Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan
menelan korban jiwa sekitar 2,4 juta jiwa manusia setiap tahunnya
(Widanti, 2014).
Menurut WHO di pekirakan tahun 2050 angka patah tulang
pinggul meningkat 2 kali lipat pada wanita dan 3 kali lipat pada laki-
laki. Laporan WHO juga menunjukan bahwa 50% patah tulang adalah
2013).
Kecelakaan lalu lintas di Indonesia setiap tahunnya meningkat.
1
2
dengan jenis fraktur yang paling banyak terjadi yaitu fraktur pada
antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda
sedikit kenaikan dari 7,5 % (RKD 2007) menjadi 8,2 % (RKD 2013).
orang (58%) turun menjadi 40,9%, dari 20.829 kasus kecelakaan lalu
atau fraktur 1.770 orang. Patah tulang yang sering terjadi pada bagian
tulang femur atau paha. Pemulihan tulang femur retak atau fraktur
2016).
Berdasarkan hasil penelitian Menunjukkan bahwa paling banyak
kecelakaan lalu lintas yang lebih banyak dialami laki-laki karena jumlah
fraktur, pada tahun 2014 tedapat 56 orang yang mengalami fraktur dan
Fraktur.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan proses asuhan keperawatan pada pasien
Fraktur ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
Fraktur.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada
pasien Fraktur.
b. Untuk dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
Fraktur.
c. Untuk dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada
pasien Fraktur.
d. Untuk dapat melaksanakan implementasi keperawatan pada
pasien Fraktur.
e. Untuk dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien
Fraktur.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk dapat meningkatkan pemahaman/pengetahuan
dengan fraktur.
b. Sebagai sumber informasi dalam meningkatkan mutu
keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk dapat menerapkan dan mengaplikasikan dalam
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Keperawatan
1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah patah tulang,biasanya di sebebkan oleh trauma
lengkap (Price dan Wilson cit. Nurarif, A.H dan Kusuma H, 2015).
Menurut Lewis cit. Musliha (2010), terdapat beberapa
(FKUI, 2000).
b. Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang
Matassarin, 1993).
7
sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, S.C dan Bare, B.G, 2001).
e. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh
yang trauma atau tenaga fisik yang di tentukan jenis dan luasnya
2. Etiologi Fraktur
Menurut Lewis cit. Musliha (2010), berpendapat bahwa tulang
sangat rapuh.
3. Patofisiologi Fraktur
Menurut Black dan Matassarin serta Petrick dan Woods cit. Musliha
pembulu darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal
meliputi:
1) Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas tulang yang luas sehingga
korteks.
2) Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
yaitu:
Gambar 1.1
Pembagian fraktur berdasarkan garis patah tulang
b. Bengkak/edema
Edema muncul lebih cepat di karenakan cairan serosa yang
sekitarnya.
c. Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi
fraktur.
e. penurunan sensasi
terjadi karena keruskan saraf, terkenanya saraf karena edema.
f. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau
tulang di gerakkan.
i. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan
terlalu kuat.
3) Fat Emboli Syndrom (FES)
Fat Emboli Syndrom adalah komplikasi serius pada kasus
terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit yang hebat pada
klien.
b. Komplikasi Lama
1) Delayed-union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
bonegraft.
b) Atrofik
Tidak ada tanda tanda aktivitas seluler pada ujung
vaskuler.
d. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat,
c. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota
yaitu:
1) Skin traksi
16
pins.
cidera.
c. Neurosensori
Gejalah:
1) Hilang gerak atau sensasi , spasme otot.
2) Kebas/kesemutan (parestesi).
Tanda:
1) Deformitas lokal,agulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
warna kulit.
18
tiba-tiba).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang
stress, ansietas.
c. Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer
kongesti.
19
(imobilisasi tungkai).
f. Aktual/risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan
sumber informasi.
3. Intervensi
Rencana keperawatan adalah bagaimana perawat
Diagnosa
No Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 2 3 4 5
1. Risiko tinggi 2. Mempertahan Mandiri
terhadap trauma kan stabilisasi 1. Pertahankan tirah 1. Meningkatkan
20
meningkatkan
9. Lakukan dan awasi partisipasi.
latihan dan rentang 9. Mempertahankan
gerak pasif/ aktif. kekuatan/mobilitas otot
yang sakit dan
memudahkan resolusi
inflamasi pada jaringan
10. Berikan alternative yang cidera.
tindakan kenyamanan, 10. Meningkatkan sirkulasi
contoh pijatan, pijatan umum; menurunkan
punggung, perubahan area tekanan local dan
posisi. kelelahan otot.
11. Dorong menggunakan
tekhnik manajemen 11. Memfokuskan kembali
2 3 perhatian,
4
5
1
stres, contoh relaksasi meningkatkan rasa
progresif, latihan nafas kontrol, dan dapat
dalam, imajinasi meningkatkan
visualisasi, sentuhan kemampuan koping
terapeutik. dalam manajemen
nyeri, yang mungkin
menetap untuk periode
lebih lama.
12. Identifikasi aktivitas 12. Mencegah kebosanan,
terapeutik yang tepat menurunkantegangan,
untuk usia pasien, dan dapat
kemampuan fisik, dan meningkatkan
penampilan pribadi. kekuatan otot; dapat
meningkatkan harga
diri dan kemampuan
koping.
13. Selidiki adanya keluhan 13. Dapat menandakan
nyeri yang tak terjadinya kompliksi,
biasa/tiba-tiba atau contoh infeksi, iskemia
dalam, lokasi jaringan, sindrom
progresif/buruk tidak kompartemen.
hilang dengan anlgesik.
Kolaborasi
14. Lakukan kompres 14. Menurunkan
dingin/es 24-48 jam edema/pembentukan
pertama dan sesuai hematoma,
keperluan. menurunkan sensasi
nyeri.
25
tanda dan individu. 3. Kaji aliran kapiler, warna harus cepat (3-5 detik).
gejala-gejala kulit, dan kehangatan Warna kulit putih
membuat distal pada fraktur. menunjukkan
diagnose aktual]. gangguan arterial,
sianosis diduga ada
gannguan vena.
4. gangguan perasaan
4. Lakukan pengkajian kebas kesemuatn,
pada neuromuskuler. peningkatan/penyebar
Perhatiakan perubahan an nyeri terjadi bila
fungsi motorik/sensori. sirkulasi pada sraf
Minta pasien untuk tidak adekuat atau
melokalisasi nyeri atau saraf rusak.
ketidaknyamanan. 5. Panjang dan posisi
5. Tes sensasi saraf perifer saraf perineal
dengan menusuk pada meningkatkan resiko
kedua selaput antara ibu cedera pada adanya
jari pertama dan kedua fraktur kaki. Edema
dan kaji kemampuan kompartemen, atau
untuk dorsipleksi ibu jari malposisi traksi.
bila di indikasikan. 6. Faktor ini
6. Kaji jaringan sekitar disebabkan/mengindik
akhir gips untuk titik asikan tekanan
yang kasar/tekanan. jaringan/iskemia,
Selidiki keluhan rasa neksrosis.
terbakar dibawah gips. 7. Alat traksi dapat
7. Awasi posisi/lokasi 5
4
1 2 3
cincin penyokong bebat. menyebabkan tekanan
pada pembulu
darah/saraf, terutama
pada aksila dan lipat
paha, mengakibatkan
iskemia dan
kerusakakn saraf
permanen.
8. Pertahankan peninggian 8. Peningkatan drainase
ekstremitas yang cedera vena /menurunkan
kecuali edema.
dikontraindikasikan
meyakinkan adanya
sindrom kompartemen.
9. Kaji keseluruhan 9. Peningkatan lingkar
panjang ekstremitas ekstremitas yang
27
menyebabkan
penyimpanagn pada
tingakat kesadaran
pasien.
2 6. Observasi sputum untuk 6. Hemodialisa dapat
1 3 4 5
tanda adanya darah. terjadi dengan emboli
paru.
Kolaborasi
7. Bantu dalam spirometri 7. Memaksimalkan
insentif. ventilasi/oksigenasi
dan meminimalkan
atelektasi.
8. Berikan tambahan O2 8. Meningkatkan sediaan
bila diindikasikan. O2 untuk oksigenasi
optimal jaringan.
9.
9. berikan obat sesuai
a. Blok siklus
indikasi:
pembekuan dan
a. heparin dosis rendah
mecegah
bertambahnya
pembekuan pada
adanya
tromboflebitis.
b. Steroid telah
b. kortikosteroid.
digunakan bdengan
beberapakeberhasil
an untuk
mencegah/mengat
asi emboli lemak.
5. Kerusakan mobilitas 1. Meningkatkan/ Mandiri
fisik berhubungan mempertahan 1. Kaji derajat imobilitas 1. Pasien mungkin
dengan kerusakan kan mobilitas yang dihasilkan oleh dibatasi oleh
rangka pada tingkat cedera/pengobatan dan pandangan diri atau
neuromuskuler, paling tinggi perhatikan persepsi persepsi diri tentang
nyeri/ketidaknyama yang mungkin pasien terhadap keterbatasan fisik
nan, terapi reskriktif 2. Mempertahan imobilisasi. aktual, memerlukan
(imobilisasi tungkai). kan posisi informasi atau
Yang ditandai fungsuonal intervensi untuk
dengan: 3. Meningkatkan meningkatkan
1. Ketidakmampua kekuatan/fung kemajuan kesehatan.
n untuk bergerak si yang sakit 2. Dorong partisipasi pada 2. Memberikan
sesuai tujuan dan aktivitas kesempatan untuk
dalam mengompens terapeutik/rekreasi. mengeluarkan energi,
limgkungan fisik, asi bagian Pertahankan rangsang memfokuskan kembali
31
pen, kawat, sekrup. penyembuhan 2. Masase kulit dan pada area yang peka
Yang ditandai sesuai penonjolan tulang. dan risiko abrasi atau
dengan: indikasi. Pertahankan tempat kerusakan kulit.
1. Keluahan gatal, 3. Mencapai tidur kering dan bebas
nyeri kebas, penyembuhan kerutan. Tempatkan
tekanan pada luka sesuai bantalan air atau
area yang sakit waktu atau bantalan lain bawah siku
atau area penyembuhan atau tumit sesuai
sekitar. lesi terjadi. indikasi. 3. Mengurangi tekanan
2. Gangguan 3. Ubah posisi dengan konstan pada area
permukaan kulit, sering. Dorong yang sama dan
invasi struktur penggunaan trapezes meminimalkan resiko
tubuh, destruksi bila mungkin. kerusakan kulit.
lapisan kulit atau 4. Posisi yang tak tepat
jaringan. 4. Kaji posisi cincin bebat dapat menyebabkan
pada alat traksi. cedera kulit kerusakan.
Penggunaan gips dan
perawatan kulit: 5. Memberikan gips tepat
5. Bersihkan kulit dengan ringan, dan area
sabun dan air.gosok bersih.
perlahan dengan
alkohol. 6. Berguna untuk
6. Potong pakaian dalam bantalan tonjolan
yang menutupi area dan tulang, mengkhiri gips,
pelebaran beberapa inci dan melindungi kulit.
diatas gips. 7. Mencegah pelekukan
7. Gunakan telapak tangan atau pendataran diatas
untuk memasang, 5
1 2 3
4
pertahankan atau tonjolan tulang dan
lepaskan gips, dan area menyokong berat
dukung bantal setelah badan (contoh
pemasangan. punggung tumit) yang
akan meyebabkan
abrasi atau trauma
jaringan.
8. Potong kelebuhan 8. Plester yang lebih
plaster dari akhir gips dapat mengiritasi kulit
sesegera mungkin saat dan dapat
gips lengkap. mengakibatkan abrasi.
9. Tingkatkan pengeringan 9. Mencegah kerusakan
gips dewnagn kulit yang disebabkan
mengangkat linen oleh tertutup pada
temapt tidur, kelembapan dibawah
memanjangkan pada gips dalam jangka
35
sensasi, bengkak,
paralisis, ibu jari atau
ujung jari putih atau
dingin, gip rtak 10. Meningkatkan
10. Diskusikan perawatan pengobatan tepat
gips yang hijau atau untuk mencegah
basah. deformitas gips dan
iritasi kulit/kesalahan
postur.
11. Panggunaan yang hati-
11. Anjurkan penngunaan hati dapat
pengering rambut untuk mempercepat
mengeringka area gips pengeringan.
yang lembab. 12. Membantu aktivitas
12. Anjurkan penggunaan berpakaian/kerapihan.
pakaian yang adaptif.
13. Membantu
13. Anjurkan cara untuk mempertahankan
menutupi ibu jari kaki, kehangatan/melindungi
contoh, sarung tangan dari cedera.
atau kaos kaki halus. 5
1 2 3 4
42
4. Implementasi
Menurut NANDA (2012-2014) Implementasi yang di lakukan
akhir).
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format
SOAP.
b. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pada studi kasus ini pendekatan penelitian dengan menggunakan
metode deskriptif.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada KTI studi kasus ini adalah 2 (dua) pasien
ada.
46
asuhan keperawatan.
2. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan
diagnosis medis yang sama dan dengan teori yang ada. Data yang
I. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Informed Consent atau kerahasiaan medis adalah pertanyaan
tertulis.
2. Anonymity (Tanpa nama)
48
DAFTAR PUSTAKA