Sie sind auf Seite 1von 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ziarah kubur merupakan perkara yang disyariatkan dalam agama kita dengan tujuan
agar orang yang melakukannya dapat mengambil pelajaran dengannya dan dapat
mengingat akhirat, dengan syarat tidak mengatakan disisi kuburan tersebut ucapan-
ucapan yang bisa membuat Allah Subhanahu wa Ta'ala murka, seperti berdoa kepada si
penghuni kuburan, memohon pertolongan kepadanya, dan sejenisnya. Pada mulanya
berziarah kubur itu dilarang, larangan Rasulallah SAW pada masa permulaan itu ialah
karena masih dekatnya masa umat Islam waktu itu dengan zaman jahiliyah dan kurang
kuatnya akidah Islamiyah. Namun saat akidah mereka kuat dan memiliki pengetahuan
keislaman yang cukup, Rasulullah SAW. pun mengizinkannya. Hal itu ditegaskan melalui
dalil hadits yang diriwayatkan oleh Buraidah ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, sekarang silahkan berziarah"
(HR. Muslim 2:672).
Dan di dalam rangka berziarah kubur itu, kita disunnahkan untuk berdoa, yakni
mendoakan mayit yang ada di kubur itu. Dan sebagai makhluk yang sudah mati, tentu
doanya bukan minta fasilitas kehidupan seperti punya anak, istri cantik, uang banyak,
lulus ujian, diterima pekerjaan, dagangan laku atau terpilih jadi anggota legislatif. Mereka
sudah tidak butuh semua itu di alam barzah. Yang mereka butuhkan adalah keringan dari
siksa kubur dan pahala yang akan membuat mereka bisa masuk surga. Namun keyakinan
bahwa orang yang sudah mati itu lantas berdoa juga kepada Allah SWT untuk kebaikan
kita, maka ada yang salah dalam memahaminya. Selain itu, menziarahi makam para wali
itu harus dicermati dengan pemahaman akidah yang benar. Betapapun ada sebagian kecil
pihak yang tidak menerima ritual ziarah, itu disebabkan karena perselisihan paham tanpa
harus menyinggung masalah akidah. Dan ini pun termasuk pada ranah furuiyah. Maka
sepatutnya pihak yang berseberangan pemahaman tidak mudah menganggap sesat atau
kafir terhadap muslim lainnya. Oleh karena itu, penulis akan membahas berbagai
pendapat para ulama tentang ziarah kubur bahwa sesungguhnya ziarah kubur itu
bukanlah sesuatu yang diharamkan atau bidah, melainkan suatu hal yang dianjurkan oleh
agama.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apa pengertian sebenarnya ziarah kubur itu?
2. Bagaimana hukum sebenarnya ziarah kubur itu?
3.Bagaimana penyimpangan ziarah kubur itu ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.Untuk mengetahui apa sebenarnya ziarah kubur itu.
2.Untuk mengetahui penyimpangan ziarah kubur itu.
3.Untuk mengerti hukum berziarah kubur itu.

BAB II
PEMBAHASAN

2
Pengertian Ziarah Kubur

, yaitu hendak bepergian


Secara etimologi ziarah berasal dari kata yang "Zaro" berarti
menuju suatu tempat (al Mishbahul Munir juz 4 halaman 119, lihat juga al Qamus al Fiqhi juz 1
halaman 160. http://ikhwanmuslim.com,diakses 7-1-2011). Berdasarkan hal ini makna dari
berziarah kubur adalah sengaja untuk bepergian ke kuburan.
Sedangkan dalam terminologi syariyah, makna ziarah kubur adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Imam Al Qadli Iyadl rahimahullah,(Yang dimaksud dengan ziarah kubur)
adalah mengunjunginya dengan niat mendoakan para penghuni kubur serta mengambil pelajaran
dari keadaan mereka (al Mathla alaa Abwabil Fiqhi juz 1:119. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011).
Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan
sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni
kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, tetapi tidak boleh meminta
sesuatu kepada kuburan itu, karena itu akan menjadikan musyrik (menyekutukan Allah).

Hukum Ziarah Kubur

Ziarah kubur dianjurkan bagi kaum pria berdasarkan hadits Abu Hurairah radliallahu
anhu, Rasulullah SAW. pernah menziarahi kubur ibu beliau, kemudian beliau menangis
sehingga membuat para sahabat di sekelilingnya menangis. Beliau lalu berkata, Tadi aku
meminta izin kepada Rabb-ku azza wa jalla agar aku dibolehkan berdoa memohon ampun bagi
ibuku, namun hal itu tidak diperkenankan. Kemudian aku memohon agar aku dperbolehkan
mengunjungi kuburnya, maka hal ini diperbolehkan bagiku. Oleh karena itu ziarahilah kubur,
karena hal itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat. (HR. An Nasaai nomor 2007; Ibnu Abi
Syaibah 3:223; Al Baihaqi dalam Al Kubra 4:70,76; Hakim nomor 1339 dengan sanad yang
shahih. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).

Teks hadits ini dan juga pernyataan an Nawawi sebelumnya menunjukkan secara tegas
bahwa ziarah kubur disyariatkan bagi kaum pria. Namun para ulama berselisih pendapat
mengenai hukum ziarah kubur bagi wanita. Terdapat beberapa pendapat dalam masalah ini,

3
namun secara garis besar pendapat tersebut terbagi menjadi dua kelompok, antara yang
mengharamkan dan membolehkan atau menganjurkan. Pendapat yang kuat dalam permasalahan
ini adalah pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur, akan tetapi yang patut
diingat adalah mereka dilarang sesering mungkin berziarah kubur. Pendapat inilah yang
menggabungkan berbagai dalil yang dikemukakan oleh dua kelompok tersebut.

Berikut dalil-dalil yang menyatakan bolehnya wanita berziarah kubur.


Hadits yang berasal dari Aisyah radliallahu anha, dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dia berkata,
Pada suatu hari Aisyah pulang dari kuburan. Maka aku bertanya padanya, Wahai Ummul
Mukminin, darimanakah engkau? Maka beliau menjawab, Dari kubur Abdurrahman bin Abi
Bakr. Maka aku menukas, Bukankah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang ziarah
kubur? Beliau pun menjawab, Benar, namun kemudian beliau memerintahkannya. (HR.
Hakim nomor 1392, Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra nomor 6999 dengan sanad yang shahih.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011). Dalam sebuah hadits yang panjang dan
diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais bin Makhramah ibnil Muththallib dari bibinya, Ummul
Mukminin, Aisyah radliallahu anha ketika beliau membuntuti nabi shallallahu alaihi wa sallam
yang mendatangi pekuburan Baqi di suatu malam. Setibanya di rumah, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam mengatakan kepada Aisyah bahwa Allah memerintahkannya untuk
mengunjungi penghuni kuburan Baqi dan memintakan ampunan bagi mereka. Maka Aisyah
kemudian bertanya, Lalu apa yang akan aku katakan pada mereka? Kata beliau, Ucapkanlah,
Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah
memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang akan menyusul,
dan kami insya Allah akan menyusul kalian. (HR. Muslim nomor 974, An Nasaai 2037, Al
Baihaqi nomor 7003, Abdurrazzaq nomor 6722. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).

Persetujuan nabi SAW. terhadap perbuatan seorang wanita yang beliau tegur di sisi kubur.
Dari Anas bin Malik radliallahu anhu berkata, Rasulullah melewati seorang wanita yang
sedang menangis di sisi kubur, kemudian beliau bersabda, Bertakwalah kepada Allah dan
bersabarlah! (HR. Bukhari nomor 1223, 6735).

Wanita tidak diperbolehkan untuk sesering mungkin berziarah kubur, karena hal tersebut
akan menghantarkan kepada perbuatan yang menyelisihi syariat seperti berteriak, tabarruj
(bersolek di depan non mahram), menjadikan pekuburan sebagai tempat wisata, membuang-

4
buang waktu, dan berbagai kemungkaran lain sebagaimana dapat kita saksikan hal tersebut
terjadi di sebagian besar negeri kaum muslimin. Perbuatan inilah yang dimaksud dalam hadits
shahih dari Abu Hurairah radliallahu anhu,

Sesungguhnya rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat wanita yang sering menziarahi
kubur. (HR. Ibnu Majah nomor 1574, 1575, 1576 dengan sanad yang hasan.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).

Laknat yang tercantum dalam hadits tersebut hanyalah diperuntukkan bagi wanita yang sering
berziarah kubur, karena lafadz merupakan bentuk mubalaghah (hiperbola).
Kemungkinan penyebab laknat tersebut dijatuhkan pada mereka adalah karena para wanita
tersebut menyia-nyiakan hak suami (dengan sering keluar rumah), bertabarruj, ratapan dan
perbuatan terlarang yang semisal. Terdapat pendapat yang menyatakan apabila seluruh hal
tersebut dapat dihindari, maka boleh mmberikan izin kepada wanita untuk berziarah kubur,
karena mengingat kematian merupakan suatu perkara yang dibutuhkan oleh pria maupun wanita.

Asy-Syaukani rahimahullah (dalam Nailul Authar juz 4:95. http://ikhwanmuslim.com,


diakses 7-1-2011) mengatakan, Pendapat ini yang lebih tepat untuk dijadikan pegangan dalam
mengkompromikan seluruh hadits dalam permasalahan ini yang sekilas nampak bertentangan.

An Nawawi (dalam al Majmu 5:309. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011)


setelah menyebutkan dua pendapat yang disebutkan oleh Ar Ruyani dalam permasalahan ini,
beliau memilih pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur dan berkata,
Pendapat inilah yang tepat menurutku dengan syarat terbebas dari fitnah. Pengarang al
Mustazhhari berkata, Menurutku apabila ziarah tersebut dilakukan untuk memperbarui
kesedihan serta memicu terjadinya ratapan dan tangisan sebagaimana kebiasaan kaum wanita,
maka hukumnya haram, sehingga hadits tersebut berlaku pada kondisi ini. Wallahu alam.

Penyimpangan yang terjadi dalam ziarah kubur

Di antara penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan ziarah kubur adalah sebagai berikut:

5
1. Meminta kepada penghuni kubur, bertawasul dengan penghuninya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa yang ingin berziarah kubur silakan berziarah namun janganlah berkata hujran.
(HR. Abu Dawud)

Al-Imam Nawawi rahimahullah berkata, Al-Hujra adalah ucapan batil. Dahulu mereka dilarang
berziarah kubur karena mereka baru meninggalkan masa jahiliyah. Dikhawatirkan mereka akan
mengucapkan ucapan-ucapan jahiliyah ketika berziarah kubur. Ketika fondasi Islam telah
mantap, hukum-hukumnya telah kokoh, dan rambu-rambunya telah tampak, mereka pun
dibolehkan berziarah kubur. Namun, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masih menjaga
mereka dengan sabdanya, Janganlah kalian mengucapkan hujran.

Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, Tidak diragukan lagi bahwasanya berdoa kepada
penghuni kubur -yang dilakukan orang-orang awam dan selain mereka ketika ziarah kubur-,
meminta tolong kepada mereka, serta meminta kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan hak
penghuni kubur (tawasul) adalah ucapan dan perbuatan hujran yang paling besar. Para ulama
wajib menjelaskan hukum Allah Subhanahu wa Taala dan menerangkan ziarah kubur yang
benar kepada mereka. (Ahkamul Janaiz, hlm. 227-228)

2. Mengkhususkan waktu tertentu

Banyak fatwa para ulama tentang tidak bolehnya mengkhususkan ied (hari raya) atau bulan
Ramadhan untuk berziarah kubur. Ada sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, Apa hukum mengkhususkan hari raya dan
hari Jumat untuk berziarah kubur?

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjawab, Pengkhususan hari


Jumat dan ied untuk berziarah kubur tidak ada asalnya di dalam sunnah. Pengkhususan ziarah
kubur pada hari ied dan keyakinan bahwa hal itu disyariatkan, teranggap sebagai perbuatan
bidah. (kutipan dari Fatawa asy-Syaikh Ibnu Utsaimin 17/286 pertanyaan no. 259)

6
Ditanyakan pula kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, Apa hukum
mengkhususkan hari Jumat untuk berziarah kubur?

Beliau rahimahullah menjawab, Hal tersebut tidak ada asalnya dalam syariat. Yang disyariatkan
adalah berziarah kubur kapan pun waktunya yang mudah bagi yang mau berziarah, baik malam
maupun siang hari.

Pengkhususan pagi atau malam tertentu (untuk berziarah) adalah perbuatan bidan yang tidak ada
asalnya dalam syariat. Ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan agama kami yang bukan darinya maka
tertolak. [1]

Dalam riwayat Muslim:

Barangsiapa mengamalkan satu amalan yang tidak ada padanya ajaran kami maka tertolak.
(HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu anha) (Fatawa asy-Syaikh Ibnu Baz, 13/336)

3. Membaca Al-Quran

Asy-Syaikh al-Albani berkata, Membaca Al-Quran ketika ziarah kubur tidak ada dasarnya
(contohnya) dalam sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam kitabnya iqtidha Shirathil Mustaqim,
Tidak ada ucapan al-Imam asy-Syafii dalam masalah ini, karena amalan ini adalah bidah
menurut beliau. Al-Imam Malik rahimahullah berkata, Aku tidak pernah tahu ada seorang pun
melakukannya. Ini menunjukkan bahwa para shahabat dan tabiin tidak melakukannya. (Lihat
Ahkamul Janaiz, hlm. 241-242)

4. Menabur bunga

Asy-Syaikh al-Albani berkata, Tidak disyariatkan meletakkan daun wewangian dan bunga-
bungaan di atas kuburan, karena hal ini tidak pernah dilakukan oleh salaf. Seandainya itu adalah

7
baik, niscaya mereka melakukannya. Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata, Semua bidah
adalah sesat, walaupun orang-orang menganggapnya baik. (Ahkamul Janaiz, hlm. 258)

5. Syaddu rihal (melakukan safar)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah berkata,

Tidak boleh melakukan perjalanan jauh (demi ibadah di tempat tersebut dengan anggapan
mulianya tempat tersebut) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidir Rasul, dan Masjidil
Aqsha. (HR. Al-Bukhari)

Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin al-Albani menganggap safar untuk berziarah ke kuburan


nabi atau orang shaleh sebagai bidah. (Ahkamul Janaiz, hlm. 229)

6. Membaca surah Yasin di kuburan

Asy-Syaikh al-Albani menyebutkan bahwa membacakan surah Yasin di kuburan termasuk salah
satu bidah ziarah kubur. (Ahkamul Janaiz hlm. 225)

Adapun hadits, Barangsiapa yang masuk pekuburan dan membaca surat Yasin, Allah Subhanahu
wa Taala akan meringankan mereka dan mereka mendapatkan kebaikan sebanyak yang terdapat
dalam surat tersebut, asy-Syaikh al-Albani memasukkannya dalam Silsilah adh-Dhaifah (no.
1246).

7. Ikhtilath (campur baur lelaki dan wanita yang bukan mahram)

Ini adalah sesuatu yang tidak bisa diingkari adanya, padahal Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:

Tidaklah aku tinggalkan fitnah (godaan) bagi laki-laki yang lebih berbahaya daripada wanita.
(HR. Muslim)

8. Tabarruj wanita

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

8
Dan hendaklah kalian (wahai para wanita) tetap tinggal di rumah kalian dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. (Al-Ahzab: 33)

Asy-Syaikh Muhammad al-Imam rahimahullah berkata, Jika ikhtilath dan tabarruj berkumpul
maka yang menyertainya adalah zina. (Tahdzirus Shalihin minal Ghuluw fi Quburis Shalihin
hlm. 46)

9. Seringnya wanita berziarah kubur

Seorang wanita dibolehkan berziarah kubur, namun tidak boleh sering-sering melakukannya.
Alasan yang menunjukkan mereka boleh berziarah kubur adalah sebagai berikut:

1. Keumuman sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

2. Mereka juga butuh mengingat akhirat.

3. Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan rukhsah (keringanan) sebagaimana dalam


hadits Aisyah radhiyallahu anha.

4. Nabi shallallahu alaihi wasallam membiarkan seorang wanita yang sedang berada di kuburan.

Adapun dalil yang menunjukkan mereka tidak boleh sering berziarah kubur adalah sabda
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat (dalam lafadz lain: Allah Subhanahu wa
Taala melaknat) wanita yang sering berziarah kubur. (HR. Ahmad)

10. Wanita melakukan safar tanpa mahram

Seorang wanita tidak diperbolehkan melakukan safar sendirian walaupun untuk melakukan
ibadah. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata
dalam khutbahnya:

Janganlah seorang lelaki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali bersama mahramnya,
dan janganlah seorang wanita melakukan safar kecuali bersama mahramnya. Seorang sahabat

9
berkata, Wahai
Rasulullah, sesungguhnya istriku hendak pergi menunaikan haji, padahal aku telah ditulis hendak
berangkat perang ini dan itu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Berangkatlah
haji bersama istrimu. [2] (Muttafaqun alaih)

11. Meninggalkan shalat (lihat Tahdzir Muslimin)

12. Bertaubat kepada ahli kubur

13. Haji ke kuburan

14. Meminta izin kepada penghuni kubur

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Ziarah kubur adalah mengunjungi makam seseorang dengan niat mendoakannya serta
mangambil pelajaran dari keadaan mereka bahwa suatu saat nanti kita juga akan seperti
mereka.

2. Di awal perkembangan Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh syariat. Pertimbangan
akan timbulnya fitnah syrik di tengah-tengah umat menjadi faktor terlarangnya ziarah kubur
di waktu itu. Namun, seiring perkembangan dan kemajuan Islam, larangan ini dihapus dan
syariat menganjurkan umat Islam untuk berziarah kubur agar mereka dapat mengambil
pelajaran dari hal tersebut, diantaranya mengingat kematian yang pasti akan datang kepada
kita semua.

3. Hukum berziarah kubur adalah sunnah. Ziarah kubur disyariatkan untuk laki-laki dan tidak
disyariatkan untuk wanita. Tetapi ada beberapa ulama yang memperbolehkan wanita
berziarah kubur dengan syarat terbebas dari fitnah, artinya tidak menimbulkan sesuatu hal
yang tidak diinginkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshori, Zakaria. Ushul Fiqih. Surabaya: Alhidayah.

Al-Maliki, Muhammad Alawi. 1985. Mafahim Yajibuan Tushahha. Kairo: Dar Al-Insan.

Anonim. 2010. Definisi, Pensyariatan, Hukum, Tujuan dan Jenis Ziarah Kubur.
http://ikhwanmuslim.com

. 2010. Ziarah Kubur. http://bookmark.raudlotuttolabah.com

. 2008. Ziarah Kubur. http://Ziarah Kubur dalam Pandangan Ahlus-Sunnah/Asy Syifaa Wal
Mahmuudiyyah.htm

. 2007. Amalan Sunnah di Bulan Muharram. http://assalaam-bdg.or.id

. 2006. TERAPI RUQYAH: Hakikat Ziarah Kubur. http://tech.groups.yahoo.com

Bukhori. 1934. Sahih Abi Abdillah Al-Bukhori bi Sahih Al-karmaniy/Abi Abdillah Al-Bukhori Al-
Kirmaniy. Kairo: Matbaah Al-Misriyyah.

Bulletin Al Wala Wal Bara. 2005. Ziarah Kubur Antara Syari dan Bidah. http://assalaam-
bdg.or.id

Departemen Agama. 2000. Al-Quran dan Terjemahannya. Surabaya: UD Mekar.

Nawawi. 1972. Shahih Muslim bi Sharh Al-Nawawiy/Imam Nawawi. Kairo: Dar Al-fikr.

Redaksi Assalafy. 2010. Ziarah Kubur dalam Bingkai Sunnah Nabawiyah. www.assalafy.org

Sururudin. 2010. Dalil-dalil yang Melarang Ziarah Kubur dan Jawabannya.


http://salafytobat.wordpress.com

12

Das könnte Ihnen auch gefallen