Sie sind auf Seite 1von 12
STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM *Sebagai Usaha Mengatasi Masalah Kemacetan di Daerah Perkotaan Oleh Ofyar 2. Tamin Angkutan umum sering ditudun menjadi penyebab kemacetan hampir di semu Kota besar di indonesia. Hal ini disebabkan perencanaan yang tidak “menyeluruhy pe cakup semua aspek yang terlibat di dalamnya, seperti pola tate guna tanah, pola jaringan jalan, pola penyebaran penduduk dan pola kebutuhan Pergerakan, sistem operasi dan tingkat pelayanan. fefencanaan sistem operasi pergerakan angkutan umum yang tidak “menyeluruh” taebut akan menambah beban permasalahan kemacetan yang telah ada, seperti {ampang tindinnya rte, armada yang terlalu besar, tingkat pelayanan yang rendah, wayek yang tidak optimal, waktu tempuh yang lama dan lain loin re ini akan menyebabkan semakin rendahnya tingkat efektivitas, efisienci corte pelayanan angkutan umum yang ada dan semakin menambah tingkat kemacetan Tingkat pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi, sementara Panjang dan lebar Jalan nyaris tidak berubah, membuat kota kesulitan dalam mengakomodir agian terpenting dari upaya mengatasi permasalahian lalu-lintan, Tulisan ini akan menguraikan beberapa permasalahan utama yang ditimbutkan angkutan umum, ditinjau dari sisi ‘demand’ dan ‘supply’ serte beberapa usaha perbaikan sistem transportasi angkutan umum yang perl dilakuken dalam usaha memecahkan masalah kemacetan di perkotaan, ee Ofyar T. Zamin, ‘Saf Pengajar pada Juusan Teknik Sip ETSP.1TE Nomor 8+ Triwutan i= Juni 1993 Jone PK 3 Masalah kemacetan (congestion), kelerlambatan (delay), polusi udara dan suara serta tingkat pela yanan angkulan umum perkotaan yang tidak memadai merupakan tantangan yang dihadapi pemerintah, khususnya di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia. Dalam hal ini melipuli instansi dan departemen terkait serta termasuk juga para perencana transportasi per kotaan. Masalah kemacetan ini biasanya timbul di kota- kota yang mempunyai populasi penduduk lebih dari 2 (dua) juta jiwa, yang saat ini di Indonesia telah dicapai oleh beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, Pada akhir tahun 2000, diperkirakan akan dilkuti beberapa kola lainnya, seperti Semarang, Palembang, Ujung Pandang, Bogor serta beberapa ibukota propinsi lainnya, Walaupun kota-kota yang lebih kecil juga mempunyai masalah transportasi_ yang perlu peme-cahan secara dini, namun pada umumnya masin dalam skala yang relatif kecil dan tidak memerlukan biaya besar Seperti di negara-negara yang sedang berkem bang (developing countries) lainnya, penyebab utama timbulnya permasalahan transportasi di kota-kota besar di Indonesia saat ini, adalah tingkat urbanisasi yang tinggi sebagai akibat iaju pertumbuhan ekonomi yang pesat, yang menga- kibatkan kebutuhan penduduk untuk melakukan| pergerakan menjadi semakin meningkat. Mobil sebagai kendaraan pribadi mempunyai keuntungan yang sangat besar bagi setiap individu, terutama dalam hal mobilitas pergera kannya, Penggunaan kendaraan pribadi ini akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk bergerak, seperti bekerja, rekreasi dan melakukan aktivitas sosial lainnya Pada urumnya peningkatan pemilikan kendaraan pripadi (mobil) merupakan cerminan hasil interaksi antara peningkatan taraf hidup dan kebutuhan mobilitas penduduk di wilayah perkotaan, dimana keuntungan dari penggunaan jalan yang dicapai digunakan untuk peningkatan kemakmuran dan mobilitas penduduk Namun penggunaan kendaraan pribadi juga dapat menghasilkan beberapa efek negatif yang tidak dapat dihindari, Peningkatan penggunaan kenda- ran pribadi akan mengakibatkan rusaknya kuali- tas kehidupan terutama di kawasan pusat perko- taan, kemacetan dan keterlambatan pada bebe- man PK ©) 4 rapa ruas jalan dan polusi lingkungan baik suara maupun udara. Seperti di Kota Jakarta, tercatat 48% dari kendaraan yang berlalulalang di jalan raya adalah kendaraan pribadi. Dari jumlah terse- but, temnyata 45% dari kendaraan pribadi hanya berisi 1 (satu) orang saja, sehingga penggunaan kendarean pribadi sudah menjadi tidak efisien lagi Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa efek: tivitas penggunazn ruang jalan yang memang su: dah sangat terbatas akan menjadi sangat rendah jika digunakan untuk kendaraan pribadi dibanding- kan dengan untuk kendaraan umum Pada saat ini sudah banyak terbukti, bahwa pro- gram pembangunan jalan di wilayah perkotaan membutuhkan biaya yang sangal besar. Usaha- usaha yang dilakukan pemerintah dalam rangka memecahkan masalah transports! perkotaan telah banyak dilakukan melalui peningkatan kapa- sitas jaringan jalan yang ada maupun dengan pembangunan jaringan jalan baru ditambah juga dengan rekayasa dan pengelolaan lalu-lintas (\ra fic engineering and management) terutama dalam hal pengaturan efisiens: ansportasi angkutan umum sera penambahan armadanya Namun berapa pun besamya biaya yang akan dikeluarkan, kemacetan dan keteriambatan akan tetap tidak bisa dihindari, Hal ini disebatkan kebu: tuhan transportasi terus berkembang dengan pe: sal, sedangkan tingkat pertumbuhan dalam pe: nyediaan fasilitas transportasi sangal rendah, se- hingga tidak bisa mengikutunya. Sebaga’ illustrasi pertumbuhan panjang dan luas jalan raya di Kota Bandung antara 1978-1983 berkisar antara 2%. 4% saja, sedangkan pertumbuhan jumlah kenda. raan mencapai 10%-13%. Terlinat bahwa tingkat perlumbuhan kendaraan hampir dua kali lipat ting- kat pertumbuhan panjang dan luas jalan raya: Rendahnya tingkat pertumbunan prasarana trans- portasi di wilayah perkotaan dapat dilihat dari fendahnya jumlah luas jalan yang ada dibanding- kan dengan luas kota tersebut. Keterbatasan biaya dan waktu yang ada merupakan penyebab utama rendannya tingkat pertumbuhan prasarana trans- portasi. Hal ini disebabkan adanya persyaratan pemerintah yang menyangkut penggunaan dana yang umumnya didapat dari bantuan luar negeri (OECF, ADB, World Bank dan lain-lain) agar diguniakan seetektif mungkin Akibat yang dirasakan adalah, kemacetan lalu {intas yang sering terjadi yang terlinat jelas dalam bentuk antrian yang panjang (queuering), keter- Nomor 8+ Triwulan i+ Juni 1993 lambatan (delay), dan juga polusi suara maupun udara. Masalah falu lintas tersebut sudah jelas menimbutkan kerugian yang sangat besar bagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu (keteriambatan) dan juga kenyamanan yang rendah Dapat dibayangkan berapa banyak uangidana yang terbueng percuma karena kendaraan-kenda- raan tersebut terperangkap dalam kemacetan dan berapa banyak dana/uang yang akan dapat disim- pan jika Kemacetan tersebut dapat dihilangkan (dari segi biaya bahan baker dan nilai waktu ka- rena kemacetan) Hal tersebut di atas menyebabkan periunya dipi- kirkan altematif pemecahan masaleh transportas terutama kemacetan di wilayah perkotaan, antara fain a. usaha untuk meredam atau memperkecil ting- kat pertumbuhan transportasi b. usaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuh- aan prasarana transportasi, terutama penangan- an masalah fasilitas/prasarana yang tidak ber- fungsi sebagaimana mestinya: ©. usaha untuk mempertancar sistem pergerakan ‘alu lintas melalui kebijaksanaan rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik Pendekatan Sistem Transportasi Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mende- lam serta guna mendapatkan aiternatif pemiecah- an masalah transportasi yang baik, maka sistem transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil (mikro). Sis- tem trasportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang lebih kecil (mikro), dimana masig-masing sistem mikro tersebut akan saling terkait dan saling mempenga- ruhi seperti terlihat pada gambar 14 Sistem trasportasi mikro tersebut adalah sebagai berikut: a. Sistem Kegiatan (Transport Demand), b. Sistem Jaringan (Prasarana Trasportasi! Transport Supply), © Sistem Pergerakan (Lalu lintas/Tratfio), 4d, Sistem Kelembagaan Setiap tata guna tanah atau Sistem Kegiatan akan mempunyai suatu tipe kegiatan tertentu yang dapat ‘membangkitkan’ pergerakan (traffic gen- eration) dan dapat ‘menarik' pergerakan (traffic attraction). Sistem tersebut dapat merupakan sua- tu gabungan dari berbagal sistem pola kegiatan fata guna tanah (land use) seperti sistem pola Kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain- lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuh- ‘an kubutuhan yang perlu dilakukan setiap har, yang tidak dapat dipenuhi oleh tala guna tanah bersangkutan. Besarnya pergerakan yang ditim- bulkan tersebut sangat berkaitan erat dengan jenisitipe dan intensitas kegiatan yang dilakuken. Pergerakan tersebut, baik berupa pergerakan manusia dan/atau barang, jelas membutuhkan suatu moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut SISTEM KEGIATAN ! SISTEM JARINGAN SISTEM PERGERAKAN SISTEM KELEMBAGAAN Gambar 1 Sistem Transportasi Makro Nomor 8 « Triwatan i= Juni 1399 Jun PK s dapat bergerak. Prasarana transportasi yang diper lukan merupakan sistem mikro kedua yang biasa dikenal sebagai Sistem Jaringan, meliputi jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus, stasiun kereta api, bandara dan pelabuhan laut. Interaksi antara Sistem Kegiatan dan Sistem Jaringan akan menghasikan suatu pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerak- an kendaraan danfatau orang (pejalan kaki). Suatu Sistem Pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah dan sesuai dengan lingkungannya, akan dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh suatu sistem rekayasa dan manajemen talu tints yang baik. Permasalanan kemacetan yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia biasanya timbul karena kebutuhan transportasi lebih besar dibanding prasarana transportasi yang tersedia, atau prasarana transportasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, Sistem Kegiatan, Sistem Jaringan dan Sistem Pergerakan akan saling mempengaruhi, seperti terlihat pada gambar 1 Perubahan pada sistem kegiatan jelas akan mem- pengaruhi sistem jaringan melalui suatu perubah- an tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan pada sistem jaringan dapat mempengaruhi sister kegiatan melalui pening- katan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem per- gerakan tersebut Selain itu, sistem pergerakan berperanan penting dalam mengakomodir suatu sistem pergerakan agar tercipta suatu sistem pergerakan yang lancar, aman, cepat, nyaman, murah dan sesuai dengan lingkungannya, Pada akhimya juga pasti akan mempengaruhi kembali sistem kegiatan dan sis- tem jaringan yang ada. Ketiga sistem mikro ini sailing berinteraksi satu sama lain yang terkait dalam suatu sistem transportasi makro. Sesuai dengan GBHN 1988, dalam usaha untuk menjamin terwujudnya suatu sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah dan sesuai dengan lingkunganya, maka dalam sistem trans- portasi makro terdapat suatu sistem mikro lainnya yang disebut Sistem Kelembagaan. Sistem ini terdiri alas individu, kelompok, lembaga, instansi pemerintan serta swasta yang teriibat dalam ma- sing-masing sister mikro. Di Indonesia, sistern kelembagaan (instansi) yang berkaitan dengan masalah transportasi adalah sebagai berikut Juan PHK © 6 + Sistem Kegiatan: Bappenas, Bappeda, Bangda Pemda, + Sistem Jaringan: Departemen Perhubungan (Darat, Laut, Udara), Bina Marga, + Sistem Pergerakan: DLLAJR, Organda, Polan- tas. Bappenas, Bappeda, Pemda dan Bangda berpe- ranan penting dalam menentukan sistem kegiatan melalui kebijaksanaan perwilayahan, regional maupun sektoral, Kebijaksanaan Sistem Jaringan secara umum ditentukan oleh Departemen Perhu- bungan (darat, laut dan udara) serta Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Bina Marga. Sistem Pergerakan ditentukan DLLAJR, Dephub, Polantas dan Masyarakat sebagai pemakai jalan (road user) dan lail-lain. Kebijaksanaan yang di- ambil tentunya dapat dilaksanakan dengan baik melalui peraturan yang secara tidak langsung juga memerlukan sistem penegakan yang baik. ‘Secara umum dapat disebutkan, bahwa Pemerin- tah, Swasta dan Masyarakat seluruhnya harus ikut berperan dalam mengatasi masalah kemacet- an, sebab hal ini merupakan tanggung jawab bersama yang harus dipecahkan secara tuntas dan jelas memerlukan penanganan yang serius. Peramasalahan Transportasi (1) Permasalahan Transportasi Perkotaan Seperti telah diterangkan, bahwa permasalahan transportasi timbul karena tingginya tingkat urba~ nisasi, petumbuhan jumlah kendaraan dan popu- lasi, membaiknya tingkat ekonomi, pelayanan angkutan umum yang tidak memadai serta peng- gunaan kendaraan pribadi yang tidak efisien Angkutan umum sebagai salah satu elemen dari sistem transportasi memegang peranan penting bagi wilayah perkotaan. Kota yang ‘baik’ dapat ditandai, antara lain, dengan meliat kondisi sis- tem transportasinya. Sektor transportasi harus, mampu memberikan kemudahan bagi seluruh masyarakat dalam segala kegiatannya di semua lokasi yang berbeda dan tersebar dengan karak- teristic fisik yang berbeda pula. Dengan perkataan lain, setiap inci wilayah kota harus dapat dijang- kau oleh sistem pelayanan angkutan umum yang ada Nomor 8 + Triwulan i Juni 1993 Transportasi yang aman dan lancar, selain men- cerminkan keteraturan kota, juga mencerminkan kelancaran kegiatan perekonomian kota. Dengan demikian, transportasi tak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia selama hal itu dibutuh- kan dalam pendistribusian bahan, pergerakan aktivitas manusia maupun sebagai komponen mikro suatu perekonomian, Transportasi merupakan sub-sektor yang paling dekat dan langsung berhubungan dengan masya- rakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu alat perhubungan dalam kota. Oleh karena- ‘nya, setiap pengelolaan transportasi akan lang- sung dirasakan akibatnya oleh masyarakat peng- guna. Tidak teraturnya daerah operasi kendaraan ang- kutan umum dipersalahkan sebagai salah satu penyebab kesemrawutan lalu lintas, terutama di kota-kota besar. Setiap jenis kendaraan umum seharusnya memiliki fungsi tersendiri dan bero- perasi di wilayah yang tepat sesuai dengan ukuran dan kapasitas kendaraan masing-masing. Bis misalnya, dengan kapasitas besar dapat bero- Perasi di jalan-jalan arten, sementara jenis angkut- an umum lainnya dengan ukuran kendaraan yang lebih kecil, dapat beroperasi pada jalan-jalan kolektor maupun lokal, kawasan pinggiran kota atau di daerah-daerah permukiman dalam jarak dekat, menengah dan sebagainya. Sektor transportasi umum sebagai sarana dalam kehidupan masyarakat harus dapat mengembang- kan dir! sesuai dengan peranannya dalam menun- jang perkombangan kota. Hal ini dituntut karena sektor transportasi harus dapat mengikuti perkem- bangan dari faktor-faktor yang langsung maupun tak langsung mempengaruhi terlaksananya kegiat- an transportasi. Kendaraan angkutan umum, dalam allernatif pela- yanannya harus dapat memenuhi tuntuten’ dan ebutunan masyarakat dalam melakuken perjalen- annya. Hal ini disebabkan permintaan (demand) Perpindahan manusia dari/ke berbagai tujuan yang berbeda dan beragam serta mengingat prasarana Jaringan jalan yang demikian rumit dan terbatas. Oleh sebab itu, maka pengalokasian angkutan umum harus dilakukan dalam rute-rute pelayanan sedemikian rupa, sehingga kebutuhan untuk men- Capai pola asal-tujuan perjalanan dapat terdisti busi secara merata, Beberapa literatur memberikan gambaran, bahwa Nomor 8 « Triwulan i= Juni 1969 angkutan umum jenis ‘ixed-route’ dengan pola pergerakan yang memusat (radial) akan beraku- mulasi di kawasan pusat kota dan jika tidak diba- rengi dengan sistem jaringan yang baik, maka hal ini akan merupakan penyebab kemacetan yang sangat kronis. Studi penelitian lain mengung- Kapkan, bahwa pengurangan jumlah kendaraan di kawasan CDB (Central Bussiness District) me- ‘nunjukkan pengurangan tingkat kemacetan lalu- lintas di kawasan bersangkutan. Pada saat ini, pola pergerakan kendaraan angkut- an umum di beberapa kota besar di Indonesia banyak yang menuju ke arah pusat kota. Dapat dikatakan, bahwa pola jaringan pergerakan ang- kutan umum ai wilayah perkotaan memiliki pola radial, Berkaitan dengan hal tersebut, selama pola jaringan pergerakan ang-kutan umum untuk jenis angkutan bis kota maupun jenis angkutan umum lainnya masih terkonsentrasi ke aran pusat kota sebagai satu tik tujuan, maka selama itu pula masalah transportas| kota seperti kemacetan, po- lusi udara, getaran, kebisingan serta masatah ikut- an lainnya akan tetap ada Sebagai illustrasi, kesemrawutan laluclintas di Ko- ta Bandung, 75% didominasi angkutan umum Dapat dikatakan, bahwa angkutan urnum di kawa- san pusat Kota Bandung memberikan summbangan yang besar terhadap kemacetan lalu lintas di ka- wasan pusat Kota Bandung, Selain hal-hal yang sudah diutarakan di atas, lalu- lintas yang bercampur (mixed traffic) juga turut menambah beban kepadatan lalu lintas. Jenis-je- nis kendaraan tersebut banyak bargerak pada ruas jalan yang sama, sehingga lalu lintas terutama di dalam kota tampaknya sudah menuntut pengatur- an dengan pendekatan yang lebih baik. Tingkat pertumbuhan kendaraan yang cukup ting- gi, sementara lebar jalan nyaris tak berubah, membuat kota kesulitan dalam mengakomodir ertumbuhan tersebut. Pada sisi fain, pertambah- an volume Kendaraan angkutan umum yang meningkat pesat juga turut berperan menambah beban permasalahan lalu lintas. Penanganan ter- hadap moda angkutan umum merupakan bagian penting dari upaya mengatasi permasalahan lalu lintas. Sebagai contoh- di Kota Bandung, angkutan bis kota sudah melayani jalan-jalan arteri, semantara mute angkutan umum lainnya (Angkot) juga banyak yang melintasi jaringan jalan yang sama dengan Jona PWK @ 7 lintasan bis kota. Hal ini menunjukkan adanya ja- urtumpang tindih antara bis kota dengan Angkot Rute Angkot banyak bergerak di jalan-jalan arteri bersamaan dengan rute bis kota, padahal sebagai- mana sudah diungkapkan, setiap jenis kendaraan umum seharusnya mempunyai fungsi sendin-sen- diri dan beroperasi di wilayah yang sesuai dengan ketentuan peruntukannya Dengan banyaknya rute Angkot yang beroperasi di jalan-jalan arteri bersamaan dengan rute bis kota, menimbulkan ketidakefisienan dalam peng- gunaan prasarana jalan. Selain itu, hal ini juga Cenderung menimbulkan sikap kompetisi di antara sesama supir angkutan umum untuk mengejar penumpang, sehingga membawa akibat yang berantai seperti tindakan pelanggaran lalu fintas, menurunnya sopan santun berialulintas serta tidak menghiraukan keamanan para pemakai jalan fain Salah satu cara untuk mengefisionkan pengguna- an ruang jalan agar tidak terjadi tumpang tingih antara bis kota dengan Angkot serta mengurangi akumulasi jumiah Angkot dan bis kota di kawasan pusat kota, adalah dengan menata kembali rute angkutan umum (bis kota maupun Angkot) (2) Beberapa Tindakan Pemecahan Masalah Beberapa tindakan pemecahan masalah yang da- pat (telah dan akan) dilakukan (sebagai contoh Kota Jakarta) akan dijelaskan berikut ini Sistem Kegiatan Salah satu usaha untuk mengatasi tingginya tingkat urbanisasi ke wilayah perkotaan dan menghindari pergerakan arus bolak-balik yang tinggi setiap hari, maka perlu dibangun suatu kota satelit atau pun kota baru (seperti Sumi Serpong Damai). Salah satu fungsinya, adalah untuk mengurangi intensitas kegiatan di Kota Jakarta serta menahan arus urbanisasi dan me- Tupakan filter bagi Kota Jakarta, Untuk itu, pasti Giperlukan suatur sistem jaringan transportasi antara kota utama dengan kota satelit tersebut Dalam kasus ini, perlu dilakukan pelebaran jalan yang pasti akan menimbulkan permasa- Jahan tersendiri dalam hal pembebasan tanh. Usaha lainnya adalah, dengan mengatur lokasi pusat kegiatan utama sebagai pusat bangkitan lalu lintas, sehingga pergerakan pemenuhan kebutuhan tersebut hanya terjadi pada suatu Jonna PK luas wilayah tertentu saja. Pembangunan ka- wasan Sentra Primer di Kota Jakarta adalah salah satu wujud langsung dari usaha tersebut Usaha lainnya dapat berupa rayonisasi sekolah dan pengaturan jam masuk Kantor dan Sekolah, Sistem Jaringan Boberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam usaha meningkatkan luas jalan dan kapasitas prasarana transportasi yang ada (sebagai con- toh di Kota Jakarta) akan dijelaskan berikut ini a. Pembangunan Jalan Baru Pembangunan jalan baru, baik jalan Jokal, koloktor maupun arteri, sesuai dengan pro- gram Bina Marga seperti: + jalan bebas hambatan (intra-urban toll road) = Grogol-Cawang toll road (selesai dan telah digunakan) = Cawang-Prink toll road (selesai dan te- lan digunakan) = harbour toll road (akan dibangun) + jalan tingkar (outer ring road), jalan yang, dibuat melingkari Kola Jakarta yang pada prinsionya merupakan suatu usaha untuk mengalihkan pergerakan ‘through trattic agar jangan memasuki Kota Jakarta (se~ bagian sudah setesai dan mulai diguna- kan), sehingga kemacetan yang timbul kavena pembebanan yang terlalu banyak pada jalan radial akan dapat dihindari Yalan tol GrogolCawang-Priok juga me- Fupakan suatu jalan lingkar (inner ring road) bagi Kola Jakarta + pembangunan jalan penghubung baru (ar- teri) yang menghubungkan 2 zona yang sangat tinggi tingkat lalu fintasnya, seperti jalan arten' baru yang menghubuagkan Rayamangun dengan Jatinogara, Jalan KH. Mas Mansyur dengan Kampung Me fayu, jelas akan memecahkan masalah kemacetan pada jalan-jalan radial menuju ke pusat kota, seperti Saharjo, Rasuna Said, Salemba dan fain-lain b. Peningkatan Kapasitas Prasarana Usaha peningkatan kapasitas jaringan jalan arteri yang telah ada, yaitu melalui pete- Nomor 8+ jalan it Juni 1983, baran jalan-jalan radial. Contohnya adalah pelebaran jalan Daan Mogot, Ciputat Raya, Fatmawati, Pasar Minggu dan lain-lain Selain itu, juga dilakukan usaha untuk mem- perbaiki kawasan bottleneck yang banyak terdapat pada jaringan jalan di Kota Jakarta yang jelas merupakan tempat potensial Penyebab kemacetan. Pembenahan sistem jaringan jalan dari sistem hirarki dan pem- bangunan jalan terobosan baru (missing link) harus dilakukan segera untuk meng- hindari_ penyempitan-penyempitan (bottle- neck). Seperti contoh: + petebaran dan perbaikan geometrik per- simpangan (contohnya Semanggi Flyover dan iain-lain), + pembuatan persimpangan tidak sebidang dalam usaha mengurangi ‘conflict points’ dari kendaraan-kendaraan yang akan menggunakan persimpangan tersebut, + pembangunan jalan-jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem jaringan jalan yang telah ada (missing links) dan pem- benahan sistem hirarki jalan, Hal ini ter- utama terlihat pada wilayah perbatasan dengan propinsi lain, misainya batas de- ngan Bekasi, Tangerang, Bogor dan lain- lain, Karena tidak ada koordinasi yang baik antara Kedua pemerintah daerah, maka pembangunan sistem jaringan jalan tersebut, terutama pada wilayah perbatas- an, tidak sinkron sehingga menimbulkan penyempitan (bottleneck) pembuatan jembatan penyeberangan un- tuk pejalan kaki maupun kendaraan pada kawasan tertentu, guna mengurangi kece- lakaan sewaklu menyeberang, juga mem- buka isolasi yang disebabkan pemba- ngunan jalan bebas hambatan yang memisahkan satu daerah menjadi dua daerah yang terisolasi, Beberapa hal yang merupakan hambatan utama dalam usaha meningkatkan prasarana transportasi serta memiliki hubungan atau pun dampak terha- dap penataan ruang perkotaan, terutama prasa- rana perkotaan, adalah sebagai berikut: a. Pembuatan jalan baru menghadapi masalah yang sangat rumit dalam pembebasan tanah dimana biaya yang dikeluarkan merupakan Nomor 8 Triwutan H+ Juni 1993 bagian yang cukup besar dari keseluruhan nilai proyek. Hal ini karena harga tanah di perkotaan sudah sangat tinggi, terutama di kawasan pusat kota; Pelebaran jalan untuk meningkatkan kapasitas jalan maupun perbaikan persimpangan mempu- fnyai maselah menyangkut prasarana jaringan utiitas. Hal ini, Karena di tepi jalan dan persim- angan terdapat jaringan utlitas (air bersih, air kotor, listrik, telepon), sehingga jika jalan atau persimpangan tersebut hendak diperlebar, ‘maka jaringan utilitas tersebut akan berada di tengah jalan, Tentunya hal ini akan menyulitkan Perbaikan kerusakan yang kelak terjadi Untuk itu, telah dilakukan suatu koordinasi dengan instansi terkait, seperti PLN, PAM, Pertamanan dan instansi terkait lainnya dalam hal penentuan letak dan lokasi jaringan utilitas baru yang merupakan salah satu hambatan, karena membutuhkan waktu cukup lama. Sistem Pergerakan a, Perbaikan sistem lampu alu lintas dan sistem jaringan jalan: ~ pemasangan dan perbikan sistem lampu lalu lintas (isolated maupun coordinated) yang dapat digunakan untuk mengikuti fluktuasi talu lintas yang berbeda dalam 1 Jam, 1 hari maupun + minggu, ~ perbaikan sistem perencanaan jaringan Jalan yang ada (Transport Network Plan- ning) termasuk jaringan jalan kereta api, jalan raya bus, Mass Rapid Transit dalam usaha menunjang Sistem Angkutan Umum Transportasi Darat Terpadu, ‘manajemen transportasi (transport man- agement) seperti Kebijaksanaan perparki~ an, perbaikan fasilitas pejalan kaki, jalur khusus untuk bus dan lain-lain. Hal tersebut mengisyaratkan_ pertimbangan yang perlu dilakukan lebih diutamakan pada kemungkinan pembatasan kebutuh- an transportasi dengan beberapa metoda yang dikenal sebagai ‘traffic restraint Perlunya penerapan ‘traffic restraint’ ter- hadap. penggunaan kendaraan pribadi telah diterima para pakar sebagai suatu hal yang penting dalam penanggulangan masalah kemacetan di perkotaan moa PHK 9 b, Kebijaksanaan Perparkiran Parkir didefinisikan dalam bentuk fokasi tempat kendaraan dapat berhenti. Parkir mempunyai tujuan yang baik dan aksesibi- litas yang mudah. Jika seseorang tidak dapat memarkir kendaraannya, maka dia tidak akan bisa membuat perjalanan. Jika parkir terlalu jauh dari tujuan, maka orang akan mulai berpikir beralih parkir ke tempat lain. Dengan demikian, maka tujuan utama parkir adalah agar lokasi parkir sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan. Salah satu kelemahan pada angkutan pribadi meskipun mempunyai mobilitas yang tinggi adalah ketergantungan terhadap tempat park. Oleh sebab itu, kebijaksanaan perparkiran merupakan suatu usaha yang yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas yang sudah ada. Penggunaan badan jalan Untuk parkir (on-street parking) jelas akan memperkecit kapasitas jalan tersebut, kare- na sebagian dari lebar jalan tersebut digu- nakan sebagai tempat parkir. Lebih jauh lagi, pengelolaan parkir yang tidak baik Cenderung akan merupakan tempat yang potensial sebagai penyebab kemacetan, karena antrian kendaraan yang menunggu tempat kosong juste akan menghambat pergerakan arus falu lintas. Kebijaksanaan “off-street parking", seperti pendirian bangunan tempat parkir atau membatasi tempat parkir, jelas merupakan suatu jawaban sangat tepat, karena sejalan dengan usaha untuk mengurangi pengguna- an kendaraan pribadi dengan mengalinkan penumpang dari kendaraan pribadi ke ang- kutan umum. Pengalihan badan jalan yang pada mulanya digunakan sebagai tempat parkir menjadi lajur khusus untuk bus, juga merupakan jawaban yang sangat tepat Permasalahan Angkutan Umum dan Usaha Perbaikannya Angkutan umum mempunyai peran penting dan vital dalam memenuhi kebutunan pergerakan penumpang di wilayah perkotaan. Oleh sebab itu, pada beberapa kota keberadaan angkutan unum Juma. PK & 10 akan merupakan primadona guna memecahkan masalan Kemacetan dan akan tetap diper- tahankan, Berikut ini akan diuraikan beberapa permasalahan kemacetan di wilayah perkotaan yang ditimbulkan olen keberadaan angkutan umum serta usaha- usaha perbaikan yang harus segera dilakukan: a. Seluruh wilayan kota harus dapat terjangkau oleh pelayanan angkutan umum. Jika terdapat suatu Kawasan yang tidak terjangkau, maka dapat dipastikan penduduk yang berada di kawasan tersebut akan terpaksa menggantung- kan Giri pada angkutan pribadi (nal ini jelas, tidak akan menguntungkan bagi kapasites jalan yang terbatas). Oleh sebab itu, trayek angkitan umum harus direncanakan sedemikian rupa dengan memperhatikan pola tata guna tanah, pola penyebaran penduduk dan pola kebutuhan pergerakan. Kendaraan angkutan umum, dalam alternatif pelayanannya harus dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat dalam melakukan perjalanannya. Hal ini disebabkan Permintaan (demand) perpindahan manusia darikke berbagai tujuan berbeda dan beragam serta mengingat prasarana jaringan jalan yang demikian rumit dan terbatas. Olen sebab itu, maka pengalokasian angkutan umum harus dilakukan dalam rute-rute petayanan sedemi- kian rupa, sehingga kebutuhan untuk mencapal pola asal-tujuan pergerakan dapat terdistribusi secara merata; b.Jumlah armada yang beroperasi dan ‘time headway’ atau frekuensi pada masing-masing rute/trayek harus diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pergerakan yang terjadi (pada jam sibuk dan jam tidak sibuk). Tidak adanya perencanaan dan pengaturan jin trayek yang baik menyebabkan terdapatnya rute “gemuk’ dan rute ‘kurus’ dan jumlah armada yang tidak optimal sesuai dengan kebutuhan- ‘nya. Hal ini jelas akan menyebabkan pesmasa- lahan kemacetan yang kronis pada rute tersebut, Karena angkutan umum yang jumiah- nya terlalu banyak akan berusaha berebut penumpang yang jumlahnya terbatas; c. Tidak teraturnya wilayah operasi kendaraan uangkutan umum selalu dipersalahkan sebagai salah satu penyebab kesemrawutan lalu lintas, Setiap jenis kendaraan umum seharusnya memiliki fungsi tersendiri dan beroperasi di Nomor 8+ Trivulan + Juni 1993 wilayah yang sesuai dengan ukuran dan kapa- sitas jaringan jalan yang akan dilaluinya, Bis misalnya, dengan kapasitas besar harus bero- perasi di jalan-jalan arteri, sementara jenis angkutan umum lainnya dengan ukuran kenda- faan yang lebih kecil, dapat beroperasi pada jslan-jalan kolektor maupun tokal, kawasan pinggiran kota atau di wilayah permukiman dalam jarak dekat, menengah dan sebagainya. ‘Sebagal contoh di Kota Bandung, angkutan bis kota sudah metayani jalan-jalan arteri, semen- tara rute angkutan umum lainnya (Angkot) juga banyak yang melintasi jaringan jalan yang sama dengan lintasan bis kota. Hal ini menunjukan adanya jalur tumpeng tindih antara angkutan ienis bis kota dengan angkutan jenis Angkot. Rute Angkot banyak bergerak di jalan-jalan arteri bersemaan dengan rute angkutan bis kola, padahal sebagaimana sudah diungkap- kan, setiap jenis kendaraan umum sehatusnya mempunyai fungsi sendiri-sendiri dan berope- rasi di wilayah yang sesuai dengan ketentuan peruntukannya, Dengan banyaknya rute Angkot yang beroperasi di jalan-jaian arteri bersamaan dengan rute angkutan bis kota, menimbulkan ketidakefesi- enan dalam penggunaan prasarana jalan Selain itu, hal ini juga cenderung menimbulkan sikap kompetisi di antara sesama pengendara angkutan umum untuk mengejar calon penum- Pang, sehingga membawa akibat berantai Seperti tindakan pelanggaran lalu lintas serta fidak menghiraukan keamanan pemakai jalan lainnya, Salah satu cara untuk mengefesienkan peng- ‘gunaan ruang jalan agar tidak terjadi tumpang tindih antara moda bis kota dengan moda Ang- kot dan mengurangi akumulasi jumlah Angkot dan bis kola di pusat kota, adalah dengan Menata kembali rute angkutan umum (bis kota dan Angkot). . Rute angkutan umum yang baik harus dapat ‘memenuhi kepentingan kedua belah pihak, yaitu pihak penumpang (user) dan pihak ope. fator (swasta dan pemerintah). Untuk dapat ‘memenuhi kedua belah pihak, maka penyusun- an rute angkutan umum harus didasarkan pada pola asal tujuan pergerakan, ongkos perjalanan minimum, efesiensi sistem lalu lintas kota serta kebijaksanaan pemerintah daerah, Agar meng- Nomor 8+ Trivutan H+ Juni 1993, hasilkan kesesuaian pelayanan angkutan umum, dengan aktivitas kota secara keseluruhan, maka perlu pula dipertimbangkan secara menyeluruh tentang pola tata guna tanah, pola jaringan jalan, pola penyebaran penduduk, pola kebu- tuhan pegerakan dan lain-tain Pada saat ini, pola jaringan pergerakan ken- daraan angkutan umum di kota-kota besar di Indonesia banyak yang menuju ke arah pusat kota (radial). Berkaitan dengan hal tersebut, selama pola jaringan pergerakan angkutam umum di kota, baik untuk jenis angkutan bis kota maupun jenis angkutan umum lainnya masih terpusat ke arah pusat kota sebagai satu tithe tyjuan, maka selama itu pula masalah, transportasi masin akan tetap ada. Sebagai conotoh Kota Bandung, kesemrawutan lalu- lintas, 75% didominasi oleh angkutan unum, Dapat diketakan, bahwa angkutan umum di kawasan pusat Kota Bandung memberikan sumbangan yang besar terhadap kemacetan ‘alu-tintas di kawasan pusat kota tersebut, Beberapa literatur memberikan gambaran, bah- wa angkutan umum jenis ‘fixed-route’ dengan Pola pergerakan yang memusat (radial) akan berakumulasi i kawasan pusat Kota dan jika tidak dibarengi dengan sistem jaringan jalan yang balk, hal ini akan merupakan penyebab kemacetan yang sangat kronis. Studi penelitian lain mengungkapkan, bahwa pengurangan jumlah kendaraan di kawasan CBD (Central Bussiness Distrik) menunjukkan pengurangan tingkat kemacetan lalu lintas di kawasan tersebut. Selain hal yang sudah diutarakan di atas, ada- nya [alu lintas yang bercampur (mixed traffic) juga turut menambah beban kepadaten lalu- lintas. Jenis.jenis kendaraan tersebut banyak bergerak pada ruas jalan yang sama, sehingga lalu lintas terutama di dalam kota, tempaknya ‘menuntut pengaturan dengan pendekatan lebih balk. Hal ini menunjukan, bahwa penataan kern- bali rute angkutan umum sangat dibutuhkan, Selain penataan rute angkutan umum, lokasi terminal dan shelter, tingkat pelayanan angkut- an umum (kenyamanan dan keselamatan) juga perlu diperhatikan, Namun hal yang terpenting yang periu diperha- tikan, adalah masalah kedisiplinan para pe- ‘fgendara angkutan umum dan aparat penegak Jamas PW 49 hukum. Banyak ahli yang menyatakan, bahwa masalah kemacetan di kota-kota besar disebab- kan masih rendahnya tingkat disiplin para pemakai jalan dan aparat penegak hukum lalu lintas. Sistem Angkutan Umum Transportasi Perkotaan Terpadu Sistem Angkutan Umum Transportasi Perkotaan Terpadu antara bus, mikro bus, Kereta api, sistem Mass Rapid Trasit (MRT) dan taksi merupakan sualu kebijaksanaan yang dapat memecahkan masalah kemacetan dan akan diusulkan dalam waktu dekat ini. Dalam perencanaan Sistem ‘Angkutan Umum Transportasi Perkotaan Terpadu diperlukan suatu studi perencanaan yang menye- luruh dan suatu sistem koordinasi interaktif yang baik antardepartemen dan intansi terkait, sehingga diharapkan pelaksanaan pembangunannya akan berdampak positif terhadap penataan ruang perkotaan. ‘Waktu tempuh merupakan salah satu faktor pal ing utama yang harus diperhatikan dalam trans- portasi. Hal ini karena waktu tempuh merupakan daya tarik utama dalam pemilinan moda transportasi yang akan digunakan olen pelaku perjalanan (manusia ataupun barang). Jelas, bertambahnya waktu tempuh pada suatu moda transportasi, dengan sendirinya akan menurunkan tingkat pendapatannya, Akibat lebih jauh lagi. adalah berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan moda transportasi tersebut, sehingga jika ada altematif moda transportas' lain yang lebih baik, maka konsumen akan beralih dan memilih moda transportasi lain tersebut, Untuk suatu perjaianan yang memerlukan bebera- pa moda transportasi (multi-moda transportas), faktor Iain yang lebin menentukan (selain wakiu tempuh), adalah biaya transit (biaya perpindahan barang atau penumpang). Untuk menekan biaya transportasi baik untuk pergerakan penumpang dan/atau barang dalam suatu sistem transportasi antarmoda yang terpadu, hal yang perlu diperha- tikan adalah penghematan biaya transit atau biaya perpindahan barang dan/atau penumpang dari suatu moda ke moda transportasi lainnya. Untuk. itu diperlukan usaha pembangunan fasilitas maupun sarana dan prasarana pada tempat perpindahan barang dan/atau penumpang dati Jona. PK 8 12 suatu moda ke moda transportasi lainnya agar dapat berlangsung dengan cepat, aman, murah dan nyaman, sehingga biaya transit yang diper- lukan dapat ditekan seminimal mungkin. Salah satu hal yang perlu diperhatikan juga, yaitu perlunya suatu perencanaan lay-out terminal antarmoda yang efektit dan efisien, sehingga mempunyai dampak positif terhadap penggunaan ahan, tata ruang yang balk, sirkulasi penumpang dan pejalan kaki, persampahan, pertamanan, saluran utilitas, keamanan, kenyamanan dan lain- Jain, Hal ini, sekali lagi, pasti menimbulkan perma- salahan pembebasan tanah yang akan membu- tunkan waktu relatif lama serta biaya besar. Selain itu, perlu juga direncanakan suatu sistem jaringan angkutan umum terpadu yang baik, meliputi jaringan jalan kereta api, bus antarkota dan dalam kota, dan tain-lain Dengan meningkatnya pelayanan angkutan uum, tersebut, maka penggunaan angkutan umum akan lebih ‘menguntungkan’ dibandingkan dengan angkutan pribadi, sehingga dapat dihrapkan terjadi peralihan penggunaan kendaraan dari angkutan pribadi ke angkutan umum. Dalam usaha untuk memperbaiki pelayanan angkutan umum sebagai salah satu usaha untuk memecahkan masalah kemacetan di kota besar, maka disusunlan suatu Kerangka Konsepsuel Perencanaan Transportasi Angkutan Umum se- pertiterlinat pada gambar 2. Kerangka konseptual tersebut menjabarkan suatu proses perencanaan yang ‘menyeluruh’ yang mencakup semua aspek yang akan terlibat di dalamnya seperti pola tata Guna lahan, pola jaringan jalan, pola penyebaran penduduk dan pola kebutuhan pergerakan, sistem operasi dan tingkat pelayanan. Kesimpulan Angkutan uum sering dituduh menjadi penyebab kemacetan pada hampir semua kota beser di In- donesia. Tulisan ini menguraikan beberapa permasalahan transportasi yang disebabkan oleh angkutan umum yang sering terjadi di wilayah perkotaan dan sudah merupakan ciri khas negara sedang berkembang (developing countries). Dapat disimpulkan, bahwa permasalahan ini disebabkan tidak terdapainya perencanaan yang “‘menyeluruh’ yang mencakup semua aspek seperti Nomor 8 »Triwulan Il Juni 1983 Gambar 2 Kerangka Konsepsual Studi Perencanaan Transportasi Angkutan Umum dalam Usaha Mengatasi Masalah Kemacetan ROWOIS) EKSTSTING EVALUAS] 1STEM PELAVANAN ANGKUTAN Ur ANGRITAN UMM BERORGARKAN ~ lah Armeda ~ Ferkonbangan Kote > Rute WM) = Kerekseristik Penunosng | MRT GOTENST Dan PeRMAsALanAN + Pole Jeringen Rute * rarakteristtk Soran ean lnuoxuTan UH Di HOTA BAKOUNG + Tingiae petayenan Prasarana Transportast rota + ketersedisan soda Sistem Pelayanen angkuten | Tronsporeast Lainnya Yang’ Reo SEE Ge eect} eet PERLU PENINGKATAN EFISIENST PELAYANAN ANGKUTAN UMLM DI KOTA BANDUNG, TEORI OA STANDARD] * abi Jeksonean Angkuten run KRUTERIA OASAR PENYUSUNAN |RUTE ANGKUTAN’ Un = Bela asal-Tujuen Penanpans| RMB AVAL Sts POTEWS! Zowa-zovn] pam WWM 2ovn Poreust ae] = Pola Tate Guna tahan PELAYANAN ANGRUTAN ANGKUTAN UML Pola Penyebsran Penducuk Co _} —_———— + Korakteristik Jaringan + Jarak Setiap Ruas Jalen * kecepatan ekeisting Russ Ruas Jaton. + Kepasitas Russ Jalan | = Tipe Ruse Javan - Fungst Setiap Russ Jalen [MVALISES DENGAN PROGRAM HOTORS Hamm Ur vrasaw sexeenoex oan | PEMBESAUAN PEKUNPANG | L roma | RUTE BARU [mae | ‘a = Waktu Tenpub setiep Rugs Jalan Biaya Trensportasi setiap Russ jalan - Penbebanen Penumpang setiap Russ ‘aten Nomer ‘Teivulan I+ Juni 1989 Junwas PHK G43 pola tata guna tanah, pola jaringan jalan, pole penyebaran penduduk, pola kebutuhan perge- ‘rakan, sistem operasi dan tingkat pelayanan Dalam mengatasi masalah tersebut, perlu dipi- kirkan beberapa alternatif pemecahan masalah, Untuk mendapatkan pemecahan tersebut, tulisan ini menjelaskan pentingnya pembagian sistem transportasi makro menjadi sub sistem transpor- tasi yang terdini atas Sistem Kegiatan, Sistem Jaringan, Sistem Pergerakan dan Sistem Kelem- bagaan. Telah diuraikan pula, bahwa kemacetan yang terjadi pada dasarnya timbul karena tingkat pertumbuhan kebutuhan transportasi melebini tingkat pertumbuhan fasilitas/prasarana yang ada Selain itu, masalah tersebut juga timbul karena fasilitas/prasarana yang tidak berfungsi se- mestinya Beberapa permasalahan transportasi yang dise- babkan oleh angkutan umum ditinjau dari sisi ‘de~ mand’ dan ‘supply’ telah diuraikan dan beberapa usaha perbaikan yang perlu dilakukan telah diba- has yang tecakup dalam suatu kerangka konsep perencanaan transportasi angkutan uum. Dapat juga disimpulkan, bahwa peran serta pihak peme- rintah, swasta dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam turut memecahkan permasalahan transpor- tasi tersebut Daftar Pustaka Akins, $.T. (1984), Value of Travel Time: Tho Caso Against, Highways and Transportaon Banister, O. and Hal, P. (1981), Transportation and Pubic Potey Panning, Londen Black, JA. (1984), Urban Transport Planning: Theory and Prac: tice, London | Blunden, W.R. and Black, JA. (1984). The Land Use-Transport ‘System, Pergamon Press Bruton, My. (1978), Introduction f Transportation Planning, ‘London, Hutchinson Gresswel, R, (1979), Urban Planning and Puble Transport, Construction Press Garber, Nu. and Hoel L.A. (1988), Trafte ang Highway Eng ‘neering, Wost Publishing Company mn PWR S14 Gray, GE, and Lester, H. (1979). Puble Transportation: Pan ‘ing, Operation, and Management, Prantce Hal Hansen, WG. (1991), How Accessiblity Shapes Lond Use, “iournal of Amencan, insttute of Planners, Volume 25, po 73.78 Hastat, RF. (1991), Stud! Penyusunan Rute Angkutan Unum ‘Moda Sudako @ Kotamadya Medan, Tugas Akhir Junusan Teknik Planolog! Insts! Teknolog) Bandung Hoobs, FD. (1979), Trafic Planning and Engineorng, Pergamon Prass ITE, (1982), Transportation and Traffe Engheeting Handbook, ‘Second Eaion, Prantce Hel, New Jersey. JH, (1987), Roads and Traffe in Urban Areas, HMSO Manheim, ML. (1979), Fundamentals of Transpottation Sys toms Analysis, Volume 1: Basic Concept, MIT Press MeShane, WAR. and Rosss, RP. (1990), Traffe Engineering, Prentice Hal Polytehnic Series in Transportation Mtchot, R.B. and Raphin, ©. (1954), Urban Traffe: Function Land Use, New York * Mostok, €.K. (1988), Pengantar Teknik dan Perencansan Transportas legemanan), Penerbit Eranogs, Jakarta 1, Wi. and Shuldhiner, PW. (1962), An Analysis of Urban Travel Demand Punyaratabandhu, N. (1977), Trip Generation From Housing Estate, MSc Thesis, Asian Insitute of Technology amin, 0.2. (1991), Sistem Transportasi Angkutan Umum Kota Bandung Panu Dibenahi, Piran Rekyal, Minggu, 3 No: vember 1991 TTamin, 0.2 (1991), Ditat Kulah Pengololaan Transportas, Pro- gram S-2 Rokayasa Transportas, Jurusan Teknik Sip ie amin, 0.2. (1992), Perbaitan Pelayanan Angkuten Umum, Pikran Rakyat Minggu, 20 Sepiember 1982 amin, 0.2, (1992), Aplikasi Medel Perencansan Transportas! 4 Tahap Untuk Negara Seaang Berkembang, Majalan Prisma (akan dtrbtkan) Tamir, 0.2. (1993), Pertakan Pelayanan Angkutan Umum ‘Sebagai Usaha Memperancer Arus Lali Lites Jalan Raya, ‘Seminar Nasional ‘Skap Priaku Pemakal Jalan Serta Aparat Pengatumya terhadap Kelanceran Lal Lintas, Unverstas Lenglang Buane Warpani, S. (5990), Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit 73 Wels, GR. (1975), Comprehensive Transport Planning. Lon- ‘don, Chartes Grin [Nomor 8+ Triwulan Il» Juni 1993,

Das könnte Ihnen auch gefallen