Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Keperawatan Jiwa II
Disusun oleh :
Jl. Raya Pondok Gede No. 23-24 Kramat Jati, Jakarta timur 13550
2017
2
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan penulis nikmat iman, nikmat sehat dan nikmat sempurna sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Prilaku Kekerasan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Zakiyah Mujahidah, M. Kep selaku dosen pembimbing Mata
Ajar Keperawatan JiwaII yang telah memberikan masukan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis menerima segala kritik dan saran.Semoga makalah ini bermanfaat bagi
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Amin yarabbalalamin.
Penulis
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..
BAB I PENDAHULUAN ..
3.1 Kasus
3.2 Pengkajian
BAB IV PENUTUP
4
4.1 Kesimpulan ..
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Towsend 1996 dalam Purba dkk, 2008 ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya prilaku kekerasan yaitu teori biologik, teori psikologi
dan teori sosio kultural.
1. Teori Biologik
Teori biologic terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
prilaku yaitu:
a. Neurobiologi
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan
atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan
pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.Beragam komponen dari
sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif.Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif.Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat
agresif.
b. Biokimia
flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap
stress.
c. Genetik
d. Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan.Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan
lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan
penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologi
Teori psikologi ini terdiri dari 2 yaitu :
a. Teori Psikoanalitik
b. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri.Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif.Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka
selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain.
3
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat
juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif.Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat
berisiko untuk perilaku kekerasan.Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
Menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk
dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000penduduk yang
merupakan anggota keluarga, data hasil Survey KesehatanRumah Tangga (SKRT)
tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dariketentuan WHO. Ini sesuatu yang
sangat serius dan World Bankmenyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat
mengakibatkan penurunanproduktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini
gangguan jiwamenempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %.
arti dan tujuanhidup, serta gagal menerima tanggung jawab untuk dirinya sendiri.
Ia akantergantung pada orang lain dan gagal mengembangkan kemampuansendiri.
Selain itu ia juga banyak menuntut diri sendiri karena ideal diriyang ditetapkan
terlalu tinggi sehingga tidak dapat dicapai.Pada daerah jawa tengah sendiri
menurut Direktur RSJD AminoGondohutomo, Semarang, dr.Sri Widiya Yati
SPPK Mkes mengatakanangka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah
berkisar 3300orang hingga 9300 orang angka kejadian ini merupakan penderita
yangsudah terdiagnosa. Diantara penderita gangguan jiwa tersebut salahsatunya
adalah perilaku kekerasan.Ratarata perilaku kekerasan dialami oleh pasien usia
25-60 tahundengan permasalahan umumnya adalah masalah perekonomian
keluargadan masalah rumah tangga dengan prosentase 90%. Perawat
akanmengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi sudah
tentuberdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat sepserti bunuh diri
danmencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Kesadaran diri : perawat harus menyadari bahwa stess yang dihadapinya dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bilaperawat tersebut merasa letih,
cemas, marah atau apatis maka akansulit baginya untuk membuat klien tertarik.
Oleh karenanya, bilaperawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi
yangdimilikinya bagi klien menjadi berkurang.Untuk mencegah semuaitu, maka
perawat harus terus menerus meningkatkan kesadarandirinya dan melakukan
supervisi dengan memisahkan antaramasalah pribadi dan masalah klien.
BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku kekerasan adalah suatu perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat
sedang berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat
perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk.Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan
sebagai ancaman.Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif
yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan (Keliant, 1991 dalam Yusuf, Ah. 2015)
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
1) Intinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Dalam hal ini sistem
limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah.
b. Faktor Psikologis
1) Frustasion aggresion theory ( teori argesif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi yang terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong
individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang
melalui perilaku kekerasan.
2) Behavioral theory (teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang diterima
pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di
rumah atau di luar rumah. Semua aspek ini menstimulai individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat
buruk.Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh
stressor yang berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan,
kematian, krisis dan lain-lain. Sedangkan dari dalam adalah putus
hubungan dengan seseorang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan
terhadap penyakit fisik, hilang kontrol, menurunnya percaya diri dan lain-
lain.Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan.
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau
eksternal.Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal
sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian,
hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya.
Hal tersebut akan mengakibatkankehilangan atau gangguan pada sistem
individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana
11
1. Pengkajian
13
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan
perumusan masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.Data yang
dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
1) Aspek Biologis
2) Aspek Emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan
sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
3) Aspek Intelektual
4) Aspek social
5) Aspek spiritual
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara
komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang
secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut:
1) Aspek fisik
Terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat,
berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
2) Aspek emosi
Tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
3) Aspek intelektual
Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
4) Aspek sosial
Menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
2. Pohon Masalah
15
3. Data Fokus
Menurut Fitria tahun 2009 data yang perlu dikaji pada pasien prilaku
kekerasan yaitu :
a. Data Subjektif
Seperti klien mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, klien
megatakan dendam dan jengkel kepada orang lain, klien menyalahkan dan
menuntut orang lain.
b. Data Objektif
Klien terlihat menunjukkan tanda-tanda seperti mata melotot atau
pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah
atau tegang, postur tubuh kaku dan nada suara tinggi
4. Analisa Data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui
16
penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut.Dari hasil analisa data inilah
dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
5. Rencana Tindakan
a. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, PK yang dilakukan dan
akibat pk
b. Jelaskan cara mengontrol PK : fisik, obat, verbal, dan spiritual
c. Latihan cara mengontrol PK secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal
d. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kasus
Bapak E, umur 41 tahun, duda, mempunyai anak satu orang. Klien sudah 10 tahun
bercerai. Klien beragama islam, pendidikan akademi tamat. Saat ini klien tidak
bekerja.Klien tinggal dirumah hanya mdengan pembantu.Orang yang terdekat
dengan klien adalah ibu, tapi ibu klien telah meninggal 2 tahun yang lalu.Klien
dirawat di RSJ untuk ke 3 kalinya dengan alasan amuk.Klien dibawa kerumah
sakit karena mengamuk, merusak lingkungan dan tidak mengurus diri.Klien
mengatakan dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik, dan tidak
berdaya untuk melakukan apapun. Klien juga mengatakan bahwa ia sering
mendengar suara-suara yang ingin membunuhnya. Suara-suara itu sangat
17
3.2 Pengkajian
A. Pengkajian kasus
1) Aspek biologis
Didapatkan rambut tidak disisir dan kotor, janggut dan kumis tidak
terawat, kuku panjang dan hitam, baju kotor.
2) Aspek Emosional
3) Aspek Intelektual
Orang yang terdekat dengan klien adalah ibu, tapi ibu klien telah
meninggal 2 tahun yang lalu.Klien mengatakan dirinya tidak mampu
menjadi kepala keluarga yang baik, dan tidak berdaya untuk melakukan
apapun.
4) Aspek social
Selama dirumah sakit, klien selalu menyendiri duduk dipojok atau tiduran
ditempat tidur, kadang-kadang klien berjalan mondar-mandir, klien sering
berbicara sendiri.
18
5) Aspek spiritual
Klien beragama islam.
B. Pengkajian Lanjutan
Prilaku Kekerasan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pasien dengan prilaku kekerasan memerlukan prilaku teraupetik yang baik dari
perawat agar dapat terbina huungan saling percaya dan dapat mengetahui segala
informasi tentang masalah-masalh yang sdedang dihadapi pasien guna untuk
mencapai evaluasi asuhan keperawatan sesuai yang diharapkan.
4.2 Saran
22
Jika anda ingin membuat suatu kesimpulan yang baik dan benar dalam pembuatan
makalaha atau karya tulis ilmiah, anda harus memeperhatikan beberapa cara dan
perlu mengingatnya diantaranya yaitu memahami isi materi dari makalah atau
karya tulis ilmiah singga didapatkan suatu kesimpulan dari pemahaman yang telah
diserap.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogykarta:
Graha Ilmu.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT. Refika
Aditama
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT. Refika
Aditama.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT. Refika
Aditama
23
Yusuf, Ah.dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Selemba Medika.