Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ASUHAN KEPERAWATAN
PRURITUS
DOSEN:
LULUK NUR AINI,S.Kep,Ns,
Disusun oleh :
Agusnita Panca Indriati (AOA0150774)
Dwi cahyono (AOA0150775)
Dwi hernanto (AOA0150776)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
pruritus yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB III dengan
fasilitator ibu LULUK NUR AINI,S.Kep,Ns,
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah
ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik
secara moral maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi.
Malang,April 8, 2016
Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI
2
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
1 BAB I.........................................................................................................iv
LAPORAN PENDAHULUAN................................................................................iv
1.1 Definisi................................................................................................iv
1.2 Klasifikasi.............................................................................................iv
1.3 Etiologi.................................................................................................v
1.4 Epidemiologi........................................................................................vi
1.6 Patofisiologi.......................................................................................viii
1.8 Penatalaksanaan..................................................................................3
2 BAB II.........................................................................................................5
2.1 Pengkajian............................................................................................5
2.3 Intervensi.............................................................................................7
2.4 Implementasi.....................................................................................14
2.5 Evaluasi..............................................................................................14
3 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14
4
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
1 BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
1. Pruritus (gatal) merupakan ketidaknyamanan utama sampai tingkat ringan atau berat
pada inflamasi kulit (Long, BC, 1996)
2. Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman
dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan (Brunner dan
Suddarth, 2002)
3. Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer maupun lesi
sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor sistemik non-lesi
kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial (pruritus
sine materi) (Djuanda A., 2007)
Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak menyenangkan di kulit
yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus yang hebat menyebabkan
pasien menggaruk kulit lebih dalam dan lama, sehingga kadang kulit bisa sampai
berdarah karena sensasi nyeri ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang
tidak disertai kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).
1.2 Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi:
1. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi atau alat dalam
dan dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa bersifat psikogenik yang
disebabkan oleh kompenen psikogenik yang memberikan stimulasi pada itch centre.
2. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat penyakit sistemik, pada
pruritus sistemik toksin-toksin metabolik mungkin tertimbun di cairan interstisium
dibawah kulit.
5
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
3. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa disertai keadaan
patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung empedu yang akan meningkatkan
kadar senyawa opioid yang akan memicu timbulnya pruritus.
4. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat aktivitas psikologis
dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan terhadap parasit (parasitofobia) dapat
menyebabkan sensasi gatal.
2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
a. Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
b. Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c. Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus, hipertiroidisme,
hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
d. Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia), polycythaemia, leukimia
limfatik, dan Hodgkin's disease.
6
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
5. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan
dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat
hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga
kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada
kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan
menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita
mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat
garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi
menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus.
Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis,
atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti
kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan,
penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus
pada lansia berespon baik terhadap pengobatan emollient. (Djuanda, 2007)
1.4 Epidemiologi
Pruritus mengenai 20% orang dewasa di Amerika Serikat dengan sekitar 40-50% di
dasari oleh penyakit penyerta sitemik :
1. Renal pruritus mengenai sekitar 60% pasien CRF yang mendapat HD. Pasien yang
tidak mendapat HD prevalansinya sekitar 30%.
7
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk yang biasanya dilakukan
semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga
karena perhatian pasien teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada malam hari dimana
hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus yang
ringan sekalipun tidak mudah diabaikan.
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan kronik
dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari aktivitas menggaruk
yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila garukan
8
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada individu dan
menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang terjadi biasanya
disertai dengan nyeri dan sensasi terbakar.
1.6 Patofisiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
Faktor eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing),
dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun mandi),
rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau
faktor lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering. Faktor endogen, misalnya
reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan ginjal, gangguan metabolik (DM,
hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis yang menyebabkan
meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara klinis belum diketahui
(Moscella, 1986).
Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan rangsangan fisik dan
mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan kerusakan kulit oleh pruritogen.
Penyakit sistemik seperti gangguan ginjal akan meningkatkan ureum serum yang
berkontribusi sebagai agen pruritogenik. Gangguan metabolism seperti DM,
hipertiroidisme dan hipotiroidisme juga merupakan penyebab timbulnya pruritus, selain
itu penyebab lainnya seperti penyakit hepar akan menyebabkan kolestasis (sumbatan
kantung empedu) yang dapat meningkatkan sintesis senyawa opioid. Faktor lain seperti
stress yang juga berpengaruh terhadap timbulnya pruritus karena stress meningkatkan
sensitivitas respon imun, hal ini mengakibatkan sistem imun melepaskan mediator
inflamasi secara berlebihan dan menyebabkan substansi P mensensitisasi nosiseptor
secara kimiawi. Proses imunologi sebagai salah satu faktor endogen lainnya disebabkan
9
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
karena terpapar bahan allergen (pewangi, pengawet, perhiasan, pewarna rambut, balsam,
karet) akan mengakibatkan reaksi imunologi (allergen terikat dengan protein
membentuk antigen lengkap, antigen ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel
langerhans, antigen yang telah diproses dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi
dan berploriferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel
memori, tersebar ke seluruh tubuh menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh, dan apabila terpapar bahan allergen kembali maka akan
menstimulasi ujung saraf bebas di dekat junction dermoepidermis, kemudian
merangsang epidermis dan percabangan serabut saraf tipe C tak termielinasi. Selanjutya,
korteks serebri mempersepsikan stimulus gatal melalui jaras asenden yang memicu
timbulnya pruritus dan adanya scratch reflexes (reflex garuk akibat eksitasi terhadap
reseptor pruritus). Stimulasi serabut saraf C hingga dipersepsikannya rasa gatal oleh
korteks serebri juga menjadi patofisiologi pruritus yang disebabkan oleh faktor eksogen
(lingkungan yag mengakibatkan kulit kering) serta faktor endogen (stress psikologik,
hormonal, dan penyakit sistemik).
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada
gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan
integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak
bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam
kuit, membrane mukosa dan kornea (Sher, 1992 dalam Brunner&Suddart 2002).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung
saraf yang memperberat pruritus yang selanjutnya menghasilkan rasa gatal dan
menggaruk. Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer
dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul
tanpa manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya
memiliki awitan yang cepat, bisa berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang
normal. Pruritus juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit akibat
kerusakan kulit (erosi, ekskeriasi) yang dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.
Resiko pruritus
infeksi
Korteks serebri
Inflamasi
mempersepsikan
berlangsung lama 10
rangsang gatal melalui
saraf asenden
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
Kerusakan Gangguan
integritas citra tubuh
kulit
2
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
1.8 Penatalaksanaan
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien sebaiknya
tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara panas. Hindari konsumsi
alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan menthol secara topikal dapat
3
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor dan dapat
menekan terjadinya gatal.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa
cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita,
yaitu:
a. Pengobatan topical:
1) Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan
memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
2) Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
3) Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
4) Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Kortikosteroid secara topikal maupun sistemik cenderung tidak menimbulkan
efek antipruritus dan jika efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan
penekanan efek inflamasi.
5) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi
kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.
b. Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah
dan menyebabkan tidur terganggu:
1) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
2) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang
efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
3) Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada
pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah
urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki
antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya
tersebut
4) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis H1,
agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis PAR-2.
Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk gatalneuropati),
4
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
2 BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRURITUS
2.1 Pengkajian
2.1.1 Data umum
nama, umur, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, status
5
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
6
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
2.2 Intervensi
2.2.1 00214. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait
penyakitdomain 12:kenyamanan
a. Noc
b. Kriteria hasil
c. Nic
7
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
8
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
3. Sesuaikan lingkungan,misal
pencahayaan dll
b. Kriteria hasil
9
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
c. Nic
11
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
c. Nic
12
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
13
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
e. Kriteria hasil
f. Nic
14
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
15
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
h. Kriteria hasil
i. Demam
ii. Nyeri
i. Nic
16
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
2.4 Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan pada hasil anamnesa, diagnose keperawatan
yang ditegakkan, dan tujuan yang ingin dicapai. Namun, apabila di dalam pelaksanaannya
terjadi perubahan kondisi pasien, maka akan dilakukan analisis data subjektif dan objektif
kembali serta disusun rencana asuhan keperawatan selanjutnya sehingga implementasi
yang dilakukan dapat bersifat komprehensif dan mencapai tujuan.
2.5 Evaluasi
Sensasi gatal yang dilaporkan berkurang
Ruam berkurang
Tidak ada nyeri yang dilaporkan
Kerusakan jaringan kulit telah berkurang
Klien mampu berkomunikasi dengan lawan bicara dengan baik
Tidak ada tanda2 infeksi seperti demam
3 DAFTAR PUSTAKA
17
Asuhan keperawatan pruritus-kelompok 1-april 8, 2017
Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Terjemahan
Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Burton G. Pathophyisiology of pruritus. Australian College of Veterinary Scientists
Dermatology Chapter Science Week Proceeding. 2006;34(6):18-25
Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. (editor). 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin: Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions
Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby.
Elvina PA.2011. Hubungan rasa gatal dan nyeri.
Long, Barbara, C,. 1996. Keperawatan Medical Bedah, Volume 3. VAIA Pendidikan
Keperawatan Padjajaran: Bandung
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby
Moscella SL. Hurley HJ.(editor). Dermatologu: third edition. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1986. P.2042-7.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta : EGC.
Twycross R, Greaves MW, Handwerker H, Jones EA, Libretto SE, Szepietowski JC, et al.
Itch: scratching more than the surface. QJM 2003;96:7-26.
Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. EGC: Jakarta
18