Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Skenario
Seorang pria usia 56 tahun berat badan 75 Kg datang ke rumah sakit dengan keluhan
sesak napas pada saat berjalan dan naik tangga setelah makan, keluhan di rasakan sejak 2
minggu yang lalu , setelah di lakukan pemeriksaan tekanan darah 150/100 mmHg, pria
tersebut mengakui sering memeriksakan tekanan darahnya di puskesmas karena ayahnya
memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Hasil pemeriksaan di puskesma biasanya berkisar
140/90 mmHg dan dokter di puskesmas hanya menganjurkan diet rendah garam
Defenisi:
Suatu sindrom klinis yang di tandai dengan nyeri substernal, retrosternal yang dapat
berlangsung beberapa menit disebabkan karena aliran darah ke arteri miokard berkurang.
Etiologi
a Arterosklerosis
b Aorta insufisiensi
c Spasmus arteri
d Anemia berat
Jenis Angina
1. Angina pectoris stable : kebutuhan metabolic otot jantung dan energy tak dapat
dipenuhi karena terdapat stenosis menetap arteri coroner yang disebabkan oleh proses
aterosklerosis.
Sakit dada timbul saat melakukan aktivitas
Lamanya serangan biasanya kurang dari 10 menit
Bersifat stabil tidak ada perubahan seranngan dalam angina selama 30 hari
2. Angina pectoris Unstable : penyebabnya ialah spasme pembuluh coroner,
penyumbatan semntara oleh thrombus dan thrombus yang beragregasi.
Serangan nyeri dada dapat terjadi pada waktu istirahat, tidur ataupun aktivitas
minimal
Rasa nyeri pada dada biasanya lebih lama dari pada angina biasa
frekuensi timbunya serangan lebih sering
EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
Patofisiologi
Angina pectoris, penderita sering merasakan sakit pada daerah dada. Rasa sakit
karena adanya iskemik miokard akibat suplai darah dan oksigen yang berkurang. Aliran
darah yang berkurang ke pembuluh darah korener dapat di sebabkan oleh beberapa faktor
seperti proses aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan, spasme pembuluh darah
coroner, stenosis aorta, ataupun kebutuhan metabolic yang meningkat seperti hipertiroid,
anemia berat, takikardi paroksismal dengan irama ventricular yang cepat.
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak
menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard. Beberapa
keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama-sama yaitu :
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Angina pectoris sering masih dalam batas-batas normal. Biasanya
yang di temukan pada pemeriksaan fisik adalah penyakit yang merupakan faktor predisposisi
dari angina pectoris. Kadang-kadang ditemui adanya earlobe crease yaitu adanya alur pada
bunyi jantung ketiga atau ke empat dalam posisi lateral decubitus kiri. Pada auskultasi dapat
terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut
jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu serangan angina.
Pemeriksaan Penunjang
1) Elektrokardiogram (EKG)
Di luar serangan, gambaran EKG pada 25 % penderita masih normal. Pada waktu
serangan, di jumpai depresi atau elevasi segmen ST dan gelombang T negatif.kelainan
lain yang mungkin ditemukan adalah tanda-tanda infrak lama, pembesaran ventrikel
kiri atau gangguan hantaran.
Indikasi pemeriksaan
a Angina berat
b Angina pectoris tidak stabil
c Kemungkinan penyempitan pembuluh darah utama kiri atau adanya Three
vassels disease
d Angina atau infrak pada penderita di bawah umur 40 tahun.
4) Pemeriksaan Enzim jantung ;
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi tidak
melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling sensitif
untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk menyingkirkan adanya
IMA.
Gambar: Resiko pasien nyeri dada akut sesuai dengan status troponin dan EKG
depresi segment ST
Gambar : Alogaritma resiko pasien dengan angina tidak stabil berdasarkan EKG dan
pengukuran Troponin
Doiagnosis Banding
1. Neuritis intercostalis
Penyakit ini dapat menyerupai angina karena rasa nyeri yang timbul mirip angina
penyebabnya oleh diabetes mellitus atau herpes zoster
2. Anterior chest wall syndrome
Sindrom ini di tandai dengan adanya nyeri tajam lokal pada M.intercostalis
3. Osteoarthrosis cervicalis
Penyakit ini mengenai vertebra servikal atau torakal atas dan dapat menimbulkan
nyeri tajam yang menyerupai angina, tetapi nyeri ynag timbul pada keadaan ini
berhubungan dengan pergerakan leher dan tulang leher
4. Refluks esofagitis
Pengobatan
Pada serangn akut diberikan nitrogliserin sublingual dengan dosis 0,3 mg. dosis ini dapat
diulang dengan interval 3 sampai 5 menit. Apabila setelah pemberian 0,9 -1,2 mg nyeri dada
tidak hilang , harus di curigai kemungkinan adanya infrak miokard.
Untuk mencegah dapat di berikan long acting nitrat, penghambat bete adrenergic, antagonis
kalsium, obat sedative dan tranquilizer, antiagregasi platelet.
1) Long acting nitrat : dapat di pakai isosorbid dinitrat dengan dosis 10-40 mg sehari,
salep nitrogliserin 6,25 25 mg yang dipakai 4 kali sehari, atau pemakaian
nitrogliserin transdermal patches 5-20 mg sehari
2) Obat pengehamabat beta adrenergik : obata-obat ini mencegah serangan angina
dengan mnegurangi konsumsi oksigen miokard. Hanya obat ini tak dapat diberikan
pada penderita asma bronkial, bradiaritmia dan gagal jantung.
3) Antagonis kalsium : sangat efektif terutama pada angina tidak stabil
a Diltiazem
b Nifedipin
c Verapamil
5) Antiagregasi platelet : obat yang termasuk di sini atara lain golongan salisilat dan
dipiridamol. Obat ini terbukti berguna untuk jenis angina tidak stabil dan infrak
REFERENCE
1. Madsen M.D, Diederichsen C.P, at All. Diagnostic and prognostic value of a careful
symptom evaluation and high sensitive troponin in patients with suspected stable
angina pectoris without prior cardiovascular disease.2016. Internet.[cited on July
17,2017]. Available from: http://www.sciencedirect.com.sci-
hub.io/science/article/pii/S0021915016315106
2. Hamm W.C, Braunwald E. A Classification of unstable angina Revised. 2013.Internet.
[cited on July 17,2017]. Available from: http://circ.ahajournals.org/content/102/1/118
3. Anwar Bhari T. Angina Pectoris Tak Stabil. Internet.[cited on April 16,2017]
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri2.pdf
4. Raharj S. D.Angina pectoris Patofisiologi, Diagnosis dan Pengobatannya. Internet.
[cited on April 16,2017]. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=199166&val=6570&title=Angina%20Pektoris%20Patofisiologi,%20Diagnosis
%20dan%20Pengobatannya