Sie sind auf Seite 1von 7

Kelompok

Abdul Muiz Maulana 115020301111014

Renadi Pratama

Wawang Putranova

Dominique Z Idly

Analisis Voluntary Disclosure Perusahaan Telekomunikasi Indonesia dan Indosat

Pendahuluan

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan informasi melebihi yang diwajibkan


karena dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai. (Meek,et al, 1995). Seperti
informasi tentang proyeksi jumlah penjualan, proyeksi laba, proyeksi aliran kas tahun
berikutnya dsb. SAK (IAI 2009) menyebutkanbahwa PSAK mungkin tidak mengatur
pengungkapan informasi tertentu padahal informasi tersebut diperlukan guna menyajikan
laporan keuangan secara wajar. Sehingga perusahaan harus memberikan tambahan
pengungkapan informasi yang relevan dalam laporan keuangan yang nantinya akan
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh investor, kreditor dan pengguna
informasi lainnya.

Dalam analisis ini menggunakan perusahaan telekomunikasi di Indonesia, karena perusahaan


jasa telekomunikasi yang telah go publik banyak mendapat sorotan masyarakat dan
perusahaan tersebut harus terus mengikuti perkembangan teknologi. Sehingga dalam laporan
keuangan harus ada pengungkapan sukarela dalam pelaporannya dan dasar laporan keuangan
yang digunakan dalam analisis ini adalah laporan keuangan berakhir tahun 2015.

Pembahasan

1. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


Analisis Kredit

Berfokus pada likuiditas. Likuiditas yang penting adalah rasio lancar-ketersediaan aset
lancar untuk memenuhi kewajiban lancar. Rasio lancar sebesar 135,29%
mengimplikasikan bahwa terdapat Rp 1,35 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap
Rp 1 kewajiban yang jatuh tempo saat ini. Pengujian yang lebih ketat atas likuiditas
jangka pendek adalah menggunakan aset lancaryang lebih likuid. Rasio cepat (kas + surat
berharga + piutang)/ kewajiban lancar = 1,02 mengindikasikan bahwa Telkom memiliki
aset likuid sebesar Rp 1,02 untuk menutupi masing-masing Rp 1 kewajiban lancarnya.
Hal ini cukup memberikan indikasi bahwa tidak ada masalah yang menghawatirkan.

Analisis Solvabilitas

Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Total rasio utang
terhadap ekuitas (DER) sebesar 0,78 menandakan bahwa untuk tiap Rp 1 pendanaan
ekuitas, terdapat Rp 0,78 pendanaan dari kreditor. Dilihat dari segi profitabilitas yang
tinggi, maka risiko solvabilitasnya kecil.

Analisis Profitabilitas

Menilai dengan aspek ROI yang berbeda. ROA sebesar 14,03% mengindikasikan bahwa
Rp 1 investasi aset menghasilkan 14,03 sen laba tahunan sebelum dikurangi bunga setelah
pajak. Dan ROE sebesar 24,96% mengimplikasikan bahwa Telkom menghasilkan 24,96
sen per tahun untuk tiap Rp1 investasi ekuitas.
Bagian lain analisis profitabilitas adalah margin laba. GPM tidak ada karena tidak ada
harga pokok, hal ini sangat luar biasa dalam menekan biasa pendapatan sampai 0. Margin
laba operasi (OPM) sebesar 31,64% dan margin laba bersih (NPM) sebesar 22,75%.
Menunjukkan tingkat kemampuan dan kekuatan Telkom dalam mengendalikan biaya
produksinya dan tentunya sangat menguntungkan.

Valuasi

Rasio harga terhadap laba = harga pasar per lbr shm / laba per shm = 3.105/153,66 = 20,21

Hasil laba = laba per saham / harga pasar perlembar saham = 153,66/3.105 = 5%

Hasil dividen = dividen tunai per saham / harga pasar per lbr shm = 94,64/3.105 = 3%

Tingkat pembayaran dividen = dividen tunai per shm /laba per shm = 94,64/153,66 = 62%

Harga terhadap nilai buku = harga pasar per lbr shm / nilai buku per lbr shm = 3.105/926,87

= 3,35

Rasio harga terhadap laba 20,21 dan harga terhadap buku sebesar 3,35 adalah cukup
tinggi dan mengimplikasikan bahwa pandangan pasar baik pada Telkom sebagai pelaku
pasar yang solid. Tingkat pembayaran dividen Telkom sebesar 62% bisa dikatakan tinggi
yang menandakan bahwa Telkom memilih untuk membayarkan sejumlah besar dari
labanya.

2. PT Indosat Tbk.
Analisis Kredit

Berfokus pada likuiditas. Likuiditas yang penting adalah rasio lancar-ketersediaan aset
lancar untuk memenuhi kewajiban lancar. Rasio lancar sebesar 49,46% mengimplikasikan
bahwa terdapat Rp 0,49 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap Rp 1 kewajiban
yang jatuh tempo saat ini. Pengujian yang lebih ketat atas likuiditas jangka pendek adalah
menggunakan aset lancaryang lebih likuid. Rasio cepat (kas + surat berharga + piutang)/
kewajiban lancar = 0,32 mengindikasikan bahwa Telkom memiliki aset likuid sebesar Rp
0,32 untuk menutupi masing-masing Rp 1 kewajiban lancarnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat likuiditas Indosat masih rendah dan manajemen harus benar-benar
memperhatikan masalah ini.

Analisis Solvabilitas

Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Total rasio utang
terhadap ekuitas (DER) sebesar 3,18 menandakan bahwa untuk tiap Rp 1 pendanaan
ekuitas, terdapat Rp 3,18 pendanaan dari kreditor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
kurangnya efisiensi dan efektivitas dalam operaasional perusahaan dan juga dilihat dari
segi profitabilitas yang rendah, maka risiko solvabilitasnya besar.

Analisis Profitabilitas

Menilai dengan aspek ROI yang berbeda. ROA sebesar -2,10% mengindikasikan bahwa
Rp 1 investasi aset menghasilkan kerugian sebesar 2,10 sen tahunan sebelum dikurangi
bunga setelah pajak. Dan ROE sebesar -8,77% mengimplikasikan bahwa Telkom
menghasilkan kerugian 8,77 sen per tahun untuk tiap Rp1 investasi ekuitas.

Bagian lain analisis profitabilitas adalah margin laba. GPM sebesar 100%. Margin laba
operasi (OPM) sebesar 8,82% dan margin laba bersih (NPM) sebesar -4,35%. Dalam 3
periode terakhir Indosat selalu mengalami kerugian, dimungkinkan karena berbagai faktor
baik dari internal maupun faktor eksternal perusahaan. Bagaimanapun manajemen harus
berusaha memperbaiki kelemahan tersebut, terutama masalah efisiensi agar dapat
meningkatkan daya tarik pasar dan mampu menghadapi persaingan yang ketat.

Valuasi

Rasio harga terhadap laba = harga pasar per lbr shm / laba per shm = 5.500/-241,08 = -22,8

Hasil laba = laba per saham / harga pasar perlembar saham = -241,08/5.500 = -0,04

Hasil dividen = dividen tunai per saham / harga pasar per lbr shm = 0/3.105 = 0

Tingkat pembayaran dividen = dividen tunai per shm /laba per shm = 0/-241,08 = 0

Harga terhadap nilai buku = harga pasar per lbr shm / nilai buku per lbr shm = 5.500/2.440,93

= 2,25

Karena Indosat mengalami kerugian jadi tidak dapat memberika dividen dan rasio harga
pada laba juga negatif. Akan tetapi harga terhadap buku relatif cukup menguntungkan
sebesar 2,25. Manajemen harus berusaha untuk lebih menekan biaya dan memperbaiki
operasional perusahaan.

Kesimpulan

Das könnte Ihnen auch gefallen