Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
OLEH:
EVI RILISWATI
NIM 1202430079
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunianya sehingga dapat terselesaikannya asuhan kebidanan ini. Dalam asuhan
kebidanan ini dijabarkan bagaimana pelayanan sehingga nantinya menjadi bahan
pertimbangan dalam melakukan tindakan dan menambah pengetahuan terutamanya
bagi petugas kesehatan.
Makalah ini terselesaikan atas bantuan beberapa pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit RSUD dr. Soedomo Trenggalek
2. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Temu Budiarti, S.ST, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
4. Sri Rahayu, S.Kp.Ns, M.Kes selaku Kaprodi DIV Kebidanan Klinik
5. Dwi Estuning Rahayu, S.Pd, S.Kp.Ns, Msc., selaku Ketua Kelompok Praktik
Klinik
6. Finta Isti Kundarti, M.Keb, selaku Koordinator Praktik.
7. Pembimbing Institusi dari DIV Kebidanan Klinik Kediri.
8. Semua teman-teman yang terkait dalam penyusunan laporan in yang tidak bisa
kami sebutkan satu per satu dan kami ucapkan terima kasih atas bantuannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan diwaktu yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya
letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi
pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Faktor-faktor lain yang
memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah
multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa,
panggul sempit, dan kadang-kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan
uterus dan kelainan bentuk uterus, Sebagai contoh, 3,5 persen dari 136.256
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 di Parkland Hospital merupakan
letak sungsang. (Dini K:2009)
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala.
Letak sungsang atau letak lintang. (Vicky C:2006)
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam
posisi sungsang. (Winkjosastro : 2009)
Dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, baik pada ibu maupun
bayi dengan kehamilan presentasi bokong, maka diupayakan beberapa usaha
untuk menghindari terjadinya persalinan dengan bayi presentasi bokong, salah
satu diantaranya adalah dengan cara seksio sesarea selain dengan persalinan
pervaginam dengan tindakan. Karena itu penulis ingin memberikan asuhan
kepada Ny. K dengan letak sungsang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek klinik kebidanan pada ibu bersalin dengan letak
sungsang, diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada
ibu inpartu dengan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengumpulkan data sampai dengan analisa data
b. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah dengan letak sungsang
c. Mengidentifikasi masalah potensial pada letak sungsang
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada letak sungsang
e. Merencanakan asuhan kebidanan pada kasus letak sungsang
f. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan
g. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan letak
sungsang
C. METODE PENULISAN
1) Wawancara
2) Pemeriksaan / Observasi
3) Praktek
4) Studi Pustaka
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Berisi konsep dasar letak sungsang, konsep dasar seksio
sesarea, dan konsep manajemen asuhan kebidanan.
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi pengkajian data, diagnosa dan masalah, antisipasi
masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi kesenjangan dan persamaan antara teori dan kasus
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan kasus dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
II. ETIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus
Jumlah air ketuban relatif lebih banyakpada kehamilan 32 minggu, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin bisa
menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Multiparitas
Hamil kembar
Hidramnion
Hidrosefalus
Plasenta Previa
Panggul sempit
Kelainan uterus / kelainan bentuk uterus
Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri, karena plasenta
mengurangi luas ruangan di daerah fundus. (Wiknjosastro, Hanifa.2005:611)
Tali pusat pendek dan menjerat
Prematuritas (Capman, Vicky.2006:126)
Abnormalitas janin
III. INSIDEN
Meskipun 25% bayi mengalami posisi sungsang sekali waktu dalam
kehamilan, namun hanya 3-4 % yang tetap sungsang. (Chapman,
Vicky.2006:126)
Karena pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
yang terlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yanglebih luas di fundus uteri, edangkan kepala berda
dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi
letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin
ditemukan dalam prresentasi kepala. (Wiknjosastro, Hanifa.2005:611)
Letak sungsang ditemukan kira-kira 2 - 4%. Greenhhill melaporkan 4 4,5
%. Holland : 2-3% , sedangkan di Rumah sakit Dr. Pirngadi Medan
ditemukan frekuensi 4,4% dan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
4,6%. (Wiknjosastro, Hanifa.2005:609)
Frekuensi presentasi bokong cukup tinggi pada persalinan preterem.
(Saifuddin, Abdul Bari. 2002:M-65)
IV. DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian
yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain
dari pada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas
dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
Djj pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi
atau banyak air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan dalam.
Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan USG atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging ).
Setelah ketuban pecah dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang
ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila
dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya
tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan panjang telapak tangan.
Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-
kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka, karena
jari yang akan dimasukkan ke dalam anus akan mengalami rintangan otot.
Sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan teraba tulang
rahang dan alveola tanpa adanya hambatan. Pada presentasi bokong kaki
sempurna, kedua kaki dapat diraba samping bokong, sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki disamping
bokong. (Wiknjosastro, Hanifa.2005:611)
V. KLASIFIKASI
Bayi presentasi bokong bisa mengalami berbagai posisi, seperti pada bayi
safalik, dengan sakrum sebagai denominator.
1. Komplet ( sungsang fleksi/ sungsang penuh ) atau presentasi bokong
kaki sempurna.
Yaitu : tungkai bayi terlipat di panggul dan lutut, kaki terletak dekat
dengan bokong bayi dalam posisi kaki menyilang.
Posisi ini paling sering pada multigravida. (Wiknjosastro,
Hanifa.2005:608)
2. Inkomplet ( sungsang ekstensi / frank breech ) atau presentasi bokong.
Yaitu : tungkai bayi terlipat di panggul dan sepanjang sisi tubuh,
posisi kaki dekat dengan kepala bayidalam posisi jack-knife.
Posisi ini paling sering pada primigravida, mendekati
aterm, akibat kekakuan uterus dan otot abdomen membatasi gerak
bayi. (Chapman,Vicky.2006:129)
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau
kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat
diraba bokong. (Wiknjosastro, Hanifa.2005:608)
3. Kaki Menumbung atau Presentasi bokong kaki tak sempurna
Yaitu : satu atau kedua lutut dan panggul ekstensi dengan kaki bayi
atau salah satu kaki dibawah bokong.
Presentase ini jarang, lebih umum pada persalinan prematur.
(Chapman,Vicky.2006:129)
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki
di samping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas
(Wiknjosastro, Hanifa.2005:608)
4. Lutut menumbung atau Berlutut
Satu atau kedua panggul bayi ekstensi dan lutut fleksi, lutut terletak
di bawah atau depan bokong bayi.
Presentasi ini jarang dan paling tidak umum diantara yang lain.
(Chapman,Vicky.2006:130)
VII. KOMPLIKASI
a. Pada janin :
Kematian parinatal
Prolaps funikuli
Trauma pada bayi akibat : tangan mengalami ekstensi, kepala
mengalami ekstensi, pembukaan serviks belum lengkap, dan
disproporsi sefalopelvik.
Asfiksia karena prolapis funikuli, kompresi tali pusat, pelepasan
plasenta, kepala macet.
Perlukaan atau trauma pada organ abdominal atau leher (Saifuddin,
Abdul Bari.2006:202)
Patah tulang leher (Saifuddin, Abdul Bari.2006:M-68)
Hipoksia
Persalinan macet setelah kepala turun
Pada bayi alerm bila kepala tidak bisa melalui serviks dan pelvis,
bokong juga pasti tidak bisa dan persalinan tidak maju.
Hiperekstensi kepala bayi ( star gazing )
Dapat terjadi akibat :
Tali pusat menjerat leher bayi
Lokasi plasenta
Spasme otot bayi
Abnormalitas uterus ataupun bayi
Bisa disebabkan persalinan dengan intervensi yang tidak lazim oleh
bidan. Harus mengejan spontan, tidak ditarik. Karena penarikandapat
menyebabkan ekstensi lengan dan kepala bayi.
(Chapman,Vicky.2006:131)
b. Pada ibu :
Pelepasan plasenta prematur (Chapman,Vicky.2006:132)
Perlukaan vagina atau serviks
Endometritis (Saifuddin, Abdul Bari.2006:M-68)
VIII. PENATALAKSANAAN
A. DALAM KEHAMILAN
o Pertama kali hendaknya ditentukan apakah ada kelainan lain yang merupakan
indikasi seksio sesarea. Bila tidak dan diperkenankan persalinan dapat
berlangsung secara pervaginan. Hendaknya dilakukan pengawasan kemajuan
secara lebih seksama, terutama pembukaan serviksa dan penurunan bokong.
Saat kepala masuk rongga panggul, tali pusat tertekan antara kepala janin dan
pangggul. Karena itu, lahirnya bahu dan kepala ahrus diusahakan seluruhnya
dalam waktu 8 menit setelah umbilikus lahir. (Manjoer, Arif.2005:335)
B. DALAM PERSALINAN
1. PERSALINAN SPONTAN PERVAGINAM (spontan Bracht)
Terdiri dari 3 tahapan :
A. Fase lambat pertama:
Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula).
Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu
ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya pada
ibu dan anak yang mungkin terjadi.
B. Fase cepat:
Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut. Pada fase ini, kepala
janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah
talipusat antara kepala dengan tulang panggul. Disebut fase
cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1 2
kali kontraksi uterus ( sekitar 8 menit).
C. Fase lambat kedua:
Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh dilakukan
secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau cepat
yang dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
(dr. Bambang Widjanarko, SpOG. Localhost.com/15/07/2009)
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
(Manjoer, Arif.2005:335)
Dengan perasat Bracht tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan,
sehingga untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid
atau manual hilfe.
Eksstraksi bokong atau ekstraksi kaki pada letak sungsang hanya dilakukan
apabila janin harus segera dilahirkan karena ibu atau janin dalam keadaan
bahaya.
Karena ekstrasi bokong sukar dan besar sekali, sebaiknya bila maih ada
keempatan dan ada indikasi untuk melakukan ekstraksi hendaknya selalu
diusahakan untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kaki,
sehingga sewaktu-waktu dapat dilakukan ekstraksi kaki.
4. INDIKASI SECTIO CAESAR PADA PRESENTASI SUNGSANG
Janin besar
Janin viable dengan gawat janin
Nilai anak sangat tinggi
Keadaan umum ibu buruk
Panggul sempit atau kelainan bentuk panggul
Hiperekstensi kepala
Bila sudah terdapat indikasi pengakhiran kehamilan dan pasien masih belum
inpartu (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri kehamilan dengan oksitosin
drip)
Disfungsi uterus (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri persalinan dengan
oksitosin drip)
Presentasi bokong tidak sempurna atau presentasi kaki
Janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat indikasi untuk
mengakhiri kehamilan atau persalinan.
Gangguan pertumbuhan intrauterine berat
Riwayat obstetri buruk
Operator tidak berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan
sungsang spontan pervaginam
Pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah persalinan ini.
(dr. Bambang Widjanarko, SpOG. Localhost.com/15/07/2009)
Sebagai kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa pada letak sungsang tanpa disproporsi sefalopelvik dapat
diambil sikap menunggu sambil mengawasi dengan seksama kemajuan persalinan
sampai umbilikus dilahirkan. Sesudah itu persalainan tidak boleh berlangsung lama,
dan apabila ada hambatan bahu dan kepala harus dilahirkan dalam waktu singkat
dengan manual-aid.
Ekstraksi pada kaki atau bokong hanya dilakukan apabila dalam kala II berlangsung
lama. Pada saat ini SC memegang peranan yang penting dalam penanganan letak
sungsang.
(Wiknjosastro, Hanifa.2005:622)
Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm. Keuntungan tindakan ini adalah mengeluarkan janin
lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan
sayatan bias diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian yang dapat muncul
adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal dan lebih sering terjadi
ruptura uteri spontan pada persalinan berikutnya (Oxorn, 2003).
Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen
bawahrahim. Keuntungannya adalah penjahitan luka lebih mudah,
kemungkinan rupturauteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio
sesarea dengan cara klasik, sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang
banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi (Oxorn, 2003).
b) Sedang: dengan kenaikan suhu tubuh lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
sedikit kembung.
c) Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2) Perdarahan
I. PENGKAJIAN
Tanggal : ............... Jam : ........... WIB
Tempat : ................
1. Data subyektif
Identitas
Nama ibu : Ny ....
Umur : terjadi pada
Agama : semua agama
Pendidikan : semua tingkat pendidikan
Pekerjaan :-
Alamat : agar memudahkan pengidentifikasian
Nama suami : Tn ....
Umur : ..... tahun
Agama : semua agama
Pendidikan : semua tingkat pendidikan
Pekerjaan :-
Alamat : agar memudahkan pengidentifikasian
Alasan pasien datang ke RS
ibu mengatakan mersakan kenceng keceng dan akan melahirkan
Keluhan utama
Pasien kenceng-kenceng dan gerakan anak berada di bawah
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tidak sedang menderita penyakit menular (sesak, penyakit
kuning), menurun (kencing manis, HT), dan menahun (paru-paru,
jantung).
Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien tidak pernah menderita penyakit menular, menurun dan
menahun seperti DM, HT, paru-paru, sesak dan tidak pernah sampai
MRS.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun dan
menahun (DM, HT, paru-paru dll) serta tidak mempunyai keturunan
kembar.
Riwayat haid
Menarche : umur pertama kali mendapatkan haid.
Siklus haid : teratur atau tidak
Lama haid : mengalami haid sampai berapa lama
Banyaknya haid : sampai menghabiskan berapa softex tiap kali haid
Keluhan : dismenorhea, payudara tegang
Fluor albus : ada/ tidak
HPHT : untuk mengetahui terakhir kali haid dan
TP : untuk mencari tafsiran persalinan
Riwayat perkawinan
Menikah : ....... kali
Usia menikah : Usia ibu : ....... tahun
Usia suami : ...... tahun
Lama menikah : ....... tahun
Riwayat KB
Untuk mengetahui KB sebelumnya dan rencana KB selanjutnya
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Hamil Persalinan Ditolong Hidup/mati Sex BBL Nifas KB Ket
b. Sosial
Hubungan ibu dan suami, keluarga serta dengan tenaga sekitar
c. Budaya
Kebiasaan yang dilakukan ibu dan keluarga dalam melakukan
selamatan sesuai dengan adat istiadat keluarga.
d. Spiritual
Berhubungan dengan kebiasaan ibu dalam melakukan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut ibu.
2. Data Obyektif
Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : baik sampai lemah
- Kesadaran : Composmentis/somnolen
- Cara berjalan : Normal/ pincang
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : ...mmHg (n : systole tidak lebih dari 30 mmHg
dan diastole tidak lebih dari 30 mmHg)
Nadi : ...x/menit (n : 70 - 90 x/menit)
Pernafasan : ...x/menit(n : 16 24 x/menit)
Suhu : ...0C (n : 36 37 0C)
LILA : ...cm (n : 23,5 cm)
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : simetris, rambut hitam/ merah, lurus/ ikal, rontok/
tidak, tidak ada kelainan.
Muka : simetris/ asimetris, bulat/ oval, pucat/ tidak,
oedema/ tidak, adakah cloasma gravidarum,
adakah kelainan.
Mata : simetris/ asimetris, cekung/tidak, konjungtiva
pucat/ tidak, sclera kuning/ tidak, adakah kelainan.
Hidung : simetris/ asimetris, adakah pengeluaran sekret dan
pernafasan cuping hidung.
Mulut : simetris, baik kering, pucat/ tidak, stomatitis/ tidak
lidah bersih/ kotor, adakah caries gigi.
Telinga : simetris, adakah serumen
Leher : adakah pembesaran kelenjar thyroid dan
bendungan vena jugularis.
Payudara : simetris, putting susu menonjol/ mendatar,
hiperpigmentasi areola mammae, adakah
hipervaskularisasi, ASI (+/-), adakah kelainan.
Abdomen : tampak membesar sesuai UK, striae albican,
tampak linea alba/ nigra, kadang-kadang fundus
tampak menonjol ke depan hingga perut
menggantung, pigmentasi kulit, adakah luka bekas
operasi.
Genetalia : adakah oedema dan varises, bersih/ tidak
Ekstremitas : adakah kelainan pada ekstremitas, adakah oedema
dan varises.
b. Palpasi
Leher : adakah pembesaran kelenjar thyroid dan
bendungan vena jugularis
Dada : payudara terasa tegang, colostrum keluar/ tidak,
adakah benjolan abnormal dan nyeri tekan.
Abdomen :
Leopold I : TFU sesuai dengan UK, teraba kepala
Leopold II : Untuk menentukan letak punggung anak
pada letak memanjang dan menentukan
letak kepala pada letak lintang
Leopold III : Bagian terendah teraba bokong, bokong
sudah masuk PAP
Leopold IV : Untuk menentukan berapa jauh
masuknya bagian terbawah ke PAP
Ekstremitas : adakah oedema dan varises
c. Auskultasi
Dada : adakah bunyi ronchi dan wheezing.
DJJ (+) : normalnya 120 160 x/menit diatas pusar sebelah
kanan/ kiri.
d. Perkusi : Reflek patella +/-.
Pemeriksaan panggul
Indikasi Pemeriksaan Panggul
a) Primigravida kepala belum masuk pada bulan terakhir (usia 36
minggu)
b) Multigravida jika persalinan yang lalu riwayat obstetri jelek
c) Ada kelainan letak hamil tua
d) Jika ada kelainan misalnya kifose, skoliose, jalannya pincang dan
cebol
Cara Pengukurannya:
Panggul luar :
Distansia spinarum jarak antara spina alliakaanterior superior
kanan dan kiri (n:23-26 cm)
Distansia cristarum jarak terjauh antara kristaliaca kanan dan
kiri,yang kira-kira 5 cm dibelakang spina alliakamanterior
superior, dengan ukuran (n = 26-29 cm)
Konjugata eksterna (boudeloque) jarak antara tepi atas simfisis
dan prosesus spinosus lumbal V dengan ukuran (n = 18-20 cm)
Lingkaran panggul yaitu memakai pita ukur mulai tepi atas
simfisis dikelilingkan kebelakang melalui pertengahan antara
spina illiaka anterior superior dan trochanter mayor kanan,
keruas lumbal V (prosesus spinosus lumbal ke V) (n = 80-90
cm)
Distansia tuberum yaitu ukuran melintang dari pintu bawah
panggul atau jarak antara tuber askhiadikum kanan dan kiri,
dengan ukuran (n = 10,5-11 cm)
Panggul dalam :
Konjugata vera diperkirakan dari ukuran konjugata diagonalis
(n = 1,5 11 cm)
Konjugata transvera (n = 12-13 cm)
Konjugata obiqua (n = 13 cm)
Konjugata diagonalis dari tepi bawah simfisis ke promontorium
(n = 12,5 cm)
Pemeriksaan penunjang/ laboratorium
- Plano test : untuk mengetahui positif hamil/ tidak
- USG : untuk mengetahui UK dan letak janin (letak kepala/ letak
sungsang/ lintang) dan jenis kelamin janin.
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
R/Membina hubungan baik antara klien dengan petugas
2. Kolaborasi dengan SpOG
R/untuk penanganan yang tepat sesuai dengan diagnosa
3. Observasi tanda tanda vital ibu
R/ Parameter dini deteksi adanya komplikasi
4. Observasi DJJ setiap 30 menit
R/ Mengetahui keadaan janin.
5. Observasi kemajuan persalinan tiap 4 jam
R/ mengetahui kemajuan persalinan
VI. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai intervensi.
VII. EVALUASI
S : Berisi keluhan dari pasien
O: Berisi hasil pemeriksaan dari tenaga kesehatan
A: Diagnosa Kebidanan
P: Rencana tindakan yang akan dilakukan
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. Y Nama Suami : Tn. M
Umur : 32 tahun Umur : 38 tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat Rumah : RT 13/ RW 07 Alamat Rumah : RT 13/ RW 07
Pogalan Trenggalek Pogalan
Penghasilan : Rp.900.000/bulan
2. KELUHAN UTAMA
- Ibu mengatakan hamil anak kedua, anak pertama berusia 9 tahun, haid terakhir
tanggal 30 1- 2011 mengeluarkan cairan ketuban sejak pukul 20.00 dan
bayinya letak sungsang
3. RIWAYAT KEHAMILAN INI DAN SAMPAI MRS DI RSUD dr SOEDOMO
- Ibu juga mengatakan mengeluarkan cairan ketuban sejak pukul 20.00 WIB
tanggal 15 November 2011
- Ibu mengatakan datang ke bidan tanggal 15 November 2011 pukul 21.00 WIB,
karena perutnya sudah kenceng-kenceng sering serta mengeluarkan lender
bercampur darah.
- Karena letak sungsang, maka ibu dirujuk di RSUD dr Soedomo Trenggalek
tanggal 15 November 2011pukul 21.30 WIB.
4. ALASAN KUNJUNGAN SAAT INI
Rujukan Bidan karena letak sungsang
5. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 12 Tahun Dismenorhoe : Tidak
HPHT : 30-1-2011 Floor Albus : Ya
HPL : 6-11-2011 Jumlah : Sedikit
Lama Menstruasi : 4 hari Warna/ Bau : Putih/ Khas
Banyaknya : 3 x ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Teratur/ Tidak : Teratur
6. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
ANC TM I Berapa kali : 2x di : Bidan
Keluhan : mual muntah
Terapi : Fe, Kalk, B6
TM II Berapa kali : 3x di:Bidan 2x
Keluhan : badan pegal-pegal SpOG 1x
Terapi : Fe, Kalk
TM III Berapa kali : 5x di: Bidan 3x
Keluhan : pinggang sakit SpOG 2x
Terapi : Fe, Kalk
Hasil tes kehamilan (jika dilakukan) tanggal : 1-03-2009, pukul 06.00 WIB
Imunisasi TT berapa kali : 5x
Kapan : usia 1 bln, 2 bln, 3 bln, waktu kelas 6 SD dan CPW
Pergerakan fetusdirasakan pertama kali pada usia kehamilan 20 minggu.
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir 20 kali.
Keluhan selama hamil : mual, muntah
Obat-obatan selama hamil : Fe, Kalk, B6
Penyuluhan yang didapat : gizi ibu hamil
7. POLA MAKAN AN MINUM
Makan : 3x sehari (nasi, sayur, lauk porsi sedang), ibu jarang makan buah.
Minum : 7-8 gelas/ hari air putih, ibu tidak suka kopi dan susu. Kadang-
kadang waktu pagi hari minum the hangat.
8. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
Pekerjaan : ibu setiap hari membersihkan rumah, menyapu, mengepel dan
memasak.
Istirahat : tidur siang
: tidur malam : 7-8 jam ( 21.00 05.00 WIB)
Ibu juga istirahat menonton tv pukul 19.00 WIB 21.00 WIB
9. POLA ELIMINASI
BAB : 1 (konsisten agak keras, warna kecoklatan)
BAK : 5-7 kali sehari (warna kuning jernih, bau khas)
10. RIWAYAT KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik 3 bulan
Rencana kontrasepsi yang akan dating : Suntik 3 bulanan
10. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU
N Tgl/ Bulan Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit Anuk Nifas Ket
JK BB PB
o Persalinan Persalinan Kehamilan Persalinan Kehamilan
1 08 2002 BPS 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada 3900 58 Baik 9 tahun
2 Hamil ini
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
a) Inspeksi
Kepala : warna rambut hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada
benjolan.
Muka : tidak ada cloasma gravidarum. Ekspresi muka gelisah
Mata : kelopak mata tidak oedenia, konjungtiva warna merah muda,
sclera warna putih keabu-abuan.
Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak terjadi pembesaran polib.
Mulut : lidah bersih, gigi tidak caries, gusi tidak epulis.
Telinga : tidak ada serumen.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tiroid dan vena
jugularis.
Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada : payudara simetris (ka/ ki), puting susu menonjol (ka/ ki), ada
pengeluaran sedikit colostrums (ka/ ki), areola hiperpigmentasi.
Abdomen : pembesaran sesuai usia kehamilan, strielivida, linea nigra, tidak
ada luka bekas operasi.
Punggung : posisi tulang belakang mengalami lordosis.
Ekstremitas : tidak ada oedema , tidak ada varises , simetris ka/ ki
Anogenital : perineum utuh, vulva merah kebiruan, pengeluaran per
vaginam lender dan darah beserta meconium janin tidak ada
oedema pada vulva.
b) Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah px, pada bagian fundus teraba bulat, keras
dan melenting (kepala).
Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba tahanan panjang seperti papan
(puki).
Leopold III : Bagian terendah janin teraba lunak, tidak bulat dan tidak
melenting (bokong). Bagian terendah janin belum masuk PAP.
Leopold IV : Sebagian kecil bokong sudah masuk PAP (convergen)
WHO : 4/5
MD : 33 cm
TBJ : (33-12) x 155 = 3410 gram
HIS : 2 - 10 = 20
c) Auskultasi
DJJ punctum max : puki
Tempat : kiri, setinggi pusat
Frekuensi : 140 x/menit
Teratur/ tidak : teratur
d) Perkusi
Reflek patela : +/+
3. PEMERIKSAAN DALAM
Vulva : tidak oedema, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini, scene.
Vagina : tidak ada sistokel ataupun rektokel
Porsio : lunak
Pembukaan : 2 cm
Effacement : 20%
Ketuban : (3 jam yang lalu, pukul 20.00 WIB warna hijau)
Presentasi : bokong
Denominator : sakrum
Hodge :I
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urin
PH : 6,0
Berat jenis : 1,010
Protein : - ( negative )
Reduksi : - ( negative )
Bilirubin : - ( negative )
Urobilin : - ( negative )
Sedimen
Eritrosit : - ( negative )
Leukosit : 0-1
Silinder : - ( negative )
Ephitel : 1-2
Kristal : 0-1
5. KESIMPULAN
Masalah
Cemas
1. Memberikan penjelasan kepada ibu
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.
IV. Evaluasi
Tanggal 16-11-2011 pukul 07.00 WIB
G II P1001 UK 41 2/7 minggu , hidup , tunggal, letak membujur, presentasi
bokong, intra uterine, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu baik, inpartu
kala I fase laten dengan letak sungsang.
S : Ibu mengatakan semakin kenceng - kenceng
O : -Keadaan umum ibu cukup
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu tubuh : 37,1C
Denyut nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 16 x/menit
-DJJ : 148 kali/menit
-His : 2x 10 30
-Pemeriksaan dalam:
Vulva : tidak oedema, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini, scene.
Vagina: tidak ada sistokel ataupun rektokel
Porsio : lunak
Pembukaan: 2 cm
Effacement: 20%
Ketuban: (warna hijau)
Presentasi: bokong
Denominator: sakrum
Hodge : I
Tanggal : 16 11 - 2011
Pukul : 14.00 WIB
S : ibu mengatakan Siap untuk menjalani operasi
O : Ku baik
Kesadaran : composmentis
DJJ : 140 x/menit
HIS : 2 x 10 = 30
N : 86 x/menit
VT : vulva dan vagina tidak ada sistokel rektokel, = 2 cm, eff 30%,
ket (hijau), konsistensi lunak, presentasi bokong, denominator
sakrum , HI.
Telah terpasang infuse RL, dower kateter screen, telah dilakukan
injeksi antibiotic 1 mg, telah mengganti pakaian ibu dengan pakaian
operasi
Tanggal : 16 11 - 2011
Pukul : 17.00 WIB
Kala IV
S : Ibu mengatakan lega dan bahagia telah menjalani operasi
: KU : Baik
Kesadaran : Composmentis (Anastesi SAB)
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 37,2 C
RR : 18 x/menit
Bayi lahir hidup, tanggal 16-11-2011, pukul : 14.20 WIB jenis kelamin
perempuan BB 3300 gram PB 50 cm, menangis lemah , gerakan lemah, warna
kulit kebiruan.
A: P 2002 Post SC letak sungsang hari I
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari pengkajian yang didapatkan baik secara wawancara, observasi,
pemeriksaan dan dokumentasi status didapatkan diagnose GII P1001 UK 41 2/7 kala I
fase laten dengan Letak sungsang.
Ny. Y tersebut sudah merasa kenceng sejak pukul 20.00 dan mengeluaran
ketuban serta presentasi janin adalah sungsang karena ini merupakan hamil ke II maka
memungkinkan persalinan pervaginam.
Pada teorinya, operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam
mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu atau janin, salah satu indikasinya yaitu
Letak sungsang dan KPP dan prolong laten Phase. Dalam hal ini langkah tindakan dan
asuhan yang diberikan sesuai dengan teori.
Keterbatasan yang ada di lapangan yaitu, operasi seksio tidak bisa segera
dilaksanakan karena banyaknya pasien yang harus dilakukan section secaria di rumah
sakit. Namun, selama menunggu operasi, pasien telah dipersiapkan fisik maupun
mental oleh tenaga kesehatan. Observasi TTV, DJJ dan his selalu dilaksanakan secara
berkala untuk mendeteksi adanya komplikasi pada ibu ataupun janin.
Keterbatasana penulis dalam memberikan asuhan yaitu pasien post operasi
tersebut segera dipindahkan ke ruang nifas dan bayinya ke ruang perinatologi.
Sehingga tidak bisa memberikan asuhan secara berkala.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua saat
Dari pengkajian yang didapatkan baik secara wawancara, observasi,
pemeriksaan dan dokumentasi status didapatkan diagnosa GII P1001 UK
41 2/7 Minggu T/H inpartu kala I fase laten dengan Letak Sungsang.
SC dilakukan tanggal 16-11-2011.
Bayi lahir secara seksio,. 14.20 lahir jenis kelamin perempuan A-S : 4-6,
BB : 3300 gram, plasenta lahir lengkap,
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan hendaknya memberikan asuhan yang menyeluruh
pada klien dan mampu melakukan deteksi dini resiko tinggi sehingga tidak akan
terjadi komplikasi pada pasien agar proses persalinan berjalan baik dan klien
kooperatif terhadap tindakan dan asuhan yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA