Sie sind auf Seite 1von 26

Bab 1

Peraturan Perundangan yang Terkait Mengenai Pengadaan Kereta


oleh PT KAI,

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2011 Tentang


Penugasan Kepada PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) untuk
Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara
Soekarna-Hatta dan Jalur Lingkar Jakarta Bogor Depok Tangerang
Bekasi .
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG PERKERETAAPIAN,
A. Pasal 17

(1) Penyelenggaraan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (1)huruf a berupa penyelenggaraan:

a. prasarana perkeretaapian; dan/atau

b. sarana perkeretaapian.

(2) Penyelenggaraan perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b berupa penyelenggaraan:

a. prasarana perkeretaapian; dan

b. sarana perkeretaapian.

B. Pasal 18

Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan:

a. pembangunan prasarana;
b. pengoperasian prasarana;
c. perawatan prasarana; dan

1
d. pengusahaan prasarana.

C. Pasal 19

Pembangunan prasarana perkeretaapian umum sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 huruf a wajib:

a. berpedoman pada ketentuan rencana induk perkeretaapian; dan

b. memenuhi persyaratan teknis prasarana perkeretaapian.

D. Pasal 23

(1) Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan oleh Badan Usaha sebagai
penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama.
(2) Dalam hal tidak ada Badan Usaha yang menyelenggarakan
prasarana perkeretaapian umum, Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dapat menyelenggarakan prasarana perkeretaapian.

E. Pasal 24

(1) Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian


umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki:

a. izin usaha;

b. izin pembangunan; dan

c. izin operasi.

(2) Izin usaha penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diterbitkan oleh
pemerintah.

2
(3) Izin pembangunan prasarana perkeretaapian umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diterbitkan setelah dipenuhinya
persyaratan teknis prasarana perkeretaapian.

(4) Izin operasi prasarana perkeretaapian umum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c diterbitkan setelah dipenuhinya
persyaratan kelaikan operasi prasarana perkeretaapian.

(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c
diberikan oleh :

a. Pemerintah untuk penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum


yang jaringan jalurnya melintasi batas wilayah provinsi;

b. Pemerintah provinsi untuk penyelenggaraan prasarana


perkeretaapian umum yang jaringan jalurnya melintasi batas wilayah
kabupaten/kota dalam satu provinsi

setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah; dan

c. pemerintah kabupaten/kota untuk penyelenggaraan perkeretaapian


umum yang

jaringan jalurnya dalam wilayah kabupaten/kota setelah mendapat


rekomendasi pemerintah provinsi dan persetujuan Pemerintah.

F. Pasal 25

Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b meliputi kegiatan:pengadaan sarana;

a. pengoperasian sarana;
b. perawatan sarana; dan
c. pengusahaan sarana.

3
G. Pasal 26

Pengadaan sarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25 huruf a wajib memenuhi persyaratan teknis sarana
perkeretaapian.

H. Pasal 27

Pengoperasian sarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 25 huruf b wajib memenuhi standar kelaikan operasi
sarana perkeretaapian.

I. Pasal 28
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan sarana
perkeretaapian tidak memenuhi standar kelaikan operasi sarana
perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, dikenai sanksi
administratif berupa teguran tertulis, pembekuan izin, dan pencabutan
izin operasi.

J. Pasal 29
Perawatan sarana perkeretaapian umum sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 25 huruf c wajib:

a. memenuhi standar perawatan sarana perkeretaapian; dan

b. dilakukan oleh tenaga yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi


keahlian di bidang sarana perkeretaapian.

K. Pasal 30

Pengusahaan sarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud

4
dalam Pasal 25 huruf d wajib dilakukan berdasarkan norma, standar,
dan kriteria sarana perkeretaapian.

L. Pasal 31

(1) Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 25 dilakukan oleh Badan Usaha sebagai
penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama.
(2) Dalam hal tidak ada badan usaha yang menyelenggarakan sarana
perkeretaapian umum, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat
menyelenggarakan sarana perkeretaapian.

M. Pasal 32

(1) Badan Usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian umum


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 wajib memiliki:

a. izin usaha; dan

b. izin operasi.

(2) Izin usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diterbitkan oleh
Pemerintah.

(3) Izin operasi sarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b diterbitkan oleh:

a. Pemerintah untuk pengoperasian sarana perkeretaapian umum yang


jaringan jalurnya melintasi batas wilayah provinsi dan batas wilayah
negara;

b. pemerintah provinsi untuk pengoperasian sarana perkeretaapian


umum yang jaringan jalurnya melintasi batas wilayah kabupaten/kota
dalam satu provinsi; dan c. pemerintah kabupaten/kota untuk
pengoperasian sarana perkeretaapian umum yang jaringan jalurnya

5
dalam wilayah kabupaten/kota;

N. Pasal 33

(1) Penyelenggaraan perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 ayat (2) dilakukan oleh badan usaha untuk menunjang
kegiatan pokoknya.

(2) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki:

a. izin pengadaan atau pembangunan; dan

b. izin operasi.

(3) Perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


memenuhi persyaratan teknis prasarana dan sarana perkeretaapian.

(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh :

a. Pemerintah untuk penyelenggaraan perkeretaapian khusus yang


jaringan jalurnya melintasi batas wilayah provinsi dan batas wilayah
negara;

b. pemerintah provinsi untuk penyelenggaraan perkeretaapian khusus


yang jaringan jalurnya melintasi batas wilayah kabupaten/kota dalam
satu provinsi setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah; dan

c. pemerintah kabupaten/kota untuk penyelenggaraan perkeretaapian


khusus yang jaringan jalurnya dalam wilayah kabupaten/kota setelah
mendapat rekomendasi pemerintah provinsi dan persetujuan
Pemerintah.

O. Pasal 34

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan perkeretaapian


umum dan penyelenggaraan perkeretaapian khusus diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

6
Peraturan Perundangan yang Terkait Mengenai Perlintasan Liar
Kereta Api,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007


TENTANG PERKERETAAPIAN

BAB VII

PERPOTONGAN DAN PERSINGGUNGAN JALUR KERETA API DENGAN


BANGUNAN LAIN

Pasal 91

(1) Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang.

(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta
api dan lalu lintas jalan.

Pasal 92

(1) Pembangunan jalan, jalur kereta api khusus, terusan, saluran air dan/atau prasarana
lain yang memerlukan persambungan, dan perpotongan dan/atau persinggungan
dengan jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (2) harus
dilaksanakan dengan ketentuan untuk kepentingan umum dan tidak membahayakan
keselamatan perjalanan kereta api.

(2) Pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat izin dari
pemilik prasarana perkeretaapian.

(3) Pembangunan, pengoperasian, perawatan, dan keselamatan perpotongan antara


jalur kereta api dan jalan menjadi tanggung jawab pemegang izin.

Pasal 93

Pemanfaatan tanah pada ruang milik jalur kereta api untuk perpotongan atau

7
persinggungan dikenakan biaya oleh pemilik prasarana perkeretaapian.

Pasal 94

(1) Untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai jalan, perlintasan sebidang

yang tidak mempunyai izin harus ditutup.

(2) Penutupan perlintasan sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Pasal 95

Ketentuan lebih lanjut mengenai perpotongan dan persinggungan jalur kereta api
dengan bangunan lain diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Perundangan yang Terkait Mengenai Kecelakaan Kereta


Api,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007


TENTANG PERKERETAAPIAN

1. Tanggung Jawab Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian

Pasal 87 89

2. Persyaratan Teknis dan Kelaikan Sarana Perkeretaapian

Pasal 96 97

3. Pengujian dan Pemeriksaan

Pasal 98 113

4. Perawatan Sarana Perkeretaaapian

Pasal 114 115

5. Penanganan Kecelakaan Kereta Api

Pasal 125 126

8
6. Asuransi dan Ganti Kerugian

Pasal 166 171

7. Pemeriksaan dan Penelitian Kecelakaan Kereta Api

Pasal 175 177

8. Penyidikan

Pasal 186

9. Ketentuan Pidana

Pasal 187 213

9
Bab 2
PERENCANAAN STRATEGIS PT KERETA API INDONESIA
1. Visi
Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan
pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders
2. Misi
Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya,
melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah
yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama :
keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan
Keselamatan Ketepatan Waktu

Pelayanan Kenyamanan

3. Tujuan
Melaksanakan dan mendukung kebijaksanaan dan program Pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan nasional, khususnya di bidang transportasi,
dengan menyediakan barang-jasa bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk dapat
melakukan ekspansi baik di pasar domestik maupun internasional di bidang

10
perkeretaapian, yang meliputi usaha pengangkutan orang dan barang dengan KA,
kegiatan perawatan dan pengusahaan prasarana perkeretaapian, pengusahaan bisnis
properti secara profesional, serta pengusahaan penunjang prasarana dan sarana KA
secara efektif untuk kemanfaatan umum.

Strategi PT KAI
1. Management style yang diterapkan adalah Jazz Leadership.
2. Penerapan efisiensi dan efektivitas anggaran.
3. Penetapan target pasar, positioning produk dan penentuan segmen pasar.
4. Menciptakan nilai dengan memperhatikan variabel psikografi dan variabel
perilaku.
5. Membagi segmen pasar menjadi beberapa tingkatan
6. Turnaround strategy yang berorientasi pada customer focus
4. Sasaran
1. Menjadikan kereta api sebagai alat transportasi yang handal dan dipercaya
sehingga menjadi alternatif utama untuk transportasi khususnya di Pulau
Jawa.
2. Pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan (hospitable
service) yaitu mencakup keselamatan (safety ), ketepatan waktu
(punctuality), keterjangkauan (affordability), serta kenyamanan (comfort).
5. Kebijakan
1. Pembatasan jumlah penumpang sesuai dengan jumlah tempat duduk yang
tersedia. (Keputusan Menteri Perhubungan No 8 Tahun 2001 pasal 10
ayat (1) poin c tentang batasan jumlah penumpang)
2. Sistem boarding. Calon penumpang yang diperkenankan memasuki area
peron adalah mereka yang menjadi penumpang KA yang hendak
diberangkatkan. Calon penumpang yang lain diwajibkan menunggu di
ruang tunggu atau halaman stasiun
3. Melarang para penumpang untuk merokok di atas kereta api (Instruksi
Direksi PT KAI Nomor 4/LL.006/KA-2012)
4. Pemesanan tiket bisnis dan eksekutif bisa dilakukan pada H-90,
sedangkan pemesanan tiket kereta ekonomi bisa dilakukan pada H-7
keberangkatan (Keputusan Direksi Nomor D6/26 Tanggal 2 Maret 2012)
5. Setiap penumpang harus mencantumkan identitasnya di tiket kereta api
yang dipesan (Keputusan Direksi Nomor D6/26 Tanggal 2 Maret 2012),
dan berbagai kebijakan lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
6. Program Kerja

11
1. Mengurangi tingkat keparahan / fatallity accident
2. Meningkatkan kepatuhan SDM terhadap regulasi keselamatan
3. Meningkatkan kemampuan SDM untuk melakukan identifikasi potensi bahaya
bidang safety & security
4. Memetakan potensi bahaya keselamatan dan keamanan yang ada
5. Menerapkan standard safety di lingkungan PT.KAI
6. Menerapkan procurement sesuai dengan standard safety
7. Menggunakan sistem managemen keselamatan dan keamanan yang
terintegrasi
PROGRAM KONSOLIDASI PERBAIKAN PENGEMBANGAN

Tahapan waktu Tahun ke 0 2 Tahun ke 1 4 Tahun ke 3 5

Fokus SDM Organisasional Teknologi

Tujuan Meningkatkan Memperbaiki Meningkatkan


kepatuhan, proses kerja teknologi
motivasi dan (business process)
ketrampilan

Sasaran Pokok Tidak ada PLH Tidak ada PLH Zero Accident dan
yang disebabkan yang disebabkan atau Zero fatallity
SDM oleh SDM dan accident
teknis prosedure

SDM Audit Intensifikasi Diklat Rekruitmen pegawai


kompentensi / Diklap Evaluasi prioritas tenaga
Evaluasi dan penyusunan perawatan & operasi
komposisi tenaga SOP pemeliharaan Internalisasi budaya
perawatan, operasi & ops. keselamatan sebagai
& umum Implementasi nilai bersama (shared
Penyelenggaraan budaya safety value)
diklap Sosialisasi
budaya safety
Peningkatan
inspeksi dan
pembinaan

12
Pemeliharaan Melaksanakan Safety standart dan Penerapan risk
SOP dan standart Safety management dengan
mutu Management konsisten
Sytem

Logistik Siklus pengadaan Informasi SMS SMS terintegrasi


dan mutu suku sebagai bagian dengan sistem
cadang dari pertimbangan informasi logistik
logistik

Operasional Membentuk task Perbaikan SMS sebagai bagian


force utk regulasi / SOP informasi
pengendalian Peningkatan pengendalian operasi,
keselamatan inspeksi dan Peningkatan inspeksi
operasi dan pembinaan di lintas dan pembinaan
Penerapan no-
go-item

Investasi Prioritas untuk Standartisasi Peremajaan dan


mendukung teknologi otomatisasi peralatan
program terkait dengan
keselamatan operasional kereta api

7. Kegiatan
1. melakukan pelayanan transportasi massal baik jarak dekat maupun
jarak jauh sesuai sasaran.
2. melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility
3. melakukan kegiatan pemesanan tiket untuk kereta jarak jauh dengan
pelayanan sesuai sasaran.
4. Melakukan pengecekan armada kereta api supaya bisa melanjutkan
perjalanan dengan selamat dan nyaman.
5. Melakukan sosialisasi dan pengawasan terhadap kepatuhan pada
kebijakan yang berlaku
6. Melakukan investasi atas idle cash yang ada.
7. Mengatur jalannya kereta api supaya dapat tiba dan berangkat sesuai
jadwal dan tidak saling bertabrakan baik antar kereta maupun antara
kereta dengan kendaraan lain, serta banyak kegiatan lain yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu.

13
8. Subkegiatan
1. melakukan perjalanan mengantarkan rakyat Indonesia ke stasiun tujuan
masing-masing dengan baik.
2. pengobatan gigi, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan balita
3. menerima pembayaran pemesanan tiket online, menerime penukaran
tiket.
4. Melakukan sosialisasi pemesanan tiket yang baru
5. Melakukan pengawasan pada penumpang supaya tidak merokok dan
senantiasa memiliki tiket
6. melakukan pengecekan sambungan gerbong, pengecekan lokomotif,
dan rel kereta api.
7. Senantiasa menjaga palang pintu agar menutup saat ada kereta lewat
8. Menambah palang pintu kereta api untuk jalan yang belum ada palang
pintu kereta api.

Bab 3

PERMASALAHAN PERKERETAAPIAN INDONESIA

PT Kereta Api Indonesia (KAI) sedang dalam proses perubahan kea rah yang
lebih baik. Dengan mengusung slogan Anda Prioritas Kami, PT KAI menetapkan 5
(lima) nilai utama Budaya Perusahaan. Hal ini tentunya dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas layanan PT KAI kepada para pengguna moda perkeretaapian
di Indonesia. Kelima nilai utama Budaya Perusahaan seperti tertuang dalam web site
perusahaan adalah sebagai berikut:

1. INTEGRITAS

14
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) bertindak
konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik
perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri
dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun
sulit untuk melakukannya.
2. PROFESIONAL
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki
kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan
pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan,
membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang lain.
3. KESELAMATAN
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki sifat
tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem
atau proses kerja yang mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap
terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan
terjadinya kerugian.
4. INOVASI
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) selalu menumbuh
kembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang
berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi
sehingga memberikan nilai tambah bagi stakeholder.
5. PELAYANAN PRIMA
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) akan memberikan
pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang memuaskan
dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6A
unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance
(Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability
(Tanggung jawab).
Perubahan di tubuh PT KAI sebenarnya sudah terasa. Perubahan paling
kentara adalah dari sisi pelayanan yang diberikan. Sekarang apabila ingin membeli
tiket kereta api, kita dapat memesan 90 hari sebelum perjalanan. Pemesanan pun
dapat dilakukan secara on-line. Peron di stasiun pun tidak tampak penuh sesak
seperti dahulu. PT KAI menetapkan peraturan bahwa peron hanya dapat dimasukin
oleh pemilik tiket perjalanan kereta. Larangan merokok di dalam gerbong pun kini
berlaku tidak hanya di kereta kelas eksekutif tapi hingga kereta kelas ekonomi.
Dan masih banyak lagi contoh konkrit perubahan yang terjadi di PT KAI.

15
Melihat perubahan perubahan baik di atas, bukan berarti tidak ada masalah
yang di hadapi. Mulai dari penumpang yang naik ke atap kereta, copet dalam
kereta, toilet gerbong yang baru, peron stasiun yang kotor dan masih banyak lagi.
Tapi di antara itu semua, permasalahan paling utama yang sedang di hadapi PT
KAI adalah keterlambatan kedatangan kereta api. Persoalan keterlambatan
kedatangan kereta adalah suatu yang kompleks. Faktor faktor penyebab
keterlambatan kereta antara lain, penggunaan lokomotif yang tidak andal, rel dan
jembatan yang tidak prima, sistem persinyalan yang usang, faktor alam, serta
berbagai faktor lainya. Faktor faktor non-teknis mungkin masih bisa di maklumi,
tapi apabila keterlambatan disebabkan oleh faktor teknis, PT KAI harus berubah.
Memang investasi perkeretaapian bukanlah perkara yang mudah dan murah.
Perbaikan rangkaian rel saja sudah memakan biaya yang tidak sedikit, apalagi
penambahan rangkaian rel. Tapi bukan berarti karena mahal, tidak ada investasi
yang dilakukan. Investasi tetap harus dilakukan. Indonesia butuh kereta api cepat.
Kereta Api Indonesia bukan tanpa pesaing. Perkembangan industri
penerbangan komersial adalah ancaman bagi mereka. Tiket penerbangan komersial
kini tidak jauh berbeda dengan tiket kereta api. Bahkan waktu yang di tempuh jauh
lebih cepat. Kalau saja negara tidak membangun infrastruktur bagi kereta api cepat,
bukan tidak mungkin kereta api akan ditinggalkan. Sebenarnya apabila kita
membandingkan antara perkeretaapian dan penerbangan. Kereta api memiliki nilai
nilai lebih tersendiri. Stasiun kereta api biasanya terletak di tengah kota,
sementara bandar udara pada umumnya ada di tepian kota, bahkan di luar kota.
Perjalanan udara terkesan membosankan karena tidak ada pemandangan dari balik
jendela, berbeda dengan perjalanan dengan kereta api. Perjalanan udara pun
membutuhkan serangkaian prosedur yang terkesan merepotkan, berbeda dengan
perjalanan dengan kereta api. Maka dengan segala kelebihan ini, pembangunan
infrastruktur kereta api cepat adalah sesuatu yang akan membantu PT KAI dalam
bersaing.
Permasalahan lain baik perkeretaapian Indonesia adalah permasalahan
kecelakaan kereta api. Kecelakaan kereta, apalagi yang mengakibatkan kematian,
sungguh memprihatinkan. Kualitas dan ketersediaan infrastruktur serta sarana
prasana harusnya menjadi perhatiaan utama. Harusnya sudah tidak ada lagi
perlitasan kereta yang tidak berpalang. Ataupun sudah tidak ada lagi lokomotif

16
lokomotif tua tidak layak jalan yang masih digunakan. Keamanan, kenyamanan,
dan ketepatan waktu adalah nilai nilai utama bagi kinerja PT KAI.
Permasalahan lain yang dihadapi adalah dualisme kepemimpinan
perkeretaapian Indonesia. Kementrian BUMN dan Kementrian Perhubungan sama
sama memiliki kepentingan dalam perkeretapian. Secara struktural PT KAI
adalah milik kementrian BUMN. Tetapi tata kelola perkeretaapian sendiri
dilaksanakan oleh Direktoral Jenderal Perkeretaapian di bawah Kementrian
Perhubungan. Selama ini memang tidak ada kasus besar yang ditimbulkan oleh
dualisme ini. Tapi bukan tidak mungkin suatu saat nanti timbul permasalahan
disebabkan hal ini.
Kereta api adalah moda transportasi yang paling banyak digunakan oleh
rakyat. Oleh Undang undang, PT KAI telah diberi hak untuk memonopoli.
Harusnya dengan monopoli ini, PT KAI mampu berbuat secara penuh melayani
rakyat. Jangan malah mentang mentang karena diberikan monopoli, PT KAI
bertindak semena mena pada penggunanya. Permasalahan yang kini dihadapi
harus segera di atasi, tidak bisa tidak. Jayalah perkeretaapian Indonesia.

Bab 4

Lembaga Audit Pemerintah

TIM AUDIT KINERJA

KANTOR PELAYANAN .....................

Auditee : PT KAI

Tahun Buku : 2011

Kertas Kerja Audit Dibuat Oleh : ARD

Di-review Oleh : DNL

17
PEMAHAMAN ATAS INPUT, PROSES, DAN OUTPUT ENTITAS

Input

Terdiri dari 5M:

1. Man : Pegawai, Penumpang, Masinis

2. Material : Bahan Bakar

3. Machine : Lokomotif, Gerbong, Perlintasan kereta, Stasiun

4. Money : Modal usaha dari pemerintah ataupun investor swasta

5. Methode : a. Mengutamakan keselamatan dan keamanan orang;

b. Mengutamakan pelayanan kepentingan umum;

c. Menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan;

d. Mengumumkan jadwal perjalanan kereta api dan tarif angkutan


kepada masyarakat;

e. Mematuhi jadwal keberangkatan kereta api.

Mekanisme Pelayanan

Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh PT KAI beragam. Pihak yang
dilibatkan untuk melayani masyarakat itu sendiri mulai dari pimpinan dalam
menghasilkan konsep bisnisnya sampai para teknisi yang bekerja di lapangan.
Pelayanan yang diberikan antara lain:

1. KA Penumpang

- Restorasi

- KRU KA

- Manajer On Dutty

- On Train Cleaning

18
2. Tiket Terpadu Antar Moda (TITAM) untuk Single Reservation

3. Paket Rombongan

- Rombongan

- Sewa / Carter

- KLB (Kereta Luar Biasa)

4. Paket Kereta Wisata

- Wisata Nusantara

- Wisata Bali

- Wisata Toraja

5. Reservasi Tiket,

- online

- on the spot,

- agen yang sudah ditentukan

6. KA Barang

- Angkutan Pupuk

- Angkutan Pasir

- KA Batu Bara Sumatera Selatan

- KA Batu Bara Cigading-Bekasi

- KA BBM di Sumatera, Jawa

- KA Semen di Sumatera, Jawa

- Angkutan CPO, PKO dan Lateks

- KA Peti kemas Gedebage-Tanjung Priok

19
- KA Antaboga BKE

- KA Peti kemas Tanjung Priok-Kalimas

- Angkutan KA Parcel

- Angkutan BHP

- KA Petikemas Baru

- Angkutan Pulp

- Angkutan Baja Oil

7. Pelayanan Angkutan Barang

- Fasilitas Gerbong

- Lokomotif

- Fasilitas Tambahan

Berbagai produk layanan tersebut dibagi dua, yaitu pelayanan KA Penumpang dan
KA Barang. Pelayanan tersebut melibatkan karyawan PT KAI sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh Direksi mengenai seluruh pelayanan, yaitu Instruksi
Direksi No. 16/OT.203/KA 2010. Pada tahun 2010, jumlah karyawan PT KAI yang
dibagi menjadi beberapa bagian kepegawaian sebanyak 26.938 karyawan.

Pelayanan yang diberikan oleh setiap karyawan kepada para penumpang terkait
dengan kenyamanan dan keamanan para penumpang kereta api. Calon penumpang
dapat membeli tiket keberangkatan dengan mudah, bisa dengan cara mengantri di

20
loket ataupun membeli secara online. Penumpang dapat menaiki gerbong dan tempat
duduk sesuai dengan nomor yang tertera dalam tiket dan melaju sampai tujuan.

Untuk hal keamanan, para karyawan penjaga gerbong siap sedia di dalam gerbong
demi menjaga keamanan. Selain itu, segi keamanan saat kereta api melintas melewati
jalan raya, disediakan pintu palang pembatas.

Output

- Pelayanan terbaik

- Kepuasan penumpang

- Tersedianya KA Penumpang dan KA Barang

Bab 5

1. Penetapan Area Kunci

Tujuan :

Menentukan area kunci

Langkah langkah

A. Analisis untuk menentukan area audit potensial dengan menggunakan


pendekatan faktor pemilihan pada lima tugas utama PT KAI, yaitu :
1. Pelayanan transportasi angkutan penumpang dan barang
2. Tata kelola sarana dan prasarana penunjang pelayanan jasa
3. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan perusahaan
4. Pembinaan sumber daya manusia
5. Pelaksanaan dan pengawasan sistem pengendalian internal

Faktor faktor yang perlu kami pertimbangkan dalam menentukan


pemeringkatan atas area audit potensial adalah sebagai berikut :

21
a. Risiko manajemen, yaitu risiko bahwa entitas atau area yang akan diaudit
melakukan ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan.
b. Signifikansi, yaitu signifikansi dari suatu area audit yang berkaitan dengan
tingkat besar kecilnya pengaruh kegiatan tersebut terhadap entitas secara
keseluruhan.
c. Dampak potensial dari audit kinerja, yang meliputi unsur efektifitas,
peningkatan perencanaan, pengendalian dan pengelolaan, serta
peningkatan akuntabilitas efisiensi, ekonomi dan kepentingan mutu
pelayanan. Dalam hal ini kepentinganumum dimasukkan sebagai salah
satu faktor pertimbangan dalam pembobotan karena entitas yang diaudit
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aspek kepentingan umum
berkaitan dengan aspek sosial ekonomi kegiatan dan pentingnya
pengoperasian kegiatan bagi parlemen dan publik
d. Auditabilitas, berkaitan dengan kemampuan tim audit dalam melaksanakan
audit berdasarkan standar profesional

Tim audit menggunakan matriks pembobotan untuk menyeleksi area audit


potensial dan juga area kunci dengan skor sebagai berikut :

Tinggi : Skor 30
Sedang : Skor 20
Rendah : Skor 10
B. Analisis untuk menentukan area kunci berdasarkan area dengan memerhatikan
beberapa faktor sebagai berikut :
a. Risiko manajemen, yaitu risiko manajemen atas tidak tercapainya
3E (ekonomis, efisiensi, dan efektivitas)
b. Signifikansi, yaitu menilai apakah suatu kegiatan dalam area audit
secara komparatif memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan
lainnya dalam obyek audit secara keseluruhan.
c. Dampak hasil pemeriksaan, yaitu pengaruh hasil audit terhadap
perbaikan atas area yang diaudit. Oleh karena entitas yang diaudit
adalah PT KAI, maka unsur lain yang juga harus dilihat dalam
dampak halis pemeriksaan adalah apakah kepentingan umum dapat
terlayani dengan baik dengan adanya audit ini
d. Auditabilitas, berkaitan dengan kemampuan tim audit untuk
melaksanakan audit sesuai dengan standar profesional.

Hasil

22
1. Area Audit Potensial
Dari kelima audit potensial yang ada, yaitu (1) Pelayanan transportasi angkutan
penumpang dan barang, (2) Tata kelola sarana dan prasarana penunjang
pelayanan jasa, (3) Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan perusahaan,
(4) Pembinaan sumber daya manusia,(5) Pelaksanaan dan pengawasan sistem
pengendalian internal, namun area audit yang dipilih adalah Tata kelola sarana
dan prasarana penunjang pelayanan jasa
2. Area Kunci
Satu area kunci yang akan dinilai oleh tim audiot berdasarkan hasil analitis
dalam pelaksanaan audit di lapangan yaitu area tata kelola sarana dan prasarana
penunjang pelayanan jasa

AREA AUDIT POTENSIAL

Resume Matriks Penentuan Area Audit Potensial

Faktor - Pelayanan Tata kelola Pengelolaan Pembinaan pelaksanaan


Faktor transportasi sarana dan pertanggung kualitas dan
angkutan prasarana jawaban sumber daya pengawasan
penumpang penunjang keuangan manusia pengendalian
dan barang pelayanan perusahaan internal
jasa

Risiko 30 30 10 30 20
Manajemen
Signifikansi 30 30 20 10 30
Dampak 20 30 10 20 20
Potensial
Auditabilitas 20 30 10 20 20
Total Skor 100 120 40 80 90

Simpulan
Dengan mempertimbangkan faktor risiko manajemen, signifikansi, dampak
potensial, dan auditabilitas, didapat hasil pemeringkatan area audit potensial
sebagai berikut :
1. Pelayanan transportasi angkutan penumpang dan barang (skor 100)
2. Tata kelola sarana dan prasarana penunjang pelayanan jasa (skor
120)
3. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan perusahaan (skor 40)

23
4. Pembinaan sumber daya manusia (skor 80)
5. Pelaksanaan dan pengawasan sistem pengendalian internal (skor 90)

Jadi, sesuai dengan resume matriks faktor-faktor penentuan area kunci,


area kunci pada audit kinerja ini adalah Tata kelola sarana dan prasarana
penunjang pelayanan jasa.

Bab 6

TUJUAN DAN LINGKUP AUDIT

Lembaga Audit Pemerintah

TIM AUDIT KINERJA

PT KAI

Auditee : PT KAI

Kertas Kerja Audit Tahun buku : 2012

Dibuat oleh : IZD

Di-review oleh : DNL

PENETAPAN TUJUAN DAN LINGKUP AUDIT

Tujuan

Menetapkan tujuan audit tetap (firm audit objective) dan lingkup audit.

Langkah-langkah

1. Tentukan tujuan audit tetap berdasarkan area kunci yang telah ditetapkan
sebelumnya
2. Tentukan lingkup audit dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Manfaat informasi dari tahap audit sebelumnya
b. Sesuaikan lingkup audit

24
c. Gunakan pertimbangan profesional
d. Pertimbangkan karakteristik objek audit

Hasil

1. Tujuan Audit tetap

Tim audit melihat banyak perlintasan kereta api tanpa palang pintu di
Jabodetabek adalah yang terpenting dilakukan audit karena banyaknya isu atau
keluhan masyarakat mengenai kecelakaan yang sering terjadi di area perlintasan
kereta api tanpa palang pintu. Oleh karena itu, tim audit lebih berfokus pada
efektivitas pelayanan dari PT KAI dibandingkan dengan penilaian ekonomi dan
efisiensi. Di samping itu, tim audit belum pernah melakukan kegiatan audit
kinerja PT KAI sehingga diperlukan skala prioritas dalam hal unsur 3E yang
akan dinilai maupun wilayah audit yang akan dilakukan terkait dengan faktor
biaya dan waktu.

Berdasarkan pertimbangan di atas, tim audit akan lebih berfokus pada penilaian
atas efektivitas pengelolaan pelayanan palang pintu pada perlintasan kereta api
dengan harapan bahwa audit ini akan meningkatkan mutu pelayanan bagi
masyarakat dan mengurangi kecelakaan. Dengan demikian perumusan audit
tetap :

Menilai efektivitas pengelolaan pelayanan palang pintu di Jabodetabek oleh PT


KAI pada area perlintasan kereta api

Untuk memenuhi tujuan di atas, audit akan menilai :

a. Apakah struktur organisasi dan pengelolaan palang pintu di setiap perlintasan


kereta api telah mendukung pemberian pelayanan kepada masyarakat
b. Apakah proses pelayanan telah sesuai dengan standar dan prosedur yang
ditetapkan
c. Apakah pelayanan dan penilaian kinerja PT KAI telah dikelola dan
dipertanggungjawabkan dengan baik

2. Lingkup audit

a. Tahun Anggaran yang diaudit adalah tahun 2012

25
b. Lingkup kegiatan yang diperiksa meliputi proses pengeloaan palang pintu di
setiap perlintasan kereta api di Jabodetabek
c. Lingkup kegiatan yang diuji dalam audit berdasarkan pemilihan area kunci
yag sudah dilakukan mencakup satu area kunci, yaitu area perlintasan kereta
api tanpa palang pintu
d. Lokasi audit di Jabodetabek

26

Das könnte Ihnen auch gefallen