Sie sind auf Seite 1von 37

A.

Masalah Yang lazim muncul pada klien


1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
2. Pola Nafas tidak efektif
3. Gangguan Pertukaran gas
4. Kurang Pengetahuan
5. Disfungsi respon penyapihan ventilator
6. Resiko Aspirasi
7. PK : Syok Septik
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9. Hipertermia

B. Discharge Planning
Evaluasi kesiapan untuk pulang. Factor yang dikaji adalah sebagai berikut :
1.
a. Status pernafasan yang stabil
b. Masukan nutrisi dan pertumubuhan yang adekuat
c. Kebutuhan obat yang stabil
d. Rencana pengobatan medis yang realistik untuk di rumah
1) orang tua dan pemberi asuhan lain dapat memberi perawatan yang diperlukan
2) sarana di rumah dan monitor yang diperlukan disediakan
3) orang tua memiliki dukungan social dan finansial yang dibutuhkan
4) keperluan perawatan di rumah dan istirahat disediakan
2. Beri instruksi pemulangan kepada orang tua seperti berikut :
a. penjelasan tentang penyakit
b. bagaimana memantau tanda tanda distress pernafasan dan masalah medis lainnya
c. kebutuhan makan perorangan
d. kebutuhan bayi sehat
e. kapan harus memanggil dokter
f. bagaimana melakukan resusitau jantung paru
g. penggunaan peralatan dirumah dan pemantauan
h. bagaimana memberi dan memantau efek pengobatan
i. pencegahan infeksi
j. pentingnya daerah bebas rokok
k. aktivitas perkembangan yang tepat
l. pengenalan isyarat stress dan interaksi pada bayi
m. sumber di komunitas dan sarana pendukung yang ada.
3. Lakukan program tindak lanjut untuk memantau kebutuhan pernafasan, nutrisi,
perkembangan, dan kebutuhan khsus lainnya yang sifatnya terus menerus.
a. Bantu orang tua membuat janji kunjungan pemeriksan tindak lanjut yang pertama,
beri catatan tertulis tentang kapan janji itu harus dilaksanakan
b. Buat rujukan untuk kunjungan keperawatan di rumah sesuai yang dibutuhkan bayi
dan keluarga
N Diagnosa Tujuan dan criteria Intervensi
o Keperawatan Hasil

1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :


Efektif Respiratory status : Airway suction
Ventilation Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Definisi : Ketidakmampuan Respiratory status : Airway suctioning
untuk membersihkan sekresi patency Auskultasi suara nafas sebelum
atau obstruksi dari saluran Aspiration Control dan sesudah suctioning.
pernafasan untuk Informasikan pada klien dan
mempertahankan kebersihan Kriteria Hasil : keluarga tentang suctioning
jalan nafas. Mendemonstrasikan batuk Minta klien nafas dalam sebelum
efektif dan suara nafas suction dilakukan.
Batasan Karakteristik : yang bersih, tidak ada Berikan O2 dengan menggunakan
Dispneu, Penurunan suara sianosis dan dyspneu nasal untuk memfasilitasi suksion
nafas (mampu mengeluarkan nasotrakeal
Orthopneu sputum, mampu bernafas Gunakan alat yang steril sitiap
Cyanosis dengan mudah, tidak ada melakukan tindakan
Kelainan suara nafas (rales, pursed lips) Anjurkan pasien untuk istirahat dan
wheezing) Menunjukkan jalan nafas napas dalam setelah kateter
Kesulitan berbicara yang paten(klien tidak dikeluarkan dari nasotrakeal
Batuk, tidak efekotif atau merasa tercekik, irama Monitor status oksigen pasien
tidak ada Ajarkan keluarga bagaimana cara
nafas, frekuensi pernafasan
Mata melebar dalam rentang normal, tidak melakukan suksion
Produksi sputum ada suara nafas abnormal) Hentikan suksion dan berikan
Gelisah Mampu mengidentifikasikan oksigen apabila pasien
Perubahan frekuensi dan dan mencegah factor yang menunjukkan bradikardi,
irama nafas dapat menghambat jalan peningkatan saturasi O2, dll.
nafas
Faktor-faktor yang Airway Management
berhubungan: Buka jalan nafas, guanakan
Lingkungan : merokok, teknik chin lift atau jaw thrust bila
menghirup asap rokok, perlu
perokok pasif-POK, infeksi Posisikan pasien untuk
Fisiologis : disfungsi
memaksimalkan ventilasi
neuromuskular, hiperplasia
Identifikasi pasien perlunya
dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma. pemasangan alat jalan nafas
Obstruksi jalan nafas : buatan
spasme jalan nafas, sekresi Pasang mayo bila perlu
tertahan, banyaknya mukus, Lakukan fisioterapi dada jika
adanya jalan nafas buatan, perlu
sekresi bronkus, adanya Keluarkan sekret dengan batuk
eksudat di alveolus, adanya atau suction
benda asing di jalan nafas. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :


Respiratory status :
Definisi : Pertukaran udara Ventilation Airway
inspirasi dan/atau ekspirasi Respiratory status : Airway
tidak adekuat patency
Vital sign Status
Management
Buka jalan nafas, guanakan
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : teknik chin lift atau jaw thrust bila
- Penurunan tekanan Mendemonstrasikan batuk perlu
inspirasi/ekspirasi efektif dan suara nafas Posisikan pasien untuk
- Penurunan pertukaran yang bersih, tidak ada
memaksimalkan ventilasi
udara per menit sianosis dan dyspneu
- Menggunakan otot Identifikasi pasien perlunya
(mampu mengeluarkan
pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas pemasangan alat jalan nafas
- Nasal flaring dengan mudah, tidak ada buatan
- Dyspnea pursed lips) Pasang mayo bila perlu
- Orthopnea Menunjukkan jalan nafas Lakukan fisioterapi dada jika
- Perubahan penyimpangan yang paten(klien tidak perlu
dada merasa tercekik, irama Keluarkan sekret dengan batuk
- Nafas pendek nafas, frekuensi pernafasan atau suction
- Assumption of 3-point dalam rentang normal, tidak Auskultasi suara nafas, catat
position ada suara nafas abnormal) adanya suara tambahan
- Pernafasan pursed-lip Tanda Tanda vital dalam Lakukan suction pada mayo
- Tahap ekspirasi berlangsung rentang normal (tekanan Berikan bronkodilator bila perlu
sangat lama darah, nadi, pernafasan) Berikan pelembab udara Kassa
- Peningkatan diameter
basah NaCl Lembab
anterior-posterior
- Pernafasan rata- Atur intake untuk cairan
rata/minimal mengoptimalkan keseimbangan.
Bayi : < 25 atau > 60 Monitor respirasi dan status O2
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Terapi Oksigen
Usia > 14 : < 11 atau > 24 Bersihkan mulut, hidung dan secret
- Kedalaman pernafasan trakea
Dewasa volume tidalnya 500 Pertahankan jalan nafas yang
ml saat istirahat paten
Bayi volume tidalnya 6-8 Atur peralatan oksigenasi
ml/Kg Monitor aliran oksigen
- Timing rasio Pertahankan posisi pasien
- Penurunan kapasitas vital Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Faktor yang berhubungan : Monitor adanya kecemasan pasien
Hiperventilasi terhadap oksigenasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk dinding
dada Vital sign Monitoring
Penurunan energi/kelelahan Monitor TD, nadi, suhu,
Perusakan/pelemahan
dan RR
muskulo-skeletal
Obesitas Catat adanya fluktuasi
Posisi tubuh tekanan darah
Kelelahan otot pernafasan Monitor VS saat pasien
Hipoventilasi sindrom berbaring, duduk, atau berdiri
Nyeri Auskultasi TD pada
Kecemasan kedua lengan dan bandingkan
Disfungsi Neuromuskuler
Monitor TD, nadi, RR,
Kerusakan persepsi/kognitif
Perlukaan pada jaringan sebelum, selama, dan setelah
syaraf tulang belakang aktivitas
Imaturitas Neurologis Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

3 Gangguan Pertukaran NOC : NIC :


gas Respiratory Status : Gas
exchange Airway
Definisi : Kelebihan atau Respiratory Status :
kekurangan dalam ventilation Management
oksigenasi dan atau Vital Sign Status Buka jalan nafas, guanakan
pengeluaran karbondioksida Kriteria Hasil :
teknik chin lift atau jaw thrust bila
di dalam membran kapiler Mendemonstrasikan
perlu
alveoli peningkatan ventilasi dan Posisikan pasien untuk
oksigenasi yang adekuat memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik : Memelihara kebersihan paru
Gangguan penglihatan Identifikasi pasien perlunya
paru dan bebas dari tanda
Penurunan CO2 pemasangan alat jalan nafas
tanda distress pernafasan
Takikardi buatan
Mendemonstrasikan batuk
Hiperkapnia Pasang mayo bila perlu
efektif dan suara nafas
Keletihan yang bersih, tidak ada Lakukan fisioterapi dada jika
somnolen sianosis dan dyspneu perlu
Iritabilitas (mampu mengeluarkan Keluarkan sekret dengan batuk
Hypoxia sputum, mampu bernafas atau suction
kebingungan dengan mudah, tidak ada Auskultasi suara nafas, catat
Dyspnoe pursed lips) adanya suara tambahan
nasal faring
AGD Normal Tanda tanda vital dalam Lakukan suction pada mayo
sianosis rentang normal Berika bronkodilator bial perlu
warna kulit abnormal Barikan pelembab udara
(pucat, kehitaman) Atur intake untuk cairan
Hipoksemia
mengoptimalkan keseimbangan.
hiperkarbia
Monitor respirasi dan status O2
sakit kepala ketika
bangun
frekuensi dan kedalaman
nafas abnormal Respiratory
Faktor faktor yang Monitoring
berhubungan : Monitor rata rata, kedalaman,
ketidakseimbangan irama dan usaha respirasi
perfusi ventilasi Catat pergerakan dada,amati
perubahan membran kesimetrisan, penggunaan otot
kapiler-alveolar tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti
dengkur
Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya

4 Kurang Pengetahuan NOC : NIC :


Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
Definisi : process 1. Berikan penilaian tentang tingkat
Tidak adanya atau Kowledge : health pengetahuan pasien tentang
kurangnya informasi kognitif Behavior proses penyakit yang spesifik
sehubungan dengan topic 2. Jelaskan patofisiologi dari
Kriteria Hasil :
spesifik. penyakit dan bagaimana hal ini
Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman berhubungan dengan anatomi dan
Batasan karakteristik : tentang penyakit, kondisi, fisiologi, dengan cara yang tepat.
memverbalisasikan adanya prognosis dan program 3. Gambarkan tanda dan gejala
masalah, ketidakakuratan pengobatan yang biasa muncul pada penyakit,
mengikuti instruksi, perilaku Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
tidak sesuai. melaksanakan prosedur 4. Gambarkan proses penyakit,
yang dijelaskan secara dengan cara yang tepat
benar 5. Identifikasi kemungkinan
Faktor yang berhubungan : Pasien dan keluarga mampu penyebab, dengna cara yang
keterbatasan kognitif, tepat
menjelaskan kembali apa
interpretasi terhadap 6. Sediakan informasi pada pasien
yang dijelaskan perawat/tim
informasi yang salah, tentang kondisi, dengan cara yang
kesehatan lainnya
kurangnya keinginan untuk tepat
mencari informasi, tidak 7. Hindari harapan yang kosong
mengetahui sumber-sumber 8. Sediakan bagi keluarga informasi
informasi. tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

5 Disfungsi respon NOC : NIC :


penyapihan ventilator Respiratory Status : Gas Mechanical Ventilation
Exchage Monitor adanya kelelahan dari otot
Definisi : ketidakmampuan Respiratory Status : pernafasan
untuk mengatur pada Ventilatory Monitor adanya kegagalan
tekanan terendah dukungan Vital Sign respirasi
ventilasi mekanik saat Kriteria Hasil : Lakukanpengaturan monitor
menjelang dan Mendemonstrasikan batuk ventilasi secara rutin
memperpanjang proses efektif dan suara nafas Monitro adanya penurunan dan
penyapihan. yang bersih, tidak ada peningkatan tekanan inspirasi
sianosis dan dyspneu Monitor hasil pembacaan ventilator
Batasan karakteristik: (mampu mengeluarkan dan suara nafas
1. Berat sputum, mampu bernafas Gunakan tehnik aseptic
a.penurunan gas darah arteri dengan mudah, tidak ada Hentikan selang NGT sampai
dari batas normal. pursed lips) suction dan 30-60 menit sebelum
b. Peningkatan frekuensi Tanda tanda vital dalam fisioterapi dada
pernafasan secara rentang normal Tingkatkan intake dan cairan
significant dari batas normal adekuat
c. Peningkatan tekanan darah
dari batas normal (20 Mechanicai ventilation
mmHg). weaning
d. Peningkatan denyut jantung
Monitro kapasitas vital, kekuatan
dari batas normal
inspirasi
(20x/menit)
e. Pernafasan abdomen Pastikan pasien bebas dari tanda
paradoks tanda infeksi sebelum dilepas
f. Adanya bunyi nafas, Monitor status cairan dan elektrolit
terdengar sekresi jalan yang adekuat
nafas. Suktion jalan nafas
g. Sianosis Konsulkan ke fisioterapi dada
h. Penurunan tingkat Gunakan tehnik relaksasi
kesadaran
i. Nafas dangkal. Airway management
2. Sedang Buka jalan nafas, guanakan
a. TD sedikit meningkat teknik chin lift atau jaw thrust bila
<20mmHg perlu
b. Peningkatan frekuensi
Posisikan pasien untuk
pernafasan<5 x/menit
memaksimalkan ventilasi
c. Denyut nadi sedikit
meningkat < 20x/menit Identifikasi pasien perlunya
d. Pucat, sianosis pemasangan alat jalan nafas
e. Kecemasan, diaporesis, buatan
mata melebar Pasang mayo bila perlu
3. Ringan Lakukan fisioterapi dada jika
a. hangat perlu
b. kegelisahan, kelelahan Keluarkan sekret dengan batuk
c. tidak nyaman untuk atau suction
bernafas Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Faktor faktor yang Lakukan suction pada mayo
berhubungan: Berikan bronkodilator bial perlu
Psikologi
Berikan pelembab udara(kassa
a. pasien merasa tidak efektif
untukpenyapihan Nacl lembab)
b. tidak berdaya Atur intake untuk cairan
c. cemas, putus asa, takut mengoptimalkan
d. defisit pengetahuan keseimbangan.
e. penurunan motivasi Monitor respirasi dan status
f. penurunan harga diri O2
Situasional
a. episode masalah tidak
terkontrol
b. riwayat usaha penyapihan
tidak berhasil
c. lingkungan yang ,kurang
baikriwayat tergantung
ventilator >4 hari-1 minggu
d. ketidakcocokan selang untuk
mengurangi bantuan
ventilator
e. ketidakadekuatan dukungan
sosial
Fisiologi
a. nutrisi yang tidak adekuat
b. gangguan pola tidur
c. ketidaknyamanan atau nyeri
tidak terkontrol
d. bersihan jalan nafas tidak
efektif

6 Resiko Aspirasi NOC : NIC:


Respiratory Status : Aspiration precaution
Definisi : Resiko masuknya Ventilation Monitor tingkat kesadaran, reflek
sekret sekret gastrointestinal Aspiration control batuk dan kemampuan menelan
, oropharingeal, benda- Swallowing Status Monitor status paru
benda padat, atau cairan Pelihara jalan nafas
Kriteria Hasil :
kedalam tracheobronkhial
Klien dapat bernafas Lakukan suction jika diperlukan
Cek nasogastrik sebelum makan
Faktor-faktor Resiko : dengan mudah, tidak Hindari makan kalau residu masih
peningkatan tekanan dalam irama, frekuensi banyak
lambung pernafasan normal Potong makanan kecil kecil
selang makanan Pasien mampu menelan, Haluskan obat sebelumpemberian
situasi yang menghambat mengunyah tanpa terjadi Naikkan kepala 30-45 derajat
elevasi tubuh bagian atas aspirasi, dan setelah makan
penurunan tingkat mampumelakukan oral
kesadaran hygiene
adanya tracheostomy atau Jalan nafas paten, mudah
selang endotracheal
bernafas, tidak merasa
keperluan pengobatan
adanya kawat pada rahang
tercekik dan tidak ada
peningkatan residu lambung suara nafas abnormal
menurunnya fungsi sfingter
esofagus
gangguan menelan
NGT
Operasi/trauma wajah,
mulut, leher
Batuk dan gag reflek
Penurunan motilitas
gastrointestinal
Lambatnya pengosongan
lambung

7 PK : Syok Septik Tujuan : setelah a. Pantau adanya tanda dan gejala


dilakukan tindakan syok septic
keperawatan diharapkanb. Kolaborasi pemberian
dapat meminimalkan antimikrobal, suplemen intravena,
terjadinya syok septic pemeriksaan laboratorium
kultur/sputum/pewarnaan gram,
hitung darah lengkap, tes
serologis, laju sedimentasi,
elektrolit

8 Hipertermia NOC : NIC :


Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering mungkin
diatas rentang normal Suhu tubuh dalam Monitor IWL
rentang normal Monitor warna dan suhu kulit
Batasan Karakteristik: Nadi dan RR dalam Monitor tekanan darah, nadi dan
kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal RR
rentang normal Monitor penurunan tingkat
Tidak ada perubahan
serangan atau konvulsi kesadaran
warna kulit dan tidak Monitor WBC, Hb, dan Hct
(kejang)
ada pusing, merasa Monitor intake dan output
kulit kemerahan
nyaman Berikan anti piretik
pertambahan RR
Berikan pengobatan untuk
takikardi
mengatasi penyebab demam
saat disentuh tangan terasa
Selimuti pasien
hangat Lakukan tapid sponge
Berikan cairan intravena
Faktor faktor yang Kompres pasien pada lipat paha
berhubungan : dan aksila
penyakit/ trauma Tingkatkan sirkulasi udara
peningkatan metabolisme Berikan pengobatan untuk
aktivitas yang berlebih mencegah terjadinya menggigil
pengaruh medikasi/anastesi
ketidakmampuan/penurunan
kemampuan untuk
berkeringat Temperature regulation
terpapar dilingkungan Monitor suhu minimal tiap 2 jam
panas Rencanakan monitoring suhu
dehidrasi secara kontinyu
pakaian yang tidak tepat Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

9 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh and Fluid Intake Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Definisi : Intake nutrisi tidak Adanya peningkatan berat menentukan jumlah kalori dan
cukup untuk keperluan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
badan sesuai dengan
metabolisme tubuh. Anjurkan pasien untuk
tujuan
meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik : Berat badan ideal sesuai
Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau lebih dengan tinggi badan meningkatkan protein dan vitamin
di bawah ideal Mampu mengidentifikasi C
- Dilaporkan adanya intake kebutuhan nutrisi Berikan substansi gula
makanan yang kurang dari Tidak ada tanda tanda Yakinkan diet yang dimakan
RDA (Recomended Daily malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
Allowance) Tidak terjadi penurunan mencegah konstipasi
- Membran mukosa dan berat badan yang berarti Berikan makanan yang terpilih
konjungtiva pucat ( sudah dikonsultasikan dengan
- Kelemahan otot yang ahli gizi)
digunakan untuk Ajarkan pasien bagaimana
menelan/mengunyah membuat catatan makanan
- Luka, inflamasi pada rongga harian.
mulut Monitor jumlah nutrisi dan
- Mudah merasa kenyang, kandungan kalori
sesaat setelah mengunyah Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta Kaji kemampuan pasien untuk
adanya kekurangan mendapatkan nutrisi yang
makanan dibutuhkan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa Nutrition Monitoring
- Perasaan ketidakmampuan BB pasien dalam batas normal
untuk mengunyah makanan Monitor adanya penurunan berat
- Miskonsepsi badan
- Kehilangan BB dengan Monitor tipe dan jumlah aktivitas
makanan cukup yang biasa dilakukan
- Keengganan untuk makan Monitor interaksi anak atau
- Kram pada abdomen orangtua selama makan
- Tonus otot jelek Monitor lingkungan selama makan
- Nyeri abdominal dengan Jadwalkan pengobatan dan
atau tanpa patologi tindakan tidak selama jam makan
- Kurang berminat terhadap Monitor kulit kering dan perubahan
makanan pigmentasi
- Pembuluh darah kapiler Monitor turgor kulit
mulai rapuh Monitor kekeringan, rambut kusam,
- Diare dan atau steatorrhea dan mudah patah
- Kehilangan rambut yang Monitor mual dan muntah
cukup banyak (rontok) Monitor kadar albumin, total
- Suara usus hiperaktif protein, Hb, dan kadar Ht
- Kurangnya informasi, Monitor makanan kesukaan
misinformasi Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Faktor-faktor yang Monitor pucat, kemerahan, dan
berhubungan : kekeringan jaringan konjungtiva
Ketidakmampuan Monitor kalori dan intake nuntrisi
pemasukan atau mencerna Catat adanya edema, hiperemik,
makanan atau mengabsorpsi hipertonik papila lidah dan cavitas
zat-zat gizi berhubungan oral.
dengan faktor biologis, Catat jika lidah berwarna magenta,
psikologis atau ekonomi. scarlet

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus.
Bronkopneumonia merupakan penyumbang kematian balita di dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita
dengan proporsi 19%. Masalah yang sering muncul pada klien dengan Boncopnemonia adalah tidak
efektifnya bersihan jalan napas, resiko tonggi terhadap infeksi, klurang pengetahuan, intolerasnsi
aktivitas, tidak efektifnya pola napas.
Hasil penelitian diperoleh trend kunjungan penderita bronkopneumonia berdasarkan data tahun
2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y= 16,6-X. Proporsi berdasarkan
sosiodemografi yaitu kelompok umur 2-11 bulan 48,5%, sex ratio168%, dan Kota Medan 71,0%.
Bronkopneumonia berat 28,0%, jumlah kunjungan berulang satu kali 94,1%, gizi buruk 4,2%,
imunisasi tidak lengkap 82,9%, pendidikan ayah dan ibu SLTA dan Akademi/PT masing masing
42,9% dan 42,1%, pekerjaan ayah pegawai swasta 39,1%, ibu rumah tangga 45,5%, jumlah anak
orang tua tiga 60,0%, anak ke tiga 60,0%, lama rawatan rata-rata 4,70 hari, dan meninggal 4,8%.
Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidakmemadai pada
broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan
asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih dalam
mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana melakukan asuhan
keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses keperawatan yang benar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan penyakit
broncopneumonia.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk memahami tentang penyakit Broncopneumonia yang terjadi pada anak.
b. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak Broncopneumonia dengan aplikasi NANDA
NIC NOC.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Menurut Betz.C ( 2002 ), Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Sedangkan
menurut Suriadi ( 2001 ), pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang
terjadi pada anak.
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001). Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau
peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak
anak.
2. Etiologi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit
yang terjadi karena etiologi di bawah ini. Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang
dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat
menyebabkan timbulnya.
a. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia,
streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
b. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza
yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang mengalami
imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

3. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping hidung, takikardia,
dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak, dimana tanda dan gejala tersebut dapat
menimbulkan masalah kerusakan pertukaran gas dan pola nafas tak efektif. Tanda dan gejala lain
yang timbul adalah kelemahan, keletihan, kelelahan yang akan menimbulkan masalah intoleransi
aktifitas. Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan
asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu bisa juga terjadi demam dan berkeringat
yang dapat menimbulkan masalah risiko kekurangan volume cairan dan hipertermia. Batuk dan
pilek merupakan reaksi tubuh akibat adanya infeksi traktus respiratori yang akan menimbulkan
masalah bersihan jalan nafas tak efektif. Masalah risiko penularan infeksi juga dapat terjadi jika
kuman sudah masuk ke dalam alveoli dan bronkiolus. Dengan timbulnya tanda dan gejala dan
disertai dengan kurangnya pemahaman orangtua sehingga keluarga bertanya-tanya tentang penyakit
pasien, maka timbullah masalah kecemasan orangtua.

4. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan aspirasi makanan yang
melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke saluran nafas atas kemudian masuk ke saluran
nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi jaringan interstisial parenkim paru. Dengan
daya tahan tubuh yang menurun, terjadilah infeksi pada traktus respiratorius atau jalan nafas.
Adanya infeksi jalan nafas akan timbul reaksi jaringan berupa edema alveolar dan pembentukan
eksudat. Hal tersebut akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke bronkioli, alveoli
dan paru-paru. Terjadinya proliferasi mengakibatkan sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan
nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah gangguan ventilasi.
Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadi peningkatan
tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi yang akan menyebabkan
terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler atau hipoventilasi yang akan
menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal tersebut menyebabkan paru-paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang CO2 sehingga menyebabkan
konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi
gangguan perfusi dimana oksigenasi ke jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan
perfusi tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan beberapa manifestasi klinis.

5. WOC

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
b. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan
proses inflamasi
d. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
e. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak
tidak berespon terhadap pengobatan
f. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
g. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
h. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
j. virus

7. Komplikasi
Komplikasi dapat muncul jika terjadi penyebaran infeksi seperti meningitis, otitis media,
perikarditis, bronkiektasis, empiema dan lain-lain.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
b. Bila kondisi berat harus dirawat
c. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
d. Antibiotik sesuai dengan program
e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotic

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Identitas Orang tua
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Riwayat Imunisasi
g. Riwayat Tumbuh Kembang
h. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
3) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kaheksia (mal nutrisi).
4) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
6) Pernafasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang konsolidasi), fremitus
(traktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada),
warna (pucat atau cyanosis bibir/kuku).
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.

2. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
b. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat
c. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea
e. Risiko tinggi terjadi cedera berhubungan dengan kejang

3. Intervensi
NO Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil NIC
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas.

Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau sumbatan dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas.

Batasan Karakteristik :
1. Batuk tidak ada
2. Bunyi napas tambahan
3. Perubahan dalam frekuensi napas
4. Perubahan dalam irama pernapasan
5. Sianosi
6. Dyspnea
7. Sputum terlalu banyak
8. Batuk tidak efektif
9. Mata terbelalak ( Melihat ) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam jalan napas
pasien efektif dengan kriteria hasil :

NOC : Kepatenan jalan napas


1. Demam tidak ada
2. Ansietas tidak ada
3. Sesak tidak ada
4. Frekuensi napas dalam batas normal
5. Keluaran sputum dari jalan napas
6. Tidak ada suara napas tambahan
Indikator skala :
1: ekstrim
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada NIC :
Manajemen Jalan Napas
Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial
3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan
4. Bersihkan secret dengan menggunakan penghisapan
5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk
6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif

Penghisapan jalan napas


Aktivitas :
1. Tentukan kebutuhan untuk penghisapan oral atau trakeal
2. Auskultasi bunyi napas sebelum dan sesudah penghisapan
3. Informasikan pada keluarga tentang proses penghisapan
4. Ubah teknik penghisapan berdasarkan respon tubuh pasien
5. Catat jenis dan jumlah sekresi yang dihasilkan

2 Kerusakan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat.

Definisi :
Penurunan jalanya gas oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan system vaskuler.

Batasan Karakteristik :
1. Abnormalnya gas darah arteri
2. Abnormalnya pH arteri
3. Abnormalnya pernapasan
4. Abnormalnya warna kulit
5. Hipoksemia
6. Takikardi
7. Diphoresis Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam ventilasi dan pertukaran
gasefektifi dengan kriteria hasil :

NOC : Keseimbangan elektrolit dan asam basa


1. Nadi dalam batas yang diharapkan
2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan
3. Frekuensi pernafasan dalam batas yang diharapkan
4. Natrium serum dalam batas normal
5. Kalium serum dalam batas normal
6. Klorida serum dalam batas normal
7. Kalsium serum dalam batas normal
8. Magnesium serum dalam batas normal

Indikator skala :
1: ekstrim
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada NIC :
Aktivitas
Manajemen asam basa
Aktivitas :
1. Pertahankan kepatenan akses IV
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Pantau kadar eletrolit
4. Pantau pola nafas
5. Sediakan terapi oksigen

Terapi Oksigen
Aktivitas :
1. Bersihkan secret mulut dan trakea
2. Jaga kepatenan jalan napas
3. Sediakan peralatan oksigen, sistim humadifikasi
4. Pantau aliran oksigen
5. Pantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasien
6. Monitor aliran oksigen dalam liter
7. Monitor posisi pemasangan alat oksigen

3 Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi.

Definisi :
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat.

Batasan Karakteristik :
1. Napas dalam
2. Perubahan gerakan dada
3. Bradipnea
4. Penurunan tekanan ekspirasi
5. Penurunan tekanan inspirasi
6. Dispnea
7. Napas cuping hidung
8. Ortopnea Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam x 24 jam pola napas efektif dengan
criteria hasil :

NOC : Status Pernapasan : kepatenan jalan napas


1. Demam tidak ada
2. Sesak tidak ada
3. Frekuensi napas dalam batas normal
4. Irama napas teratur
5. Keluaran sputum dari jalan napas
6. Tidak adanya suara napas tamabahan

Indikator skala :
1: ekstrim
2 : Berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC :
Manajemen Jalan Napas
Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial
3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan
4. Bersihkan secret dengan menggunakan penghisapan
5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk
6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif

Bantuan Ventilasi
Aktivitas :
1. Jaga kepatenan jalan napas
2. Berikan posisi yang mengurangi dyspnea
3. Bantu perubahan posisi dengan sering
4. Pantau kelemahan oto pernapasan
5. Mulai dan jaga oksigen tambahan
6. Pantau status respirasi dan respirasi.

4 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea.

Definisi :
Suatu keadaan yang berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau intra selular.

Faktor resiko :
1. Penyimpanan yang mempengaruhi akses cairan
2. Penyimpangan yang memperngaruhi pemasukan cairan
3. Penyimpangan yang mempengaruhi absorbs cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan criteria hasil :

NOC: Hidrasi
1. Dehidrasi kulit
2. Membran mucus yang basah
3. Edema perifer
4. Nafas pendek tidak ditemukan
5. Mata cekung tidak ditemukan
6. Bunyi napas tambahan tidak ditemukan

Indikator skala :
1: ekstrim
2: Sangat
3: Sedang
4: Sedikit
5: tidak ada NIC:
Manajemen cairan
Aktivitas :
1. Timbang BB tiap hari
2. Hitung haluaran
3. Pertahankan intake yang adekuat
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor TTV
6. Berikan terapi IV

Terapi Intra vena


Aktifitas :
1. Atur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya
2. Pantau jumlah tetes dan tempat infuse IV
3. Periksa IV secara teratur
4. Pantau TTV
5. Catat intake dan output
6. Pantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion flebitis

5 Resiko cidera berhubungan dengan aktivitas kejang

Definisi :
Suatu kondisi individu yang berisiko untuk mengalami cidera sebagai akibat dari kondisi
lingkungan yang berhubungan dengan sumber sumber adaptif dan pertahanan.

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan resiko cidera dapat di
hindari, dengan kriteria hasil :
NOC :
a. Monitor factor resiko lingkungan
b. Monitor factor resiko individu
c. Melakukan strategi control resiko
d. Monitor perubahan status kesehatan

Indikator skala :
1 : tidak adekuat
2 : sedikit adekuat
3 : kadang kadang adekuat
4 : Adekuat
5 : Sangat adekuat
1 NIC:
Manajemen kejang
Aktivitas :
1. Tunjukkan gerakan yang dapat mencegah injury / cidera.
2. Monitor hubungan antara kepala dan mata selama kejang.
3. Longgarkan pakaian klien
4. Temani klien selama kejang

Mengatur airway
Aktivitas :
1. Berikan oksigen bila perlu
2. Berikan terapi iv line bila perlu
3. Monitor status neurology
4. Monitor vital sign
5. Orientasikan kembali klien setelah kejang
6. Laporkan lamanya kejang
7. Laporkan karakteristik kejang: bagian tubuh yang terlibat, aktivitas motorik, dan pening-katan
kejang.
8. Dokumentasikan informasi tentang kejang
9. Kelola medikasi (kolaborasi)
10. Kelola anti kejang (kolaborasi) bila diperlukan.

Manajemen Lingkungan
Aktivitas:
1. Diskusikan tentang upaya-upaya mencegah cedera, seperti lingkungan yang aman untuk klien,
menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
2. Memasang pengaman tempat tidur
3. Memberikan penerangan yang cukup
4. Menganjurkan keluarga untuk menemani klien
5. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
6. Bersama tim kesehatan lain, berikan penjelasan pada klien dan keluarga adanya perubahan status
kesehatan

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal
yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknikal. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen, dependen atau tidak mandiri
serta inter-dependen atau sering disebut intervensi kolaborasi, (Gaffar, 1999). Implementasi
berdasarkan intervensi yang telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan SOAP dan disesuaikan dengan kriteria hasil atau
NOC yang pada intervensi keperawatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim
yang sering menyerang pada anak anak. Penyebab Broncopneumonia adalah bakteri, virus, jamur,
dan protozoa. Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping
hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak. Komplikasi dapat muncul
jika terjadi penyebaran infeksi seperti meningitis, otitis media, perikarditis, bronkiektasis, empiema
dan lain-lain.
B. Saran
Penulis mengharapakan makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan dan dijadikan sebagai tambahan sumber bahan kuliah pada mata kuliah keperawatan
anak di program S1 Keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari salah dan kekhilafan,
untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

INJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran

berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim

paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)

Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter

sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W,

1995 : 710)

Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat

oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat

lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli

terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak

konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi

saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan

tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen

infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. ETIOLOGI

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya

penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal

dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :

reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari

organ, dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,

mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumoniae

3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans


4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya

tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya

pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina,

2001 : 682)

C. PATHOFISIOLOGI

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan

oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan

bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk

ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli,

peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan

menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik

meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko

terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

(Soeparman, 1991)

D. MANIFESTASI KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas

selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala

yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat

bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.


(Barbara C. long, 1996 :435)

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi

(pengisian rongga udara oleh eksudat).

(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah

Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah

neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk

pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.

(Barbara C, Long, 1996 : 435)

Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina,

2001 : 684)

Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra

M. Nettina, 2001 : 684)

2. Pemeriksaan Radiologi

Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.

Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long,

1996 : 435)

Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat.

(Sandra M, Nettina, 2001)

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan

edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan

kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177)

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih,

penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap

demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum,

distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari. (Doenges,

1999 : 170)

G. FOKUS INTERVENSI

1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan

edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan :

- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret

Hasil yang diharapkan :

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.

Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas

adventisius

b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi


Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama

stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang

dibanding inspirasi.

c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler

Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas

d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan

jebakan udara

e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk.

Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala

di bawah setelah perkusi dada.

f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.

Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.

2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan

kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.

Tujuan :

- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada

distres pernafasan.

Hasil yang diharapkan :

- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :

a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan

Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum

b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis

Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi

hipoksemia.

c. Kaji status mental

Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia.

d. Awsi frekuensi jantung/ irama


Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi.

e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil

Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu

oksigenasi seluler.

f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif

Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk

memperbaiaki ventilasi.

g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi

Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli

Tujuan:

- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi,

ekspansi dada terbatas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.

Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.

c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.

Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.

d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.

e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.

Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.

f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

g. Berikan humidifikasi tambahan

Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk

memudahkan pembersihan.

h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage


Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam

bronkus.

4. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan berlebih,

penurunan masukan oral.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi.

Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik

b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan

c. Catat lapporan mual/ muntah.

Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral

d. Pantau masukan dan haluaran urine.

Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan

5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik

sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.

Tujuan :

- Menunjukkan peningkatan nafsu makan

- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.

Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut.

Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual

c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini

d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.


Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat

menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal

e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang menarik untuk

pasien.

Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau

lambatnya responterhadap terapi

6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi :

a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.

Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.

Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat

c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas dan

istirahat.

Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik

d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC

Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan

Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta :EGC

Diposkan oleh Lukman Febrianto di 4/25/2013 06:44:00 PM


Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Translate
Pilih Bahasa

Arsip Blog
2015 (2)

2014 (8)

2013 (16)

o Desember (4)

o Mei (3)

o April (9)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEPATITIS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KATARAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERADANGAN


JA...

CONTOH SAP PADA BRONKOPNEUMONIA

TEORI KONSEPTUAL ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


MENUR...

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARI

LAPORAN PENDAHULUAN KPD

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONCHIALE

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

Lukman Febrianto, S.Kep.,Ns

Lukman Febrianto
Lihat profil lengkapku

Laman
Beranda

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu,
tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya
mengalami bronchopneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3
tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah
umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC
Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah
menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik, membuat
penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi
bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di
negara itu.
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-
kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja.
Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa
meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa
bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus,
mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

1.2 TUJUAN
Tujuan penulisan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
keperawatan anak dan membantu mahasiswa dan pembaca untuk memahami penyakit
bronchopneumonia yang terjadi pada anak dan menambah pengalaman mahasiswa keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia.
1.3 MANFAAT
1. Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam memahami ilmu yang
telah diberikan khususnya dalam melaksanakan proses keperawatan dan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronchopneumonia.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan bronchopnemonia serta dalam melakukan pendokumentasian dan
penyusunan makalah bronchopneumonia.
1.4 METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
a. Memperoleh data dengan menggunakan referensi yang ada kaitannya dengan masalah yang
diangkat penulis.
b. Memperoleh data melalui internet.

BAB II
TINJAUAN MEDIS
A. PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur
dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner
dan Suddarth, 2001).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru
yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan
gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare,
1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Dari beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia adalah radang paru-paru
yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur dan benda asing

B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


a. Anatomi
Sistem pernapasan terdiri atas :
Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru. Jalan
napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirupkan ke dalam paru-paru.
Faring atau tenggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.faring dibagi
menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi,melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis ,
glotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid,kartilaago aritenoid dan pita suara.
Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang rawan.
Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Paru-paru dibagi
menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan
paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.
b. Fisiologi
Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-
paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi
dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot.
Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan
iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada
ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempis kembali,
disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk dan
muntah.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler
dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru,
tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan
tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak
output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.

C. ETIOLOGI
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Penyebab Bronchopneumonia yang biasa
ditemukan adalah:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus
Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Aspergillus
Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
a) Faktor predisposisi
-usia /umur
-genetik
b) Faktor pencetus
-gizi buruk/kurang
-berat badan lahir rendah (BBLR)
-tidak mendapatkan ASI yang memadai
-imunisasi yang tidak lengkap
-polusi udara
-kepadatan tempat tinggal

D. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan
alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba
di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
A. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah
baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di
tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel
mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen
bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
B. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin
yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama
48 jam.
C. Stadium III/hepatisasi kelabu (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang
terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
D. Stadium IV/resolusi (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa
sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan
napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan
penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga fleura.
Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis
respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya
gagal napas.

E. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas
Demam (390 400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan oleh
bernapas dan batuk
Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut.
Kadang-kadang disertai muntah dan diare
Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelektasis absorbsi.

F. KOMPLIKASI
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan
akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di
satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus yang
berbercak-bercak infiltrat
Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi.
Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigen.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.

H. PENATALAKSANAAN
A. Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, gentamisin.
Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita, dan dugaan kuman
penyebab:
1. Umur 3 bulan-5 tahun,bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza
atau stafilokokus.Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi : penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari dan Kloramfenikol
50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau kombinasi Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV,
4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari atau kombinasi Eritromisin 50
mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sama dengan diatas).
2. Anak anak < 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia: o
Penisilin prokain IM atau o Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/24 jam oral, 4 kali sehari o
Eritromisin atau o Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 IVFD dekstrose 5 % NaCljam, oral 2 kali
sehari. o Oksigen 1-2 L/menit. ASI/PASI 8 x 20cc per sonde B. Non farmakologi 1.0,225%
350cc / 24 jam Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2.
Simptomatik terhadap batuk. 3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif 4. Bila
terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator. 5. Pemberian
oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah
antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya.
I. PENCEGAHAN
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau
mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap
berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur
,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga
diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain: 1. Vaksinasi Pneumokokus 2.
Vaksinasi H. Influenza 3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh
rendah 4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN/ASKEP
1.1 PENGKAJIAN
a) Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak
sempurna.
b) Riwayat Keperawatan.
i. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng,
serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
ii. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa
hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
iii. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
iv. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan
kepada anggota keluarga yang lainnya.
c) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim
semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa
menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun
lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
d) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan
infeksi sekunder.
e) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
f) Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
6. Pemeriksaan persistem.
a.Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki,
wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan
tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi,
ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan
tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian
makanan/cairan personde.
d.Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak
menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas
minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,

g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.

1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.
(2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.
(3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran oksigen.
(4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.
(5) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses
penyakit dan perawatan di rumah.

1.3 RENCANA KEPERAWATAN

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.

Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas efektif
dengan kriteria pernafsan spontan suara nafas Vesikuler, frekuensi pernafasan normal (30-
60X/menit pada bayi dan 15-30 X/menit pada anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk spontan,
AGD normal (Pa O2 80 100 dan CO2 35 45).

Intervensi
- Lakukan Auskultasi Suara 2 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara nafas.
- Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.
- Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif
R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas
dengan baik dan benar.
- Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam
R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan akumulasi sekret dan cairan
pada lobus yang berada di bagian bawah.
- Lakukan suction bila perlu
R/ peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat menyumbat jalan nafas.
- Monitor tanda vital tiap 4 jam
R/ peningkatan frekwensi nafas mengindikasikan tingkat keparahan.
- Lakukan kolaborasi pemberian O2
R/ kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan tambahan oksigen yang
diberikan.
- Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian nebulizer hati. Hati pada anak
yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.
R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang menempel pada dinding saluran nafas,
nebulizer merangkang batuk efektif klien.
- Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan penunjang.
R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan mempermudah klien bernafas, deteksi
sejauh mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan pemeriksaan penunjang.

(2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus


Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan kriteria suhu tubuh normal 365
375 o C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal 120 140 X/menit (bayi) 100-120 X/menit (anak) Respirasi
normal 30-60 X/ment (bayi) 30-40X/menit (anak).

Intervensi :
- Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam
R/ perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi.
- Berikan kompres hangat
R/ kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi yaitu kontak langsung dengan obyek.
- Berikan antipiretik, analgetik sesuai program dokter
R/ menurunkan panas di pusat hepotalamus.

(3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemasukan dan


pengeluaran oksigen

Tujuan : klien mampu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan kriteria mampu melaksanakan
aktifitas ringan dan mampu mempertahankan gerak.
Intervensi
- Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan energi.
R/ istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara bertahap dan mencegah
pengeluaran yang berlebihan.
- Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress
R/ Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman pada klien
- Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/ membantu mobilisasi secara bertahap
- Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat
R/ istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.

(4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.
Tujuan : volume cairan tubuh sumbang antara intake dan output dengan kriteria kebutuhan cairan
terpenuhi, urine normal, turgor kulit baik dan membran mukosa lembab, tidak demam.
Intervensi :
- Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan melalui oral
R/ Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan mencegah status cairan tubuh.
- Libatkan orang tua dalam menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan cairan.
- Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam
R/ mengetahui perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran cairan.
- Berikan cairan infus sesuai program dokter
R/ memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
- Kolaborasi tentang pemberian antipiretik
R/ mencegah timbulnya demam

(5) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses
penyakit dan perawatan di rumah.
Tujuan : Secara verbal keluarga dapat menjelaskan proses penyakit, penyebab dan penyegahan
penyakit dengan kriteria keluarga menunjukkan pemahaman menganai instruksi evaluasi dan
mengatakan rencana keperawatan untuk istirahat cairan diet dan perawatan evaluasi.
Intervensi :
- Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya istirahat
R/ Meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan
- Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai dengan usia dan cairan tambahan
R/ Diet bergizi dapat menimbilkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
-Diskusikan tanda dan gejala distres pernafasan
R/ keluarga mengetahui lebih dini gejala distres pernafasan
- Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
R/ Keluarga dapat melakukannya.
-Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
R/ menghindari kesalah pahaman dalam tindakan dan membantu peran aktif keluarga.
- Ajarkan nama antibiotik dan antibiotik, dosis waktu pemberian dan tujuan serta efek sampingnya
pada keluarga.
R/ Keluarga dapat memberikan obat yang tepat sesuai kondisi klien

Das könnte Ihnen auch gefallen