Sie sind auf Seite 1von 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/264550380

Relationship between Mindfulness and


Personality (NEO PI-R)

Conference Paper March 2013


DOI: 10.13140/2.1.4589.8887

CITATIONS READS

0 337

1 author:

Sandi Kartasasmita
Tarumanagara University
11 PUBLICATIONS 7 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Logosynthesis View project

All content following this page was uploaded by Sandi Kartasasmita on 08 August 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.





HUBUNGAN KEPRIBADIAN BIG FIVE (NEO-PI) DENGAN MINDFULNESS PADA MAHASISWA
Sandi Kartasasmita, M.Psi., Psikolog., Psikoterapis., CMHA., CBA
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Seinama2003@yahoo.com

ABSTRAK
Currently in Indonesia there is no instrument that measures of mindfulness. Mindfulness is the
ability to focus enough to Understand and feel what is happening externally and internally,
intentionally. There are many factors that affect a person can achieve mindfulness or not. One of the
aspects that affect the personality. This study wanted to find a relationship between
personality with mindfulness in students. Personality measurement tool used is the NEO-PI (Big Five).

Keyword: mindfulness, NEO-PI


BAB I. PENDAHULUAN

Setiap saat mendengar bunyi alarm yang membangunkan diri dari tidur yang menyenangkan di
pagi hari, tentunya secara otomatis terdapat sejumlah rencana aktivitas yang akan dilakukan oleh
manusia. Aktivitas umumnya yang dilakukan oleh manusia adalah pergi ke kantor bagi pekerja atau ke
sekolah bagi pelajar. Dalam penelitian ini akan mengkhususkan pada pelajar dan dalam hal ini diwakili
oleh mahasiswa. Adapun aktivitas seperti bangun dari tempat tidur, mandi, sarapan dan kemudian
berangkat ke kampus, merupakan hal yang terbiasa dilakukan. Hal tersebut adalah aktivitas rutin harian
yang dilakukan sebagian besar mahasiswa. Sepanjang perjalanan, kemacetan lalu lintas kota Jakarta
cukup menghantui para mahasiswa. Berbagai macam perasaan silih ganti ada dalam perasaan para
mahasiswa tersebut. Kondisi tersebut dapat saja membuat setiap mahasiswa yang terjebak dalam
kemacetan tersebut merasa tidak nyaman. Setiap hari kehidupan dilalui seperti itu, lama kelamaan
mahasiswa yang menjalaninya akan menjadi melakukan aktivitas seperti rutinitas belaka. Hal tersebut
disebut sebagai mindlessness (Langer E,2009). Apabila terjebak dalam kondisi mindlessness maka
mahasiswa akan seperti robot hidup. Apabila seperti robot hidup, maka mahasiswa akan mudah sekali

1
mengalami permasalahan dalam aktivitas belajar mereka di kampus. Selain itu, mahasiswa juga akan
lebih mudah mengalami stress. Kartasasmita, 2010 menemukan bahwa tiga urutan paling tinggi yang
menjadi sumber stress warga Jakarta pada tahun 2010 karena masalah pekerjaan 17, 14%, hubungan
dengan orang lain 16.37% dan masalah pendidikan 12,21%. Lebih lanjut, Wirawan,H.E., Kartasasmita
(2011) mengungkapkan bahwa tiga urutan stress tertinggi adalah pekerjaan, pendidikan dan kemacetan
lalu lintas. Lebih spesifik lagi, ditemukan data bahwa stress paling tinggi pada mahasiwa adalah
banyaknya pekerjaan pendidikan yang harus mereka selesaikan dan kemacetan lalu lintas.

Permasalah-permasalahan yang dihadapi oleh para mahasiswa dapat dikatakan bukan suatu hal
yang dapat dipandang mudah. Berdasarkan hasil penelitian, Kartasasmita (2010) mengungkapkan bahwa
untuk mengatasi permasalah yang muncul sebanyak 77.8% warga Jakarta menggunakan teknik
emotional focus coping untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul. Hal ini menandakan
bahwa sebagian besar warga Jakarta, termasuk mahasiswa didalamnya lebih menggunakan teknik
tersebut daripada menghadapi permasalahan secara langsung. Hal tersebut dapat terjadi karena
mindlessness. Untuk menghindari hal tersebut, akan lebih baik memiliki mindfulness dalam diri
mahasiswa.

Mindfulness adalah satu konsep yang menarik perhatian di kalangan ilmuwan psikologi,
kesehatan maupun neuroscience dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Brown & Ryan (dikutip oleh
West, A.M, 2008), Mindfulness adalah satu kondisi saat seseorang dapat menjaga perhatiannya serta
sangat waspada terhadap keadaan disekitarnya. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Kabat-Zinn
tahun 1992, Ma & Teasdale tahun 2002, Davidson tahun 2003, Marlatt, et all tahun 2004, Carson &
Carson tahun 2006 dan Samuelson, Carmody, Kabat-Zinn & Bratt tahun 2007 (dikutip oleh West, A.M,
2008) mengungkapkan bahwa melatih mindfulness dapat membantu seseorang untuk dapat memiliki
hidup yang lebih sehat dan tidak mudah cemas, tidak mudah depresi, memandang hidup lebih baik,
meningkatkan hubungan dengan orang lain, meningkatkan self esteem, menigkatkan fungsi ketahanan
tubuh manusia dan dapat mengurangi kemungkinan seseorang untuk menggunakan obat-obatan
terlarang.

Kemampuan seseorang untuk mengembangkan mindfulness yang ada dalam dirinya akan
menjadi suatu hal positif baik untuk yang bersangkutan ataupun masyarakat sekitar. Seseorang dapat
mengembangkan mindfulness tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah kepribadian. West, A.M (2008), mengungkapkan bahwa mindfulness berkaitan

2
dengan kepribadian manusia. Individu dapat memiliki kesadaran untuk melakukan sesuatu berdasarkan
apa yang tampak pada saat tersebut berdasarkan karakteristik kepribadiannya.

Sayangya penelitian mengenai mindfulness masih jarang dilakukan di Indonesia, atau bahkan
dapat dikatakan hampir tidak ada satupun penelitian yang membahas mengenai hal tersebut. Terlebih
lagi penelitian yang mengkaitkan mindfulness dengan kepribadian di Indonesia. Oleh karena itu, maka
peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat hubungan kepribadian NEO-PI dengan mindfulness,
terutama pada Mahasiswa



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Para teoritis yang sama-sama menekankan pentingnya trait dalam penentuan kepribadian
seseorang tetapi masing-masing teoritis mempunyai pandangn tentang trait yang berbeda-beda. Oleh
karena itu pada akirnya timbul consensus yang menghasilkan lima dimensi trait yang menjadikan dasar
dari pembentukkan kepribadian, yaitu Five Factor Model. Teori kepribadian big-five adalah teori
dikemukakan oleh Goldberg (Gregory, 2000). Pola perilaku individu oleh DeRaad (2000) dibedakan
menjadi lima pola. Pola kepribadian ini disebut Big Five Factors yang pada awalnya ditinjau oleh
Goldberg (Gregory, 2004). Dimensi dari Big Five ini: (a) openness (b) conscientiousness, (c) extraversion,
(d) agreeableness, dan (e) neuroticism,. Gregory menyingkat kelima dimensi kepribadian dari Big Five ini
dengan OCEAN. Ryckman (2004) menjelaskan bahwa masing-masing dimensi dari kepribadian ini
mempunyai nilai positif dan negatif.

Dimensi openness to experience. Dimensi kepribadian openness to experience ini terdapat 6 facet,
yaitu (a) fantasy, (b) aesthetics, (c) feelings, (d) actions, (e) ideas, dan (f) values. Pervin dan John (1997)
mengatakan bahwa skala trait openness memberikan penilaian proaktif, membutuhkan apresiasi
terhadap pengalaman, mentoleransi dan mengeksplorasi sesuatu yang tidak dikenal. Skor yang tinggi
pada openness adalah penasaran, menarik, kreatif, original, imaginatif, dan tidak tradisional; sedangkan
skor yang rendah adalah konvensional, rendah hati, minat yang sempit, tidak artistik, dan tidak analitik.

Wood et al., (2005) menambahkan bahwa orang yang berada dalam dimensi ini adalah orang yang
mencari pengalaman yang berbeda dan orang yang imaginatif, intelektual, dan mempunyai pemikiran

3
yang luas. Wood et al. menemukan bahwa orang yang tinggi pada openness to experience adalah
kebutuhan untuk menjadi kreatif.

Dimensi conscientiousness. Dimensi kepribadian conscientiousness ini terdapat 6 facet, yaitu (a)
competence, (b) order, (c) dutifulness, (d) achievement striving, (e) self-discipline, dan (f) deliberation.
Pervin dan John (1997) mengatakan bahwa skala trait conscientiousness memberikan penilaian tingkat
individu dalam organisasi secara terus menerus, dan motivasi dalam mencapai tingkah laku yang ingin
dicapai secara langsung. Dimensi ini mempunyai perbedaan dengan orang yang bergantung pada orang
lain, cerewet, lesu, dan tidak rapi.

Wood et al., (2005) menjelaskan bahwa dimensi conscientiousness membedakan orang yang
mandiri, terorganisir, dapat dipercaya, seksama, pekerja keras, dan tekun; dengan orang yang tidak
mandiri, tidak terorganisir, impulsif, tidak dapat dipercaya, tidak bertanggung jawab, teledor, lalai, dan
malas. Dimensi extraversion. Dimensi kepribadian Extraversion ini terdapat 6 facet, yaitu (a) warmth, (b)
gregariousness, (c) assertiveness, (d) activity, (e) excitement seeking, dan (f) positive emotion. Pervin dan
John (1997) mengatakan bahwa skala extraversion memberikan penilaian kuantitas dan intensitas
terhadap pengaruh timbal balik antar perseorangan, tingkat aktivitas, keperluan stimulus, dan kapasitas
untuk kesenangan. Skor yang tinggi pada extraversion adalah dapat bersosialisasi, aktif, talkative (cakap
berbicara), berorientasi pada sesama, optimis, fun-loving, dan sikap afektif (penyayang); sedangkan skor
yang rendah pada extraversion adalah sikap suka menyendiri, tenang, menyendiri, berorientasi pada
tugas, malu-malu, dan sikap yang tidak gembira (Pervin & John, 1997; Wood et al., 2005).

Dimensi agreeableness. Dimensi kepribadian agreeableness ini terdapat 6 facet, yaitu (a) trust, (b)
straightforwardness, (c) altruism, (d) compliance, (e) modesty, dan (f) tender-mindedness. Pervin dan
John (1997) mengatakan bahwa skala trait agreeableness memberikan penilaian kualitas terhadap suatu
orientasi pengaruh timbal balik bersamaan dengan rangkaian kesatuan dari perasaan kasihan menjadi
sebaliknya. Perasaan ini terjadi baik dalam pemikiran, perasaan, maupun tindakan. Orang mempunyai
skor yang tinggi pada trait ini adalah orang yang penolong, pemaaf, lembut hati, karakter yang baik,
dapat dipercaya, mudah dibujuk, dan bersikap terang-terangan. Skor yang rendah pada trait ini adalah
kasar, mudah curiga, kurang dapat diajak bekerja sama, manipulatif, bersikap sinis, dan suka mencari
masalah.

Wood et al., (2005) menambahkan bahwa dimensi agreeableness terdiri dari kumpulan traits yang
terbentang dari rasa kasihan sampai pada perasaan pertentangan (antagonis) terhadap orang lain.

4
Orang dengan nilai yang tinggi pada dimensi ini adalah orang yang menyenangkan, baik hati, hangat,
simpatik, kooperatif, sedangkan mereka yang rendah dalam dimensi ini adalah orang yang tidak
bersahabat, tidak menyenangkan, agresif, argumentatif, dingin, terkadang bersifat bermusuhan, dan
dendam. Dimensi neuroticism. Dimensi kepribadian neuroticism ini terdapat 6 facet, yaitu (a) anxiety,
(b) angry hostility, (c) depression, (d) self-consciousness, (e) impulsiveness, dan (f) vulnerability to stres.
Pervin dan John (1997) mengatakan bahwa dimensi neuroticism memberikan penilaian pada
penyesuaian dibanding dengan ketidakstabilan emosi yang mengindikasikan kecenderungan pada
penderitaan psikologis, ide-ide yang tidak realitis, keinginan-keinginan yang berlebihan, dan
penyelesaian respon yang maladaptif. Skor yang tinggi pada neuroticism adalah khawatir, cemas,
emosional, tidak nyaman, perasaan kurang, dan rasa cemas yang berlebihan, sedangkan skor yang
rendah pada neuroticism adalah tenang, rileks, tidak mudah emosi, tabah, rasa aman, dan rasa puas.

Wood et al., (2005) menambahkan bahwa orang yang tinggi pada neuroticism cenderung tidak
mempunyai stabilitas emosional. Mereka cenderung mengalami emosi yang negative, menjadi moody,
lekas marah, gugup, dan mudah kuatir. Dimensi ini membedakan orang yang bersemangat, mudah
mengatasi emosinya, dan cenderung tenang.


BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan

Mengetahui Hubungan antara Kepribadian Big Five (NEO-PI) dengan mindfulness pada mahasiswa

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui Mindfulness siswa yang menjadi responden penelitian,
dimensi khusus mana yang paling berpengaruh terhadap mindfulness pada siswa.



BAB IV. METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian

5
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap pertama dilakukan dalam rangka melakukan uji
coba alat ukur mindfulness pada mahasiswa Fakultas Psikologi sebanyak 100 responden. Uji coba sudah
dilakukan pada bulan Oktober 2011.

Area Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada area Ambon

Partisipan Penelitian
Partisipan penelitian siswa SMU yang tinggal di kota Ambon. Kota Ambon menjadi tujuan
penelitian karena hingga saat ini, Ambon dapat dikatakan salah satu daerah di Indonesia yang masih
rawan konflik.

Prosedur Penelitian
Penelitian dimulai dengan mengumpulkan kajian-kajian ilmiah yang berkaitan dengan
mindfulness. Terutama jurnal, disertasi dan buku yang berkaitan. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan
materi mengenai kepribadian Big Five edisi revisi (NEO-PI R), baik secara teoritis dan juga alat ukur yang
akan digunakan. Alat ukur dalam penelitian ini ada 2, yaitu alat ukur mindfulness dan alat ukur
kepribadian Big Five edisi revisi (NEO-PI R).
Setelah mengumpulkan materi dan alat ukur, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji
coba alat ukur mindfulness, karena alat ukur Big Five (NEO-PI R) sudah dilakukan ujicoba pada tahun
2009. Ujiciba alat ukur mindfulness dilakukan di Jakarta dengan melibatkan 100 responden dan di
Ambon dengan melibatkan 82 responden.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil jumlah responden adalah 82 siswa yang terdiri dari:
Usia
13 tahun 1
14 tahun 12
15 tahun 29
16 tahun 29
17 tahun 11
Total 82

6


Jenis Kelamin
Pria 25
Wanita 57
Total 82





Agama
Islam 13
Kristen 67
Katolik 2
Total 82

Hubungan antara Mindfulness dengan Big Five (NEO PI)

7

Correlations

TOT_
Tot_Ext Tot_Agre Tot_Cons Tot_Neuro Tot_Open Tot_SA Tot_ATM Tot_AWRNS Tot_HSR MINDFULL
Tot_Ext Pearson Correlation 1 .140 .046 -.351** .089 .069 -.012 -.061 .017 .003
Sig. (2-tailed) .210 .684 .001 .427 .537 .915 .585 .878 .979
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Tot_Agre Pearson Correlation .140 1 .448** -.446** .298** .194 .103 .258* .411** .316**
Sig. (2-tailed) .210 .000 .000 .007 .080 .356 .019 .000 .004
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Tot_Cons Pearson Correlation .046 .448** 1 -.453** .445** .185 .161 .112 .185 .221*
Sig. (2-tailed) .684 .000 .000 .000 .096 .149 .319 .096 .046
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Tot_Neuro Pearson Correlation -.351** -.446** -.453** 1 -.498** -.108 -.057 -.050 -.233* -.148
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .334 .610 .658 .035 .183
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Tot_Open Pearson Correlation .089 .298** .445** -.498** 1 .084 .009 .221* .129 .138
Sig. (2-tailed) .427 .007 .000 .000 .453 .940 .046 .247 .217
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Tot_SA Pearson Correlation .069 .194 .185 -.108 .084 1 .462** .281* .314** .695**
Sig. (2-tailed) .537 .080 .096 .334 .453 .000 .010 .004 .000
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Tot_ATM Pearson Correlation -.012 .103 .161 -.057 .009 .462** 1 .399** .242* .779**
Sig. (2-tailed) .915 .356 .149 .610 .940 .000 .000 .029 .000
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Tot_AWRNS Pearson Correlation -.061 .258* .112 -.050 .221* .281* .399** 1 .539** .737**
Sig. (2-tailed) .585 .019 .319 .658 .046 .010 .000 .000 .000
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Tot_HSR Pearson Correlation .017 .411** .185 -.233* .129 .314** .242* .539** 1 .689**
Sig. (2-tailed) .878 .000 .096 .035 .247 .004 .029 .000 .000
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
TOT_MINDFULL Pearson Correlation .003 .316** .221* -.148 .138 .695** .779** .737** .689** 1
Sig. (2-tailed) .979 .004 .046 .183 .217 .000 .000 .000 .000
N 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Berdasarkan data yang didapatkan, maka terdapat hubungan antara mindfulness dengan big five pada
dimesi agrreableness 0.340 dan conscientiousness 0,246. Dengan demikian, semakin mindful seseorang,
maka dia akan menjadi lebih mudah untuk memperhatikan lingkungan sekitar dan memiliki kualitas
hubungan interpersonalnya. Demikian pula dengan bertanggung jawab seseorang, maka dia akan
menjadi semakin mindfulness.

Data Tambahan
Untuk data tambahan, responden yang merupakan siswa SMU kota Ambon memiliki mindfulness yang
cukup baik. Dalam hal ini terutama pada dimensi awareness 0.714. dan kurang baik pada dimensi
penerimaan diri 0.474. sedangkan untuk masalah kepribadian, yang diukur dengan alat ukur Big Five,
maka para siswa di Ambon memiliki kecenderungan untuk lebih openness to experience, yaitu sesuatu
yang berkaitan dengan kecerdasan kognitif dan perilaku, menyukai dan mencari pengalaman
baru. Termasuk faktor kognitif dan non-kognitif dalam keterbukaan untuk mencari pengalaman

8
baru yang termanifestasikan dalam serangkaian minat dan pencarian pengalaman dengan
senang tanpa perasaan cemas dengan nilai 0.783.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah, terdapat hubungan antara mindfulness dengan
aggreableness 0.344, mindfulness with conscientiousness 0.246, self acceptance with conscientiousness
0.225, Attention to the Moment with conscientiousness 0.230

Saran
Penelitian ini dilakukan pada saat kota Ambon dalam kondisi yang kurang kondusif. Satu hari sebelum
pengambilan data, terjadi ledakan bom di kota Ambon, sehingga dari rencana semula 500 responden,
akhirnya hanya didapatkan data untuk 82 responden saja.
Saran untuk para siswa. Ada baiknya siswa dapat lebih mengontrol impuls atau dorongan yang ada
dalam diri, sehingga dapat bertingkahlaku lebih baik dan tidak mudah untuk terpancing untuk
melakukan tindakan kekerasan yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Saran untuk orangtua. Orangtua diharapkan dapat membantu anak-anak remaja yang tinggal di kota
Ambon untuk berprilaku lebih terkontrol tidak hanya mengikuti dorongan sesaat yang muncul.








DAFTAR PUSTAKA

DeRaad, B. (2000). The big five personality factors: The psycholexical approach to personality. Seattle:
Hogrefe & Huber.

Gregory, R, J. (2004). Psychological testing: History, principles, and applications (4th ed.). Boston, MA:
Pearson.

9
Kartasasmita, S (2010). Sumber Stress Warga Jakarta. Dipubllikasikan di Reseacrh Week 2010 Universitas
Tarumanagara, Jakarta. Chair: Tji Beng, Jap

Wirawan, H.E., Kartasasmita, S (2011). Gender Differences on Stressor : survey In DKI Jakarta, Banten and
West Java. Dipublikasikan di PICP (Padjajaran International Conference of Psychology), Bandung.
Chair: Srisayekti, Willis

Langer, E (2009). The Encyclopedia of Positive Psychology, Volume II. UK: Wiley & Sons

Pervin, L. A., & John, O. P. (1997). Personality: Theory and research (7th ed.). Canada: Wiley & Sons

West, A.M (2008). Mindfulness and well-being in adolescence: An exploration of four mindfulness
measures with an adolescent sample. Proquest Dissertation & Theses.

Wood, S. E., Wood, E. G., & Boyd, D. (2005). The world of psychology (5th ed.). Boston: Pearson.

10

View publication stats

Das könnte Ihnen auch gefallen