Sie sind auf Seite 1von 48

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar belakang

Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai dengan
gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari danatau dini hari
yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.

Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti
sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi
yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di
masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan
pengobatan secara baik.

Disamping itu banyak permasalahan kesehatan


lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permasalahan
kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab,
dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-faktor penyebab dan
pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap
rokok,asap obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila
salah satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa
diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI
menjelaskan, penyakitasma bukan penyakit menular tapi penyakit keturunan.4

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun
2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies inChildhood pada
tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma
melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan
obat-obatan yang ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, penderit
a penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang mengganggusehingga dapat
menjalani aktivitas hidup sehari-hari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan,
maka prioritas pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala.
Kontrol yang baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala
penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan
meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut dalam
halaman detail ini
meliputigejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobatan, pen
gcegahan dan hidup bersama asma.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma bronkial
khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan penatalaksanaan
terkait kasus
1.Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial
2.Tujuan Khusus
a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial.
b.Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
c.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
d.Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
e.Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronchia
f.Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar.
1.3.Ruang Lingkup
Makalah ini menguraikan tentang bagaimana melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan asma bronchial, pada kasus ini penulis
menggunakan metoda pemecahan masalah yaitu dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosis pelaksanaan dan evaluasi.
1.4.Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu pengamatan langsung terhadap klien
mengenai penyakit dan perkembangan, perawatan serta pengobatan klien dengan asma bronchial.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi

Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi
pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan
peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.

Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibeldimana


trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma bronchial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon tracheadan bronkhus terhadap berbagai
rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalannafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil daripengobatan. ( The American
Thoracic Society ).

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

Pembagian asma pada anak.

Asma episode yang jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat
beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari,
sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim
jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak
ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini
merupakan 70 75 % dari populasi asma anak.

Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan udara,
adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3
4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan
paling tinggi pada umur 8 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan
golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan
batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung
frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 2 minggu, biasanya tidak ditemukan
kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan
pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum umur
3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 %
sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran
nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk
dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang
berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya
pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa
muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas
mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi
perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus
Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan
aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering
tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan
psiko sosial.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.2 Etiologi

Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu binatang).

Faktor intrinsik;

- infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..


- Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur.
- Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).
- Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor
pencetus.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnyaserangan asma
bronchial:
1. Faktor Predisposisi
- Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana
carapenurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluargadekat yang juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit
asma bronkhial jika terpapar denganfaktor pencetus.Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi
- Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
- Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
-Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik
asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
- Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh
raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Pencetus:
-Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping itu hiper
reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas
bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah
diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan
umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak
jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
-Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah respiratory
syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis
dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
-Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan polutan udara
lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
-Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan dengan
percepatan dan terjadinya serangan asma
-Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan
tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah
optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
-Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma pada
anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
-Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adanya
perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma oleh anak
sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap
adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak dengan
pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk
serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi
pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah
mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.3 Manifestasi klinis


Auskultasi :
- Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
- Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung,
retraksi dada,dan stridor.Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
- Tachypnea, orthopnea.
- Diaphoresis
Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
- Fatigue.
Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.Kecemasan, labil dan
perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit karena
udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.Bila
serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X foto dada : atelektasis tersebar,
Hyperserated
2.4 Tanda dan gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasanbekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala
tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang
timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
1.Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c.Whezing belum ada
d.Belum ada kelainan bentuk thorak
e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f.BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a.Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b.Whezing
c.Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d.Penurunan tekanan parsial O2
2.Stadium lanjut/kronik
a.Batuk, ronchi
b.Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
c.Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d.Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e.Thorak seperti barel chest
f.Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g.Sianosis
h.BGA Pa O2 kurang dari 80%
i.Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j.Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:


1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yangspesifik, seperti
debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik danaspirin), dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatupredisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yangtidak spesifik atau
tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan olehadanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih beratdan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadibronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-
alergik.
Menurut WOC

2.5 patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap
bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh
muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast
dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.
Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan
terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif
jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini
menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas
dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada
jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas
menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan
P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas
selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem
pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),
kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah
(hypocapnea).
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE
yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang
(histamin)
Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus)
Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret)
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)

Hiperresponsif jalan napas

Asma

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


- Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
- Foto rontgen
- Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
- Pemeriksaan alergi
- Pulse oximetri
- Analisa gas darah.

Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan
LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
- perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
( Right bundle branch block).
- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.8. pengobatan terapi


Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakitasma. Meliputi
pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengertitujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yangmerawat.
- Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri Obila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol
(berotec), terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- KetolifenMempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikandosis 2
kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.8 Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :

Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.

Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit
sampai 3 kali.

Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin : 0,5 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
- Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan
insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor
efek samping obat.
- Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan
meningkatkan bersihan jalan nafas.
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia,
dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus
secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump.
Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 2
mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada pemahaman mengenai
pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,yaitu:

penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar serangan
(controller).Berdasarkan panduan asma internasional (GINA: Global Intiative for
Asthma),tujuan penatalaksanaan asma yang berhasil adalah bagaimana penyakit asma
tersebut bisa dikontrol. Menurut GINA yang telah diakui oleh WHO dan National Healt,
Lung and Blood Institute-USA (NHBCLI), ada beberapa kriteria yang dimaksudkan
denganasma terkontrol. Idealnya tidak ada gejala-gejala kronis, jarang
terjadi kekambuhan,tidak ada kunjungan ke gawat darurat, tidak ada keterbatasan aktivitas
fisik, sepertilatihan fisik dan olahraga, fungsi paru normal atau mendekati normal, minimal
efek samping dari penggunaan obat dan idealnya tidak ada kebutuhan akan obat-obat
yangdigunakan kalau perlu.Dalam penatalaksanaan asma, yang penting adalah menghindari
pencetus (trigger)dan memilih pengobatan yang tepat untuk mencegah munculnya gejala
asma. Selain itu, menghilangkan gejala dengan
cepat dan menghentikan serangan asma yangsedang terjadi.

Penatalaksanaan Asma Saat Serangan

Penatalaksanaan asma saat serangan bertujuan untuk:


- mencegah kematian,dengan segera menghilangkan obstruksi saluran napas
- mengembalikan fungsi paru sesegera mungkin
- mencegah hipoksemia dan mencegah terjadinya serangan
berikutnya.Penatalaksanaan asma saat serangan dibagi lagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaan saat
serangan di rumah dan penatalaksanaan asma saat serangan di rumah sakit.
1.Penatalaksanaan Saat Serangan di Rumah

Terapi awal

Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20 menit,
contohnya Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol2,5 mg.
Jika tidak tersedia inhalasi agonis beta2 maka dapat diberikan agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg

Evaluasi responpasien
Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau tidak
terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis diteruskan setiap 3-4 jam
selama 1-2 hari.Jika keadaan pasien tidak membaik atau malah memburuk maka berikan
kortikosteroid

oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2 agonisdiulangi dan segera rujuk
pasien ke rumah sakit.
2.Penatalaksanaan Asma di Luar Serangan
Penatalaksanaan asma diluar serangan, mengacu kepada berat ringannya gejala asma. Berdasarkan
berat ringannya gejala asma, maka penatalaksanaan
asma di luar serangan dapat dibagi menjadi; penatalaksanaan asmaintermiten , penatalaksanaan
asma persisten ringan, sedang dan berat.
3.Penatalaksanaan Asma Intermiten
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala intermiten(kurang dari satu kali
seminggu), serangan singkat (beberapa jam sampaihari), gejala asma malam kurang dari dua kali
sebulan, diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal, nilai APE dan VEP1 > 80%
darinilai prediksi, variabilitas < 20%.Pada asma intermiten ini, tidak diperlukan pengobatan
pencegahan jangka panjang. Tetapi obat yang dipakai untuk menghilangkan gejala yaitu
agonis beta 2 inhalasi, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapatditambahkan
kortikosteroid oral.
4.Penatalaksanaan Asma Persisten Ringan
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala lebih dari 1xseminggu, tapi kurang dari 1x
per hari, serangan mengganggu aktivitas dantidur, serangan malam lebih dari 2x per bulan dan nilai
APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%.Pengobatan jangka panjang terdiri
dari: inhalasi kortikosteroid 200-
500mikrogram, kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Dan jikadiperlukan, dosis kortik
osteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800mikrogram atau digabung dengan bronkodilator
kerja lama (khususnya untuk gejala malam), dapat juga diberikan agonis beta 2 kerja lama inhalasi
atau oralatau teofilin lepas lambat. Sedangkan untuk menghilangkan gejala digunakan:agonis beta 2
inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.6.

Penatalaksanaan Asma Persisten Sedang

Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala setiap hari,serangan mengganggu aktivitas
dan tidur, serangan malam lebih dari 1x per minggu dan nilai APE atau VEP1 antara 60-80% nilai
prediksi, variabilitas >
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-2000mikrogram, bronkodilator
kerja lama, khususnya untuk gejala malam:
inhalasiatau oral agonis beta 2 atau teofilin lepas lambat. Sedangkan obat yangdigunakan untuk
menghilangkan gejala, terdiri dari: agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per
hari dan obat pencegah setiap hari.

Penatalaksanaan Asma Persisten Berat

Gambaran linis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala terus-menerus,sering mendapat serangan,
sering serangan malam, aktivitas fisik terbatas dannilai APE atau VEP1 kurang dari 60% nilai
prediksi, variabilitas > 30%.
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-
2000migrogram; bronkodilator kerja lama (inhalasi agonis beta 2 kerja lama,teofilin lepas lambat,
dan atau agonis beta 2 kerja lama tablet atau sirup; kortikosteroid kerja lama tablet atau sirup.
Sedangkan, obat yang digunakan
untuk menghilangkan gejala, agonis beta 2 inhalasi bila perlu dan obat pencegah setiap hari.
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma :
a)Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b) Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan seranganasma.
c) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan
penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
1.Pengobatan dengan obat-obatanSeperti :
Beta agonist (beta adrenergik agent)
Methylxanlines (enphy bronkodilator)
Anti kolinergik (bronkodilator)
Kortikosteroid
Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
2.Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
Oksigen 4-6 liter/menit.
Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atauterbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan
pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atauterbutalin 0,25 mg
dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakanobat ini dalam 12 jam.
Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak adarespon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral ataudalam serangan sangat berat.
3.Pemeriksaan Penunjang :Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
Tes provokasi :
1)Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2)Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewattes spirometri.
3)Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasihistamin, metakolin, alergen, kegiatan
jasmani,hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasidengan aqua destilata.
4)Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi IgE yang spesifik dalam tubuh.
Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalamserum.
Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
Pemeriksaan sputum.

2.9 Pencegahan / perawatan dirumah


Perencanaan Pemulangan

Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.

Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.

Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan
lainnya.

Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.

Ajarkan penggunaan nebulizer.

Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu
pemberian.

Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.

Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.

Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.10 Komplikasi

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

Chronik persistent bronchitis

Bronchiolitis

Pneumonia

Emphysema.

berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:


1.Status asmatikus
adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak memberikan respon
(refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat digolongkan pada status asmatikus.
Penderita harus dirawat dengan terapi yangintensif.
2. Atelektasis
adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkankolapsnya paru.
5. Emfisema
adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas karena kantung
udara di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami kerusakan yang luas.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian

Identitas

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi
virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur
sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan
cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering
pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada
umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir
terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak
perempuan dan laki-laki.

Keluhan utama

Batuk-batuk dan sesak napas.

Riwayat penyakit sekarang

Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

Riwayat penyakit terdahulu

Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya

Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan

Riwayat kesehatan lingkungan

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau
buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot
nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma

Riwayat tumbuh kembang

o Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6
tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4
tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata rata pertambahan berat
badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan
patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah
yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini
yaitu 6 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

Tahap perkembangan.
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari
pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak
peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-
laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4
tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna,
konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial :
sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar
yang benar salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain
sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation . Dimana sudah bisa
mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi
perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5
tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar
seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan
perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul,
mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia
mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang
mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari,
memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

Riwayat imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III;
DPT I, II, III; dan campak.

Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-
1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % <80 %
Gizi baik 80 % 110 %
Obesitas lebih dari 120 %

Dampak Hospitalisasi

- Sumber stressor : Perpisahan


- Protes : pergi, menendang, menangis
- Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
- Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
- Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini akan
menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
- Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
- Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukanaktivitas sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi

Pernapasan

- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang

Sirkulasi

- Adanya peningkatan tekanan darah- Adanya peningkatan frekuensi jantung


- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

Integritas ego

- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah

Asupan nutrisi

- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan


- Penurunan berat badan karena anoreksia

Hubungan sosial

- Keterbatasan mobilitas fisik


- Susah bicara atau bicara terbata
-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain
Pengkajian Persistem
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori
pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi
terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng apatis
sopor coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut
kering.
Sistem integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu seranganmenunjukkan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yangbertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan
yang didapat adalah sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di
hilus akan bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akansemakin bertambah.- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal- Bila terjadi pneumonia
mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapatmenimbulkan reaksi
yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3bagian dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda
-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (RightBundle branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VESatau terjadinya
depresi segmen ST negatif
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruhpada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaanspirometri tdak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga pentinguntuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

3.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Rencana Intervensi
1.Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.
Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang efektif dan
pola nafas dalam batas normal.
Kriteria hasil : PO2dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif, cianosis
tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada
2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.
Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi.
3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang dan
berpartisipasi dalam perawatan anak.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan


menurunnya intake cairan.
Tujuan : Status hidrasi adekuat
Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan BB,
output urine > 2 ml/ kg per jam.
5.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat
Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas yang
sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak.
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.
Tujuan : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti
regimen terapi yang diberikan.
Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program medik atau
perawatan.
3.3 Intervensi
1. Intervensi :
1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan
tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi tekanan semakin
meningkat frekuensi pernapasan.
2. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan ronchi
Rasional : pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan napas
3. Observasi TTV
Rasional : perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada kondisi pasien.
4. Bantu pasien latihan napas dan batuk secara efektif
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih kecil.
Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak.
5. Section sesuai indikasi bila perlu sesuai instruksi dokter
Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas
6. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya, debu, asap yang berhubungan dengan
kondisi pasien.
Rasional : pencetus tipe reaksi, alergi pernapasan yang dapat mentriger epiodik akut.
7. Berikan posisi yang nyaman pada pasien misalnya,peninggian kepala tempat tidur(posisi semi
fowler)
Rasional: mempermudah fungsi pernapasan
8. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari. Tawarkan air hangat
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga
mudah dikeluarkan.
9. Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat seperti bronkodilator dan mukolitik
melalui inhalasi
R/asional: memudahkan pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat
10. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan.
11. Berikan terapi bermai sesuai usia.
2. intervensi
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau
kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
R/ Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai indikasi, dorong
penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
R/ Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
3. Jelaskan pada orang tua pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
kesimbangan aktivitas dan istirahat
R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik,menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan
4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan
R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/ menunjukan kerja sama dan pasien merasa lebih diperhatikan
3. intervensi
a. Identifikasi factor yang menimbulkan mual atau muntah (sputum banyak), pengobatan
aerosol, dispnea berat dan nyeri
R/ sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang
pusat pengaturan makanan di medulla oblongata
b. Auskultasi bunyi usus. Obervasi atau palpasi distensi abdomen.
R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi
abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin pada saluran
gastrointestinal.
c. Evaluasi status nutrisi umum. Timbang berat badan dasar.
R/ adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.
d. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
R/ menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan porsi kecil dan sering dan atau makanan
yang disukai pasien
R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali
f. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang diberikan
R/ menghindari adanya makanan pantangan pada pasien
( sumber : http://jhu-lee.blogspot.com/2011/02/normal-0-false-false-false-in-zh-tw-x.html)
4. intervensi

3.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa.
NI,1989;162 ).
3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulandata subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuanpelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum.
Bila perlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisamasalah
selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan di manasaluran nafasmengalami penyempitan karena
Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini
bersifat sementara.Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnyaserangan asma .Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe,
dan wheezing. Padasebagian penderita disertai dengan rasanyeri dada, pada penderita yang sedang
bebasserangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas
cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan sertatampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras.Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang
disebabkan olehalergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien
denganasma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergirhinitis,
sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.Sebagaimana penyakit lain,
penatalaksanaan asma didasarkan pada pemahamanmengenai pathogenesis penyakit.
Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,
yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar serangan
(controller).Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks,atelektasis,
gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga
1.Dalam melakanakan asuhan keperawatan penulismenggunakan pendekatan
proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajiansampai evaluasi. Data-
data tersebut digunakan untuk menyusun diagnosakeperawatan.
2.Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis berfokus pada data-data sebagai hasil
pengkajian berdasarkan masalah aktual,
masalahrisiko tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia menurut
Maslow.
3.Dengan melaksanakan asuhan keperawatan secarakomprehensif maka seluruh permasalahan yagn
dihadapi klien dapat teratasi.
4.Ternyata pada klien asma penyembuhannya sangat berpengaruh pada sikap perawat yang
empati danmenerapkan komunikasitheraphy, di samping pemberian obat-obatan.

5.Dengan adanya seminar ini, para perawat dapat mengambilmanfaat yaitu menambah pengetahuan
tentang proses asuhan keperawatanklien asma.

4.2 Saran

Marilah kita sama-sama mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin


danmengambil manfaat dan ilmu yang terkandung di dalam makalah ini guna pengembangan yang
ada pada diri kita masing-masing
DAFTAR PUSTAKA

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika
Jakarta.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung Seto
Jakarta.
Sumber : http://www.scribd.com/doc/126076785/Asuhan-Keperawatan-Pada-Anak-Dengan-
Penyakit-Asma

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCHIALE

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCHIALE


A. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkhial.
1. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus.
2. Faktor Presipitasi
- Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri, dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
- Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma yang sudah
ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga
yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti
debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.

D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang
alergi membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus
kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkhiolus.
Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari
paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.
E. Tanda dan Gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi
pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga
ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas,
mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada
serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis,
gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma
sering terjadi pada malam hari.

F. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada
status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.

G. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi
pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
+ Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1
bulan.
- Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1
mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

H. Pencegahan Serangan Asma pada Anak


1. Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu diketahui dan diajarkan pada
keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus adalah debu rumah. Untuk menghindari pencetus
karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur anak:
- Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung bantal lebih sering. Lebih
baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan memelihara
binatang.
- Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih baik jangan makan
coklat, kacang tanah atau makanan yang mengandung es, dan makanan yang mengandung zat
pewarna.
- Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak berada di tempat yang sedang
terjadi perubahan cuaca, misalnya sedang mendung.
2. Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga. namun olahraga perlu diatur
karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:
- Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan percepatan gerak yang mendadak
- Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak batuk-batuk, kegiatan
diteruskan.
- Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu minum obat atau menghirup
aerosol terlebih dahulu.
PENGKAJIAN
1. DASAR DATA PEMERIKSAAN PASIEN
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
b. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan dan insomnia
Tanda : letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas
c. Pernapasan
Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis,PPOM,merokok sigaret.
Takipnea, dispnea progesif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi: pekak diatas area konsolidasi.
Fremitus: taktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronchial.
Warna: pucata atau sianosis bibir/kuku.
d. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya/GJK kronis.
Tanda : Takikardia.
Penampilan kemerahan atau pucat.
e. Integritas ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
f. Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen.
Hiperaktif bunyi usus.
Kulit kering dengan turgor buruk.
g. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal.
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
Nyeri dada (pleuritik)
Mialgia, artralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
i. Keamanan
Gejala : Demam ( mis. 38.5-39,6oC)
Tanda : Berkeringat
Menggigil berulang, gemetar.
j. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alcohol kronis.
DRG menunjukan rerata lama dirawat : 6,8 hari.

2. IDENTITAS PASIEN
Nama : An Sy
Umur : 10 thn
Alamat :Desa perdamaian Gg.cermai Kuala Simpang Aceh Tamiang NAD
Pekerjaan :-
Jenis kelamin : laki - laki
Agama : islam
Keluhan utama : Badan lemas, nafas sesak, batuk, nyeri dada.

Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmetis
Tanda : TD: 120/70
Nadi : 110 x/mnt
Suhu : 36 0C
RR : 28 x/mnt
BB sekarang : 26 kg
Antropometri :
TB : 142 cm
LK : 49 cm
LILA : 18 cm

Pemeriksaan Fisik :
Kepala : warna rambut hitam, kulit kepala bersih
Muka : tidak pucat dan tidak odema
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, kelopak mata tidak oedema, sklera tidak
ikterus
Hidung : tidak ada sekret dan polip
Mulut : tidak ada stomatitis, lidah bersih, gusi tidak epulis
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar thyroid
Dada : simetris, ada wheezing, ada ronchi
Perut : tidak ada kembung tetapi terdapat nyeri tekan
Genetalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : simetris, tidak odema, pada tangan kiri terpasang infus D5 16 tetes/menit
Kulit : turgor baik
ANALISA DATA
DATA ETILOGI MASALAH
Ds : 1. Bronkospasme 1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Ibu pasien 2. Penurunan ekpansi paru 2. Tidak efektifnya pola nafas
mengatakan sulit 3. Anoreksia,mual/muntah 3. Gangguan nutrisi kurang dari
bernafas. kebutuhan tubuh
Ibu pasien
mengatakan batuk.
Ibu pasien
mengatakan
pernafasan pasien
mengi saat tidur.
Do :
bunyi nafas tidak
normal.
Makan tidak pernah
habis sesuai porsi
Pasien sering
mual/muntah
Pasien tampak
bingung, gelisah.
TD: 120/70
Nadi : 110 x/mnt
Suhu : 36 0C
RR : 28 x/mnt
BB : 26 kg
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan - Auskultasi bunyi -beberapa derajat
tidak efektif b/d askep selama 3x24 nafas, catat adanya spasme bronkus terjadi
bronkospasme t/d jam. bunyi nafas. dengan obstruksi jalan
pernyataan sulit Diharpakan napas dan dapat/tidak
bernapas, bunyi - Jalan nafas kembali dimanifestasikan adanya
napas tak normal efektif. bunyi nafas adventisius,
(mengi), batuk. - pasien dapat mi;penyebarab koreleks
mengeluarkan sputum, basah, bunyi napas
wheezing redup dengan ekspirasi
berkurang/hilang. mengi, atau tak adnya
bunyi nafas(asma berat).
- Kaji/pantau - takipinea biasanya ada
frekuensi pada beberapa derajat
pernafasan, catat dan dapat ditemukan
rasio pada penerimaan atau
inspirasi/ekspirasi selama srets/adanya
proses infeksi akut.
- peninggian kepala
- Kaji pasien untuk tempat tidur
posisi yang mempermudah fungsi
nyaman. Contoh: pernapasan dengan
meninggikan menggunakan gravitasi.
kepala TT, duduk
pada sandaran TT - batuk dapat menetap
- Observasi tapi tidak efektif,
karakteristik batuk, khususnya bila pasien
menetap, batuk lansia, sakit akut, atau
pendek, basah. kelemahan.
Bantu tindakan
untuk keefektifan
memperbaiki upaya
batuk.
- Berikan air - penggunaan air hangat
hangat. dapat menurunkan
spasme bronkus.
- merileks kan otot halus
- Kolaborasi dan menurunkan
dengan dokter kongesti local,
untuk pemberian menurunkan jalan
obat sesuai napas, mengi, produksi
Tidak efektifnya indikasi: mukosa.
2.
pola nafas b/d Setelah dilakukan Brokondilator
penurunan ekspansi askep 3x24 jam.
paru t/d gangguan Diharapakan - kecepatan biasanya
pengembangan -Pola nafas kembali - Kaji frekuensi meningkat. Dispnea dan
dada, bunyi napas efektif. kedalaman terjadi peningkatan kerja
tak normal(mengi), - ekspansi paru pernafasan dan napas. Kedalaman
batuk. mengembang. ekpansi dada catat pernapasan bervariasi
- bunyi napas normal upaya pernafasan tergantung derajat gagal
dan bersih. termasuk napas.
- batuk penggunaan otot
berkurang/hilang. bantu
- TTV dalam batas pernapasan/perleba - bunyi napas
normal. ran nasal. menurun/tidak ada bila
- Auskultasi bunyi jalan napas obstruksi
nafas dan catat sekunder terhadap
adanya bunyi nafas pendarahan, bekuan atau
seperti krekels, kolaps jalan napas kecil.
wheezing. - duduk tinggi
memungkinkan ekpensi
- Tinggikan kepala paru dan memudahkan
dan bantu pernapasan. Pengubahan
mengubah posisi. posisi dan ambulasi
meningkatkan pengisian
udara segmen paru
berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas.
- kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
- Observasi pola kering/iritasi.
batuk dan karakter - dapat
secret. meningkatkan/banyakny
- Dorong/bantu a sputum dimana
pasien dalam nafas gangguan ventilasi dan
dan latihan batuk. ditambah
ketidaknyamanan upaya
bernapas.
- memaksimalkan
3. Kolaborasi bernapas dan
Gangguan nutrisi - Berikan oksigen menurunkan kerja
kurang dari Setelah dilakukan tambahan napas.
kebutuhan tubuh b/d askep selama 2x24
anoreksia,mual/mun jam.
tah t/d penurunan Diharapkan - Kaji kebiasaan - pasien distress
berat badan, - BB stabil dgn nilai diet pernapasan akut sering
kelemahan, lab normal. anoreksia karena
keengganan untuk - Tidak mengalalami dispnea, produksi
makan, kurang tanda malnutrisi sputum, dan obat.
tertarik pada -Menunjukkan - Aukultasi bunyi - penurunan/hiporaktif
makanan. perilaku, perubahan usus. bising usus menunjukan
pola hidup untuk penurunan motilitas
meningkatkan gaster dan konstipasi
dan/ataumempertahan yang berhubungna
kan berat badan yg dengan pembatasan
sesuai. pemasukan cairan,
penurunan aktifitas, dan
- Timbang berat hipoksemia.
badan dan tinggi - berguna untuk
badan. menentukan kebutuhan
kalori, menyusun tujuan
berat badan, dan
evaluasi keadekuatan
- Anjurkan pada ibu rencana nutrisi.
klien agar klien - suhu ekstim dapat
hindari dari mencetuskan/meningkat
makanan yang kan spasme batuk.
sangat panas atau
sangat dingin.
Kolaborasi
- Konsul dengan - metode makan dan
tim gizi/tim kebutuhan kalori
pendukung nutrisi. didasarkan pada
situasi/kebutuhuan
individu untuk
memberikan nutrisi
maksimal dan upaya
minimal
- Berikan oksigen pasien/penggunaan
tambahan selama energi.
makan sesuai - menurunkan dispnea
indikasi. dan meningkatkan
energy untuk makan
meningkatkan masukan.
No Tgl/jam Implementasi Evaluasi
Dx
kep
1 15-03-11 - Mengkaji auskultasi bunyi nafas S : Keluarga An Sy mengatakan:
10.00wib - Memantau frekuensi pernafasan - Setelah dilakukan kaji
- Meninggikan kepala dr tempat tidur auskultasi dan memantau frekuensi
- Memberikan obat bronkodilator. pernafasn An Sy merasa
diperhatiakn oleh perawat.
- An Sy dpt merespon dgn baik
setiap tindakan yg diberikan oleh
perawat.
- An Sy merasa dgn posisi
kepala lbh tinggi dapat bernapas
dengan nyaman.
- An rz nyaman dan tidur
nyenyak setelah diberikan obat.

O : TD: 100/60 mm/hg


RR: 18 x/menit
HR: 72x/menit
TEMP: 37oC
An Sy bunyi nafas kembali normal.

A : TTV normal, batuk berkurang,


keadaan umum membaik.
P : Lanjut ke dx selanjutnya.

2 15-03-11 -Mengkaji frekuensi kedalaman


11.30wib pernafasan dan ekpansi dada. S: Keluarga pasien menga-
- Mengobservasi pola batuk pasien. takan:
- An Sy sudah bernapas dengan
normal.
- An Sy batuk sudah hilang.

O: an Sy sudah bernapas dengan


ekpansi paru mengembang.

A: sesak hilang, batuk hilang.

P: Lanjutkan ke dx kep
selanjutnya.
3 15-03-11 - Mengkaji kebiasaan diet pasien. .
12.00wib - Mengkaji auskultasi bunyi usus.
- Menimbang BB dan TB. S: Keluarga An rz mengatakan:
. - an Sy nafsu makan membaik.
. - Bunyi usus 6-12 kali/menit.

O: BB = 30 kg. TB = 143 cm
A: keluarga Sy mengatakan
anaknya sudah sangat membaik

P: tidak ada.

Diposkan oleh teuku yans balhuell di 07.57


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

4 komentar:

1.

Julio Aryana29 Juni 2016 21.06

OBAT ASMA
terima kasih untuk infonya

Balas

2.

Julio Aryana29 Juni 2016 21.07

OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
terima kasih untuk infonya

Balas

3.

Julio Aryana29 Juni 2016 21.07

OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
terima kasih untuk infonya

Balas

4.

Julio Aryana29 Juni 2016 21.09

OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
terima kasih untuk informasinya

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
2012 (5)

o Juni (5)

ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCHIALE

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT SARS

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

Mengenai Saya

teuku yans balhuell


Lihat profil lengkapku

Asuhan Keperawatan Anak dengan Gastroenteritis (Diare Dehidrasi Sedang)

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS

A. Definisi
Diare adalah Buang Air Besar encer lebih dari 3 kali sehari. (WHO, 1980)
Gastroenteritis adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami defekasi sering dengan feces cair atau feses tidak berbentuk. (Carpenito, 2007)
Gastroenteritis atau diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan jumlah feces yang
lebih banyak, dengan feces berbentuk cair/setengah padat dapat disertai frekuensi yang meningkat.
B. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi interal
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
1) Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
2) Infeksi virus
Enterovirus: Virus Echo, Coxsackie, Poliomyelitis
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
3) Infeksi parasit
Cacing: Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloide
Protozoa: Entamoeba hystolica, Giardia lambilia, Trichomonas hominis
Jamur: Candida albicanas
b. Infeksi parenteral
Infeksi di luar alat pencernaan makanan, seperti: Otitis Media Akut (OMA),
tonsillitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia, ensefalitis. Terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, makanan beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. Manifestasi Klinis
Gejala awal anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare feces makin cair, mungkin mengandung
darah atau lender, warna feces berubah menjadi kehijau hijauan karena tercampur empedu, anus
dan sekitarnya menjadi lecet karena feces menjadi asam akibatnya banyaknya asam laktat yang
terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit
terjadilah gejala dehidrasi, berat badan menurun pada bayi, ubun ubun besar dan cekung, tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lender mulut dan bibir menjadi kering.
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut:
1. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Kesadaran compos mentis, nadi kurang dari 120 kali permenit, pernapasan biasa, ubun
ubun besar dan agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
2. Sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120 140 kali permenit, pernapasan agak cepat, ubun ubun besar
dan agak cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak berkurang, mulut kering.
3. Berat (kehilangan >10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernapasan kuamaul,
ubun ubun besar dan cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering, sianosis.
D. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah, 2006 dan Mansjoer, 2000, yaitu:
1. Gangguan osmotic yaitu akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
sehingga akan timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misal toksik) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus selanjutnya terjadi diare.
3. Gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya peristaltic usus menurun akan menyebabkan
bakteri tumbuh berlebihan dan selanjutnya timbul diare.
4. Factor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan
minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk ke dalam lambung yang akan dinetralisir oleh asam
lambung. Mikroorganisme akan mati atau bila jumlahnya banyak maka aka nada yang lolos sampai
usus duabelas jari (duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi
enzim mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di dalam membrane bakteri
mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/air terganggu, terjadilah hipersekresi sehingga timbul
diare.
5. Factor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat diserapoleh lambung yang
terdapat keseimbangan mikrofa melalui proses fermentasi, mikrofa usus metabolism berbagai
macam substrat terutama komponen dari diet dengan hasil aakhir asam lemak dan gas sehingga
tekanan osmotic dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga usus yang
berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.

E. Pathways
Factor infeksi Factor malabsorbsi Factor makanan Factor psikologis
(karbohidrat, lemak, protein)

Masuk & berkembangbiak Tekanan osmotic toksik tidak dapat


dalam usus meningkat diserap

Hipersekresi air &elektrolit Pergeseran air &elektrolit Hiperperistaltik


(isi rongga usus) ke rongga usus
DIARE
Frekuensi BAB Output bertambah Defekasi sering Kurang informasi
meningkat
Kurang pengetahuan

Kehilangan cairan & Absorbsi berkurang Iritasi kulit


elektrolit berlebih
Gangguan Nutrisi
Gangg. Integritas kulit

Penurunan sirkulasi

Hipertermi
Gangg. Keseimbangan cairan & elektrolit

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Manjoer, 2000, yaitu:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sudar intolerance)
c. Biakan kuman dan unji resistensi
2. Pemeriksaan darah
a. Darah perifer lengkap
b. Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faaf ginjal
d. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik
G. Komplikasi
Menurut Ngastiyan, 2006, yaitu:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrodiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder skibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
H. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah, 2006, yaitu:
1. Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya dan keadaan umum:
a. Belum ada dehidrasi
1) Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare
2) Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b. Dehidrasi ringan
1) 1 jam pertama: 25 50 CC/Kg BB/oral atau intragastrik
2) Selanjutnya: 50 100 CC/Kg BB/hari
c. Dehidrasi sedang
1) 1 jam pertama: 25 50 CC/Kg BB/oral intragastrik
2) Selanjutnya: 125 ml/Kg BB/Hari
d. Dehidrasi berat
Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan BB 3 10 Kg
1) 1 jam pertama: 40 ml/Kg BB/jam atau 10 tetes/Kg BB/menit (dengan infuse 15 tetes) atau 13
tetes/Kg BB/menit (dengan infuse 1 ml = 20 tetes)
2) 7 jam kemudian: 12 ml/Kg BB/jam atau 3 tetes/Kg BB/menit (dengan infuse 1 ml = 15 tetes)
3) 16 jam berikutnya: 125 ml/Kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/Kg BB/menit (1 ml = 20
tetes)
2. Penobatan dietetic
a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anakan di atas 1 tahun dengan BB < 7 Kg, jenis makanan yang
diberikan yaitu:
1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, almiron)
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila tidak mau minum susu karena
di rumah tidak biasa.
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan. Misalnya: susu yang mengandung
laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
b. Untuk anak di atas 1 tahun dengan BB > 7 Kg, jenis makanannya: makanan padat, cair, atau susu
sesuai dengan kebiasaan di rumah
3. Obat obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa karbohidrat lain )gula, air
tajin, tepung beras)
a. Obat anti sekresi
Asetoral: dosis 25 ml/tahun (minimum 30mg)
Klorpromazin: dosis 0,5 1 mg/Kg BB/hari
b. Obat anti diare (kaolin, pectin, charcoal, tabonal
c. Antibiotic
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat kesehatan lingkungan
g. Pengkajian dan focus (Doengoes, 2000)
1) Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalaman, merasa gelisah dan
ansietas, pembatasan aktivitas / kerja
2) Sirkulasi
Tanda: takikardi, (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri), kemerahan, area
ekimosis (kekurangan vitamin K), TD: hipotensi, termasuk postural, kulit/membrane mukosa
(turgor buruk, kering, lidah pecah pecah), dehidrasi/malnutrisi
3) Integritas ego
Gejala: ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/tak ada harapan, stress.
Tanda: menolak, perhatian menyempit, depresi.
4) Eliminasi
Gejala: tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair, episode diare berdarah tak dapat
diperkirakan, perdarahan per rectal, riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda: menurunnya bising usus, tak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang dapat dilihat, oliguria
5) Makanan / cairan
Gejala: anoreksia, mual / muntah, penurunan BB, tidak toleran terhadap diet
Tanda: penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membrane
mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6) Hygiene
Tanda: ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis kekurangan vitamin, bau badan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
Tanda: nyeri tekan abdomen/defekasi
8) Keamanan
Tanda: riwayat lupus eritematosus, anemia metabolic, vaskulitis, peningkatan suhu 39,6 400C, alergi
terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus dan mempunyai efek
inflamasi)
Gejala: lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak)
9) Seksualitas
Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10) Interaksi social
Gejala: masalah hubungan/peran, ketidakmampuan aktif dalam social
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat = 7,1 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan program diet, obat dan dukungan psikologis
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Nanda, 2005 2006, yaitu:
a. Diare b.d proses infeksi, makanan, psikologis
Batasan karakteristik:
1) BAB > 3 kali sehari
2) Suara usus hiperperistaltik
3) Nyeri tekan
4) Kram abdomen
5) Urgensi
b. Deficit volume cairan b.d kehilangan cairan sekunder akibat diare
Batasan karakteristik:
1) Perubahan status mental
2) Kelemahan
3) Haus
4) Penurunan turgor kulit
5) Membrane kulit kering
6) Peningkatan denyut nadi, suhu tubuh
7) Kehilangan BB secara tiba tiba
8) Peningkatan konsentrasi urine
c. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorbsi nutrient
Batasan karakteristik:
1) BB 20% atau lebih di bawah ideal
2) Suara usus hiperperistaltik
3) Enggan untuk makan
4) Kenyang secara mendadak setelah kemasukan makanan
5) Tonus otot jelek
6) Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
7) Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
d. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi kulit
Batasan karakteristik:
1) Gangguan pada bagian tubuh
2) Kerusakan lapisan kulit (dermis)
3) Rusaknya permukaan kulit (epidermis)
e. Hipertermi b.d penurunan sirkulasi
Batasan karakteristik:
1) Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal
2) Convulsi (kejang)
3) Kulit merah
4) Takikardi
5) Hangat ketika disentuh
6) Takipnea
f. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, kurang informasi yang adekuat
Batasan karakteristik:
1) Permintaan informasi
2) Tidak tepat dalam mengikuti pikiran atau intruksi
3) Tingkah laku yang tidak tepat
4) Verbalisasi masalah
3. Intervensi
a. Diagnosa 1
Tujuan : penurunan frekuensi BAB < 3 kali/hari
Kriteria hasil:
1) Feses mempunyai bentuk
2) Rectal tidak terjadi iritasi
3) Tidak mengalami diare
Intervensi:
1) Kaji penyebab factor diare
Rasional: untuk mengetahui penyebab dari diare
2) Turunkan aktivitas fisik
Rasional: dapat menurunkan peristaltic
3) Tingkatkan pemenuhan kebutuhan cairan per oral
Rasional: untuk menggantikan cairan per oral
4) Anjurkan meningkatkan kebersihan
Rasional: untuk mencegah penyebaran infeksi
5) Kolaborasi pemberian terapi antibiotic
Rasional: untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi
b. Diagnosa 2
Tujuan: dapat terpenuhinya kebutuhan cairan
Kriteria hasil:
1) Tidak ada tanda tanda dehidrasi
2) Turgor kulit baik
3) Membrane mukosa lembab
4) Tidak ada rasa haus yang berlebihan
5) Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
Intervensi:
1) Kaji TTV
Rasional: untuk mengetahui respon terhadap efek kehilangan cairan
2) Monitor dan catat intake dan output
Rasional: untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar
3) Berikan wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan)
Rasional: untuk menarik dan meningkatkan masukan cairan
4) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional: untuk mengganti cairan yang hilang
c. Diagnosa 3
Tujuan: masalah nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
1) Adanya peningkatan BB
2) Mempu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak terjadi penurunan BB
4) Menunjukkan fungsi pengecapan bertambah
Intervensi:
1) Kaji kebiasaan diit, masukan makanan saat ini, dan derajat kesulitan makanan
Rasional: untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan
2) Kaji TTV
Rasional: indikasi respond an status nutrisi
3) Anjurkan makanan porsi sedang tapi sering
Rasional: meningkatkan masukan nutrisi
4) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat
Rasional: untuk perencanaan diit yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
d. Diagnosa 4
Tujuan: kulit tidak lecet, kulit tidak kemerahan
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan penyembuhan luka tanpa komplikasi
2) Mampu mengidentifikasi factor penyebab
3) Tidak ada lesi pada kulit
Intervensi:
1) Kaji keadaan kulit
Rasional: menunjukkan risiko kerusakan
2) Identifikasi tahap luka
Rasional: menentukan pengobatan yang tepat
3) Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan
Rasional: untuk mencegah terjadinya kompilkasi
4) Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein
Rasional: untuk mempercepat penyembuhan luka
e. Diagnosa 5
Tujuan: dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil:
1) Suhu tubuh dalam batas normal
2) Badan tidak panas
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing
Intervensi:
1) Kaji TTV
Rasional: untuk mengetahui keaadaan umum paisen
2) Berikan kompres hangat
Rasional: panas cepat turun
3) Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional: untuk mengurangi panas
4) Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional: menurunkan suhu tubuh
f. Diagnosa 6
Tujuan: menunjukkan peningkatan pemahaman kondisi selama tindakan perawatan.
Kriteria hasil:
1) Mendeskripsikan proses penyakit
2) Mendeskripsikan factor penyebab
3) Menyebutkan tanda dan gejala penyakit
4) Mendeskripsikan tindakan menurunkan progresifitas
Intervensi:
1) Kaji ulang pengetahuan pasien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional: mengidentifikasi pengetahuan keluarga terhadap penyakit yang dialami pasien
2) Berikan informasi adekuat tentang proses penyakit. Prognosis, dan perawatan
Rasional: pemberian pendidikan kesehatan diharapkan pengetahuan keluarga bertambah
3) Diskusi perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi
Rasional: dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
4) Diskusikan tentang pilihan terapi atau perawatan
Rasional: meningkatkan keaktifan keluarga dalam perawatan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2007. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC.

Doengoes. 2000. Asuhan Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2006. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

http://google.com/

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA An. F DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG
DI RUANG MAWAR PUSKESMAS BENDAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Tanggal pengkajian : 5 Juni 2013
Jam : 08.00 WIB
Initial klien : An.F
Tanggal lahir : 15 Desember 2012
Agama : Islam
Alamat : Jl.Sulawesi Gg.I 20 Rt.001/II Bendan
Nama ibu : Ny.B Nama Ayah : Tn.N
Usia : 32 th Usia Ayah : 36 th
Pendidikan ibu : SD Pendidikan Ayah : SMP
Pekerjaan ibu : IRT Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Agama ibu : Islam Agama Ayah : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Kawin Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl.Sulawesi Gg.I 20 Rt.001/II Bendan

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan klien BAB cair tanpa ampas sudah 5 kali dalam satu hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang bersama orangtuanya ke IGD Puskesmas Bendan tanggal 5 Juni 2013 pukul

07:30 WIB dengan keluhan BAB cair tanpa ampas 5 kali, muntah > 5 kali sehari sudah 2 hari,
S:38C, keadaan umum lemah, klien tidak nafsu makan, badan lemas 2 hari, kemudian klien

dibawa ke Puskesmas Bendan dan dirawat inap ruang Mawar I Puskesmas Bendan.
c. Riwayat kesehatan dulu
Ibu klien mengatakan klien baru pertama kali menderita penyakit seperti sekararang,
sebelumnya klien hanya batuk dan pilek.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien.
Keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit menurun ataupun menular.
e. Genogram

Keterangan:
: Laki laki

: Perempuan

: Pasien An. F

: Tinggal satu rumah


f. Riwayat prenatal, intranatal, dan postnatal
Anak Usia
Jenis persalinan Penolong Keterangan
ke sekarang
1 11 tahun Normal Bidan Hidup
2 6 bulan Normal Bidan Hidup
g. Riwayat tumbuh kembang
Menurut keterangan ibu klien, klien pada usia 3 bulan sudah bisa tengkurap dan selalu
aktif bergerak.
h. Riwayat sosial/pola asuh
Klien dari lahir sudah diasuh oleh ibunya dalam keluarga yang terdiri dari ayah dan
saudara perempuan klien.
i. Riwayat imunisasi
Menurut keterangan ibu klien, klien sudah diberi imunisasi Hepatitis pada baru lahir,
BCG umur 1 bulan, Polio 1 pada umur 1 bulan.
3. Data Umum Kesehatan Saat ini
a. Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 37,60C
Nadi : 104 x/menit
RR : 30 x/menit
BB sebelum sakit : 6,1 kg
BB selama sakit : 5,7 kg
Lingkar kepala : 37 cm
b. Kepala
1. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2. Kepala : Mesosefal, sutura agak cekung
. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata cekung
4. Hidung : Tidak ada secret
5. Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah terlihat kotor
6. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
c. Dada : Simetris
d. Abdomen
Inspeksi : abdomen bersih, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada massa, turgor sedang
Auskultasi : Hiperperistaltik dengan frekuensi 36 kali/menit
Perkusi : Hipertympani
e. Genetalia : Anus kemerahan
f. Ekstremitas
Atas : Terpasang infuse RL 20 tpm di tangan sebelah kiri
Bawah : Tidak ada oedema, turgor kulit sedang

4. Pola Fungsional
a. Manajemen Kesehatan
Ibu klien mengatakanklien BAB cair sudah 5 kali dalam 1 hari dan konsistensi encer
tanpa ampas.
b. Eliminasi
Sebelum sakit
: BAB 1 kali/hari, konsistensi padat
BAK 5 6 kali/hari
Selama sakit : BAB 5 kali/hari , konsistensi cair tanpa ampas
BAK 3 kali/hari
c. Nutrisi dan cairan
ebelum sakit : Klien sudah tidak minum ASI sejak umur 4 bulan dan diganti dengan susu formula SGM I, makan
nasi pisang dihaluskan dan bubur tepung 3 kali/hari.
elama sakit : Pasien minum susu formula SGM LLM, makan bubur serelac, nafsu makan menurun.
d. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Malam hari 9 jam, Siang hari 3 jam
elama sakit : Malam hari 5 jam, Siang hari 2 jam, sering terbangun dan rewel
e. Mobilisasi dan latihan
ebelum sakit : Klien selalu aktif bergerak dan ceria
elama sakit : Klien sering menangis, keadaan lemah, geraknya terbatas karena terpasang infus
f. Persepsi sensori dan kognitif
Ibu klien mengatakan kurang mengerti dengan penyakit yang dialami anaknya.
g. Hubungan dan peran
Pasien lebih dekat dengan ibunya, pasen kurang kooperatif dengan tindakan perawat.
h. Mekanisme koping dan stress
Keluarga klien menerima penyakit yang dialami klien.
i. Spiritual/keyakinan
Keluarga klien selalu beribadah rutin dan berdoa untuk kesehatan anaknya.

5. Therapy Dokter
a. Infus RL (infus mikro) 20 tpm
b. Injeksi Gentamicin 3 x 12,5 mg
c. Cotrimoxazole syrup 2 x 1 cth
d. Termagon Syrup sendok teh per 4 jam
e. Antacid 3 x 1/5
f. B6 3 x 1/5
g. Dexamethason 3 x 1/5
h. Kanina syrup 3 x 1/3 cth

6. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 5 Juni 2013
No.CM : 005533
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 7,9 gr/dL L : 14-18 P : 12-16
Leukosit 8100 /mm3 5000-10000
Hematokrit 22 /vol% L : 40-48 P : 37-43
Trombosit 228000 /mm3 150000-450000
Salmonella typhi -
Salmonella typhi -
Salmonella typhi -

7. Analisa Data
No. Data fokus Etiologi Problem
DS
1. : Ibu klien mengatakan klien BAB Output berlebih Defisit volume
cairan dan
cair 5 kali/hari, muntah >
elektrolit
5 kali,

DO : KU klien lemah, Bising usus


hiperperistaltik (36 kali/menit),
turgor kulit sedang.
Balance cairan :
Input
Minum:200ml
Makan:300ml
AM: 168ml
Infuse: 500ml
1168cc
Output
Muntah: 300ml
Urin: 200ml
BAB: 500ml
IWL:85ml+200(38-36,8C)=325ml
1325ml
Balance cairan=input-output
= 1168ml - 1325ml
= -157ml
DS2.: Ibu klien mengatakan daerah Iritasi kulit Risiko infeksi
sekitar anus klien kemerahan

DO : Anus terlihat kemerahan dan lecet


DS3.: Ibu klien mengatakan anaknya Penurunan sirkulasi Hipertermi
demam

DO : Suhu 380C, hangat ketika disentuh.


IWL:85ml+200(38-36,8C)=325ml

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output berlebih
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan iritasi kulit
3. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/ D
Tujuan Intervensi Paraf
. Tanggal x
1. Rabu, 1 Setelah dilakukan 1. Observasi dan catat
5/6/201 tindakan keperawatan frekuensi defekasi,
3 selama 3 x 24 jam karakteristik, jumlah,
diharapkan klien dan factor pencetus
2. Tingkatkan tirah baring
mengalami penurunan
3. Tingkatkan pemenuhan
frekuensi BAB dengan
kebutuhan cairan
kriteria hasil :
oral/oralit 100 CC/BAB
1. Tidak mengalami
4. Anjurkan
diare, frekuaensi BAB
meningkatkan
< 3 kali/hari
kebersihan botol susu
2. Feses padat dan lunak
5. Monitor bising usus
3. Muntah
6. Diberikan terapi
berkurang/berhenti
dokter.
2. Rabu, 2 Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan kulit
2. Identifikasi tahap
5/6/201 tindakan keperawatan
perkembangan luka
3 selama 3 x 24 jam
3. Cuci area yang
diharapkan kulit anus
kemerahan dengan
tidak lecet dan tidak
lembut menggunakan
kemerahan dengan
sabun ringan
kriteria hasil : 4. Tingkatkan masukan
1. Anus tidak terjadi
karbohidrat dan protein
iritasi 5. Perawatan pada area
2. Tidak ada lesi pada
luka
kulit
3. Menunjukkan
penyembuhan luka
tanpa komplikasi
3. Rabu, 3 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda tanda vital
5/6/201 2. Berikan kompres
tindakan keperawatan
3 hangat
selama 3 x 24 jam,
3. Anjurkan pakai
diharapkan klien dapat
pakaian tipis dan
mempertahankan suhu
menyerap keringat
tubuh dalam batas 4. Anjurkan untuk banyak
normal dengan criteria
minum 500 CC
hasil:
5. Diberikan terapi dokter
1. Suhu tubuh normal,
360C 370C
2. Badan tidak panas

D. IMPLEMENTASI

Hari/ D
No Tindakan Respon klien Paraf
Tanggal x
1. Rabu, 1 1. Mencatat frekuensi BAB, S:-
5/6/2013 Karakteristik, jumlah, dan O:BAB > 5
11:00
factor pencetus kali/hari,
2. Meningkatkan tirah
konsistensi cair
baring
tanpa ampas, terjadi
3. Meningkatkan
karena malabsorbsi
pemenuhan kebutuhan
usus
cairan oral/oralit 100
CC/BAB
4. Menganjurkan S:Ibu klien mau
meningkatkan kebersihan menjaga kebersihan
5. Memberikan obat sesuai
O:-
indikasi

S:-
O:Infus RL (infus
mikro) 20 tpm;
Injeksi IV
gentamicin 12,5
mg; Cotrimosazole
syrup 2 x 1 cth;
Antacid 3 x 1/5 cth;
B6 3 x 1/5 cth;
Kanina syrup 3 x
1/3 cth
2. Rabu, 2 1. Mengkaji keadaan kulit S:-
2. Mengidentifikasi tahap
5/6/2013 O:Anus kemerahan,
11:30 perkembangan luka
lecet
3. Mencuci area yang
kemerahan dengan lembut S:-
menggunakan sabun O:Luka local
ringan sekitar anus
4. Meningkatkan masukan
karbohidrat dan protein
S:Ibu klien mau
5. Melakukan perawatan
membersihkan area
pada area luka dengan
luka
mengoleskan salep/baby
O:-
oil pada area luka
3. Rabu, 3 1. Mengkaji tanda tanda S:-
5/6/2013
vital O: S: 380C, N: 104
12:10
2. Memberikan kompres
kali/menit, RR: 30
hangat
kali/menit
3. Menganjurkan kepada
klien untuk memakai
O:Klien kooperatif
pakaian tipis dan
menyerap keringat
4. Menganjurkan untuk S:Klien minum 600
banyak minum CC/hari
5. Memberikan obat sesuai
O:Pemberian
indikasi
Termagon syrup
cth/4jam
4. Kamis, 1 1. Mencatat frekuensi BAB, S:-
6/6/2013 Karakteristik, jumlah O:BAB > 5
08:00 2. Meningkatkan tirah
kali/hari,
baring
konsistensi cair
3. Meningkatkan
tanpa ampas, terjadi
pemenuhan kebutuhan
karena malabsorbsi
cairan oral/oralit 100
usus
CC/BAB
4. Menganjurkan
meningkatkan kebersihan S:Ibu klien mau
5. Memberikan obat sesuai
menjaga kebersihan
indikasi
O:-

S:-
O:Infus RL (infus
mikro) 20 tpm;
Injeksi IV
gentamicin 12,5
mg; Cotrimosazole
syrup 2 x 1 cth;
Antacid 3 x 1/5 cth;
B6 3 x 1/5 cth;
Kanina syrup 3 x
1/3 cth
5 Kamis, 2 1. Mengkaji keadaan kulit S:-
2. Mengidentifikasi tahap
6/6/2013 O:Anus kemerahan,
11:00 perkembangan luka
lecet
3. Mencuci area yang
kemerahan dengan lembut
S:-
menggunakan sabun
O:Luka local
ringan
4. Meningkatkan masukan sekitar anus
karbohidrat dan protein
5. Melakukan perawatan
S:Ibu klien mau
pada area luka dengan
membersihkan area
mengoleskan salep/baby
luka
oil pada area luka
O:-
6 Kamis, 3 1. Mengkaji tanda tanda S:-
7/6/2013 vital O: S: 380C, N: 104
13:00 2. Memberikan kompres
kali/menit, RR: 30
hangat
kali/menit
3. Menganjurkan kepada
klien untuk memakai
O:Klien kooperatif
pakaian tipis dan
menyerap keringat
4. Menganjurkan untuk S:Klien minum 600
banyak minum CC/hari
5. Memberikan obat sesuai
O:Pemberian
indikasi
Termagon syrup
cth/4jam
7 Jumat, 1 1. Mencatat frekuensi BAB, S:-
8/6/2013 Karakteristik, jumlah O:BAB 4 kali/hari,
08:00 2. Meningkatkan tirah
konsistensi cair
baring
tanpa ampas, terjadi
3. Meningkatkan
karena malabsorbsi
pemenuhan kebutuhan
usus
cairan oral/oralit 100
CC/BAB
4. Menganjurkan S:Ibu klien mau
meningkatkan kebersihan menjaga kebersihan
5. Memberikan obat sesuai
O:-
indikasi

S:-
O:Infus RL (infus
mikro) 20 tpm;
Injeksi IV
gentamicin 12,5
mg; Cotrimosazole
syrup 2 x 1 cth;
Antacid 3 x 1/5 cth;
B6 3 x 1/5 cth;
Kanina syrup 3 x
1/3 cth
8 Jumat, 2 1. Mengkaji keadaan kulit S:-
2. Mengidentifikasi tahap
8/6/2013 O:Anus kemerahan,
11:00 perkembangan luka
lecet
3. Mencuci area yang
kemerahan dengan lembut
S:-
menggunakan sabun
O:Luka local
ringan
4. Meningkatkan masukan sekitar anus
karbohidrat dan protein
5. Melakukan perawatan
S:Ibu klien mau
pada area luka dengan
membersihkan area
mengoleskan salep/baby
luka
oil pada area luka
O:-
9 Jumat, 3 1. Mengkaji tanda tanda S:-
8/6/2013 vital O: S: 37,60C, N:
13:00 2. Memberikan kompres
104 kali/menit, RR:
hangat
30 kali/menit
3. Menganjurkan kepada
klien untuk memakai
O:Klien kooperatif
pakaian tipis dan
menyerap keringat
4. Menganjurkan untuk S:Klien minum 600
banyak minum CC/hari
5. Memberikan obat sesuai
O:Pemberian
indikasi
Termagon syrup
cth/4jam

E. EVALUASI
No Hari/ Dx Catatan Perkembangan Paraf
Tanggal
.
1. Rabu, 1 S: Ibu klien mengatakan klien masih BAB
O: BAB > 5 kali/hari, konsistensi cair tanpa
5/6/2013
14:00 ampas KU:lemah, Bising usus:36 kali/menit),
turgor kulit sedang.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5

2. Kamis, S: Ibu klien mengatakan klien masih BAB


O: BAB > 5 kali/hari, konsistensi cair tanpa
6/6/2013
14:00 ampas
KU:lemah, Bising usus:36 kali/menit), turgor
kulit sedang.
A: Masalah belum teratasi
3. P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
Jumat,
7/6/2013 S: Ibu klien mengatakan klien masih BAB
14:00 O: BAB 4 kali/hari, konsistensi cair tanpa
ampas
KU:lemah, Bising usus:36 kali/menit), turgor
kulit sedang.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
Rujukan ke RSUD Bendan

4. Rabu, S:2Ibu klien mengatakan daerah sekitar anus masih


5/6/2013 kemerahan
14:00 O: Anus terlihat kemerahan dan lecet
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
5.
Kamis, S: Ibu klien mengatakan daerah sekitar anus
6/6/2013 masih kemerahan
14:00 O: Anus terlihat kemerahan dan lecet
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5

6.
Jumat, S: Ibu klien mengatakan daerah sekitar anus
7/6/2013 masih kemerahan
14:00 O: Anus terlihat kemerahan dan lecet
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
Rujukan ke RSUD Bendan

7. Rabu, S:3Ibu klien mengatakan anaknya masih demam


O: Suhu 380C, hangat ketika disentuh.
5/6/2013
A: Masalah belum teratasi
14:00
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5

8. S: Ibu klien mengatakan anaknya masih


Kamis,
demam
6/6/2013
O: Suhu 380C, hangat ketika disentuh
14:00
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
9.
Jumat,
S: Ibu klien mengatakan anaknya masih
7/6/2013
demam
14:00
O: Suhu 37,60C, hangat ketika disentuh
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5
Rujukan ke RSUD Bendan

Diposkan oleh Pujiyantis Adwa di 06.42


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.

Dedy Kurniawan29 Juli 2015 20.50

makasihh

Balas

Das könnte Ihnen auch gefallen