Sie sind auf Seite 1von 43

MAKALAH

SISTEM INTEGUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKABIES

DISUSUN OLEH

KELOMPOK VIII
1. YUMNI RUMIWANG
2. AHMAD CHAERI
3. SITI HADIJAH
4. M. MAKSUM
5. ROLY YULI A.M.P.
6. M. HISBULLAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2015
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan dan
rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Integumen Dengan Diagnosa Medis
Skabies. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Sistem
Integumen. Karena makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan
dari pihak-pihak tertentu, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Agus Supinganto, Ners., M.Kes., selaku Ketua STIKES YARSI Mataram.
2. Indah Wasliah, Ners., M.Kep., Sp.Anak., selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan
STIKES YARSI Mataram.
3. Bq. Nurainun Apriani Idris, Ners., selaku dosen pembimbing akademik.
4. Maelina Aryanti, Ners., M. Kep., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Sistem
Integumen.
5. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis membuat makalah ini dengan seringkas-ringkasnya dan bahasa
yang jelas agar mudah dipahami. Karena penulis menyadari keterbatasan yang
penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar
pembuatan makalah penulis yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................ii

2
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................3
1.3 Tujuan ................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit ......................................................................4
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ................................................32
BAB 3 PENUTUP ......................................................................................41
3.1 Simpulan ..........................................................................................41
3.2 Saran ................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skabies merupakan penyakit kulit menular akibat infestasi tungau
Sarcoptes scabiei var hominis (S. scabiei) yang membentuk terowongan pada
lapisan stratum korneum dan stratum granulosum pejamu. S. scabiei termasuk
parasit obligat pada manusia. Skabies menjadi masalah yang umum di dunia,
mengenai hampir semua golongan usia, ras, dan kelompok sosial ekonomi.
Kelompok sosial ekonomi rendah lebih rentan terkena penyakit ini (Stone et
al., 2008).
Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terkena
skabies. Prevalensi cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan terutama di
daerah yang padat penduduk. Skabies mengenai semua kelas sosial ekonomi,
perempuan dan anak-anak mengalami prevalensi lebih tinggi. Prevalensi
meningkat di daerah perkotaan dan padat penduduk. Pada musim dingin
prevalensi juga cenderung lebih meningkat dibandingkan musim panas (Stone
et al., 2008). Di Brazil Amerika Selatan prevalensi skabies mencapai 18 %
(Strina et al., 2013), di Benin Afrika Barat 28,33 % (Salifou et al., 2013), di
kota Enugu Nigeria 13,55 % (Emodi et al., 2013), di Pulau Pinang Malaysia
31 % (Zayyid et al., 2013).
Di indonesia prevalensi skabies masih cukup tinggi. Menurut
Departemen Kesehatan RI 2008 prevalensi skabies di Indonesia sebesar 5,60-
12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit.
Tiyakusuma dalam penelitiannya di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta,
menemukan prevalensi skabies 56,67 % pada tahun 2010.
Skabies merupakan penyakit kulit yang bersifat global. Prevalensi
skabies meningkat dan memberat pada negara tropis, yaitu sekitar 10 % dan
hampir 50 % mengenai anak-anak. Skabies dapat muncul endemik pada anak
usia sekolah, dan kejadiannya sangat sering di daerah pedesaan terutama di
negara berkembang, pasien lanjut usia yang dirawat di rumah, pasien dengan
HIV/AIDS, dan pasien yang mengkonsumsi obat imunosupresan akan

1
mengalami faktor risiko yang lebih besar untuk mengalami skabies (Marks
and Miller, 2006).
Selain manifestasi klinik yang khas, skabies dapat menunjukkan
manifestasi klinis yang klasik atau dapat menyerupai penyakit lain seperti
pioderma, dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan eksema dishidrotik.
Berbagai manifestasi klinis yang bervariasi sering menyebabkan kesalahan
dalam mendiagnosis penyakit ini. Hal ini dapat mengakibatkan
penatalaksanaan yang tidak adekuat sehingga terjadi peningkatan risiko
penularan bahkan menjadi wabah yang dapat mengganggu aktivitas dan
menambah biaya untuk pengobatan penyakit ini (Stone et al., 2008).
Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau tidak
langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies dapat mewabah
pada daerah padat penduduk seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan,
panti jompo, dan sekolah asrama (Stone et al., 2008). Penyebab skabies antara
lain disebabkan oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan yang buruk
seperti mandi, pemakaian handuk, mengganti pakaian dan melakukan
hubungan seksual. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan di tempat seperti
asrama, panti asuhan, penjara, pondok pesantren yang kurang terjaga personal
hygienenya. Terdapat banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit
skabies antara lain turunnya imunitas tubuh akibat HIV, sosial ekonomi yang
rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas
(Murtiastutik, 2009).
Hygiene atau biasanya disebut juga dengan kebersihan adalah upaya
untuk memelihara hidup sehat yang meliputi personal hygiene, kehidupan
bermasyarakat dan kebersihan bekerja. Kebersihan merupakan suatu perilaku
yang diajarkan dalam kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan agar terjaga
kesehatannya. Personal hygiene atau kebersihan pribadi merupakan perawatan
diri sendri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis. Personal hygiene ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya budaya, nilai sosial individu atau keluarga, pengetahuan dan
persepsi mengenai personal hygiene (Alimul, 2009). Penelitian Luthfiatun

2
(2011) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara personal hygiene
dengan kejadian skabies. Personal hygiene yang buruk dapat meningkatkan
kejadian skabies.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk membahas lebih
luas mengenai Asuhan Keperawatan Pada Gangguan System Integument
Dengan Diagnose Medis Scabies.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan scabies?
2. Apa penyebab, gambaran klinis, penatalaksanaan, dan pencegahan
scabies?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan scabies?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah yaitu Sistem Integumen dan
mendiskripsikan secara singkat mengenai penyakit scabies.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksut dengan scabies.
b. Untuk mendiskripsikan terkait penyebab, gambaran klinis,
penatalaksaan dan pencegahan dari scabies.
c. Untuk mendiskripsikan mengenai konsep asuhan keperawatan pada
klien dengan scabies.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

3
2.1.1 Definisi
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit,
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite)
Sarcoptes scabiei (Buchart, 2008). Faktor yang berperan dalam
penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene
perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak bersih, perilaku yang
tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk. Faktor
yang paling dominan adalah kemiskinan dan hygiene perorangan
yang jelek dan kurang memadai.
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan
produknya. Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch,
Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit
ampera (Harahap, 2008).
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit
kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
Scabiei Var. Hominis dan produknya (Mansjoer, 2000).
Scabies ialah penyakit yang disebabkan zoonosis yang
menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum
Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamily Sarcoptes.
Pada manusia oleh Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi oleh
Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var.
Caprae, pada biri-biri oleh Sarcoptes Scabiei Var. Ovis (Sacharin,
2001).
Jadi, scabies merupakan penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh parasit Sarcoptes Scabiei dan didukung oleh factor
kemiskinan dan hygiene yang buruk. Dimana penyakit ini dapat
ditularkan dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan atau
sebaliknya.
2.1.2 Etiologi

4
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes
scabei varian hominis. Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda,
kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia
disebut Sarcoptes scabiei var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei
yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transien,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina
berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk
dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang longlegs di depan sebagai
alat-alat untuk melekat dan 2 pasang longlegs kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan
longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan
alat perekat.
Siklus hidup tungau ini yaitu setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih
dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40
atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam
waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk
ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang
akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah
meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.

5
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama
lebih kurang 7-14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi,
karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat
terserang penyakit skabies ini.

2.1.3 Anatomi Fisiologi Kulit


1. Anatomi Kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari),
dermis (kulit jangat atau korium) dan lapisan
subkutan/hypodermis.
a. Epidermis
Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar.
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan
memiliki tebal yang berbeda-beda : 400-600 m untuk kulit
tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 m
untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki
rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas
lapisan:
1) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui
proses melanogenesis.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar
epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan
melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon
hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit
(melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit
merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat
dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap

6
warnanya.. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya
ultraviolet dengan demikian akan melindungi seseorang
terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar
matahari yang berbahaya.
2) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag
turunan sumsum tulang, yang merangsang sel Limfosit T,
mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen
kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans
berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang
disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel
Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme
yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan
imun. Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab
mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan
dengan saraf-sarah simpatis , yang mengisyaratkan adanya
hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat
memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan
rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel
Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
3) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai
mekanoreseptor sensoris dan berhubungan fungsi dengan
sistem neuroendokrin difus.
4) Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar
hingga paling dalam sebagai berikut:
a) Stratum Korneum /lapisan tanduk, terdiri atas 15-20
lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun
tidak teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya
lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.
b) Stratum Lucidum tidak jelas terlihat dan bila terlihat
berupa lapisan tipis yang homogen, terang jernih, inti

7
dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari
protein eleidin. Selnya pipih, bedanya dengan stratum
granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih
sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat
pada telapak tangan dan telapak kaki
c) Stratum Granulosum/ lapisan keratohialin, terdiri
atas 2-4 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul keratohialin. Pada membran sel
terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi
perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring
selektif terhadap masuknya materi asing, serta
menyediakan efek pelindung pada kulit.
d) Stratum Spinosum/ stratum malphigi / pickle cell
layer, tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum
basale. Sel pada lapisan ini berbentuk polihedris
dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop
tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti
duri yang disebut spina dan terlihat saling
berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril sebagai
intercellular bridge.Sel-sel spinosum saling terikat
dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk
mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan
melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel
spinosum ini banyak terdapat di daerah yang
berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan
paling bawah padaKet
epidermis
: (berbatasan dengan
dermis), tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal ,
A: Melanosit
berbentuk silindrisB:
dan dalam
Sel sitoplasmanya terdapat
Langerhans
melanin. Pada lapisan basal
C: Sel ini terdapat sel-sel
Merkel
mitosis. D:Nervanda
Stratum Korneum
Stratum Lucidum
Stratum Granulosum
Stratum Spinosum 8

Basal membran
Gambar : struktur epidermis
b. Dermis
Lapisan yang mempunyai ketebalan 4kali lipat dari
lapisan epidermis (kira-kira 0.25-2.55mm ketebalannya)
tersusun dari jaringan penghubung dan penyokong lapisan
epidermis dan mengikatkannya pada lapisan dalam
hipodermis. Lapisan ini terbagi atas :

1) Lapisan papilari
Merupakan lapisan tipis dan terdiri dari jaringan
penghubung yang longgar menghubungkan lapisan
epidermis kelapisan subcutis, banyak terdapat sel mast dan
sel makrofag yang diperlukan untuk menghancurkan
mikroorganisme yang menembus lapisan dermis. Di lapisan
ini juga terdapat sejumlah kecil elastin dan kolagen.
Lapisan ini berbentuk gelombang yang terjulur kelapisan
epidermis untuk memudahkan kiriman nutrisi kelapisan
epidermis yang tidak mempunyai pembuluh darah.
2) Lapisan Retikular
Merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan
penghubung padat dengan susunan yang tidak merata,
disebut lapisan retikular karena banyak terdapat serat
elastin dan kolagen yang sangat tebal dan saling berangkai
satu sama lain menyerupai jaring-jaring. Dengan adanya
serat elastin dan kolagen akan membuat kulit menjadi kuat,

9
utuh kenyal dan meregang dengan baik. Komponen dari
lapisan ini berisi banyak struktur khusus yang
melaksanakan fungsi kulit. Terdiri dari :
a) Kelenjar sebaceous/sebasea (kelenjar lemak)
Menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam
lemak atau trigliserida bertujuan untuk melumasi
permukaan kulit dikeluarkan melalui folikel rambut
yang mengandung banyak lipid. pada orang yang jenis
kulit berminyak maka sel kelenjar sebaseanya lebih
aktif memproduksi minyak, dan bila lapisan kulitnya
tertutup oleh kotoran,debu atau kosmetik menyebabkan
sumbatan kelenjar sehingga terjadi pembengkakan.
Pada gambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang
berwarna kuning dan disebelah kanannya terdapat
kelenjar keringat)

Gambar :kelenjar sebasea


b) Eccrine sweat glands atau kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun
sekitar 400 mL air dapat keluar dengan cara menguap
melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang
bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL
keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif
jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air
dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua
molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak

10
dan urea. Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu
kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat
merokrin.
Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah
aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada usia
pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan
bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja
ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon
sehingga sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling
kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar
keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat
apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut
lalu ke permukaan luar.
Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat
di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya
mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan
sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0
6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan,
mengekskresikan air dan elektrolit serta
melindungi dari agen asing dengan cara
mempersulit perlekatan agen asing dan
menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil
dengan sifat antibiotik.

gambar: kelenjar keringat


c) Pembuluh darah

11
Dilapisan dermis sangat kaya dengan pembuluh
darah yang memberi nutrisi penting untuk kulit, baik
vitamin, oksigen maupun zat-zat penting lainnya untuk
metabolisme sel kulit, selain itu pembuluh darah juga
bertugas mengatur suhu tubuh melalui mekanisme
proses pelebaran atau dilatasi pembuluh darah.
Aliran darah untuk kulit berasal dari subkutan
tepat di bawah dermis. Arteri membentuk anyaman
yang disebut retecutaneum yaitu anyaman pembuluh
darah di jaringan subkutan, tepat di bawah dermis.
Cabang-cabang berjalan ke superficial dan ke dalam.
Fungsi vaskularisasi yang ke dalam ini adalah untuk
memelihara jaringan lemak dan folikel rambut.Cabang
yang menembus stratum reticulare, memberi cabang ke
folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.
Pada perbatasan Str. Reticullare Str. Papilare
membentuk anyaman ke 2 yang disebut Rete Sub
Papillare berupa pembuluh darah yang lebih kecil.
Arteriole-arteriole dari rete sub papillare berjalan ke
arah epidermis dan berubah menjadi anyaman kapiler
(capilary beds). Pembuluh kapiler ini terdapat pada
tepat di bawah epidermis, sekitar matrik folikel rambut,
papila folikel rambut, sekitar kelenjar keringat dan
sebasea. Selain itu di bagian superfisial di stratum
retikulare terdapat anyaman pembuluh darah yang
disebut pleksus papilaris. Pada keadaan temperatur
udara lebih rendah dari tubuh maka kapiler venulae di
stratum papilare dan subpapilare menyempit sehingga
temperatur tubuh tidak banyak yang hilang. Bila udara
panas kelenjar keringat aktif memproduksi keringat
kapiler dan venulae dilatasi penguapan keringat.
d) Serat elastin dan kolagen

12
Semua bagian pada kulit harus diikat menjadi
satu, dan pekerjaan ini dilakukan oleh sejenis protein
yang ulet yang dinamakan kolagen. Kolagen merupakan
komponen jaringan ikat yang utama dan dapat
ditemukan pada berbagai jenis jaringan serta bagian
tubuh yang harus diikat menjadi satu. Protein ini
dihasilkan oleh sel-sel dalam jaringan ikat yang
dinamakan fibroblast. Kolagen diproduksi dalam bentuk
serabut yang menyusun dirinya dengan berbagai cara
untuk memenuhi berbagai fungsi yang spesifik. Pada
kulit serabut kolagen tersusun dengan pola rata yang
saling menyilang.
Kolagen bekerja bersama serabut protein
lainnya yang dinamakan elastin yang memberikan
elastisitas pada kulit. Kedua tipe serabut ini secara
bersama-sama menentukan derajat kelenturan dan tonus
pada kulit. Perbedaan serat Elastin dan kolagen, adalah
serat elastin yang membuat kulit menjadi elastin dan
lentur sementara kolagen yang memperkuat jaring-
jaring serat tersebut. Serat elastin dan kolagen itu
sendiri akan berkurang produksinya karena penuaan
sehingga kulit mengalami kehilangan kekencangan dan
elastisitas kulit.
e) Syaraf nyeri dan reseptor sentuh
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-
cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri dari
saraf-saraf motorik dan saraf sensorik. Ujung saraf
motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang
terdapat pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna
untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau
kulit. Pada kulit ujung-ujung, saraf sensorik ini

13
membentuk bermacam-macam kegiatan untuk
menerima rangsangan.
c. Subkutan
Jaringan Subkutan atau hipodermis merupakan lapisan
kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan
adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang. Banyak mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat
gulungan kelenjar keringat dan dasar dari folikel rambut.
Jaringan ini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur
tubuh dan penyekatan panas tubuh. Lemak atau gajih akan
bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin seseorang, dan
secara parsial menyebabkan perbedaan bentuk tubuh laki-laki
dengan perempuan. Makan yang berlebihan akan
meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringan
subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor
penting dalam pengaturan suhu tubuh. Tidak seperti epidermis
dan dermis, batas dermis dengan lapisan ini tidak jelas.
Pada bagian yang banyak bergerak jaringan hipodermis
kurang, pada bagian yan melapisi otot atau tulang mengandung
anyaman serabut yang kuat. Pada area tertentu yng berfungsi
sebagai bantalan (payudara dan tumit) terdapat lapisan sel-sel
lemak yang tipis. Distribusi lemak pada lapisan ini banyak
berperan dalam pembentukan bentuk tubuh terutama pada
wanita.

gambar : struktur kulit


2. Skin Appendages / Adnexa / Struktur Asesoris Kulit
Skin Appendages/adnexa kulit merupakan struktur
tambahan kulit. Derivat kulit berasal dari epidermis, terdiri dari

14
kelenjar sudorifera, kelompok sebasea, rambut dan folikel rambut
serta kuku. Nama lainnya appendages kulit / adneksa kulit /
struktur tambahan kulit.
a. Rambut dan folikel rambut
Rambut terdiri dari batang yang trletak diatas
permukaan kulit dan akar rambut yang terletak di dalam kulit.
Folikel rambut merupakan jaringan yang meliputi akar rambut.
Rambut terdiri dari medula yang terdiri dari keratin lunak dan
kortex serta kutikula yang terdiri dari keratin keras.
1) Medula merupakan bagian tengah rambut, terdiri dari sel-
sel yang mengalami keratinisasi. Sel-selnya terpisah satu
sama lain, dan antara sel-sel kadang-kadang terdapat udara /
cairan. Bagian ini tak terdapat pada rambut tipis / halus.
2) Kortex merupakan bagian terbesar dari rambut, terdiri dari
sel-sel berbentuk runcing, yang mengalami keratinisasi dan
banyak mengandung pigmen.
3) Kutikula merupakan membran tipis, terdiri dari sel-sel
pipih/gepeng yang mengalami keratinisasi, transparan.
Secara mikroskopis tersusun seperti genting, terdiri dari 1-3
lapis sel-sel yang sebagian mengalami keratinisasi.
Folikel rambut terdiri dari kompnen dermis dan
epidermis. Pada dasarnya folikel rambut bagian dermis terlihat
menonjol, disebut papila yang terdiri dari : jaringan ikat,
pembuluh darah dan sel-sel saraf. Bagian luar papila diliputi
sel-sel epitel yang disebut germinal matri, dan ujung folikel
rambut tampak membesar. Sel-sel germinal matrik (puncak
papila) berproliferasi membentuk rambut yang dapat tumbuh
terus. Bagian sentral Germinal Matrik (puncak papila)
membentuk bagian medula rambut dan kortex. Bagian perifer
membentuk selubung akar rambut yaitu selubung akar dalam
dan selubung akar luar.
Selubung akar dalam hanya pada bagian bawah folikel,
terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan kutikula, merupakan lapisan
dalam, dekat kutikula dari kortek rambut terdiri dari sel-sel
pipih. Lapisan Husley, merupakan lapisan tengah dan Lapisan

15
Henle, yaitu lapisan luar, terdiri dari 1 lapis sel yang
seluruhnya mengalami keratinisasi. Sel-sel selubung akar
dalam mempunyai keratohialin yang bersifat asidofil dan
disebut granula trichohyalin, yang dengan H.E. tampak
kemerahan.
Selubung akar luar terletak pada dasar folikel, lanjutan
dari Germinal Matrix, hanya terdiri dari 1 lapis sel-sel sesuai
stratum basale epidermis. Lebih ke atas, sel-sel terdiri dari
beberapa lapis, sesuai lapisan epidermis. Selubung Jaringan
Ikat merupakan dermis yang langsung berhubungan /
menyelubungi folikel rambut. Dipisahkan dari selubung akar
luar oleh membran basales. Musculus Erector Pili merupakan
otot polos yang melekat pada pertengahan selubung jaringan
ikat, ujung lainnya berakhir pada stratum papillare dermis,
dengan arah miring ke atas. Kontraksi otot ini menyebabkan :
rambut berdiri tegak, kulit melekuk, dan sekret kelenjar
sebasea keluar. Inervasinya berasal dari serabut saraf simpatis.
Warna rambut tergantung kualitas dan kuantitas
pigmen korteks. Bila sedikit / kurang tampak putih. Campuran
rambut putih dan berpigmen, tampak abu-abu (uban). Rambut
coklat atau hitam disebabkan oleh adanya melanin. Melanosit
terdapat pada matrix folikel rambut, yang dapat mengalami
mitosis. Melanosit kemudian akan terdorong ke atas.

gambar : struktur rambut


b. Kuku
Kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku,
epidermis yang tepat di bawahnya menjadi dasar kuku yang
berbentuk U bila dilihat dari atas dan diapit oleh lipatan kulit

16
yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri dari sisik
epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas. Badan
kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena
ada pembuluh kapiler darah di dalam dasar kuku.
Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke
permukaan lempeng kuku sebgai epikondrium atau kutikula.
Kuku tumbuh dari akarnya yang terletak di bawah lapisan tipis
kulit yang dinamakan kutikula. Pertumbuhan kuku
berlangsung sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata
0,1 mm/hari. Pembaruan total kuku jaringan tangan
memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan kaki sekitar 12
18 bulan. Bagian dari kuku, terdiri dari, ujung kuku atas
ujung batas, badan kuku yang merupakan bagian yang besar.
dan akar kuku (radik).

gambar struktur kuku


3. Warna Kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih
mulus, kuning, coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit
mempunyai keunikan tersendiri yang jika dirawat dengan baik
dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama
ditentukan oleh :
a. Oxyhemoglobin yang berwarna merah
b. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan
c. Melanin yang berwarna coklat
d. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada
kulit, serta
e. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih
kekuningan atau keabu-abuan.

17
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang
paling menentukan warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya
pigmen melanin di dalam kulit ditentukan oleh faktor-faktor ras,
individu, dan lingkungan. Melanin dibuat dari tirosin sejenis asam
amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir
melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya
enzim tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin
berlangsung lebih lancar pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah
sinar ultra violet. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen
melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai
golongan ras atau bangsa di dunia. Proses pembentukan pigmen
melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan
oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal
keratinosit di dalam lapisan benih.
4. Fisiologi Sistem Integumen
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga
homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan
menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
a. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara
sebagai yaitu berikut:
1) Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan),
panas, dan zat kimia. Keratin merupakan struktur yang
keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
2) Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari
permukaan kulit dan dehidrasi; selain itu juga mencegah
masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui
kulit.
3) Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah
kulit dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat
bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan
kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi

18
keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan kadar
pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
4) Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang
berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit
melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya.
Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar
matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan
baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan.
5) Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang
protektif. Yang pertama adalah sel Langerhans, yang
merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian
ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba
yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.
b. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap
material larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan
tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit
terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu
beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4,
dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak,
seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan
melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan
absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan
dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara
saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
c. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan
perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat
d. Fungsi persepsi

19
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di
dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan
oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap
dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di
dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap
tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-
saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang
erotik.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan
menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat
suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah
banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi)
sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya,
pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit
keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi)
sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.
f. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi
prekursor 7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar
ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang
aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam
mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke
dalam pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu memproduksi
vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh
secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik
masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula
mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah,
kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
2.1.4 Klasifikasi Skabies

20
1. Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar
ditemukan.
2. Skabies Incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi
tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi.
Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak
biasa, distribusi atipik, lesi luas.
3. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang
gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada
genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai
reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang
berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.

Scabies Nodular

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.


Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan
ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat
terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi
biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak atau
memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan
lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah.
Kelainan ini bersifat sementara (48 minggu) dan dapat sembuh

21
sendiri karena S. Scabiei Var. binatang tidak dapat melanjutkan
siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia (Krustosa)
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi
yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis
yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut,
telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal
pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini
sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi
imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi
proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan
sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka (Harahap.
M, 2000).

Scabies pada bayi dan anak


7. Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa
harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya
terbatas (Harahap. M, 2000).
2.1.5 Manifestasi Klinik
1. Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat
terhadap kutu atau butiran fesesnya.
2. Terbentuk terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau
bergelombang, berwarna coklat atau hitam dan menyerupai

22
benang, yang terlihat terutama diantara jari-jari tangan serta pada
pergelangan tangan.
3. Gatal-gatal pada malam hari (gejala klasik) yang disebabkan
karena peningkatan kehangatan kulit yang menimbulkan efek
stimulasi terhadap parasit tersebut.
4. Lesi sekunder sering di jumpai dan mencakup vesikel, papula,
ekskoriasi serta kusta.
5. Superinfeksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari
terowongan dan papula.
6. Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir
kaki, ujung-ujung sendi siku, daerah sekitar putting susu, lipatan
aksila, di bawah payudara yang menggantung, dan pada atau di
dekat lipatan paha atau gluteus, penis atau skrotum.
7. Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat pada
daerah-daerah kulit di sekitarnya.
8. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
9. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya
mengenai seluruh anggota keluarga.
10. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung menjadi pimorfi
(pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia
eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan
kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala
dan wajah.
11. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
12. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya
sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika
penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan
furunkulosis.

23
2.1.6 Patofisiologi
1. Infestasi dimulai saat tungau betina yang telah dibuahi tiba di
permukaan kulit. Dalam waktu satu jam, tungau tersebut akan
mulai menggali terowongan. Setelah tiga puluh hari,
terowongan yang awalnya hanya beberapa millimeter
bertambah panjang menjadi beberapa centimeter. Meskipun
begitu, terowongan ini hanya terdapat di stratum korneum dan
tidak akan menembus lapisan kulit di bawah epidermis.
Terowongan ini dibuat untuk menyimpan telur- telur tungau,
kadang- kadang juga ditemukan skibala di dalamnya. Tungau
dan produk- produknya inilah yang berperan sebagai iritan
yang akan merangsang sistem imun tubuh untuk mengerahkan
komponen- komponennya (Habif, 2003).
2. Dalam beberapa hari pertama, antibodi dan sel sistem imun
spesifik lainnya belum memberikan respon. Namun, terjadi
perlawanan dari tubuh oleh sistem imun non spesifik yang
disebut inflamasi. Tanda dari terjadinya inflamasi ini antara
lain timbulnya kemerahan pada kulit, panas, nyeri dan
bengkak. Hal ini disebabkan karena peningkatan persediaan
darah ke tempat inflamasi yang terjadi atas pengaruh amin
vasoaktif seperti histamine, triptamin dan mediator lainnya
yang berasal dari sel mastosit. Mediator- mediator inflamasi
itu juga menyebabkan rasa gatal di kulit. Molekul- molekul
seperti prostaglandin dan kinin juga ikut meningkatkan
permeabilitas dan mengalirkan plasma dan protein plasma
melintasi endotel yang menimbulkan kemerahan dan panas
(Baratawidjaja, 2007).
3. Faktor kemotaktik yang diproduksi seperti C5a, histamine,
leukotrien akan menarik fagosit. Peningkatan permeabilitas
vaskuler memudahkan neutrofil dan monosit memasuki jaringan
tersebut. Neutrofil datang terlebih dahulu untuk
menghancurkan/menyingkirkan antigen. Meskipun biasanya
berhasil, tetapim beberapa sel akan mati dan mengeluarkan

24
isinya yang juga akan merusak jaringan sehingga menimbulkan
proses inflamasi. Sel mononuklear datang untuk menyingkirkan
debris dan merangsang penyembuhan (Baratawidjaja, 2007).
4. Bila proses inflamasi yang diperankan oleh pertahanan non
spesifik belum dapat mengatasi infestasi tungau dan produknya
tersebut, maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme
pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang
diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan
komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan
komplemen (Kresno, 2007).
5. Antigen akan berikatan dengan imunoglobulin permukaan sel
B dan dengan bantuan sel Th, kemudian akan terjadi aktivasi
enzim dalam sel B sedemikian rupa hingga terjadilah
transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel
plasma yang mensekresi antibodi dan membentuk sel B
memori. Antibodi yang disekresi dapat menetralkan antigen
sehingga infektivitasnya hilang, atau berikatan dengan antigen
sehingga lebih mudah difagosit oleh makrofag dalam proses
yang dinamakan opsonisasi. Kadang fagositosis dapat pula
dibantu dengan melibatkan komplemen yang akan berikatan
dengan bagian Fc antibodi sehingga adhesi kompleks antigen-
antibodi pada sel makrofag lebih erat, dan terjadi endositosis
serta penghancuran antigen oleh makrofag. Adhesi kompleks
antigen -antibodi komplemen dapat lebih erat karena makrofag
selain mempunyai reseptor Fc juga mempunyai reseptor C3b
yang merupakan hasil aktivasi komplemen. Selain itu, ikatan
antibodi dengan antigen juga mempermudah lisis oleh sel Tc
yang mempunyai reseptor Fc pada permukaannya. Peristiwa
ini disebut antibody-dependent cellular mediated cytotoxicity
(ADCC). Lisis antigen dapat pula terjadi karena aktivasi
komplemen. Komplemen berikatan dengan bagian Fc antibodi
sehingga terjadi aktivasi komplemen yang menyebabkan
terjadinya lisis antigen (Kresno, 2007).

25
6. Hasil akhir aktivasi sel B adalah eliminasi antigen dan
pembentukan sel memori yang kelak bila terpapar lagi dengan
antigen serupa akan cepat berproliferasi dan berdiferensiasi.
Walaupun sel plasma yang terbentuk tidak berumur panjang,
kadar antibodi spesifik yang cukup tinggi akan mencapai kadar
protektif yang berlangsung dalam waktu cukup lama. Hal ini
disebabkan karena adanya antigen yang tersimpan dalam sel
dendrit dalam kelenjar limfe yang akan dipresentasikan pada
sel memori sewaktu-waktu di kemudian hari (Kresno, 2007).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat
terlihat papul atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan
diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan
mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari
kemudian buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan
mikroskop cahaya
4. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE
(Mansjoer, 2000).
2.1.8 Diagnosis
Menurut Handoko, 2007, diagnosis ditegakkan jika terdapat
setidaknya dua dari empat tanda kardinal skabies yaitu:
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang
disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok.
3. Adanya terowongan pada tempat- tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu- abuan, berbentuk lurus atau
berkelok, rata- rata panjang 1 cm, dan pada ujung terowongan
itu ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya adalah
tempat- tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti jari-

26
jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, umbilikus,
genetalia pria dan perut bagian bawah.
4. Menemukan tungau. Untuk menemukan tungau atau
terowongan, dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Kerokan kulit
Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan utuh
ditetesi minyak mineral/ KOH, kemudian dikerok dengan
scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan.
Hasil kerokan diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan
lensa mantap, lalu diperiksa di bawah mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum
Jarum ditusukkan pada terowongan di bagian yang
gelap dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang
ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
c. Epidermal shave biopsy
Papul atau terowongan yang dicurigai diangkat
dengan ibu jari dan telunjuk lalu diiris dengan scalpel no.
15 sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat
superfisial sehingga perdarahan tidak terjadi dan tidak perlu
anestesi.
d. Burrow ink test
Papul skabies dilapisi tinta cina dengan
menggunakan pena lalu dibiarkan selama dua menit
kemudian dihapus dengan alkohol. Tes dinyatakan positif
bila tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk
gambaran khas berupa garis zig- zag.
e. Swab kulit
Kulit dibersihkan dengan eter lalu dilekatkan selotip
dan diangkat dengan cepat. Selotip dilekatkan pada gelas
obyek kemudian diperiksa dengan mikroskop.
f. Uji tetrasiklin
Tetrasiklin dioleskan pada daerah yang dicurigai ada
terowongan, kemudian dibersihkan dan diperiksa dengan
lampu Wood. Tetrasiklin dalam terowongan akan
menunjukkan fluoresesnsi (Sungkar, 2000).

27
2.1.9 Penatalaksaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium
tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor,
tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya
murah.
Jenis obat topical :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5%
dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah
pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim
atau losion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil
karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup
sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu
kemudian.
4. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai
antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan
uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan
selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman
arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki
toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin)
akibat garukan.
2.1.10 Komplikasi

28
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan,
dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk
impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri
pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan
komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena
penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi
awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
1. Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi
pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna
merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal.Urtikaria dapat
berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut
umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan
mungkin muncul di bagian kulit lain.
2. Infeksi sekunder
3. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut
(folikel). Pada kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan
dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus
kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk
keropeng.
4. Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh
folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya.Paling sering
ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan bokong.Akan
terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau
pada jari-jari tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras
bewarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan
berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning
(membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan
nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
5. Infiltrat
6. Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit
yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa

29
kanak-kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak
tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian
punggung dan merasakan gatal terutama pada malam hari.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan
kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal
yang sangat hebat.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah masuk Rumah Sakit karena alergi
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit
seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk
membrane mukosa, kulit kepala dan kuku. Prosedur Utama :
Inpeksi dan palpasi
a. Memerlukan ruangan yang terang dan hangat
b. Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi
c. Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti
dengan benar
d. Sarunga tangan harus selalu dipakai ketika melakkan
pemeriksaan kulit
Tampilan umum dikaji :
a. Warna g. Vaskularitas
b. Suhu h. Mobilitas
c. Kelembaban i. Kondisi kuku
d. Kekeringan
dan rambut
e. Tekstur kulit
j. Turgor kulit
(kasar atau k. Edema
l. Elastisitas
halus)
f. Lesi kulit

30
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi Terhadap Kesehatan
m. Apabila sakit, klien biasa membeliobat di
tko obat terdeat atau apabila tidak terjadi perubahan pasien
memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola Aktivitas Latihan
n. Aktivitas latihan selama sakit
c. Pola Istirahat Tidur
o. Pada pasien scabies terjadi gangguan pola
tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d. Pola Nutrisi Metabolik
p. Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola Eliminasi
q. Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi
lembek, warna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari,
dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola Kognitif Perseptual
r. Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara
jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g. Pola Peran Hubungan
s.
h. Pola Konep Diri
t. Meliputi harga diri, identitas diri, ideal diri,
gambaran diri dan peran diri.
i. Pola Seksual Reproduksi
u. Pada klien scabies mengalami gangguan
pada seksual reproduksinya.
j. Pola Koping
1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien
selalu merasa gatal, dan pasien menjadi malas untuk
bekerja.
2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi perubahan yang
terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Takut terhadap kekerasan : tidak
4) Pandangan terhadap masa depan klien optimis untuk
sembuh
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan
prosedur invasif
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
2.2.3 Intervensi Keperawatan
v. w. Tujuan/ x. Intervensi y. Rasional
No Kriteria Hasil
.
Dx
z. aa. Setelah 1. Kaji TTV 1. Mengetahui adanya
1 dilakukan tindakan ad. perubahan pada
asuhan keperawatan ae. system tubuh akibat
diharapkan nyeri af. infeksi.
2. Mengetahui dimana
klien dapat teratasi ag.
ab. Kriteria Hasil letak nyeri yang
2. Kaji intensitas nyeri,
: dirasakan klien dan
karakteristik dan catat
1. Nyeri terkontrol
seberapa besar
2. Gatal mulai lokasinya.
tingkat nyeri yang
hilang ah.
3. Puss hilang dirasakannya.
ai.
4. Kulit tidak 3. Agar tidak terjadi
aj.
memerah lesi atau luka pada
ac. 3. Berikan perawatan kulit
daerah kulit yang di
sesering mungkin.
serang oleh kuman.
ak.
4. Membantu
al.
4. Kolaborasi dengan dokter mengurangi rasa
pemberi analgesic. nyeri yang
dirasakan oleh
klien.
am. an. Setelah 1. Kaji tidur klien. 1. Mengetahui apakah
2 dilakukan tindakan aq. kebutuhan tidur klien
asuhan keperawatan
ar. terpenuhi.
diharapkan tidur 2. Untuk memenuhi
2. Klien tidak sering terbangun
klien tidak terganggu kebutuhan istirahat
ao. Kriteria Hasil pada malam hari.
: as. tidurnya.
3. Ciptakan suasana yang membuat 3. Agar klien bisa
1. Klien tidak
bengkak lagi klien merasa nyaman misal istirahat dengan
2. Klien tidak tempat tidur yang bersih dan
tenang.
sering terbangun rapi. at.
dimalam hari
3. Klien tidak pucat
ap.
au. av. Setelah 1. Kaji makna kehilangan pada 1. Episode traumatic
3 dilakukan tindakan pasien/orang terdekat. mengaki-batkan
asuhan keperawatan
ax. perubahan tiba-tiba,
diharapkan klien
ay. tidak diantipasi
tidak mengalami
gangguan dalam cara az. membuat perasaan

penerapan citra diri ba. kehilangan sehingga


aw.
bb. ia memerlukan

bc. dukungan dalam

bd. perbaikan optimal.


2. Penerimaan perasaan
2. Terima dan akui ekspresi frustasi
sebagai respon
ketergantungan, marah,
normal terhadap apa
perhatikan perilaku menarik diri
yang terjadi
dan penggunaan penyangkalan.
membantu perbaikan,
be.
namun ini akan gagal
bf.
apabila pasien belum
bg.
siap menerima situasi
bh.
tersebut.
bi. 3. Meningkatkan dan

3. Bersikap realistis dan positif menjalin rasa saling

selama pengobatan pada percaya antara pasien

penyuluhan kesehatan dan dengan perawat.


bj.
menyusun tujuan dalam 4. Kata-kata penguatan

keterbatasan. dapat mendukung.


4. Berikan penguatan positif bk.
bl.
terhadap kemajuan dan dorongan
bm.
usaha untuk mengikuti tujuan

rehabilitas. 5. Mempertahankan atau


5. Dorong interaksi keluarga. mem- buka garis
komunikasi dan
memberikan
dukungan sercara
terus menerus pada
pasien dan keluarga.
bn. bo. Setelah 1. Kaji rasa cemas pasien. 1. Mengetahui tingkat
4 dilakukan tindakan br. kecemasan dan
asuhan keperawatan penyebb cemas
bs.
diharapkan klien klien
2. Berikan kesempatan kepada 2. Untuk meringankan
tidak cemas lagi
bp. Kriteria Hasil pasien untuk mengungkapkan beban pikiran klien
bv.
:
rasa cemasnya. bw.
1. Klien tidak resah
bx.
2. Klien tampak bt. 3. Pengetahuan pasien
tenang dan
3. Berikan penjelasan kepada meningkat tentang
mampu
penyakit, tanda-
pasien mengenai :
menerima
a. Kondisi penyakitnya tanda, kondisi yang
kenyaataan b. Program perawatan dan
dialami, serta
3. Klien mampu
pengobatan yang akan kemungkinan yang
mengidentifiasi
dilakukan akan terjadi.
dan
c. Hubungan istirahat dengan
mengungkapkan
kondisi penyakitnya.
gejala cemas bu.
4. Postur tubuh
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
bekurangnya
kecemasan
bq.
by. bz. Setelah 1. Siapkan jadwal pemberian obat. 1. Agar dapat
5 dilakukan tindakan cc. meningkatkan
asuhan keperawatan
cd. efektivitas obat
diharapkan lapisan
ce. dengan pemberian
kulit klien terlihat cf.
normal secara tepat dan
ca. Kriteria Hasil cg.
teratur.
: 2. Bantu klien untuk pemberian 2. Agar tidak terjadi
1. Integritas kulit
obat topical untuk daerah yang kerusakan kulit
yang bak dapat
dipetahankan sulit dijangkau. dengan pemberian

(sensasi, ch. obat topical secara


elastisitas, ci. menyeluruh pada
temperatur)
2. Tidak ada luka cj. daerah yang susah di

atau lesi pada ck. jangkau klien.


3. Agar tidak terjadi
kulit 3. Ajarkan teknik-teknik mencegah
3. Mampu infeksi yang
melindungi kulit infeksi yaitu tidak menggaruk
disebabkan oleh
dan lesi dan menjaga kebersihan
kerusakan integritas
mempertahankan kulit.
kelembapan kulit kulit.
cl. 4. Agar tidak menekan
serta perawatan
4. Berikan pakaian yang longgar dan memberikan rasa
alami
4. Perfusi jaringan dan mampu menyerap keringat. nyaman.
baik 5. Membantu mencegah
cb. cm.
terjadinya infeksi.
5. Kolaborasi pemberian obat
sesuai program pengobatan.
cn.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
co.Implementasi adalah merealisasikan perencanaan yang
telah disusun sesuai ketentuan dan program. Implementasi ini
didapatkan sebagai sumber data yang baru yang digunakan dalam
catatan perkembangan (Hidayat, 2006).
cp.
cq.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
cr. Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan
adalah suatu tindakan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang
dicapai dari tujuan yang telah dibuat. Evaluasi merupakan aspek yang
pentingdari proses keperawatan karena kesimpulan yang didapat dari
evaluasi menentukan apakah intervensi dihentikan, dilanjutkan atau di
ubah. Tolak ukur yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan
pada tahap evaluasi ini adlah criteria yang telah dibuat pada tahap
perencanaan. Berpatokan pada sebagian atau belum sama sekali atau
justru timbul masalah baru. Selanjutnya perkembangan respon klien
dituangkan dalam catatan perkembangan klien dan diuraikan
berdasarkan urutan SOAP.
cs. S ( Subyektif ) : Keluhan-keluhan
klien
ct. O ( Obyektif ) : Apa yang dilihat,
dicium, diraba, diukur dan didengar perawat.
cu. A ( Analisa ) : Kesimpulan perawat tentang
kondisi klien.
cv. P ( Plan of Care ) :
Rencana tindakan keperawatan selanjtnya untuk
mengatasi masalah klien.
2.2.6 Dokumentasi Keperawatan
cw. Dokumentasi keperawatan adalah pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan. Dokumentasi dilakukan segera setelah setiap kegiatan
atau tindakan dalam setiap langkah proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
cx. Sebagai dokumentasi yang mencatat semua
pelayanan keperawatan klien, dokumentasi tersebutdapat diartikan
sebagai suatu catatan bisnis dan hokum yang mempunyai banyak
manfaat dan penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian
adalah untuk:
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasikan tindakan.
2. Dokumentasi untuk Penulisan, keuangan, hokum dan etika.
Sedangkan manfaat dan pentingnya dokumentasi dapat dilihat
dari berbagai aspek seperti hukum, jaminan mutu pelayanan,
komunikasi, keuangan, pendidikan, Penulisan dan akreditasi
(Nursalam, 2001).
cy.
cz.
da.
db.
dc.
dd.
de.
df.
dg.
dh.
di.
dj.
dk.
dl.
dm.
dn.
do.
dp.
dq.
dr.
ds.
dt.
du.
dv.
dw.
dx.
dy.
dz. BAB 3
ea. PENUTUP
eb.
3.1 Simpulan
ec. Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit,
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia
yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei. Faktor
yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang
rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak bersih,
perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk.
ed. Scabies dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu
Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated), Skabies Incognito,
Skabies Nodular, Skabies yang ditularkan melalui hewan, Skabies Norwegia
(Krustosa), Skabies pada bayi dan anak.
ee. Gejala klinisnya yaitu gatal-gatal yang hebat akibat reaksi
imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran fesesnya, terbentuk
terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang, berwarna
coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama diantara jari-
jari tangan serta pada pergelangan tangan, gatal-gatal pada malam hari (gejala
klasik) yang disebabkan karena peningkatan kehangatan kulit yang
menimbulkan efek stimulasi terhadap parasit tersebut, lesi sekunder sering di
jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta kusta.
3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
ef. Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan
pelayanan kesehatan dan mempertaruhkan hubungan kerjasama baik
antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien
skabies khususnya. Dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan
fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan
pasien.
eg.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
eh. Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih
maksimal, khususnya pada klien dengan skabies. Perawat diharapkan
dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif.
3. Bagi Institusi Pendidikan
ei. Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional,
terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
ej.
ek.
el.
em.
en.
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff. DAFTAR PUSTAKA
fg.
fh. Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
fi. Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
fj. Djuanda. A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima, cetakan
kedua. Jakarta : FKUI
fk. Harahap. M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
fl. Masjoer Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI
fm. Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan
Istilah, Jakarta : Djambatan
fn. Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta :
Prima Medikal
fo. Siregar RS. Penyakit Kulit Karena Parasit Dan Insekta, dalam Wijaya C,
Anugrah P (ed). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC
fp. Smeltzer,C. Suzanne, dan Bare, G. Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC
fq. Sungkar S. 1995. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter
Indonesia
fr.
fs.
ft.

Das könnte Ihnen auch gefallen