Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1. PENDAHULUAN
Kelistrikan memegang peranan penting dalam
bidang kedokteran.
Ada 2 aspek kelistrikan dan magnetis yaitu listrik
dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia,
serta penggunaan listrik dan magnet pada per-
mukaan tubuh manusia.
Tahun 1856, CALDANI
menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang
mati
Tahun 1780, LUIGI GALVANI
mempelajari kelistrikan pada tubuh hewan.
Tahun 1786 hasil eksperimen, kedua kaki ka-
tak terangkat saat diberi aliran
listrik melalui induktor.
Tahun 1892, ARONS
merasakan adanya aliran listrik frekuensi ting-
gi melalui beliau sendiri serta pembantunya.
Tahun 1899, VAN SEYNEK
pengamatan terjadinya panas pada jaringan
yang disebabkan oleh aliran frekuensi tinggi
Tahun 1928, SCHLIEPHAKE
pengobatan dengan short wave
1
Hukum Ohm
Perbedaan potensial antara ujung konduktor ber-
banding langsung dengan arus yang melewati,
berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor.
Rumus:
V
R= I
dimana R = ohm ()
I = amper (A)
V = tegangan (volt)
Hukum Joule
Arus listrik yang melewati konduktor dengan per-
bedaan tegangan (V) dalam waktu tertentu akan
menimbulkan panas.
Rumus:
VIT
H1(kalori) = J
dimana V = tegangan (voltage)
I = arus (amper)
T = waktu (detik)
J = Joule = 0,239 Kal
2
Gelombang-gelombang arus listrik yang dimak-
sud adalah:
3
Mengatur organ dalam tubuh misalnya
jantung, usus dan kelenjar.
Pengontrolan dilakukan secara tidak sadar.
Otak berhubungan langsung dengan me-
dulla spinalis; keduanya diliputi cairan
serebro spinalis dan dilindungi tulang teng-
korak serta tulang vertebralis (columna
vertebralis).
Berat otak 1500 gram, hanya 50 gram yang
efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf disebut neuron/
sel saraf.
Suatu sel saraf mempunyai fungsi menerima,
interpretasi dan menghantar aliran listrik.
4
Dari hasil penelitian diperoleh konsentrasi ion
di dalam dan di luar membran suatu akson
dapat dilihat pada gambar berikut.
E
di luar sel Na + Membrane K +
dalam sel
-
Cl
Cl -
-
A
(Di dalam sel lebih negatif daripada di luar sel berkisar 60-90 mV)
5
dengan larutan yang konsentrasi tinggi akan
berubah menjadi kekurangan ion sehingga men-
jadi lebih negatif.
Membran
dipole
Konsentrasi
tinggi
+ + + + + +
+ +
+ Konsentrasi +
+ +
rendah
+ + +
+ + + +
+ + +
+ + +
+ +
+ + + +
+ +
Waktu = 0 Zat setimbang
(a) (b)
Gambar 3 Suatu model potensial istirahat. (a) Membran per-
meabel yang selektif terhadap ion K+ pada awalnya me-
misahkan dua larutan KCl yang berbeda konsentrasinya; + dan
mewakili ion K+ dan ion Cl. Ion K+ berdifusi dari sisi
konsentrasi tinggi ke sisi konsentrasi rendah, menghasilkan
perbedaan charge (dipole layer) melewati membran dan
mengakibatkan suatu potensial. (b) Dipole layer memberikan
gaya listrik yang cenderung menyimpan ion K+ pada sisi
konsentrasi tinggi. Suatu kondisi setimbang dihasilkan ketika
gerakan ion K+ karena difusi diseimbangkan dengan gerakan
ion karena gaya listrik dari dipole layer. Dipole layer sama
dengan potensial istirahat yang melewati membran.
6
3. KELISTRIKAN SYARAF
Ditinjau besar kecilnya serat saraf, maka serat
saraf dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
serat saraf tipe A, B dan C.
Dengan menggunakan mikroskop, serat saraf
dibagi dalam dua tipe: serat saraf bermyelin dan
serat saraf tanpa myelin.
Serat saraf bermyelin banyak terdapat pada
manusia.
Myelin merupakan suatu insulator (isolator)
yang baik dan kemampuan mengaliri listrik
sangat rendah.
Potensial aksi makin menurun apabila melewati
saraf yang bermyelin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang
berdiameter dan panjang sama sangat tergan-
tung pada lapisan myelin.
Akson tanpa myelin (diameter 1 mm) mempu-
nyai kecepatan 20-50 m/detik.
Serat saraf bermyelin pada diameter 10 m
mempunyai kecepatan 100 m/detik.
Pada serat saraf bermyelin aliran sinyal dapat
meloncat dari satu simpul ke simpul yang lain.
Di dalam sel terdapat ion Na, K, Cl dan protein
(A). Sel mempunyai kemampuan memindah-
kan ion dari satu sisi ke sisi yang lain. Kemam-
puan sel ini disebut aktivitas kelistrikan sel.
Dalam keadaan biasa konsentrasi ion Na + lebih
besar di luar sel daripada di dalam sel.
7
Na+ Na+ Na+ Na+ Na+ Luar
membran sel
Na+ Na+ Dalam
Gambar 4 Potensial membran negatif
Keadaan Potensial Konsentrasi
ion Na+
Potensial Potensial di dalam Lebih besar
membran sel relatif negatif di luar sel da-
negatif dibandingkan de- ripada di da-
ngan potensial di lam sel.
luar sel.
Potensial Perbedaan poten- Terdapat ba-
membran sial listrik di da- nyak di dalam
positif lam sel lebih posi- sel dari pada
tif daripada di luar di luar sel.
sel.
+ + + + + + + + + Luar
Membran sel
Dalam
8
Apabila perbedaan potensial diukur dengan
galvanometer akan mencapai 90 m Volt.
Membran sel ini disebut dalam keadaan polari-
sasi dengan suatu potensial membran istirahat
90 m Volt.
+40-
0
Resting membrane potential
(Potensial membran istirahat)
90 -
9
+ + + + + + Na + + + + Luar
Dalam
+40-
Membrane Potential (mV)
90
Stimulus
10
mV
+40
Stimulus 0
Luar
+ Potensial aksi
+ + + + + +
Sel
membran
- + + + + - -
11
mV
+40
repolarisasi
-90
12
Stimulus
Na + Na + Na + Na +
Na +
membran sel
+
Na + Na
Di dalam sel lebih negatif Ion Na + masuk ke
dalam sel
mV mV
+40 +40
0 0
-90 -90
(1) (2)
mV mV
+40 +40
0 0
+
Na
Pengeluaran
ion Na +
Nilai ambang
-90 -90
Rangsangan
(3) (4)
Kurang 1 m sec 2,5 m sec
13
4. PERAMBATAN POTENSIAL AKSI
Potensial aksi dapat terjadi bila daerah mem-
bran saraf atau otot mendapat rangsangan
mencapai nilai ambang.
Potensial aksi itu sendiri mempunyai kemam-
puan untuk merangsang daerah sekitar sel
membran untuk mencapai nilai ambang.
Dengan demikian dapat terjadi perambatan
potensial aksi ke segala jurusan sel membran.
Keadaan ini disebut perambatan potensial
aksi atau gelombang depolarisasi.
a. Mula-mula + + + +
- - - - membran sel
- - - -
+ + + +
b. Rangsangan rangsangan
hingga Na+ ma- + + + +
suk ke dalam - - - -
sel dan terjadi membran sel
- - - -
depolarisasi
+ + + +
c. Potensial + + + - - - - + + +
aksi
merangsang - - - + + + + - - -
daerah sekitar- membran sel
nya - - - + + + + - - -
+ + + - - - - + + +
Gambar 5 Gelombang depolarisasi karena adanya
perambatan potensial aksi
14
Setelah timbul potensial aksi, sel membran
akan mengalami repolarisasi.
Proses repolarisasi sel membran disebut suatu
tingkat refrakter.
Tingkat refrakter ada dua fase yaitu periode
refrakter absolut dan periode refrakter relatif.
mV
Periode refrakter absolut
+40
Periode refrakter relatif
-90
nilai ambang
rangsangan
Gambar 6 Periode refrakter
15
Periode refrakter relatif:
Setelah sel membran mendekati repolarisasi
seluruhnya maka dari periode refrakter absolut
akan menjadi periode refrakter relatif, dan
apabila ada stimulus/rangsangan yang kuat
secara normal akan menghasilkan potensial aksi
yang baru.
Sel membran setelah mencapai potensial mem-
bran istirahat, sel membran tersebut telah siap
untuk menghantarkan impuls yang lain.
Gelombang depolarisasi setelah mencapai ujung
dari saraf atau setelah terjadi depolarisasi
seluruhnya, gelombang tersebut akan berhenti
dan tidak pernah terjadi aliran balik ke arah
mulainya datang rangsangan.
perambatan potensial aksi
+ + + + + +
+ +
periode periode
refrakter absolut refrakter relatif
16
Aliran arus listrik pada synap-
sis dan sel neuron
17
Baik sinapsis maupun neuromyal junction
mempunyai kemampuan meneruskan gelom-
bang depolarisasi dengan cara lompat dari satu
sel ke sel yang berikutnya.
Gelombang depolarisasi ini penting pada sel
membran otot, oleh karena pada waktu terjadi
depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot
akan trigger/bergetar/berdenyut menyebabkan
kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi
repolarisasi sel otot hal mana otot akan
mengalami relaksasi.
18
+40
0
Potensial membran (mV)
nilai ambang
-90
19
t (detik)
+40
0
Potensial membran (mV)
-90
nilai ambang
20
+40
0
Potensial membran (mV)
-90
1 3 Variasi akan kelengkungan slope
21
mengalami istirahat, sekumpulan sel utama
tersebut disebut Pace Maker/perintis jantung
dan Natural Rate nya sangat menentukan
frekuensi jantung.
0 Waktu
1 m detik
-50
-100
Gambar 9a Gelombang potensial aksi dari akson
22
+50
0 Waktu
5 m detik
-50
-100
Gambar 9b Gelombang potensial aksi dari sel
otot bergaris
+50
Potensial membran (mV)
0 Waktu
-50
100 m detik
-100
Gambar 9c Gelombang potensial aksi dari sel
otot jantung
23
8. ELEKTRODA
Digunakan untuk mengukur potensial aksi.
Kegunaan dari elektroda untuk memindahkan
transmisi ion ke penyalur elektron.
Bahan yang dipakai sebagai elektroda adalah
perak dan tembaga.
Apabila sebuah elektroda tembaga dan sebuah
elektroda perak dicelupkan ke dalam larutan
misalnya larutan elektrolit seimbang cairan
badan/tubuh maka akan terjadi perbedaan
potensial antara kedua elektroda itu.
Perbedaan potensial ini kira-kira sama dengan
perbedaan antara potensial kontak kedua
logam tersebut disebut potensial offset
elektroda.
Apabila sebuah elektroda tembaga dan
elektroda perak ditempatkan dalam bak berisi
elektrolit akan terdapat perbedaan potensial
sebesar 0,80 0,34 = 0,46 V.
Perbedaan potensial sebesar 0,46 V dapat
dijumpai bila kedua tangan penderita
disambung melalui elektroda tembaga dan
elektroda perak pada jalan masuk instrumen
yang dipakai untuk pengukuran.
Namun dalam praktek perbedaan potensial
offset elektroda harus dibuat sekecil mungkin/
mendekati nol, akan tetapi selalu tidak
mungkin dan akan terjadi drift (penurunan
tegangan secara perlahan-lahan seperti terlihat
pada gambar berikut.
24
Tegangan (V)
Ag AgCl
t
0
Gambar 10 Tegangan elektroda offset sebagai
fungsi waktu
25
Logam Ion Potensial
(Volt)
Aluminium Al+++ -1,66
Besi Fe++ -0.44
Zat cair H+ 0
Perak Ag++ +0,80
Emas Au++ +1,50
Seng Zn++ -0.76
Timbal Pb++ -0.12
Tembaga Cu++ +0,34
Platina Pt+ +0,86
27
- Terbuat dari metal/logam yang tahan karat
misalnya perak, nikel atau alloy.
a. Bentuk plat
- Dipakai untuk mengukur potensial listrik
permukaan tubuh EKG, EEG dan EMG.
- Tahun 1917 elektroda ini mula-mula
dipergunakan.
- Di daerah yang akan diletakkan elek-troda
digosok dengan saline solution (air
garam fisiologis). Pemakaian saline
solution kemudian diganti dengan jelly
atau pasta (suatu elektrolit).
28
Gambar 14 Elektroda permukaan kulit
bentuk suction cup
c. Bentuk floating
- Elektroda ngambang ini merupakan tipe
elektroda baru.
- Prinsip elektroda ini dibuat agar men-
cegah kontak langsung antara logam dan
kulit.
- Dalam pemakaiannya masih mengguna-
kan elektrolit pasta atau jelly.
Gambar 16 Elektroda
permukaan kulit ben-
tuk floating
29
Gambar 17 Elektroda
permukaan kulit ben-
tuk ear clip
e. Bentuk batang
- Merupakan elektroda yang dipakai se-
bagai reference pada waktu perekaman
EKG atau EEG.
- Bentuk berikut biasanya dipakai pada
perekaman EGG (Electro Gastrogram)
30
Yang termasuk dalam isyarat listrik tubuh:
1. EMG (Elektromiogram)
2. ENG (Elektroneurogram)
3. ERG (Elektroretionogram)
4. EOG (Elektrookulogram)
5. EGG (Elektrogastrogram)
6. EEG (Elektroensefalogram)
7. EKG (Elektrokardiogram)
1. Elektromiogram (EMG)
- Pencatatan potensial otot/biolistrik
selama pergerakan otot
- Otot diladeni banyak unit motor. Suatu
unit motor terdiri dari cabang tunggal
neuron/ saraf dari otak atau medulla
spinalis.
- Ada 25-2000 serat otot (sel),
dihubungkan dengan saraf via motor end
plate, sehingga potensial istirahat yang
melewati serat otot serupa dengan potensial
istirahat yang melewati serat saraf. Oleh
sebab itu gerakan otot berkaitan dengan
satu potensial aksi yang merambat
sepanjang akson dan diteruskan ke serat
otot melalui motor end plate.
- Teknik mengukur EMG:
a. Pengukuran sel otot tunggal
Biasanya tidak dikerjakan
oleh karena sulit mengisolasi serat otot
31
tunggal. Tetapi secara skematis dapat
ditunjuk-kan sebagai berikut:
32
Gambar 20 EMG pada serat otot
A = Potensial unit
motoris yang
normal
B = Potensial fib-
rillasi
C = Potensial mo-
tor unit yang
polyphasik
Gambar 21 Suatu elektromiogram pada
otot bisep yang menunjukkan denervasi
parsial
33
- Tujuan pembuatan EMG:
Untuk memperoleh informasi tentang akti-
vitas kelistrikan otot.
2. Elektroneurogr
am (ENG)
Pembuatan ENG:
a. Untuk mengetahui keadaan
lengkungan refleks
A = stimulator
Saraf motoris-
medula spina-
lis-saraf sen-
soris memben-
tuk lengkungan
refleks
Apabila serat saraf sensoris dirangsang
dengan rangsangan yang rendah, maka
pada pencatat akan terlihat:
Gelombang H: Menunjukkan saraf sensoris
yang terangsang
34
terangsang akan tampak gelombang M dan
H:
b. Untuk
mengetahui kecepatan konduksi saraf
motoris
36
Gambar 23 (a) dan (b) Suatu metode
mengukur kecepatan konduksi saraf sen-
soris
3. Elektrore
tinogram (ERG)
Suatu pencatatan bentuk kompleks potensial
biolistrik yang ada pada retina mata yang
dikerjakan melalui rangsangan cahaya pada
retina.
Teknik pembuatan ERG:
- Mula-mula kornea diberi cairan NaCl
fisiologis kemudian pada kornea mata ini
diletakkan lensa kontak/contact lens.
- Pada lensa kontak dipasang elektroda Ag-
AgCl.
37
- Pada bagian temporal mata diletakkan
elektroda reference (bisa juga pada dahi
atau pada telinga) dan diberi kabel
grounded/kabel ke bumi. Kemudian
retina disinari dengan cahaya lampu, pada
saat ini dilakukan pencatatan.
Hasil ERG:
38
Isyarat ERG sangat kompleks oleh karena
merupakan sumasi efek yang terjadi di dalam
mata.
Apabila gelombang B tidak tampak pada
ERG berarti retina penderita mengalami
suatu perubahan/retina pigmentosa.
4. Elektrook
ulogram (EOG)
Suatu pengukuran/pencatatan berbagai poten-
sial pada kornea-retina sebagai akibat per-
ubahan posisi dan gerakan mata.
Teknik pembuatan EOG:
- Pada tepi bola mata kedua belah pihak
dipasang elektroda.
39
Gambar 26 Pada keadaan ini EOG potensial
sama dengan nol
- Pada gerakan bola mata secara
horizontal akan terlihat perubahan
potensial.
5. Elektrogastrogram (EGG)
- Merupakan EMG yang
berkaitan gerakan peristaltik traktus
gastrointestinalis
6. Elektroensefalogarm (EEG)
- Pencatatan isyarat listrik otak.
- Merupakan sumasi dari
potensial aksi sel saraf di dalam otak.
40
- Pada tahun 1929 Hans Berger
mula-mula melakukan pengamatan
aktivitas listrik sel saraf pada korteks
serebri (korteks otak). Kemudian
dikembangkan teori baru bahwa kelistrikan
di kepala merupakan hasil dari tingkat
potensial dendrit sel saraf di dalam cortex
cerebri dan bagian lain dari otak.
- Amplitudo dari isyarat EEG
merupakan gelombang denyut demi denyut
(peak to peak) dengan jarak antara 10 mV
100 mV pada frekuensi di bawah 1 Hz
sampai lebih 100 Hz.
41
Gambar 27 10-20 Sistem elektroda yang
dianjurkan oleh Perhimpunan EEG sedunia
42
Tujuan pemeriksaan EEG:
1. Pada waktu operasi, apabila tidak dapat
mempergunakan EKG, dapat mempergu-
nakan EEG sebagai alat monitor.
2. Untuk mendiagnosis epilepsi dan
klasifikasi epilepsi. Misalnya grand mal
epilepsi pada EEG tampak pada channel
atau saluran O1A1 voltage tinggi
pada segala lead.
43
untuk menentukan tumor otak lebih baik
meng-gunakan sinar-X atau teknik
kedokteran nuklir.
Catatan:
1. Pada waktu melakukan EEG, enderita
dapat menjadi ngantuk dan kedua mata
tertutup. Frekuensi EEG berkisar 8 13
Hz.
2. Apabila amplitudo ditingkatkan dan
frekuensi diturunkan, penderita bisa tidur
ringan sampai tidur lelap. Pada waktu
pengambilan EEG di saat tidur
menunjukkan frekuensi tinggi disebut
paradoxical sleep/rapid eye movement
(REM). Paradoxical sleep diasosiasikan
dengan mimpi.
3. Penderita dalam keadaan santai mem-
punyai isyarat EEG dengan frekuensi
dari 8 sampai 13 Hz (gelombang); pada
penderita melek/berjaga mempunyai
frekuensi di atas 13 Hz.
Ada 4 grup frekuensi normal dari isyarat
listrik EEG:
1. Delta () lambat : 0,5 3,5 Hz
2. Teta () menengah : 4 7 Hz
3. Alfa () normal : 8 13 Hz
4. Beta () cepat : di atas 13 Hz
44
4.1 Beta I
= 2 kali alfa
4.2 Beta II
Keempat grup frekuensi ini ditunjukkan
pada gambar berikut:
45
Anatomi jantung:
47
Sel membran otot jantung serupa dengan sel
membran otot bergaris, yaitu mempunyai
kemampuan menuntun suatu perambatan
potensial aksi/gelombang depolarisasi.
Depolarisasi sel membran otot jantung
(miokardium) oleh perambatan potensial aksi
dengan menghasilkan kontraksi otot.
Hanya saja ada 3 hal penting perbedaan antara
sel otot jantung dengan sel otot bergaris yaitu
sel otot jantung mempunyai:
1. High speed conductive pathways (konduksi
berjalan dengan kecepatan tinggi)
Pada otot bergaris perjalanan gelombang
depolarisasi secara seragam meliputi seluruh
bagian dari struktur otot. Pada otot jantung
(miokardium) ada keistimewaan yaitu high
speed conductive pathways yang mana
konduksi gelombang depolarisasi secara
cepat.
2. Long refractory period (periode refrakter
yang panjang)
Lamanya repolarisasi dan periode refrakter
pada otot jantung (miokardium) 100 kali
lebih lama daripada otot bergaris.
3. Automatisasi (otomatisasi)
Tidak seperto otot bergaris, sel otot jantung
tidak menghendaki rangsangan dari luar
untuk mencapai nilai ambang melainkan
mempunyai kemampuan sendiri yaitu depo-
larisasi spontan tanpa rangsangan dari luar.
48
Secara normal, mula-
mula SA node meng-
alami gelombang de-
polarisasi ke atrium
kiri dari atrium kanan
dalam tempo 70 detik
dan terjadi kontraksi
atrium
Gelombang depolari-
sasi diteruskan ke AV
node sehingga AV
node mengalami depo-
larisasi
49
Gelombang dari AV
node dilanjutkan me-
lalui bundle of his
dan diteruskan ke ca-
bang bundle sehingga
cabang bundle meng-
alami depolarisasi
50
Gambar 38 Depolarisasi miokardium
51
Kalau diukur potensial listrik miokardium maka akan
terlihat pada gambar:
Periode refrakter
Periode
relatif
refrakter absolut
+40 (250 mS) (50 mS)
0
Potensial membran (mV)
nilai ambang
-90
52
b. Lead augmented (lead unipolar) ekstremitas
Lead yang mengukur perbedaan potensial
bidang transversal.
Unipolar oleh karena potensial yang tampak
pada satu elektroda bersama-sama dengan
elektroda reference yang ekivalen, yang mana
meruapakan rata-rata sinyal ditunjukkan satu
atau dua elektroda.
Elektroda reference ekivalen adalah terminal
central Wilson/terminal pusat Wilson: yaitu
masing-masing elektroda dihubungkan dengan R
kemudian ketiga terminal disambung menjadi
satu. R masing-masing sebesar 5000 ohm.
Ada dua cara untuk memperoleh lead unipolar
ekstremitas yaitu cara Wilson dan cara
Goldberger.
53
Cara Wilson:
Terminal pusat Wilson (merupakan terminal rata-rata
tiap elektroda) dengan salah satu anggota tubuh akan
diperoleh VR, VL dan VF.
54
Dengan cara Wilson ini akan terlihat penurunan
amplitudo yang besar.
Cara Goldberger:
Serupa dengan cara Wilson, hanya saja hubungan
terminal pusat diputuskan dengan ekstremitas yang
akan diukur potensialnya. Hubungan elektroda dapat
dilihat pada gambar berikut.
55
Dengan cara ini diperoleh kenaikan potensial
amplitudo mencapai 50%.
56
- Segala alat listrik harus mempergunakan
three wire cord/kabel tiga urat dan dihubungkan ke
ground seadekuat mungkin.
- Segala tombol dan tahanan harus berada
pada live (kawat fasa).
- Seluruh tombol harus turn off dalam
posisi mati apabila tidak dipergunakan dan steker
harus dicabut dari sumber arus apabila tidak
dipergunakan dalam jangka waktu lama.
- Alat pacu jantung atau kateter harus
diisolasi dan hindari dari sentuhan logam.
- Lakukan prosedur tes secara teratur.
- Alat-alat listrik, pipa radiator diletakkan
sedemikian rupa sehingga terhindar dari pegangan
penderita.
Terhadap penderita:
- Penderita diisolasikan dari ground. Hal
ini agak sulit dikerjakan oleh karena pada EKG
monitor kaki kanan penderita selau dihubungkan ke
ground. Untuk menghindari hal tersebut dapat
dipergunakan transformer.
Terhadap ruangan:
- Lantai ruangan terbuat dari bahan tanpa
penghantar listrik atau dipasang karpet karet.
- Ruangan harus sekering mungkin.
Terhadap petugas:
- Diberi pendidikan keterampilan tentang
penggunaan alat-alat listrik.
57
- Pendidikan terhadap bahaya syok dan
teknik proteksi yang baik.
Ringkasan
- Pengaruh syok listrik terhadap organ
tubuh tergantung arus yang melewatinya serta jalan
yang ditempuh.
- Pada makro syok, arus 8 15 mA telah
menye-babkan kontraksi otot-otot involunter
menetap dan arus di atas 100 mA dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel dan diikuti dengan
kematian.
- Apabila penderita dipasang kateter
jantung atau alat pacu jantung ke jantung penderita
dengan arus 20 A telah menyebabkan fibrilasi
ventrikel, penderita demikian dikatakan mikro syok
sensitif.
- Pada penderita yang mengalami syok,
ditelen-tangkan dan diberi minum air dingin,
lakukan pernafasan buatan dan massage jantung.
- Untuk menghindari dari bahaya syok
segera alat digroundkan, isolasi penderita dari
ground, hindari alat-alat yang berdekatan dengan
penderita dan lakukan regular testing procedure.
58