Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstrak
Elektrolisis merupakan reaksi dekomposisi dalam suatu elektrolit oleh arus listrik. Air merupakan elektrolit sangat lemah
yang dapat terionisasi menjadi ion-ion H+ dan OH, sehingga memungkinkan untuk dilakukan elektrolisis untuk dipecah
menjadi gas-gas hidrogen dan oksigen. Proses elektrolisis air berjalan sangat lambat sehingga perlu diupayakan cara-cara
untuk meningkatkan efisiensi produk, misalnya dengan penambahan zat terlarut yang bersifat elektrolit, modifikasi
elektroda atau dengan cara-cara lain yang mampu meningkatkan efisiensi produk. Pada penelitian ini dicoba melakukan
elektrolisis akuades, air sumur dan larutan soda dengan menggunakan elektroda stainless steel selama 900 detik dengan
tegangan 12 V. Selama proses elektrolisis dilakukan pengamatan terhadap perubahan temperatur dan pH dalam selang
waktu tertentu, yang selanjutnya digunakan untuk mempelajari perilaku sel elektrolisis.Berdasarkan data variasi
temperatur dan pH selama proses elektrolisis dapat dibuat termogram temperatur dan waktu serta kurva perubahan pH
untuk setiap sel elektrolisis. Untuk masing-masing sel elektrolisis ternyata memberikan termogram dan kurva pH yang
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing sel elektrolisis memiliki perilaku yang berbeda, yang menunjukkan
bahwa jenis dan atau kuantitas material yang terlibat pada proses elektrolisis dapat berbeda.
Pendahuluan
Gas hidrogen merupakan gas paling ringan, larutan tertarik ke muatan positif pada anoda,
sangat mudah terbakar dan dapat menghasilkan sedangkan ion positif disebut katoda karena
sejumlah energi. Gas hidrogen dapat dibuat dengan melalui larutan akan bergerak menuju muatan
berbagai cara, antara lain dengan cara elektrolisis negatif (katoda). Air sebagai pelarut bersifat polar.
air. Elektrolisis air sebagai sumber hidrogen telah Molekul polar memiliki muatan di ujung
lama dipelajari, hanya secara spesifik untuk molekulnya, yakni muatan positif dan negatif.
mencapai efisiensi relatif tinggi perlu Muatan ini mampu berantaraksi dengan muatan
dikembangkan dan diteliti lebih lanjut, yakni dengan pada molekul polar lain untuk melarutkannya. Antar
menvariasi jenis elektrolit, konsentrasi elektrolit, molekul-molekul tersebut terjadi transfer atom
jenis elektroda dan modifikasinya, serta hidrogen sehingga terbentuk ion hidronium.
pemanfaatan katalis yang memungkinkan Penambahan zat elektrolit, misalnya asam, basa
tercapainya efisiensi yang relatif tinggi. Proses atau garam dapat meningkatkan konduktivitas air
elektrolisis telah lama dilakukan, tetapi secara sehingga proses elektrolisis air menjadi lebih cepat.
umum biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan Dalam sel elektrolisis terjadi perubahan energi
hidrogen belum mencapai nilai kompetitif dengan listrik menjadi energi kimia. Hubungan kuantitatif
penggunaan bahan bakar minyak antara jumlah muatan listrik yang digunakan dan
(http://kompas.co.id/read/xml/2008/06/22/16013938 jumlah zat yang terlibat dalam reaksi telah
/ hidrogen.untuk.produksi.listrik.belum.ekonomis). dirumuskan oleh Faraday. Hal ini dapat terjadi
karena melibatkan reaksi reduksi-oksidasi yang
Elektrolisis merupakan perubahan kimia, mengandalkan peran partikel bermuatan sebagai
atau reaksi dekomposisi dalam suatu elektrolit oleh penghantar muatan listrik.
arus listrik. Elektrolit larut dalam pelarut polar
Air merupakan elektrolit sangat lemah, yang
(misalnya air) dengan terdisosiasi menjadi ion-ion
dapat mengalami ionisasi menjadi ion-ion H+ dan
positif (kation-kation) dan ion-ion negatif (anion-
OH.
anion). Ion negatif disebut anion karena melalui
H2O(l) H+ (aq) + -OH(aq)
Perilaku sel elektrolisis
Oleh karena itu sangat memungkinkan untuk elektrolit dengan ion hidroksida untuk melepaskan
dielektrolisis menjadi gas-gas H2 dan O2. Gas H2 elektron (mengalami oksidasi), demikian juga terjadi
dapat diperoleh pada katoda karena terjadi reaksi pada kation dan ion H+ akan mengalami persaingan
reduksi ion H+, sedangkan gas O2 diperoleh pada untuk menangkap elektron (mengalami reduksi).
anoda karena terjadi reaksi oksidasi OH. Anion dengan harga potensial elektroda standard
Berdasarkan sifat air yang merupakan elektrolit lebih kecil dibandingkan ion hidroksida akan
sangat lemah maka ion-ion H+ dan OH dalam mengalami oksidasi sehingga tidak dihasilkan gas
larutan relatif sedikit, pada kondisi standar hanya oksigen, sedangkan kation dengan harga potensial
sekitar 10-7 M, oleh karenanya elektrolisis air akan elektroda standard lebih besar dibandingkan ion
berjalan sangat lambat. Untuk itu perlu dilakukan hidrogen akan mengalami reduksi sehingga tidak
modifikasi terhadap elektrolisis air. Modifikasi dihasilkan gas hidrogen. Kation Li+, Rb+, K+, Al3+,
elektrolisis air dapat meliputi penambahan zat Ba2+, Sr2+, Ca2+, Na+, dan Mg2+ memiliki potensial
terlarut yang bersifat elektrolit, dapat berupa asam, elektroda lebih rendah dibandingkan H+ sehingga
basa atau garam atau dengan modifikasi elektroda memungkinkan untuk digunakan sebagai kation dari
yang digunakan atau dengan cara-cara lain. Bila elektrolit. Litium dan sodium sering digunakan
dalam air terlarut anion-anion yang mudah karena murah dan mudah larut.
mengalami oksidasi, selain gas oksigen akan Anion sulfat (SO42-) sangat sukar dioksidasi
terbentuk juga gas lain hasil oksidasi anion dalam karena memiliki potensial oksidasi standard relatif
larutan. Bila elektroda yang digunakan bersifat besar, yakni 0,22 Volt, yang kemungkinan akan
reaktif, pada anoda akan terjadi oksidasi diubah menjadi ion peroksidisulfat bila potensial
elektrodanya sehingga larut dalam larutan. yang digunakan memungkinkan terjadinya oksidasi.
Asam kuat seperti asam sulfat ( H2SO4), dan basa
Dekomposisi air menjadi hidrogen dan
kuat seperti kalium hidroksida (KOH) dan sodium
oksigen pada tekanan dan temperatur standard
hidroksida (NaOH) sering digunakan sebagai zat
secara termodinamik tidak berlangsung spontan,
elektrolit pada elektrolisis air dalam rangka
hal ini ditunjukkan oleh harga potensial reaksi
memproduksi gas-gas hidrogen dan oksigen.
standard yang berharga negatif dan energi bebas
Elektrolisis air pada temperatur tinggi atau
Gibbs yang positif. Proses tersebut mustahil
elektrolisis uap air merupakan suatu metoda yang
dapat berlangsung tanpa penambahan suatu
sedang diteliti, yakni elektrolisis air dengan mesin
elektrolit dalam larutan dan sejumlah energi listrik.
kalor. Elektrolisis air pada temperatur tinggi
Elektrolisis air murni berlangsung sangat lambat.
ternyata lebih efisien dibandingkan elektrolisis
Untuk mempercepat perlu ditambahkan elektrolit,
tradisional pada temperatur kamar sebab sebagian
seperti asam, basa atau garam. Pada elektolisis air
energi disediakan dalam bentuk panas, yang lebih
murni, kation H+ akan berkumpul di anoda dan anion
murah dibandingkan energi listrik, dan reaksi
OH akan berkumpul di katoda. Hal ini dapat
elektrolisis menjadi lebih efisien pada temperatur
dibuktikan dengan menambahkan suatu indikator
yang lebih tinggi dengan total efisiensi sekitar 25-
ke dalam elektrolisis air, daerah anoda akan bersifat
45%
asam sedangkan daerah katoda akan bersifat basa.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Electrolysis_of_water).
Muatan ion akan mengganggu aliran arus listrik
lebih lanjut sehingga proses elektrolisis air murni
Berdasarkan perubahan kualitatif dalam sel
berlangsung sangat lambat. Hal ini juga merupakan
elektrolisis maka akan berpengaruh terhadap
alasan mengapa air murni memiliki daya hantar arus
perubahan kuantitatif zat yang ada dalam sel
listrik yang sangat lemah. Jika suatu elektrolit
elektrolisis maupun perubahan kondisi sel
dilarutkan dalam air maka daya hantar air akan naik
elektrolisis itu. Bila sejumlah arus listrik dialirkan
dengan cepat. Elektrolit akan terurai menjadi kation
dalam suatu sel elektrolisis pada waktu tertentu
dan anion. Anion akan bergerak ke arah anoda dan
mengakibatkan terjadinya perubahan temperatur
menetralkan muatan positif H+ sedangkan kation
sistem, menunjukkan bahwa telah terjadi suatu
akan bergerak ke arah katoda dan menetralkan
perubahan dalam sistem itu. Oleh karena itu dengan
muatan negatif -OH. Hal ini menyebabkan arus listrik
melacak perubahan temperatur dalam suatu selang
dapat mengalir lebih lanjut
waktu dan arus listrik tertentu serta
(http://en.wikipedia.org/wiki/Electrolysis_of_water).
membandingkan antara suatu sel yang satu dengan
sel yang lain diharapkan dapat dilacak suatu
Perlu dicermati dalam memilih elektrolit,
hubungan variabel-variabel sistem.
karena akan terjadi persaingan antara anion dari
Isana SYL
Dalam suatu sel elektrolisis terdapat hubungan berbagai minuman juga memiliki termogram yang
kuantitatif antara jumlah muatan listrik yang khas untuk setiap merk dagang.
digunakan dengan jumlah reaktan maupun hasil Perubahan temperatur sistem (T) pada
reaksi, oleh Faraday dirumuskan seperti Persamaan selang waktu (t) tertentu memberikan informasi
(1). terjadinya perubahan energi sistem, sedangkan
tidak terjadinya perubahan temperatur setelah
eit selang waktu tertentu memberikan informasi
w
96500 ...(1) terjadinya transisi fasa komponen dalam sistem itu.
Oleh karena itu dengan mengikuti terjadinya
dengan w, e, I, dan t masing-masing menyatakan
perubahan temperatur selama waktu tertentu
jumlah gram zat dalam reaksi, bobot ekivalen zat,
diharapkan memberikan suatu informasi kualitatif
jumlah arus listrik yang digunakan dalam ampere,
maupun kuantitatif dalam suatu sel elektrolisis.
dan waktu elekrtolisis yang dinyatakan dalam
Perubahan pH larutan sangat bergantung
satuan detik. Bila jumlah arus listrik dan waktu yang
pada sifat larutan itu, berkaitan langsung dengan
digunakan pada proses elektrolisis sama,
keasaman larutan, yang selanjutnya dapat juga
Persamaan (1) dapat dinyatakan menjadi
mencerminkan perilaku suatu sel elektrolisis karena
Persamaan (2).
sangat ditentukan oleh jumlah muatan yang telah
w1 e1 dialirkan pada sel elektrolisis itu. Bila pH larutan
memiliki harga di bawah 7 larutan bersifat asam,
w2 e2 ..(2) sedangkan bila di atas 7 bersifat basa. Dengan
demikian dengan mengikuti perubahan pH terhadap
Ketakmurnian suatu senyawa dapat
waktu suatu sel elektrolisis diharapkan dapat
ditentukan dengan menggunakan analisis termal
diprediksi perilaku sel elektrolisis itu. Data variasi
(Alberty dan Daniels, 1980: 127). Pada pendinginan
temperatur dan pH selama selang waktu tertentu
cairan satu komponen, kurva hubungan temperatur
diharapkan mampu digunakan untuk mempelajari
terhadap waktu merupakan garis linear. Jika
perilaku sel elektrolisis, terutama elektrolisis air.
pendinginan berlangsung secara lambat, maka
Permasalahan dalam penelitian ini meliputi:
kurva pendinginan akan menjadi datar, atau terjadi
patahan pada kurva pendinginan akibat terlepasnya a. Bagimanakah variasi temperatur dan waktu
kalor ketika cairan itu memadat. Semakin banyak pada elektrolisis berbagai air sumur dan air
komponen penyusun cairan, semakin banyak pula dengan penambahan sejumlah elektrolit?
patahan-patahan yang tampak pada kurva.
b. Bagaimanakah termogram temperatur dan
Penentuan kurva temperatur terhadap waktu dapat
waktu sel elektrolisis berbagai air sumur dan air
diterapkan pada sembarang sistem, dan dapat
dengan penambahan sejumlah elektrolit?
dipakai untuk menyelidiki karakteristika temperatur
terhadap waktu sistem itu (Castellan, 1974: 259 c. Bagimanakah variasi pH pada elektrolisis
285). berbagai air sumur dan air dengan penambahan
Hasil penelitian Isana, Endang dan Regina sejumlah elektrolit?
(1998) menunjukkan bahwa minyak baru, telah
d. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi elektrolit
disimpan, maupun telah dilakukan perlakukan
terhadap perilaku sel elektrolisis?
adsorbsi memberikan termogram yang spesifik
untuk masing-masing sistem. Demikian juga dengan Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,
penelitian yang telah dilakukan oleh Endang dan telah dilakukan beberapa pendekatan, yakni:
Isana (1998) menunjukkan bahwa termogram
a. Pengukuran perubahan temperatur pada setiap
temperatur terhadap waktu untuk sistem terner 1,4-
perubahan waktu pada elektrolisis air sumur dan
dioksan-kloroform-asetonitril dengan komposisi
air dengan penambahan sejumlah elektrolit.
berbeda memiliki termogram yang spesifik pula,
bergantung pada komposisi campuran. Isana dan b. Penentuan termogram temperatur dan waktu
Endang (2003) melaporkan, bahwa termogram sel elektrolisis berbagai air sumur dan air dengan
minyak kelapa yang beredar di pasar bebas memiliki penambahan sejumlah elektrolit.
termogram yang khas untuk setiap merk dagang.
c. Pengukuran pH pada elektrolisis berbagai air
Hal ini menunjukkan bahwa setiap merk dagang
sumur dan air dengan penambahan sejumlah
minyak kelapa di pasar bebas memiliki kandungan
elektrolit.
yang berbeda. Isana (2008) melaporkan, bahwa
Perilaku sel elektrolisis
ASBK
elektrolisis tersebut. 34
ASKB
32
AQ
30
SKM-1G
Metode penelitian 28 SKM-2G
26 SKM-3G
Tahap penelitian yang akan dilakukan adalah 24
sebagai berikut: 0 200 400 600 800 1000
t (detik)
a. Mengumpulkan sampel air sumur masing-masing
1000 cm3, yang diambil dari Daerah Istimewa
Gambar 1. Kurva Temperatur terhadap Waktu pada
Yogyakarta dan Klaten, yang diberi label ASKM,
Elektrolisis Berbagai Larutan
ASKR, ASBK dan ASKB serta membuat larutan
soda kue (Na2CO3) dengan berbagai konsentrasi
(SKM-1G, SKM-2G dan SKM-3G), yakni dengan
melarutkan masing-masing 1, 2 dan 3 gram soda Anoda
5,5
panjang 97 mm, jumlah anoda sebanyak 7 5
lempeng dan katoda sejumlah 8 lempeng, jarak 4,5
antar elektroda 3,5 - 4 mm. 4
25 26 27 28 29
c. Melakukan proses elektrolisis air sumur, larutan T (de r Ce ls ius )
soda kue berbagai konsentrasi dan akuades (AQ)
pada tegangan 12 V, serta mengamati perubahan
temperatur dan pH untuk masing-masing sistem Gambar 2a. Kurva pH terhadap Temperatur pada
selama 900 detik. Elektrolisis AQ (Anoda)
11
10
9
8
7
25 26 27 28 29
T (de r Ce ls ius )
Isana SYL
7,2 13
pH
7 12
6,8
11
pH
6,6
10
6,4
25 27 29 31 33
6,2
T (de r Ce ls ius )
6
25 27 29 31 33 35
T (de r Ce ls ius )
Gambar 4b. Kurva pH terhadap Temperatur pada
Elektrolisis ASKR (Katoda)
Gambar 3a. Kurva pH terhadap Temperatur pada
Elektrolisis ASKM (Anoda)
Anoda
Katoda 7
15 6
14 pH
13
5
12
pH
11
4
10
9
8
3
7 25 30 35
25 27 29 31 33 35
T (de r Ce ls ius )
T (de r Ce ls ius )
Gambar 3b. Kurva pH terhadap Temperatur pada Gambar 5a. Kurva pH terhadap Temperatur pada
Elektrolisis ASKM (Katoda) Elektrolisis ASBK (Anoda)
Anoda Katoda
8 16
7,5
7 12
pH
pH
6,5
6 8
5,5
5
4
25 27 29 31 33
26 27 28 29 30 31
T (de r Ce lcius )
T (de r Ce ls ius )
Anoda Katoda
8 9,8
7 9,3
6 8,8
pH
pH
5 8,3
4 7,8
3 7,3
25 27 29 31 33 35
6,8
T (de r Ce ls ius ) 25 30 35 40
T (de r Ce ls ius )
Katoda
9,5
8,5
pH
7,5
7
25 27 29 31 33
T (de r Ce ls ius )
6,92
6,9 Katoda
6,88
10,5
pH
6,86
10
6,84
9,5
6,82 9
pH
6,8 8,5
25 30 35
8
T (de r Ce ls ius )
7,5
7
Gambar 7a. Kurva pH terhadap Temperatur pada 25 30 35 40
Anoda
dengan n menyatakan jumlah mol dan z
menyatakan jumlah elektron yang terlibat. Jika
8 melibatkan zat yang sama atau zat berbeda tetapi
7,5
7 melibatkan jumlah elektron sama maka z1 z2
pH
Bila harga
V dan
V merupakan 4. Konsentrasi elektrolit sangat berpengaruh
tetapan, t T T t terhadap perilaku sel elektrolisis air.
dengan Esel, 0
, R,sel
T, n, F masing-masing potensial 4. Perlunya dilakukan penelitian yang sama dengan
E
sel, potensial sel standard, tetapan gas universal, menggunakan jarak elektroda yang bervariasi.
temperatur (dalam Kelvin), jumlah elektron yang
terlibat dan bilangan Faraday, sedangkan Q
merupakan perbandingan aktivitas teroksidasi
terhadap tereduksi. Bila dalam proses elektrolisis
melibatkan ion-ion H+ dan OH maka dalam besaran
Q terdapat kuantitas ion-ion tersebut, sehingga ada
hubungan antara potensial sel dan pH larutan.
Isana SYL
Daftar Pustaka
Adamson, A,W, (1997). Physical Chemistry of Isana SYL (2008). Elektrolisis Berbagai Merk
Surface. New York: John Wiley & Sons, Inc. Minuman. Prosiding. Seminar Nasional 2008.
Alberty, R.A. dan Daniels, F. (1980). Physical Isana SYL dan Endang WLFX. (2003). Termogram
Chemistry. Terjemahan Surdia, N.M. Jakarta: Minyak Kelapa. Prosiding. Seminar Nasional 2003
Erlangga.
Isana SYL., Endang WLFX., Regina, TP. (1998).
Atkins, P.W., (1995), Physical Chemistry, Oxford: Pengaruh Penggunaan Adsorben Arang Aktif
Oxford University Press. terhadap Ketengikan dan Termogram Minyak
Kelapa di Pasaran. Laporan Penelitian FMIPA
Castellan, Gilbert W. (1974). Physical Chemistry. 2nd
IKIP Yogyakarta.
Editon. Manila: Addison Wesley Publishing
Company. J. G. Highfield, E. Claude, dan K. Oguro,
Electrochim. Acta, 44 (1999) 2805.
Dogra SK dan Dogra S. (1990). Kimia Fisik dan Soal-
Soal. Penerjemah: Umar Mansyur dan Ke-Qiang Ding, Cyclic Voltammetrically Prepared
Yoshita. Jakarta: UI-Press. Copper-Decorated MnO2 and its
Electrocatalysis for Oxygen Reduction
Endang WLFX dan Isana SYL. (1998). Fungsi
Reaction, Int. J. Electrochem. Sci., 5 (2010) 72
Termodinamika Ekses dari Kompleks
87.
Molekular Sistem 1,4-Dioksan-Kloroform-
Asetonitril. Laporan Penelitian. FMIPA IKIP L. P. Bicelli, B. Bozzini, C. Mele dan L. DUrzo, Int. J.
Yogyakarta. Electrochem. Sci. 3 (2008)356.
H. Deng, I. Ishikawa, M. Yoneya dan H. Nanjo, J. L. S. Sanches, S. H. Domingues, C. E. B. Marino dan
Phys. Chem. 108 (2004) 9138. L. H. Mascaro, Electrochem. Commun. 6 (2004)543.
http://en.wikipedia.org/wiki/Electrolysis_of_water, M. Isabel Godinho, M. Alice Catarino, M. I. da Silva
9 November 2007. Pereira, M. H. Mendonc, F. M. Costa,
Electrochim. Acta, 47 (2002) 4307.
http://hyperphysics.phy-
astr.gsu.edu/hbase/thermo/electrol.html, 9 Oronzio de Nora, Vittorio de Nora dan Placido M.
November 2007. Spaziante. (1977). Electrolysis Cells. United
States Patent, No.: 4,032,426, June 28, 1977.
http:/ stuartenergy.com, 12 Nopember 2007.
Oronzio de Nora dan Maria Spaziante. (1986).
http://www.free-energy.ws/electrolysis.html, 9
Electrolysis Cells. United States Patent, No.:
November 2007.
4,592,822, June 3, 1986.
http://www.nmsea.org/Curriculum/7-12/Electrolysis/
Regine Basseguy, dkk. (2009). Water Electrolysis
Electrolysis.html, 9 November 2007.
Device. United States Patent Application
http://www.waterfuelcell.org/concept.html, 9 Publication, No.:US 2009/0294282 A1, Dec.3,
November 2007. 2009.
I. Arul Raj, J. Appl. Electrochem. 22 (1992) 471. Stainless Steel, 22-02-2009,
http://en.wikipedia.org/wiki/Stainless_steel.
I. Arul Raj dan K. I. Vasu, J. Appl. Electrochem. 20
(1990) 32. W. Hu, Y. Zhang, D. Song, Z. Zhou dan Y. Wang,
Mater. Chem. Phys. 41 (1995) 141
.