Sie sind auf Seite 1von 3

Pengelolaan inkontinensia akan cukup baik hasilnya bila semua faktor yang

berpengaruh diperhatikan, dan tipe dari inkontinensia dapat dikenal serta


diagnosis penyebabny diketahui. Dari anamnesis, beberapa informasi penting
yang harus ditanyakan antara lain :

- Kondisi medik saat ini, misalnya anmnesis untuk diabetes, gagal jantung,
kelainan-kelainan saraf dan sebagainya
- Obat-obatan yang sedang digunakan
- Riwayat kesehatan saluran genito-urinaria misalnya riwayat persalinan,
adakah pembedahan di masa lalu, radiasi, dan sebagainya
- Keluhan khusus untuk saluran kemih bawah, untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi baik akut maupun kronik, kurang lancar atau
mengejan saat kencing, kencing berwarna merah dan sebagainya
- Keluhan dari inkontinensia sendiri, saat dan lama berlangsungnya,
kekerapannya, jumlah dan lain-lain untuk usaha mengenal tipe
inkontinensia yang dihadapi
- Asupan (intake) cairan, jumlahnya dan waktu-waktu minum penderita
- Adakah obstipasi, adakah inkontinensia alvi yang mungkin sebagai
penyebab atau menyertai inkontinensia urin
- Perlu ditanyakan keadaan lingkungan, adakah tempat berkemih, dan jarak
serta kondisinya
- Adakah keluhan psikologik yang mengarah pada gangguan status mental,
misalnya depresi
- Anamnesis tentang tanggapan penderita untuk inkontinensia yang
diderita, apakah disadari atau tidak dan apakah mengganggu kualitas
hidupnya.

Dari pemeriksan fisik, beberapa hal penting yang harus diperiksa adalah :

- Status mental mis. Untuk fungsi-fungsi kognitif


- Status neurologik mis. Adakah parese/plegia dari ekstremitas, refleks-
refleks patologik dan tanda-tanda penyakit khusus mis. Sindroma
Parkinson
- Mobilitas dan gaya berjalan diperiksa antara lain untuk menilai
kemampuan mencapai tempat-kemih
- Pemeriksaan abdomen misalnya adakah massa di daerah supra-pubik, dan
khususnya adakah kelainan daerah genitalia
- Lain-lain yang perlu diperiksan adakah tanda-tanda gagal jantung, edema
pada ekstremitas bawah dan sebagainya

Perhatian khusus harus diberikan pada pengelolaan inkontinensia akut yang


biasa didapatkan pada penderita yang dirawat di bangsal akut. Inkontinensia ini
biasanya hanya sementara bila dikelola dengan baik. Sebaliknya pengelolaan
yang tidak tepat dapat menyebabkan inkontinensia menjadi menetap.

Yang sering dikerjakan pada penderita lanjut usia dengan inkontinensia adalah
memasang kateter secara menetap. Untuk beberapa pertimbangan, misalnya
memantau produksi urin dan keperluan mengukur balans cairan, hal ini masih
dapat diterima. Tetapi sering alasan pemasangan kateter ini tidak jelas, dan
mengundang risiko untuk terjadinya komplikasi, umumnya adalah infeksi. Ada
tiga macam cara kateterisasi pada inkontinensia urin :

1. Kateterisasi luar. Terutama pada pria dengan memakai sistim kateter-


kondom. Efek samping yang terutama adalah iritasi pada kulit, dan sering
lepas. Tetapi ada juga laporan yang menunjukkan insidens infeksi saluran
kemih meningkat dengan kateterisasi macam ini. Metode ini hanya
dianjurkan pada pria yang tidak menderita retensio urin dan mobilitasnya
masih cukup baik. Kateter eksternal semacam ini untuk wanita mulai
diperkenalkan, tetapi manfaatnya masih belum memuaskan
2. Kateterisasi intermitten. Kateterisasi secara intermitten dapat dicoba,
terutama pada wanita lanjut usia yang menderita inkontinensia. Frekuensi
pemasangannya 2 hingga 4 x sehari, dengan sangat memperhatikan
sterilitas dan teknik prosedurnya
3. Kateterisasi secara menetap. Pemasangan kateter secara menetap harus
benar-benar dibatasi pada indikasi yang tepat. Misalnya untuk ulkus
dekubitus yang terganggu penyembuhannya karena adanya inkontinensia
urin ini. Komplikasi dari kateterisasi secara terus menerus ini disamping
infeksi, juga mungkin menyebabkan batu kandung kemih, abses ginjal dan
bahkan proses keganasan dari saluran kemih.

Pengelolaan inkontinensia pada penderita lanjut usia, secara garis besar dapat
dikerjakan sebagai berikut :

- Program rehabilitasi antara lain :


Melatih respons kandung kemih agar baik lagi
Melatih perilaku berkemih
Latihan otot-otot dasar panggul
Modifikasi tempat untuk berkemih
- Kateterisasi, baik secara intermitten atau menetap
- Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, estrogen
- Pembedahan, misalnya; untuk mengangkat penyebab sumbatan atau
keadaan patologik lain, pembuatan sfingter artefisial, dan lain-lain
- Lain-lain, misalnya penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk
kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan
penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia

Menurut Kane dkk., untuk masing-masing tipe dari inkontinensia, ada beberapa
hal khusus yang dianjurkan, misalnya :

a. Inkontinensia tipe stress :


Latihan otot-otot dasar panggul
Latihan penyesuaian berkemih
Obat-obatan untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogen
Tindakan pembedahan memperkuat muara kandung kemih
b. Inkontinensia tipe urgensi :
Latihan mengenal sensasi berkemih dan penyesuaiannya
Obat-obatan untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogen
Tindakan pembedahan untuk mengambil sumbatan dan lain-lain
keadaan patologik yang menyebabkan iritasi pada saluran kemih
bagian bawah
c. Inkontinensia tipe luapan :
Kateterisasi, bila mungkin secara intermitten, dan kalau tidak mungkin
secara menetap
Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan
d. Inkontinensia tipe fungsional :
Penyesuaian sikap berkemih antara lain dengan jadwal dan kebiasaan
berkemih
Pakaian dalam dan kain penyerap khusus lainnya
Penyesuaian/modifikasi lingkungan tempat berkemih
Kalau perlu digunakan obat-obatan yang merelaksasi kandung kemih

Pemakaian obat-obatan untuk merelaksasi otot-otot kandung kemih, pada


umumnya mempunyai sifat anti-kolinergik. Efek samping yang harus
diperhatikan antara lain mulut terasa kering, dan bahkan dapat mencetuskan
terjadinya retensi urin. Kemungkinan retensi urin ini diperbesar bila ada penyakit
DM atau obstruksi pada muara kandung kemih. Demikian juga obat-obatan
dengan sifat anti-kolinergik ini dapat mengakibatkan penurunan fungsi kognitif,
delirium, dan hipotensi postural.

Penggunaan obat-obatan hormonal, bila berlangsung beberapa bulan harus


diberikan secara siklik, dan kalau perlu ditambahkan progesteron. Bila diberikan
dalam kombinasi demikian, efek samping masing-masing obat harus
diperhatikan misalnya perdarahan pervaginam dan kemungkinan perubahan
kearah keganasan.

Das könnte Ihnen auch gefallen