Sie sind auf Seite 1von 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERNAPASAN

BRONKOPNEUMONIA

MAKALAH

DI SUSUN OLEH :

SITI KHALIMATUS SADIYAH

RSIA KHALISHAH PALIMANAN

CIREBON
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah
makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun
masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.

Makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini adalah sebagai pemenuhan tugas dari rsia
khalishah

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Iis Rahmawati, S. Kep., M. Kes. selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Klinik 2B ini. Serta bagi semua pihak yang turut
mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari materi
tentang penyakit terutama penyakt Bronkopneumonia. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami sendiri
sebagai penyusun.

Jember, 25 Oktober 2014 Penyusun


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL
ii

KATA PENGANTAR
iii

DAFTAR ISI.
iv

BAB 1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang. 1

Rumusan Masalah.. 2

Tujuan.. 2

BAB 2. TINJAUAN TEORI .. 3

Pengertian Bronkopneumonia. 3

Epidemiologi Bronkopneumonia.. 4

Etiologi dan Tanda Gejala Bronkopneumonia.. 5

Patofisiologi Bronkopneumonia. 6

Komplikasi dan prognosis Bronkopneumonia 9

Penatalaksanaan Bronkopneumonia. 10

Pencegahan Bronkopneumonia.. 10

Pemerikasaan Penunjang Bronkopneumonia.. 11

BAB 3. PATHWAY.
12
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN .. 13

Pengkajian.. 13

Diagnosa Keperawatan .. 19

4.3 Intervensi Keperawatan . 20

Evaluasi Keperawatan.. 28

BAB 5. PENUTUP..
29

Kesimpulan. 29

5.2 Saran.
29

DAFTAR PUSTAKA.
30
BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan oleh kuman, virus,
dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah satu penyebabnya. Anak sangat
suka bermain di dalam ataupun di luar rumah sehingga perlu memperhatikan lingkungan di
sekitar anak. Penyakit yang sering tejadi pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah
satu penyakit saluran pernafasan pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit
ini banyak ditemukan. Selain itu, di negara berkembang juga banyak ditemukan dan penyakit ini
merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun.

Bronkopneumonia proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta
mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih
area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keperenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).

Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari sepuluh penyakit yang
dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare, demam berdarah dengue, tipoid,
demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia, hipertensi, ISPA. Peran perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif
yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik maupun lingkungan, upaya preventif
dilakukan dengan cara memberikan obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter,
dan upaya kuratif perawat dalam memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua
klien unutk membawa ke rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
klien.

Rumusan Masalah

o Apa definisi bronkopneumonia?

o Bagaimana epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia?

o Apa saja tanda dan gejala bronkopneumonia ?


o Bagaimana komplikasi dan prognosis bronkopneumonia?

o Bagaimana pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang


bronkopneumonia?

o Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan bronkopneumonia?

Tujuan

o Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep bronkopneumonia pada anak.

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia;

2. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia;

3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi bronkopneumonia;

4. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis bronkopneumonia;

5. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang


bronkopneumonia ; dan

6. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan


bronkopneumonia.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

Pengertian Bronkopneumonia

Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang
mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita penyakit
Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal musim semi.
Pneumonia diklasifikasikan menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam
Terbitan (KDT) (1998) menyatakan, pneumonia adalah suatu proses inflamasi atau peradangan
yang diklasifikasikan oleh area yang terlihat yaitu bronkopneumonia dengan viral sebagai
penyebabnya.
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens
infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam
satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat
(Nursalam, 2005).

Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada
bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda asing sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.

Epidemiologi Bronkopneumonia Disease

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan
angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health
Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia,
nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor
3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.
Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka
kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika dengan cara invasif pun
penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan
memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat
menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia
diberikan antibiotika secara empiris.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas
bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP
Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita
rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita
rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H.
Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka
kematian antara 20 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh
penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.

Etiologi Bronkopneumonia Disease


Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa.
Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia,
merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :

1. Bakteri gram positif

2. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita


PPOM dan penggunaan alkohol).

3. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi
nasokomial).

4. Bakteri gram negatif

5. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan


gangguan jalan nafas kronis).

6. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi
saluran kemih).

7. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).

8. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan
menelan).

9. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).

Tanda dan Gejala Bronkopneumonia Disease

Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit bronkopneumonia, diantaranya
dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut:

1. Takipnea (nafas cepat)

2. Saat bernapas terdengar suara ronki

3. Batuk produktif

4. Menggigil dan demam


5. Sianosis area sirkumoral

6. Gerakan dada tidak simetris

7. Anoreksia

8. Malaise

9. Gelisah

10. Fatique

11. Frekuensi BAB bertambah / harinya

Patofisiologi Bronkopneumonia Disease

Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke cairan
mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-
paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman
berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon
peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah
karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini
menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .

Gambar : Perbedaan bronkus normal dan bronkopneumonia

Sumber : (Reeves, 2001)

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan
produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis
serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan
ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya
darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.

Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus pirogen.
Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat
sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan
takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan
sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan
melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan
purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga
dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
menggunakan otot otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada
sehingga gerakan dada tidak simetris.

Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60
hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh
penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon
dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan,
yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar
selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi
napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.

Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat
pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat
dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih
di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis
ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.

Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam
lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena
demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.

Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia ini masuk
lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh
pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah
pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan
menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran
nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi
tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut
membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 3940C dan mungkin disertai kejang karena
demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease

2.6.1 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak
dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya
sebagai berikut:

1. Otitis media

Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah
sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah.

2. Bronkiektase

Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat pelebaran
bronkus akibat tumpukan nanah.

3. Abses Paru

Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru paru.

4. Empiema

Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru parunya mengalami infeksi akibat bakteri
maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.

Prognosis

Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %,
mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein
dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah
lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

Penatalaksanaan

Terapi dan Tindakan medis


Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat
selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan
pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:

50. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau


diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.

51. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan
Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.

52. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan
dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.

53. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

Pencegahan Bronkopneumonia Disease

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:

1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya


bronkopneumonia

2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia

3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:

1. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur, menjaga
kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga

2. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza,


Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan
tubuh yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak
sakit.

Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner

2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang


berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi

4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba

5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi


tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan

6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;


1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada
analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus

7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan

8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

BAB 3. PATHWAYS

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Identitas klien

1. Nama :

2. Umur :

3. Suku/bangsa :

4. Agama :

5. Pendidikan :

6. Alamat :

7. Lingkungan tempat tinggal :


8. Sumber air minum :

9. Pembuangan sampah :

10. Sumber air kotor :

2. Keluhan utama

Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak nafas yang muncul
akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.

3. Riwayat Penyakit

1. Riwayat penyakit sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.

1. Riwayat penyakit dahulu

Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi yang


menyebabkan sistem imun menurun.

1. Riwayat penyakit keluarga

Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit infeksi saluran
pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan ini dapat memberikan petunjuk
kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.

4. Riwayat Kehamilan

Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau kelainan pada
kehamilan/persalinan.

5. Riwayat Tumbuh Kembang

1. Perkembangan

2. Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman sebayanya

3. Anak memilik keinginan untuk sembuh

4. Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas


5. Pertumbuhan

6. BB anak menurun kg setelah 3 hari dirawat

7. TB anak 98 cm

8. Riwayat Imunisasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis
B dan Campak.

7. Riwayat psikososial spiritual

Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak dari hospitalisasi
sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan menangis bila didekati oleh orang yang
tidak dikenal.

8. Pemeriksaan umum

Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu tubuh 39-400C,
nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai dengan umur.

9. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia menurut Riyadi, 2009:

1. Kepala

2. bentuk kepala

3. warna rambut

4. distribusi rambut

5. ada lesi atau tidak

6. hygiene

7. ada hematoma atau tidak

8. Mata
9. sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)

10. kaji reflek cahaya

11. konjungtiva anemis atau tidak

12. pergerakan bola mata

13. Telinga

14. simetris atau tidak

15. kebersihan

16. tes pendengaran

17. Hidung

18. ada polip atau tidak

19. nyeri tekan

20. kebersihan

21. pernafasan cuping hidung

22. fungsi penciuman

23. Mulut

24. warna bibir

25. mukosa bibir lembab atau tidak

26. mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)

27. reflek mengisap

28. reflek menelan

29. Dada

30. Paru paru

Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara paru ronchi

1. Jantung

Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri

Perkusi : Suara jantung terdengar redup

Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup

7. Abdomen

8. Inspeksi : bentuk, lesi

9. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3 detik

10. Perkusi : Suara abdomen timpani

11. Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)

12. Ekstremitas

13. pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)

14. kelelahan (malaise)

15. kelemahan

16. CRT <2 detik dan keluhan

17. Genetalia dan anus

18. kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia mayora, klitoris)

19. fungsi BAB

20. fungsi BAK

10. Pemeriksaan Penunjang


1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner

2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang


berhubungan dengan oksigenasi

3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi

4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba

5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi


tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan

6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;


1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada
analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus

7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan

8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

11. Keadaan Umum

Suhu :

Nadi :

TD :

RR :

12. Pola Fungsi Kesehatan

Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia meliputi:

1. Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia, dengan tanda


letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis, dengan tanda
takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
3. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak stressor sehingga
menimbulkan maslah finansialnya.

4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk
myalgia, atralgia.

5. Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM dan
ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk dan penampilan malnutrusi.

6. Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan adanya perubahan
mental.

7. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk myalgia dan atralgia.

8. Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal menyebabkan pucat atau
sianosis bibir/kuku dan menggunakan bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan
pada perkusi ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural dengan
bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela.

9. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang membutuhkan
bantuan.

Diagnosa

1. Bersihan jalan napas tidak efektif d peningkatan produksi sputum

2. Pola nafas tidak efektifd hiperventilasi

3. Gangguan pertukaran gas d perubahan membran alveolar kapiler

4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya


intake dan tachipnea

5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan


atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis atau ekonomi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :
efektif b.d peningkatan
produksi sputum a. Respiratory status : Airway suction
Ventilation
a. Pastikan kebutuhan oral /
b. Respiratory status : tracheal suctioning
Airway patency
b. Auskultasi suara nafas
c. Aspiration Control sebelum dan sesudah suctioning.

c. Informasikan pada klien dan


keluarga tentang suctioning
Kriteria Hasil :
d. Minta klien nafas dalam
a. Mendemonstrasikan sebelum suction dilakukan.
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak e. Berikan O2 dengan
ada sianosis dan dyspneu menggunakan nasal untuk
(mampu mengeluarkan memfasilitasi suksion nasotrakeal
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada f. Gunakan alat yang steril
pursed lips) sitiap melakukan tindakan

b. Menunjukkan jalan g. Anjurkan pasien untuk


nafas yang paten (klien istirahat dan napas dalam setelah
tidak merasa tercekik, kateter dikeluarkan dari
irama nafas, frekuensi nasotrakeal
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara h. Monitor status oksigen
nafas abnormal) pasien

c. Mampu i. Ajarkan keluarga


mengidentifikasikan dan bagaimana cara melakukan
mencegah factor yang suksion
dapat menghambat jalan
nafas j. Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management

a. Buka jalan nafas, guanakan


teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu

b. Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi

c. Identifikasi pasien perlunya


pemasangan alat jalan nafas
buatan

d. Pasang mayo bila perlu

e. Lakukan fisioterapi dada


jika perlu

f. Keluarkan sekret dengan


batuk atau suction

g. Auskultasi suara nafas, catat


adanya suara tambahan

h. Lakukan suction pada mayo

i. Berikan bronkodilator bila


perlu

j. Berikan pelembab udara


Kassa basah NaCl Lembab

k. Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

l. Monitor respirasi dan status


O2

2 Pola nafas tidak efektif b.d NOC : NIC :


hiperventilasi
a. Respiratory status :
Ventilation Airway
b. Respiratory status : Management
Airway patency
a. Buka jalan nafas, guanakan
c. Vital sign Status teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
Kriteria Hasil :
b. Posisikan pasien untuk
a. Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak c. Identifikasi pasien perlunya
ada sianosis dan dyspneu pemasangan alat jalan nafas
(mampu mengeluarkan buatan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada d. Pasang mayo bila perlu
pursed lips)
e. Lakukan fisioterapi dada
b. Menunjukkan jalan jika perlu
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik, f. Keluarkan sekret dengan
irama nafas, frekuensi batuk atau suction
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara g. Auskultasi suara nafas, catat
nafas abnormal) adanya suara tambahan

c. Tanda Tanda vital h. Lakukan suction pada mayo


dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, i. Berikan bronkodilator bila
pernafasan) perlu

j. Berikan pelembab udara


Kassa basah NaCl Lembab

k. Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

l. Monitor respirasi dan status


O2

Terapi Oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea

b. Pertahankan jalan nafas


yang paten

c. Atur peralatan oksigenasi

d. Monitor aliran oksigen

e. Pertahankan posisi pasien

f. Onservasi adanya tanda


tanda hipoventilasi

g. Monitor adanya kecemasan


pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

a. Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR

b. Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

c. Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk, atau berdiri

d. Auskultasi TD pada kedua


lengan dan bandingkan

e. Monitor TD, nadi, RR,


sebelum, selama, dan setelah
aktivitas

f. Monitor kualitas dari nadi

g. Monitor frekuensi dan irama


pernapasan

h. Monitor suara paru


i. Monitor pola pernapasan
abnormal

j. Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit

k. Monitor sianosis perifer

l. Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)

m. Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

3 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :


b.d perubahan membran
kapiler-alveolar a. Respiratory Status : Gas
exchange Airway
b. Respiratory Status : Management
ventilation
a. Buka jalan nafas, guanakan
c. Vital Sign Status teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
Kriteria Hasil :
b. Posisikan pasien untuk
a. Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat c. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
b. Memelihara kebersihan buatan
paru paru dan bebas dari
tanda tanda distress d. Pasang mayo bila perlu
pernafasan
e. Lakukan fisioterapi dada
c. Mendemonstrasikan jika perlu
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak f. Keluarkan sekret dengan
ada sianosis dan dyspneu batuk atau suction
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas g. Auskultasi suara nafas, catat
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) adanya suara tambahan

d. Tanda tanda vital dalam h. Lakukan suction pada mayo


rentang normal
i. Berika bronkodilator bial
perlu

j. Barikan pelembab udara

k. Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

l. Monitor respirasi dan status


O2

Respiratory
Monitoring
a. Monitor rata rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi

b. Catat pergerakan dada,amati


kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal

c. Monitor suara nafas, seperti


dengkur

d. Monitor pola nafas :


bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot

e. Catat lokasi trakea

f. Monitor kelelahan otot


diagfragma (gerakan paradoksis)

g. Auskultasi suara nafas, catat


area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
h. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama

i. auskultasi suara paru


setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

NOC :

Nutritional Status : food


and Fluid Intake
NIC :

Kriteria Hasil :
a. Kaji adanya tanda dehidrasi
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan
b. Jaga kelancaran aliran infus
tujuan
c. Periksa adanya
b. Volume cairan normal
Risiko kekurangan volume tromboplebitis
cairan berhubungan dengan
c. Pengeluaran BAB
demam, menurunnya intake d. Pantau tanda vital tiap 6 jam
normal (tidak terjadi
4 dan tachipnea
peningkatan)
e. Lakukan kompres dingin jika
terdapat hipertermia suhu diatas
d. Tidak ada tanda
38 C
dehidrasi
f. Pantau balance cairan
e. Suhu tubuh normal
36,5-37 0C
g. Berikan nutrisi sesuai diit
f. Kelopak mata tidak
h. Awasi turgor kulit
cekung

g. Turgor kulit baik

h. Akral hangat
5 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d ketidakmampuan Nutritional Status : food Nutrition Management
pemasukan atau mencerna and Fluid Intake
makanan atau a. Kaji adanya alergi makanan
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor b. Kolaborasi dengan ahli gizi
biologis, psikologis atau Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah kalori
ekonomi dan nutrisi yang dibutuhkan
a. Adanya peningkatan pasien.
berat badan sesuai dengan
tujuan c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
b. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi badan d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
c. Mampu vitamin C
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi e. Berikan substansi gula

d. Tidak ada tanda tanda f. Yakinkan diet yang dimakan


malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e. Tidak terjadi
penurunan berat badan g. Berikan makanan yang
yang berarti terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)

h. Ajarkan pasien bagaimana


membuat catatan makanan
harian.

i. Monitor jumlah nutrisi dan


kandungan kalori

j. Berikan informasi tentang


kebutuhan nutrisi

k. Kaji kemampuan pasien


untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal

b. Monitor adanya penurunan


berat badan

c. Monitor tipe dan jumlah


aktivitas yang biasa dilakukan

d. Monitor interaksi anak atau


orangtua selama makan

e. Monitor lingkungan selama


makan

f. Jadwalkan pengobatan dan


tindakan tidak selama jam makan

g. Monitor kulit kering dan


perubahan pigmentasi

h. Monitor turgor kulit

i. Monitor kekeringan, rambut


kusam, dan mudah patah

j. Monitor mual dan muntah

k. Monitor kadar albumin, total


protein, Hb, dan kadar Ht

l. Monitor makanan kesukaan

m. Monitor pertumbuhan dan


perkembangan

n. Monitor pucat, kemerahan,


dan kekeringan jaringan
konjungtiva

o. Monitor kalori dan intake


nuntrisi

p. Catat adanya edema,


hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.

q. Catat jika lidah berwarna


magenta, scarlet

Evaluasi

Pasien mampu:

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

5. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

6. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan

7. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

8. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

BAB 5. PENUTUP

Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama
bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

Saran

Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia,
diantaranya sebagai berikut:

1. Keluarga klien atau pasien

Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari anaknya yang menderita penyakit bronkopneumonia dan mampu menjaga kebersihan
lingkungan sehingga setiap anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari penyakit
bronkopneumonia.

1. Karyawan

Karyawan diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia utamanya dalam memberikan


asuhan keperawatan dengan intensif pada anak dengan bronkopneumonia dan memberikan
penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta
mencegah terjadinya komplikasi. Karyawan dapat menjalin kerja sama dengan keluarga perawat
lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC

Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh Vidhia Umami.
2006. Jakarta: Erlangga

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika

Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh Alfrina Hany.
2005. Jakarta: EGC

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan Pasien: proses
keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh Susan Martin Tucker, et al. 1998.
Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen