Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk yang tidak disertai dengan
meluasnya lahan memaksa manusia untuk membangun tempat
tinggal secara vertikal sehingga tidak menghabiskan banyak
lahan. Salah satu alternatif penyelesaian masalah ini adalah
dengan dibangunnya apartemen, yaitu rumah susun mewah
dengan berbagai fasilitas pendukung yang beraneka ragam.
Adanya fasilitas-fasilitas umum tersebut membuat hidup di
apartemen menjadi lebih praktis. Mobilitas yang tinggi warga
perkotaan menyebabkan orang kota saat ini tidak lagi
membutuhkan lahan yang luas untuk tempat tinggal karena
bagi mereka tempat tinggal hanyalah tempat untuk beristirahat
di malam hari ketika tidak bekerja. Karena itulah trend tinggal di
apartemen semakin tinggi akhir-akhir ini.
1
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
2
KONDISI IKLIM SURABAYA
2
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
bertambah dan mencapai puncaknya pada Bulan Juni, yaitu 5.45
m/s. Sedangkan kecepatan rata-rata angin yang paling rendah
adalah pada Bulan November, yaitu sebesar 2.2 m/s. Sedangkan
bila diperhatikan pada grafik kecepatan angin maksimum,
terdapat fluktuasi yang besar dari kecepatan angin tiap
Bulannya kecuali Bulan Oktober sampai Desember. Arah angin
terbanyak adalah dari arah timur.
3
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
3.
SYARAT PERANCANGAN APARTEMEN
TAPAK
4
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 2. Hubungan elemen tapak
RUANG
5
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 5. Layout pintu masuk
6
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
peralatan yang standart. Jika memiliki 2 kamar mandi, yang
satu biasanya ada di dalam ruang tidur utama. Sirkulasi
memakan 15-20% dari keseluruhan total area
7
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
3. Apartemen yang efisien, yang terletak dekat dengan lift
4. Apartemen dengan banyak ruang tidur sebaiknya
diletakkan di pojok.
5. Ruang-ruang yang sama antar unit seharusnya saling
bersisian.
6. Meletakkan ruang untuk panel distribusi elektrik setiap
lantai 6 atau 8.
7. Balkon, Laundry, ruang penyimpanan bisa disediakan di
setiap lantai atau lantai tertentu.
Gambar 8. Lantai 8. Ruang penjaga biasanya terletak di setiap lantai
Typical
9. Jika koridor tidak memiliki jendela, ventilasi mekanis
diperlukan.
Lantai pertama
apartemen memiliki program
ruang yang berbeda, yang
merupakan ruang transisi yang
menghubungkan antara area
tempat tinggal dan lingkungan
luar, dan menghubungkan serta
berinteraksi dengan keduanya.
Gambar 10 menunjukkan
hubungan antar ruang pada
lantai pertama apartemen.
Pusat sirkulasi vertikal, elevator,
seharusnya terlihat dari area
Gambar 10. Diagram lantai 1 lobby. Tangga pada area lobby
apartemen berbeda dengan tangga pada
lantai typical karena perbedaan ketinggian lantai.
8
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Apartemen memiliki beberapa tingkatan, dari tingkatan-
tingkatan yang berbeda tersebut terdapat fasilitas-fasilitas yang
berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tingkatan
tersebut juga mempengaruhi perbedaan ukuran apartemen
yang bisa dilihat pada tabel 2.
BENTUK
9
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 11. Tipe-tipe
bangunan apartemen
10
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 12. Macam
bentuk bangunan
STRUKTUR
Sistem struktur
yang sering
digunakan pada apartemen berlantai banyak adalah beton
11
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
bertulang atap datar dengan perletakan kolom secara acak.
Pendekatan struktur semacam ini memiliki keuntungan tertentu
pada konstruksi apartemen:
1. Service horisontal yang dibutuhkan pada konstruksi
apartemen bisa dipasang di antara lantai. Hal ini
akan mengurangi secara keseluruhan ketinggian
bangunan
2. Kemungkinan meletakkan kolom secara acak
diadaptasi dari modul yang dikeluarkan oleh layout
typical apartemen. Kolom bisa dikubur pada lokasi
tertentu di antara layout yang efisien.
3. Tipe struktur yang seperti ini memungkinkan bukaan
pada service vertikal.
12
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
4.
PRINSIP DESAIN PLEA
(Passive Low Energy Architecture)
Arsitektur yang berlandaskan pada pendekatan desain
pasif dan minimum energi dengan memanfaatkan energi alam
iklim setempat untuk menciptakan kondisi kenyamanan bagi
penghuninya. Hal itu bisa dicapai dengan organisasi morfologi
bangunan dengan metode pendinginan pasif antara lain :
konfigurasi bentuk massa bangunan dan perencanaan tapak,
orientasi bangunan, disain fasade, peralatan pembayangan
(shading device), instrumen penerangan alam, warna selubung
bangunan, lansekap horisontal dan vertikal, ventilasi alamiah.
Pendekatan yang didasarkan pada iklim setempat sebagai
faktor penentu untuk mengusahakan kenyamanan yang
dibutuhkan manusia dalam beraktifitas.
Prosedur perencanaan dan perancangannya adalah untuk
mencari solusi yang bersesuaian dengan karakter lingkungan
lokal/regional untuk memanfaatkan semua potensi yang ada
guna menghasilkan kondisi yang kenyamanan yang lebih baik
TAPAK
Radiasi Matahari
Lereng di sisi selatan dan utara lebih disukai daripada sisi
timur dan barat karena kecilnya radiasi. Orientasi kemiringan
akan menimbulkan perbedaan. Sisi barat dan timur akan
memiliki radiasi yang lebih banyak terutama pada pagi dan sore
hari. Sisi sebelah utara akan lebih disukai karena menerima
radiasi lebih sedikit. Tetapi orientasi bentuk lahan ini tidak
terlalu berarti jika lahannya datar. Selain itu, pada bangunan
tinggi hal ini juga tidak terlalu berarti karena ketinggian
bangunan akan lebih tinggi daripada ketinggian lahan, sehingga
bagaimanapun juga bangunan akan mendapatkan radiasi sinar
matahari kecuali pada lantai dasar. Vegetasi pada tapak dapat
memberi pembayangan dan mengurangi panas yang didapat.
Tanaman, semak-semak, dan pohon menyerap radiasi pada
proses fotosintesis. Pengaturan lebar dan orientasi jalan bisa
mengontrol radiasi sinar matahari. Rasio lebar jalan dan
ketinggian bangunan menentukan altitude di mana jalannya
sinar matahari bisa dipotong. Bisa juga digunakan untuk
meminimalkan panas yang diterima. Ruang yang terbuka juga
memasukkan banyak terang langit ke dalam bangunan. Untuk di
daerah tropis, jarak tempat berjalan minimum dan area
13
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
terbayangi lebih disukai. Selain itu permukaan lahan juga akan
memantulkan terang langit, sehingga paving yang keras harus
diminimalkan dan harus memiliki permukaan yang kasar.
Angin
Pada iklim tropis lembab, perhatian utama adalah
memaksimalkan pergerakan udara, jadi bangunan harus
diletakkan pada sisi windward di mana kecepatan udara lebih
tinggi. Lokasi dekat dengan arah angin menerima lebih banyak
pergerakan udara.
14
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 16. Pengaruh vegetasi
terhadap aliran udara (Krishan,
2000)
15
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 18. Susunan blok bangunan
untuk memaksimalkan aliran udara
(Krishan, 2000)
Temperature
Tanaman, semak-semak, dan pohon mendinginkan
lingkungan di sekitarnya. Efek bermanfaat yang bisa dirasakan
bukan hanya mengurangi panas yang didapat, tetapi juga
digunakan sebagai penghasil oksigen untuk menciptakan
penjernihan udara pada lingkungan lokal. Air menyerap banyak
radiasi sehingga kehadirannya dapat menghasikan pendinginan
secara evaporatif. Bangunan seharusnya juga terbayangi. Hal ini
dapat mendorong pergerakan udara dingin.
Kelembaban
Vegetasi juga bisa memaksimalkan angin dan
meningkatkan tingkat kelembaban. Penggunaan water bodies
sebaiknya dihindari karena akan menyebabkan peningkatan
kelembaban udara. Di daerah tropis lembab, karakter lahan
yang baik adalah yang bisa menyerap uap air.
16
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 20. Radiasi matahari diserap oleh air dan
menghasilkan penguapan yang akan meningkatkan
kelembaban udara di sekitarnya (Krishan, 2000)
RUANG
Radiasi Matahari
Setiap ruang seharusnya mendapatkan pencahayaan
alami, dengan memasukkan terang langit tanpa memasukkan
sinar matahari langsung. Untuk penempatan lobby lift, tangga
dan toilet seharusnya memperhatikan ventilasi natural dan view
keluar.
Jalan udara di dalam bangunan adalah penting. Denah bisa
disusun menjadi elemen-elemen terpisah, karena 75% waktu
kondisi outdoor mendekati nyaman, jika terbayangi.
Angin
Pada iklim tropis lembab, perhatian utama pada bentuk
denah adalah untuk memaksimalkan pergerakan udara.
Penangkap angin juga bisa digunakan. Tetapi penangkap angin
hanya efektif bila digunakan pada angin yang kuat dan dingin
17
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
mengacaukan arah aliran angin. Elemen-elemen seperti louvre,
dan jalusi digunakan untuk mengalirkan udara.
Temperature
Meminimalkan perbandingan antara keliling dan luas
bangunan akan berguna untuk meminimalkan panas yang
diterima. Area yang menghasilkan panas harus diberi ventilasi
dan terpisah dari struktur. Menyusun bangunan dengan bukaan
utamanya menghadap utara dan selatan akan memberikan
keuntungan dalam mengurangi beban AC.
Kelembaban
Area yang menghasilkan panas dan lembab harus diberi
ventilasi dan terpisah dari struktur.
BENTUK
18
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Radiasi Matahari
Perlidungan seharusnya berada pada seluruh sisi yang
terekspos matahari, pada atap dan sisi barat timur. Semakin
besar perbandingan keliling dan luas bangunan, maka semakin
besar pula panas radiasi yang diterima dan semakin besar
panas yang dilepaskan pada malam hari.
19
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Jika bukaan tidak terbayangi, maka akan mempengaruhi
panas radiasi yang didapatkan Posisi bukaan mempengaruhi
distribusi cahaya pada ruang dalam sebagaimana dia
mempengaruhi refleksi pada ruang dalam. Sosoran yang lebar
lebih disukai bila memotong radiasi matahari. Jendela yang
tinggi menyediakan distribusi yang baik untuk cahaya langsung
dan difus. Jendela yang rendah memungkinkan tanah
memantulkan cahaya. Elemen-elemen seperti louvre, dan jalusi
digunakan untuk mengalirkan udara dan untuk melindungi dari
matahari.
20
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
dinding kaca yang menghadap matahari. Sejumlah konfigurasi
pasif bisa digunakan tergantung pada orientasi fasade
bangunan.
Titik berat desain berubah dari dinding ke atap. Atap dobel
yang berventilasi lebih disukai, atap lebih atas berfungsi sebagai
pelindung matahari. Harus berinsulasi dan memantulkan sinar
matahari.
Angin
Bukaan bangunan yang menghubungkan area bertekanan
tinggi dengan area bertekanan rendah akan menyebabkan
ventilasi alami yang efektif.
Bentuk atap dan bentuk sosorannya bisa mempengaruhi
pola pergerakan udara. Sosoran dan kemiringan atap
seharusnya setinggi mungkin. Hal ini akan menghasilkan
perbedaan tekanan yang maksimum dan memaksimalkan aliran
udara.
21
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Temperature
Tanaman seharusnya diletakkan sebagai vertical
landscaping dan halaman dalam pada bagian atas bangunan
tinggi.
Dinding seharusnya memiliki kapasitas termal yang
rendah. Kapasitas panas dinding yang paling baik adalah yang
memiliki termal lag yang bisa menyebabkan re-radiasi di malam
hari.
STRUKTUR
Radiasi Matahari
Reflektivitas atau emisivitas radiasi akan mempengaruhi
panas yang dilepaskan bila u-value material rendah. Pada iklim
tropis, core sebaiknya diletakkan pada sisi timur dan barat
bangunan.
Angin
Udara yang masuk ke struktur bangunan dari
menyeberangi halaman rumput yang terbayangi lebih disukai
karena udara yang dirasakan relative lebih segar.
Tipe bangunan yang baik untuk di daerah tropis adalah
individual, lebih baik lagi bila terangkat dan memanjang bebas
22
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
dengan kerapatan yang renggang. Tipe bangunan seperti ini
menguntungkan karena udara bisa dengan bebas mengalir
masuk ke dalam bangunan melalui setiap sisinya.
Temperature
Material konstruksi seharusnya bukan material yang
menyimpan panas.
Kelembaban
Material lantai harus kedap air. Pada iklim tropis lembab,
basement tidak berguna karena kelembaban tinggi yang
konstan. Pondasi harus dilindungi dari uap air, jamur, rayap, dan
serangga yang lain.
ESTETIKA
Radiasi Matahari
Penempatan kaca, pembayangan, kasa, light shelves, dan
area jendela silang bisa menjadi suatu control. Hal-hal tersebut
dapat mencegah radiasi sinar matahari. Karakteristik permukaan
mempengaruhi transmisi panas di dalam bangunan. Warna
permukaannya akan mempengaruhi nilai pemantulan dan panas
yang diserap. Dalam hal ini tekstur yang kasar pada permukaan
akan meningkatkan area reradiasi. Sedangkan permukaan datar
yang halus akan lebih reflektif dan meminimalkan panas yang
diterima. Warna yang cerah juga memiliki sifat memantulkan,
sedangkan warna yang gelap lebih bersifat menyerap. Warna
cerah yang memantulkan dalam rentang pastel adalah yang
terbaik, untuk menghindari silau di dalam dan luar bangunan.
Angin
Untuk meningkatkan ventilasi, bisa didapat dengan
memodifikasi jendela itu sendiri
Temperature
Warna yang digunakan adalah warna yang memiliki nilai
absorbtance yang rendah dan nilai reflectance yang tinggi.
Warna yang memiliki nilai seperti itu adalah warna putih dan
warna-warna yang cerah.
23
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
5.
KONSEP PERANCANGAN APARTEMEN
YANG BERADAPTASI DENGAN IKLIM
Sasaran utama sebuah desain adalah untuk memberikan
kenyamanan kepada penghuni atau pengguna bangunannya.
Pada iklim tropis lembab seperti Surabaya, sasaran utama
desain bangunannya antara lain:
1. Meminimalkan panas pada bangunan.
2. Memaksimalkan pendinginan.
3. Menyediakan ventilasi alami yang efektif.
4. Mencegah masuknya/perembesan air hujan.
5. Mencegah masuknya serangga ketika jendela terbuka
untuk ventilasi.
6. Menyediakan ruang untuk aktivitas semi outdoor sebagai
bagian dari living space.
24
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
TAPAK
Jl.
MATAHARI
sut
PAGI,
ore
HANGAT DAN
SEHAT
jo
MATAHARI
SORE,
PANAS DAN
TERIK
25
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
sampai September berada di sisi utara, sementara di Bulan
Oktober sampai Maret berada di sebelah selatan.
Gambar 31.
Gambaran
pembayangan pada
site akibat
26
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
ketinggian 10 lantai. Massa A dan B yang menerima panas dari
arah barat difungsikan sebagai koridor, sehingga unit-unit
apartemennya tidak menerima panas secara langsung. Bagian
barat yang berbentuk lengkung diharapkan mampu mengalirkan
angin supaya mendinginkan dinding yang terkena panas di
sebelah barat.
Massa C merupakan apartemen yang bertipe double
loaded corridor dengan view mengarah ke utara dan selatan,
dengan ketinggian 9 lantai. Massa C memanjang ke arah barat-
timur, sehingga bukaan menghadap ke utara-selatan. Hal ini
untuk menghindari masuknya sinar matahari secara langsung ke
dalam bangunan. Unit-unit apartemen ini juga terpisah-pisah
setiap 4 unitnya. Hal ini dimaksudkan supaya ada aliran angin
yang mendinginkan dinding apartemen. Pemisahan ini juga
dimaksudkan untuk menghindari panas yang berlebih yang
mungkin akan diterima dinding di sebelah utara/selatan
sepanjang hari.
A C
B C
27
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Pembayangan yang diakibatkan oleh massa A dan B selain
membayangi massa C, juga akan membayangi area terbuka
yang ada di antaranya, sehingga area terbuka tersebut akan
nyaman untuk digunakan sebagai tempat beraktivitas, yaitu
sebagai playground untuk anak-anak dan berolahraga bagi
orang dewasa, karena di daerah tersebut juga akan dibangun
lapangan olahraga, antara lain basket dan tenis, serta jogging
track.
RUANG
28
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
unit-unit apartemen. Massa C memiliki tipe yang lain disebut
dengan tipe B. Pada massa C, untuk lantai 1 digunakan untuk
fasilitas umum. Lantai 2 9 digunakan untuk apartemen. Antara
massa A, B, dan C akan digunakan sebagai ruang terbuka yang
berisi taman bermain anak-anak, dan fasilitas olahraga bagi
orang dewasa. Kebutuhan ruang-ruang dapat dilihat pada tabel
3.
29
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Total 8 unit 8 496
Lobby 5 5 25
Caf/restaurant 10 10 100
Mini market 10 10 100
Gymnasium 8 10 80
Pusat kesehatan 4 5 20
Salon 6 8 48
Laundry 4 4 16
Kantor
administrasi 4 4 16
Garasi 30 30 900
Total Massa B 1 lantai 1801
Kolam renang 16 25 400
Lapangan basket 28 15 420
MEE 10 10 100
Ruang Luar
Playground 15 15 225
Total Ruang luar 1145
Total 4486
Sirkulasi 20% 897.2
TOTAL 5383.2
30
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 34. Susunan ruang pada unit
apartemen tipe A
31
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Unit-unit apartemen tersebut disusun berjajar dengan
pintu utama menghadap ke arah koridor di sebelah barat.
Koridor tersebut satu sisi lainnya langsung berhadapan dengan
ruang luar. Alasan pemilihan tipe single loaded corridor pada
massa A dan B ini adalah karena kedua massa ini memanjang
utara-selatan, yang berarti akan memiliki view ke arah barat-
timur. Apabila massa ini memiliki unit-unit apartemen di kedua
sisi koridor, maka bisa dipastikan unit-unit yang memiliki bukaan
ke arah barat akan sangat tidak nyaman, karena sisi ini akan
terekspos matahari. Dengan memilih satu sisi saja yang
digunakan, maka kenyamanan akan lebih mudah tercapai. Sinar
matahari sore yang tidak nyaman akan menyinari koridor, bukan
langsung masuk ke unit apartemen, bahkan tidak juga
menyentuh dindingnya langsung. Sehingga panas yang berasal
dari radiasi matahari akan direduksi oleh koridor, dan panas
yang diterima unit apartemen sudah jauh berkurang dan
kenyamanan termal dapat dicapai pada massa ini.
32
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 35. Susunan ruang pada unit
Massa C apartemen
merupakanMassa C.
apartemen dengan dua ruang tidur
yang penyusunannya double loaded corridor, terdapat unit-unit
apartemen di dua sisi koridor. Massa ini memanjang timur-barat,
sehingga bukaannya mengarah ke utara-selatan. Hal tersebut
dibuat demikian untuk menghindari masuknya sinar matahari
langsung ke dalam bangunan. Susunan ruang yang seperti itu
akan memungkinkan setiap ruangan dalam apartemen tersebut
mendapatkan pencahayaan alami dan ventilasi alami bila
diinginkan.
33
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
sebelah timur, mengarah ke koridor, masuk ke sela-sela
bangunan, menuju ke lobby lift di ujung lainnya.
BENTUK
34
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
Gambar 34. Konsep bentuk dan detail-detail
arsitektural
35
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
alami dan dapat menghalangi sinar matahari langsung masuk ke
bangunan. Sisi barat dan timur bangunan ini juga diberikan
bukaan untuk ventilasi alami yang akan memasukkan angin ke
koridor dan ke sela-sela bangunan. Angin yang berasal dari arah
timur akan masuk melalui ventilasi ini dan mendinginkan udara
di koridor bangunan dan di sisi-sisi dinding apartemen. Tetapi
tetap ada kontrol pada ventilasi ini. Terdapat louver-louver pada
bukaan tersebut untuk memotong sinar matahari dan juga untuk
mengontrol angin yang ingin dimasukkan. Bila angin yang
datang terlalu kencang, maka louver-louver ini akan menutup.
Selain itu juga berfungsi melindungi bangunan dari tampias air
hujan. Sisi utara-selatan bangunan digunakan untuk meletakkan
bukaan. Sisi ini aman dari pancaran sinar matahari sore, tetapi
tetap tidak aman untuk matahari siang. Karena itu tetap
digunakan sosoran untuk memotong sinar matahari siang dan
sebagai pelindung dari tampias air hujan. Vegetasi juga
digunakan pada massa bangunan ini dengan fungsi yang sama,
yaitu untuk mendinginkan bangunan, dan supaya angin yang
melaluinya akan menjadi angin yang sejuk.
36
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001
6.
DAFTAR PUSTAKA
Givoni B. (1994), Climate Considerations in Building and Urban
Design, Van Nostrand Reinhold, New York.
37
Proyek 2: Desain Berkelanjutan
Ernaning Setiyowati 3206 204 001