Sie sind auf Seite 1von 8

A.

pengahiran kehamilan sampai umur kehamilan 12 minggu


Persiapan
keadaan umum memungkinkan yaitu Hb > 10 gr % tekann darah baik
pada abortus (febrilis infeksiosa), diberikan dahulu antibiotika parenteral sebelum dilakukan kuretase
tajam atau tumpul
pada abortus tertunda (miseed abortion), dilakukan pemeriksaan laboraturium
tambahan yaitu:
pemriksan trombosit
fibrinogen
waktu pendarahan
waktu pembekuan
waktu protrombin
tindakan
o kuretase vakum
o kuretase tajam
o dilatasi dan kuretase tajam
B. pengahiran kehamilan > 12 minggu sampai 20 minggu
1. misoprostol 200 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertma
2. pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya
3. kobinasi pemasangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500
cc Dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit
C. pengakhiran kehamilan
1. misoprostol 100 ug intravaginal, yang dapat diulangi satu kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2. pemasangan batang laminaria selama 12 jam
3. pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam Dektrose 5% mulai 20 tetes permenit sampai maksimal 60 tetes
permenit
4. kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun janin mati
5. kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
D. Usia kehamilan > 28 minggu
1. misoprostol 50 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama
2. pemasangan metrolia 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pemasangan serviks (tidak efektif bila dilakukan
pada KPD)
3. pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam Dektrose 5% mulai 20 tetes permenit sampai maksimal 60 tetes untuk
primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
4. kombinasi ketiga cara diatas
Induksi abortus secara medis
Sepanjang sejarah, banyak bahan pernah dicoba sebagai abortifasien oleh wanita yang berupaya keras untuk tidak
hamil. Umumnya yang terjadi bukan abortus tetapi penyakit sistemik yang serius atau bahkan kematian. Bahkan saat
ini, hanya terdapat sedikit obat abortifasien yang efektif dan aman.
Terminasi medik akan lengkap saat 6-48 jam setelah pemakaian pil pervaginam.
Untuk mengontrol nyeri anda akan diberikan obat. Beberapa wanita lebih menyukai terminasi medika oleh karena
lebih prepersi. Keberhasilan terminasi medik 95%. Jika terminasi medik tidak berhasil, harus dilakukan prosedur
vakum
Jika melakukan terminasi vakum pada 12 minggu pertama kehamilan ini akan mendilatasi atau membuka lebar
serviks (pembukaan natural keuterus) kemudian tube plastik steril diletkan pada kedalam uterus. Jaringan kehamilan
dan saluran uterus akan disedot oleh suction. Pada beberapa kasus anada akan ditanya sehari sebelum akan
dilakukanya laminaria dimasukan kedalam serviks. Atau akan diberikan beberapa tablet misoprostol untuk
dimasukan kedalam vagina sebelum prosedur dilakukna. Kedua cara diatasdapat membantu melunakan serviks.
mereka dapat melakukna prosedur dengan aman. Untuk mengontrol nyeri saat dilkukan prosedur, anda akan
diberikan pengobatan untuk melupuhkan area dan obat peroral untuk tidur (penenang).
Oksitosin
Pemberian oksitosin dosis tinggi dalam sedikit cairan intra vena dapat menginduksi abortus pada kehamilan trimester
ke dua salah satu reagen yang kami buktikan adalah campuran 10 amp oksitosin 1 ml (10 IU/ml) kedalam 1000 ml
larutan ringer laktat. Larutan ini mengandung 100 mU oksitosin per ml. Infus intravena dimulai dengan kecepatan 0,5
ml/mnt (50 mU/mnt). Kecepatan infus ditabah setiap 15-30 menit sampai maksimum 2 ml/mnt (200mU/mnt). Apa bila
pada kecepatan infus ini belum terjadi kontraksi yang efektif, konsentrasi oksitosin didalam cairan infus ditigkatkan.
Sebaiknya larutan yang telah diinfuskan dibuang sebagian dan sisahkan 500 ml, yang mengandung konsentrasi 100
mU oksitosin per ml. Ke dalam 500 ml ini ditabahkan lima ampul oksitosin. Larutan yng berbentuk sekarang
mengandung oksitosin 200 mU/ml dan kecepatan infus dikurangi menjadi 1 ml/mnt (200 mU/mnt) kecepatan infus
kembali ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai 2 ml /mnt (400 mU/mnt) dan kecepatan ini dibiarkan selama
4 atau 5 jam atau sampai janin dikelurkan
Larutan hiperosmotik intraamnion
Agar terjadi abortus pada trimester ke dua, dapat dilakukan penyuntikan 20 sampai 25 persen salin atau urea 30
sampai 40 persen kedalam kantung amnion untuk merangsang kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Cara ini
jarang digunakan, amerika serikat american college of obsterikan and gynecologists (1987), cara telah digantikan
oleh dilatasi dan evakusi. Manfaat dari teknik dilatasi atau evakuasi antara lain adalah kecepatan, biaya lebih rendah,
dan lebih jarang menyebabkan nyeri dan trauma emosi.
Salin hipertonik dapat menimbulkan penyulit serius, termasuk kematian penyulit lain mencakup:
1. krisis hiperosmolar akibat masuknya salin hipertonik kedalam sirkulasi ibu
2. gagal jantung
3. syok septik
4. peritonitis
5. perdarahan
6. koagulasi intravaskular diseminata
7. intoksikasi air
urea hiperosmotik
urea 30 sampai 40 persen yang dilarutkan dalam larutan dektrosa 5% disuntikan kedalam kantung amnion, diikuti
oleh oksitosin intravena dengan kecepatan sekitar 400 mU/ml. Urea plus oksitosin adalah abortifasien yang sama
efektifnya seperti Salin hipertonik, tetapi lebih kecil kemungkinanya untuk menimbulkan toksisitas. Urea plus
prostaglandin F 2a yang disuntikkan ke dalam kantung amnion juga sama efektifitas.
prostaglandin
karena kekurangan metode-metode medis lain dalam menginduksi abortus, prostaglandin dan beragam anolognya
digunakan secara luas untuk mengahiri kehamilan, terutama pada trimester kedua. Senyawa-senyawa yang sering
digunakan adalah prostaglandin E2, prostaglandin F2a dan anolog tertentu khususnya 15-metil prostaglandin F2a
metil ester, PGE,-metil ester (gameprostat) dan misiprostol.
Prostaglandin E2
Aplikasi lokal gel prostglandin E (dinoproston) banyak digunakan untuk pematangan serviks. Proses pematangan
serviks yang dipicu oleh prostaglandin sering mencakup inisiasi persalinan. Pemakaian prostaglandin E dosis rendah
meningkatkan kemungkinan keberhasilan induksi, mengurangi insidensi persalinan yang berkepanjangan, dan
mengurangi dosis oksitosin maksimal dan total. Sekitar separuh dari wanita yang mendapat prostaglandin E,
memasuki peralinan dalam 24 jam pertama.
Pemberian
Dianjurkan diberikan di kamar bersalin. Pasien tetap berbaring selama paling sedikit 30 menit setelah aplikasi,
diperlukan observasi 30 menit sampai 2 jam. Apabila tidak ada perubahan pada aktivitas uterus atau frekuensi
denyut jantung janin setelah periode ini pasien dipindahkan atau dipulangkan. Apabila terjadi kontraksi, pada 4 jam
pertama , dan bula kontraksi teratur, pemantauan denyut jantung dan tanda tanda vital harus dicatat.
Efek Samping
Efek sistemik yang bisa terjadi adalah demam, muntah, dan diare akibat prostaglandin E. Hasil yang diperoleh pada
neonatus bisa menyebabkan skor apgar rendah.
Prostaglandin E1
Misoprostol (cytotec) adalah suatu prostaglandi E 1 sintetik dan saat ini tersedia dalam sediaan tablet g untuk
mencegah ulkus peptikum. (Obat ini digunakan titak diindikasikan resmi ) sebagai pematangn serviks prainduksi
persalinan. Mesoprostol adalah obat murah dibandingkan dengan gel dinoproston 0,5 mg. Obat ini setabil pada suhu
kamar mudah diberikan peroral atau dimasukan kedalam vagina ,tetapi jarang ke serviks
Misoprstol vagina
Studi awal mngisaratkan bahwa tablet misoprostol dimasukan kedalam vagina lebih baik secara efektifitas
dibandingkn gel prostaglandin E2 intrservikal. Pemakaian misoprostal intravginal dalam 25 g (seperempat tablet
100g) pemakian ini dianggap dapat mengurangi kebutuhan oksitosin mencapai anggka persalinan pervaginam
24 jam induksi yang lebih tinggi, dan secara bermakna menurun interval antara induksi sampai melahirkan
Dosis 50 g menyebabkan peningkatan takisistol, pengeluaran mekonium, dan aspirasi mekonium, secara bermakna
dibandingkan dengan gel prostaglandin E2. juga dapat meninggkatkan insiden resiko seksio sesaria akibat
hiperstimulasi uterus dibandingkn dengan dioproston. Dosis 25g setiap tiga jam menyebabkan penurunan secara
bermakna efek merugikan dibandingkan dengan dosis 50 g. Laporan-laporan mengenai ruptur uteri pada wanita
dengan riwayat bedah uterus sebelum menyebkan pemakian isoprostol di kontrsindikasikan para wanita ini, dalam
sebuah laporan ruptur uteri pada 5 diantara 89% dengan riwayat seksio sesaria yang diinduksi dengan mesoprostol
dibandingkan dengan hanya satu dari 423 wanita serupa yang idak diberikan misoprostol (p= 0,0001)
Misoprostol oral
Windrim dkk melaporkan bahwa misoprostol peroral memiliki efektifvitas untuk pematangan serviks dan menginduksi
persalinan dengan pemberian intravaginal. Bennet dan rekan (1998) serta toppozada dkk (1997) mendapat adanya
pemendekan interval sampai pelahiran pada aplikasi vaginal tetapi lebih, sering terjadi frekuensi denyut jantung jain.
Adair dkk (1998) menyimpulkan bahwa aflikasi oral dan vagina sama efektifnya tetapi dosis oral 200g berkitan
dengan peninggktan kelainan kontraktilitas uterus. Wing (1999) melaporkan bahwa 50g misoprostol peroral kurang
efektif dibandingkan dengan 25g misoprostol pervaginam untuk pematangan srviks dan menginduksi persalinan.
Para ahli penelitian (wing Dkk, 2000) kemudian melaporkan bahwa bawa dosis oral 100 g sama efektifitasnya
dengan dosis 25 g intravaginal.
Tehnik
Prostaglandin dapat bekerja dapat bekerja secara efektif pada serviks dan uterus apabila:

1. dimasukan ke vagina sebagai supositoria atau pesarium tepat didekat serviks


2. diberikan sebagai gel melalui sebuah kateter kedalam kanalis cerpikalis dan bagian paling bawah uterus
secara ektraovular
3. disuntikkan intra muskular
4. disuntikan kedalam kanun amnion melalui amniosentesi
5. diminum peroral

mifepriston
antiprogesteron oral ini telah digunakan untuk menimbulkan abortus pada gestasi dini, baik tersendiri atau
dikobinasikan dengan prostglandin oral. Efektipitas obat ini sebagai abortifasien didasarkan pada afinitas reseftornya
yang tinggi terhadap tempat pengikatan progestron dosis tunggal 600 mg yang diberikan sebelum gestasi 6 minggu
menyebabkan abortus pada 85% kasus.
Pada kehamilan trimester pertama yang tidak tumbuh, mifepriston dosis tunggal 600 mg memicu ekspulsi pada 82%
wanita
Epostan
Inhibitor hidroksisteroid-3 dehidrigenase ini menghambat sintesis progesteron endogen. Apabila diberikan
dalam 4 minggu setelah hitungan pertama hait terahir, obat ini akan memicu abortus pada sekitar 85% wanita.
Respon klinis mungkin berkaitan dengan kadar progesteron endogen dalam darah. Mual adalah efek samping
yang tersering, dan apa bila abortusnya tidak komplit terdapat resiko perdarahan. Antiprogestin yang lain.

METODE TERMINASI KEHAMILAN

Kehamilan dapat dihentikan dengan menggunakan metode bedah atau medis, atau kombinasi keduanya. Bab ini
menekankan pada metode yang berbeda, apa yang bisa diharapkan semua perempuan dari setiap metode,
seberapa baguskah cara kerja metode ini, dan apa resiko dan efek sampingnya.

Kuretase suction yang pertama digambarkan secara mendetail karena metode ini adalah metode yang paling sering
digunakan di Australia dan Selandia Baru, dan banyak informasi mengenai aplikasinya selama dua sampai tiga
dekade terakhir.

Metode Bedah

Sebagian besar informasi tentang aborsi bedah dan komplikasinya dilaporkan dalam serangkaian kasus dan
penelitian kelompok, beberapa diantaranya tergolong penelitian yang sangat signifikan. Tinjauan Cochrane
menunjukkan ketidakcukupan data untuk membuat rekomendasi berdasarkan percobaan acak tentang metode
bedah untuk terminasi kehamilan muda.

Terminasi bedah mencakup penggunaan obat-obatan dan teknik-teknik lain sebelumnya untuk melembutkan dan
memperbesar serviks.

Tehnik bedah untuk aborsi .


Kehamilan dapat dikeluarkan secara bedah melalui serviks yang telah dibuka atau melalui abdomen dengan
histerotomi atau histerektomi.
Tehnik abortus
Tehnik bedah
Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus
Kuretase
Aspirasi vakum ( kuretase isap)
Dilatasi dan evakuasi (D&E)
Dilatasi dan ektraksi (D&E).
Aspirasi haid
Laparotomi
Histerotomi
Histeroktomi
Teknik medis
Oksitosin intravena
Cairan hiperosmotik intraamnion
o Salin 20 %
o Urea 30%
Prostaglandin E2, F2a dan analognya
o Injeksi intramnion
o Injeksi ektraovular
o Injeksi vagina
o Injeksi parentral
o Injeksi oral
Antiprosgesteron RU 486 (mifepriston) dan epostan

Preparasi Serviks
Preparasi serviks dapat dilakukan sebelum kuratase, tergantung usia gestasi dan gambaran klinis lainnya dan secara
rutin dilakukan sebelum dilatasi dan evakuasi.

Metode mempersiapkan serviks adalah :

Dilator osmotik (ruang laminaria atau dilator hidrofilik) ditempatkan dalam serviks, dimana dilator menyerap
kelembaban dan menyebar dengan lambat agar serviks membuka. Proses ini mungkin memerlukan waktu
beberapa jam sampai satu hari atau lebih dan lebih umum digunakan dalam terminasi trisemester kedua.
Komplikasi dilator osmotik, termasuk fragmen dan infeksi yang tertahan, baru-baru ini telah ditinjau kembali.

Satu agen farmakologis, biasanya prostaglandin seperti misoprostol atau gemeprost; terbukti bahwa
mifepriston juga dapat digunakan untuk tujuan ini.

Preparasi serviks terbukti meningkatkan dilatasi dasar dan mengurangi tenaga yang diperlukan untuk mencapai
dilatasi yang cukup sebelum kuretase. Percobaan acak yang terkontrol menunjukkan penurunan dalam perdarahan
selama operasi berlangsung dan dokter bedah secara subyektif menilai serviks lebih mudah untuk berdilatasi. Satu
penelitian besar juga menemukan penurunan yang signifikan pada durasi perdarahan dan pengobatan infeksi pelvik
pada perempuan yang sebelumnya mendapat pengobatan prostaglandin, diperkirakan karena evakuasi uterus yang
lebih mudah setelah preparasi.

Menurut penelitian kelompok retrospektif, trauma serviks tidak sering terjadi jika serviks dipersiapkan sebelum
dilatasi, dengan beberapa bukti dimana insiden perforasi uterus berkurang setelah preparasi serviks.

Pengeluaran secara digital


Tindakan ini dilakukan untuk menolong penderita ditempat-tempat yang tidak ada fasilitas kuretase, sekurang-
kerangnya untuk menghentikan pendarahan. Hal ini sering kita lakukan pada keguguran yang sedang berlangsung
(abortus incipiens) dan keguguran (abortus incompletus).

Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembukaan serviks uteri yang dapat dilalui oleh
satu jari longgar dan kavum uteri cukup luas karena manipulasi ini akan menimbulkan rasa nyeri, maka sebaiknya
dilakukan dalam narkosa umum intervena (ktalar) tau anastesi (bimanual) jari telunjuk tangan kanan dimasukan
kedalam jalan lahir untuk mengeluarkan hasik konsepsi sedangkan tangan kiri mengeluarkan memegang korpus uteri
untuk memfiksasi melalui dinding perut. Dengan mengunakan jari, kikislah hasil konsepsi sebanyak mungkin atau
sebersih munkin

Kuretase Suction
Kuretase suction adalah prosedur bedah minor yang merupakan metode utama yang digunakan di Australia dan
Selandia Baru untuk terminasi kehamilan tiga bulan pertama.

Prosedur

Preparasi serviks dapat atau tidak dapat digunakan lebih dulu.

Anestesi bisa total bisa lokal, dengan atau tanpa pembiusan oral atau intravenous; metode ini akan tergantung pada
kesediaan klinik tertentu dan pilihan ibu hamil.

Serviks didilatasi dengan menggunakan dilator logam untuk mengakomodasi kuretsuction yang dipilih, kuretase
dilakukan dengan menggunakan penghisap bertenaga listrik pada daerah yang akan dikuret, dan rongga uterus
kemudian dapat diperiksa dengan forceps jaringan dan/atau kret logam.
Kuretase tajam sebaiknya tidak digunakan Agen oksitoksik dapat diberikan secara intravenous untuk menstimulasi
uterus berkontraksi dan menurut hasil penelitian dapat mengurangi perdarahan, meskipun efek hemorrhage yang
berpotensi membahayakan jiwa belum dinilai. RCOG tidak memberikan rekomendasi dan WHO merekomendasikan
untuk tidak menggunakan agen oksitoksik rutin dengan kuretasesuction.

Efek samping
Dapat menyebabkan nyeri selama dilakukan terminasi dan membutuhkan analgetik.
Perdarahan berlangsung selama 18 hari dan diikuti adanya spoting.
Dan dapat meyebabkan kehilangan sebagian darah (Anemia)
Muntah, jika mengunakan prostaglandin, dari obat-obatan anastesi
Komplikasi
Perporasi uterus
Trauma servikal
Kuretase (kerokan)
Kuretase adalah cara membersikan hasil konsepsi memakai alat kuretase, penolong harus menolong melakukan
pemerikaan dalam untuk menentukan letak unteru, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunnya untuk mencegah
terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Persiapan sebelum melakukan kuretase
Persiapan penderita
lakukanlah pemeriksaan umum tekanan darah, nadi, keadaan jantung dan paru-paru dan sebagainya.
Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis.
Persiapan alat-alat kuretase.
Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam keadaan aseptik berisi:
Sepekulum dua buah
Sonde uterus
Cunam muzeux atau cunam porsio
Berbagai ukuran busi Hegar
Bermacam-macam ukuran sendok kuret
Cunam abortus, kecil dan besar
Pinset dan klem
Kain steril dan sarung tangan dua pasang
Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi
Pada umumnya diperlukan anastesi infiltrasi lokal atau umum secara intravena dengan
Ketalar.
Tehnik kuretase
1. tentukan letak rahim, yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam alat-alat yang dipakai umumnya terbuat
dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukan alat-alat harus disesuaikan dengan letak
rahim. Gunanya supaya jangan terjadi segalah arah (fase raute) dan perforasi
2. bendungan rahim (sondage) masukan bendungan rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang
atau dalamya bendungan rahim caranya adalah setelah ujung sonde terasa membentur pundus uteri,
telunjuk tangan kanan diletakan pada porsio dan tariklah sonde keluar lalu baca berapa cm dalam rahim.
3. Dilatasi bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukan sendok kuret, lakukanlah terlebih dahulu
didilatasi dengan dilatator atau baugie Hegar. Peganglah busi seperti memgang pensil dan masukanlah hti-
hati sesui letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai Hegar no 7 . untuk
mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sndok kuret yang agak besar, dengan diatasi
yang lebih besar.
4. kuretase, seperti dilakukan , pakailah sendok kuret yang agak besar memasukanya bukan dengan kekuatan
dan melakukan kerokan biasanya mulailah denagan bagian tengah . pakailah sendok kuret yang tajam
(ada tanda berigi) karena lebih epektif dan lebih terasa saat melakukan kerokan pada dinding rahim dalam
(seperti bunyi mengkur kelapa) dengan demikian kita tahu bersi atau tidaknya hasil kerokan.
5. cunam abortus, pada abortus insipien dimana kelihatan jaringan pakailah cunam abortus untuk
mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainya. Dengn demikian sendok kuret hanya dipakai
untuk mmbersikan sisa-sisa yang ketinggalan saja.
6. perhatian, memegang, memasukan dan menarik alt-alat haruslah hati-hati lkukanlah dengan lembut sesui
dengan arah dan letak rahim.
Kuretase rahim
Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum. Alat ini terdiri dari kanul kuret berbagai ukuran yang
dihubngkan dengan pompa vakum atau sumber vakum lainya. Untuk vakum kuretase ini diperlukan tekanan negatif
sekitar 700 mmhg
Tehnik kuretase vakum
1. kanul ukuran yang sesuai dengan pembekuan dimasukn kedalam kavum uteri.
2. kanul dihubungkan dengan sumber vakum, baik elektrik ataupun serupa semprit besar
3. kanul digerakan pelan-pelan dari atas kebawah kemudian diputar sampai 180 derajat sehingga rahim
seluruhnya keluar dalam satu penampungan atau dalam semprit
kelebihan cara kuretase vakum
kurang menimbulkan trauma, rasa nyeri dalam perdarahan
jarang terjadi ferporasi karena yang dipakai adalah kanul plastik dibandingkan sendok kuret dari
logam
waktu yang dipergunakan begitu pula dilatasiserviks ebih singkat an dapat dipakai pada pembukaan
kecil.
Dilatasi dan kuretasi
Abortus bedah dilakukan mula-mula dengan mendilatasi serviks dan kemudian mengosongkan uterus dengan
mengerok isi uterus (kuretase tajam) secara mekanis, melakukan aspirasi vakum (kuretase isap) atau keduanya
tehnik untuk vakum manual dini baru-baru ini diulas oleh Macisaac dan jones (2000). Kemudian terjadi penyulit
termasuk perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, pengeluaran janin dan plasenta yang tidak lengkap, dan
infeksi meningkat setelah trimester pertama. Atas alasan ini kuretase atau aspirasi vakum seyogyanya dilakukan
sebelum minggu ke 4 .
Untuk usia gestasi diatas 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E), tindakan ini berupa dilatasi serviks lebar
diikuti oleh destruksi dan evakuasi mekanis bagian-bagian janin. Setela janin seluruhnya dikeluarkan, digunakan
kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan ektraksi (D&X)
serupa dengan (D&E) kecuali bahwa pada (D&X) bagian janin pertama kali diektraksi melalui serviks yang telah
membuka untuk mempermuda dilakukan tindakan
Tanpa adanya penyakit sistemik pada ibu, kehamilan biasanya diakiri dengan kuretase atau evakuasi/ ektraksi tanpa
rawat inap. Apa bila abortus tidak dilakukan lingkup rumah sakit, perlu tersedia pasilitas dan kemampuan untuk
resusitasi jantung paru yang efektif dan akses segera kerumah sakit.
Teknik dilatasi dan kuretasi
Bibir cervik anterior dijepit dengan tenakulum berigi. Anasttik lokal misalnya lidokain 1 atau 2 persen sebanyak 5 ml
disuntikan secara bilateral kedalam serviks cara lain, digunakan blok paraservikal.
Uterus disonde degan hati-hati untuk mengidentifikasi status os internum dan untuk meastikan ukuran dan posisi
uterus. Serviks dipelebar lebih lanjut dengan dilator hegar atau pratt sapai kuret isap aspirator vakum dengan ukuran
diaeter yang meadai dapat diasukan. Jari ke empat dan ke lima tangan yang dimasukan dilator harus diletakan
diperineum dan bokong sewaktu dilator didorong melewati os internum. Hal ini merupakan pengamanan tambahan
agar tidak terjadi perporasi uterus.
Kemudian digunakan kuretase isap untuk mengasapirasi produk kehamilan. Aspirator vakum digerakan diatas
permukaan secara sistematis agar seluruh rongga uterus trcakup. Apa bila hal ini telah dilakukan dan tidak ada lagi
jaringan yang terisap, dilakukan kuretasi tajam dengan hati-hati apa bila diperkirakan masih terdapat potongan janin
atau plasenta. Kuret tajam lebih efektif dan bahaya yang ditimbulkannya seharusnya tidak lebih besar dari pada yang
ditimbulkan oleh intrumen tumpul. Perporasi uterus jarang terjadi pada saat kuret digerakan kebawah, tetapi dapat
terjadi saat measukan setiap intrumen kedalam uterus. Manipulasi harus dilakukan dengn ibu jari dan teluju.
Pda kasu-kasu yang telah melewati gestasi 16 minggu, janin di ektraksi, biasanya dalam potongn-potongan, dengan
mengunakan forsep Sopher atau serupa dengan intrumen destruktif lainya. Abortus tahap lanjut tidak tidak
menyenakan bagi dokter dan paramedis dan lebih berbahaya bagi wanita yang bersangkutan. Resiko perforasi dan
leserasi uterus meningkat akibat janin yang lebih besar dan uterus yang lebih tipis
Perlu ditekankan kembali bahwa morbiditas segera atau belakangan, dapat dijga apa bila:
1. servik telah cukup membuka tanpa trauma sebelum mengupayakan pengeluaran janin dan jaringan gstasi
2. pengeluaran hasil konsepsi dilakukan tanpa menyebabkan perporasi uterus

semua jaringan kehamilan dikeluarkan

Das könnte Ihnen auch gefallen