Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
10 (2013)
ABSTRACT
This research is meant to find out the influence of exchange rates, interest rates, and inflation either
simultaneous or partial to the stock return at property companies which are listed in the Indonesia
Exchange. The samples in this research are 6 property companies in the Indonesia Stock Exchange i.e.:
PT. Bhuawanatala Indah Permai Tbk, PT. Bukit Darmo Tbk, PT. Ciputra Development Tbk, PT.
Ciputra Surya Tbk, PT. Duta Anggada Realty Tbk, dan PT. Duta Pertiwi Tbk. The data which is
applied in this research is the property companies stock prices, interest rates, inflation report, Rupiah
exchange rates from 2009 to 2012. The multiple linear regressions are applied as the analysis
technique by carrying out F test and t test. Based on the F test it is found that simultaneously the
Rupiah exchange rates, interest rates and inflation have influence to the stock return. Based on the t
test it is found that partially the interest rates have no influence to stock return. It can also be found
from the t test that the dominant influence to the stock return is indicated by interest rates variable,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar uang, suku bunga, dan
inflasi baik secara simultan maupun parsial terhadap return saham pada perusahaan
properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah 6
perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Bhuawanatala Indah Permai Tbk, PT.
Bukit Darmo Tbk, PT. Ciputra Development Tbk, PT. Ciputra Surya Tbk, PT. Duta Anggada
Realty Tbk, dan PT. Duta Pertiwi Tbk. Data yang digunakan adalah harga saham
perusahaan properti, suku bunga, laporan inflasi, dan nilai tukar rupiah dari tahun 2009
sampai 2012. Teknik analisis yang digunakan analisis regresi linear berganda yang diuji
dengan uji F dan uji t. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai tukar, suku bunga, dan
inflasi secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji t diketahui
bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh terhadap return saham, sedangkan nilai tukar
dan inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Dari hasil uji t juga
dapat diketahui bahwa pengaruh dominan terhadap return saham ditunjukkan oleh variabel
suku bunga.
PENDAHULUAN
Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti
(subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Efek
beruntun dari kredit perumahan itu membuat beberapa perusahaan keuangan besar di
Amerika dan juga perusahaan lain di seluruh dunia bangkrut (Adiwarman, 2008). Ada dua
pengaruh langsung krisis finansial global terhadap perekonomian di negara Indonesia.
Pertama pengaruh terhadap keadaan indeks bursa saham Indonesia. Kepemilikan asing
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
2
yang masih mendominasi dengan porsi 66% kepemilikan saham di BEI, mengakibatkan
bursa saham rentan terhadap keadaan finansial global karena kemampuan finansial para
pemilik modal tersebut (Tempo Interaktif, 2008). Kedua, dibidang ekspor impor, Amerika
Serikat merupakan negara tujuan ekspor nomor dua setelah Jepang dengan porsi 20%30%
dari total ekspor (Depperin, 2008). Dengan menurunnya kinerja ekonomi Amerika Serikat
secara langsung akan mempengaruhi ekspor impor negara Indonesia juga.
Pengaruh lain krisis finansial global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat
suku bunga. Dengan naiknya kurs dollar, suku bunga akan naik karena Bank Indonesia akan
menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua, gabungan antara
pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada sektor
investasi dan sektor riil, dimana investasi di sektor riil seperti properti dan usaha kecil dan
menengah (UKM) akan terganggu.
Perusahaan real estate dan property merupakan unit bisnis yang bergerak dalam
bidang pembangunan rumah dan pemukiman dan juga tergabung dalam usaha konstruksi
bangunan yang bahan utamanya adalah bahan bangunan. Tingginya inflasi akan
mendorong harga bahan bangunan menjadi semakin mahal, menyebabkan tingginya biaya
produksi yang harus di tanggung oleh perusahaan. Seperti diketahui bahwa inflasi dapat
menaikkan biaya produksi dan dapat membuat daya beli masyarakat akan menjadi
menurun. Penurunan daya beli dan biaya produksi yang tinggi secara tidak langsung akan
mempengaruhi kondisi pasar modal. Investor tidak akan tertarik untuk menanamkan
modalnya dan permintaan terhadap saham khususnya saham real estate dan property
menjadi turun.
Penurunan permintaan akan menyebabkan harga saham ikut mengalami penurunan.
Jadi pertumbuhan investasi di suatu negara dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara
tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara maka semakin baik pula tingkat
pendapatan masyarakat. Adanya peningkatan pendapatan diharapkan semakin banyak
orang yang memiliki kelebihan dana dan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan
dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal.
Harga saham selain dipengaruhi oleh faktor pasar, juga dapat di pengaruhi oleh
faktor makro lainnya seperti inflasi, jumlah uang yang beredar, kurs valuta asing, dan
tingkat suku bunga. Penelitian ini dilakukan dengan anggapan bahwa variabel-variabel
dalam faktor-faktor ekonomi nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi merupakan variabel
yang berpengaruh secara sistematik sebagai dasar pencapaian laba dengan dasar perubahan
perekonomian berpengaruh dengan pola serupa terhadap saham perusahaan, khususnya
variabel makro yaitu nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Apakah nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi secara simultan mempunyai pengaruh
terhadap return saham pada perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap return saham pada perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
3. Manakah yang mempunyai pengaruh dominan di antara nilai tukar uang, suku bunga,
dan inflasi terhadap return saham pada perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi secara simultan mempunyai pengaruh
terhadap return saham pada perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap return saham pada perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
3
3. Manakah yang mempunyai pengaruh dominan di antara nilai tukar uang, suku bunga,
dan inflasi terhadap return saham pada perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia?
TINJAUAN TEORETIS
Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan harga di dalam pertukaran dan dalam pertukaran antara 2
macam mata uang yang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua
mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut kurs/exchange rate (Nopirin,
2009:163). Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga
relatif yaitu harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga diluar negeri.
Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal, diantaranya:
1. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta asing. Kurs beli
adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas atau bank membeli valuta asing,
sedangkan kurs jual adalah apabila mereka menjual maka selisih kurs tersebut
merupakan keuntungan bagi para pedagang.
2. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayaran. Di dalam
pembayaran valas yang lebih cepat akan mempunyai kurs yang lebih tinggi.
3. Perbedaan kurs karena tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran.
Pasar valuta asing mempunyai fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas
pembayaran internasional antara lain:
1. Mempermudah penukaran valas serta pemindahan dan dari suatu Negara ke Negara
lain.
2. Memberikan kemudahan untuk dilaksanakan perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.
3. Mempermudah dilakukannya hedging yaitu membantu pedagang yang melakukan
transaksi jual dan beli valas dipasar yang berbeda, yang bertujuan untuk
menghilangkan/mengurangi resiko akibat kerugian kurs.
(Nopirin, 2009:165)
Suku Bunga
Suku Bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman
tersebut biasanya dinyatakan dalam presentase (Mishkin, 2008). Oleh karena itu, bunga juga
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
5
dapat diartikan sebagai uang yang diperoleh atas pinjaman yang diberikan. Suku bunga
pada dasarnya mempunyai dua pengertian sesuai dengan peninjauannya yaitu bagi bank
dan bagi pengusaha. Bagi bank, bunga adalah suatu pendapatan atau suatu keuntungan atas
peminjaman uang oleh pengusaha atau nasabah. Dan bagi pengusaha bunga dianggap
sebagai ongkos produksi ataupun biaya modal.
Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di
bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang memiliki
tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan
melalui kebijakan tingkat suku bunga (Khalwaty, 2010:144).
Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang disebabkan oleh
turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Nopirin (2009:25) mendefinisikan
inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus.
Menurut Nopirin (2009:27) terdapat berbagai jenis Inflasi, antara lain:
1. Jenis inflasi menurut sifatnya
a. Creeping inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang lambat,
dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. Laju inflasi rendah
(kurang dari 10% pertahun)
b. Galloping inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup
besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam
waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
c. Hiper inflation merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik
sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang.
Nilai uang merosot dengan tajam, perputaran uang makin cepat, harga naik secara
akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit
anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai/ditutup
dengan mencetak uang.
2. Jenis inflasi menurut sebabnya
a. Demand full inflation adalah inflasi yang bermula dari adanya kenaikan permintaan
total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan
kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.
b. Cost-pushi inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya
produksi.
Efek Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan alokasi faktor-faktor serta produksi
nasional (Nopirin, 2009:32). Efek terhadap produksi pendapatan disebut Equity Effect,
sedangkan efek terhadap faktor produksi dan produksi nasional masing-masing disebut
dengan Efficiency dan Output Effect.
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Sifatnya tidak merata ada yang dirugikan tetapi ada pula yang merasa diuntungkan
dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari inflasi adalah pihak-
pihak yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari
laju inflasi tersebut. Seorang yang berpenghasilan tetap akan dirugikan dengan adanya
inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam
pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat umum. Inflasi ini seolah-olah
merupakan pajak bagi beberapa pihak dan merupakan subsidi bagi orang lain.
2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang tertentu yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
7
mengalami kenaikan lebih besar daripada barang lain, yang kemudian dapat mendorong
kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan barang ini pada gilirannya akan mengubah
pola alokasi faktor produksi yang telah ada. Tidak ada pendapat yang menjamin bahwa
alokasi faktor produksi tersebut lebih efisien pada keadaan tidak terdapat inflasi. Nmaun
kebanyakan pendapat tersebut menyebutkan bahwa inflasi dapat menyebabkan alokasi
factor produksi dapat berubah menjadi tidak efisien.
3. Efek Terhadap Output ( Output Effect)
Dalam analisa kedua efek tersebut di atas terdapat suatu anggapan bahwa output
dalam keadaan tetap. Inflasi mengkin dapat mengakibatkan kenaikan produksi. Karena
dalam keadaan adanya inflasi, biasanya kenaikan barang mendahului kenaikan upah
sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang bertambah. Kenaikan keuntungan
ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi tersebut cukup tinggi
(hyperinflation) akan mempunyai akibat yang sebaliknya yaitu penurunan output.
Intensitas efek inflasi ini berbeda-beda, tergantung kepada apakah inflasi tersebut
dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment atau tidak. Apabila produksi barang
ikut naik, maka kenaikan produksi sedikit banyak dapat memperlambat laju inflasi.
Tetapi apabila ekonomi mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) sering
disebut inflasi umum (pure inflation).
Sumber-Sumber Inflasi
Tingkat inflasi domestik akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan tingkat inflasi
dunia. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa perubahan stok uang domestik tidak berpengaruh
pada harga-harga domestik. Ekspansi uang dan kredit yang berlebihan tetap akan
mengakibatkan inflasi domestik yang untuk sementara waktu melebihi tingkat inflasi dunia.
Tetapi situasi itu tidak bisa berlangsung dalam jangka panjang, karena kelebihan penciptaan
uang akan menciptakan impor sehingga menurunkan cadangan internasional dan pada
akhirnya ketidakmampuan untuk menjaga kurs tetap atau devaluasi. (Hakim, 2010:372).
Di negara berkembang dengan sistem kurs tetap, kebijakan yang harus diadopsi untuk
menghindari tingkat inflasi karena pengaruh inflasi dunia adalah lebijakan fiskal bukan
kebijakan moneter. Jika defisit anggaran tidak terjaga instrumen kebijakan moneter yang
paling tepat sekalipun akan sulit untuk menjaga inflasi, devaluasi atau keduanya.
Return Saham
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya (Tandelilin, 2010:101). Return investasi terdiri dari dua komponen utama,
yaitu:
1. Yield, komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh
secara periodik dari suatu investasi. Yield hanya berupa angka nol (0) dan positif (+).
2. Capital gain (loss), komponen return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu
surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan
keuntungan (kerugian) bagi investor. Capital gain (loss) dapat berupa angka minus (-), nol
(0), dan positif (+).
Secara sistematis return total suatu investasi dapat ditulis sebagai berikut:
Return total = yield + capital gain (loss)
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap
terhadap return saham perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
9
2. Diduga nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara parsial berpengaruh terhadap terhadap
return saham perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
3. Diduga suku bunga mempunyai pengaruh dominan terhadap terhadap return saham
perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik/kuantitatif dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang ditetapkan (Sugiyono, 2011:8).
Gambaran dari populasi (objek) penelitian ini adalah semua perusahaan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Inflasi (X3)
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga yang naik secara umum dan terus-
menerus. Kenaikan tersebut meluas (mengakibatkan kenaikan) kepada sebagian dari
barang yang lain. Pengukurannya berdasarkan tingkat inflasi bulanan yang diumumkan
pemerintah dalam prosentase (%).
4. Return Saham (Y)
Return Saham adalah tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan oleh
investor.
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi
terjadi masalah Autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi
Autokorelasi di dalamnya.
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson
(DW) dengan ketentuan menurut Sunyoto (2011:91) sebagai berikut:
1) Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2)
2) Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 DW +2
3) Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2.
d. Uji Heteroskesdastisitas
Uji terhadap adanya Heteroskesdastisitas adalah bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari
pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan yang satu ke
pengamatan yang lain tetap, maka ini disebut Homoskesdastisitas. Model regresi yang
baik adalah model regresi yang tidak terjadi Heteroskesdastisitas. Santoso (2002:210)
mengatakan bahwa jika sebaran titik-titik berada di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi
Heteroskesdastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Pengujian Pengaruh Simultan dengan Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji kesesuaian model regresi linear berganda. Uji ini
dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis pertama bahwa terdapat pengaruh
simultan antara nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Adapun rumusan hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0: b1 = b2 = b3 = 0, artinya diduga tidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan
antara nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Ha: b1 b2 b3 0, artinya diduga terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara
nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Kriteria pengujian dengan uji F adalah dengan membandingkan tingkat
signifikansi dari nilai F ( = 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika tingkat signifikansi uji F < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara nilai tukar uang, suku bunga,
dan inflasi terhadap return saham
2) Jika tingkat signifikansi uji F > 0,05 tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya
tidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara nilai tukar uang, suku
bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Untuk menghitung nilai F digunakan software statistik SPSS
b. Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh parsial antara nilai tukar
uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham. Adapun rumusan hipotesis
dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0: b1 = b2 = b3 = 0, artinya diduga tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan
antara nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Ha: b1 b2 b3 0, artinya diduga terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara
nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Kriteria pengujian dengan uji t adalah dengan membandingkan tingkat
signifikansi dari nilai t ( = 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika tingkat signifikansi uji t < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara nilai tukar uang, suku bunga,
dan inflasi terhadap return saham.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
12
2) Jika tingkat signifikansi uji t > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara nilai tukar uang, suku bunga,
dan inflasi terhadap return saham.
Untuk menghitung nilai t digunakan software statistik SPSS.
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2010 nilai tukar dolar tertinggi
pada bulan Januari sebesar 9.353 Rupiah per USD, terendah pada bulan September sebesar
8.908 Rupiah per USD, dan rata-rata nilai tukar Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar
9.078 Rupiah per USD. Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2011 nilai tukar dolar
tertinggi pada bulan Nopember sebesar 9.113 Rupiah per USD, terendah pada bulan
September sebesar 8.504 Rupiah per USD, dan rata-rata nilai tukar Indonesia pada tahun
2011 adalah sebesar 8.768 Rupiah per USD. Berdasarkan tabel tersebut diketahui pula bahwa
pada tahun 2012 nilai tukar dolar tertinggi pada bulan Desember sebesar 9.793 Rupiah per
USD, terendah pada bulan Januari sebesar 8.998 Rupiah per USD, dan rata-rata nilai tukar
Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 9.411 Rupiah per USD.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
13
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2010 tingkat suku cenderung
konstan yaitu sebesar 6,50%. Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2011 tingkat
suku bunga tertinggi pada bulan Februari sampai September sebesar 6,75%, terendah pada
bulan Nopember sampai Desember sebesar 6,00%, dan rata-rata suku bunga Indonesia pada
tahun 2011 adalah sebesar 6,58%. Berdasarkan tabel tersebut diketahui pula bahwa pada
tahun 2012 tingkat suku bunga tertinggi pada bulan Januari sebesar 6,00%, terendah pada
bulan Februari sampai Desember sebesar 5,75%, dan rata-rata suku bunga Indonesia pada
tahun 2012 adalah sebesar 5,77%.
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2010 tingkat inflasi tertinggi
pada bulan Desember sebesar 6,96%, terendah pada bulan Maret sebesar 3,43%, dan rata-rata
tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 5,13%. Dari tabel tersebut diketahui
bahwa pada tahun 2011 tingkat inflasi tertinggi pada bulan Januari sebesar 7,02%, terendah
pada bulan Desember sebesar 3,79%, dan rata-rata tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2011
adalah sebesar 5,38%. Berdasarkan tabel tersebut diketahui pula bahwa pada tahun 2012
tingkat inflasi tertinggi pada bulan Oktober sebesar 4,61%, terendah pada bulan Februari
sebesar 3,56%, dan rata-rata tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 4,28%.
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2010 return saham tertinggi
pada bulan Februari sebesar 0,127, terendah pada bulan Nopember sebesar 0,295, dan rata-
rata return saham pada tahun 2010 adalah sebesar 0,027. Dari tabel tersebut diketahui bahwa
pada tahun 2011 return saham tertinggi pada bulan Maret sebesar 0,295, terendah pada bulan
Februari sebesar -0,112, dan rata-rata return saham pada tahun 2011 adalah sebesar 0,042.
Berdasarkan tabel tersebut diketahui pula bahwa pada tahun 2012 return saham tertinggi
pada bulan Oktober sebesar 0,202, terendah pada bulan Mei sebesar -0,097, dan rata-rata
return saham pada tahun 2012 adalah sebesar 0,057.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
15
Pembahasan
Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi linier berganda merupakan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan
antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Regresi linier berganda
diterapkan pada penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel
bebas nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap variabel terikat return saham, serta
mengetahui besar pengaruhnya.
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 5
Koefisien Regresi Linear Berganda
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 2,086 1,037 2,011 ,053
X1 -,0001 ,000 -,504 -1,833 ,076 ,364 2,744
X2 -,118 ,067 -,510 -4,648 ,000 ,327 3,060
X3 -,008 ,017 -,087 -,449 ,657 ,733 1,365
a. Dependent Variable: Y
Tabel tersebut menunjukkan persamaan regresi yang dapat menjelaskan ada atau
tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat serta dapat
menginformasikan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari tabel
diperoleh model regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = 2,086 - 0,0001 X1 - 0,118 X2 - 0,008 X3
Berdasarkan model regresi di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Nilai a sebesar 2,086
Menunjukkan bahwa jika semua variabel bebas sama dengan nol maka besarnya return
saham akan konstan yaitu sebesar 2,086.
2. Nilai b1 sebesar -0,0001
Menunjukkan bahwa jika nilai tukar (X1) meningkat satu satuan maka akan menurunkan
return saham sebesar -0,0001 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.
3. Nilai b2 sebesar -0,118
Menunjukkan bahwa jika suku bunga (X2) meningkat satu satuan maka akan
menurunkan return saham sebesar -0,118 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain
konstan.
4. Nilai b3 sebesar -0,008
Menunjukkan bahwa jika inflasi (X3) meningkat satu satuan maka akan menurunkan
return saham sebesar -0,008 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y
1,0
,8
,3
0,0
0,0 ,3 ,5 ,8 1,0
Gambar 1
Uji Normalitas
Dari grafik di atas diketahui bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi
normalitas. Dimana uji ini dihitung dengan menggunakan alat bantu ukur program SPSS.
2. Analisis Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi
masalah Autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi Autokorelasi di
dalamnya.
Tabel 6
Nilai Durbin Watson
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW)
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 1,65 < DW< 2,35 maka tidak ada autokorelasi.
b. 1,21 < DW< 1,65 atau 2,35< DW< 2,79 maka tidak dapat disimpulkan
c. DW < 1,21 atau DW >2,79 maka terjadi autokorelasi.
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa model regresi yang terbentuk tidak
terjadi Autokorelasi karena mempunyai angka Durbin Watson di antara 1,65 < DW< 2,35
sebesar yaitu 2,018.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel
independen (bebas). Regresi yang baik adalah regresi yang variabel bebasnya tidak
memiliki hubungan yang erat atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel independennya. Ketentuan dalam pengujian ini adalah:
a. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat korelasi yang terlalu besar di
antara salah satu variabel bebas dengan variabel-variabel bebas yang lain (terjadi
multikolinearitas).
b. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
17
Tabel 7
Nilai Tolerance Dan VIF
Dari 4 variabel bebas yang ada diketahui memiliki nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10
maka penelitian ini bebas dari Multikolinearitas.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji terhadap adanya Heteroskedastisitas adalah bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari
pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan yang satu ke
pengamatan yang lain tetap, maka ini disebut Homoskesdastisitas. Model regresi yang
baik adalah model regresi yang tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Santoso (2002:210) mengatakan bahwa jika sebaran titik-titik berada di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Scatterplot
Dependent Variable: Y
4
Regression Studentized Residual
-1
-2
-2 -1 0 1 2 3
Gambar 2
Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik di atas diketahui bahwa titik-titik data tersebar di daerah antara 0 Y
dan tidak membentuk pola tertentu, maka model regresi yang terbentuk diidentifikasi
tidak terjadi Heteroskedastisitas. Karena data yang diolah sudah tidak mengandung
Heteroskedastisitas, maka persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dapat
dipergunakan untuk penelitian.
Tabel 8
Analisis Of Varians
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,037 3 ,012 14,819 ,000 a
Residual ,271 32 ,008
Total ,309 35
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b. Dependent Variable: Y
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,086 1,037 2,011 ,053
X1 -,0001 ,000 -,504 -1,833 ,076
X2 -,118 ,067 -,510 -4,648 ,000
X3 -,008 ,017 -,087 -,449 ,657
a. Dependent Variable: Y
Interpretasi
Berdasarkan uji F diketahui bahwa nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara simultan
berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini berarti mendukung hipotesis yang
telah ditetapkan yaitu Diduga nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara simultan
berpengaruh terhadap return saham. Adanya pengaruh simultan ini menunjukkan bahwa
faktor-faktor makroekonomi secara bersama-sama turut mempengaruhi besarnya return
saham.
Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa nilai tukar secara parsial tidak
berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini berarti tidak mendukung hipotesis
yang telah ditetapkan yaitu Diduga nilai tukar secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap return saham. Tidak adanya pengaruh nilai tukar terhadap return saham ini lebih
disebabkan karena perusahaan properti tidak terlalu bergantung pada produk-produk atau
bahan dari luar negeri, sebaliknya selalu mengembangkan produk dalam negeri. Sehingga
adanya fluktuasi nilai tukar tidak berdampak signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh
terhadap return saham. Hasil penelitian ini berarti mendukung hipotesis yang telah
ditetapkan yaitu Diduga suku bunga secara parsial mempunyai pengaruh terhadap return
saham. Adanya pengaruh suku bunga terhadap return saham ini lebih disebabkan karena
jika suku bunga tinggi maka masyarakat cenderung untuk menabung, sedangkan jika suku
bunga rendah maka masyarakat lebih tertarik menginvestasikan dananya pada sektor riil
termasuk sektor peroperti. Sehingga dapat disimpulkan jika suku bunga menurun, maka
return saham properti akan meningkat.
Dari hasil uji t diketahui bahwa inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
return saham. Hasil penelitian ini berarti mendukung hipotesis yang telah ditetapkan yaitu
Diduga inflasi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap return saham. Adanya
pengaruh inflasi terhadap return saham ini menunjukkan bahwa adanya inflasi tak membuat
bisnis properti terpengaruh. Inflasi yang terjadi sepanjang tahun 2010-2012 masih dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengaruh dominan terhadap return saham
ditunjukkan oleh variabel suku bunga. Hasil penelitian ini berarti mendukung hipotesis
ketiga bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh dominan terhadap return saham.
4. Sedangkan dari hasil uji t juga diketahui bahwa nilai tukar dan inflasi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini berarti tidak mendukung
hipotesis yang telah ditetapkan yaitu bahwa nilai tukar dan inflasi secara parsial
berpengaruh terhadap return saham.
5. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengaruh dominan terhadap return saham
ditunjukkan oleh variabel suku bunga. Hasil penelitian ini berarti mendukung hipotesis
bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh dominan terhadap return saham.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka saran-saran yang dapat diajukan
yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Para investor yang ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan properti sebaiknya
memperhatikan hasil penelitian ini karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
tukar, suku bunga, dan inflasi berpengaruh terhadap return saham.
2. Disarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian serupa
dengan batasan-batasan tertentu yang lebih bervariatif agar memperoleh kesimpulan
yang lebih baik daripada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman, K. 2008. Mengantisipasi Dampak Krisis Keuangan Global. Impresario BRI. Jakarta.
Depprin RI. 2008. Tanya Jawab Memahami Krisis Keuangan Global, Bagaimana Pemerintah
Mengatasinya. ttp://www.setneg.go.id/image/stories/kepmen/kontributor/buku_2-
_krisis_finansial_global_tanya_jawab. Diakses tanggal 22 Juli 2013.
Hakim, A. 2010. Ekonomi Pebangunan. Ekonisia. Yogyakarta.
Kashmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Rajawali Pers. Jakarta.
Khalwaty, T. 2010. Inflasi dan Solusinya. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mishkin, S.F. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Buku 1. Edisi ke-8. Salemba
Empat. Jakarta.
Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Edisi Satu. Cetakan ke 12. Penerbit BPFE. Jakarta.
Santoso, S. 2002. SPSS Versi 10 : Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Cetakan ke-13. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Sukirno, S. 2012. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Cetakan ke 21. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sunyoto , D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Penerbit CAPS. Yogyakarta.
Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. BPFE. Yogyakarta.
www.tempointeraktif.com. Pasar Perawatan Pesawat Masih Dikuasai Asing Kamis, 26 Juni 2008.
Diakses tanggal 22 Mei 2013.