Sie sind auf Seite 1von 13

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang bejudul PENTINGNYA AKHLAK DALAM
KEHIDUPAN SEHARI - HARI secara baik sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, tugas yang di kerjakan dapat tercatat dengan rapi
dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses
belajar kita terutama dalam bidang Agama Islam.

Bersama ini saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini dan memberikan banyak saran,
petunjuk dorongan serta bimbingan dalam melaksanakan tugas ini, juga teman
teman lainnya. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang
lurus dari Alloh SWT.

Dalam penyusunan tugas makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain
di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 28 Februari 2017

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 3
1.3 TUJUAN MAKALAH ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 4
2.1 PENGERTIAN AKHLAK .............................................................................................. 4
2.2 AKHLAK KEPADA ALLAH ......................................................................................... 4
2.3 AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI ............................................................................ 5
2.4 AKHLAK KEPADA ORANG LAIN ............................................................................. 7
2.5 AKHLAK KEPADA BINATANG DAN LINGKUNGAN ........................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 13
3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 13
3.2 SARAN ............................................................................................................................ 13

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan manusia, akhlak merupakan hal yang terpenting sebagai seorang
individu, masyarakat ataupun bangsa. Sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung
pada bagaimana akhlaknya. Apabila baik akhlaknya maka baik juga lahir batinnya.
Begitupun sebaliknya, apabila buruk akhlaknya maka buruk juga lahir batinnya.
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan dapat tercapai dengan adanya
akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan
Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya
merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan
jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
Dalam kehidupan sehari hari manusia dihadapkan pada tiga hubungan yang
mengharuskannya untuk berbuat sesuatu. Yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT
(ibadah), hubungan manusia dengan manusia lainnya (muamalah dan uqubat) dan
hubungan manusia dengan dirinya sendiri (akhlak, makanan, minuman, pakaian, dan lain
lain). Ketiga hubungan tadi mengharuskan kita untuk menentukan sikap yang harus
diambil sesuai pemikirannya termasuk juga akhlak.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana
manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk.
Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan,
meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Sehingga sebagai subjek
yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
itu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah itu Akhlak ?
2. Bagaimana cara berakhlak kepada Allah SWT ?
3. Bagaimana cara berakhlak kepada diri sendiri ?
4. Bagaimana cara berakhlak kepada orang lain ?
5. Bagaimana cara berakhlak kepada binatang dan lingkungan ?

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Mengetahui pengertian akhlak
2. Mengetahui akhlak kepada Allah SWT
3. Mengetahui akhlak kepada diri sendiri
4. Mengetahui akhlak kepada orang lain
5. Mengetahui akhlak kepada binatang dan lingkungan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKHLAK


Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dalam bahasa arab yang berarti:
1. Perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun).
2. Kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata khalqun)

Secara etimologis akhlak adalah:


1. Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, beliau mendefenisikan akhlak
adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.
2. Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah
gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatannya
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Dari dua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dapat
dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah terjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main, atau karena sandiwara.

2.2 AKHLAK KEPADA ALLAH


Akhlak terhadap Allah adalah yang dapat diartikan sebagi sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khaliq.
Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia
perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:
a. Karena Allah menciptakan manusia
b. Allah telah memberikan perlengkapan panca indera
c. Allah telah mnyediakan bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti udara, air dan lainnya.
d. Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai
daratan dan lautan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berakhlak kepada Allah dan kegiatan
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya akan membentuk
pendidikan keagamaan. Diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar adalah:

4
a) Iman. Yaitu, sikap batin yang penuh kepercayaan kepada tuhan. Jadi, tidak hanya
cukup dengan kata percaya. Namun, harus terus meningkat menjadi sikap
mempercayai tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.
b) Ihsan. Yaitu, kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau
bersama manusia dimanapun manusia berada. Berkaitan dengan ini dan karena
menginsafi bahwa allah selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat,
berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa
tangguh jawab, tidak hanya sekedarnya saja.
c) Takwa. Yaitu, sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia.
Kemudian, manusia selalu berusaha untuk melakukan sesuatu yang diridhai Allah,
dengan menjauhi atau menjaga diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah. Taqwa
inilah yang mendasari budi pekerta luhur (akhlakul karimah).
d) Ikhlas. Yaitu, sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi
memperoleh keridahaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin.
e) Tawakkal. Yaitu, sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan
kepada-Nya dan berkeyakinan bahwa Dia akan menolong manusia dalam mencari
dan menemukan jalan yang terbaik.
f) Syukur. Yaitu, sikap penuh rasa terima kasih dan pengahargaan atas semua nikmat
yang tak terbilang banyaknya yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia.
g) Sabar. Yaitu, sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir
dan batin dan lainnya.

2.3 AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI


Selain berahlak kepada Allah dan orang lain, manusia harus berahlak kepada diri
sendiri. Ahlak terhadap diri sendiri dapat di artikan sebagai sikap menghormati,
menghargai, dan menyayangi dengan sebaik- baiknya. Ahlak terhadap diri sendiri
merupakan salah satu kecerdasan manusia.

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang
terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam
memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu
yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.

Macam macam akhlak terhadap diri sendiri :

1. Berakhlak terhadap jasmani.


a. Menjaga kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan
secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah
memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik
dan rapi terutamanya pada hari Jumat, memakai wewangian dan selalu bersugi.

5
b. Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di
tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu
pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan,
walau bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa
mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam
artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri,
menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.
d. Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak
pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan
seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak
mengharamkan yang baik. Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri
memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat
diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan
begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya
asalkan tidak melampau dan takabbur.
2. Berakhlak terhadap akalnya
a. Memenuhi akalnya dengan ilmu
Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi
sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya
membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara
memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah
diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal
dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap
akalnya.
b. Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya
manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan
kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab
Allah, bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah,
sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta
muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada
segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku
dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa
Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami
kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam
yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan
mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.

6
3. Berakhlak Terhadap Jiwa
Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu,
begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada
beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
a. Bertaubat
b. Bermuqarabah
c. Bermuhasabah
d. Bermujahadah
e. Memperbanyak ibadah
f. Menghadiri majlis Iman

2.4 AKHLAK KEPADA ORANG LAIN


Titik tolak Ahlak kepada orang lain adalah kesadara bahwa manusia hidup di dalam
masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang berbeda- beda bahasa dan
budaya.
Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia yang patut sekali untuk dilakukan, antara lain:
a) Silaturrahmi
b) Persaudaraan (ukhuwah)
c) Persamaan(al-musawah)
d) Adil
e) Baik sangka
f) Rendah hati
g) Tepat janji
h) Lapang dada
i) Dapat dipercaya
j) Perwira
k) Hemat
l) Dermawan

2.5 AKHLAK KEPADA BINATANG DAN LINGKUNGAN


Lingkungan di sini meliputi segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang
diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan terhadap alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan.
Binatang, tumbuhan, benda-benda yang tak bernyawa semuanya diciptakan oleh
Allah dan menjadi milik-Nya, serta semuanya ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat tuhan yang
harus diperlakukan secara wajar dan baik.
1. Memelihara dan Melindungi Hewan
Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan
melindungi binatang dengan cara :

7
a. memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ;

Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : .Orang


yang menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan.
(HR. Bukhari)

b. menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

Allah swt, berfirman dalam QS. Hud (11): 6

)6

Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-
lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh).

Secara implisit, ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt, senantiasa


memelihara dan melindungi makhluk-Nya, termasuk binatang dengan cara
memberikan makanan dan memotoring tempat tinggalnya. Manusia sebagai
makhluk AllahSWT, yang termulia diperintahkan untuk selalu berbuat baik
dan dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi.

2. Penanaman Pohon dan Penghijauan


Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan
penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw
menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini
diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :

Artinya : . Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam


tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan,
kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah. (HR. al-Bukhari dan Muslim
dari Anas).

8
Imam al-Qurtubi, mengatakan di dalam tafsirnya ; Bertani bagian dari
fardhu kifayah, maka pemerintah harus menganjurkan manusia untuk
melakukannya, salah satu bentuk usaha itu adalah dengan menanam pohon.

3. Menghidupkan Lahan Mati


Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi
bangunan dan tidak dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin
(36):

Artinya : Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian,
maka dari padanya mereka makan.

Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak
ditanami, tidak ada bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian tumbuh
didalamnya pepohonan. Tanah dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat air
dan pemukiman sebagai tempat tinggal.

4. Udara
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara yang
mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa oksigen,
manusia tidak dapat hidup.

Tuhan beberapa kali menyebut angin (udara) dan fungsinya dalam proses
daur air dan hujan. Firman Allah swt dalam QS. al-Baqarah (2): 164











)461

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.

9
Udara merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap air yang
meliputinya dari segala penjuru. Udara adalah salah satu dari empat unsur yang
seluruh alam bergantung kepadanya. Empat unsur tersebut ialah tanah, air, udara dan
api. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern telah membuktikan bahwa
keempat unsur ini bukanlah zat yang sederhana, akan tetapi merupakan
persenyawaan dari berbagai macam unsur.
Air misalnya, terdiri dari unsur oksigen dan hidrogen. Demikian juga tanah
yang terbentuk dari belasan unsur berbeda. Adapun udara, ia terbentuk dari sekian
ratus unsur, dengan dua unsur yang paling dominan, yaitu nitrogen yang mencapai
sekitar 78,084 persen dan oksigen sebanyak 20,946 persen. Satu persen sisanya
adalah unsur-unsur lain.
Termasuk hikmah kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam ini, bahwa Dia
menciptakan udara dengan nitrogen dan sifatnya yang pasif sebagai kandungan
mayoritasnya, yaitu 78 persen dari udara. Kalau saja kandungan udara akan gas
nitrogen kurang dari itu, niscaya akan berjatuhan bunga-bunga api dari angkasa luar
karena mudahnya menembus lapisan bumi (hal itu yang kerap kali terjadi) dan
terbakarlah segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi.

5. Air
Sumber kekayaan lain yang sangat penting untuk dijaga adalah air, sumber
kehidupan bagi manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Swt, berfirman dalam
QS. al-Anbiya (21) , yakni
(Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu hidup).
Pada hakekatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan berharga. Akan tetapi
karena Allah menyediakannya di laut, sungai bahkan hujan secara gratis, manusia
seringkali tidak menghargai air sebagaimana mestinya.
Namun satu hal penting yang layak direnungkan, bahwa air bukanlah
komoditas yang bisa tumbuh dan berkembang. Ia tidak sama, misalnya dengan
kekayaan nabati atau hewani, sebab itulah Allah swt, mengisyaratkan dalam QS. al-
Muminun (23):
Jika makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup tanpa air, sementara
kuantitas air terbatas, maka manusia wajib menjaga dan melestarikan kekayaan yang
amat berharga ini. Jangan sekali-kali melakukan tindakan-tindakan kontra produktif,
yaitu dengan cara mencemarinya, merusak sumbernya dan lain-lain. Termasuk pula
dengan tidak menggunakan air secara berlebih-lebihan (israf), menurut ukuran-
ukuran yang wajar.

a. Larangan mencemari air


Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini
seperti kencing, buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori
sumber air. Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada

10
kencing, buang air besar, atau pun hajat manusia yang lain. Bahkan banyak
ancaman pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya dan berpengaruh dari
semua itu, yakni pencemaran limbah industri, zat kimia, zat beracun yang
mematikan, serta minyak yang mengenangi samudra.

b. Penggunaan air secara berlebihan.


Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu
penggunaan air secara berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah
dan tidak berharga. Karena hanya manusia-manusia yang berfikir yang
mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air.

6. Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam.


Salah satu tuntunan terpenting Islam dalam hubungannya dengan
lingkungan, ialah bagaimana menjaga keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat
yang ada tanpa merusaknya. Karena tidak diragukan lagi bahwa Allah menciptakan
segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan tertentu. Seperti dalam firman Nya
dalam QS. al-Mulk (67):






Artinya : Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang.

Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan
moderat dalam konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun
meremehkan, sebab ketika manusia sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan, ia
cenderung menyimpang, lalai serta merusak. Hiperbolis di sini maksudnya adalah
berlebih-lebihan dan melewati batas kewajaran. Sementara meremehkan maksudnya
ialah lalai serta mengecilkan makna yang ada. Keduanya merupakan sikap yang
tercela, sedangkan sikap adil dan moderat adalah sikap terpuji.
Keseimbangan yang diciptakan Allah swt, dalam suatu lingkungan hidup
akan terus berlangsung dan baru akan terganggu jika terjadi suatu keadaan luar biasa,
seperti gempa tektonik, gempa yang disebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi.
Di abad ini, campur tangan umat manusia terhadap lingkungan cenderung
meningkat dan terlihat semakin meningkat lagi terutama pada beberapa dasawarsa
terakhir. Tindakan-tindakan mereka tersebut merusak keseimbangan lingkungan
serta keseimbangan interaksi antar elemen-elemennya. Terkadang karena terlalu
berlebihan, dan terkadang pula karena terlalu meremehkan. Semua itu menyebabkan
penggundulan hutan di berbagai tempat, pendangkalan laut, gangguan terhadap

11
habitat secara global, meningkatnya suhu udara, serta menipisnya lapisan ozon yang
sangat mencemaskan umat manusia dalam waktu dekat.
Demikianlah, kecemasan yang melanda orang-orang yang beriman adalah
kenyataan bahwa kezhaliman umat manusia dan tindakan mereka yang merusak
pada suatu saat kelak akan berakibat pada hancurnya bumi beserta isinya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Akhlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang
yang tidak memerlukan data pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan. Berdasarkan
apa yang telah menjadi pokok bahasan pada materi di atas, maka secara sederhana dapat
di tarik sebuah kesimpulan yaitu akhlak merupakan cerminan dari Agama Islam itu sendiri,
dimana bila akhlak seseorang manusia mencerminkan sebuah kebaikan, kesucian,
kesopanan dan lain sebagainya yang bertujuan menggapai ridho Allah SWT
Dari uraian di atas memperhatikan bahwa akhlak dalam islam sangat
komprehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan tuhan. Hal
yang demikian dilakukan secara fungsional, karena seluruh makhluk tersebut satu sama
lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk tuhan akan
berdampak negatif bagi makhluk lainnya.

3.2 SARAN
Kerusakan akhlak pada manusia disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
semakin hari semakin kebarat baratan yang selalu menuruti hawa nafsu yang menggebu
gebu dalam meraih tujuan. Namun dengan adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat
dalam diri manusia itu sendiri yang menjadikan tujuan yang baik menjadi merosot ke arah
keburukan yang menyesatkan kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat. Untuk itu
marilah kita secara sadar dan bersama sama menjalankan kaidah dan menguatkan nilai
nilai aqidah islam dalam jiwa kita dengan sebaik baiknya.

13

Das könnte Ihnen auch gefallen