Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
B. TAJWID
1. MAD FARI
MAD FARI ( ) adalah mad yang harus dibaca lebih panjang dari
MAD THABII karena bertemu dengan hamzah atau sukun, dan atau karena sebab
lainnya. Mad Fari ini terdiri dari 13 yaitu:
A. MAD WAJIB MUTTASHIL
Disebut MAD WAJIB MUTTASHIL ( ) karena ada mad
thabii diikuti (bertemu) dengan HAMZAH dalam satu kalimat (kata).
Cara membacanya harus dipanjangkan 2 1/2 alif ( 5 harokat ) atau 3 alif ( 6
harokat ).
N
KALIMAT CARA MEMBACA KETERANGAN
O
1 Sawaaaaa-un Wa, ma dan ja dipanjangkan 5
2 Maaaaa-un
harokat karena berada dalam satu
3 Jaaaaa-a
kata
B. MAD JAIZ MUNFASHIL
Disebut MAD JAIZ MUNFASHIL ( ) karena ada mad thabii
diikuti (bertemu) dengan HAMZAH dilain kalimat (kata).
Cara membacanya harus dipanjangkan 2 1/2 alif ( 5 harokat ) atau satu alif ( 2
harokat ), dan yang lebih baik 5 harokat
NO KALIMAT CARA MEMBACA KETERANGAN
Innaaaaa Na, La dan Fa
1
a'thaynaka dipanjangkan 5 harokat
Qaaluuuuu
2 karena bertemu hamzah
Aamannaa
dalam dua kalimat
3 Fiiiii amrinaa
(kata)
D. MAD 'IWADH
Yaitu apabila ada harokat FATHATAIN ( ) diikuti oleh tanda WAKAF
yang terdapat pada akhir kalimat atau ayat, maka hukum bacaannya disebut
MAD 'IWADH ( )
Cara membacanya harus dipanjangkan dua harokat ( satu alif ), contoh :
NO KALIMAT CARA MEMBACA KETERANGAN
1 Lan dibaca laa Laa dipanjangkan satu alif
2 Man dibaca Maa Maa dan Raa
3 Ran dibaca Raa dipanjangkan satu alif
E. MAD SHILAH
Disebut MAD SHILAH, yaitu apabila ada HU dan HI ( ) terletak
diantara dua huruf hidup. MAD SHILAH dibagi dua yaitu :
a. MAD SHILAH QASHIRAH
Apabila ada MAD SHILAH yang sebelum dan sesudahnya terdapat huruf
hidup (berharokat) maka disebut MAD SHILAH QASHIRAH (
) .
Cara membacanya harus dipanjangkan dua harokat ( satu alif ), contoh :
NO CONTOH KALIMAT CARA MEMBACA
1 Lahuu Waladun
2 Innahuu Kaana
3 Bihii Bashiiraa
c. MAD BADAL
Yaitu apabila ada MAD didahului oleh huruf hamzah dalam satu kata, cara
membacanya dipanjangkan satu alif. Contoh :
NO CONTOH KALIMAT CARA MEMBACA ASAL KATA
1 Aamanuu
2 Iimaanun
3 Uutiya
C. SURAT YUNUS AYAT 40 41
: :
: :
Artinya :
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun
berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (Yunus)
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Q.S. Al-Isra': 84)
Mereka berlepas diri (tidak bertanggung jawab) terhadap apa yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad saw. dan Nabi Muhammad pun tidak bertanggung jawab terhadap
apa yang mereka lakukan. Maksudnya Allah swt. tidak akan menjatuhkan hukuman
kepada seseorang karena kesalahan orang yang lain.
Allah swt. berfirman:
Katakanlah: "Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul
dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat." (Q.S. Hud: 35)
Dan firman-Nya lagi:
Jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Asy Syu'ara: 216)
G. KANDUNGAN SURAT AL MAIDAH 32
Dalam Tafsir DEPAG dijelaskan sebagai berikut:
Pada ayat ini diterangkan suatu ketentuan bahwa membunuh seorang manusia
berarti membunuh manusia seluruhnya, sebagaimana memelihara kehidupan seorang
manusia berarti memelihara kehidupan manusia seluruhnya.
Ayat ini menunjukkan keharusan adanya kesatuan umat dan kewajiban mereka
masing-masing terhadap yang lain yaitu harus menjaga keselamatan hidup dan
kehidupan bersama dan menjauhi hal-hal yang membahayakan orang lain. Hal ini
dapat dirasakan karena kebutuhan setiap manusia tidak dapat dipenuhinya sendiri,
sehingga mereka sangat memerlukan tolong menolong terutama hal-hal yang
menyangkut kepentingan umum.
Sesungguhnya orang-orang Bani Israel telah demikian banyak kedatangan para
Rasul dengan membawa keterangan keterangan yang jelas tetapi banyak di antara
mereka itu yang melampaui batas ketentuan dengan berbuat kerusakan di muka bumi.
Akhirnya mereka kehilangan kehormatan, kekayaan dan kekuasaan yang kesemuanya
itu pernah mereka miliki di masa lampau.
2. AL ANBIYA 107
:( )
Tujuan Allah SWT mengutus Nabi Muhammad yang membawa agama-Nya
itu, tidak lain hanyalah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat.
Orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk agama itu akan memperoleh
rahmat dan Allah berupa rezeki dan karunia di dunia dan di akhirat nanti mereka akan
memperoleh rahmat berupa surga yang disediakan Allah bagi mereka. Sedang orang-
orang yang tidak beriman akan memperoleh rahmat pula, karena dengan cara yang
tidak langsung mereka mengikuti sebagian ajaran-ajaran agama itu, sehingga mereka
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia.
Jika dilihat sejarah manusia dan kemanusiaan, maka agama Islam adalah
agama yang berusaha sekuat tenaga menghapuskan perbudakan dan penindasan oleh
manusia terhadap manusia yang lain. Seandainya dibuka pintu perbudakan hanyalah
sekadar untuk mengimbangi perbuatan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin
itu. Sedangkan jalan-jalan untuk menghapuskan perbudakan dibuat sebanyak-
banyaknya. Demikian pula prinsip-prinsip musyawarah yang ditetapkan agama Islam
lebih tinggi nilainya dari prinsip-prinsip demokrasi yang selalu diagung-agungkan.
Perbaikan perbaikan tentang kedudukan wanita yang waktu itu hampir sama
dengan binatang, dan pengakuan terhadap kedudukan anak yatim, perhatian terhadap
fakir dan miskin, permtah melakukan jihad untuk memerangi kebodohan dan
kemiskinan, semuanya diajarkan oleh Alquran dan Hadis, kemudian dijadikan sebagai
dasar perjuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan demikian seluruh umat
manusia memperoleh rahmat, baik yang langsung atau tidak langsung dari agama
yang dibawa Muhammad. Tetapi kebanyakan manusia masih mengingkari padahal
rahmat yang mereka peroleh itu adalah rahmat dan nikmat Allah SWT.
3. AL ISRO 105
:( )
Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan kepada Rasul saw, bahwa Allah
benar-benar telah menurunkan Alquran itu dari sisi Nya, tidaklah patut manusia
meragukannya dan berpaling dari padanya.
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu) tetapi Allah mengakui
Alquran yang diturunkan Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu Nya;
dan malaikat-malaikatpun menjadi saksi (pula). Cukuplah Allah yang mengakuinya".
(Q.S. An Nisa: 166)
Alquran itu juga membawa ajaran-ajaran yang benar yang membawa ketertiban dan
kesejahteraan kepada umat manusia.
Di dalamnya terdapat ajaran tentang moral, akidah ketuhanan, peraturan-peraturan,
hukum-hukum, sejarah-sejarah dan ilmu pengetahuan. Segala isinya, senantiasa
terpelihara, baik lafal maupun maknanya tidak akan ternoda dengan tambahan atau
pengurangan yang menyebabkan kekacauan dan kesimpang-siuran, sebagaimana
dijelaskan Allah dalam firman Nya:
\
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya. (Q.S. Al Hijir: 9)
Firman Nya lagi:
Yang tidak datang kepadanya (Alquran) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
(Q.S. Fussilat: 42)
Demikianlah Allah menerangkan sifat-sifat Alquran dengan segala jaminan Nya akan
segala kesuciannya dari kekotoran tangan manusia dan dia diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw yang diutus kepada umat manusia untuk memberikan kabar kepada
mereka tentang pahala dan surga bagi orang-orang yang beriman dan taat kepada
ajaran agama, dan memberikan peringatan kepada manusia tentang azab dan neraka
bagi yang kafir dan berbuat dosa.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 105
(Dan Kami turunkan dia itu dengan sebenar-benarnya) Alquran itu (dan dengan
membawa kebenaran) mengandung kebenaran (Alquran itu telah turun) dalam
keadaan utuh sebagaimana waktu diturunkan tidak akan terjadi perubahan dan
penggantian padanya. (Dan Kami tidak mengutus kamu) hai Muhammad (melainkan
sebagai pembawa berita gembira) kepada orang yang percaya akan adanya surga
(dan pemberi peringatan) terhadap orang yang ingkar kepada adanya neraka.
106. Dan Al quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.(QS. 17:106)
Dan firman-Nya:
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia
supaya kamu mendapat petunjuk". (Q.S. Al A'raf: 158)
A. Pengertian Toleransi
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia (ensiklopedia bebas) disebutkan bahwa
toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok
yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat menghormati keberadaan agama atau kepercayaan lainnya yang berbeda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata toleransi berarti
sifat atau sikap toleran. Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Kata toleransi sebenarnya merupakan serapan dari bahasa Inggris tolerance,
yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran. Adapun dalam
bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi
adalah atau . Kata ini pada dasarnya berarti al-jd (kemuliaan), atau saat
al-shadr (lapang dada) dan tashul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya
berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi
perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia. Dengan demikian, berbeda
dengan kata tolerance yang mengandung nuansa keterpaksaan, maka kata tasmuh
memiliki keutamaan, karena melambangkan sikap yang bersumber pada kemuliaan
diri (al-jd wa al-karam) dan keikhlasan.
Jika dicermati dengan seksama, pemahaman tentang toleransi tidak dapat
berdiri sendiri. Ia terkait erat dengan suatu realitas lain di alam yang merupakan
penyebab langsung dari lahirnya toleransi. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang
tidak terpisahkan. Memahami toleransi an sich tidak akan ada artinya tanpa
memahami realitas lain tersebut, yaitu kemajemukan (pluralisme; bahasa Arab:
taaddudiyyah). Dengan demikian, untuk dapat bertoleransi dengan baik, maka
pemahaman terhadap pluralisme terlebih dahulu mutlak diperlukan.
Secara etimologis, kata pluralisme berasal dari bahasa Inggris plural yang
berarti banyak (antonim dari kata singular). Dalam perkembangannya, kata ini secara
lebih spesifik ditujukan terhadap realitas masyarakat yang majemuk. Artinya,
masyarakat yang heterogen dalam satu aspek atau lebih, seperti dalam hal keturunan,
pemikiran, tingkah laku, kepercayaan, adat istiadat, agama, dan sebagainya.
Kemajemukan ini lahir melalui proses-proses tertentu, disadari atau tidak, atau
dikehendaki maupun tidak dikehendaki. (http://makalah-artikel.blogspot.com/
2007/11/makalah-toleransi-dalam-islam.html)
B. Rambu-rambu Toleransi
Dasar Pemikiran dan Rambu Toleransi menurut al-Quran dan Sunnah,
Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahwa toleransi dalam Islam dibangun diatas
beberapa landasan 4 pokok, yaitu:
1. Prinsip tentang kemuliaan manusia betapapun beragamnya kehidupan
mereka. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya:
.
:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan
2. Keyakinan bahwa pluralisme sudah merupakan kehendak Allah SWT yang
tidak akan mengalami perubahan. Sebagai contoh, dalam kaitannya dengan
pluralisme agama, Allah berfirman:
: .
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang-orang yang beriman semuanya?
3. Umat Islam meyakini bahwa mereka tidak bertanggungjawab terhadap jalan
hidup yang dipilih oleh umat-umat lain. Kewajiban mereka hanya berdakwah,
sementara pilihan antara iman atau tidak adalah urusan masing-masing pihak
dengan Allah SWT. Allah SWT berfirman:
: .
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan
muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
4. Prinsip tentang keadilan, selama pihak lain berlaku sama.Allah SWT
berfirman:
: .
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Apa yang disebutkan oleh Yusuf al-Qaradhawi diatas, pada hakikatnya merupakan
penegasan bahwa ajaran Islam tentang toleransi tidak dibangun diatas landasan yang
rapuh, sebaliknya pada ajaran-ajaran fundamental yang masing-masing saling terkait.
Satu hal yang agaknya dapat melengkapi dasar-dasar diatas adalah bahwa parameter
yang digunakan Islam dalam menilai sesuatu adalah parameter keruhanian
(ketakwaan), bukan parameter fisik atau keduniaan. Hal ini terlihat pada kesan yang
ditimbulkan oleh ayat dan hadis yang berbicara tentang kesetaran dan persamaan hak
dan kewajiban secara umum.
Tentang batasan toleransi, Islam menekankannya pada prinsip keadilan. Surat al-
Mumtahanah: 8-9, umpamanya, telah mencerminkan pola hubungan yang
proporsional dan berkeadilan tersebut. Kesan yang dapat ditangkap dari ayat ini
adalah bahwa toleransi dapat terus berjalan selama pihak luar berlaku adil terhadap
umat Islam, dalam konteks ini adalah tidak memerangi kaum muslim karena alasan
agama, tidak mengusir kaum muslim dari negeri-negeri mereka, atau berkonspirasi
dengan pihak lain untuk mengusir umat Islam. Akan tetapi, jika yang terjadi justru
sebaliknya, maka tidak berlaku toleransi. Artinya, umat Islam harus bersikap tegas
dengan memerangi mereka.
Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu. (QS. Al Qashshash: 55)
Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai lakum diinukum wa liya diin, Bagi
kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup
yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam
di atas agama tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak
meninggalkan agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku
tidak akan berpindah ke agama selain itu. (Tafsir Ath Thobari, 14: 425).
5. Toleransi yang Ditawarkan oleh Non Muslim
Bertoleransi yang ada saat ini sebenarnya ditawarkan dari non muslim. Mereka
sengaja memberi selamat kepada kita saat lebaran atau Idul Fitri, biar kita nantinya
juga mengucapkan selamat kepada mereka. Prinsip seperti ini ditawarkan oleh kafir
Quraisy pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam di masa silam. Ketika Al Walid bin
Mughirah, Al Ash bin Wail, Al Aswad Ibnul Muthollib, dan Umayyah bin Khalaf
menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam, mereka menawarkan pada beliau,
Artinya: Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu
dan kalian (muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam
segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang
lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu.
Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu,
engkau juga harus mengamalkannya.
Itulah prinsip toleransi yang digelontorkan oleh kafir Quraisy di masa silam, hingga
Allah pun menurunkan ayat,
. . . . .
Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), Hai orang-orang yang
kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. (QS. Al-Kafirun: 1-
6)
Jangan heran, jika non muslim sengaja beri ucapan selamat pada perayaan Idul Fitri
yang kita rayakan. Itu semua bertujuan supaya kita bisa membalas ucapan selamat di
perayaan Natal mereka. Inilah prinsip yang ditawarkan oleh kafir Quraisy di masa
silam pada nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Namun bagaimanakah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyikapi toleransi seperti
itu? Tentu seperti prinsip yang diajarkan dalam ayat, lakum diinukum wa liya diin,
bagi kalian agama kalian, bagi kami agama kami. Sudahlah biarkan mereka beribadah
dan berhari raya, tanpa kita turut serta dalam perayaan mereka. Tanpa ada kata ucap
selamat, hadiri undangan atau melakukan bentuk tolong menolong lainnya.
6. Jangan Turut Campur dalam Perayaan Non Muslim
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Tidak boleh kaum muslimin menghadiri
perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para
fuqoha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang
shahih dari Umar bin Al Khottob radhiyallahu anhu, ia berkata,
Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan
mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.
Umar berkata,
Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka. Demikian apa yang disebutkan
oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 723-724.
Juga sifat ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang beriman juga tidak menghadiri
acara yang di dalamnya mengandung maksiat. Perayaan natal bukanlah maksiat biasa,
karena perayaan tersebut berarti merayakan kelahiran Isa yang dianggap sebagai anak
Tuhan. Sedangkan kita diperintahkan Allah Taala berfirman menjauhi acara maksiat
lebih-lebih acara kekufuran,
Dan orang-orang yang tidak memberikan menghadiri az zuur, dan apabila mereka
bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS. Al Furqon:
72). Yang dimaksud menghadiri acara az zuur adalah acara yang mengandung
maksiat. Jadi, jika sampai ada kyai atau keturunan kyai yang menghadiri misa natal,
itu suatu musibah dan bencana.
A. Muqaddimah
Rabu, 06 November 2002 00:00
http://www.gusdur.net/News/Detail/?
id=78/hl=id/Gus_Dur_Sosialisasi_Islam_Anti_Kekerasan_Di_Jepang
Jakarta, gusdur.net
Gus Dur Sosialisasi Islam Anti Kekerasan di Jepang
Pemberitaan pers Jepang soal pemboman di Bali yang mengaitkan kelompok
Islam kanan sebagai pelaku, meresahkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Karena itu dalam pertemuannya dengan tokoh masyarakat Osaka, Jepang, Gus
Dur mensosialisasikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan anti kekerasan.
Di depan para tokoh masyarakat Osaka, Jepang Gus Dur menjelaskan bahwa
ajaran Islam tidak pernah memerintahkan tindak kekerasan. Umat Islam menentang
kekeasan dan tidak suka kekerasan, kata Gus Dur
Demikian Gus Dur mengungkapkan soal kunjungannya ke Jepang di depan
peserta Diskusi Ahli Jelang Ramadhan dengatn tema Islam and or Indonesia Under
Attack di Depok, Selasa (5/11).
Dalam kunjungannya ke Osaka, Jepang dari 1 hingga 4 November itu, Gus
Dur juga menemui sejumlah agamawan, tokoh partai politik dan pejabat pemerintah
setempat. Juga berdiskus dengan mahasiswa Indonesia di Jepang.
Selain mensosialisasikan Islam anti kekerasan, Gus Dur juga mengadakan
meminta masukkan mengenai penerapan otonomi daerah di Jepang. Tujuan lainnya
saya ke Jepang yaitu, mencari masukkan mengenai sistem pemerintahan yang harus
kita perbaiki terus menerus dan penerapan otonomi daerah.
B. Pengertian Kekerasan
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia (ensiklopedia bebas) disebutkan bahwa :
Kekerasan atau bahasa Inggris: Violence berasal dari bahasa Latin: violentus yang
berarti kekuasaan atau berkuasa adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan
privat merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara
verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan
atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok
orang, umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara
bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan
penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam
rumusan kekerasan ini
Selanjutnya disebutkan bahwa kekerasan dapat dibedakan menjadi :
1. Kekerasan yang dilakukan perorangan, perlakuan kekerasan dengan
menggunakan fisik (kekerasan seksual), verbal (termasuk menghina), psikologis
(pelecehan), oleh seseorang dalam lingkup lingkungannya.
2. Kekerasan yang dilakukan oleh negara atau kelompok, yang oleh Max Weber
didefinisikan sebagai "monopoli, legitimasi untuk melakukan kekerasan secara sah"
yakni dengan alasan untuk melaksanakan putusan pengadilan, menjaga ketertiban
umum atau dalam keadaan perang yang dapat berubah menjadi semacam perbuatanan
terorisme yang dilakukan oleh negara atau kelompok yang dapat menjadi salah satu
bentuk kekerasan ekstrem (antara lain, genosida, dll.).
3. Tindakan kekerasan yang tercantum dalam hukum publik yakni tindakan
kekerasan yang diancam oleh hukum pidana (sosial, ekonomi atau psikologis
(skizofrenia, dll.)).
4. Kekerasan dalam politik umumnya pada setiap tindakan kekerasan tersebut
dengan suatu klaim legitimasi bahwa mereka dapat melakukannya dengan mengatas
namakan suatu tujuan politik (revolusi, perlawanan terhadap penindasan, hak untuk
memberontak atau alasan pembunuhan terhadap raja lalim walaupun tindakan
kekerasan dapat dibenarkan dalam teori hukum untuk pembelaan diri atau oleh
doktrin hukum dalam kasus perlawanan terhadap penindasan di bawah tirani dalam
doktrin hak asasi manusia.
5. Kekerasan simbolik (Bourdieu, Theory of symbolic power), merupakan
tindakan kekerasan yang tak terlihat atau kekerasan secara struktural dan kultural
(Johan Galtung, Cultural Violence) dalam beberapa kasus dapat pula merupakan
fenomena dalam penciptaan stigmatisasi.
E. Bentuk-bentuk Kekerasan
Kekerasan, dimanapun terjadi akan menimbulkan kekacauan, kerugian secara fisik
maupun non-fisik.
Kebanyakan orang hanya memahami kekerasan sebagai tindakan fisik yang kasar saja
sehingga bentuk perilaku dalam bentuk kata-kata menyakitkan dan perilaku menekan
tidak pernah diperhitungkan sebagai kekerasan. Padahal yang disebut kekerasan
mencakup keseluruhannya.
Hal ini dapat dilihat dari definisi tentang tindak kekerasan dalam rumah tangga
sebagaimana disebutkan dalam bab III Pasal (1) UU No. 23 tahun 2004 tentang
tindak kekerasan dalam rumah tangga.
Jadi bentuk tindak kekerasan itu setidaknya ada tiga yaitu:
a. Kekerasan Fisik
Yang di maksud dengan kekerasan fisik adalah suatu tindakan yang dilakukan
seorang kepada orang lain yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat
sehingga tidak menutup kemungkinan yang akan terjadi pada korban akan mengalami
trauma yang berkepanjangan atau gangguan psikologis diakibatkan perilaku tersebut.
b. Kekerasan Psikis
Yang dimaksud dengan kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, atau
penderitaan psikis berat pada seseorang. Kekerasan psikis dalam UU ini dapat diukur
dari akibat yang dirasakan oleh korban, dalam hal ini bahwa perbuatan tersebut
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, penderitaan dan atau gangguan psikis berat pada
seseorang.
Untuk memastikan sejauh mana korban mengalami kekerasan psikis, bisa
dikonfirmasi kepada pihak-pihak yang kompeten dan atau berwenang mengeluarkan
Visum Psikiatrikum sebagai alat bukti.
c. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah pemaksaaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap
seseorang dalam lingkungantertentu.
Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual
dalam perkawinan dapat terjadi bila suami menghendaki istri untuk menuruti
keinginan seksnya kapan pun ia mau tanpa memperdulikan kondisi dan atau
persetujuan/kehendak istri.
Sumber Bacaan:
http://kamilia-milestones.blogspot.com/2010/01/pandangan-islam-terhadap-
kekerasan.html
http://pesantren.uii.ac.id/content/view/29/52/1/1/
Dalam http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5378ba7058483/lima-belas-
bentuk-kekerasan-seksual, dijelaskan bahwa ada 15 bentuk kekerasan seksual:
1. Perkosaan, bisa dimaknai sebagai serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan
seksual. Dalam serangan seksual itu ada upaya paksa, kekerasan, tekanan psikologis,
penyalahgunaan kekuasaan, atau mengambil kesempatan dari lingkungan yang penuh
paksaan. Pencabulan sering diidentikkan dengan perkosaan dalam hukum Indonesia.
2. Intimidasi seksual, termasuk ancaman atau percobaan perkosaan. Di sini, ada
tindakan yang menyerang seksualitas untuk menimbulkan rasa takut atau penderitaan
psikis pada korban. Bisa disampaikan langsung atau melalui pesan singkat. Ancaman
atau percobaan perkosaan termasuk kategori ini.
3. Pelecehan seksual. Ini adalah tindakan seksual lewat sentuhan fisik atau nonfisik
dengan sasaran organ seksual korban. Komnas Perempuan memasukkan siulan, main
mata, ucapan bernuansa seksual, dan menunjukkan materi pornografi ke dalam
kategori ini.
4. Eksploitasi seksual, yakni tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang timpang, atau
penyalahgunaan kepercayaan, untuk tujuan kepuasaan seksual, atau untuk
memperoleh keuntungan. Bentuk yang kerap terjadi adalah menggunakan kemiskinan
keluarga perempuan untuk memasukkannya ke dalam prostitusi atau bisnis
pornografi.
5. Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual, meliputi tindakan merekrut,
mengangkut, menampung, mengirim memindahkan, atau menerima seseorang dengan
paksaan atau rayuan untuk tujuan prostitusi atau ekspolitasi seksual lainnya.
6. Prostitusi paksa. adalah situasi dimana korban mengalami tipu daya, ancaman, atau
kekerasan untuk menjadi pekerja seks.
7. Perbudakan seksual, adalah situasi dimana pelaku merasa menjadi pemilik atas
tubuh korban sehingga berhak untuk melakukan apapun termasuk memperoleh
kepuasan seksual melalui pemerkosaan atau cara lain.
8. Pemaksaan perkawinan. Pernikahan dini atau pernikahan yang dipaksakan kepada
orang yang belum dewasa karena di dalamnya akan ada pemaksaan seksual. Cerai
gantung termasuk juga dalam kategori ini.
9. Pemaksaan kehamilan. Situasi ketika perempuan dipaksa untuk melanjutkan
kehamilan yang tidak dia inginkan. Misalnya dialami oleh perempuan korban
perkosaan.
10. Pemaksaan aborsi, yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan karena adanya
tekanan, ancaman, atau paksaan dari pihak lain.
11. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi. Disebut pemaksaan ketika pemasangan alat
kontrasepsi atau pelaksanaan sterilisasi tanpa persetujuan utuh dari pasangan,
mungkin karena minim informasi atau karena belum cakap secara hukum untuk
memberi persetujuan. Bisa menimpa perempuan yang terkena HIV/AIDS.
12. Penyiksaan seksual, adalah tindakan khusus menyerang organ atau seksualitas
korban, yang dilakukan dengan sengaja sehingga menimbulkan rasa sakit atau
penderitaan hebat.
13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual. Masuk kategori
kekerasan sesual karena cara menghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan,
ketakutan, atau rasa malu yang luar biasa. Termasuk di dalamnya hukuman cambuk
atau hukuman lain yang mempermalukan.
14. Praktek tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi
perempuan. Kebiasan masyarakat, kadang ditopang alasan agama dan tradisi, yang
bernuansa seksual, yang dapat menimbulkan cedera fisik, psikologis atau seksual
pada korban dimasukkan Komnas Perempuan sebagai salah satu bentuk kekerasan
seksual.
15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan
agama. Pandangan yang menuduh perempuan sebagai penyebab kekerasan seksual
menjadi landasan untuk mengendalikan seksual perempuan.