Sie sind auf Seite 1von 12

Acne vulgaris adalah peradangan folikel sebasea yang ditandai oleh komedo, papula, pastula, kista,

dan nodulus di tempat predileksinya, yaitu wajah, leher, badan atas, dan lengan atas. Penyakit ini terutama
terjadi pada remaja dan biasanya berinvolusi sebelum usia 25 tahun namun bisa berlanjut sampai usia
dewasa. Acne vulgaris terutama timbul pada kulit yang berminyak berlebihan akibat produksi sebum
berlebihan ditempat dengan glandula sebasea yang banyak.

II.1 EPIDEMIOLOGI
Acne vulgaris dianggap penyakit kulit fisiologis karena hampir semua orang pernah menderita
penyakit ini. Insiden jerawat 85 100% dan biasanya terjadi pada usia remaja, yaitu umur 14 17 tahun
pada remaja putri dan 16 19 tahun pada remaja pria. Berdasarkan prevalensi tertinggi yaitu pada umur 16
17 dimana pada remaja putri berkisar 83 85% dan pada remaja pria berkisar 95 100%. Meskipun
demikian, jerawat dapat pula terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua dari pada usia tersebut.
Kadang-kadang pada remaja putri jerawat menetap sampai dekade 30-an atau bahkan lebih.
Meskipun pada remaja pria jerawat lebih cepat berkurang, namun pada penelitian terdahulu diketahui bahwa
gejala berat justru terjadi pada remaja pria. Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih
jarang menderita jerawat dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika) dan lebih sering terjadi nodulo-
kistik pada kulit putih dari pada Negro.
Acne dapat terjadi pada remaja putra maupun putri dengan insiden atau perbandingan yang hampir
sama karena meskipun seharusnya remaja putri mempunyai kemungkinan lebih tinggi (akibat faktor
hormonal, kegiatan fisik, makanan) namun remaja putri lebih peduli pada keindahan dan lebih sering
menggunakan kosmetika. Prevalensi acne vulgaris menurun setelah berusia 20-an tahun yaitu sebanyak 30
% pada laki-laki dan 20 % pada wanita, setelah mengalami menopause wanita dapat juga terserang acne
dikarenakan produksi hormon estrogen yang berkurang. Frekuensi penyakit ini cukup tinggi diseluruh dunia,
juga di Indonesia.

II.2 ETIOLOGI
Faktor penyebab acne vulgaris sangat banyak, antara lain genetik, endokrin, faktor makanan,
keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionicbacterium acnes),
kosmetika dan bahan kimia lainya. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang
berpengaruh, seperti:
1. Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya jerawat. Jerawat yang keras selalu disertai pengeluaran
sebore yang banyak.

2. Bakteri
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya jerawat adalahCorynebacterium acnes, Staphylococcus
epidermis, dan pityrosporum ovale.

3. Hormon, diantaranya:
A. Hormon androgen
Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini.
Hormon androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar
palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat.
B. Estrogen
Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan
kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek
menurunkan produksi sebum.
C. Progesteron
Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek pada efektifitas terhadap kelenjar lemak.
Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan
jerawat premenstrual.

4. Makanan
Terutama yang tinggi lemak, kaya karbohidrat, alkohol dan pedas. Saat ini lingkungan sering kali
mempengaruhi seseorang untuk menjadi individu yang tidak sehat. Makanan yang serba instan serta
minuman yang kurang sehat menyebabkan tubuh mengalami stress tanpa kita sadari. Jika jerawat yang
tumbuh tidak juga kunjung sembuh, ada kemungkinan gaya hidup yang kita jalani menjadi penyebabnya.
Oleh karena itu rubahlah gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan yang sehat, cukup tidur serta olah
raga teratur akan membuat produksi minyak berjalan lancar sehingga mengurangi timbulnya jerawat.

5. Faktor Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi acne. Mekanisme yang
pasti mengenai hal ini belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi acnenya secara
mekanis sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori lain
mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon androgen dari kelenjar
anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat dan stress menyebabkan
peningkatan asam lemak bebas.

6. Kosmetik
Jenis kosmetik yang dapat menimbulkan jerawat tidak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian
bahanya. Penyelidikan terbaru di Leeds tidak berhasil menemukan hubungan antara lama pemakaian dan
jumlah kosmetik yang dipakai dengan hebatnya jerawat.

7. Iklim
Faktor ini berhubungan dengan seksresi sebum, pada udara yang panas dan lembab seksresi sebum akan
meningkat dan dengan kelembaban yang tinggi maka infestasi bakteri juga akan semakin banyak
dipermukaan kulit.

II.3 PATOGENESIS
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor dan kadang-kadang masih
controversial. Asam lemak bebas yang terbentuk dari trigliserida dalam sebum menyebabkan kekentalan
sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea serta reaksi radang disekitarnya
(komedogenik). Pembentukan pustula, nodus, dan kista terjadi sesudahnya.
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne :
1. Kenaikan sekresi sebum
Acne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan
sebum lebih banyak. Terdapat korelasi antara hebatnya acne dan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar
palit dan produksi sebum dibawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita acne terdapat peningkatan
konversi hormon androgen yang normal berada dalam darah ( testosteron ) kebentuk metabolit yang lebih
aktif ( 5-alfa dihidrotestosteron ). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya
menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
Meningkatnya produksi sebum pada penderita acne disebabkan oleh respon organ akhir yang berlebihan
( end-organ hyperresponse ) pada kelenjar palit terhadap kadar normal androgen dalam darah. Terbukti
bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi acne hanya ditemukan dibeberapa tempat yang kaya akan kelenjar
palit.
Acne mungkin juga berhubungan dengan komposisi lemak. Sebum bersifat komedogenik tersusun dari
campuaran skualen, lilin ( wax ), ester dari sterol, kholesterol, lipid polar, dan trigliserida. Pada penderita
acne terdapat kecenderungan mempunyai kadar skualen dan ester lilin ( wax ) yang tinggi, sedangkan kadar
asam lemak terutama asam leinoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungan dengan terjadinya
hiperkeratinisasi pada kelenjar sebasea.

2. Adanya keratinisasi folikel


Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit dalam saluran
pilosebasea.
Hal ini dapat disebabkan :
a) Bertambahnya erupsi korniosis pada saluran pilosebasea
b) Pelepasan korniosit yang tidak adekuat
c) Kombinasi kedua faktor diatas.
Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat hubungan
terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleik dalam sebum. Menurut Downing, akibat dari
meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi penurunan konsentrasi asam lenolik. Hal ini dapat
menyebabkan defisiensi asam lenoleik pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler
dan penurunan fungsi barier dari epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang
menimbulkan peradangan. Walaupun asam lenoleik merupakan unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain
mungkin juga berpengaruh pada patogenesis akne. Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo sehingga
terjadi ketidak seimbangan antara kholesterol bebas dengan kholesterol sulfat sehinggga adhesi korneosit
pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi hiperkeratosis folikel.
3. Bakteri
Tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis acne adalah Corynebakterium acne, Stafylococcus
epidermidis, dan Pityrosporum ovale ( malazzea furfur ). Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai
dengan kenaikan jumlah corynebacterium acne, tetapi tidak ada hubungan dengan jumlah bakteri pada
permukaan kulit atau dalam saluran pilosebasea dengan derajat hebatnya acne. Tampaknya ketiga
macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis acne. Beberapa lesi mungkin timbul
tanpa ada mikroorganisme yang hidup, sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang
peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam
dalam folikel ( residen bacteria ) mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel
tersebut. Menurut hipotesis Saint-Leger skualen yang dihasilkan oleh kelenjar palit dioksidasi dalam
kelenjar folikel dan hasil oksidasi ini dapat menyebabkan terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel
berkurang dan akhirnya menjadi kolonisasi C. Acnes. bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan
dalam folikel akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen, sehingga oksigen dalam folikel
tambah berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan
peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa akne hanya dapat terjadi pada beberapa
folikel, sedangkan folikel yang lain tetap normal

4. Peradangan ( inflamasi )
Faktor yang menyebabkan peradangan pada acne belum lah diketahui dengan pasti. Pencetus kemotaksis
adalah dinding sel dan produk yang dihasilkan oleh C.Acnesseperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase
dan nioranidase, memegang peranan penting dalam proses peradangan.
Faktor kemotaktik yang berberat molekul rendah ( tidak memerlukan komplemen untuk bekerja aktif ), bila
keluar dari folikel, dapat menarik leukosit nucleus polimorfi ( PMN ) dan limfosit. Bila masuk kedalam
folikel, PMN dapat mencerna C. Acnes dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan
kerusakan dari folikel sebasea. Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin. Bahan keratin
yang sukar larut, yang terdapat di dalam sel tanduk serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi
non spesifik, yang disertai makrofag dan sel-sel raksasa.
Pada masa permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh C.Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen
klasik dan alternatif (classical and alternative complement pathways). Respon penjamu terhadap mediator
juga amat penting. Selain itu antibody terhadap C.Acnes juga meningkat pada penderita acne hebat.
Terdapat 4 mekanisme utama terjadi jerawat.
a) Kelenjar minyak menjadi besar ( hipertropi ) dengan peningkatan penghasilan sebum ( akibat rangsangan
hormon androgen )
b) Hiperkeratosis ( kulit menjadi tebal ) epitelium folikular ( pertumbuhan sel-sel yang cepat dan mengisi
ruang folikel polisebaceous dan membentuk plug ).
c) Pertumbuhan kuman, propionibacterium acnes yang cepat folikel pilosebaceous yang tersumbat akan
memerangkap nutrien dan sebum serta menggalakkan pertumbuhan kuman.
d) Inflamasi ( radang ) akibat hasil sampingan kuman propionibacterium acnes.

Proses terbentuknya dimulai dengan adanya radang saluran kelenjar minyak kulit, kemudian dapat
menyebabkan sumbatan aliran sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea di permukaan kulit, sehingga
timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan komedo. Proses peradangan selanjutnya akan
membuat komedo berkembang menjadi papul, pustul, nodus dan kista. Bila peradangan surut terjadi jaringan
parut.
Sumbatan saluran kelenjar minyak dapat terjadi karena:
a) Perubahan jumlah dan konsistensi kelenjar minyak dalam kulit yang terjadi karena berbagai faktor, antara
lain: genetik, rasial, hormonal, cuaca, makanan, stress fisik, dll. Terjadi pada acne vulgaris. Banyak terdapat
di muka, leher, punggung, bahu dan lengan atas.
b) Tertutupnya saluran keluar kelenjar sebasea oleh masa eksternal, baik dari kosmetik, bahan kimia, detergen.
Acne jenis ini disebutakne venenata. Hanya terdapat pada daerah yang terpapar, biasanya di muka, lengan
atas dan bawah, serta betis.
c) Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit akibat radiasi sinar ultra violet atau sinar radioaktif, dikenal
sebagai acne fisi

II.4 MANIFESTASI KLINIK


Lesi jerawat terutama terdapat di wajah, punggung, dada dan
lengan atas. Akne vulgaris ditandai oleh lesi yang polienorfi, walaupun
dapat terjadi salah satu bentuk lesi yang dominan pada suatu saat atau
sepanjang perjalanan penyakit. Manifestasi klinik jerawat dapat berupa
lesi non inflamasi (komedo terbuka dan komedo tertutup) lesi inflamasi
superficial (papul, pustul0 dan lesi inflamasi dalam ( nodul ).

1. Komedo
Komedo adalah suatu tanda awal dari jerawat, sering muncul 1-2 tahun sebelum pubertas. Lesi dapat berupa
komedo terbuka atau komedo tertutup.
Komedo terbuka tampak sebagai lesi yang dasar atau sedikit meninggi dengan sunbu folikel yang berwarna
gelap, berisi keratin dan lipid. Ukuran bervariasi antara 2-3mm, biasanya bahan keratin terlepas dan tidak
terjadi inflamasi kecuali bila terjadi trauma. Komedo tertutup berupa papul kecil, biasanya kurang dari 1mm,
berwarna pucat, mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengalami inflamasi sehingga dianggap lebih
penting secara klinis.

2. Papul
Papul merupakan reaksi radang dengan diameter < 5mm. papul superficial sembuh dalam 5-10 hari dengan
sedikit jaringan parut, tetapi dapat terjadi hiperpigmentasi pasca inflamasi, terutama pada remaja dengan
kulit yang berwarna gelap. Papul yang lebih dalam penyembuhannya memerlukan waktu yang lebih lama
dan dapat meninggalkan jaringan parut.

3. Pustul
Pustul jerawat merupakan papul dengan puncak berupa pus atau nanah. Biasanya usia pustul lebih pendek
dari pada papul.

4. Nodul
Merupakan lesi radang dengan diameter 1cm atau lebih, disertai nyeri dan lesi dapat bertahan sampai
beberapa minggu atau bulan. Lesi bentuk inilah biasanya yang menyebabkan jaringan parut (Soetjiningsih,
2004).

II.5 JENIS JENIS JERAWAT


gradiasi menunjukan berat ringanya suatu penyakit diperlukan untuk pilihan pengobatan. Adanya
berbagai pola pembagian gradiasi acne vulgaris, salah satunya berdasarkan gradiasi berat ringannya, yaitu;
1. Acne Ringan (Komedo)
Komedo sebenarnya adalah pori-pori yang tersumbat, bisa terbuka atau tertutup. Komedo yang terbuka
(blackhead), terlihat seperti pori-pori yang membesar dan menghitam.
Komedo yang tertutup (whitehead) memiliki kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang tersumbat sehingga
terlihat seperti tenjolan putih kecil. Jerawat jenis komedo ini disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan sekresi
kelenjar minyak yang berlebih.

2. Acne Sedang (Jerawat Biasa)


Jenis jerawat ini mudah dikenal, tenjolan kecil berwarna pink atau kemerahan. Terjadi karena pori-pori yang
tersumbat oleh bakteri.
Bakteri yang menginfeksi bisa dari waslap, kuas make up, jari tangan, juga telepon. Stress, hormon dan
udara yang lembab, dapat memperbesar kemungkinan terbentuknya jerawat.

3. Acne Berat (Jerawat Batu atau Cystic acne)


Cystic acne adalah jerawat yang besar-besar, dengan peradangan hebat, berkumpul diseluruh muka.
Penderita cystic acne biasanya juga memiliki keluarga dekat yang menderita jerawat jenis ini.
Secara genetik penderitanya memiliki:
A. Kelenjar minyak yang over aktif yang membanjiri pori-pori dengan kelenjar minyak.
B. Pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak normal yang tidak beregenerasi secepat kulit normal.
C. Memiliki respon yang berlebihan terhadap perdangan sehingga meninggalkan bekas di kulit
Bila dilihat dari lesinya, maka acne dapat dibagi menjadi inflamasi dan non-inflamasi.
A. Inflamasi
Pada lesi inflamasi ditandai dengan terdapatnya satu atau lebih papul, pustule, dan nadul. Papul berukuran
kurang dari 5mm, pustule terdapat materi yang purulen, dan nodul berukuran lebih dari 5mm.

B. Non inflamasi
Pada lesi non inflamasi ditandai dengan komedo yang terbuka dan tertutup.

II.6 GEJALA KLINIS


1. Timbulnya bintik merah walupun tidak membahayakan namun mengganggu
2. Terkadang bintik merah disertai peradangan yang terasa gatal pada waktu mulai timbul dan terasa sakit bila
ditekan
3. Peradangan juga bisa disebabkan oleh kuman tertentu yang membentukkantong kecil ( kista ) bila pecah me
ngeluarkan nanah dan darah tetapitidak berbau.
4. Biasanya timbul dibagian wajah akan tetapi dapat juga timbul dibagiankulit kepala, leher, punggung dan dad
a bagian atas.
5. Timbulnya bintik putih atau hitam yang menonjol dan tidak sakit (komedo ).

II.7 DIAGNOSA
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya pasien mengeluh timbul bintik-
bintik merah, rasa sakit, dan sangat menganggu dalam hal estetika.

2. Pemerikasaan Klinis
Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi yang khas berupa komedo, dan bila terjadi peradangan akan
terbentuk ruam berupa papul, pustul, nodul dan kista di tempat predileksinya.

3. Pemeriksaan Histopatologi
Memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebutan sel radang kronis di sekitar folikel
pilosebasea dengan massa sebum dalam folikel. Pada kista, radang telah menghilang diganti dengan jaringan
ikat pembatasan massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati dan keratin yang lepas.
4. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis
penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun
hasilnya sering tidak memuaskan.
Pemerikasaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan untuk
tujuan serupa. Pada acne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acid) meningkat dan karena itu pada
pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

II.8 PENCEGAHAN
1. Diet rendah lemak dan karbohidrat
2. Melakukan perawatan kulit ( tidak hanya wajah ) secara rutin dan teratur, misalnya teratur mencuci muka
setelah pulang dari berpergian.
3. Hidup teratur dan seimbang, cukup istirahat, olahraga, dan hindari stress.
4. Penggunaan kosmetika secukupnya dan sewajarnya ( baik jumlah atau banyaknya dan lamanya ).
5. Menghindari polusi, debu, asap ( rokok, pabrik, kendaraan bermotor, dll ), rokok, minuman keras, semua
yang bercita rasa pedas, pemencetan jerawat yang dilakukan oleh bukan ahlinya.
6. Mengetahui dan memahami informasi tentang jerawat dari berbagai literature.

II.9 TERAPI
Tujuan terapi ialah mencegah pembentukan lesi akne yang baru, menyembuhkan lesi yang ada, serta
mencegah atau meminimalkan bekas luka.
1. Terapi Non Farmakologi
A. Menggosok kulit (scrubbing) atau mencuci wajah secara berlebihan tidak perlu dilakukan sebab tidak
membuka atau membersihkan pori dan mungkin berdampak pada iritasi kulit.
B. Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak menyebabkan kering penting diperhatikan untuk
menghindari iritasi dan kulit kering selama terapi acne.
C. Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama yang kotor, dapat memperburuk kondisi
pori-pori yang tersumbat.
D. Jangan memencet atau memecahkan jerawat karena dapat meninggalkan bekas berupa jaringan parut pada
kulit.
E. Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga kesehatan kulit usahakan untuk tetap rileks.
Stres diketahui merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya akne.
F. Cegah kosmetik yang berminyak dan pelembab.

2. Terapi Farmakologis
A. Topikal
a) Benzoil Peroksida
Benzoil peroksida dapat digunakan untuk menangani acne inflamasi superfisial (acne yang tidak dalam).
Senyawa ini merupakan antibakteri nonantibiotik yang berperan sebagai bakteriostatik terhadap P.acnes.
Benzoil peroksida diuraikan pada kulit oleh sistein sehingga membebaskan radikal bebas oksigen yang akan
mengoksidasi protein bakteri. Senyawa tersebut meningkatkan laju pengelupasan sel epitel dan melepaskan
struktur gumpalan pada folikel sehingga berdampak pada aktivitas komedolitik.
Sabun, losio, krim, dan gel tersedia dalam konsenstrasi 2,5% hingga 10%. Konsentrasi 10% tidak lebih
efektif secara signifikan, tetapi mungkin lebih iritan formulasi gel biasanya memiliki aktivitas yang lebih
poten dibandingkan dengan losio, krim, dan sabun.

Monografi
: Acne vulgaris papula, pustula yang berat, tidak dibenarkan untuk digunakan pada acne vulgaris ringan.
: Hanya untuk pemakaian luar, hindarkan kontak langsung dengan mata, mulut dan membrane mukosa;
dapat melenturkan kain dan rambut; hindarkan pemaparan berlebihan terhadap sinar matahari; jika terjadi
iritasi dan bertambah parah hentikan pemakaian dan konsultasi ke dokter.
a Indikasi : Hipersensitif terhadap komponen obat.
: Produk topikal yang mengandung alkohol (losio cukur, astrigen, kosmetik), sabun yang bersifat
mengeringkan, krim cukur, produk anti jerawat yang mengandung peeling agent (resorsinol, asam salisilat,
sulfur).
g : Iritasi kulit kurangi frekuensi penggunaan atau tuda penggunaan hingga iritasi membaik dan mulai
kembali penggunaan dengan penurunan frekuensi.
: Dosis: 2,5 10 %

b) Tretinoin
Tretionin (suatu retinoid; bentuk asam dari vitamin A) merupakan suatu zat komedolitik yang meningkatkan
perombakan sel pada dinding folikuler serta menurunkan kohesivitas sel sehingga berdampak pada
pengeluaran atau ekstruksi komedo dan penghambatan pembentukan komedo baru. Tretionin juga
mengurangi jumlah lapisan sel pada stratum korneum dari sekitar 14 hingga 5 lapisan sel.
Tretinoin tersedia dalam larutan 0,05%; gel 0,01% serta 0,25%; krim 0,025%, 0,05% serts 0,1%. Sediaan
larutan adalah paling iritan dan sediaan krim yang paling tidak iritan.

Monografi
: Acne vulgaris, mencegah kerusakan kulit oleh cahaya (tabir surya).
: Retinoid topikal sebaiknya dihindari pada jerawat berat yang meliputi area yang luas. Hindari kontak
dengan mata, lubang hidung, mulut, membran mukosa, kulit bereksim, kulit terbakar matahari, atau kulit
luka. Obat ini sebaiknya digunakan dengan sangat hati hati pada daerah sensitif, seperti leher, dan
penumpukan pada sudut hidung juga sebaiknya dihindari. Hindari paparan terhadap sinar ultraviolet.
asi : Retinoid topical dikontraindikasikan terhadap anak dan juga pada wanita hamil,eksim,kulit pecah-pecah
dan kulit terbakar.
: Reaksi lokal termasuk rasa terbakar, eritmia, tersengat, pruritus, kulit kering atau terkelupas (hentikan jika
bertambah parah). Sensitivitas yang meningkat terhadap cahaya ultraviolet atau sinar matahari. Telah
dilaporkan adanya perubahan sementara dari pigmentasi kulit. Iritasi mata dan edema, kulit mengeras dan
melepuh juga dilaporkan, tetapi jarang.
Dosis : 0,025 0,1 %
Interaksi : Interaksi tretionin dengan.
Obat Efek yang terjadi
Sulfur Waspadai penggunaan bersama-sama
Benzoil peroksida sebab dapat terjadi iritasi kulit. Oleh
Asam Salisilart karena itu, beri jeda waktu antara
penggunaan tretionin dengan obat-obat
di atas.
Sediaan topical lain Waspadai penggunaan bersama dengan
sabun dan pembersih yang abrasive,
sabun dan kosmetik dengan efek
pengeringan yang kuat, produk dengan
konsentrasi alcohol, astrigen, aroma,
limau, elektrolisis, wax yang kuat, serta
produk yang dapat mengiritasi kulit
sebab dapat meningkatkan
kemungkinan iritasi.
Fotosensitiser Jangan gunakan bersamaan sebab dapat
menyebabkan kemungkinan terjadinya
fototoksisitas.

c) Adapalen
Adapalene (Differin) merupakan generasi ketiga retinoid yang memiliki aktivitas sebagai komedolitik,
keratolitik, serta anti inflamasi. Tersedia dalam 0,1% gel, krim, larutan alkohol serta pledget.

Monografi
Indikasi : Acne vulgaris topical.
:Hindari kontak dengan mata,lubang hidung,mulut dan kulit yang terluka.Obat ini sebaiknya digunakan
dengan hati-hati pada area yang sensitive.Hindari paparan terhadap sinar uv.Penggunaan obat bersamaan
dengan pembersih yang bersifat abrasif dan adstringen.
Kontra Indikasi : Anak-anak dan wanita hamil.
g :Eritmia,kulit bersisik, kekeringan, prurituis, rasa terbakar atau tersengat, iritasi kulit, kulit terbakar dan
perburukan jerawat.
: Oleskan pada area kulit yang terkena, satu kali sehari pada waktu malam sebelum tidur dan setelah dicuci
dan dibersihkan.
:Penggunaan bersama dengan sabun dan pembersih yang abrasive,sabun dan kosmetik dengan efek
pengering yang kuat,produk dengan konsentrasi alcohol,astringen.

d) Tazaroten
Tazaroten (tazorac) merupakan retinoid asetilenat sintetik yang dikonversi dari bentuk aktifnya, yakni asam
tazarotenat setelah aplikasi topical. Obat ini digunakan dalam terapi acne vulgaris yang ringan hingga
sedang dan memiliki aktivitas komedolitik, keratolitik, serta antiinflamasi. Produk tersedian dalam bentuk
gel atau krim dengan konsentrasi 0,05% dan 0,1%. Efek samping yang terjadi berkaitan dengan dosis, yakni
eritmia, pruritus, pedih, serta sensai terbakar.

B. Antibakteri topikal
Antibakteri topikal digunakan untuk jerawat dengan tingkat keparahan ringan sampai sedang. Sediaan
topical eritromisin, tetrasiklin, dan klindamisin tampak cukup berguna untuk kebanayakan pasien dengan
jerawat yang lebih ringan; obat-obat ini dapat menimbulkan iritasi kulit yang ringan, tetapi jarang
menimbulkan sensitisasi.
Resistensi silang, terutama antara eritromisin dan klindamisin, merupakan masalah yang makin besar.
a) Antibiotik
Indikasi : Acne vulgaris.
atan :Beberapa produsen mengatakan sediaan beralkohol tidak sesuai untuk digunakan dengan benzoil peroksida.

b) Eritromisin
Eritromisin dengan atau tanpa seng merupakan agen yang efektif untuk penanganan acne inflamasi. Produk
yang dikombinasikan dengan seng dapat meningkatkan penetrasi eritromisin melalui unit pilosebaceous.
Pada umumnya formulasi eritromisin meliputi gel, losio, larutan serta tempelan sekali pakai pad dengan
konsentrasi 2% yang digunakan dua kali sehari.
Resistensi P.acnes terhadap eritromisin dapat dikurangi dengan menggunakan terapi kombinasi dengan
benzoil peroksida.
Dosis:

c) Eritromisin + Tretinoin
Monografi
:Acne vulgaris keparahan sedang dengan papul, pustule, dan bentuk non inflamasi dengan komedo.
:Hanya untuk pemakaian luar. Hidarkan kontak dengan mata, hidung, mulut dan membrane mukosa lainnya,
tidak digunakan untuk tujuan lain, hanya untuk pengobatan yang telah ditentukan, jangan gunakan preparat
jerawat lainnya, kecuali atas petunjuk dokter.
:Produk topical yang mengandung alcohol, seperti aftershave losion, astrigen, kosmetik, atau sabun yang
mempunyai sifat mengeringkan; minoksidil, topikal; obat-obat yang menyebabkan fotosensitif, seperti
fluorkinolon, fenotiazin, sulfonamide, tiazid diuretik; produk topical lain yang mengandung peeling, seperti
benzoil peroksida, resorsinol, asam salisilat, dan sulfur; antibiotikka golongan makrolida karena dapat
terjadi resistensi silang.
a Indikasi :Hipersensitif.
:Pedih atau rasa terbakar, eritmia, hipogmentasi, gatal, kulit terkelusap, kuli kering.
:1 kali sehari setelah wajah dibersihkan,dioleskan pada tempat yang berjerawat.

d) Asam Azelat
Asam azelat (Azelex) memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, serta komedolitik.
Tersedia dalam sediaan bentuk krim 20% yang biasanya digunakan dua kali sehari pada kulit yang bersih
dan kering. Asam azelat bermanfaat untuk acne yang ringan hingga sedang pada pasien yang tidak dapat
mentoleransi benzoil peroksida. Selain itu, berguna pada hiperpigmentasi postinflamasi sebab memiliki
aktivitas sebagai pencerahan kulit.
Walaupun tidak umum, sensasi terbakar ringan sementara, pruritus, pedih, serta kesemutan dapat terjadi.

Monografi
Indikasi : Acne vulgaris.
atan : Kehamilan, menyusui, hindarkan kontak dengan mata.
amping : Iritasi lokal (kurangi frekuensi atau hentikan penggunaan sementara).
Pakai : 15 20 %. Oleskan dua kali sehari pada kulit ( untuk kulit sensitif, sekali sehari untuk minggu
pertama ).Dianjurkan massa pengobatan tidak boleh lebih dari 6 bulan.

e) Asam salisilat, Sulfur, serta Resorsinol


Asam salisilat, sulfur, serta resorcinol merupakan agen keratolitik serta sedikit antibakteri. Asam salisilat
memiliki aksi sebagai komedolitik serta antinflamasi.
Setiap agen telah ditetapkan sebagai senyawa yang aman dan efektif oleh FDA. Bahkan, beberapa
kombinasi menunjukan sifat sinergis, seperti pada sulfur dan resorcinol.
Aktivitas keratolitik yang dimilikinya lebih tidak mengiritasi dibandingkan benzoil peroksida dan tretinoin,
tetapi senyawa-senyawa tersebut tidak lebih efektif sebagai komedolitik.

Monografi
Indikasi : Acne vulgaris.
atan : Hindarkan kontak dengan mulut, mata, membrane mukosa; efek sistemik setelah penggunaan yang
berlebihan.
ksi : Interaksi dilaporkan terjadi dengan baik agen topical ataupun sistemik lain yang juga mengandung
salisilat.
Efek samping : Iritasi lokal.
Dosis :
Asam salisilat Dosis: 1 - 3%
Sulfur Dosis: 4-8 %
Resorsinol Dosis: 1-5 %

C. ORAL
Terapi oral diberikan pada kasus jerawat sedang samapi berat. Terkadang terapi oral juga diberikan pada
beberapa pasien yang secara psikologis merasa sangat terganggu dengan adanya jerawat pada wajah mereka
atau pada pasien yang merasa jerawat dapat menganggu pekerjaan meskipun jerawat pada wajah mereka
relatif ringan. Pada orang orang dengan kulit berwarna cendrung mengalami masalah dengan bekas
jerawat yang berwarna kehitaman yang bisa bertahan selama beberapa bulan. Pada kasus seperti ini juga
diberikan terapi oral sebagai terapi tambahan meskipun tergolong jerawat ringan.
Dosis pemeberian terapi oral minimal selama 6 8 bulan. Ada tiga kelompok utama dalam terapi oral pada
jerawat, yaitu : antibiotika, hormon dan retinoid. Antibiotik biasanya digunakan sebagai terapi oral lini
pertama.
a) Antibiotik Oral
Antibiotik bekerja dengan beberapa mekanisme terutama dalam mengurangi jumlah bakteri di dalam dan
disekitar folikel. Selain itu, antibiotik juga mengurangi zat zat kimia yang mengiritasi yang diproduksi
oleh sel darah putih, pada akhirnya antibiotik dapat mengurangi konsentrasi asam lemak bebas dalam sebum
dan berguna sebagi anti inflamasi.
Beberapa antibiotik yang sering digunakam adalah:
a) Tetrasiklin
Merupakan jenis antibiotik yang sering digunakan sebagai terapi jerawat. Dosis awal biasanya 250 500mg,
satu empat kali sehari dan dilanjutkan sampai terlihat penurunan jumlah lesi. Dosis dapat diturunkan
secara perlahan tergantung dari respon terapi pada pasien. Tetrasiklin lebih efektif diberikan 30 menit
sebelum makan dan sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil. Tetrasiklin dapat membunuh P. Acnes dan
menurunkan kadar asam lemak pada folikel sebasea. Tetrasiklin berespon baik pada 70% pasien. Terapi
dengan tetrasiklin akan terlihat hasilnya setelah 4 6 minggu.

b) Eritromisin
Antibiotik jenis ini biasanya digunakan sebagai terapi jerawat dan mempunyai beberapa kelebihan dibanding
tetrasiklin yaitu dapat mengurangi kemerahan pada lesi dan dapat diberikan bersama dengan makanan.
Eritromisin juga dapat digunakan pada pasien yang tidak bisa mengkonsumsi tetrasiklin seperti pada wanita
hamil. Dosis yang diberikan 250 500mg, dua empat kali sehari, karena sering menimbulkan resitensi
pada P. Acnes maka eritromisin sering dikombinasikan dengan benzoil peroksida.

c) Minosiklin
Merupakan derivat dari tetrasiklin yang digunakan secara efektif sebagai terapi jerawat selama beberapa
dekade, khususnya untuk jerawat tipe pustular. Absorpsi obat ini dapat menurun bila dicampur dengan
makanan dan susu, tetapi tidak seperti penurunan absorbsi pada tetrasiklin. Dosis awal antara 50 100mg,
dua kali sehari. Efek samping utama berupa pusing ( vertigo ), lemah, mual, perubahan pigmen kulit, dan
perubahan warna gigi perubahan pada kulit dan gigi lebih sering dijumpai pada orang orang yang
mengkonsumsi minosiklin dalam waktu lama.

d) Doksisiklin
Antibiotik ini sering diberikan pada orang orang yang tidak dapat merespon pemberian eritromisin atau
tetrasiklin. Dosis yang digunakan antara 50 100mg dua kali sehari dan dapat dikonsumsi bersama dengan
makanan ( mudah diabsorbsi ). Horrisson melaporkan 50mg doksisiklin satu kali perhari sama efektif
dengan 50mg minosiklin dua kali perhari. Sebaiknya tidak mengkonsumsi bersama antasida, tablet besi,
kalsium dan tidak dikonsumsi selama masa menyusui atau wanita hamil. Doksisiklin akan membuat kulit
lebih sensitif terhadap sinar matahari. Karena itu harus disertai dengan penggunaan tabir surya.

e) Klindamisin
Klindamisin berguna sebagai antibiotik oral untuk terapi jerawat. Tetapi antibiotika ini banyak digunakan
dalam bentuk topikal. Dosis awal 150mg, tiga kali sehari. Efek samping utama berupa infeksi intestinal yang
dinamakan kolitis pseudomembran yang disebabkan oleh bakteri.

f) Kontrimoksazol
Antibiotik ini diindikasikan pada penderita yang intoleran dengan tetrasiklin atau eritromisin, atau pada
penderita yang tidak ada respon terhadap terapi lain. Kontrimoksazol juga digunakan pada folikulitis gram
negatif.

Das könnte Ihnen auch gefallen