Sie sind auf Seite 1von 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SAP

CEGAH DIARE

Topik : Cegah Diare

Sasaran : Keluarga dan masyarakat

Tempat:

Hari :

Pukul :

A. Latar Belakang

Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak balita,


khususnya di Negara berkembang seperti Indonesia (Segeren, 2005).Diare
adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan atau tanpa darah atau lendir (Suraatmaja, 2007).Apabila pada diare
pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan
tubuh, maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi maka diare
dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang dan
diare dehidrasi berat.
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya
penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan
(pembangunan tinja yang tidak higienis), kebersihan perorangan dan
lingkungan yang jelek, penyiapan makanan kurang matang dan penyimpanan
makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya (Sander, 2005).
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi
pendorong terjadinya diare yaitu faktor agen, penjamu, lingkungan dan
perilaku.Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan yaitu
sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor berinteraksi
bersama dengan perilaku manusia.Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Zubir,
2006).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lebih dari
sepertiga kematian anak secara global disebabkan karena diare sebanyak 35%.
United Nations International Childrens Emergency Fund (UNICEF)
memperkirakan bahwa secara global diare menyebabkan kematian satu anak
setiap 30 detik dan menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap
tahun.
Secara umum kematian akibat diare pada anak di dunia mencapai
42.000 kasus per minggu, 6000 kasus per hari, 4 kasus setiap menit dan 1
kematian setiap 14 detik. Dari jumlah tersebut, total episode diare pada bayi
kurang dari 11 bulan sebanyak 475 juta kali dan usia 1-4 tahun sekitar 945 juta
per tahun. (PressRelease, WHO, 2002).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan
angka kematian akibat diare adalah 2.5%.Angka ini meningkat dari tahun
sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661
orang.Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang
dengan angka kematian 2.5%.
Survey Morbiditas Diare tahun 2010 yang dilakukan oleh Kementrian
Kesehatan RI, didapatkan pada tahun 2000 angka kematian balita akibat diare
di Indonesia adalah 1.278 per 1000 turun menjadi 1.100 per 1000 pada tahun
2003 dan naik lagi pada tahun 2006 kemudian turun pada tahun 2010.
Sedangkan di Bali, menurut Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Provinsi Bali, dr Gede Wira Sunetra,
sebanyak 26.860 orang masyarakat di sembilan kabupaten/kota di Bali
terserang diare dari total jumlah penduduk 3.737.567 jiwa selama tujuh bulan
periode Januari-Juli 2014. Dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Bali
tercatat Kabupaten Buleleng yang paling tinggi penderita diare yakni 4.947
orang, menyusul Kota Denpasar (4.394), Kabupaten Gianyar (4.121), Tabanan
(3.613), Badung (2.584), Karangasem (2.737 jiwa) dan Bangli (1.779). Kasus
diare terendah berada di Kabupaten Jembrana dengan jumlah 1.390 dan
Klungkung (1.295) yang didominasi oleh balita.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006, menunjukkan
bahwa berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan dapat
mengurangi angka kejadian diare sampai dengan 94% melalui pengolahan air
yang aman dan penyimpanan di tingkat rumah tangga dapat mengurangi angka
kejadian diare sebesar 32%, meningkatkan penyediaan air bersih dapat
menurunkan angka kejadian diare sebesar 25% dan melakukan praktek
mencuci tangan yang efektif dapat menurunkan kejadian diare sebesar 45%.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional umum.
Setelah Melakukan penyuluhan kesehatan Cegah Diare, sasaran
yang sudah di tentukan dapat memahami dan menambah wawasan seputar
diare dari pengertiannya hingga dapat mempraktekan kembali cara
membuat larutan untuk penderita diare

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan kepada sasaran yang sudah di tentukan :
a. Sasaran dapat memahami tentang pengertian Diare
b. Sasaran dapat menyebutkan tentang penyebab diare
c. Sasaran dapat memahami dan menyebutkan tentang tanda dan gejala
diare
d. Sasaran dapat melaksanakan Pencegahan dan penanganan mandiri
terhadap diare.
e. Sasaran dapat memiliki dan melakukan upaya pertolongan pertama
dalam menghadapi penderita diare.
f. Sasaran dapat membuat oralit dengan takaran sesuai usia dan dapat
membuat oralit gula dan garam.

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Diare
2. Penyebab Diare
3. Tanda dan Gejala Diare
4. Cara Pencegahan Diare
5. Cara Penanganan Diare
6. Upaya Pertolongan Pertama Pada Penderita Diare
7. Demonstrasi Mengenai Pembuatan Larutan Gula Garam

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab

E. Media Alat dan Sumber


1. Media
a. Slide
b. Poster/Banner
c. Leaflet
2. Alat
a. Ruangan
b. Laptop
c. Infocus
d. Meja
e. Kursi
f. Gelas
g. Air
h. Oralit
i. Gula & Garam

F. Sasaran
1. Keluarga
2. Anak
3. Masyarakat Umum
G. Langkah Kegiatan Dalam Penyuluhan

N WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


O
1 5 menit Pembukaan Mendengarkan pembukaan yang
disampaikan oleh moderator.
a) membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang
akan diberikan
e) Menyampaikan kontrak
waktu
2 25 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan memberikan
umpan balik tehadap materi yang
Penyampaian materi oleh
disampaikan.
pemateri:
a. Pengertian Diare
b. Penyebab Diare
c. Tanda dan Gejala Diare
d. Cara Pencegahan Diare
e. Cara Penanganan Diare
f.Upaya Pertolongan Pertama
pada Penderita Diare
g. Demonstrasi Mengenai
Pembuatan Larutan Gula
Garam

3 5 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan

Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya
tentang materi yang kurang
dipahami
3 5 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada
peserta tentang materi yang
telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta
yang dapat menjawab
pertanyaan
4 3 menit Penutup Mendengarkan dengan seksama
dan menjawab salam
a) Menjelaskan kesimpulan
dari materi penyuluhan
b) Ucapan terima kasih
c) Salam penutup

H. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini isinya tepat dan
alatnya dapat digunakan sebagaimana mestinya. Saat ceramah dan
diskusi media yang digunakan adalah slide dan leaflet, sedangkan alat
yang dipakai adalah laptop, LCD, dan sound system (Bila Di
sediakan). Materi yang digunakan dalam penyuluhan adalah dalam
bentuk makalah yang disajikan secara tepat dan singkat yang disajikan
pada slide dan leaflet yang dapat mempermudah penyampaian.

2. Evaluasi Proses Penyuluhan

a. Penyuluhan tentang Cegah Diare diharapkan dapat berjalan


dengan lancar dan sasaran mengerti dan memahami dari
penyuluhan yang disampaikan.
b. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi yang baik
antara penyuluh dengan peserta.
c. Kehadiran peserta diharapkan 60-80%, mengingat kegiatan
penyuluhan akan sangat bermanfaat dalam menambah pengetahuan
dan pemahaman para bapak-bapak dan ibu-ibu mengenai cara
Pencegahan Diare Pada Anak
d. Sasaran diharapkan tidak merasa bosan saat menerima materi dan
tidak meninggalkan tempat sebelum acara ditutup.
3. Evaluasi Hasil Penyuluhan
a. Jangka Pendek
1) 80 % dari peserta dapat menjelaskan pengertian Diare
2) 80% dari peserta dapat menjelaskan penyebab Diare
3) 80% dari peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala Diare
4) 80% dari peserta dapat menyebutkan cara pencegahan Diare
5) 80% dari peserta dapat menjelaskan cara penanganan Diare
6) 80% dari peserta dapat mengulang melakukan demonstrasi
pembuatan larutan gula garam dan oralit

b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai pentingnya Waspada
Diare sedini mungkin.
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

SAP

CEGAH DIARE

A. Pengertian Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi
atau BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir. Diare adalah buang
air besar dalam bentuk cairan >3 kali dalam sehari dan biasanya berlangsung
selama dua hari atau lebih, sering juga disertai kejang perut. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang lanjut usia.
Diare jarang membahayakan, namun dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan nyeri kejang pada bagian perut.Meskipun tidak
membutuhkan perawatan khusus, penyakit diare perlu mendapatkan perhatian
serius, karena dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan
tubuh).Dehidrasi dapat ditengarai dengan gejala fisik seperti bibir terasa
kering, kulit menjadi keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, serta
menyebabkan syok.Untuk mencegah dehidrasi dengan meminum larutan
oralit.Karena itu, penderita diare harus banyak minum air dan diberi obat anti
diare.
Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat diklasifikasikan,
1. Diare akut terbagi atas :
a. Diare dengan dehidrasi berat
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari/ lebih terbagi atas :
a. Diare persisten dengan dehidrasi
b. Diare persisten tanpa dehidrasi
3. Desentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah

B. Penyebab Diare
Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
Bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas
Virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno-virus,
Rotavirus, Astrovirus

Parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa


(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur
(Candida albicans).
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Lingkungan yang tidak hygienis
7. Kebersihan Individu yang tidak terjaga.

C. Tanda dan Gejala Diare


1. BAB encer lebih dari 3x atau anak sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen.
5. Badan terasa/terlihat lemah.
6. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
7. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya defekasi dan
tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
8. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan bibir
keringserta penurunan berat badan.
9. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran
menurun.

D. Cara Pencegahan Diare


Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar yaitu setelah buang air besar,
sebelum & sesudah menyiapkan makanan atau minuman.
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan
cara merebus sampai mendidih 10-15 menit.
3. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.
4. Mencuci makanan/sayuran sebelum dimasak dibawah air mengalir.
5. Mencuci botol susu dan tempat makan anak dengan cara mencuci di
bawah air mengalir lalu rendam dengan air panas 5 menit baru
digunakan lagi.
6. Menjaga kebersihan diri.
7. Menjaga kebersihan lingkungan: rumah, saluran air, pengelolaan sampah
yang baik yaitu sampah dibuang pada tempatnya dan tempat sampah selalu
ditutup agar makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas,
dan lain-lain), membuang tinja termasuk tinja bayi pada jamban/WC.

E. Cara Penanganan Diare


1. Mengganti cairan tubuh yang hilang melalui tinja dan muntah
dengan oralit. Cairan oralit diberikan sedikit demi sedikit dengan sendok,
dengan frekuensi sesering mungkin. Oralit sudah dilengkapi dengan
elektrolit sehingga dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang bersama
cairan.
2. Berikan zinc selama 10-14 hari. Zinc berfungsi untuk memperbaiki
epitel usus supaya tidak sering diare. Caranya zinc dilarutkan dalam 1
sendok air. Pemberian zinc untuk anak <6 bulan tablet dan >6 bulan 1
tablet.
3. Pemberian ASI ataupun makanan pendamping ASI tetap diberikan
agar anak tidak kekurangan gizi. Pemberian susu formula yang
mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh.
4. Segera ke fasilitas kesehatan, jika kondisi tidak membaik dalam 3
hari atau buang air besar cair bertambah sering, muntah berulang-ulang,
makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah, sehingga bisa
mendapatkan obat antibiotic selektif dari dokter.
5. Nasihat yang meliputi makanan yang boleh dan tidak boleh
dimakan serta cara menjaga kebersihan perseorangan. Sebaiknya
makanlah makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim),
makanan rendah serat (tanpa buah, tanpa sayur) dan rendah lemak.
6. Pemberian obat antidiare sebaiknya jangan karena dapat beresiko
dapat menimbulkan efek sampingyang cukup berbahaya.
F. Upaya Pertolongan Pertama pada Penderita Diare
Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang
perlu segera dilakukan:

1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat


meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering
lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1
gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula
garam. Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir,
dan seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada
penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak
merangsang lambung, serta makanan ekstra yang bergizi sesudah
muntaber.
3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak
berhenti dalam sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan,
tidak dapat minum atau makan, demam tinggi, penderita lemas sekali
serta terdapat darah dalam tinja.

G. Demonstrasi Mengenai Pembuatan Larutan Gula Garam

1. Membuat Larutan Gula Garam


a. Alat:
1) Sendok
2) Gelas
b. Bahan:
1) 1 sdm gula
2) sdm garam
3) Segelas air putih yang telah dimasak (200 ml)
c. Cara Membuat:
1) Cucilah tangan dengan bersih
2) Tuangkan air masak ke dalam satu gelas air
3) Masukkan gula 1 sdm penuh
4) Masukkan sdm garam
5) Aduk sampai larut
6) Larutan gula garam segera minum
2. Membuat Larutan Oralit
Larutan oralit adalah larutan untuk mengobai diare.
Tujuannya: mencegah kehilangan cairan berlebih
a. Alat:
1) Sendok
2) Gelas
b. Bahan:
1) 1 bungkus oralit
2) Segelas air masak (200 ml)
c. Cara membuat:
1) Cuci tangan sampai bersih
2) Tuang air masak satu gelas
3) Bubuk oralit 1 bungkus dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak
4) Aduk sampai semua bubuk larut dengan sendok.

Kebutuhan oralit sesuai kelompok umur :


Jumlah oralit yang disediakan di
Umur Setiap Mencret
rumah
< 1 tahun / gelas 400 ml/hari (2 bungkus)
1 - 4 tahun 1 gelas 600-800 ml/hari (3-4 bungkus)
5 12 tahun 1 / gelas 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
Dewasa 3 gelas 1200-2800 ml/hari (6-10 bungkus)
Catatan : 1 bungkus oralit = 1 gelas = 200 ml. Perkiraan oralit untuk kebutuhan
2 hari.
DAFTAR PUSTAKA

Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter: A-Z Deteksi, Obati, dan
Cegah Penyakit. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Grhatama.
OTC DIGEST. 2011. Diare dan Obatnya edisi 61 halaman 27. Jakarta: PT
Triprakarsa Media Utama
Priyanta, Agus. 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Agung Seto.

Das könnte Ihnen auch gefallen