Sie sind auf Seite 1von 16

LAPORAN PENDAHULUAN MALARIA

MALARIA

A. KONSEP DASAR

1. Defenisi

Ada banyak definisi mengenai malaria, di antaranya:

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus

plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali.

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi akut ataupuan kronis.

Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh

manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia

yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa rawa

yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa,

demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )

Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor

malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai

vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles. Relatif sulit membedakannya dengan jenis

nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang

adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah,

sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja,

tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari.

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering

periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada

beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.

2. Etiologi
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde Coccdiiae penyebab

malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium, yaitu:

a. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika

b. Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.

c. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.

d. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.

Masa Inkubasi

Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis

masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan

penyebabnya:

a. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.

b. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.

c. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.

d. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.

Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan yang sudah pernah didapat

sebelumnya dan derajat imunitas penjamu. (Soegijanto,2004:6)

Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat spesies

Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana

ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa

dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana, dan Plasmodium

ovale menimbulkan malaria ovale.

Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan membandingkan bentuk

skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-

eritrositik dari skizon yang terdapat di dal am sel parenkim hati.


3. Patofisiologi

Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles

dan fase aseksul (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.

a. Fase Aseksual

Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan, sporozoit masuk dalam

aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit.

Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon

pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada plasmodium Vivax dan

plasmodium ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan

relaps jangka panjang dan rekurens.

Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut

menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah

bentuk menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah

tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit

dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.

b. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro

dam makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus

dinding lambung nyamuk dan menjadi ookosta. Bila ookosta pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan

mencapai kelenjar liur nyamuk

Patogenesis malaria ada 2 cara;

a. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia

b. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia melalui transfusi, suntikan,

atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital)

4. Manifestasi Klinik

Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke daerah endemik malaria. Gejala dan

tanda yang dapat ditemukan adalah:

a. Demam

Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan dengan perkembangan

parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas terjadi bersamaan dengan lepasnya

merozoit merozoit ke dalam peredaran darah (proses sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan

demam pada malaria terdiri dari tiga :

1) Stadium dingin

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari

jari pucat kebiru biruan (sianotik). Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak

sering terjadi kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam

2) Stadium demam

Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering

dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan

rasa mual atau muntah muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat

haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
3) Stadium berkeringat

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi tempat tidur. Namun, suhu badan

pada fase ini turun dengan cepat kadang kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur

nyenyak dan pada saat terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan

dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih bersarang. Stadium inu

berlangsung selama 2 - 4 jam.

b. Splenomegali

Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronis. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi

keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena P.

Falciparum. Anemia disebabkan oleh:

1) Penghancuran eritrosit yang berlebihan

2) Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reducedsurvival time)

3) Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sum-sum tulang (diseritropoesis).

d. Ikterus

Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria Laten adalah masa pasien di luar masa

serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium

eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.

e. Relaps

Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat:

1) Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama hilang karena

parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.


2) Relaps jangka panjang (rekurensi), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang

karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak.

5. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah

dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratif maupun

preventif.

a. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk

menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak mengenyampingkan diagnosa

malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat

dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :

1) Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan

darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di

lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan

parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat

dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak

ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per

200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan

jumlah parasit per mikro-liter darah.

2) Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah

tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat

dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit

> 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa

penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans, atau Fields dan

juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan

pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.

b. Tes antigen : p-f test


Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5

menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk

antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat

dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan

nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah

infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes

deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).

c. Tes Serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody

test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana

parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi

setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat

uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif

. Metode-metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation

techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

d. Pemeriksaan PCR (polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan

sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat

memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan

rutin.

6. Terapi

Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9 golongan yaitu :

a. kuinin (kina)

b. mepakrin

c. klorokuin, amodiakuin

d. proguanil, klorproguanil

e. Primakuin
f. pirimetamin

g. sulfon dan sulfonamide

h. kuinolin methanol

i. antibiotic

Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit malaria terhadap obat antimalaria, maka obat

antimalaria dapat juga dibagi dalam 5 golongan yaitu :

a. Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit stadium praeritrositik dalam hati sehingga

mencegah parasit masuk dalam eritrosit, jadi digunakan sebagai obat profilaksis kausal. Obatnya adalah

proguanil, pirimetamin.

b. Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus eksoeritrositik P. vivax dan P. ovale dan

digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti relaps, obatnya adala primakuin.

c. Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrositik, yang berhubungan dengan penyakit akut

disertai gejala klinik. Obat ini digunakan untuk pengobatan supresif bagi keempat spesies Plasmodium dan

juga dapat membunuh stadium gametosit P. Vivax, P. Malariae dan P. Ovale, tetapi tidak efektif untuk

gametosit P. Falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau amodiakuin; atau proguanil dan pirimetamin

yang mempunyai efek terbatas.

d. Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual termasuk gametosit P. Falcifarum. Obatnya

adalah primakuin sebagai gametositosida untuk keempat spesies dan kuinin, klorokuin atau amodiakuin

sebagai gametositosida untuk P. Vivax, P. Malariae dan P. Ovale.

e. Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista

dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat obat yang termasuk golongan ini adalah primakuin dan

proguanil.

7. KOMPLIKASI

Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut pernicious

manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita

yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh

penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.


Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO

didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :

a. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit

setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar GCS

(Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.

b. Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress.

c. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus

dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati lainnya.

d. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB

pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl.

e. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).

f. Hipoglikemi : gula darah <>

g. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> 10C:8).

h. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan laboratorik

adanya gangguan koagulasi intravaskuler

i. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam

j. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti

malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)

k. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler

pada jaringan otak.

8. PROGNOSIS

a. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.

b. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15 %,

dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.

c. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ.
B A B III

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/istirahat

Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise umum

2. Sirkulasi

Tanda :

3. Integritas Ego

4. Makanan/cairan

Gejala:

kehilangan nafsu makan


mual/muntah

5. Keamanan

6. Seksualitas

B. PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM


C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah

merah

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermi

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

Kurang pengetahuan tentang penyakit

D. INTERVENSI

1. peningkatan suhu tubuh b/d perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah

Intervensi:

kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh

R/peningkatan sh tbh akan meunjukkan berbagai grejala sprt mt merah dan badan terasa hanat

observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi

R/untk menentukan int.selanjutnya

kompres air hangat pada dahi dan kedua aksilla

R/merangsang hipothalamus ke pusat pengaturan suhu

kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik seperti asetaminofen

R/mengontrol demam

2. resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d hipertermi


awasi masukan dan haluaran cairan. Perkirakan kehilangan cairan melalui keringat

R/memberukan informasi tentang keseimbangan cairan, merupakan pedoman untuk penggantian cairan

observasi penurunan turgor kulit

R/menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi

berikan cairan parenteral jika diperlukan

R/membantu masukan cairan peroral

3. nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia

dorong tirah baring/atau pembatasan aktivitas

R/mempertahankan simpanan energi yang cukup

berikan kebersihan oral

R/mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan

sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-

buru, temani

R/lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif untuk makan

kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik

R/menghilangkan gejala mual muntah

4. kurang pengetahuan tentang penyakit

tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit

R/membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu

kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi

cara menurunkan faktor pendukung. Dorong pertanyaan

R/faktor pencetus/pemberat individu; sehingga kebutuhan pasien untuk waspada terhadap faktor pola

hidup dapat mencetuskan gejala. Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk

membuat keputusan informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun banyak

pasien tahu tentang proses penyakitnya sendiri, mereka dapat mengalami yang telah tertinggal atau salah

konsep

kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping
R/meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program

E. EVALUASI

Suhu tubuh normal

Asupan nutrisi yang adekuat

Keseimbangan cairan tubuh

Turgor kulit baik

B A B IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan

melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah

dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Malaria adalah

penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat,

yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang

(panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.

Dengan munculnya program pengendalian yang didasarkan pada penggunaan residu insektisida,

penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil

dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara.

Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal.

Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara

berkembang.

Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat,

membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan

penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang

bermukim didaerah tersebut.

Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia

Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang

berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat

dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara

periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax,

dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi

selama 2 minggu setelah infeksi).


Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika,

disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat

malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau,

serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi

lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18

sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis

ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium

ovale yang mirip dengan malaria tertiana.

Das könnte Ihnen auch gefallen