Sie sind auf Seite 1von 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI STERILISASI DAN ASEPTIS

TETES MATA

Disusun Oleh :

Kelompok C2

No. NamaMahasiswa No. Mhs.


1 Wahyuni Shalatan Fitri 14613087
2 Nova Rulandari 14613101
3 Asgar Purnama 14613117
4 Yogie Andika Tri Nanda 14613121
5 Rohmanda Alayuda 14623175
6 Belva Aldarani 14613179

TanggalPraktikum NamaAsisten
TanggalPengumpula
n
NilaiPraktikum

TETES MATA
A. Tujuan

1. Mampu melakukan studi preformulasi sediaan tetes mata


2. Mampu melakukan pembuatan sediaan tetes mata
3. Mampu melakukan evaluasi sediaan tetes mata

B. Dasar Teori
Larutan tetes mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan
yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata [1].
Sedangkan menurut Ansel, tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau
suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat
mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti
kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin
sulfat[2]. Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik
dimanapenggunaan air yang sempurna serta material wadah dan penutup yang diproses
dulu dengananti bakterial menjadi sangat penting artinya[3].
Syarat sediaan tetes mata yaitu :
a. Steril
b. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata.
Isotonis = 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 1,4 % b/v atau 0,7 1,5 %
b/v pH air mata = 7,4
c.Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
d.Tidak iritan terhadap mata (untuk basis salep mata) [3].
Beberapa faktor penting dalam obat tetes mata yang perlu diperhatikan saat
pembuatan sediaan obat tetes mata yaitu :
a. Sterilitas sediaan dan adanya bahan pengawet untuk mencegah kontaminasi
mikroorganisme pada waktu wadah dibuka untuk digunakan.
b. Jika tidak mungkin dibuat isotonis dan isohidris maka larutan dibuat hipertonis
dan pH dicapai melalui teknik euhidri.
c. Adanya air mata yang dapat mempersingkat waktu kontak antara zat aktif dengan
mata (perlu penambahan bahan pengental).
d. pH optimum (pH zat aktif) lebih diutamakan untuk menjamin stabilitas sediaan.
e. Dapar yang ditambahkan mempunyai kapasitas dapar yang rendah (membantu
pelepasan obat dari sediaan), tetapi masih efektif menunjang stabilitas zat aktif
dalam sediaan.
f. Konsentrasi zat aktif berpengaruh pada penetrasi zat aktif yang mengikuti
mekanisme absorpsi dengan cara difusi pasif.
g. Peningkat viskositas dimaksudkan untuk meningkatkan waktu kontak sediaan
dengan kornea mata
h. Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan
menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat
yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah
kecil, pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat
hipertonisitas hanya sementara.
i.
Pembuatan obat mata dengan sistem dapar mendekati pH fisiologis dapat
dilakukan dengan mencampurkan secara aseptik: larutan obat steril dengan
larutan dapar steril. Walaupun demikian, perlu diperhatikan mengenai
kemungkinan berkurangnya kestabilan obat pada pH yang lebih tinggi,
pencapaian dan pemeliharaan sterilitas selam proses pembuatan. Berbagai obat,
bila didapar pada pH yang dapat digunakan secara terapeutik, tidak akan stabil
dalam larutan untuk jangka waktu yang lama. Sediaan ini dibeku-keringkan dan
direkonstitusikan segera sebelum digunakan (misalnya asetilkolin klorida untuk
larutan obat mata)[4].

Sterilisasi uap merupakan proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh


dibawah tekanan berlangsung di suatu bejana yang disebut otoklaf. Suatu siklus
otoklaf yang ditetapkan dalam farmakope, untuk media atau pereaksi adalah selama
15 menit,121oC, kecuali dinyatakan lain. Prinsip dasar kerja alat: udara di dalam
bejana diganti dengan uap jenuh, dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat
pembuka atau penutup khusus. Pada pembuatan tetes mata harus diberikan perhatian
khusus. Sediaan dibuat dari bahan dan alat yang sudah disterilkan dengan perlakuan
aseptik yang ketat dan memenuhi uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan
dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan
bahan yang memenuhi syarat uji sterilitasdengan pembuatan secara aseptik[4].
C. Alat dan Bahan
Alat
1. Autoclave
2. Batang pengaduk
3. Botol tetes mata
4. Cawan porselen
5. Corong kaca
6. Gelas beaker
7. Gelas ukur
8. Labu ukur
9. Timbangan analitik
Bahan
1. Asam sitrat
2. Benzalkonium klorida
3. EDTA
4. NaCl
5. Tetraborat
6. Water for injection
7. Zinc sulfat

D. Cara Kerja
Black area

Dicuci semua alat yang akan digunakan untuk pembuatan sediaan tetes mata

Di bungkus labu ukur dan glass beaker dengan menggunakan medical wrap

Grey area
Di sterilisasi alat alat dengan autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit

Setelah selesai sterilisasi, ditimbang semua bahan yang akan digunakan untuk
pembuatan tetes mata

White area

Di ambil 100 ml Water for injection dengan beaker glass, dilakukan pencampuran
bahan-bahan

zinc sulfat di tambah water for injection sampai larut, benzalkonium klorida di
tambah EDTA dan NaCl di tambah water for injection

Dilakukan di LAF (laminar air flow)


setelah dilarutkan, di campur semua bahan pada gelas beaker

Disaring dalam labu ukur 25 ml . di tambahkan hingga 25 ml dengan water for


injection

Di masukkan ke wadah primer

Di evaluasi sediaan ( uji pH, uji kejernihan dan uji kebocoran )

E. Hasil dan Pembahasan


a. Uji Ph
Dilakukan uji pH dengan 3x replikasi . Hasil dari uji pH yaitu 7
b. Uji kebocoran
Hasil dari uji kebocoran yaitu bahwa kemasan yang digunakan tidak mengalami
kebocoran.

c. Uji kejernihan
Hasil dari uji kerjernihan yaitu diperoleh hasilnya jernih

Dilakukan evaluasi sediaan yaitu uji pH yang dilakukan 3x replikasi. Hasil


yang di peroleh yaitu 7. Range sediaan tetes mata yang dapat di toleransi sekitar
5,2-8,5, sedangkan untuk sediaan tetes mata yang baik degan range 7,4. Dapat di
simpulkan evaluasi sediaan pada uji pH dilakukan sudah baik. Hasil dari uji
kerjernihan yaitu diperoleh hasil bahwa sediaan obat tetes mata yang dibuat dari
zat aktif zinc sulfat dinyatakan jernih karena kejernihannya sama dengan air atau
pelarut yang digunakan dilihat dari tidak adanya partikel-partikel yang tidak larut.
Hasil dari uji kebocoran yaitu di peroleh hasil bahwa kemasan yang digunakan
tidak mengalami kebocoran yang ditandai dengan tidak adanya cairan yang keluar
menetes dari botol dan tidak bocor secara visual.

F. Pembahasan
1. Preformulasi sediaan tetes mata yaitu zinc sulfat, benzalkonium klorida, EDTA,
NaCl, water for injection, tetra borat dan asam sitrat
2. Pembuatan tetes mata dilakukan pada white area dengan pencampuran zinc sulfat
di tambah water for injection, benzalkonium klorida di tambah EDTA dan NaCl di
tambah water for injection sampai larut dilakukan di LAF dengan di larutkan
semua bahan kemudian di campur dan di saring dengan penambahan 25 ml water
for injection pada labu ukur 25 ml.kemudian di masukkan ke dalam wadah primer
3. Evaluasi sediaan tetes mata dengan beberapa uji yaitu: uji pH yang dilakukan 3x
replikasi diperoleh yaitu 7. Dilakukan uji kejernihan yang diperoleh hasil yang
jernih tidak ada telihatnya partikel-partikel yang tidak larut dan dilakukan uji
kebocoran dengan hasil tidak adanya cairan yang keluar menetes dari botol dan
tidak bocor secara visual.

G. Daftar Pustaka
1. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 7, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
2. Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.
3. Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N. S.,
UGM Press, Yogyakarta.
4. Ditjen POM ( 1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.
Hal. 13, 1112

F. lampiran

Das könnte Ihnen auch gefallen