety work Act,
1974 untuk melindungi pelaut, pelayar dan mencegah resiko-resiko dalam melakukan suatu
aktifitas di atas kapal terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam
keadaan normal maupun darurat.

Setiap kapal mempunyai suatu sistem manajemen keselamatan dalam rangka


menciptakan suatu lingkungan kerja yang berwawasan keselamatan dalam mengoperasikan dan
menjalankan pelayaran. Keselamatan pelayaran tidak hanya dilihat dari kondisi kapalnya, sebab
banyak faktor lain yang memengaruhi. Salah satu faktor penting, yakni penerapan sistem
perawatan terencana atau planned maintenance system (PMS) yang dapat dilakukan oleh
operator ataupun galangan.
Sistem Manajemen Keselamatan

Yang dimaksud dengan Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi
persyaratan material konstruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan
serta perlengkapan termasuk radio dan elektronika kapal yang dibuktikan dengan sertifikat
setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian yang pelaksanaan penilikannya dilakukan secara
terus menerus sejak kapal dirancang bangun, dibangun, beroperasi sampai dengan kapal tidak
digunakan lagi oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal.

Dalam menjalankan manajemen keselamatan berbagai lembaga terlibat dimulai dari


pemilik kapal, penyewa kapal, pelabuhan, pendidikan terhadap para awak/kelasi kapal termasuk
latihan-latihan kerja yang perlu dijadwalkan secara teratur, bendera kapal, Asosiasi yang dalam
hal ini bisa Asuransi/lembaga penjaminan, lembaga keuangan, galangan tempat membuat atau
merawat kapal.

Terjadinya kecelakaan jenis baru di kapal merupakan suatu hal yang relatif tidak biasa
atau sangat langka dan kebanyakan kecelakaan yang terjadi seringkali diakibatkan oleh tindakan-
tindakan tidak aman yang dilakukan oleh para pelaut itu sendiri. Tindakan-tindakan yang keliru
ini seringkali merupakan pelanggaran-pelanggaran atau penyimpangan terhadap praktek-praktek
kerja yang aman atau terhadap aturan yang sudah ditetapkan, yang sesungguhnya bisa dihindari
pada saat itu juga. Mereka yang melakukannya seringkali sudah menyadari akibat dari
kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Mereka kebanyakan mengambil jalan pintas yang
seharusnya tidak boleh dilakukan. Kebanyakan dari mereka ini umumnya sudah menerima
pelatihan untuk menghindari kecelakaan yang mungkin bisa terjadi, namun nyatanya kecelakaan
masih tetap terjadi karena adanya budaya atau kebiasaan dalam organisasi yang memberi
kelonggaran-kelonggaran untuk melakukan penyimpangan atas prosedur yang ada, yang
risikonya sudah diperhitungkan sebelumnya.

Tantangan bagi para pelatih dalam pelatihan dan para manajer di darat maupun di kapal
adalah bagaimana untuk memperkecil dilakukannya tindakan-tindakan atau praktek-praktek
kerja yang tidak aman ini, bagaimana menanamkan bukan saja keterampilan-keterampilan
namun juga perilaku-perilaku yang diperlukan untuk memastikan sasaran-sasaran keselamatan
bisa terpenuhi. Sasarannya haruslah mampu membuat para awak kapal terinspirasi untuk
memberlakukan aturan (yang benar) dalam dirinya sendiri secara ketat dan efektif dan
mendorong masing-masing orang untuk dengan sendirinya melakukan praktek-praktek kerja
terbaik yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip keselamatan yang sudah dikenal secara
internasional dan peraturan perlindungan atas praktek-praktek kerja yang terbaik dari industri
seharusnya telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari standar-standar pribadi yang dimiliki
oleh masing-masing awak kapal.
Pengetahuan dan keterampilan penyelamatan menjadi penting bagi ABK. Dengan bekal
itu anak buah kapal (ABK) terlatih, pemadam kebakaran, pelampung, sekoci bermotor, dan
peralatan penyelamatan lainnya, yang selalu ada di dalam kapal motor penumpang, bisa
difungsikan secara optimal. Bila terjadi kecelakaan, korban yang jatuh pun bisa ditekan serendah
mungkin.

Tindakan Untuk Keselamatan Kerja Awak Kapal

1. Mempersiapkan kelengkapan keselamatan kerja sebelum melakukan suatu pekerjaan


2. Memakai kelengkapan keselamatan kerja seperti sarung tangan, sepatu bot, pelindung
kepala (helm), pakaian khusus kerja dll
3. Mematuhi peraturan dan melaksakan sesuai prosedur, misalnya tidak merokok diruang
mesin, siaga tidak lalai dan jangan panik dalam suatu hal yang mungkin akan terjadi
keadaan yang berbahaya ini akan mengakibat fatal, dll
4. Mengambil suatu tindakan dengan benar apabila terjadi suatu hal yang mungkin akan
menyebabkan terjadinya kecelakaan

Unsur-Unsur Penyebab Kecelakaan

Menurut Undang-Undang No.1 Th. 1970, kecelakaan diartikan suatu kejadian yang tidak
diinginkan yang mengakibatkan cedera terhadap manusia atau kerusakan terhadap harta benda
serta lingkungan kerja, meliputi, Kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja,
dan pencemaran lingkungan kerja.

Unsur-unsur utama yang merupakan sub sistim dalam keseluruhan sistim perusahaan (ditinjau
dari sudut keselamatan kerja) adalah :

1. Manusia; tidak ada satu kegiatanpun yang lepas sama sekali dari unsur manusia. Mesin-
mesin otomatis pun masih memerlukan pengawasan manusia.
2. Peralatan; baik berbentuk mesin maupun alat-alat lain yang dipergunakan oleh manusia
dalam kegiatan operasi perusahaan.
3. Bahan-bahan; merupakan bahan baku maupun bahan tambahan yang digunakan selama
proses produksi, guna menghasilkan barang akhir.
4. Lingkungan kerja; yaitu lingkungan alam dimana manusia bekerja, antara lain :
bangunan, keadaan udara, keadaan, penerangan, kebisingan, kelembaban, dll.
5. Manajemen (sebagai proses); yaitu suatu proses koordinasi terhadap keempat sub sistim
yang yang lain, sedemikian rupa agar dapat dicapai tujuan organisasi (perusahaan).

Adapun penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia.
Adapun kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia karena manusian mempunyai sifat-sifat
antara lain :
1. Tidak tahu, dimana yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan
pekerjaan dengan aman , dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ditimbulkannya sehingga
terjadi kecelakaan
2. Tidak mau, yang bersangkutan, walupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja /
peraturan dan bahaya-bahaya yang ditimbulkannya serta mampu atau dapat
melakukannya, tetapi kemauannya tidak ada yang berakibat terjadinya kesalahan
sehingga terjadi kecelakaan
3. Tidak mampu / tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara yang aman dan
bahaya bahaya yang mungkin ditimbulkannya, namun belum mampu atau kurang
terampil sehingga melakukan suatu kesalahan yang fatal

Secara hirarki, ada 3 penyebab kecelakaan yaitu: Penyebab Langsung, Penyebab Dasar, dan
Kurang Kendali.

Penyebab Langsung adalah sebab-sebab yang secara langsung mengakibatkan terjadinya sebuah
kecelakaan. Penyebab Langsung biasanya dibedakan ke dalam 2 kriteria, yaitu:

a. Tindakan tidak aman

Contoh tindakan tidak aman adalah mengoperasikan alat tanpa izin, mengoperasikan alat di atas
batas kecepatan maksimum, menggunakan alat yang tidak lengkap.

b. Kondisi tidak aman

Contoh kondisi tidak aman adalah alat atau perkakas yang rusak, rambu-rambu tidak lengkap,
kurangnya lampu penerangan, temperatur yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Yang dimaksud dengan Penyebab Dasar adalah hal-hal yang mengakibatkan atau mendorong
Penyebab Langsung. Penyebab Dasar dibedakan dalam 2 kategori, yaitu:

a. Faktor personal

Yang dimaksud dengan faktor personal adalah faktor-faktor di dalam diri pekerja/korban yang
mendorong dirinya untuk melakukan tindakan tidak aman. Contohnya adalah kurang
pengetahuan, kemampuan yang kurang (baik secara fisik maupun kejiwaan), stress, dan motivasi
yang tidak tepat.

b. Faktor Pekerjaan

Contoh Faktor Pekerjaan adalah kepemimpinan yang kurang, peralatan dan material kurang,
standar kerja kurang.

Kurang kendali dapat diterjemahkan sebagai kegagalan manajemen dalam memenuhi dan
menegakan standar yang ada di dalam Perusahaan. Contohnya adalah pelatihan yang kurang,
tidak terjadualnya inspeksi terencana, atau analisa kecelakaan salah. Kecelakaan kerja
merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat
kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab
kecelakaan kerja, yaitu:

Teori Heinrich ( Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian . Ada lima
faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu : lingkungan, kesalahan manusia,
perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 1986 ).

Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu penyebab
terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman.
Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.

Teori Gordon

Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan,
perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan
hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk
lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus
dapat diketahui secara detail.

Teori Domino terbaru

Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang mengatakan bahwa
penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird
dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen
dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

Teori Reason

Reason (1995,1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat lubang dalam
sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau
peraturan mengenai keselamatan kerja.

Teori Frank E. Bird Petersen

Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan . Bird mengadakan modifikasi dengan teori
domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut
(M.Sulaksmono,1997) :
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di bawah
standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama
akibat kesalahan manajemen.

Peralatan Keselamatan Kerja Utama Kapal

Untuk mencapai keamanan maksimal di kapal, langkah dasar adalah memastikan bahwa
semua crew kapal memakai peralatan pelindung pribadi mereka dibuat untuk berbagai jenis
pekerjaan yang dilakukan pada kapal.

Berikut adalah peralatan dasar peralatan pelindung diri yang harus ada di sebuah kapal untuk
menjamin keselamatan para pekerja..

1. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung adalah COVERALL yang melindungi tubuh anggota awak dari bahan
berbahaya seperti minyak panas, air, percikan pengelasan, dll.
2. Helmet
Bagian yang paling penting dari tubuh manusia adalah kepala perlu perlindungan terbaik
yang disediakan oleh helm plastic keras di atas kapal. Sebuah tali pada bagian dagu juga
disediakan dengan helm, yang berfungsi agar menjaga helm tidak lepas dari kepala.

3. Safety shoes
Maksimum dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan mesin, yang terbuat dari
logam keras dan yang membuatnya awak kapal harus berhati-hati ketika berjalan
melewatinya. Safety shoes memastikan bahwa tidak ada luka yang pada kaki para pekerja
atau crew ketika berada di atas kapal.

4. Sarung tangan (Hand Safety)


Sarung tangan menjadi keharusan untuk melindungi tangan. Beberapa sarung tangan
yang ada dan harus dimiliki oleh crew kapal adalah sarung tangan tahan panas untuk
bekerja pada permukaan yang panas, sarung tangan las, dan sarung tangan yang
melindungi diri dari bahan kimia

5. Goggles
Mata adalah bagian paling sensitive dari tubuh manusia dan dalam kegiatan sehari-hari
diatas kapal, mata memiliki resiko cedera yang tinggi. Kaca pelindung atau kacamata
digunakan untuk perlindungan mata seddangkan kacamata las digunakan untuk operasi
pengelasan yang melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.

6. Penutup telinga
Di ruang mesin kapal menghasilkan suara 110-120 db ini merupakan frekuensi suara
yang sangat tinggi untuk telinga manusia. Bahkan beberapa menit paparan dapat
menyebabkan sakit kepala, iritasi dan gangguan pendengaran, kadang- kadang gangguan
pendengara sebagian atau penuh. Sebuah penutup telinga digunakan pada kapal untuk
mengimbagi suara yang dapat di dengar oleh manusia dengan aman.

7. Safety harness
Kegiatan rutin pada kapal mencakup perbaikan dan pengecatan permukaan yang tinggi
yang memerlukan anggota kru untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak mudah
diakses. Utuk menghindari jatuh dari daerah tinggi seperti itu, maka menggunakan safety
harness. Safety harness adalah alat yang dikenakan untuk menopang tubuh awak kapal
yang melakukan pekerjaan pada ketinggian agar tidak jatuh.

8. Chemical suit
Penggunaan bahan kimia di atas kapal sangat sering dan beberapa bahan kimia yang
sangat berbahaya bila terkontak langsung dengan kulit manusia. Chemical suit digunakan
untuk menghindari situasi seperti itu

Menolong korban dengan menggunakan alat pelindung pernapasan

Alat pelindung pernafasan adalah bagian dari alat pelindung diri yang digunakan untuk
melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja
yang dapat bersifat racun ataupun korasi.

Menurut (Sugeng Budiono, 2003) masker adalah suatu alat yang berguna untuk
melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam pernafasan, dapat
terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang di gunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahanya atau kecelakaan. Alat
ini digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi
dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari lingkungan
kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan
dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Sugeng Budiono, 2003:329).

Pelindung pernafasan adalah alat yang penting, mengingat 90% kasus keracunan sebagai
akibat masuknya bahan-bahan kimia beracun atau korosi lewat saluran pernafasan. Alat
pelindung pernafasan memberikan perlindungan terhadap sumber bahaya di udara tempat kerja
seperti: pencemaran udara oleh gas, pencemaran oleh partikel (debu, asap), kekurangan O2.

Jenis Alat Pelindung Pernafasan antara lain :


1) Masker
Masker berguna untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam
pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu. Macam-macam masker di bedakan
atas:
-Masker penyaring debu; Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari sebuk logam
penggerindaan, penggergajian atau serbuk kasar lainya.
-Masker berhidung; Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai ukuran 0,5 mikron.
-Masker bertabung; Masker bertabung mempunyai filter yang lebih baik dari pada masker berhidung.
-Masker ini sangat tepat di gunakan untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.

2) Respirator
Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap, logam, asap dan gas. Alat ini
dapat di bedakan atas:
-Respirator pemurni udara; Membersikan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan
dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan.
-Respirator penyalur udara; Membersikan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus menerus.
Udara dapat di pompakan dari sumber yang jauh (di hubungkan dengan selang tahan tekanan) atau dari
persediaan yang portable (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis ini biasa di kenal
dengan SCBA (self contained breathing apparatus) atau alat pernafasan mandiri. Di gunakan tempat kerja
yang terdapat gas beracun atau kekurangan oksigen.

Peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di atas kapal

Undang-Undang No. 1 Th. 1970 tentang keselamatan kerja terdiri dari 11 Bab dan 18 pasal,
walaupun UU ini disebut UU keselamatan kerja, namun materi yang diaturnya mencakup juga
kesehatan kerja. Undang-Undang ini mempunyai sasaran dan tujuan sebagai berikut:

1. Umum

Memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja agar selalu dalam meningkatkan


kesejahteraan, produksi dan produktivitas nasional. Member perlindungan terhadap orang lain
yang berada ditempat kerja, agar selalu selamat dan sehat.

Memberikan perlindungan terhadap setiap sumber produksi agar selalu dapat dipakai dan
digunkan secara aman dan efesiaen.

2. Khusus

Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan akibatnya.


Mengamankan mesin, pesawat, instalasi, alat peralatan kerja, bahan dan hasil produksi.
Menurut ILO dan WHO dikatakan usaha kesehatan kerja haruslah ditujukan untuk:
Meningkatkan dan memelihara kesehatan karyawan laut pada kondisi yang sebaik-baiknya.
Menghindarkan para karyawan dari gangguan kesehatan yang mungkin timbul akibat kerja.
Melindungi karyawan laut dari pekerjaan yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan.
Menempatkan karyawan laut pada tempat yang sesuai dengan kondisi sosiologis masing-masing.

Peraturan IMO mengenai pencegahan kecelakaan dan kesehatan kerja, demi mencegah
terjadinya kecelakaan kerja terutama untuk jaga laut factor kelelahan adalah menjadi perhatian,
untuk itu IMO membuat petunjuk yang berkenaan dengan pencegahan kelelahan agar siap untuk
melaksanakan tugas, antara lain :

1. Maksimum jam kerja rata-rata tidak lebih 12 jam perhari,setiap perwira dan ranting yang
akan diberi tugas jaga harus minimal 10 jam istirahat dalam periode 24 jam.
2. Jumlah jam istirahat boleh dibagi tidak lebih dari dua periode yang salah satu periodenya
paling sedikit 6jam lamanya.
3. Pengkecualian dari kondisi butir 1dan 2 diatas, sepuluh jam minimal istirahat boleh
dikurangi, akan tetapi tidak boleh kurang dari 6 jam secara terus menerus dan
pengurangan tersebut tidak lebih dari dua hari dan tidak kurang dari 70 jam istirahat
untuk periode 7 hari.kecelakaan dengan segala benttuk dan akibatnya dapat merugikan
pengusahan dan masyarakat, karena kecelakaan akn menimbulkan penderitaan lahir batin
atau kerugian yang bersifat ekonomis.

Referensi

http://www.maritimeworld.web.id

http://www.bromindo.com

Das könnte Ihnen auch gefallen