Sie sind auf Seite 1von 12

1.

Nemathelminthes
a. Nematoda
Nematoda Usus
Soil Transmitted Helminth
1. Ascaris Lumbricoides
Patogenesis infeksi Ascaris lumbricoides berkaitan dengan
responimun host terhadap larva, telur atau cacing dewasa didalam
jaringan atau organ tertentu. Larva yang bermigrasi didalam
jaringan, dapat menyebabkan trauma mekanik dan lisis sel oleh
enzim yang dihasilkan oleh larva.
Pada suatu keadaan dimana terjadi reinfeksi dan migrasi
larva berikutnya, jumlah larva yang sedikitpun mungkin dapat
menimbulkan reaksi jaringan yang hebat. Larva Ascaris
lumbricoides memasuki parenkim paru dan akan terbentuk reaksi
hipersensitivitas dengan meningkatkan produksi mukus dalam
bronkus, peradangan peribronkial dan spasme pada bronkial.
Keluhan yang muncul, tergantung tempat dimana cacing
tersebut bermigrasi dan kerusakan yang ditimbulkan cacing. Pada
keadaan tertentu, cacing juga dapat bermigrasi kedalam saluran
empedu dan menyebabkan sumbatan saluran biliaris.

2. Cacing Tambang
Cacing tambang memiliki alat pengait seperti gunting yang
membantu melekatkan dirinya pada mukosa dan submukosa
jaringan intestinal. Setelah terjadi pelekatan, otot esofagus cacing
menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan
intestinal ke dalam kapsul bukal cacing. Akibat kaitan ini terjadi
ruptur kapiler dan arteriol yang menyebabkan perdarahan.
Pelepasan enzim hidrolitik oleh cacing tambang akan memperberat
kerusakan pembuluh darah. Hal itu ditambah lagi dengan sekresi
berbagai antikoagulan termasuk diantaranya inhibitor faktor VIIa
(tissue inhibitory factor). Cacing ini kemudian mencerna sebagian
darah yang dihisapnya dengan bantuan enzim hemoglobinase,
sedangkan sebagian lagi dari darah tersebut akan keluar melalui
saluran cerna.[

3. Trichuris Trichiura
Cacing Trichuris pada umumnya hidup di caecum, hanya
pada infeksi berat dapat sampai ke bagian usus yang lain seperti
appendix, ileum terminale,bahkan kadang-kadang sampai ke
rectum.
Cacing menanamkan diri pada mukosa, menghisap darah dan
menyebabkan luka-luka berdarah. Trauma pada epithelium dan
submukosa usus dapat menyebabkan perdarahan kronis yang
akan mengakibatkan anemia. Luka-luka ini dapat menjadi jalan
masuk bagi bakteri dan amoeba, sehingga gejala-gejala yang
terjadi dapat disertai dengan infeksi bakteri sekunder

[
4. Strongyloides Stercoralis

Non Soil Transmitted Helminth


1. Enterobius Vermicularis
2. Trichinella Spiralis

Nematoda Jaringan
1. Wuchereria Bancrofti
Infeksi parasit filaria ditandai dengan induksi respon tipe alergi,
terlihat peningkatan jumlah eosinofil pada darah tepi dan peningkatan
IgE spesifik, IgG4 dan IL-4. Respons imunitas selular juga berkembang
pada orang yang tinggal di daerah endemik filariasis , sehingga
keadaan ini berperan untuk menekan timbulnya gejala klinis pada
sebagian orang.
2. Brugia Malayi & Brugia Timori

3. Loa-loa
4. Oncocherca Volvulus

2. Platyhelminthes
a. Trematoda
Trematoda Hati
1. Clonorchis Sinensis
Saat larva masuk dalam saluran empedu dan menjadi dewasa,
parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu,
penebalan dinding saluran, peradangan sel hati dan dalam stadium
lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang disertai oedema. Luasnya
organ yang mengalami kerusakan tergantung pada jumlah cacing
yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi.

2. Opisthorchis Felineus

3. Opisthorchis Viverrini

4. Fasciola Hepatica
Pathogenesis terjadi secara berurutan sesuai dengan siklus
hidupnya. Fasciola muda masuk hingga sampai dihati sambil terus
berjalan dia akan memakan parenkim hati, sehingga menyebabkan
kerusakan yang parah pada hati. Setelah itu cacing ini akan pindah ke
duktus biliverus dan dewasa disana. Sapi dewasa lebih resisten
terhadap infeksi dan lebih mampu bertahan terhadap pengaruh infeksi
daripada hewan yang masih muda

Trematoda Usus
1. Fasciolopsis Buski

2. Echinostomatidae
Trematoda Paru
1. Paragonimus Westermani

Trematoda Darah
1. Schistosoma sp.

2. Schistosoma Japonicum
Pada saat cercaria menembus kulit terjadi perubahan pada kulit
berupa eritema dan papula. Perubahan tersebut disertai rasa gatal dan
panas. Bila cercaria yang masuk ke dalam kulit dengan jumlah yang
banyak, maka akan terjadi dermatitis. Gejala paru timbul ketika
schistosomula mencapai paru yaitu dengan timbulnya batuk dan
terkadang disertai dahak. Pada beberapa kasus, terkadang batuk
bercampur dengan sedikit darah. Gejala paru tersebut dapat menjadi
berat sehingga timbul serangan asma.

3. Schistosoma Mansoni

4. Schistosoma Haematobium

b. Cestoda
Pseudophylidae
1. Diphyllobothrium Latum

2. Diphyllobothrium Mansoni

Cyclophylidae
1. Taenia Saginata
2. Tainea Solium

Das könnte Ihnen auch gefallen