Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Rekaman 05/EOT/2016-001
Bidang Perencanaan
Cinere 16514 Jakarta Selatan Berlaku Efektif Februari 2016
Evaluasi Operasi Sistem Tenaga Listrik Jawa-Bali 2015
Penyusun:
PT PLN (PERSERO) P2B Bidang Perencanaan
ISBN 978-602-17630-6-3
Editor:
Analisa dan Evaluasi Bidang Perencanaan, P2B
Penyunting:
Analisa dan Evaluasi Bidang Perencanaan, P2B
Penerbit:
PT PLN (PERSERO) P2B Bidang Perencanaan
Redaksi:
PT PLN (PERSERO) P2B Bidang Perencanaan
Cinere 16514 - Jakarta Selatan
Facsimili : (021) 7542516, 7543661
Telepon : (021) 7542646, 7543566
Email : anevp2b@gmail.com
PERNYATAAN
Evaluasi Operasi 2015 ini dibuat untuk tujuan penyediaan informasi berdasarkan
realisasi pengoperasian sistem tenaga listrik Jawa Bali periode 2015 dan data
pembanding lainnya. Pernyataan dalam dokumen ini bukan sebagai suatu rekomendasi
terbaik bagi solusi terhadap permasalahan yang ada pada operasi sistem tenaga listrik
Jawa Bali. Dokumen ini juga tidak dimaksudkan untuk menyediakan semua informasi
yang diperlukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bagi yang ingin menggunakan informasi yang terdapat dalam dokumen ini hendaknya
maklum bahwa informasi yang digunakan pada dokumen ini diambil oleh PT PLN
(Persero) P2B dari beberapa sumber terkait, dan jika diperlukan Pembaca bisa
melakukan pengecekan sendiri atas akurasi, kelengkapan, dan kesesuaian informasi
yang ada.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunianya maka buku
Bagian-A Summary laporan Evaluasi Operasi Sistem Jawa Bali 2015 dapat diterbitkan.
Buku ini merupakan laporan atas pengoperasian sistem tenaga listrik Jawa Bali periode 2015
kepada PLN Pusat/ Stake Holder dan sebagai implementasi dari Aturan Jaringan Sistem Tenaga
Listrik Jawa Madura Bali 2007, SDC 8.0 Aktivitas Pasca Operasi dan Evaluasi, yang berisi
tentang realisasi operasi sistem pembangkitan dan penyaluran yang menyajikan hasil evaluasi
antara rencana dan realisasi operasi sistem tenaga listrik.
Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan buku ini, semoga dengan terbitnya buku ini dapat
mendorong tindaklanjut penyelesaian permasalahannya akan bermanfaat untuk kemajuan PLN.
Demikian, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberi petunjuk dan pertolonganNYA
kepada kita semua agar selalu siap dan mampu menyelesaikan tantangan yang ada guna
memberikan kontribusi terbaik untuk kemajuan Perusahaan tercinta dan untuk kehidupan yang
lebih baik.
KINERJA OPERASI
Ekskursi Mutu Tegangan : 4,35%
Ekskursi Mutu Frekuensi : 9 kali
Fuel Mix (PLN + Sewa + IPP) : 1%
Susut Transmisi : 2,44%
RANGKUMAN
Pengusahaan operasi Sistem Jawa Bali tahun 2015 secara ringkas dapat dirangkum sebagai
berikut:
Beban Puncak
Beban Puncak (BP) Sistem Jawa Bali terjadi pada 05 November 2015, yaitu BP malam
mencapai 24.258 MW pukul 18:00 dengan pertumbuhan 1,50%, sedangkan BP siang mencapai
23.449 MW pukul 13:30 dengan pertumbuhan 2,33%. Faktor beban Sistem 79.28 %, naik
0,87% dari tahun 2014 (halaman 2).
Neraca Daya
Pasokan daya Sistem Jawa Bali 2015 relatif masih cukup untuk melayani kebutuhan beban
konsumen dengan Reserve Margin + 30,65%. Kesiapan pasokan daya ini sedikit menurun
dibanding tahun 2014, karena penambahan pembangkit relatif lebih rendah daripada
pertumbuhan bebannya dan kesiapan pembangkit juga menurun. Tahun 2015, ada 4 kali
(1,1%) kondisi defisit daya, kondisi siaga (cadangan operasi 815 MW) 6 kali (1,6%), dan 355
kali (97,3%) kondisi normal (cadangan operasi 815 MW), termasuk unit pembangkit yang
masuk ke sistem namun belum COD (halaman 20).
Neraca Energi
Energi dari perusahaan pembangkit ke Sistem Jawa Bali 165.993 GWh dengan pertumbuhan
1,11% dan CF 59,79%. Energi ini disalurkan untuk: Pemakaian Sendiri GI P3B-JB 77 GWh
(0,05%), kebutuhan perusahaan pembangkit 903 GWh (0,54%), disalurkan ke PLN Distribusi
160.968 GWh (97,05) dengan pertumbuhan 1,03%, dan susut transmisi 2,44% (turun 0,85%
dibanding susut tahun 2014) (halaman 19).
Transaksi Energi
Transaksi pembelian energi netto dari pembangkit mencapai 165.090 GWh, pertumbuhan
1,0%, dengan biaya pokok produksi sebesar 916,21 Rp/kWh.
Transfer energi ke Distribusi sebesar 160.968 GWh, pertumbuhan 1,03%, dengan biaya
transaksi (average cost) 984 Rp/kWh, kontribusi dari: Dist. Jaya & Tangerang 45.526 GWh
tumbuh 0,57%, Dist. Jabar & Banten 53.425 GWh turun 0,44%, Dist. Jateng & DIY 24.354
GWh tumbuh 4,04%, Dist. Jatim 32.823 GWh tumbuh 1,30%, dan Dist. Bali 4.840 GWh
tumbuh 5,43% (halaman 13).
Kinerja Pembangkit
Faktor kesiapan sistem pembangkit (EAF) secara operasional pada tahun 2015 mencapai
85,59%, lebih tinggi dibanding EAF 2014 (81,40%). PLTU Batubara sebagai pemasok energi
terbesar memiliki tingkat kesiapan tertinggi kelima (82,99%), meningkat dibanding EAF 2014
(75,35%) (halaman 20).
Gangguan Pembangkit
Berdasarkan data aplikasi GAIS P3B Jawa Bali, gangguan unit-unit pembangkit periode 2015
mencapai 5.123 kejadian dengan estimasi energi 26.513 GWh. Jumlah gangguan pembangkit
2015 menurun -2,55% dibanding 2014. Ragam gangguan pembangkit di 2015 terdiri dari FO
(forced outage) 1.359 kali, MO (maintenance outage) 269 kali, FD (forced derating) 3.345 kali,
dan SF (Startup Failure) 150 kali (halaman 23).
Aliran Daya
Aliran daya melalui SUTET 500 kV mengalir dari Jawa bagian Timur ke Jawa bagian Barat.
Transfer daya dari Jawa Tengah ke Jawa Barat tertinggi terjadi pada Oktober 2015 sebesar
3.137 MW dengan rata-rata transfer selama satu tahun sebesar 2397 MW. Untuk mencegah
ekskursi tegangan di wilayah Barat, transfer daya dari Jawa Tengah ke Jawa Barat dimonitor
dan dibatasi agar tidak melebihi dari 2.500 MW pada siang hari dan 2.800 MW pada malam
hari. Aliran daya pada jalur tier-1 untuk evakuasi entitas pembangkit besar (Suralaya,
Muaratawar, Tanjungjati, dan Paiton) pada beban tinggi sudah melebihi SIL sehingga dapat
memperburuk kualitas tegangan, losses, dan optimasi biaya produksi (halaman 26).
Ekskursi Tegangan
Pada periode 2015 terdapat beberapa gardu induk bertegangan diluar toleransi yang
dipersyaratkan dalam Grid Code Jawa Bali. Berdasarkan data rata-rata ekskursi tegangan
selama tahun 2015, pada tegangan 500 kV terdapat 3 GITET (11%) dari total 28 GITET
dengan tegangan terendah di GITET Cibatu (447 kV). Pada level tegangan 150 kV terdapat 16
GI (4%) yang mengalami ekskursi, sebagian besar berada di wilayah barat. Pada level
tegangan 70 kV terdapat 2 GI (2%) mengalami ekskursi yang masih terjadi di wilayah barat
dan timur (halaman 43).
Ekskursi Frekuensi
Selama periode 2015 terjadi penyimpangan frekuensi 53 kali, dibanding periode 2014 (50 kali)
maka terjadi kenaikan 3 kali ekskursi. Ekskursi frekuensi disebabkan oleh fluktuasi beban 9 kali,
gangguan pembangkit 33 kali, gangguan penyaluran 6 kali, dan akibat kodisi sistem defisit 5
kali. Penurunan jumlah ekskursi mayoritas terjadi karena kondisi sistem pembangkitan yang
sebagian besar sudah mengaktifkan Governoor free dan LFC nya, dan kondisi hidrologi pola
basah mendukung penurunan ekskursi (halaman 22).
APB Bali
Beban Puncak tertinggi 808 MW, Rabu 25 November 2015 pukul 19:30, dengan pertumbuhan
3,42% (26,7 MW) terhadap 2014 dan faktor beban 75,84%.
Energi dari Pembangkit 2.725,57 GWh, energi ke Distribusi 4.839,92 GWh dengan
pertumbuhan 5,43%.
Susut transmisi akumulatif 3,30% (165,44 GWh), naik 12,07% dari tahun 2014.
Gangguan penyaluran 45 kali dimana 22 kali diantaranya menyebabkan pemadaman dengan
estimasi energi tak tersalurkan 15.339,10 MWh.
Pembebanan trafo 150/20 kV >80% di tahun 2015 sebanyak 1 unit. Pembebanan trafo
distribusi yang telah mencapai >80% yaitu untuk trafo 150/20 kV sebanyak 37 unit.
Ekskursi tegangan 150 kV terendah 0 kV. Persentasi ekskursi tegangan 2015 sebesar 0%.
SCADA & Tel Jumlah gangguan 240 kali. Gangguan Telesignaling 23 kali, gangguan
Telemetering 6 kali, gangguan RC 18 kali, gangguan RTU 193 kali dan gangguan PLC 0 kali.
Dari 204 kali gangguan, 199 kali gangguan sudah terselesaikan dan 5 kali gangguan belum
terselesaikan.
DAFTAR ISI
EVALUASI OPERASI
SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI 2015
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan ketentuan pada Scheduling & Dispatch Code (SDC) 8.2 dari Aturan Jaringan yang
berlaku, PT PLN (Persero) P2B selaku operator sistem harus menyampaikan laporan evaluasi
pasca operasi sistem tenaga listrik tahunan kepada seluruh pemakai jaringan yang dalam hal ini
berupa Evaluasi Operasi Tahunan (EOT).
EOT ini disusun berdasarkan realisasi operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali 2015 yang menjadi
tanggung jawab PT PLN (Persero) P2B dibandingkan dengan Rencana Operasi Sistem Tenaga
Listrik Jawa Bali 2015 (selanjutnya disebut ROT 2015), realisasi operasi tahun-tahun
sebelumnya, dan acuan-acuan yang berlaku di lingkungan PT PLN (Persero). Laporan ini
diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan terukur tentang kondisi operasi Sistem
Jawa Bali selama 2015 sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
kebijakan pengusahaan Sistem Jawa Bali yang lebih baik.
Bab 1 tentang penjelasan maksud dan tujuan serta point-point masing-masing bab secara
garis besar dari buku Evaluasi Operasi Tahunan.
Bab 3 tentang Energi dan Transaksi meliputi pembelian energi dari pembangkit, rencana -
realisasi produksi, transfer ke distribusi, neraca energi, susut transmisi, dan komposisi
pembangkitan.
Bab 4 tentang sistem pembangkitan meliputi daya mampu netto, neraca daya, indek kinerja
pembangkit, pengusahaan PLTA kaskade Citarum, penyimpangan frekuensi, gangguan
pembangkit, load shedding, dan pemeliharaan pembangkit.
Bab 5 tentang sistem penyaluran meliputi aliran daya saat beban puncak, aset penyaluran,
pembebanan penghantar/trafo, gangguan instalasi penyaluran, kesiapan penyaluran, dan
ekskursi tegangan.
Bab 6 tentang fasilitas pendukung operasi sistem SCADA dan telekomunikasi meliputi kinerja
komputer Master Station, peripheral, Remote Terminal Unit (RTU) dan Link Komunikasi.
Lampiran pada buku Bagian-B Data Evaluasi, berisi rincian data pendukung dan penjelas
uraian pada bab-bab yang dibahas.
2. KONDISI SISTEM
2.1. Beban Puncak Sistem
Beban Puncak (BP) tertinggi Sistem Jawa Bali 2015 mencapai 24.258 MW dengan
pertumbuhan 1,50% (terhadap beban puncak 2015) dan faktor beban 79,28%, terjadi pada
Kamis, 05 November 2015 pukul 18:00. Realisasi BP mencapai 94,5% dari rencana operasi
2015, lihat Gambar 2.1. Untuk BP siang terjadi pada hari Rabu ,tanggal 18 Nov 2015 pukul
13:30 mencapai 23.449 MW dengan pertumbuhan 2,33%.
28,000
25,669
26,000
24,258
23.900
24,000
MW
22,000 22.567
20,000
18,000
16,000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Real 2013 20,517 21,080 21,406 21,673 21,968 21,790 21,295 21,750 22,381 22,567 22,174 22,048
Real 2014 21,807 22,090 22,276 22,974 23,227 23,420 22,487 22,749 23,084 23,900 23,824 22,800
Real 2015 22,375 22,356 22,953 22,893 23,416 23,213 22,336 23,132 23,575 23,895 24,258 23,591
ROT 2015 23,018 23,529 23,952 24,474 24,775 24,891 24,209 24,859 25,329 25,669 25,537 25,180
Growth 2.60% 1.20% 3.04% -0.35% 0.81% -0.88% -0.67% 1.68% 2.13% -0.02% 1.82% 3.47%
Pola pertumbuhan BP bulanan relatif sama seperti tahun sebelumnya, pada periode Tahhun ini
dari bulan januari sampai dengan desember realisasi beban puncaknya dibawah rencana.
Rendahnya BP ini terjadi karena pengaruh kondisi dinamis internal dan eksternal PLN dan
perekonomian di tahun 2015 menurun.
Untuk pertumbuhan beban puncak dari masing-masing APB (beban puncak Diversity) dapat
dilihat pada Tabel 2.2. Pertumbuhan tertinggi dicapai APB Jatim yaitu 5,31%, kemudian
dibawahnya adalah APB Jakarta & Banten 3,87%, APB Jawa Tengah & DIY 3,19%, APB Jawa
Barat 0,73%.
2014 2015
Area
MW % MW %
Jaya & Tangerang 6,477 28.72 6,615 28.71
Jabar & Banten 7,325 32.48 7,381 32.04
Jateng & DIY 3,463 15.35 3,611 15.67
Jawa Timur 4,582 20.31 4,683 20.33
Bali 708 3.14 748 3.25
Sistem Jawa-Bali 22,555 100% 23,040 100%
2013 2014
bersamaan (coincident) masing-masing Distribusi 05 November 2015 jam 18:00
Beban puncak Area
WIB terlihat pada Tabel 2.3. DariMW
total beban%Distribusi sebesar
MW %
23.040 MW, beban Distribusi
Jaya & Tangerang
Jaya Tangerang adalah 6.615 MW6.205
(28,71%),28,63 6.477 Barat 28,72
Distribusi Jawa & Banten 7.381 MW
(32,04%),
Jabar Distribusi
& Banten Jawa Tengah & DIY sebesar
7.032 3.611MW7.325
32,44 (15,67%), 32,48
Distribusi Jawa Timur
4.683 Jateng
MW (20,33%)
& DIY dan Distribusi Bali 748 MW 15,53
3.367 (3,25%). 3.463 15,35
30000
24,258
25000
20000
15000
9,594
10000
5,029
5000
3,822
0 767
00:30
01:30
02:30
03:30
04:30
05:30
06:30
07:30
08:30
09:30
10:30
11:30
12:30
13:30
14:30
15:30
16:30
17:30
18:30
19:30
20:30
21:30
22:30
23:30
SISTEM JAWA BALI APB JKB APB JABAR APB JATENG APB JATIM APB BALI
25000 24258
22357
20000 21,491
15000
10000
8086.82
5000
Karakteristik beban harian sistem Jawa Bali 2015 hampir tidak berubah dibanding dengan
karakteristik beban tahun-tahun sebelumnya, baik karakteristik beban hari kerja maupun hari
libur/Minggu, lihat Gambar 2.4(b). Beban harian dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Hari Kerja: Senin sampai Jumat langgam beban seperti Gambar 2.4(b). Beban puncak siang
tertinggi 23.449 MW yang terjadi pada 18 November 2015 13:30 WIB, sedangkan beban
puncak malam 24.258 MW yang terjadi pada 05 November 2015 18:00 WIB. Kebutuhan MVar
sistem Jawa Bali tertinggi mencapai 8.086 MVar terjadi pada pukul 14:00, dengan kebutuhan
MVar rata-rata hari kerja sebesar 5.205 MVar.
Hari Libur (Sabtu dan Minggu), sebagian konsumen PLN kelompok industri dan bisnis tidak
menggunakan energi listrik sehingga pada hari sabtu lebih rendah sekitar 1.901 MW dan hari
Minggu 2.767 MW dibanding beban puncak hari kerja. Beban sistem hari Sabtu tertinggi
tercatat sebesar 22.357 MW pada 14 November 2015 18:30 WIB dan hari Minggu tertinggi
tercatat sebesar 21.491 MW pada 18 Oktober 2015 18:30 WIB.
30000
Karakteristik beban sistem Jawa
Bali pada hari-hari besar
nasional atau keagamaan
25000 24,258
20000
19,747
19,355
sangat berbeda dibanding
19,202
16,619
beban pada hari-hari biasa (hari
15000
14,691 kerja). Beban puncak pada hari
10000 besar seperti HUT RI, Idul Fitri,
Idul Adha, Natal, Tahun Baru
5000
Dengan rendahnya beban sistem maka dilakukan pengaturan khusus, antara lain: a/.
Pengaturan pembangkit dengan men-standby-kan (RS, reserved shutdown) pembangkit
pemikul beban dasar; b/. Pengaturan Tegangan dengan melepas beberapa ruas penghantar
500 kV, penghantar 150 kV (SUTT/SKTT), mengoperasikan reaktor, mengoperasikan unit-unit
pembangkit dengan power factor leading untuk menyerap daya reaktif. Lihat bahasan operasi
sistem pada hari khusus.
Hari Besar Proklamasi yaitu pada saat peringatan 17 Agustus 2015, beban puncak siang
14.776 MW. Beban puncak malam tercatat 19.202 MW pada pukul 19:00. Pada periode ini,
selisih beban sekitar 5.056 MW lebih rendah dari pada hari kerja.
Idul Fitri 17 Juli 2015, merupakan beban sistem paling rendah selama 2015. Beban Puncak
terjadi pada pukul 18:30 sebesar 14.691 MW dan terendah 9.717 MW pada pukul 09:00.
Idul Adha 24 September 2015, beban sistem terendah kedua setelah periode Idul Fitri
dengan selisih beban sekitar 4.903 MW. BP Idul Adha sebesar 19.355 MW pada 18:30 dan
terendah 13.611 MW pada 07:30, lebih tinggi dari tahun lalu dengan selisih 1.685 MW
Natal 25 Desember 2015, beban puncak sebesar 19.747 MW pada pukul 19:00 dan beban
terendah sebesar 14.697 MW pada pukul 07:00.
Hari Libur Nasional selain hari-hari libur/besar yang telah disebutkan diatas, hari libur
nasional yang lain mempunyai karakteristik serupa dengan hari Minggu termasuk beban puncak
serta beban terendahnya.
Untuk beban per APB pada hari-hari khusus dapat dilihat pada Lampiran 2.1 Langgam beban
Hari Besar APB. PARAMETER
Tabel 2.6: Parameter Operasi Beban Hari Besar 2015 B. Puncak (MW)
B. Terendah (MW)
TAHUN BEBAN
PARAMETER HUT RI IDUL FITRI NATAL
BARU PUNCAK Pertumbuhan (%)
B.PUNCAK (MW) 19.202 14.691 19.747 16946 24.258 L. Factor (%)
B.TERENDAH (MW) 13.611 9.717 14.697 12613 18.589 Energi (GWh)
Pertumbuhan (%) 4.28 3.16 0.65 1.35 1.50
L.Factor (%) 81.07% 79.10% 82.72% 86.33% 87.57%
Energi (GWh) 373.6 278.8 392.0 351.1 509.8 Rentang Tegangan (kV)
Kondisi Saat Beban Rendah Pelepasan SUTET ( kms)
Rentang Tegangan (kV) 473-525 473-522 473-527 474-526 462-525
Pelepasan SUTET (kms) - 687.05 - 275.6 -
Realisasi operasi sistem pada hari-hari besar 2015 berjalan normal dan aman. Sebagian besar
parameter operasi masih dalam batas operasi yang diijinkan. Cadangan operasi di atas 2 unit
terbesar, frekuensi sistem normal, transfer daya tidak melebihi batasan thermal maupun
stabilitas dengan kesiapan pembangkit dan penyaluran tercukupi.
Di antara beban-beban periode hari libur nasional/ keagamaan, beban sistem terendah terjadi
pada Idul Fitri 2015, yaitu 9.717 MW dengan tegangan sisi 500 kV GITET Tanjung Jati
mencapai 522 kV. Tingginya tegangan tersebut disebabkan arus capacitive charging yang besar
dari SUTET, sementara penyerapan MVAr dari pembangkit dan beban rendah.
Dalam keadaan sistem defisit, manajemen energi dapat dilakukan dengan melaksanakan
Manual Load Shedding, Load Curtailment dan Brown Out Lampiran 2.7.
2.7.1. UFR
Unjuk Kerja UFR
Selama tahun 2015 tingkat keberhasilan penyulang UFR mencapai 55% dengan keberhasilan
beban UFR yang dilepas 52%. Lihat Tabel 2.7.1(a) dan Lampiran 2.7.
Secara umum, sepanjang 2015 Sistem Jawa Bali mengalami 109 kali kejadian pemadaman.
Manajemen beban dengan melakukan pelepasan beban secara otomatis akibat kerja UFR
terjadi sebanyak 6 kali dengan ENS/ Energi tidak tersalurkan sebesar 3.9 GWh. Manajement
beban dengan MLS/ Manual Load Shedding terjadi sebanyak 103 kali dengan jumlah ENS
sebesar 30 GWh.
APB JKB APB JBR APB JTD APB JTM APB BLI
Load Total
Shedding Dist_Jaya Dist_Jabar Dist_Jabar Dist_Jateng Dist_Jatim Dist_Bali
MWh MWh MWh MWh MWh MWh MWh Kejadian
UFR 1429.10 302.24 1944.15 121.25 76.49 0.00 3934.07 6
MLS 15052.76 1075.92 5016.47 3419.03 3876.58 1754.50 30195.26 103
LC 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0
BO 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0
Total 16481.86 1378.16 6960.62 3601.12 3953.07 1754.50 34129.33 109
Manajemen beban dengan UFR df/dt belum dapat diterapkan karena belum mendapatkan
setting yang tepat sesuai dengan kebutuhan sistem. Sementara semua target UFR df/dt sudah
terpasang di masing-masing target, menunggu evaluasi terhadap setting UFR yang tepat.
TOTAL
No. OLS/OGS APB Tanggal I.Setting Beban
%
Padam Keberhasilan
[MW]
1 OLS IBT 500 kV Balaraja APB DKI JAKARTA & BANTEN 8-Jun-15 1900 A 65 66.7
2 OLS IBT-1&2 500 kV Bekasi APB DKI JAKARTA & BANTEN 10-Jun-15 1900 A 166 30.8
3 OLS SUTT 150 kV Gandul-Petukangan APB DKI JAKARTA & BANTEN 4-Aug-15 1920 A 299 100.0
4 OLS Cawang Lama-Depok baru APB DKI JAKARTA & BANTEN 18-Aug-15 525 A 78 100.0
5 OLS IBT-3,4 500/150kV Bekasi APB DKI JAKARTA & BANTEN 5-Sep-15 1900 A 84 100.0
6 OLS IBT-1,2 500/150kV Bekasi APB DKI JAKARTA & BANTEN 26-Oct-15 1900 A 43 100.0
7 OLS IBT-1,2 500/150kV Cibinong APB DKI JAKARTA & BANTEN 1-Dec-15 1900 A 319 74.0
8 OLS IBT-1,2 500/150kV Cibinong APB DKI JAKARTA & BANTEN 2-Dec-15 1900 A 213 17.0
Sub Total 1267 73.6
9 OLS IBT - 1,2 CIRATA APB JABAR 17-Dec-15 1900 A 191 100.0
Sub Total 191 100.0
10 OLS KLBKL - BMAYU APB JATENG & DIY 4-Jan-15 664 A 228.5 100.0
11 OLS TJATI - JPARA APB JATENG & DIY 13-Jan-15 992 A 692 100.0
12 OLS TJATI - JPARA APB JATENG & DIY 30-May-15 992 A 0 100.0
13 OLS IBT 1-2 UNGAR APB JATENG & DIY 7-Jul-15 1900 A 230.91 100
14 OLS IBT 1-2 PEDAN APB JATENG & DIY 21-Sep-15 1877 A 328.16 99.9
Sub Total 1479.57 100.0
15 OLS SUTT 150kV Waru - Rungkut 1 APB JATIM 5-Jan-15 1500 A 32 66.7
16 OLS SUTT 150kV Waru - Rungkut 2 APB JATIM 10-Jan-15 1501 A 49.45 100.0
17 OLS SUTT 150kV Mojoagung - Banaran 2 APB JATIM 27-Jan-15 760 A 19.5 100.0
18 OLS SUTT 150kV Tandes - Perak APB JATIM 28-Jan-15 900 A 144 100.0
19 OLS PHT 150 KV Waru - Rungkut 1/2 APB JATIM 18-Mar-15 1500 A 33.54 100.0
20 OLS SUTT 150kV Banyuwangi - Jember APB JATIM 10-Jun-15 800 A 30 100.0
21 OLS IBT-4 150/70 kV 35 MVA APB JATIM 26-Oct-15 316 A 38.13 100.0
22 OLS SUTT 150kV Perak - Ujung 1 APB JATIM 3-Nov-15 800 A 16 100.0
23 OLS IBT-2 500/150kV-500 MVA Grati APB JATIM 28-Nov-15 1900 A 50.23 71.4
Sub Total 412.85 93.1
24 OLS Bwngi - Glnuk 1,2,3,4 APB BALI 14-Jan-15 560 A 89.76 100.0
25 OLS Bwangi 1 APB BALI 26-Apr-15 560 A 79.82 96.3
26 OLS GLNUK - Ngara 1 APB BALI 28-Apr-15 600 A 45.66 100.0
27 OLS BWANGI-GLMNUK 3&4 APB BALI 6-Sep-15 560 A 45.7 100.0
28 OLS BWANGI-GLMNUK 1&3 APB BALI 24-Oct-15 560 A 130.6 62.9
29 OLS BWANGI-GLMNUK 1 Penghantar APB BALI 10-Dec-15 560 A 149.21 100.0
Sub Total 540.75 93.2
Total 7241.59 89.5
Untuk menghindarkan sistem mengalami blackout atau padam total. Karena apabila sistem
bertahan dalam beberapa subsistem (island kecil), maka untuk penormalan akan lebih cepat
dan lebih mudah.
Jika Island Operation berhasil maka:
beberapa daerah tertentu masih mendapat pasokan daya listrik dan
proses pemulihan diharapkan dapat berjalan lebih lancar
Sepanjang tahun 2015 tidak ada Island Operation yang bekerja.
50,500
50,000
49,708
49,500
49,000
48,500 48,660
48,000
47,500
10:57:23
10:57:52
10:58:20
10:58:49
10:59:17
10:59:46
11:00:14
11:00:43
11:01:11
11:01:40
11:02:08
11:02:37
11:03:05
11:03:34
11:04:03
11:04:31
11:05:00
11:05:28
11:05:57
11:06:25
11:06:54
11:07:22
11:07:51
11:08:19
11:08:48
11:09:17
11:09:45
11:10:14
11:10:42
11:11:11
11:11:39
11:12:08
11:12:36
11:13:05
11:13:33
Gambar 2.7.4: Ekskursi Frekuensi 13 Januari 2015
Untuk Defence Scheme Wilayah Barat, beban padam karena UFR sebesar 1.576,33 MW dengan
energi tidak tersalurkan sebesar 3.402,65 MWh.
Defence Scheme subsistem Tanjung Jati, sehubungan IBT-3 GITET Ungaran dan PLTU
Rembang Unit 1 & 2 trip mengakibatkan beban SUTT Tanjungjati - Jepara 1,2 naik melampaui
setting OLS sehingga OLS tahap 1 kerja, membuka Pmt 150 kV Sayung 1 & 2 di GI Kudus. Di
GI Purwodadi PMT 150 kV Kudus 2 di trip rele kerja OCR. Mengakibatkan GI Sayung,
Tambaklorok, Pandeanlamper, Srondol, Simpanglima, Kalisari, Krapyak Bus-1, Pudakpayung,
Ungaran Bus-2, Mranggen, Purwodadi, Kedungombo, Jelok, Bringin, Mojosongo, Banyudono,
Jajar Bus-1 hilang tegangan total beban padam 692 MW, ENS 3.428 MWh.
Defence Scheme subsistem Pedan, PLTU Pacitan Unit-1 (298 MW) trip tidak ada rele kerja dan
IBT-2 GITET Pedan keluar dalam rangka pekerjaan terencana sehingga mengakibatkan beban
IBT-1 GITET Pedan naik ke 1838 A dan dilakukan Manual Load Shedding di GI Palur Trafo 1,
Sragen Trafo 1 & 2, Wonogiri Trafo 2, Wonosari Trafo 3 total beban padam 110 MW, ENS 471
MWh.
Sedangkan untuk Defence Scheme subsistem Ungaran, sehubungan PLTGU Tambaklorok Unit-6
(memasok SS Ungaran) dan PLTU Cilacap Unit-1 turun beban mengakibatkan OLS IBT 1 & 2
GITET Ungaran tahap 1 kerja melepas Pmt 150 kV Randugarut 1 & 2 di GI Krapyak dan Pmt
150 kV Kopel posisi open (GI Pemalang operasi 1 bus untuk melayani pekerjaan penggantian
pole Pmt fasa T Pekalongan 2 di GI Pemalang). Terjadi drop tegangan di wilayah Pantura maka
dilakukan MLS di GI Pemalang Trafo 2, Pekalongan Trafo 2, Batang Trafo 2 & 3, Weleri Trafo 2,
Kaliwungu Trafo 1 & Randugarut Trafo 1 total beban padam 181 MW, ENS 512 MWh.
Setelah dilakukan investigasi penyebab gangguan diketahui pada SUTET 500 kV Ungaran -
Mandirancan 1 antara tower no. 425 - 426 terkena pohon tumbang akibat angin kencang dan
cuaca hujan lebat.
Rekor Terkini
No Gangguan Keterangan
(hari) (hari)
1 Gangguan Black out >50% 6,623 6,837 Terakhir terjadi pada 13 Apr 1997
2 Gangguan Besar 15% s/d 50% 1,475 1,080 Terakhir terjadi pada 15 Jan 2013
3 Gangguan Sedang 5% s/d 15% 810 327 Terakhir terjadi pada 6 Des 2015
4 Gangguan Kecil <5% 10 3 Terakhir terjadi pada 23 - 25 Apr 2015
Rekor Operasi (RO) tidak terjadi gangguan yang berakibat pemadaman beban konsumen dapat
klasifikasi 4 jenis RO: 1). RO tanpa padam >50% terhadap beban sistem Jawa Bali (gangguan
black out). 2). RO tanpa padam >15% terhadap beban sistem Jawa Bali (gangguan besar).
3). RO tanpa padam >5% terhadap beban sistem Jawa Bali (gangguan sedang). 4). RO tanpa
padam <5% terhadap beban sistem Jawa Bali (gangguan kecil).
Hingga 31 Desember 2015:
1) RO tanpa gangguan black out: 6.837 hari, terakhir terjadi Minggu 13 April 1997 gangguan
SUTET Suralaya-Gandul.
2) RO tanpa gangguan besar: 1.475 hari, terakhir terjadi Selasa 15 Januari 2013 pukul 10:52
WIB gangguan Gangguan Busbar B 150 kV di GI Paiton (short circuit diantara CT 5B1 dan
CB 5B1 ke tanah), gangguan tersebut mengakibatkan pemadaman beban konsumen
sebesar 3050,57 MW atau 16,3% dari beban sistem Jawa Bali (18.685 MW), sedangkan RO
tanpa gangguan besar tahun 2015 adalah 1.080 hari.
3) RO tanpa gangguan sedang: 810 hari, terakhir terjadi Rabu 9 Oktober 2013 pukul 20:50
WIB Gangguan IBT #2 500/150 kV 500 MVA GITET Cibinong. Penyebab gangguan bushing
sisi 500 kV dan 150 kV IBT #2 Cibinong fasa S meledak, mengakibatkan pemadaman beban
konsumen 1548 MW setara 7% dari beban sistem Jawa Bali (21.791 MW), sedangkan RO
tanpa gangguan sedang tahun 2015 adalah 327 hari.
4) RO tanpa gangguan kecil: 10 hari, sedangkan pada tahun 2013 RO tanpa gangguan kecil
tercapai 3 hari pada tanggal 23 s.d 25 April 2015 tidak ada gangguan berakibat pemadaman
konsumen, lihat di Tabel 2.8.
Pembangkit-pembangkit lain yang seharusnya sudah Commercial Operating Date (COD) di grid
sistem Jawa Bali pada 2015 adalah PLTU Tanjung Awar-awar unit 2, PLTU Adipala dan PLTU
Cilacap Expansion, namun dikarenakan kendala teknis dan administratif menyebabkan
keterlambatan operasi komersil unit-unit tersebut.
2.9.2. Penyaluran
Pada instalasi penyaluran terdapat penambahan Gardu Induk, Trafo, dan Penghantar. Untuk
data penambahan Gardu Induk (termasuk KTT) seperti pada tabel berikut ini:
1 DKI Jak & Banten GIS 150 kV Asahi Baru 01 April 2015
2 DKI Jak & Banten GI 150 kV Semen Jawa 10 Juli 2015
3 DKI Jak & Banten GI 150 kV Bayah 01 November 2015
4 DKI Jak & Banten GIS 150 kV Pelindo II 29 Desember 2015
5 Jawa Barat GIS Braga 13 Mei 2015, Jam. 16:30
6 Jawa Barat GI KTT Suzuki 24 Agustus 2015, Jam. 13:38 Konsumen Tegangan Tinggi
7 Jawa Barat GI Cileungsi 26 Agustus 2015, Jam. 22:50
8 Jawa Barat GI Mulya Keramik 27 September 2015, Jam. 19:54 Konsumen Tegangan Tinggi
9 Jawa Barat GI Indo Liberty 14 Oktober 2015, Jam. 21:58 Konsumen Tegangan Tinggi
10 Jawa Tengah GITET kesugihan 05- Juli -2015
11 Jawa Tengah GI TET Adipala 29- Sept -2015 Jam 09:05.
12 Jawa Timur GI Sidoarjo 27 Des 2015 Baru
Adapun untuk penambahan Trafo (KTT) dan penghantar rinciannya bisa dilihat pada Lampiran
5.13, masing-masing Area sebagai berikut:
A. Penambahan Trafo
TRAFO (UNIT)
NO AREA (APB)
500/150 kV 150/70 kV 150/20 kV 70/20 kV
1 DKI Jakarta & Banten 1 15
2 Jawa Barat 2 10 3
3 Jawa Tengah 13
4 Jawa Timur 2 8 1
5 Bali 8
Total 3 2 54 4
B. Penambahan Transmisi
TRANSMISI (SIRKIT)
NO AREA (APB)
500 kV 150 kV 70 kV
1 DKI Jakarta & Banten 10
2 Jawa Barat 14
3 Jawa Tengah 1 2
4 Jawa Timur 2
5 Bali 2
Total 1 30 0
17,000
16,000
15,000
14,000
GWh
13,000
12,000
11,000
10,000
Jan Feb Mar Ap r Mei Jun Jul Ag s Sep Okt No v Des
ROT 2015 14,150 13,182 14,817 14,642 15,117 14,907 13,632 14,960 15,209 16,004 15,404 15,596
REAL 2015 13,583 12,202 13,949 13,612 13,996 13,932 12,648 14,175 14,072 14,912 14,615 14,294
REAL 2014 13,154 12,193 13,741 13,551 14,101 13,940 12,990 13,620 13,903 14,766 14,119 14,087
REAL 2013 12,544 11,751 13,114 13,066 13,533 12,961 13,364 11,848 13,408 13,967 13,335 13,508
16000 250
14000
200
12000
10000
150
GWh
GWh
8000
100
6000
4000
50
2000
0 0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Non BBM 13391 12001 13761 13407 13799 13734 12476 14134 14060 14752 14563 14254
BBM 192 201 188 205 198 199 172 42 12 160 52 41
Gambar 3.1(b):Produksi Energi Bulanan 2015 Per Kelompok BBM dan Non BBM
Dibandingkan dengan produksi energi 2014, ada beberapa pembangkit non BBM yang
mengalami penurunan, yaitu pembangkit tenaga air sebesar 15,50%, pembangkit gas bumi
sebesar 2,15%, LNG 6,76%.
Tabel 3.1(a): Produksi per Energi Primer 2015
Penurunan signifikan terjadi pada
Real 2015 ROT 2015 Real 2014 Tumbuh
ENERGI PRIMER
[GWh] [GWh] [GWh] [%]
pembangkit HSD, yakni turun sebesar
PLTA 6,007 6,921 7,109 -15.50% 66,10%. Hal ini terkait dengan
PLTP 8,417 8,748 8,452 -0.42%
masuknya unit pembangkit PLTU
Batubara 107,720 112,067 101,948 5.66%
BBG 32,293 32,751 33,003 -2.15%
Celukan bawang yang dapat
LNG 9,260 11,883 9,932 -6.76% menurunkan konsumsi BBM di Bali.
CNG 634 2,409 511 24.01%
Kontribusi produksi dari unit-unit
Jml. Non BBM 164,331 174,781 160,956 2.10%
MFO 763 1,106 559 36.54%
pembangkit berdasarkan jenis energi
HSD 899 1,734 2,652 -66.10% primernya ditunjukkan pada Gambar
Jml. BBM 1,662 2,840 3,211 -48.25%
3.1(c), Tabel 3.1(a), Tabel 3.1(b)
Sistem 165,993 177,621 164,167 1.11%
dengan uraian sebagai berikut:
Energi minyak dibangkitkan oleh PLTG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron, PLTD
Pesanggaran, PLTD Sewa Pesanggaran.
Energi gas alam, terdiri dari gasbumi, CNG dan LNG dibangkitkan oleh PLTGU Cilegon,
PLTGU Priok, Priok blok 3. PLTU Muarakarang 4-5, PLTGU Muarakarang Blok 1, Repowering
M.Karang Blok 2, PLTU Gresik 1-4, PLTGU Gresik Blok 1-3, PLTG Muaratawar blok 3-4, PLTGU
Muaratawar Blok 1-2, PLTGU Grati Blok 1-2, PLTGU Cikarang Listrindo dan PLTGU Muaratawar
Blok 5.
Energi panas bumi dibangkitkan oleh PLTP Kamojang 1-3, PLTP Kamojang 4, PLTP Drajat 1,
PLTP Drajat CGI 2-3, PLTP Gunung Salak 1-3, PLTP Gunung Salak DSPL 4-6, PLTP Wayang
Windu 1-2, PLTP Dieng, PLTP Patuha dan PLTP Kamojang 4 .
Energi air dibangkitkan oleh PLTA Saguling, Sutami, Cirata, Jatiluhur, Brantas, Mrica dan
seluruh PLTA skala kecil milik PJB dan IP yang tersebar di APB I sampai APB IV.
Realisasi beban puncak dan konsumsi energi 2015 lebih rendah dibanding ROT. (lihat
pembahasan beban puncak pada Bab 2.1).
(2,70%) hal ini diakibatkan meningkatnya ketidaksiapan pembangkit di wilayah barat sehingga
menyebabkan transfer tinggi dan kesiapan pasokan MVAR yang tidak memadai. Sementara itu,
susut transmisi terendah terjadi pada Februari 2015 (2,16%).
Untuk mengendalikan susut transmisi diperlukan usaha-usaha jangka pendek dan panjang,
diantaranya dengan mengupayakan capacity balance (keseimbangan antara supply dan
demand) di masing-masing area, penguatan jaringan transmisi dan trafo, pemasangan
kapasitor di sistem tegangan tinggi untuk mengatasi tegangan rendah, peningkatan akurasi
pengukuran energi dengan meter elektronik dan kelas CT/PT sesuai standar pengukuran, serta
pemantauan susut online (harian/jam).
Tingkat pertumbuhan konsumsi tertinggi terjadi di Distribusi Bali 15,09% karena peningkatan
konsumen medium yang bergerak di sektor pariwisata khususnya di daerah timur Bali, diikuti
Distribusi Jateng dan DIY sebesar
Jaya & 12,04%, Distribusi Jawa Timur
Bali, 3.01%
Jawa
Timur,
Tangerang, 7,25%, Distribusi Jaya dan
28.28%
20.39% Tangerang 4,08% dan yang
terendah Distribusi Jabar &
Banten 3,41%.
Jabar &
Banten,
Tabel 3.4.1, Gambar 3.4.1, dan
33.19%
Jateng & Lampiran 3.4 yang menunjukkan
DIY
konsumsi energi masing-masing
15.13%
distribusi. Distribusi Jawa Barat
Gambar 3.4.1: Prosentase Energi Per Distribusi 2015 dan Banten merupakan konsumen
terbesar yaitu 53.425 GWh atau
mencapai 33,19% dari total Jawa Bali hal ini dikarenakan wilayah Barat didominasi konsumen
sektor industri dan komersial, diikuti Distribusi Jaya dan Tangerang 28,28%, Jawa Timur
20,39%, Jawa Tengah dan DIY 15,13%, dan terakhir Distribusi Bali 3,01%.
Average Cost
Bulan Energi (kwh) Fuel Cost (Rp/Kwh) Var Cost (Rp/Kwh) BPP (Rp/kwh)
(Rp/Kwh)
Jan 13,582,744,154 570 577 836.26 901.70
Feb 12,202,028,571 552 559 866.93 932.52
Mar 13,949,485,700 532 539 828.66 892.15
Apr 13,612,065,934 524 530 801.02 863.20
Mei 13,996,384,823 538 545 834.19 896.97
Juni 13,932,460,466 542 549 837.92 895.97
Juli 12,648,017,487 558 565 884.18 950.88
Agustus 14,175,383,396 549 555 837.15 910.93
September 14,072,122,581 555 561 862.86 928.45
Oktober 14,912,346,870 575 581 891.83 958.82
November 14,615,665,233 552 559 870.23 934.34
Desember 14,294,210,861 537 543 861.48 928.58
Jan - Desember 165,992,916,076 549 555 851.04 916.21
1000 BIAYA
KELEBIHAN
ENERGI BEBAN
KVARH KELEBIHAN TOTAL BIAYA AC
NO DISTRIBUSI TOTAL KOINSIDEN
800 (Cos < 0,9) BIAYA ENERGI KVARH BIAYA BEBAN
(Cos < 0,9)
Rp/Kwh
GWh MVArh MW Milyar Rp. Juta Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Rp/kWh
600
1 Jaya dan Tangerang 45,526 30,580 6,616 30,723 15,290 13,733 44,472 977
2 400
Jawa Barat & Banten 53,425 194,554 7,381 35,992 97,277 15,798 51,887 971
3 Jawa Tengah & Yogya 24,354 17,361 3,716 16,705 8,681 7,901 24,615 1,011
200
4 Jawa Timur 32,823 107,889 4,818 22,265 53,944 10,170 32,488 990
60,000 1,020
50,000 1,010
1,000
40,000
990
Rp/Kwh
30,000
GWh
980
20,000
970
10,000 960
0 950
Jawa Jawa
Jaya dan Jawa
Barat & Tengah & Bali
Tangerang Timur
Banten Yogya
Transfer Energi 45,526 53,425 24,354 32,823 4,840
AC 977 971 1,011 990 1,011
90.00%
86.00%
82.00%
%
78.00%
74.00%
70.00%
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Jaya dan Tangerang 84.85% 82.37% 83.54% 85.68% 83.02% 85.91% 78.12% 82.55% 87.54% 85.56% 84.38% 82.64%
Jawa Barat & Banten 84.85% 85.00% 87.46% 87.32% 85.33% 87.71% 78.62% 84.23% 87.57% 88.30% 87.32% 85.76%
Jawa Tengah & Yogya 75.96% 78.00% 75.31% 78.12% 78.98% 79.53% 73.31% 78.26% 81.39% 81.46% 81.75% 76.51%
Jawa Timur 81.66% 80.37% 80.97% 82.24% 80.44% 83.65% 76.83% 82.38% 82.19% 84.98% 87.17% 79.68%
Bali 78.70% 89.50% 74.59% 77.88% 78.05% 77.32% 77.48% 77.83% 78.25% 79.31% 81.43% 79.28%
Distribusi JB 82.53% 82.30% 82.61% 84.01% 82.42% 84.72% 77.20% 82.24% 85.18% 85.47% 85.38% 81.89%
90.00%
85.00%
80.00%
75.00%
70.00%
65.00%
Jaya dan Jawa Barat & Jawa Tengah
Jawa Timur Bali Distribusi JB
Tangerang Banten & Yogya
2012 80.70% 81.97% 74.55% 78.82% 71.91% 79.55%
2013 84.70% 77.30% 73.71% 78.58% 71.87% 77.73%
2014 79.15% 83.63% 76.49% 80.46% 73.11% 80.26%
2015 78.56% 82.62% 74.82% 77.77% 73.33% 78.92%
Tabel 3.5 : Neraca Energi Sistem Jawa Bali 2015 Jumlah penerimaan dari seluruh
2015 2014 Tumbuh
pembangkit sebesar 165.993 GWh (I);
No Uraian
GWh % GWh % (%)
jumlah untuk keperluan pemakaian
I Jumlah Penerimaan 165.993 100,00% 164.167 100,00% 1,11%
sendiri GI (Gardu Induk) di seluruh Jawa
I.1 Pembangkit PLN 124.718 75,13% 124.604 75,90% 0,09%
I.2 Pembangkit Non PLN 41.275 24,87% 39.563 24,10% 4,33% Bali sebesar 77 GWh (II, yaitu 0,05%);
II Pemakaian Sendiri 77 0,05% 74 0,05% 3,95% selisih dari I dan II adalah energi yang
III Siap Disalurkan 165.916 99,95% 164.092 99,95% 1,11%
siap disalurkan (III) yaitu total energi
IV Total Transfer Netto 161.871 97,52% 160.014 97,47% 1,16%
IV.1 Distribusi Jawa Bali 160.968 96,97% 159.331 97,05% 1,03% yang disalurkan ke distribusi di Jawa Bali
IV.2 Pembangkit PLN 640 0,39% 588 0,36% 8,86% ditambah transfer ke pembangkit-
IV.3 Pembangkit Non PLN 263 0,16% 95 0,06% 178,55%
pembangkit (dalam setelmen
V Susut Transmisi 4.044 2,44% 4.079 2,48% -0,85%
4. PEMBANGKITAN
4.1. Daya Mampu Netto (DMN) Pembangkit
Daya Mampu Netto (DMN) pembangkit adalah
daya mampu maksimum netto pembangkit yang
memasok sistem (setelah dikurangi pemakaian
sendiri dan lainnya), sesuai dengan kontrak jual-
beli. DMN Sistem Jawa Bali yang beroperasi
hingga akhir 2015 adalah 31.694 MW, bertambah
317 MW (1,01%) dibanding 2014. Penambahan
ini terdiri dari 16 unit baru yang masuk ke
(a)
jaringan sistem Jawa Bali yaitu PLTU Celukan
Bawang #1 - #3 (IPP), PLTP Kamojang #5 (IPP),
dan PLTDG Pesanggaran #1 - #12 (IP).
%
60,00 Pada tahun ini ada unit-unit pembangkit yang
terlambat operasi komersil dari jadwal ROT 2015
50,00
40,00
30,00 yaitu PLTU Tanjung Awar-awar #2, PLTU Adipala
20,00
10,00 dan PLTU Cilacap Expansion.
0,00
BATUBARA GAS HIDRO BBM PANAS
BUMI
Rekapitulasi DMN 2015 selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 4.1 dan Lampiran 4.1.
(b)
Gambar 4.1. DMN Pembangkit Sistem Jawa Bali
2015; (a). Per Pemilik dan (b). Per Jenis Energi
Primer
4.000
secara sistem. Pada Lampiran 4.3 dapat dilihat tabel dan grafik realisasi Neraca Daya sistem dan
Sub-Sistem Jawa Bali 2015, dan untuk per APB pembebanan per sub sistem bisa dlihat pada
Lampiran 4.8.
Rincian rencana dan realisasi pengusahaan operasi waduk Citarum 2015 dapat dilihat pada
Tabel 4.4 dan Lampiran 4.4.
Realisasi air masuk rata-rata pada
Tabel 4.4: Pengusahaan Waduk Seri Citarum 2015
ketiga waduk mencapai 89,6% dari
Air Masuk Air Keluar Produksi TMA Akhir
Waduk
ROT sehingga produksi total PLTA
Real Real Real Real
(m3/det)
%
(m3/det)
%
(GWh)
%
(m.dpl)
% mencapai 3.977 GWh (87% ROT),
Saguling 80.4 93.1% 76.9 85.8% 2,219.1 97.7% 631.7 99.9% dengan rincian: PLTA Saguling 2.219
GWh (97,7% ROT), PLTA Cirata
Cirata 140.2 85.7% 143.3 89.2% 1,210.4 93.0% 208.8 99.5%
1.210 GWh (93,0% ROT), dan PLTA
Ir Juanda 162.3 91.5% 155.3 84.7% 547.0 54.8% 94.3 100.2%
Jatiluhur 547 GWh (54,8% ROT).
Total 382.9 89.6% 375.5 86.6% 3,976.6 87.0% 934.7 99.9% Tinggi Muka Air waduk ketiga waduk
Rata-Rata 127.6 89.6% 125.2 86.6% 1,325.5 87.0% 311.6 99.9%
pada akhir tahun (Desember 2015)
diarahkan ke pola normal dengan
Catatan : % = nilai persentase realisasi terhadap rencana
harapan dapat mengantisipasi
kemungkinan curah hujan yang besar pada semester I dan curah hujan yang kecil pada
semester II tahun berikutnya.
REALISASI SPK
Penyimpangan frekuensi yang mengakibatkan pemadaman beban dapat dilihat pada Tabel 4.5
dibawah ini:
Frekuensi terendah sepanjang 2015 mencapai 48,654 Hz pada 13 Januari 2015. pukul 10:57:29
karena Gangguan Transmisi T.425-426 MDRCN 1 terkena pohon, mengakibatkan SUTET
PEDAN-TASIK 1,2 & UNGAR-MDCAN 1,2 trip, APB 3-4 terpisah dgn APB 1-2 serta berakibat
pada SS TJATI (IBT 3 GITET Ungaran dan PLTU Rembang unit 1 & 2 sebesar 591 MW trip), SS
PEDAN (PLTU Pacitan unit 1 trip pada beban 298 MW), SS UNGAR (PLTGU Tambaklorok unit 6
derating dari 70 menjadi 19 MW dan PLTU Cilacap unit 1 derating dari 280 menjadi 113 MW)
dengan beban padam mencapai 1576.3 MW, Sedangkan penyimpangan frekuensi tertinggi
mencapai 50,634 Hz pada 06 Desember 2015 pukul 16:22:11 karena terjadi gangguan di PMT
150 kV SEKSI 1 & PMT 150 kV PTKNG 1 & 2 trip di GI Gandul.
(a)metode statistik
(b)metode grid
Gambar 4.5: Sebaran Frekuensi 2014 dan 2015
Sebaran dan ekskursi frekuensi tahun ini lebih baik dari 2014. Pada gambar 4.5(a) dapat dilihat
bahwa frekuensi normal pada 2015 mencapai 95,6%, sedangkan 2014 hanya 93,7%.
Sementara jumlah ekskursi frekuensinya naik dari 50 kali pada tahun 2014 menjadi 53 kali di
tahun 2015 diakibatkan adanya defisit di sistem pembangkit jawa bali . Meningkatnya kualitas
frekuensi (sebaran dan ekskursi) ini terjadi karena komitmen bersama dari semua pengelola
pembangkit, P3B-JB, dan PLN kantor pusat untuk meningkatkan keaktifan free governor dan
LFC (load frequency control), serta optimasi PLTA terkait kondisi hidrologi pada pola basah.
Data penyimpangan frekuensi 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.5, dan secara lengkap pada
Lampiran 4.5.
Pada tahun 2015, dilakukan penggantian sususan organisasi kepengurusan working group, lalu
dilakukan metoda RCAPS (Root Cause Analysis Problem Solving) untuk mengidentifikasi kendala
aktivasi pembangkit yang masih belum aktif free gov. Melalui metoda RCAPS ini, persentase
keaktifan free governor kit SJB naik dengan signifikan, dimana aktif berubah dari 51% menjadi
67%, lalu non aktif dari 49% turun signifikan ke 33%.
2. Disamping pemeliharaan preventif (PO), terdapat 124 unit pembangkit yang terpaksa
harus menjalani pemeliharaan korektif (MO) karena mengalami gangguan. Kondisi ini
secara sistem mengurangi daya mampu pasok pembangkit dan mengurangi fleksibilitas
pengoperasian pembangkit. Untuk ini perlu ada perhatian yang lebih baik terhadap
pemeliharaan pembangkit (terutama durasi dan ketepatan waktu), agar kejadian
semacam ini dapat berkurang pada periode selanjutnya.
12
8
Pada tahun ini ada beberapa
6
4
pembangkit yang mengalami FO
2 dengan durasi lebih dari 1 bulan,
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES yaitu PLTU Labuan #2 (194 hari),
2012 0 0 16 0 0 7 0 0 0 7 1 3
2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTU Lontar #1 (92 hari), PLTU
2014
2015
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pacitan #2 (59 hari), PLTU Lontar
#3 (52 hari), PLTU Indramayu #1
Gambar 4.8: Hari Tanpa FO PLTU Batubara 2012-2015 (46 hari), PLTU Pelabuhan Ratu #2
(41 hari), PLTU Indramayu #2 (38 hari), PLTU Tanjung Awa-awar #1 (37 hari). Dengan
semakin tingginya jumlah hari FO PLTU batubara maka potensi produksi dengan BBM dan
bahan bakar yang relative lebih mahal akan semakin besar.
5. PENYALURAN
5.1. Aliran Daya 500 kV dan Area
Aliran daya di Sistem Jawa Bali pada umumnya mengalir dari Timur ke Barat diwakili oleh
transfer dari APB Jawa Tengah dan DIY - APB Jawa Barat dengan transfer tertinggi sebesar MW
dan rata-rata transfer selama tahun 2015 sebesar 2.397 MW. Selengkapnya lihat Gambar 5.1.
dan Tabel 5.1.
Transfer 2015
3400
3000 2963
2874
2888 2920 2912
2800 2877
2811
2611 2697
2600
2565
2400
AUG
OCT
JAN
SEP
FEB
JUN
NOV
DEC
JUL
APR
MAR
MAY
Transfer dari APB Jawa Barat ke APB Jakarta dan Banten pada tahun ini melebihi transfer
tertinggi dari APB Jawa Tengah dan DIY ke APB Jawa Barat, hal ini terjadi pada tanggal 23 Juni
2015 saat ada gangguan pasokan gas NR di Muarakarang sehingga Area Jakarta dan Banten
membutuhkan lebih banyak tambahan pasokan transfer.
Transfer daya dari APB Jawa Timur ke APB Jawa Tengah (SUTET KrianNgimbang-Ungaran dan
Kediri-Pedan) mencapai 1.390 MW, transfer dari APB Jawa Tengah ke APB Jawa Barat (SUTET
Ungaran-Mandirancan dan Pedan-Tasik) mencapai 2.070 MW dan transfer dari APB Jawa Barat
ke APB JKT & Banten (Saguling-Cibinong,Muaratawar-Cibinong, Muaratawar-Cawang, Tasik-
Depok) mencapai 783 MW. Sedangkan pada saat beban puncak tahun ini terjadi reverse
transfer dari Bali ke Jawa Timur mencapai 53 MW.
Gambar 5.1.1 : Aliran Daya Saat Beban tertinggi 5 November 2015 pukul 18:00 WIB
Hal yang perlu lebih diperhatikan adalah kondisi-kondisi yang berpotensi menimbulkan
kerawanan sistem seperti pada saat tanggal 26 Oktober 2015 pukul 13:30 transfer pada saat
itu mencapai 2.979 MW dengan tegangan terendah pada GITET MANDIRANCAN sebesar 441
kV, GITET CAWANG 442 kV, GITET CIBATU 447 kV, GITET BEKASI 450 kV sedangkan aliran
daya untuk masing-masing APB bisa dilihat pada Lampiran 5.1.
Gambar 5.1.2: Aliran Daya saat BP Siang 18 November 2015 pukul 13:30 WIB
Transfer daya Sistem Jawa Bali saat beban terendah berbeda dengan transfer daya pada hari
biasa. Transfer daya pada umumnya mengalir dari arah timur ke arah barat, sedangkan yang
terjadi pada saat beban terendah adalah kebalikanya, yaitu dari arah barat ke arah timur.
Transfer daya dari APB Jawa Barat ke APB Jakarta dan Banten mencapai 346 MW, transfer dari
APB Jawa Barat ke APB Jawa Tengah mencapai 497 MW dan transfer dari APB Jawa Tengah ke
APB Jawa Timur mencapai 343 MW. Sedangkan transfer dari Jawa Timur ke Bali mencapai 238
MW. Pada periode ini, nilai transfer antar APB relatif rendah dan berbeda dengan arah transfer
pada umumnya(Timur ke Barat) menjadi (Barat ke Timur), dikarenakan periode hari khusus
keagamaan, yang membutuhkan keandalan sistem dengan menjaga keseimbangan pasokan
yang sudah disesuaikan dengan merit masing-masing pembangkit.
5.1.4. Aliran Daya saat transfer tertinggi 2015
Aliran Daya Sistem Jawa Bali saat transfer tertinggi terjadi pada 23 Oktober 2015, pukul 23:30
WIB. Dengan beban puncak sistem sebesar 19.944 MW, dimana transfer tertinggi antara APB
Jawa Tengah ke APB Jawa Barat mencapai 3.137 MW dan tegangan terendah di GITET
Mandirancan sebesar 464 kV.
Profil tegangan sistem Jawa Bali dipengaruhi oleh komposisi pembangkit yang dominan berada
diwilayah timur (APB Jawa Timur dan Jawa Tengah) ke pusat beban yang tinggi diwilayah barat
(APB Jakarta dan Banten dan APB Jawa Barat). Tegangan terendah dominan terjadi di wilayah
barat, seperti di GITET Mandirancan yang mencapai 464 kV, GITET Cibatu yang mencapai 471
kV, GITET Balaraja yang mencapai 472 kV, apabila transfer dari wilayah Timur ke Barat (SUTET
Ungaran-Mandirancan sirkit 1&2 dan SUTET Pedan-Tasik sirkit 1&2) > 3000 MW, sedangkan
tegangan tertinggi juga terjadi di wilayah barat (GITET Suralaya) yang mencapai 512 kV.
Nilai transfer daya dari wilayah Timur ke wilayah Barat yang relatif tinggi dapat menyebabkan
tegangan di wilayah Barat menjadi sangat rendah, hal ini disebabkan beberapa faktor
diantaranya:kesiapan pasokan MVAr yang tidak memenuhi kebutuhan sistem dan kondisi
karakteristik beban di wilayah Barat.
Tabel 5.2(a): Aset Penyaluran 2015 Hingga akhir 2015, jumlah aset
Level Tegangan
penyaluran yang beroperasi di
%
Uraian Satuan Total
500 kV 150 kV 70 kV Pertumbuhan sistem Jawa Bali terdiri dari:
Gardu Induk unit 28 366 102 496 2,22 496 Gardu Induk, 1008 trafo
Trafo
unit 59 828 121 1008 3,08 (setara dengan 77,133MVA),
MVA 29.000 45.072 3.061 77.133 6,25 dan 1.054 sirkit penghantar
SU (kms) 5.052,04 13.719,39 3.130,07 21.901,50 0,77 (setara dengan 21.901,50
Transmisi
SKT (kms) - 457,02 457,02 - kms). Dibandingkan tahun
SKL (kms) - 24,32 24,32 - 2014, pertumbuhan aset
Total sirkit 93 791 170 1.054 1,61 penyaluran 2015 yaitu Gardu
Induk naik 12 GI (2,22%) termasuk GI KTT dan Trafo naik 31 unit (3,08%). Rekapitulasi aset
instalasi dapat dilihat pada Tabel 5.2(a), sedangkan pada Tabel 5.2(b) adalah aset Gardu Induk
dan trafo terpasang di masing masing wilayah APB.
BALI 0 - 0 - 40 1841 0 15 0 15
TOTAL 59 29.000 59 3.987 767 41.085 121 2.781 28 366 102 496
Tingkat pembebanan SUTET 500 kV sebagian besar masih memenuhi N-1, namun dari sisi
sekuritas dan batas stabilitas perlu segera diantisipasi, diantaranya:
- Transfer dari wilayah timur (APB JTD) wilayah barat (APB JBR) melalui jalur yang cukup
panjang kurang optimal karena faktor kualitas tegangan dan stabilitas sistem.
- Perbedaan impedansi antara SUTET Ungaran-Mandirancan dan SUTET PedanKesugihan-
Tasik menimbulkan perbedaan aliran daya;
- Beberapa ruas SUTET masih single circuit sehingga keandalan dan fleksibilitas operasi
berkurang;
- Outlet beberapa entitas pembangkit besar terhubung di SUTET 500 kV (PLTU SRLYA 3.801
MW, PLTGU MTWAR 1.959 MW, PLTU TJB 2.644 MW, PITON 4.670 MW) masih terbatas.
Pada tahun 2015, beban penghantar yang tidak memenuhi N-1 pada SUTET 500 kV sebesar
5,33% (4 ruas), SUTT 150 kV 9,17% (74 ruas), dan SUTT 70 kV 10,43% (17 ruas) yang
tersebar diseluruh APB. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3.1(a) dan
rinciannya pada Lampiran 5.3. Konfigurasi jaringan single phi yang terdapat di semua APP
dapat dilihat Tabel 5.3.1(b) dan rinciannya pada Lampiran 5.2, daftar penghantar radial untuk
tegangan 500 kV, 150 KV, dan 70 kV pada Lampiran 5.3.
500 kV 150 kV 70 kV
Wilayah Kerja kms kms kms
(Jml Ruas) (Jml Ruas) (Jml Ruas)
APB DKI JAK & BAN 3 209,52 25 613,33 4 106,38
APB Jabar 1 40,80 14 669,54 7 304,90
APB Jateng 20 776,33
APB Jatim 10 870,87 6 253,59
APB Bali 5 229,96
Total SJB 4 250,32 74 3.160,03 17 664,87
terpasang di sistem Jawa Bali, termasuk 33 unit IBT (55,93%) diantaranya sudah
berbeban >80% (Lihat Tabel 5.3.2).
Dengan kondisi tersebut diatas akan mengurangi fleksibilitas pengendalian operasi, kesuliltan
dalam pemeliharaan IBT, keandalan sistem, dan losses meningkat. Salah satu antisipasi
sementara untuk menghadapi kondisi ini adalah dengan penerapan OLS IBT, rekonfigurasi
jaringan, peningkatan pengamatan dan CBM, dan early warning.
IBT 150/70 kV sebanyak 39 unit atau 66,10% dari 59 unit yang beroperasi telah
berbeban diatas 60%, dengan urutan dari yang tersebar adalah di wilayah APB Jatim, APB
Jawa Barat, dan APB DKI Jakarta. Lihat Lampiran 5.5.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.3.2 dan Lampiran 5.5.
Gangguan
2015 sebanyak 395 kali gangguan,
Gangguan Berakibat Pemadaman
Komponen
Tidak Padam dibanding kejadian TLOF 2014 (356
2014 2015 2014 2015 2014 2015
(Kali) (Kali) (Kali) (Kali) (MWh) (MWh) kali) terdapat kenaikan 10,95%.
Penghantar :
- 500 kV 64 45 1 5 345 3428
Pada SUTET 500 kV terdapat
- 150 kV 157 204 59 41 16488 3489 penurunan 23,1%, sedangkan
- 70 kV 49 64 26 36 555 473
- 30 kV - - - - - - penghantar 150 kV terjadi kenaikan
Busbar :
- 500 kV 1 0 0 0 0 0 13,4% dan penghantar 70 kV terjadi
- 150 kV 2 2 9 7 1440 2192
- 70 kV 0 0 1 3 0 822 kenaikan 33,3%.
Trafo :
- 500/150 kV 6 4 4 12 205 7582 Jumlah kali gangguan Trafo /TROF
- 150/70 kV 9 2 6 2 486 10
- 150/20 kV 0 4 86 59 2763 1341 (padam dan tidak padam) 2015
- Inc. 20 kV (150/20 kV) 0 3 45 63 1443 1734
- 70/20 kV 0 0 14 7 179 102 sebanyak 164 kali gangguan,
- Inc. 20 kV (70/20 kV) 0 2 7 6 101 64
dibanding dengan 2014 (177 kali)
Sistem 288 330 258 241 24,005 21237
Catatan : - Penghantar 30 kV tidak dilaporkan terdapat penurunan 7,3%. Untuk
Trafo IBT 500/150 kV terdapat kenaikan 60%, Trafo IBT 150/70 kV terdapat penurunan
73,3%, Trafo 150/20 kV terdapat penurunan 1,5% dan Trafo 70/20 kV terjadi penurunan
28,6% dengan tahun sebelumnya.
Energi tidak tersalurkan /ENS akibat gangguan sistem penyaluan 2015 terdapat penurunan
11,5%, jika dibanding ENS Tahun 2014, lihat Tabel 5.4.
GITET 500 kV < Jumlah GI Tegangan < 90% Gardu Induk 150 Jumlah GI Tegangan < 90% Gardu Induk 70 Total
Bulan Jumlah APB APB APB APB APB APB APB APB APB APB
Terendah Jumlah GI Jumlah GI GITET/GI
GITET JKB JBR JTD JTM BALI JKB JBR JTD JTM BALI
JAN 1 470 0 7 3 5 0 15 0 1 - 0 - 1 17
FEB 1 466 0 2 0 0 0 2 0 1 - 0 - 1 4
MAR 5 462 8 7 0 2 0 17 0 1 - 0 - 1 23
APR 1 465 0 12 0 0 0 12 0 1 - 0 - 1 14
MEI 3 462 2 5 0 5 0 12 0 1 - 1 - 2 17
JUN 10 452 1 4 0 3 0 8 0 1 - 1 - 2 20
JUL 0 - 0 5 0 4 0 9 0 1 - 0 - 1 10
AGS 1 470 0 17 1 5 0 23 0 1 - 0 - 1 25
SEP 2 470 0 11 3 3 0 17 0 1 - 1 - 2 21
OKT 8 446 6 13 0 4 0 23 0 1 - 1 - 2 33
NOP 2 463 0 17 0 8 0 25 0 3 - 7 - 10 37
DES 4 462 0 17 0 7 0 24 0 1 - 2 - 3 31
Usaha yang dilakukan selama tahun 2015 dalam memperbaiki tegangan di sistem Jawa Bali
adalah dengan mengoptimalkan pengaturan daya reaktif dari pembangkit dan pemasangan
kapasitor pada subsistem yang membutuhkan perbaikan tegangan. Pada tahun 2015 tambahan
total 100 MVAr kapasitor di wilayah APB Jakarta Banten dan Jawa Timur sedangkan Area
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali tidak ada penambahan kapasitor, lihat Tabel 5.6(b).
Sementara pemantauan progres kapasitor dari tahun 2014 sampai saat ini terutama di DKI
Jakarta dan banten sangat diharapkan untuk mengatasi permasalahan tegangan terutama di
barat.
Ekskursi tegangan GITET 500 kV Sistem Jawa Bali yang mayoritas terjadi di wilayah barat
disebabkan belum optimalnya kontribusi daya reaktif semua pembangkit, penghematan BBM,
besarnya transfer daya timur ke barat mengingat tingginya kebutuhan daya pembangkitan dari
wilayah timur untuk mengimbangi beban puncak di barat yang semakin meningkat. Faktor yang
paling berpengaruh adalah keterbatasan kemampuan penyaluran dengan beberapa ruas
transmisi diatas SIL (surge impedance loading) mengingat peningkatan beban yang tidak
sebanding dengan penambahan instalasi yang berakibat transmisi menyerap daya reaktif
sistem sehingga terjadi penurunan signifikan pada sisi tegangan terima pada saat transfer dari
APB Jawa Tengah & DIY ke APB Jawa Barat tinggi.
Gambar 5.6.2: GI 150 kV & 70 kV November 2015 bertegangan < 90% tegangan nominal
Gardu-gardu induk di APB DKI Jakarta dan banten yang sering mengalami ekskursi tegangan
selama tahun 2015 beserta rencana mitigasi perbaikan tegangan dapat dilihat pada Tabel
5.6.2(a) dibawah ini. Ekskursi tegangan terjadi di subsistem Balaraja 1-2, subsistem
Kembangan1- Balaraja 3, subsistem Cilegon 1-2.
Gardu-gardu induk di APB Jawa barat yang mengalami ekskursi tegangan selama tahun 2015
beserta rencana mitigasi perbaikan tegangan dapat dilihat pada Tabel. 5.6.2(b) dibawah ini.
Ekskursi tegangan terjadi di subsistem Bandung selatan, subsistem Cirata, subsistem Cibatu,
dan subsistem Mandirancan.
Gardu-gardu induk di APB Jawa timur yang mengalami ekskursi tegangan selama tahun 2015
dapat dilihat pada Tabel 5.6.2(d) dibawah ini. Ekskursi tegangan terjadi di subsistem Paiton-
Grati, subsistem Krian 3 dan subsistem Krian1,2-Gresik.
5.6.3. Tegangan 70 kV
Subsistem 70 kV mendapat pasokan daya reaktif dari IBT 150/70 kV dan sebagian kecil dari
unit-unit pembangkit 70 kV. Dari 99 Gardu Induk sistem jawa bali dalam periode beban puncak
terdapat 11 GI yang pernah mengalami tegangan rendah pada periode 2015. Tegangan
terendah APB Jawa barat 54 kV di GI Rengasdengklok. APB Jawa timur sebesar 56 kV GI
Ganjuk. GI 70 kV yang pernah mengalami ekskursi tegangan dapat dilihat pada Lampiran 5.10.
dan Tabel 5.6.3 berikut.
Sistem SCADA untuk tenaga listrik di PLN pertamakali diimplementasikan di sistem transmisi
Jawa pada tahun 1980 ketika dibangun control center yang saat itu dikenal dengan sebutan
LDC (Load Dispatch Center) yaitu LDC Cawang dan LDC Cigereleng. Menyusul kemudian LDC
Ungaran pada 1985, dan LDC Waru pada 1987 hampir bersamaan dengan dibangunnya LDC
Gandul ketika sistem 500kV mulai dibangun dan untuk mengintegrasikan ke-empat LDC yang
sudah ada tersebut.
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan semakin tuanya usia peralatan master
station, maka perlu dilakukan upgrade terhadap master station. Beberapa pokok pertimbangan
Upgrade Master Station didasarkan pada:
Master Station sudah tidak dapat menambah konfigurasi remote station lagi karena
kapasitas yang terbatas.
Adanya kebutuhan baru sesuai kebutuhan organisasi mengikuti perkembangan teknologi
SCADA dan teknologi informasi.
Master station masih menggunakan teknologi lama sehingga tidak dapat mengakomodir
fitur-fitur yang ditawarkan oleh remote station baru.
Spare part Master Station RCC sudah tidak diproduksi lagi (obsolete) sejak tahun 1995 yang
berimplikasi pada perawatan dan kinerja sistem.
Protokol komunikasi antara master station dengan remote station masih menggunakan
protocol proprietary, sehingga setiap penambahan remote station yang baru perlu juga
ditambahkan konverter untuk mengubah protokolnya agar dapat berkomunikasi dengan
master station.
Berikut ringkasan perkermbangan sistem SCADA Transmisi Jawa Bali.Platform yang digunakan
oleh Aplikasi SCADA Control Center yang digunakan adalah ELENAS, buatan Cigelec Alstom.
Pada tahun 1980 LDC Cawang dan LDC Cigereleng dibangun dengan platform operating
sistem VMS dan aplikasi SCADA Elenas buatan Cegelec Alstom.
Pada tahun 1985 LDC Ungaran dibangun dengan platform aplikasi BECON (Brown Boveri
Energy Control System) buatan BBC Swedia yang kemudian pada 1990 diupgrade dengan
aplikasi SCADA SPIDER buatan ABB Swedia.
Pada tahun 1987 LDC Waru dibangun dengan menggunakan aplikasi SCADA produk FUJI
elektric Jepang yang sekitar 5 tahun kemudian sekitar tahun 1993 diupgrade dan diganti
dengan platform aplikasi Elenas karena permasalahan komunikasi dengan JCC bersamaan
dengan dibangunnya control center sub RCC Bali.
Pada tahun 1987 dibangun JCC dengan menggunakan platform yang sama dengan LDC
Cawang dan Cigereleng yakni elenas.
Pada tahun 2005, setelah hampir 2 tahun project upgrade, tepatnya 23 Agustus 2005 JCC
dicut over menggunakan sistem baru dengan platform unix sun solaris dan aplikasi Sinaut
Spectrum buatan Siemens Jerman.
Pada tahun 2008, RCC Ungaran juga kemudian diganti dengan platform yang sama dengan
JCC yakni Sinaut Spectrum.
Pada 2011 sd 2012 RCC Cawang, RCC Cigereleng, RCC Waru dan RCC Bali juga diganti juga
dengan platform yang sama dengan JCC dan RCC Ungaran, namun dengan versi yang lebih
baru dan nama aplikasinya adalah Spectrum Power dan dengan konfigurasi multisite.
Pada 2013 JCC Gandul dan RCC Ungaran juga ikut diupgrade versi aplikasi SCADA menjadi
Spectrum power dan ikut diintegrasikan ke dalam sistem Multisite.
Setelah JCC Gandul dilakukan upgrade menjadi Sinaut Spectrum pada tahun 2005, beberapa
aplikasi berbasis Web dikembangkan untuk menyediakan akses informasi dari control center
bagi pihakpihak yang memerlukan baik untuk keperluan perencanaan operasi, pemeliharaan
maupun analisa gangguan.
Perkembangan Konfigurasi Sistem SCADA Jawa Bali pertama kali menggunakan hirarki sbb:
Komunikasi dari JCC ke remote station 500kV menggunakan protokol HNZ (proprietary
Alsthom).
Komunikasi dari RCC ke remote station 150/70kV menggunakan protokol HNZ, kecuali RCC
Ungaran menggunakan Indactic (proprietary ABB).
Fungsi monitoring GI dikirimkan dari RCC ke JCC, fungsi monitoring GITET dikirimkan dari
JCC ke RCC terkait. Komunikasi antara JCC ke RCC menggunakan protokol HNZ ICL
(proprietary Alsthom).
Untuk kinerja Master Station SCADA pada tahun 2015 masing-masing APB dapat dilihat dari
grafik dan table dibawah.
100,00
99,90 APB 1
Presentase
99,80 APB 2
99,70 APB 3
APB 4
99,60
APB 5
99,50
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Tahun 2015
Jadi selain RTU, di sistem SCADA Jawa Bali juga telah terpasang remote station yang berjenis
SAS (Substation Automation Sistem) dengan populasi RTU dan SAS pada tahun 2015 sebagai
mana grafik di bawah ini.
1. SOGI untuk GI/GITET baru, berupa full otomasi, dibangun oleh PLN UIP.
2. SOGI berupa bay level (BCU, MPU, BPU) untuk bay trafo baru dan IED I/O untuk bay
eksisting, dibangun oleh P3B JB dan sebagian kecil oleh PLN UIP.
3. SOGI untuk menggantikan RTU eksisting, berupa IED I/O, dibangun oleh P3B JB.
4. SOGI untuk rekondisi GIS, biasanya berupa full otomasi, dibangun oleh P3B JB.
5. SOGI dalam rangka uprating GI (dari 70 kV menjadi 150 kV), dibangun oleh P3B JB.
Dari Hasil Report Aplikasi Monitoring tersebut didapatkan kinerja Akurasi TM untuk MW masing-
masing APB seperti pada Gambar 6.2.1.
96,00
95,00
APB 1
Persentase
94,00 APB 2
93,00 APB 3
92,00 APB 4
91,00 APB 5
90,00
Tahun 2015
6.2.2. Telesignaling
Penunjukkan status telesignalling double seperti status CB, DS, BI pada setiap APB secara
keseluruhan Valid. Validasi Telesignalling double di setiap APB ditampilkan pada Tabel 6.2.2.
98,00
97,00
APB 1
Persentase
96,00 APB 2
95,00 APB 3
94,00 APB 4
93,00 APB 5
92,00
Tahun 2015
Control ke Master Station walaupun Remote Control di lapangan berhasil. Error gateway SAS
tersebut telah diperbaiki pada semester 2 Tahun 2015. Kinerja Remote Control per APB dapat
dilihat pada Tabel 6.2.3.
95,00
APB 1
Persentase
90,00
APB 2
85,00 APB 3
APB 4
80,00
APB 5
75,00
Tahun 2015