Sie sind auf Seite 1von 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap wanita hamil mempunyai potensi resiko komplikasi persalinan
dengan dampak ketidaknyamanan, ketidakpuasan, bahkan kematian.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan yang hingga kini penyebabnya masih belum diketahui dengan
pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, edema dan
proteinuria yang masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi , untuk mendeteksi preeklamsia sedini
mungkin dengan melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur mulai
trimester I sampai trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi
lebih berat ( Wiknjosastro, 2008).
Preeklamsia adalah kelainanmultiorgan spesifik padakehamilan yang
ditandai denganadanya hipertensi, edema danproteinuria tetapi
tidakmenunjukkan tanda-tanda kelainanvaskuler atau hipertensisebelumnya,
adapun gejalanyabiasanya muncul setelah kehamilanberumur 20 minggu
(Obgynacea,2009).
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ketiga dalam kehamilan, atau segera setelah persalinan ( Prawirohardjo,
2008).
Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka
226/100.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut WHO menunjukkan angka
450/100.000kelahiran hidup (Dinas Kesehatan, 2009).
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit
preeklamsia, maka dalam hal ini kami akan membahas mengenai ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PREEKLAMSIA.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
2

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Konsep dan


Asuhan Keperawatan pada Pasien Preeklamsia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan definisi
1.2.2.2 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan etiologi
1.2.2.3 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan klasifikasi
1.2.2.4 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pencegahan
1.2.2.5 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
faktor yang mempengaruhi preeklamsia
1.2.2.6 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
manifestasi klinis
1.2.2.7 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
penanganan
1.2.2.8 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
komplikasi

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
3

Preeklampsia adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling sedikit


140/90, proteinuria, dan oedema (Rozikan, 2007). Preeklampsia merupakan
penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum.
Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia
ringan dan preeklampsia berat (Sarwono, 2008).
Preeklampsia atau toksemia umumnya terjadi pada trimester ketiga.
Persentasenya adalah 5-10% kehamilan. Kecenderungannya meningkat pada
faktor genetis. Berbeda dengan tekanan darah tinggi menahun, preeklampsia
ialah kondisi peningkatan tekanan darah yang terjadi ketika hamil.
Preeklampsia lebih sering terjadi pada ibu yang mengalami kehamilan yang
pertama kali (7%). Wanita yang hamil berusia 35 tahun, hamil kembar,
menderita diabetes, tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal juga
mempunyai risiko menderita preeklampsia. Sejauh ini, penyebab gangguan
ini belum diketahui secara pasti. Diduga penyebab preeklampsia adalah
penyempitan pembuluh darah yang unik (Indiarti, 2009).
Preeklampsia, gejalanya sakit kepala disertai pusing, mual, penglihatan
kabur, mata berkunang-kunang, dan pembengkakan. Risiko preeklampsia
meningkat pada ibu yang hamil pertama kali, hamil kembar, punya darah
tinggi atau diabetes, serta pada mereka yang anggota keluarganya-seperti
ibu atau saudara kandung-menderita preeklampsia juga (Ayahbunda, 2008).

2.2 Etiologi
Preeklampsia terjadinya karena adanya mekanisme imunolog yang
kompleks dan aliran darah ke plasenta berkurang. Akibatnya jumlah zat
makanan yang dibutuhkan janin berkurang. Makanya, preeklampsia
semakin parah atau berlangsung lama bisa menghambat pertumbuhan
janin. Preeklampsia menyebabkan tubuh ibu teracuni dan membahayakan
janin. Gejalanya adalah pembengkakan pada beberapa bagian tubuh,
terutama muka dan tangan. Lebih gawat lagi apabila disertai peningkatan
tekanan darah secara tiba-tiba, serta kadar protein yang tinggi pada urin
(Indiarti, 2009).

2.3 Klasifikasi
4

2.2.1 Preeklampsia ringan


Preeklampsia ringan adalah kondisi ibu yang disebabkan oleh
kehamilan disebut keracunan kehamilan. Tanda dan gejala
preeklampsia ringan dalam kehamilan antara lain : edema
(pembengkakan) terutama tampak pada tungkai, muka disebabkan
ada penumpukan cairan yang berlebihan di sela-sela jaringan tubuh,
tekanan darah tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur
(pemeriksaan urine dari laboratorium).
2.2.2 Preeklampsia berat
Preeklampsia berat terjadi bila ibu dengan preeklampsia ringan
tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. Preeklampsia
berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang
menjadi eklampsia (Bandiyah, 2010).

2.4 Pencegahan preeklampsia


Pencegahan terbaik preeklampsia adalah dengan memantau tekanan
darah ibu hamil. Padukan pola makan berkadar lemak rendah dan
perbanyak suplai kalsium, vitamin C dan A serta hindari stres. Selain
bedrest, ibu hamil juga perlu banyak minum untuk menurunkan tekanan
darah dan kadar proteinuria, sesuai petunjuk dokter. Lalu, untuk
mengurangi pembengkakan, sebaiknya ibu hamil mengurangi garam dan
beristirahat dengan kaki diangkat ke atas (Indiarti, 2009).
Bila sejak awal kehamilan tekanan darah ibu hamil sudah tinggi, berarti
ibu hamil harus berhati-hati dengan pola makanannya. Ibu hamil harus
mengurangi makanan yang asin dan bergaram seperti ikan asin, ebi,
makanan kaleng, maupun makanan olahan lain yang menggunakan garam
tinggi. Bila tekanan darah meningkat, istirahatlah sampai turun kembali.
Lakukan relaksasi secukupnya, karena relaksasi dapat menurunkan
tekanan darah tinggi (Indiarti, 2009).
Upaya pencegahan preeklampsia/eklampsia sudah lama dilakukan dan
telah banyak penelitian dilakukan untuk menilai manfaat berbagai
kelompok bahan-bahan non-farmakologi dan bahan farmakologi seperti:
diet rendah garam, vitamin C, toxopheral (vit E), beta caroten, minyak
5

ikan (eicosapen tanoic acid), zink, magnesium, diuretik, anti hipertensi,


aspirin dosis rendah, dan kalsium untuk mencegah terjadinya preeklampsia
dan eklampsia (Haryono, 2008).

2.5 Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian preeklampsia


2.5.1 Karakteristik Ibu Hamil
Karakteristik ibu hamil memengaruhi terjadinya preeklampsia
antara lain sebagai berikut :
2.5.1.1 Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada
kematin maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35
tahun (Wiknjosastro, 2007). Usia juga memengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya usia
maka lebih banyak mendapatkan informasi dan pengalaman
sehingga secara tidak langsung tingkat pengetahuan terutama
tentang kehamilan lebih tinggi daripada usia muda
(Notoatmodjo, 2005). Faktor usia berpengaruh terhadap
terjadinya preeklampsia/eklampsia. Umur reproduksi optimal
bagi seorang ibu antara umur 20-35 tahun, di bawah atau
diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan
persalinannya. Pada wanita usia muda organ-organ
reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan
kejiwaannya belum bersedia menjadi ibu, sehingga
kehamilan sering diakhiri dengan komplikasi obstetrik yang
salah satunya preeklampsia (Royston, 1994).
2.5.1.2 Pekerjaan
Menurut Newburn (2003) ibu yang bekerja ketika hamil
meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. Wanita hamil
yang bekerja perlu menggurangi stress akibat kerja yang
mereka alami. Kondisi di tempat kerja sangat rawan memicu
6

stress yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.


Preeklampsia terjadi jika tekanan darah wanita hamil naik
sangat tinggi. Akibatnya dapat terjadi komplikasi seperti
terhambatnya aliran darah serta memicu terjadinya
eklampsia. Jika itu terjadi, ibu hamil dapat mengalami
kekejangan yang sangat berbahaya.
2.5.1.3 Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami
ibu. Banyaknya anak yang pernah dilahirkan seorang ibu
akan mempengaruhi kesehatan ibu. Paritas dikelompokkan
menjadi 4 golongan yaitu :
1. Golongan nullipara adalah golongan ibu yang belum
pernah melahirkan anak hidup.
2. Golongan primipara adalah golongan ibu dengan
paritas 1
3. Golongan multipara adalah golongan ibu dengan
paritas 2-5
4. Golongan grande adalah golongan ibu dengan paritas
diatas 5
Preeklampsia sering terjadi dalam kehamilan anak yang
pertama, apalagi berusia lebih dari 35 tahun dan jarang terjadi
pada kehamilan berikutnya, kecuali pada ibu yang
mempunyai kelebihan berat badan, diabetes mellitus dan
hipertensi esensial atau kehamilan kembar. Kasus
preeklampsia yang paling banyak terjadi pada ibu yang
melahirkan anak pertama, dimana persalinan yang pertama
biasanya mempunyai risiko relatif tinggi dan akan menurun
pada paritas 2 dan 3 (Geoffrey, 1994).
2.5.1.4 Usia Kehamilan
Kasus preeklampsia dapat timbul pada usia kehamilan 20
minggu. Tetapi sebagian besar kasus preeklampsia terjadi
pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan makin tua
kehamilan, maka makin besar kemungkinan timbulnya
preeklampsia (Mey, 1998).
7

2.5.1.5 Riwayat Hipertensi


Angka kejadian preeklampsia akan meningkat pada
hipertensi kronis, karena pembuluh darah plasenta sudah
mengalami gangguan. Faktor predisposisi terjadinya
preeklampsia adalah hipertensi kronik dan riwayat keluarga
dengan preeklampsia. Bila ibu sebelumnya sudah menderita
hipertensi maka keadaan ini akan memperberat keadaan ibu.
Status kesehatan wanita sebelum dan selama kehamilan
adalah faktor penting yang memengaruhi timbul dan
berkembangnya komplikasi.

2.6 Manifestasi klinis


Menurut Destiana (2010), preeklampsia gejalanya terjadi secara
bertahap, mula-mula terdapat kenaikan tekanan darah yang ringan di atas
140/90 mmHg; di bawah 160/110 mmHg); sering disertai bengkak pada
muka, kelopak mata, punggung tangan atau pada kaki. Apabila sudah
terjadi keadaan preeklampsia berat (tekanan darah di atas 160/110 mmHg)
ibu bisa merasakan sakit kepala, nyeri ulu hati atau penglihatan kabur. Itu
sebabnya setiap pemeriksaan kehamilan tekanan darah ibu hamil harus
selalu diperiksa dan diulangi apabila ada kecurigaan terjadinya
preeklampsia.
Preeklampsia ringan masih dapat berobat jalan dengan pantang garam,
kontrol setiap minggu dapat diberikan obat penenang dan diuretik
(meningkatkan pengeluaran air seni). Di samping itu bila keluhan makin
meningkat disertai gangguan subjektif, disarankan untuk segera kembali
memeriksakan diri (Bandiyah, 2010).
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20
minggu.
2.4.1 Hipertensi : sistolik / diastolik 140/90 mmHg.
2.4.2 Proteinuria : 300 mg/24 jam
2.4.3 Edema : edema local tidak dimasukan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
8

Diagnosis preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan


darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110
mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr/24 jam. Diagnosis ditegakkan
berdasar kriteria pre- eklampsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini
2.4.1 Sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg
2.4.2 Proteinuria lebih 5 gr/24 jam
2.4.3 Oliguria
2.4.4 Kenaikan kadar kreatinin plasma
2.4.5 Gangguan fisus dan serebral
2.4.6 Nyeri epigastrium
2.4.7 Edema paru-paru dan sianosis
2.4.8 gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
2.4.9 Trombositopenia berat

2.7 Bahaya preeklampsia


Bahaya preeklampsia berat dalam kehamilan antara lain :
2.5.1 Bahaya bagi ibu dapat tidak sadar.
2.5.2 Bahaya bagi janin, dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan
janin dan bayi lahir kecil, mati dalam kandungan.

2.8 Penanganan preeklampsia


Menurut Saifuddin (2006) penanganan umum preeklampsia yaitu:
2.7.1 Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi,
sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.
2.7.2 Memasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau
lebih ).
2.7.3 Mengukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
2.7.4 Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
2.7.5 Jika jumlah urin < 30ml per jam, infus cairan dipertahankan 1 1/8
jam, memantau kemungkinan edema paru, tidak meninggalkan
pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin.
2.7.6 Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin
setiap jam.
2.7.7 Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi
merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, menghentikan
pemberian cairan, dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg
IV.
9

2.9 Komplikasi preeklampsia


Komplikasi yang terjadi antara lain:
2.9.1 Berkurangnya aliran darah menuju plasenta
Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan
mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan
janin melambat atau lahir dengan berat kurang.
2.9.2 Lepasnya plasenta
Preeklampsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding
rahim sebelum lahir, sehingga terjadi perdarahan dan dapat
mengancam keselamatan bayi maupun ibunya.
2.9.3 Sindroma HELLP
Sindroma HELLP (Hemolysis Elevated Liver and Low Platelet)
yaitu meningkatnya kadar enzim dalam hati dan berkurangnya
jumlah sel.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
10

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnesa

Nama Klien : Ny.


Tempat Tgl Lahir :
Umur Klien :
Jenis Kelamin : Wanita
Diagnosa medis : Preeklampsia

3.1.2 Riwayat penyakit

Riwayat penyakit dahulu : Kemungkinan ibu menderita penyakit


Hipertensi sebelum hamil.
Kemungkinan ibu mempunyai riwayat
Preeklamsia pada kehamilan terdahulu.
Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan
obesitas.
Ibu mungkin pernah menderita penyakit
Gagal kronis.
Riwayat penyakit keluarga : -
Riwayat penyakit sekarang : Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
Mual dan muntah, tidak ada nafsu
makan.

3.1.3 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital :

a. Keadaan umum : tampak lemah

b. Tekanan darah : tekanan darah tinggi (diatas 140/90


mmHg)

c. Nadi : meningkat

d. Suhu : normal

1. Kepala
Klien mengeluhkan nyeri pada kepala
Pasien mengeluh pusing
11

2. Mata
Konjungtifa sedikit anemis
Edema pada retina.

3. Telinga
Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka
keluhan yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh.
4. Hidung
Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka
keluhan yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh.
5. Mulut
Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka
keluhan yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh.
6. Leher
Terdapat nyeri dileher akibat perdarahan diabdomen yang mencapai
diafragma.
7. Dada
Terdapat nyeri didada akibat perdarahan diabdomen yang mencapai
diafragma.
8. Pencernaan abdomen
Nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah.
9. Ekstremitas
Edema pada kaki juga pada tangan juga pada jari-jari.
10. Genituorinaria
Oligura, proteinuria.
11. Pemeriksaan janin
Bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin melemah.

3.1.4 Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

1. Penurunan hemoglobin ( nilairujukanataukadar normal


hemoglobin untukwanitahamiladalah 12-14 gr% )
12

2. Hematokrit meningkat ( nilairujukan 37 43 vol% )

3. Trombosit menurun ( nilairujukan 150 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan


intrau terus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

3.2 DiagnosaKeperawatan

1. Nyeri b.d kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir

2. Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi glomerolus skunder


terhadap penurunan cardiac output

3. Cemas b.d kurang pengetahuan

4. Intoleransi aktivitas b.d penurunan suplai darah perifer

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak


adekuat

3.3 Intervensi

No Diagnosa NOC Intervensi


NIC Aktivitas
1 Nyeri b.d Tujuan : setelah Pain Management - Kaji nyeri secara
13

kontraksi dilakukan (Manajemen nyeri) komprehensif


uterus dan tindakan termasuk lokasi,
pembukaan keperawatan karakteristik,
jalan lahir selama 2x24 durasi, frekuensi,
jam nyeri pasien kualitas dan
teratasi faktor presipitasi
- Observasi reaksi
KH :
nonverbal dari
- Mampu
ketidaknyamana
mengontrol
n
nyeri
- Gunakan teknik
- Melaporkan
komunikasi
bahwa nyeri
terapeutik untuk
berkurang
mengetahui
dengan
pengalaman
menggunaka
nyeri pasien
n
- Kontrol
manajemen
lingkungan yang
nyeri
dapat
- Mampu
mempengaruhi
mengenali
nyeri seperti
nyeri (skala,
ruangan,
intensitas,
pencahayaan dan
frekuensi
kebisingan
dan tanda
- Kaji tipe dan
nyeri)
sumber nyeri
- Menyatakan
untuk
rasa nyaman
menentukan
setelah nyeri
intervensi
berkurang
- Ajarkan teknik
- TTV normal
relaksasi napas
dalam
- Tingkatkan
14

istirahat
- Kolaborasi
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil
-Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
2 Kelebihan Tujuan :setelah Fluid Management - Pertahankan
volume dilakukan (Manajemen catatan intake
cairanb.d tindakan Cairan) dan output yang
kerusakan keperawatansela akurat
fungsi ma 2x24 jam - Pasang urin
glomerolus kelebihan cairan kateter jika
skunder pasien teratasi. diperlukan
terhadappen KH : - Monitor hasil lab
urunan - Terbebas yang sesuai
cardiac dari edema, dengan retens
output efusi, icairan (BUN
anaskara ,Hmt ,
- Bunyi nafas osmolalitas urin
bersih, tidak )
adad - Monitor vital
yspneu/ortop sign
neu - Monitor indikasi
- Terbebas retensi /
dari distensi kelebihan cairan
vena (cracles, CVP
jugularis, ,edema, distensi
15

reflek vena leher,


hepatojugula asites)
r (+) - Kaji lokasi dan
- Memelihara luas edema
tekanan vena - Monitor
sentral, masukan
tekanan makanan / cairan
kapiler paru, dan hitung intake
output kalori harian
jantung dan - Monitor status
vital sign nutrisi
dalam batas - Berikan diuretik
normal sesuai interuksi
- Terbebas - Batasi masukan
dari cairan pada
kelelahan, keadaan
kecemasan hiponatrermi
atau dilusi dengan
kebingungan serum Na < 130
- Menjelaskan mEq/l
indikator -Kolaborasi dokter
kelebihan jika tanda cairan
cairan berlebih muncul
memburuk
3 Cemas b.d Tujuan :setelah Anxiety Reduction - Gunakan
kurang dilakukan (penurunan pendekatan yang
pengetahua tindakan kecemasan) menenangkan
n keperawatan - Nyatakan
selama 2x24 dengan jelas
jam cemas harapan terhadap
pasien pelaku pasien
16

berkurang. - Jelaskan semua


prosedur dan apa
KH : yang dirasakan
- Mampu selama prosedur
mengidentifi - Temani pasien
kasi dan untuk
mengungkap memberikan
kan gejala keamanan dan
cemas mengurangi
- Mengidentifi takut
kasi, - Berikan
mengungkap informasi faktual
kan dan mengenai
menunjukka diagnosis,
n tehnik tindakan
untuk prognosis
mengontol - Dengarkan
cemas dengan penuh
- Tanda-tanda perhatian
vital dalam - Identifikasi
batas normal tingkat
Postur tubuh, kecemasan
ekspresi wajah, - Bantu pasien
bahasa tubuh mengenal situasi
dan tingkat yang
aktivitas menimbulkan
menunjukkan kecemasan
berkurangnya - Dorong pasien
kecemasan untuk
mengungkapkan
perasaan,
17

ketakutan,
persepsi
- Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
-Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
4 Intoleransi Tujuan :setelah (Terapi aktivitas) - Kolaborasikan
aktivitas b.d dilakukan denganTenaga
penurunan tindakan Rehabilitasi
suplai keperawatan Medik dalam
darahperifer selama 2x24 merencanakan
jam pasien progranterapi
mampu yang tepat.
melakukan - Bantu klien
aktivitas sehari- untuk
hari. mengidentifikasi
aktivitas yang
KH : mampu
-Berpartisipasi dilakukan
dalam aktivitas - Bantu untuk
fisik tanpa memilih
disertai aktivitas
peningkatan konsisten yang
tekanan darah, sesuai dengan
nadi dan RR kemampuan
Mampu fisik, psikologi
melakukan dan social
aktivitas sehari - Bantu untuk
18

hari (ADLs) mengidentifikasi


secara mandiri dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan
untukaktivitas
yang diinginkan
- Bantu untuk
mendapatkan
alat bantuan
aktivitas seperti
kursiroda, krek
- Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
- Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
- Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
19

- Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
-Monitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual
5 Ketidaksei Tujuan :setelah Nutrition -Kolaborasi dengan
mbangan dilakukan Management ahli gizi untuk
nutrisi tindakan (Manajemen menentukan
kurang dari keperawatan Nutrisi) jumlah kalori dan
kebutuhan selama 2x24 nutrisi yang
b.d intake jam kebutuhan dibutuhkan
yang tidak nutrisi pasien pasien.
adekuat teratasi. -Anjurkan pasien
untuk
KH : meningkatkan
- Adanya intake Fe
peningkatan -Anjurkan pasien
berat badan untuk
sesuai meningkatkan
dengan protein dan
tujuan vitamin C
- Berat badan -Berikan substansi
ideal sesuai gula
dengan -Yakinkan diet yang
tinggibadan dimakan
- Mampu mengandung
mengidentifi tinggi serat untuk
kasi mencegah
20

kebutuhan konstipasi
nutrisi -Berikan makanan
- Tidak ada yang terpilih
tanda-tanda ( sudah
malnutrisi dikonsultasikan
- Tidak terjadi dengan ahli gizi)
penurunan -Ajarkan pasien
berat badan bagaimana
yang berarti membuat catatan
makanan harian.
-Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
-Berikan informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
-Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
21

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Preeklampsia adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling sedikit


140/90, proteinuria, dan oedema.

Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi


ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat
dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.

Preeklampsia, gejalanya sakit kepala disertai pusing, mual, penglihatan


kabur, mata berkunang-kunang, dan pembengkakan. Risiko preeklampsia
meningkat pada ibu yang hamil pertama kali, hamil kembar, punya darah
22

tinggi atau diabetes, serta pada mereka yang anggota keluarganya-seperti ibu
atau saudara kandung-menderita preeklampsia juga.

DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerotik. Yokyakarta: Nuha


Medika
Rozikhan. ( 2007). Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia Berat di Rumah
SakitDR. H. Soewondo Kendal. Semarang, Universitas Diponegoro
Indiarti. (2009). Panduan Lengkap kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi.
Yogyakarta: Diglossia Media.
Notoatmodjo,S.(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Renika Cipta
Winkjosastro, Hanifa. Prof.dr.DSOG. (2007). Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Haryono, R. (2009). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen