Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Gaharu merupakan salah satu tanaman hutan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena
kayunya mengandung resin yang harum. Resin beraroma ini berasal dari tanaman jenis
Aquilaria, Gyrinops, dan Gonystylus. Pada saat ini keberadaan gaharu semakin langka, karena
perburuan gaharu di alam terus meningkat dan para pemburu gaharu alam tidak hanya memungut
dari pohon yang mati melainkan juga menebang pohon hidup, sehingga semakin mengancam
populasi dan kelestarian produksi gaharu. Di sisi lain, harga gaharu terus meningkat, sehingga
mendorong upaya budidaya gaharu terutama di wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia gaharu
sangat prospektif untuk dikembangkan, karena memiliki potensi biologis berupa beragamnya
spesies tumbuhan penghasil gaharu, masih luasnya lahan-lahan hutan yang sesuai untuk
pengembangan gaharu, dan teknologi induksi telah tersedia. Budidaya gaharu layak untuk
dilaksanakan, karena berdasarkan analisis finansial akan memberikan keuntungan bersih nilai
kini (NPV) sebesar Rp 147,74 juta/ha, IRR sebesar 48,53%, dan B/C = 3,32. Namun, karena
pengusahaan gaharu memerlukan modal yang tidak sedikit, maka masyarakat yang mampu
mengembangkannya adalah kelompok yang memiliki permodalan yang kuat. Untuk
mengembangkan budidaya gaharu secara lebih luas, perlu dikembangkan suatu skema kerjasama
antara pemilik modal dengan masyarakat. Salah satu bentuk kemitraan yang dapat dikembangkan
adalah dengan pola PHBM (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat). Dengan pola PHBM
diharapkan budidaya gaharu dapat dikembangkan secara luas, pendapatan masyarakat meningkat
secara signifikan, dan tekanan masyarakat sekitar hutan yang tingkat ketergantungannya terhadap
hutan cukup tinggi dapat berkurang. Prinsip utama dalam pengembangan gaharu dengan pola
PHBM adalah prinsip kelestarian dan kelayakan ekonomi dalam jangka panjang sesuai jangka
waktu kontrak kerjasama serta saling menguntungkan berdasarkan nilai kontribusi masing-
masing pihak untuk mencapai tujuan sosial, ekonomi, dan ekologi bersama.
1. Pendahuluan
Gaharu merupakan bahan berbentuk kayu yang mengandung resin atau damar dan bila
dibakar akan mengeluarkan aroma wangi yang khas. Komoditi ekspor ini mempunyai nilai jual
yang tinggi baik di pasar nasional maupun internasional sehingga dapat membantu meningkatkan
pendapatan masyarakat. Di dunia perdagangan gaharu dikenal dengan nama agarwood, aloe
wood, dan eagle wood, oud (Timur tengah), dan Cing (Cina).
Gaharu diperoleh dari bagian (akar, batang, cabang) pohon gaharu dengan nama-nama
daerahnya antara lain : calabac, karas, kekaras, mengkaras (Dayak), galoop (Melayu), halim
(Lampung), alim (Batak), kareh (Minang), age (Sorong), bokuin (Morotai), lason (Seram),
Ketimunan (Lombok), ruhuwama (Sumba), dan seke (Flores). Ada beberapa jenis pohon gaharu,
antara lain yang saat ini sedang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia adalah jenis
Gyrinops spp. Dan Aquilaria spp. Kedua jenis tersebut menghasilkan gaharu dengan kualitas
yang tinggi sehingga sangat diminati masyarakat untuk dibudidayakan.
Aroma wangi atau harum dengan cara membakar secara sederhana banyak dilakukan oleh
masyarakat Timur Tengah (seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Yaman, Oman) sebagai
pengharum tubuh dan ruangan, sedangkan penggunaan yang lebih bervariasi banyak dilakukan di
Cina, Korea, dan Jepang seperti bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan
pengawet berbagai jenis asesoris serta untuk keperluan kegiatan religius.
2. Tinjauan Pustaka
a. Budidaya Gaharu :
Pada mulanya pohon gaharu banyak dijumpai dalam hutan alam, namun perburuan gaharu
yang tidak terkendali sejak tahun 1980-an sebagai akibat tingginya permintaan konsumen
menyebabkan pohon gaharu di alam semakin langka. Untuk memenuhi permintaan konsumen
yang masih tinggi tersebut, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan
membudidayakannya atau menanam kembali baik di dalam hutan maupun di lahan-lahan milik
masyarakat. Budidaya gaharu telah mulai dilakukan sejak tahun 1990-an dan berkembang terus
di wilayah Indonesia terutama oleh masyarakat di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Lombok.
Sejak 5 tahun terakhir ini, masyarakat di Pulau Jawa mulai tertarik dan ramai-ramai menanam
bibit pohon gaharu di lahan-lahan miliknya. Budidaya pohon gaharu ini diharapkan semakin
berkembang pesat agar dapat memproduksi gaharu dengan baik untuk memenuhi permintaan
konsumen dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Usaha budidaya pohon gaharu ini
merupakan salah satu investasi jangka menengah dengan hasil yang menjanjikan.
Pohon gaharu dapat tumbuh baik pada lahan dataran rendah hingga perbukitan hingga
mencapai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dengan kondisi tanah lembut liat
berpasir (pH : 4,0 6,0). Pola tanam pohon gaharu dapat dilakukan dengan pola monokultur
(sejenis) dan polikultur (campuran). Penanaman pola monokultur dilakukan dalam lahan
kosong dengan jarak 2 x 2 m, 2 x 3 m dan 3 x 3 m. Sedangkan penanaman pola polikultur dapat
dilakukan bersama dengan tanaman keras lainnya seperti : coklat, karet, kopi, kelapa sawit,
sengon, atau ditanam dalam pekarangan/perladangan yang sudah ada kumpulan tanamannya
(pengkayaan).
c. Pemeliharaan
Pemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos
sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah canopy. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK
dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman)
setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya
batang tanaman.
Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan
daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan
pohon pelindung dan pruning agar kena cahaya matahari diikuti penyemprotan pestisida seperti
Tiodane, Decis, Reagent, air destilat sirih, dll. Pembersihan gulma dapat dilakukan sekali 3
bulan atau pada saat dipandang perlu.
d. Pengolahan Gaharu
Gaharu diolah menjadi bahan olahan yang berupa minyak, hio, dupa, dan obat gaharu.
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut.
a. Minyak Gaharu
Minyak gaharu dapat diperoleh melalui proses penyulingn dengan system destilasi kukus
atau system tekanan uap. Adapun proses penyulingannya adalah sebagai berikut.
1) Siapkan bahan baku gaharu dalam bentuk serpihan dan bubuk.
2) Masukkan bahan ke dalam ketel kukus.
3) Alirkan air ke dalam tetel bahan dan ke ketel pendingin.
4) Tempatkan bejana pemisah air dengna minyak pada ujung pendingin.
5) Panaskan air dalam ketel dengan api arang, atau kayu, atau gas.
6) Setelah satu jam dipanaskan, uap mulai terkondensasi di bejana pemisah air dan
minyak, proses penyulingan berakhir setelah 6-8 jam pemanasan.
b. Hio
Menurut laporan dari ASGRIN (Asosiasi Gaharu Indonesia), dinyatakan bahwa air limbah
penyulingan minyak gaharu masih berguna untuk kosmetik, yaitu sebagai penghalus wajah.
Sedangkan ampas penyulingan dapat digunakan untuk bahan pembuat hio atau dupa.
Hio dibuat dari campuran abu gaharu dan abu lengket dengan perbandingan 1:10, kemudian
ditambah dengan aroma lain dan diaduk hingga homogeny. Abu lengket terbuat dari kulit
merbau yang diharuskan. Adonan selanjutnya dicetak dalam bermacam-macam bentuk sesuai
selera konsumen, seperti lidi, spiral, dan kerucut. Kemudian, hio yang sudah dicetak dijemur
hingga kering dan sipa untuk dipasarkan. Bentuk lidi biasanya digunakan untuk peribadatan,
sedangkan yang berbentuk kerucut banyak digemari orang-orang Arab Saudi.
c. Dupa (Setanggi)
Dupa atau setanggi dibuat dari campuran abu gaharu, abu lengket, daun atau kulit buah jeruk
nipis, serbuk akar wangi, dan tetes gula merah. Bahan-bahan tersebut dicampur dan dimasak
tanpa minyak, kemudian dibiarkan hingga dingin. Selanjutnya dicetak dan dibungkus.
Dalam perdagangan gaharu dikenal dua macam gaharu, yaitu gaharu buaya dan gaharu biasa.
Gaharu buaya dihasilkan oleh pohon gaharu jenis Aquilaria sympetalum, Aquilaria
malaccensis dan Aquilaria filarial.
Gaharu buaya biasanya tidak disenangi konsumen karena aromanya kemenyan, seratnya kasar,
dan warnanya cokelat kehitaman. Gaharu yang lebih disenangi konsumen adalah gaharu yang
aromanya lembut dan seratnya halus.
Dalam perdagangan, gubal dupa dibedakan dalam beberapa kualitas sebagai berikut.
a) Super.
b) AB.
c) BC.
d) A.
e) Gumbil gaharu, yaitu gubal gaharu kecil-kecil yang dibedakan dalam kelas tenggelam
yag kualitasnya lima kali dan kelas terapung yang kualitasnya lebih rendah.
d. Obat Gaharu
Penggunaan gaharu untuk obat-obatan di luar negeri. Seperti Cina, Korea, dan Jepang saat ini
cukup berkembang. Di Indonesia penggunaan gaharu belum banyak dimanfaatkan untuk
pengobatan. Diharapkan, di masa mendatang gaharu memiliki prospek yang baik untuk
mendukung industry obat di Indonesia.
Teh Gaharu
Produsen teh gaharu menerangkan bahwa pasar teh gaharu semakin mengeliat di Indonesia.
Beliau Menjelaskan bahwa setiap minggunya beliau mampu menjual hingga 40 lusin teh
gaharu. Dimana harga teh gaharu Rp.15.000/kotaknya.ini merupakan salah satu peluang petani
gaharu untuk meraup keuntungan menjelang panen gubal.
Parfume Minyak Gaharu Harganya Bisa 3 jt lebih Per tola (12 gram)
Gelang gaharu harganya tergantung kualitas. Harganya dapat mencapai ratusan juta Rupiah
Gubal gaharu dapat pula di jual dalam bentuk olahan seperti gelang gaharu, Tasbih, kalung,
gantungan kunci sovenir, dan berbagai kerajinan lainnya. Untuk itu bibit gaharu dan inokulasi
gaharu haruslah dipilih dan dirancang dengan baik sesuai target pasar yang di inginkan.
Kosmetik, Obat-obatan Herbal dan Aroma Terapy berbahan dasar Gaharu
Dan masih banyak peluang bisnis yang bisa kita kembangkan dari gaharu yang tentunya
menuntut kreativitas dan kejelian kita memandang peluang tersebut.
1. Diabetes
2. Stroke
3. Asam urat
4. Masalah ginjal
5. Kanker prostat
6. Asma
7. Tiroid kelelahan kronis
8. Disfungsi seksual
9. Kegelisahan
10. Gangguan tidur
11. Penurunan berat badan
12. Detoksifikasi
13. Mabuk
14. Sembelit
15. Tekanan darah tinggi
16. Kadar gula darah yang tidak stabil (seperti diabetes)
17. Gangguan kulit
18. Penuaan dini
19. Perawatan paru
20. Masalah peredaran darah
21. Pengobatan sakit kepala
manfaat kapulaga
manfaat kayu cendana
manfaat ikan salmon
4. Detoksifikasi tubuh
Jika teh ini dapat menurunkan berat badan bagi yang kelebihan, teh gaharu dapat juga
meningkatkan berat badan untuk yang membutuhkan sebagai manfaat dari detoksifikasi yang
terjadi. Mengapa? Hal ini terjadi, sebab pada dasarnya apapun dietnya manusia tetap menimbun
neurotoksin. Tidak hanya karena masalah kosmetik, namun juga karena makanan yang kita
asup setiap hari. Lama-kelamaan akan membuat gangguan secara neurologis.
Fungsi detoksifikasi tubuh juga bisa didapatkan dari :
7. Menenangkan Tubuh
Selama berabad-abad, teh gaharu telah digunakan untuk menenangkan gangguan kecemasan
dan tidur. Aroma yang dihasilkan dari daun memiliki efek menenangkan alami yang
mengurangi gejala stres, sehingga memungkinkan orang untuk mencapai tidur yang lebih
panjang dan lebih tenang. Nutrisi yang ditemukan dalam daun teh Gaharu juga telah digunakan
untuk kesehatan paru. Tentu, daun Gaharu meningkatkan sirkulasi darah di tubuh yang penting
untuk metabolisme tubuh
Tonik yang efektif, bersifat diuretik, mengurangi epilepsi, dan antimikroba. Karena minyak
gaharu adalah afrodisiak paling ampuh dari semua minyak esensial.
Berguna dalam gangguan saraf, pencernaan, keluhan paru-paru, penyakit cacar, rematik,
sakit selama dan setelah melahirkan, menghentikan kejang dalam sistem pencernaan dan
pernafasan, demam, sakit perut, asma, kanker, kolik, diare, mual, regurgitasi, kelemahan
pada orang tua, sesak napas, menggigil, sakit umum dan sirosis hati.
Minyak Gaharu telah digunakan sebagai pengobatan untuk paru-paru dan tumor perut.
Minyak ini digunakan di Malaysia untuk rasa kari dan Taiwan menggunakannya sebagai
bahan aromatik anggur lokal mereka.
9. Manfaat Aromaterapi
Kemampuan daun gaharu untuk rasa relaksasi membuatnya sangat berguna dalam setiap sesi
aromaterapi. Manfaat daun gaharu juga sangat efektif untuk menghilangkan kecemasan dan
depresi yang dirasakan. Aromaterapi ini dapat bertahan selama 12 jam ke depan. Beberapa
rumah parfum Eropa mencari minyak dari gaharu untuk membuat parfum.