Dalam tahap ini penolong akan membahas landasan teori dan kasus nyata tentang asuhan kebidanan pada Ny.B. Pembahasan dilakukan sesuai dengan beberapa tahapan dalam kehamlan dan nifas.
4.1 ANTENATAL CARE (ANC)
Ny. B melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 11 kali di KIA RSB St. Yusuf, dari usia kehamilan 6 minggu sampai kehamilan 39 minggu. Ibu sudah melakukan kunjungan Kehamilan sesuai dengan standar K4, 1 kali pemeriksaan trimester 1, 1 kali pemeriksaan trimester 2 dan 2 kali pemeriksasan trimester 3. Dalam pengawasan akan kecukupan gizi sebagai salah satu indikatornya adalah berat badan ibu hamil, berat badan Ny. B sudah dalam batas normal. IMT : 20 dan kenaikan BB : 11,5 16 kg. Dalam kenyataannya kenaikan BB ibu hanya 8 kg. Standar kecukuan gizi lain dengan mengukur Lingkar lengan (Lila), nilai normalnya > 23,5 cm, sedangkan lila ibu : 23 cm. Ini sesuai dengan teori Jarak kehamilan ibu yang kedua dan sekarang 1 tahun > 8 tahun, dimana ini termasuk faktor resiko terjadinya HPP dimana sesuai dengan teori bahwa jarak persalinan kurang dari 2 tahun merupakan faktor penyebab dari perdarahan. Hasil lab pada tanggal 30-3-12 Hb : 13,7 dan tanggal 8-10-12 Hb : 11,9 ibu tidak mengalami anemia karena Hb >11g%, hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan anemia akan mengalami kekurangan O2 yang mengakibatkan sirkulasi darah yang mengalir ketubuh berkurang dan selanjutnya kontraksi uterus pun menjadi lemah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perdarahan (Buku Acuan Nasional, 2006).
4.2 INTRANATAL CARE (INC)
Pada tanggal 19-10-2012 pukul 23.30 datang pada kala 1 fase aktif dengan usia kehamilan 40 < 2 hari. Ini merupakan usia kehamilan aterm yaitu 38-42 minggu (Manuaba). Pada saat ibu masuk kamar bersalin karena ibu mengatakan sudah mules-mules sejak pk. 16.00, belum ada rasa ingin meneran sudah keluar darah lendir sejak jam pk.22.00 belum keluar air. Pukul 13.55 dilakukan PD oleh bidan a/i meneran portio tak teraba, pembukaan lengkap, ket (-) Kep H 2+, UUK ki-dep. Ibu dipimpin meneran dan dibantu dengan episiotomi maka pk.14.03 lahirlah seorang bayi perempuan ketuban hijau encer. Oksitosin segera diberikan setelah bayi lahir yaitu pk.14.05 (manajemen aktif kala III). Pukul 14.10 lahirlah plasenta dengan bagian depan fetal, perdarahan 1.200 cc. Dapat disumpulkan bahwa lama kala I adalah 22 jam 10 menit, kala II 8 menit, dan kala III 7 menit. Pada kenyataannya penolong tidak sesuai dengan teori dimana tidak langsung melakukan pencegahan terjadinya syok hipovolemik akibat dari perdarahan yang terjadi. Penolong lebih dahulu memeriksa kelengkapan plasenta daripada memperhatikan jumlah darah di dalam pot. Setelah selesai periksa plasenta baru penolong menyampaikan kepada TIM untuk memasang infus. Akhirnya infus terpasang pukul 14.15 RL + 10 UI synto, O 2 4 l/m dan diberikan injeksi methergin 1 amp. Kemudian perdarahan bertambah 300 cc lagi kemudian dilakukan eksplorasi dan digital. Penjahitan baru dilakukan pk 15.00 dengan penambahan perdarahan 200 cc. Seharusnya sesuai dengan teori yang mengatakan Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat di serap (Buku Acuan Nasional, 2006) namun pada kenyataannya tidak dilakukan sehingga perdarahan total 1700 cc. Pemberian cairan intravena juga mengalami kesalahan, tidak sesuai teori dimana menurut teori Berikan paling sedikit 2 liter cairan pada 1 jam pertama, setelah kehilangan cairan dikoreksi pemberian cairan infus dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam. Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang diperkirakan hilang. Sedangkan pada kenyataannya infus yang diberikan dari 14.15 19.00 hanya 500 ml//cc.Kemudian langsung disambung oleh haemacell seharusnya RL dulu baru diberikan haemaccel. Pemasangan D/C baru dilakukan setelah ibu dimandikan pk. 17.15 seharusnya tanda-tanda vital tersebut sudah harus dimonitoting sejak dipasangnya infus.