Sie sind auf Seite 1von 37

1

PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk yang tidak disertai dengan
meluasnya lahan memaksa manusia untuk membangun tempat
tinggal secara vertikal sehingga tidak menghabiskan banyak
lahan. Salah satu alternatif penyelesaian masalah ini adalah
dengan dibangunnya apartemen, yaitu rumah susun mewah
dengan berbagai fasilitas pendukung yang beraneka ragam.
Adanya fasilitas-fasilitas umum tersebut membuat hidup di
apartemen menjadi lebih praktis. Mobilitas yang tinggi warga
perkotaan menyebabkan orang kota saat ini tidak lagi
membutuhkan lahan yang luas untuk tempat tinggal karena
bagi mereka tempat tinggal hanyalah tempat untuk beristirahat
di malam hari ketika tidak bekerja. Karena itulah trend tinggal di
apartemen semakin tinggi akhir-akhir ini.

Selain apartemen, isu yang sedang hangat dibicarakan


belakangan ini adalah isu pemanasan global. Saat ini manusia
mulai menyadari perubahan iklim yang sedang terjadi di bumi
ini. Karena itulah kata-kata green sering terdengar akhir-akhir
ini. Di antaranya adalah green design dan green architecture,
yaitu perancangan arsitektur yang beradaptasi dengan
lingkungan, di mana salah satu pendekatannya adalah
merancang bangunan dengan prinsip desain PLEA (Passive Low
Energy Architecture).

Tulisan ini akan menyajikan satu konsep arsitektur yang


menggunakan iklim sebagai pendekatan rancangannya dengan
prinsip desain PLEA. Konsep tersebut diterapkan ke dalam
bangunan apartemen yang memiliki ketinggian 10 lantai dan
bermassa banyak. Lokasi apartemen adalah di Kota Surabaya
yang memiliki iklim tropis lembab.

1
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
2
KONDISI IKLIM SURABAYA

Kota Surabaya terletak antara 07.21 0 Lintang Selatan


sampai dengan 112.540 Bujur Timur . wilayahnya merupakan
dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m di atas permukaan air
laut, kecuali di sebelah selatan ketinggian 25-50 m di atas
permukaan air laut. Batas wilayah Surabaya:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik.

Berdasarkan data iklim Surabaya tahun 2005 dapat


dianalisa bagaimana kondisi iklim di Kota Surabaya.
Kecenderungan temperature tahunan di iklim tropis adalah rata.
Sama seperti karakteristik iklim tropis pada umumnya,
temperatur tiap bulannya tidak mengalami fluktuasi yang besar,
dengan nilai diurnal 12.5C. Nilai yang kecil bila dibandingkan
dengan di iklim yang lain. Pada Bulan Agustus, nilai rata-rata
temperaturnya adalah yang paling dingin dibandingkan dengan
bulan-bulan yang lain dalam satu tahun, yaitu 26.8C.
Sedangkan Bulan Oktober dan November tercatat sebagai bulan
yang paling panas dalam satu tahun, dengan suhu 28.9C. Dari
sini dapat dilihat bahwa Bulan Agustus adalah bulan terdingin,
dan Bulan November adalah bulan terpanas.

Sedangkan kecenderungan kelembaban dalam satu tahun


tidak jauh beda dengan temperatur, yaitu rata, tidak mengalami
fluktuasi yang berarti. Hal ini terutama dilihat dari kelembaban
rata-rata tiap bulan dalam satu tahun. Rata-rata kelembaban
tertinggi adalah di Bulan Maret, yaitu 83%, sedangkan rata-rata
kelembaban terendah adalah di Bulan Oktober, yaitu 73.3%.
Yang terlihat memiliki fluktuasi yang sedikit lebih besar adalah
pada grafik kelembaban minimum, di mana kelembaban
terendah terdapat pada Bulan November, yaitu 31%. Sedangkan
pada kelembaban maksimum, yang memiliki nilai paling tinggi
adalah di Bulan April yang mencapai 100%.

Kondisi angin tahunan bila dilihat dari kecepatan rata-rata


tiap bulan dalam satu tahun, cenderung cukup rata terutama
pada Bulan Januari sampai Maret hanya berkisar di antara 3.05
sampai 3.2 m/s. Memasuki Bulan Mei kecepatan angin

2
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
bertambah dan mencapai puncaknya pada Bulan Juni, yaitu 5.45
m/s. Sedangkan kecepatan rata-rata angin yang paling rendah
adalah pada Bulan November, yaitu sebesar 2.2 m/s. Sedangkan
bila diperhatikan pada grafik kecepatan angin maksimum,
terdapat fluktuasi yang besar dari kecepatan angin tiap
Bulannya kecuali Bulan Oktober sampai Desember. Arah angin
terbanyak adalah dari arah timur.

Posisi matahari di daerah tropis selalu berada di atas


kepala ini menyebabkan radiasi matahari menjadi faktor utama
yang mempengaruhi suhu udara. Lama penyinaran matahari di
iklim tropis adalah sepanjang hari, meskipun terdapat bulan-
bulan tertentu yang lama penyinaran mataharinya sedikit
terganggu dengan adanya awan, yaitu terjadi di Bulan
Desember dan Januari, dengan angka 42.8% dan 45%.
Sedangkan durasi penyinaran matahari yang paling lama adalah
pada Bulan Agustus dan September, yaitu 95.7% dan 93.8%.
Jadi bisa dipastikan bahwa pada Bulan Agustus dan September
kondisi langit sangat cerah, hanya sedikit sekali awan yang
menutupi. Karena kelembaban yang tinggi, daerah tropis
banyak dan seringkali tertutup oleh awan (overcast sky). Yang
mana hal ini menyebabkan suhu siang dan malam tidak terlalu
jauh terpaut. Awan (cloud cover) akan menyebarkan dan
meneruskan (secara diffuse) radiasi yang diterima di bumi.

Sementara itu, hujan terjadi hampir sepanjang tahun di


iklim tropis. Setiap bulan di tahun 2005 terjadi hujan. Hanya 4
bulan dalam satu tahun yang memiliki curah hujan sedikit, yaitu
Bulan Agustus sampai November. Curah hujan yang paling
sedikit ada pada Bulan Agustus dengan nilai 4.5 mm. Sementara
pada bulan-bulan yang lain memiliki curah hujan yang cukup
tinggi. Curah hujan yang paling tinggi ada pada Bulan Desember
dengan nilai 393 mm.

Dari deskripsi kondisi iklim di Kota Surabaya tersebut,


dapat dianalisa mana yang merupakan potensi dan mana yang
menjadi masalah, supaya dapat ditentukan mana yang bisa
digunakan dan mana yang harus dihindari. Sehingga dalam
perancangan yang tanggap terhadap iklim, bisa dicari
penyelesaiannya dalam mencari kondisi nyaman di dalam
bangunan.

3
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
3.
SYARAT PERANCANGAN APARTEMEN
TAPAK

Gambar 1. Diagram elemen tapak

Karakteristik fisik dari tapak bisa menentukan batasan


program bangunan, karena itu analisis awal dari data dan
kondisi site harus dilakukan oleh arsitek untuk mengevaluasi
batasan-batasan tersebut. Batasan ditentukan oleh daerah yang
sulit, juga ditentukan oleh hukum lokal yang berlaku.
Ketersediaan, kecukupan, dan lokasi utilitas juga harus
diperhatikan.

Seperti yang disarankan dalam diagram pada Gambar 1,


diharapkan untuk membatasi lalu lintas di antara elemen
sirkulasi, seperti akses kendaraan dan pedestrian, serta untuk
menjaga kedekatan atau akses yang mudah di antara elemen
aktivitas, seperti unit tempat tinggal, rekreasi, dan parkir. Dalam
diagram tersebut juga digambarkan bahwa semua area tersebut
selalu berhubungan langsung dengan lobby atau ruang depan,
sehingga akses ke semua area tersebut menjadi mudah.

Hubungannya bisa tersusun secara horisontal maupun


vertikal, tergantung pada kepadatan tapak. Titik berat
kepentingan dari hubungan tersebut bisa bervariasi. Gambar 2
menunjukkan penyusunan yang berbeda dari elemen tapak.
Susunanya relatif terhadap kepadatan area tapak.

4
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 2. Hubungan elemen tapak

Orientasi bangunan bisa dipengaruhi oleh beberapa


faktor, seperti tapak, view (yang diharapkan atau yang
dihindari), matahari, dan angin. Yang berhubungan langsung
dengan orientasi bangunan adalah sirkulasi internal dan layout
bangunan. Gambar 3 mengindikasikan bagaimana layout bisa
memberikan solusi masalah tapak.

Gambar 3. Pengaruh orientasi

RUANG

Gambar 4. Layout yang


efisien

5
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 5. Layout pintu masuk

Ruang pada bangunan apaarteman harus sederhana dan


universal, cukup untuk mengadaptasi gaya hidup yang
bervariasi. Ruang-ruangnya Menyediakan privasi maksimum
untuk aktivitas yang bervariasi dan pergerakan ke setiap ruang
memungkinkan tanpa menyeberang lainnya.

Susunan ruang-ruang dalam apartemen memiliki


karakteristik tertentu yang berbeda dengan bangunan rumah
tinggal. Hubungan antara pintu masuk dan dapur harus
langsung, lebih disukai melalui entry hall dan bukan ruang
duduk. Pintu masuk kedua langsung menghadap dapur. Anak-
anak seharusnya bisa mencapai kamarmandi atau kamar
mereka sendiri tanpa melewati ruang duduk. Dari ruang tidur ke
kamar mandi seharusnya tidak melewati ruang duduk. Idealnya,
tidak boleh terlihat. Dari dapur ke kamar mandi tanpa melalui
ruang duduk. Dari dapur ke ruang makan harus langsung tanpa
melalui ruang lain.
Dapur yang baik di
zona dalam seharusnya
meminjam cahaya
alami dari ruang duduk
atau ruang makan.
Ruang duduk harus
kondusif untuk
kehidupan keluarga
umum dan harus
Gambar 6. Diagram elemen apartemen memungkinkan
beberapa aktivitas
bersantai: hiburan, membaca, menulis, mendengarkan musik,
dan menonton televisi. Ruang duduk merupakan ruang yang
paling besar. Ruang makan yang benar-benar terpisah hanya
terdapat pada townhouse atau apartemen mewah.
Penyusunannya mengambil bentuk ruangan kecil dari ruang
duduk. Balkon harus cukup lebar (tidak kurang dari 1,5 m) dan
memiliki privasi. Jika apartemen hanya memiliki satu kamar
mandi, maka kombinasi bathub dan shower merupakan

6
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
peralatan yang standart. Jika memiliki 2 kamar mandi, yang
satu biasanya ada di dalam ruang tidur utama. Sirkulasi
memakan 15-20% dari keseluruhan total area

Kriteria sirkulasi ideal dicapai dengan denah yang tepat, di


mana ruang-ruang berada di sekitar core apartemen, yang
terdiri dari entry hall dan koridor ruang tidur. Apartemen bisa
dibagi menjadi 2 zona, living zone dan sleeping zone, yang
dipisahkan oleh entry hall. Terdapat persyaratan kenyamanan
yang berhubungn dengan iklim, yaitu setiap ruang harus
memiliki hubungan langsung dengan penerangan alam dan
udara luar. Idealnya, setiap ruang dalam apartemen harus
memiliki bukaan untuk memasukkan cahaya dan udara. Bentuk
dari lantai yang typical mempengaruhi faktor ekonomis dan
efisiensi. Distribusi lantai typical harus diakomodasi di antara
area dan dimensi yang bisa diterima. Elevator core dan tangga
seharusnya ditempatkan di mana apartemen diletakkan di
sekelilingnya. Elevator seharusnya terlihat dan mudah dicapai
dari area lobby. Setidaknya terdapat satu tangga keluar yang
langsung menuju luar bangunan (tidak perlu berada di lobby)

Gambar 7. Tipe Apartemen typical

Meskipun banyak apartemen yang memiliki layout yang


sama seperti pada diagram pada gambar 6, masih banyak
alternatif penyusunan. Apartemen bisa disusun seperti pada
yang tampak pada gambar 7. Idealnya, setiap ruang dalam
apartemen harus memiliki akses atau
exposure ke ruang luar.
Gambar 8 menunjukkan contoh penataan
ruang pada lantai typical.
1. Disarankan untuk mengelompokkan
service vertikal seperti lift, pipa,
tangga, dan lain-lain untuk
meminimalkan konstruksi
2. Tangga bisa diletakkan untuk
menghindari koridor dengan jalan
buntu

7
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
3. Apartemen yang efisien, yang terletak dekat dengan lift
4. Apartemen dengan banyak ruang tidur sebaiknya
diletakkan di pojok.
5. Ruang-ruang yang sama antar unit seharusnya saling
bersisian.
6. Meletakkan ruang untuk panel distribusi elektrik setiap
lantai 6 atau 8.
7. Balkon, Laundry, ruang penyimpanan bisa disediakan di
setiap lantai atau lantai tertentu.
Gambar 8. Lantai 8. Ruang penjaga biasanya terletak di setiap lantai
Typical
9. Jika koridor tidak memiliki jendela, ventilasi mekanis
diperlukan.

Gambar 9 menunjukkan contoh


layout apartemen.
1. Disarankan untuk
meletakkan ruang-ruang
yang sejenis saling
membelakangi, supaya
perletakan pipa utilitas lebih
efisien.
2. Struktur seharusnya
diletakkan sepraktris dan
seekonomis mungkin.
Ukuran kolom harus
Gambar 9. Layout apartemen
typical
dikurangi pada lantai-lantai
atas bangunan tinggi
3. Pemipaan yang saling bertolak belakang
direkomendasikan
4. Kedalaman ruang terkadang dibatasi oleh kode bangunan.

Lantai pertama
apartemen memiliki program
ruang yang berbeda, yang
merupakan ruang transisi yang
menghubungkan antara area
tempat tinggal dan lingkungan
luar, dan menghubungkan serta
berinteraksi dengan keduanya.
Gambar 10 menunjukkan
hubungan antar ruang pada
lantai pertama apartemen.
Pusat sirkulasi vertikal, elevator,
seharusnya terlihat dari area
Gambar 10. Diagram lantai 1 lobby. Tangga pada area lobby
apartemen berbeda dengan tangga pada
lantai typical karena perbedaan ketinggian lantai.

8
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Apartemen memiliki beberapa tingkatan, dari tingkatan-
tingkatan yang berbeda tersebut terdapat fasilitas-fasilitas yang
berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tingkatan
tersebut juga mempengaruhi perbedaan ukuran apartemen
yang bisa dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Perbandingan elemen program pada 3 tingkatan tipe


apartemen

Tabel 2. Ukuran minimal apartemen

BENTUK

9
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 11. Tipe-tipe
bangunan apartemen

10
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 12. Macam
bentuk bangunan

Karakteristik umum bentuk apartemen ada bermacam-


macam. Di antaranya adalah exterior corridor dengan unit-unit
apartemen di salah satu sisinya, interior corridor dengan unit-
unit apartemen pada kedua sisinya, tipe tower dengan unit-unit
apartemen yang melingkar mengelilingi core, multiple exterior
dan multiple interior access dengan tangga/elevator melayani 2-
4 unit apartemen, serta tipe multi tower dengan unit-unit
apartemen yang terpisah yang dihubungkan oleh koridor. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 11. Bentuk-bentuk yang lain juga
tersaji pada Gambar 12.

STRUKTUR

Gambar 13. Konstruksi


beton dan baja

Sistem struktur
yang sering
digunakan pada apartemen berlantai banyak adalah beton

11
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
bertulang atap datar dengan perletakan kolom secara acak.
Pendekatan struktur semacam ini memiliki keuntungan tertentu
pada konstruksi apartemen:
1. Service horisontal yang dibutuhkan pada konstruksi
apartemen bisa dipasang di antara lantai. Hal ini
akan mengurangi secara keseluruhan ketinggian
bangunan
2. Kemungkinan meletakkan kolom secara acak
diadaptasi dari modul yang dikeluarkan oleh layout
typical apartemen. Kolom bisa dikubur pada lokasi
tertentu di antara layout yang efisien.
3. Tipe struktur yang seperti ini memungkinkan bukaan
pada service vertikal.

Baja merupakan salah satu material yang sering


digunakan pada konstruksi apartemen. Keuntungannya adalah
kekuatan dan kemudahan pemasangan. Struktur baja bersandar
pada pola grid regular yang mempengaruhi layout apartemen.

Jarak antara kolom beton lebih ekonomis bila berada pada


tingkatan 12 sampai 18 kaki, dan jarak antar kolom baja adalah
16 sampai 24 kaki. Dimensi terkecil yang bisa diterima untuk
kolom beton adalah 10 inci 4 kaki. Kolom dengan dimensi yang
lebih besar akan mempengaruhi dinding dan bentuk.

Persyaratan-persyartan di atas berasal dari Time Saver


Standart. Dengan melihat syarat-syarat tersebut, maka program
ruang untuk rancangan bisa segera disusun untuk kemudian
dicari konsep rancangan tertentu yang sesuai dengan ikli.

12
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
4.
PRINSIP DESAIN PLEA
(Passive Low Energy Architecture)
Arsitektur yang berlandaskan pada pendekatan desain
pasif dan minimum energi dengan memanfaatkan energi alam
iklim setempat untuk menciptakan kondisi kenyamanan bagi
penghuninya. Hal itu bisa dicapai dengan organisasi morfologi
bangunan dengan metode pendinginan pasif antara lain :
konfigurasi bentuk massa bangunan dan perencanaan tapak,
orientasi bangunan, disain fasade, peralatan pembayangan
(shading device), instrumen penerangan alam, warna selubung
bangunan, lansekap horisontal dan vertikal, ventilasi alamiah.
Pendekatan yang didasarkan pada iklim setempat sebagai
faktor penentu untuk mengusahakan kenyamanan yang
dibutuhkan manusia dalam beraktifitas.
Prosedur perencanaan dan perancangannya adalah untuk
mencari solusi yang bersesuaian dengan karakter lingkungan
lokal/regional untuk memanfaatkan semua potensi yang ada
guna menghasilkan kondisi yang kenyamanan yang lebih baik

TAPAK

Radiasi Matahari
Lereng di sisi selatan dan utara lebih disukai daripada sisi
timur dan barat karena kecilnya radiasi. Orientasi kemiringan
akan menimbulkan perbedaan. Sisi barat dan timur akan
memiliki radiasi yang lebih banyak terutama pada pagi dan sore
hari. Sisi sebelah utara akan lebih disukai karena menerima
radiasi lebih sedikit. Tetapi orientasi bentuk lahan ini tidak
terlalu berarti jika lahannya datar. Selain itu, pada bangunan
tinggi hal ini juga tidak terlalu berarti karena ketinggian
bangunan akan lebih tinggi daripada ketinggian lahan, sehingga
bagaimanapun juga bangunan akan mendapatkan radiasi sinar
matahari kecuali pada lantai dasar. Vegetasi pada tapak dapat
memberi pembayangan dan mengurangi panas yang didapat.
Tanaman, semak-semak, dan pohon menyerap radiasi pada
proses fotosintesis. Pengaturan lebar dan orientasi jalan bisa
mengontrol radiasi sinar matahari. Rasio lebar jalan dan
ketinggian bangunan menentukan altitude di mana jalannya
sinar matahari bisa dipotong. Bisa juga digunakan untuk
meminimalkan panas yang diterima. Ruang yang terbuka juga
memasukkan banyak terang langit ke dalam bangunan. Untuk di
daerah tropis, jarak tempat berjalan minimum dan area

13
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
terbayangi lebih disukai. Selain itu permukaan lahan juga akan
memantulkan terang langit, sehingga paving yang keras harus
diminimalkan dan harus memiliki permukaan yang kasar.

Gambar 14. Karakteristik


permukaan lahan (Krishan,
2000)

Angin
Pada iklim tropis lembab, perhatian utama adalah
memaksimalkan pergerakan udara, jadi bangunan harus
diletakkan pada sisi windward di mana kecepatan udara lebih
tinggi. Lokasi dekat dengan arah angin menerima lebih banyak
pergerakan udara.

Gambar 15. Aliran udara pada


beberapa tipe kontur lahan
(Krishan, 2000)

Vegetasi dapat menambah dan mengurangi kecepatan


angin, atau mengarahkan angin ke dalam bangunan. Vegetasi
juga bisa memaksimalkan angin dan meningkatkan tingkat
kelembaban. Pohon yang membayangi seharusnya memiliki
cabang yang tinggi supaya tidak mengganggu aliran angin.
Vegetasi yang rendah harus dijauhkan dari rumah supaya tidak
menghalangi jalannya udara.

14
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 16. Pengaruh vegetasi
terhadap aliran udara (Krishan,
2000)

Aksen seharusnya berada pada bangunan yang terpisah


untuk menghadirkan pergerakan udara. Lingkungan yang
terbayangi menjadi pertimbangan yang penting. Karakter
susunan kota seharusnya longgar dan tersebar

Gambar 17. Lebar jalan dan


ketinggian bangunan yang dapat
menciptakan pembayangan (Krishan,
2000)

Ruang terbuka yang luas akan menyebabkan udara dapat


bergerak bebas. Pola susunan area terbangun bisa
meningkatkan, mengurangi, dan memodifikasi kecepatan angin.
Bangunan seharusnya tidak berdempet satu sama lain supaya
setiap unit bangunan mendapatkan aliran udara. Jalan dan
ruang terbuka seharusnya diorientasikan sesuai dengan pola
angin. Ruang terbuka bisa digunakan untuk memaksimalkan
aliran udara di dalam kompleks bangunan. Bangunan
seharusnya menempatkan sisi terpanjangnya tegak lurus
dengan arah angin

15
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 18. Susunan blok bangunan
untuk memaksimalkan aliran udara
(Krishan, 2000)

Gambar 19. Susunan bangunan yang


terpisah satu sama lain
memungkinkan udara mengalir di
antaranya (Krishan, 2000)

Temperature
Tanaman, semak-semak, dan pohon mendinginkan
lingkungan di sekitarnya. Efek bermanfaat yang bisa dirasakan
bukan hanya mengurangi panas yang didapat, tetapi juga
digunakan sebagai penghasil oksigen untuk menciptakan
penjernihan udara pada lingkungan lokal. Air menyerap banyak
radiasi sehingga kehadirannya dapat menghasikan pendinginan
secara evaporatif. Bangunan seharusnya juga terbayangi. Hal ini
dapat mendorong pergerakan udara dingin.

Kelembaban
Vegetasi juga bisa memaksimalkan angin dan
meningkatkan tingkat kelembaban. Penggunaan water bodies
sebaiknya dihindari karena akan menyebabkan peningkatan
kelembaban udara. Di daerah tropis lembab, karakter lahan
yang baik adalah yang bisa menyerap uap air.

16
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 20. Radiasi matahari diserap oleh air dan
menghasilkan penguapan yang akan meningkatkan
kelembaban udara di sekitarnya (Krishan, 2000)

RUANG

Radiasi Matahari
Setiap ruang seharusnya mendapatkan pencahayaan
alami, dengan memasukkan terang langit tanpa memasukkan
sinar matahari langsung. Untuk penempatan lobby lift, tangga
dan toilet seharusnya memperhatikan ventilasi natural dan view
keluar.
Jalan udara di dalam bangunan adalah penting. Denah bisa
disusun menjadi elemen-elemen terpisah, karena 75% waktu
kondisi outdoor mendekati nyaman, jika terbayangi.

Angin
Pada iklim tropis lembab, perhatian utama pada bentuk
denah adalah untuk memaksimalkan pergerakan udara.
Penangkap angin juga bisa digunakan. Tetapi penangkap angin
hanya efektif bila digunakan pada angin yang kuat dan dingin

Gambar 21. penangkap


angin (Krishan, 2000)

Lantai dasar pada iklim tropis sebaiknya terbuka dengan


lingkungan luar dan terventilasi secara alami. Pada iklim tropis,
perhatian utamanya adalah menciptakan ruang yang berangin.
Untuk ini tidak diperlukan meminimalkan rasio luas permukaan
dan volume. Ventilasi di sisi ruangan bisa berfungsi sebagai
sekop angin diletakkan di pojok fasade akan menangkap angin.
Bisa digunakan bila kecepatan angin tinggi. Partisi seharusnya
tidak diletakkan di dekat jendela karena akan merubah dan

17
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
mengacaukan arah aliran angin. Elemen-elemen seperti louvre,
dan jalusi digunakan untuk mengalirkan udara.

Gambar 22. Macam


konfigurasi bukaan dan
efeknya terhadap aliran
udara (Krishan, 2000)

Untuk menghasilkan distribusi yang baik dari aliran udara


di dalam bangunan, arah angin dan arah inlet-outlet seharusnya
tidak sama. Seharusnya antara 45 tegak lurus arah angin.

Gambar 23. Posisi bukaan yang ideal (Krishan, 2000)

Temperature
Meminimalkan perbandingan antara keliling dan luas
bangunan akan berguna untuk meminimalkan panas yang
diterima. Area yang menghasilkan panas harus diberi ventilasi
dan terpisah dari struktur. Menyusun bangunan dengan bukaan
utamanya menghadap utara dan selatan akan memberikan
keuntungan dalam mengurangi beban AC.

Kelembaban
Area yang menghasilkan panas dan lembab harus diberi
ventilasi dan terpisah dari struktur.

BENTUK

18
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Radiasi Matahari
Perlidungan seharusnya berada pada seluruh sisi yang
terekspos matahari, pada atap dan sisi barat timur. Semakin
besar perbandingan keliling dan luas bangunan, maka semakin
besar pula panas radiasi yang diterima dan semakin besar
panas yang dilepaskan pada malam hari.

Gambar 24. penyatuan tanaman dan


bangunan untuk meminimalkan panas
(Krishan, 2000)
Efek radiasi yang kuat pada sisi timur barat harus
membentuk bangunan ramping memanjang. Bentuk yang
optimum adalah 1:1.7. Tapi sampai 1:3 pada sisi barat timur
masih bisa diterima. Bentuk atap bisa digunakan sebagai
sumber pencahayaan alami pada bangunan.

Gambar 25. meminimalkan rasio


area permukaan dan volume bisa
meminimalkan transfer panas
(Krishan, 2000)

Gambar 26. Macam bentuk atap dan


fungsinya sebagai sumber cahaya
alami (Krishan, 2000)

19
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Jika bukaan tidak terbayangi, maka akan mempengaruhi
panas radiasi yang didapatkan Posisi bukaan mempengaruhi
distribusi cahaya pada ruang dalam sebagaimana dia
mempengaruhi refleksi pada ruang dalam. Sosoran yang lebar
lebih disukai bila memotong radiasi matahari. Jendela yang
tinggi menyediakan distribusi yang baik untuk cahaya langsung
dan difus. Jendela yang rendah memungkinkan tanah
memantulkan cahaya. Elemen-elemen seperti louvre, dan jalusi
digunakan untuk mengalirkan udara dan untuk melindungi dari
matahari.

Gambar 27. Efek posisi jendela terhadap pencahayaan


dan ventilasi (Krishan, 2000)

Penggunaan kaca akan mengontrol solar radiasi.


Pembayangan, vertical dan horizontal akan mengontrol panas
radiasi yang didapat. Light shelves akan membawa banyak
cahaya ke dalam ruangan, yang akan dipotong oleh
pembayangan horisontal.

Gambar 28. light shelves


mendistribusikan cahaya di
dalam ruangan (Krishan, 2000)

Pemecah matahari penting karena radiasi yang kuat


biasanya pada sisi timur dan barat. Dinding utara juga mendapat
radiasi yang besar pada musim panas daripada sisi selatan.
Pembayangan terhadap sinar matahari esensial untuk semua

20
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
dinding kaca yang menghadap matahari. Sejumlah konfigurasi
pasif bisa digunakan tergantung pada orientasi fasade
bangunan.
Titik berat desain berubah dari dinding ke atap. Atap dobel
yang berventilasi lebih disukai, atap lebih atas berfungsi sebagai
pelindung matahari. Harus berinsulasi dan memantulkan sinar
matahari.

Angin
Bukaan bangunan yang menghubungkan area bertekanan
tinggi dengan area bertekanan rendah akan menyebabkan
ventilasi alami yang efektif.
Bentuk atap dan bentuk sosorannya bisa mempengaruhi
pola pergerakan udara. Sosoran dan kemiringan atap
seharusnya setinggi mungkin. Hal ini akan menghasilkan
perbedaan tekanan yang maksimum dan memaksimalkan aliran
udara.

Gambar 29. bentuk dasar atap dan efeknya


terhadap ventilasi (Krishan, 2000)

Bukaan pada level yang lebih tinggi, menambah aliran


udara, dikenal sebagai stack effect. Untuk daerah tropis,
bukaan harus lebar untuk memfasilitasi masuknya udara.
Ketinggian bukaan harus menimbulkan distribusi udara yang
baik bagi tubuh manusia. Kasa akan mengontrol masuknya
serangga dan mengurangi kecepatan angin di dalam bangunan.

Dinding luar juga bisa dirancang untuk interaktif dengan


lingkungan, dengan bagian-bagian yang bergerak, beradaptasi
tergantung pada perubahan musim dan meteorologi lokal. Posisi
dinding ini bisa juga berubah tergantung pada permintaan
pengguna ruang dalam. Di daerah tropis, dinding luar sebaiknya
bisa memiliki bagian-bagian yang bergerak untuk mengontrol
penghawaan silang, melindungi dari panas matahari, mengatur
angin dan hujan.

21
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Temperature
Tanaman seharusnya diletakkan sebagai vertical
landscaping dan halaman dalam pada bagian atas bangunan
tinggi.
Dinding seharusnya memiliki kapasitas termal yang
rendah. Kapasitas panas dinding yang paling baik adalah yang
memiliki termal lag yang bisa menyebabkan re-radiasi di malam
hari.

Gambar 30. tipe-tipe


dinding (Krishan, 2000)

Sedangkan material atap akan menentukan transfer panas


melalui atap. Aliran panas melalui material ditentukan oleh nilai
konduktan dan resistan dari material tersebut. Material yang
menyimpan panas tidak disukai di iklim tropis. Atap seharusnya
ringan dan mempunyai u-value yang tinggi dan kapasitas panas
yang rendah. Pengaruh termal yang paling kuat muncul di sini.
Insulasi termal yang baik pada kulit bangunan akan
mengurangi transfer panas, baik yang berasal dari matahari
maupun kehilangan hawa dingin dari dalam.

STRUKTUR

Radiasi Matahari
Reflektivitas atau emisivitas radiasi akan mempengaruhi
panas yang dilepaskan bila u-value material rendah. Pada iklim
tropis, core sebaiknya diletakkan pada sisi timur dan barat
bangunan.

Angin
Udara yang masuk ke struktur bangunan dari
menyeberangi halaman rumput yang terbayangi lebih disukai
karena udara yang dirasakan relative lebih segar.
Tipe bangunan yang baik untuk di daerah tropis adalah
individual, lebih baik lagi bila terangkat dan memanjang bebas

22
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
dengan kerapatan yang renggang. Tipe bangunan seperti ini
menguntungkan karena udara bisa dengan bebas mengalir
masuk ke dalam bangunan melalui setiap sisinya.

Temperature
Material konstruksi seharusnya bukan material yang
menyimpan panas.

Kelembaban
Material lantai harus kedap air. Pada iklim tropis lembab,
basement tidak berguna karena kelembaban tinggi yang
konstan. Pondasi harus dilindungi dari uap air, jamur, rayap, dan
serangga yang lain.

ESTETIKA

Radiasi Matahari
Penempatan kaca, pembayangan, kasa, light shelves, dan
area jendela silang bisa menjadi suatu control. Hal-hal tersebut
dapat mencegah radiasi sinar matahari. Karakteristik permukaan
mempengaruhi transmisi panas di dalam bangunan. Warna
permukaannya akan mempengaruhi nilai pemantulan dan panas
yang diserap. Dalam hal ini tekstur yang kasar pada permukaan
akan meningkatkan area reradiasi. Sedangkan permukaan datar
yang halus akan lebih reflektif dan meminimalkan panas yang
diterima. Warna yang cerah juga memiliki sifat memantulkan,
sedangkan warna yang gelap lebih bersifat menyerap. Warna
cerah yang memantulkan dalam rentang pastel adalah yang
terbaik, untuk menghindari silau di dalam dan luar bangunan.

Angin
Untuk meningkatkan ventilasi, bisa didapat dengan
memodifikasi jendela itu sendiri

Temperature
Warna yang digunakan adalah warna yang memiliki nilai
absorbtance yang rendah dan nilai reflectance yang tinggi.
Warna yang memiliki nilai seperti itu adalah warna putih dan
warna-warna yang cerah.

23
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
5.
KONSEP PERANCANGAN APARTEMEN
YANG BERADAPTASI DENGAN IKLIM
Sasaran utama sebuah desain adalah untuk memberikan
kenyamanan kepada penghuni atau pengguna bangunannya.
Pada iklim tropis lembab seperti Surabaya, sasaran utama
desain bangunannya antara lain:
1. Meminimalkan panas pada bangunan.
2. Memaksimalkan pendinginan.
3. Menyediakan ventilasi alami yang efektif.
4. Mencegah masuknya/perembesan air hujan.
5. Mencegah masuknya serangga ketika jendela terbuka
untuk ventilasi.
6. Menyediakan ruang untuk aktivitas semi outdoor sebagai
bagian dari living space.

Sasaran utama di atas dapat tercapai dengan perlakuan


khusus terhadap setiap elemen bangunan. Elemen-elemen
bangunan yang akan mempengaruhi hasil dari sasaran desain
tersebut antara lain:
Site landscaping
Layout bangunan
Orientasi ruang utama dan bukaan
Ukuran dan detail jendela dan pintu
Susunan dan pembagian ruang dalam
Pembayangan bukaan dan dinding
Teras dan balkon
Tipe dan detail atap
Properti termal dan struktur dari dinding dan atap

24
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
TAPAK

Jl.
MATAHARI

sut
PAGI,

ore
HANGAT DAN
SEHAT

jo
MATAHARI
SORE,
PANAS DAN
TERIK

Gambar 31. Lokasi Site

Lokasi site yang akan digunakan untuk proyek ini adalah


berada pada lahan kosong di Jalan Sutorejo. Luas Site 8.000 m2.
Jalan di sisi timur selebar 18 m adalah jalur utama 2 jalur,
masing-masing selebar 8 m yang dipisah median selebar 2
meter dengan kepadatan tinggi. Lahan untuk rancangan
ditentukan untuk fasilitas perumahan, lahan-lahan di
belakangnya juga ditentukan sebagai fasilitas perumahan.
Lahan di sepanjang jalan utama ditentukan untuk wilayah
perdagangan. Sisi lahan yang menghadap ke jalan dapat
menjadi akses untuk pintu masuk maupun pintu keluar. Tanah
merupakan tanah rawa yang memiliki perbedaan ketinggian
terhadap jalan 90 cm. Lahan cenderung datar, tidak berkontur.
Terdapat beberapa pohon di pinggir jalan yang berada di sisi
timur. Pada median jalan utama yang terletak di timur lahan
terdapat pohon sejenis. Kecepatan angin rata-rata 3,5 m/s dari
arah timur. Matahari dari timur ke barat, dan pada Bulan April

25
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
sampai September berada di sisi utara, sementara di Bulan
Oktober sampai Maret berada di sebelah selatan.

Bangunan-bangunan di sekitar site adalah bangunan


perumahan dan pertokoan yang memiliki ketinggian dua sampai
tiga lantai. Dengan ketinggian bangunan seperti itu, maka site
tidak mendapat banyak pembayangan dari bangunan sekitar.
Pembayangan hanya diterima di atas pukul 16.00, dan itupun
hanya membayangi sedikit lahan di sebelah barat. Di luar jam
tersebut, lahan sedikitpun tidak terbayangi.

Gambar 31.
Gambaran
pembayangan pada
site akibat

Dalam menciptakan bangunan yang hemat energi dan


nyaman secara lingkungan, maka penataan massa pada tapak
harus benar-benar diperhatikan. Yang utama dalam merancang
bangunan di iklim tropis adalah menurunkan temperatur di
dalam bangunan. Beberapa cara bisa ditempuh pada
perencanaan tapaknya, antara lain:
Memberikan pembayangan yang maksimal pada
bangunan dan pada lahan serta jalan setapak di
sekitarnya
Mengalirkan angin melalui bayang-bayang dan
mengarahkannya ke bangunan supaya angin yang
melewati bangunan adalah angin yang dingin.

Aplikasi konsep iklim pada perancangan apartemen bisa


dilihat pada gambar 32. Massa A dan B membayangi massa
yang lain. Massa A dan B merupakan tipe apartemen dengan
single loaded corridor dengan view mengarah ke timur,

26
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
ketinggian 10 lantai. Massa A dan B yang menerima panas dari
arah barat difungsikan sebagai koridor, sehingga unit-unit
apartemennya tidak menerima panas secara langsung. Bagian
barat yang berbentuk lengkung diharapkan mampu mengalirkan
angin supaya mendinginkan dinding yang terkena panas di
sebelah barat.
Massa C merupakan apartemen yang bertipe double
loaded corridor dengan view mengarah ke utara dan selatan,
dengan ketinggian 9 lantai. Massa C memanjang ke arah barat-
timur, sehingga bukaan menghadap ke utara-selatan. Hal ini
untuk menghindari masuknya sinar matahari secara langsung ke
dalam bangunan. Unit-unit apartemen ini juga terpisah-pisah
setiap 4 unitnya. Hal ini dimaksudkan supaya ada aliran angin
yang mendinginkan dinding apartemen. Pemisahan ini juga
dimaksudkan untuk menghindari panas yang berlebih yang
mungkin akan diterima dinding di sebelah utara/selatan
sepanjang hari.

A C

B C

Gambar 32. Tatanan tapak pada perancangan


apartemen. Pembayangan yang terjadi pada
pukul 14.30.

27
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Pembayangan yang diakibatkan oleh massa A dan B selain
membayangi massa C, juga akan membayangi area terbuka
yang ada di antaranya, sehingga area terbuka tersebut akan
nyaman untuk digunakan sebagai tempat beraktivitas, yaitu
sebagai playground untuk anak-anak dan berolahraga bagi
orang dewasa, karena di daerah tersebut juga akan dibangun
lapangan olahraga, antara lain basket dan tenis, serta jogging
track.

Pembayangan yang tampak pada Gambar 32 tentunya


tidak berlaku pada waktu-waktu kritis, yaitu pukul 11.30 sampai
pukul 13.00. Hal ini akan diatasi dengan penyelesaian elemen-
elemen arsitektural, seperti menggunakan vegetasi untuk
mendinginkan sisi barat yang tidak terkena pembayangan.

Gambar 33. Tatanan tapak dan pembayangan


pada pukul 15.00

RUANG

Ruang-ruang yang direncanakan untuk apartemen adalah


berdasarkan standart. Bangunan ini memiliki 3 massa. Massa A
dan B memiliki tipe apartemen yang sama, disebut tipe A,
dengan jumlah lantai 10 yang keseluruhannya digunakan untuk

28
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
unit-unit apartemen. Massa C memiliki tipe yang lain disebut
dengan tipe B. Pada massa C, untuk lantai 1 digunakan untuk
fasilitas umum. Lantai 2 9 digunakan untuk apartemen. Antara
massa A, B, dan C akan digunakan sebagai ruang terbuka yang
berisi taman bermain anak-anak, dan fasilitas olahraga bagi
orang dewasa. Kebutuhan ruang-ruang dapat dilihat pada tabel
3.

Tabel 3. Kebutuhan ruang apartemen


Lebar Panjang TOTAL
MASSA RUANG (m) (m) (m2)
Ruang duduk 3 5 15
Ruang makan 3 3 9
Ruang tidur utama 3 5 15
A Ruang tidur anak 2 3 3 18
Apartemen
tipe A Kamar mandi utama 2 3 6
(10 unit per
lantai) Kamar mandi umum 2 2 4
Dapur 2 3 6
Entry Hall 1 1 1
Balkon 1.5 2 3
Total 1 unit 77
Total Massa A 1 lantai 10 unit 770
Ruang duduk 3 5 15
Ruang makan 3 3 9
Ruang tidur utama 3 5 15
B Ruang tidur anak 2 3 3 18
Apartemen
tipe A Kamar mandi utama 2 3 6
(10 unit per
lantai) Kamar mandi umum 2 2 4
Dapur 2 3 6
Entry Hall 1 1 1
Balkon 1.5 2 3
Total 1 unit 77
Total Massa B 1 lantai 10 unit 770
Ruang duduk 3 5 15
Ruang makan 3 3 9
Ruang tidur utama 3 5 15
C Ruang tidur anak 1 3 3 9
Apartemen
tipe B Kamar mandi umum 2 2 4
(24 unit per
lantai) Dapur 2 3 6
Fasilitas
Umum Entry Hall 1 1 1
Balkon 1.5 2 3
Total 1 unit 62

29
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Total 8 unit 8 496
Lobby 5 5 25
Caf/restaurant 10 10 100
Mini market 10 10 100
Gymnasium 8 10 80
Pusat kesehatan 4 5 20
Salon 6 8 48
Laundry 4 4 16
Kantor
administrasi 4 4 16
Garasi 30 30 900
Total Massa B 1 lantai 1801
Kolam renang 16 25 400
Lapangan basket 28 15 420
MEE 10 10 100
Ruang Luar
Playground 15 15 225
Total Ruang luar 1145
Total 4486
Sirkulasi 20% 897.2
TOTAL 5383.2

Ruang pada iklim tropis memiliki persyaratan supaya


dapat mengalirkan udara ke setiap ruangan, dan harus
mendapatkan penerangan alam. Tetapi kasus yang berbeda
terjadi di apartemen. Karena bangunan apartemen merupakan
bangunan berlantai banyak, maka angin tidak akan terasa
nyaman di ketinggian 5 lantai ke atas. Karena itu fungsi angin di
sini bukan untuk dimasukkan ke dalam bangunan, tetapi untuk
mendinginkan struktur bangunan supaya mengurangi beban AC.
Tetapi meskipun demikian, ventilasi juga haru tetap disediakan
di setiap ruangan, bila penghuni menghendaki adanya udara
alam yang masuk. Selain itu juga untuk berjaga-jaga jikalau
peralatan mekanis mengalami kerusakan. Sedangkan
penerangan alam harus ada di setiap ruangan untuk
mengurangi penggunaan pencahayaan buatan. Susunan ruang
dalam apartemen dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah
ini.

30
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 34. Susunan ruang pada unit
apartemen tipe A

Unit apartemen Tipe A merupakan apartemen yang


memiliki tiga kamar. Semua ruang dalam apartemen ini
mendapatkan pencahayaan alami kecuali kamar mandi utama.
Khusus untuk kamar mandi utama akan mengambil cahaya
matahari yang diterima dari ruang tidur utama melalui ventilasi
di atas pintu. Dengan susunan ruang seperti itu bisa dipastikan
penerangan buatan tidak akan digunakan di dalam unit
apartemen kecuali di malam hari.

31
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Unit-unit apartemen tersebut disusun berjajar dengan
pintu utama menghadap ke arah koridor di sebelah barat.
Koridor tersebut satu sisi lainnya langsung berhadapan dengan
ruang luar. Alasan pemilihan tipe single loaded corridor pada
massa A dan B ini adalah karena kedua massa ini memanjang
utara-selatan, yang berarti akan memiliki view ke arah barat-
timur. Apabila massa ini memiliki unit-unit apartemen di kedua
sisi koridor, maka bisa dipastikan unit-unit yang memiliki bukaan
ke arah barat akan sangat tidak nyaman, karena sisi ini akan
terekspos matahari. Dengan memilih satu sisi saja yang
digunakan, maka kenyamanan akan lebih mudah tercapai. Sinar
matahari sore yang tidak nyaman akan menyinari koridor, bukan
langsung masuk ke unit apartemen, bahkan tidak juga
menyentuh dindingnya langsung. Sehingga panas yang berasal
dari radiasi matahari akan direduksi oleh koridor, dan panas
yang diterima unit apartemen sudah jauh berkurang dan
kenyamanan termal dapat dicapai pada massa ini.

32
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 35. Susunan ruang pada unit
Massa C apartemen
merupakanMassa C.
apartemen dengan dua ruang tidur
yang penyusunannya double loaded corridor, terdapat unit-unit
apartemen di dua sisi koridor. Massa ini memanjang timur-barat,
sehingga bukaannya mengarah ke utara-selatan. Hal tersebut
dibuat demikian untuk menghindari masuknya sinar matahari
langsung ke dalam bangunan. Susunan ruang yang seperti itu
akan memungkinkan setiap ruangan dalam apartemen tersebut
mendapatkan pencahayaan alami dan ventilasi alami bila
diinginkan.

Setiap 4 unit bangunan mengalami pemisahan dan jarak


selebar 2 meter. Hal ini dilakukan supaya udara bisa mengalir di
sela-sela dindingnya dan mampu mendinginkan struktur
bangunan untuk mengurangi beban AC. Selain itu juga bisa
mengalirkan udara dan memasukkan cahaya ke dalam koridor
supaya koridor tidak menggunakan pencahayaan dan
penghawaan buatan. Angin selain dimasukkan melalui sela-sela
dinding tadi, juga bisa masuk melalui lobby lift yang terbuka.
Karena angin kebanyakan berasal dari arah timur, maka
kebanyakan angin akan masuk melalui lobby lift yang terletak di

33
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
sebelah timur, mengarah ke koridor, masuk ke sela-sela
bangunan, menuju ke lobby lift di ujung lainnya.

Massa C ini sudah cukup diuntungkan dengan adanya


pembayangan yang berasal dari massa A dan B. Tetapi
pembayangan ini tidak akan terjadi pada pukul 11.30 sampai
13.00. Dengan demikian pada waktu-waktu tersebut sisi sebelah
barat massa ini, yaitu lobby lift sebelah barat akan
mendapatkan panas matahari. Untuk mengatasinya akan
digunakan vegetasi di daerah ini, juga sunscreen. Selain itu
bentuknya yang lengkung diharapkan mampu mengalirkan
angin ke daerah ini.

BENTUK

34
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 34. Konsep bentuk dan detail-detail
arsitektural

Massa A dan B yang berada di sebelah barat dipakai


bentuk melengkung di sisi baratnya. Hal ini untuk mengalirkan
angin supaya merambat di sisi dindingnya yang terkena panas
matahari sore yang tidak nyaman. Meskipun di balik dinding
tersebut hanyalah koridor, tapi kenyamanan juga tetap harus
diperhitungkan. Untuk di koridor ini diusahakan memakai
pencahayaan dan penghawaan alami supaya lebih hemat
energi. Penerapannya membuka sebagian dinding untuk
ventilasi, tetapi tetap memberinya louver untuk memotong sinar
matahari langsung masuk ke dalam, dan juga untuk
menghalangi tampias air hujan. Selain itu louver tersebut juga
bisa diatur untuk mengontrol angin yang ingin dimasukkan. Bila
angin yang datang terlalu kencang, maka louver ini akan
menutup. Di sisi barat terebut juga diberikan vegetasi supaya
udara yang lewat adalah udara yang sejuk. Perletakan lift di sisi
barat juga berfungsi untuk menghalangi sinar matahari masuk
langsung ke bangunan.

Massa C lebih beruntung daripada massa A dan B. Pada


sore hari, massa ini akan terbayangi dari Massa A dan B. Arah
hadap bukaannya yang ke utara dan selatan juga dapat
meminimalkan panas dalam bangunan. Sisi barat dan timur
massa ini diletakkan lift, supaya lift dapat memiliki penerangan

35
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
alami dan dapat menghalangi sinar matahari langsung masuk ke
bangunan. Sisi barat dan timur bangunan ini juga diberikan
bukaan untuk ventilasi alami yang akan memasukkan angin ke
koridor dan ke sela-sela bangunan. Angin yang berasal dari arah
timur akan masuk melalui ventilasi ini dan mendinginkan udara
di koridor bangunan dan di sisi-sisi dinding apartemen. Tetapi
tetap ada kontrol pada ventilasi ini. Terdapat louver-louver pada
bukaan tersebut untuk memotong sinar matahari dan juga untuk
mengontrol angin yang ingin dimasukkan. Bila angin yang
datang terlalu kencang, maka louver-louver ini akan menutup.
Selain itu juga berfungsi melindungi bangunan dari tampias air
hujan. Sisi utara-selatan bangunan digunakan untuk meletakkan
bukaan. Sisi ini aman dari pancaran sinar matahari sore, tetapi
tetap tidak aman untuk matahari siang. Karena itu tetap
digunakan sosoran untuk memotong sinar matahari siang dan
sebagai pelindung dari tampias air hujan. Vegetasi juga
digunakan pada massa bangunan ini dengan fungsi yang sama,
yaitu untuk mendinginkan bangunan, dan supaya angin yang
melaluinya akan menjadi angin yang sejuk.

36
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
6.
DAFTAR PUSTAKA
Givoni B. (1994), Climate Considerations in Building and Urban
Design, Van Nostrand Reinhold, New York.

Krishan, A (2001), Climate Responsive Architecture, A Design


Handbook for Energy Design Building, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Ltd, New Delhi

Olgay, V (1992), Design With Climate: Bioclimatic Approach to


Architectural Regionalism, Van Nostrand Reinhold, New
York

Tzonis, A., Lefaivre, L. dan Stagno, B. (2001), Tropical


Architecture, Critical Regionalisme in the Age of
Globalization, Wiley Academy, West Sussex

Yeang, K. (1994), Bioclimatic Skyscrapers, Ellipsis, London

37
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001

Das könnte Ihnen auch gefallen