Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
STENOSIS MITRALIS
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing
Lina Madyastuti R S.Kep.Ns.,M.kep
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
1karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang stenosis
mitralis dengan jadwal yang telah direncanakan. Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan,
kerjasama dan kerjakeras, kami serahkan seluruh upaya demi mewujudkan keinginan ini.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan untuk melengkapi dan
menyempurnakan suatu mata kuliah.
Kami menyadari, bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan serta bantuan
baik berupa moral maupun material dari semua pihak terkait. Oleh kerena itu, dengan segala
kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen pembimbing
memberikan masukan dan petunjuk serta saran-saran yang baik.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita, Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
BAB I
PENDAHULUAN
Jantung merupakan organ vital pada sistem organ manusia. Fungsi jantung untuk memompa
darah yang mengandung oksigen dan nutrien keseluruh tubuh. Jantung terdiri dari beberapa
ruang yang di batasi oleh beberapa katub diantaranya adalah katub atrioventrikuler dan katub
semilunar. Katub atrioventrikular yang terdiri dari katub mitral (bicuspid) dan katub trikuspid
terdapat diantara atrium dan ventrikel, sedangkan katub semilunar berada diantara ventrikel
dengan aorta/arteri pulmonalis.
Gangguan pada katub-katub tersebut diantaranya ialah stenosis mitral dan insufisiensi mitral.
Stenosis mitral ialah terhambatnya aliran darah dalam jantung akibat perubahan struktur katub
mitral yang menyebabkan tidak membukanya katub mitral secara sempurna pada saat diastolik.
Insufisiensi mitral (regurgitasi) ialah keadaan dimana terjadi aliran darah balik (regurgitasi) dari
ventrikel ke atrium selama sistolik yang disebabkan oleh kebocoran katub mitral.
Di luar negeri jarang terjadi stenosis mitral, sedangkan di Indonesia masih banyak tapi sudah
menurun dari tahun sebelumnya (fermadas blog). Stenosis mitral merupakan kelaianan katup
yang paling sering diakibatkan oleh penyakit jantung reumatik. Diperkirakan 99 % stenosis
mitral didasarkan atas penyakit jantung reumatik. Walaupun demikian, sekitar 30 % pasien
stenosis mitral tidak dapat ditemukan adanya riwayat penyakit tersebut sebelumnya. Pada semua
penyakit jantung valvular stenosis mitral lah yang paling sering di temukan, yaitu 40% seluruh
penyakit jantung reumatik, dan menyerang wanita lebih banyak dari pada pria dengan
perbandingan kira-kira 4 : 1 dengan gejala biasanya timbul antara umur 20 sampai 50 tahun.
Gejala dapat pula nampak sejak lahir, tetapi jarang sebagai defek tunggal. MS kongenital lebih
sering sebagai bagian dari deformitas jantung kompleks pada bayi.
Stenosis dan insufisiensi mitral berawal dari bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus Group A
dapat menyebabkan terjadinya demam reuma. Selain itu, oleh tubuh bakteri tersebut dianggap
antigen yang menyebabkan tubuh membuat antibodinya. Hanya saja, strukturnya ternyata mirip
dengan katup mitral yang membuat kadangkala antibodi tersebut malah menyerang katup mitral
jantung. Hal ini dapat membuat kerusakan pada katup mitral. Pada proses perbaikannya, maka
akan terdapat jaringan fibrosis pada katup tersebut yang lama kelamaan akan membuatnya
menjadi kaku. Pada saat terbuka dan tertutup akan terdengar bunyi yang tidak normal seperti
bunyi S1 mengeras, bunyi S2 tunggal, dan opening snap, juga akan terdengar bising jantung
ketika darah mengalir. Apabila kekakuan ini dibiarkan, maka aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri akan terganggu. Ini membuat tekanan pada atrium kanan meningkat yang membuat
terjadi pembesaran atrium kanan. Keregangan otot-otot atrium ini akan menyebabkan terjadinya
fibrilasi atrium. Sebagai tenaga medis diharapkan bisa menginformasikan kepada mayarakat
tentang pencegahan dan cara hidup sehat sebagai upaya pencegahan gangguan kardiovaskuler
khususnya stenosis dan insufisiensi mitral.
Tujuan
1. Menjelaskan asuhan keperawatan yang tepat untuk klien dengan stenosis dan insufisiensi
katub mitral.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Secara definisi maka stenosis mitral dapat diartikan sebagai blok aliran darah pada
tingkat katup mitral, akibat adanya perubahan struktur mitral leafleats, yang menyebabkan tidak
membukanya katup mitral secara sempurna pada saat diastolik. (Arjanto Tjoknegoro. 1996).
Mitral Stenosis (MS) adalah sumbatan katup mitral yang menyebabkan penyempitan aliran darah
ke ventrikel. Pasien dengan MS secara khas memiliki daun katup mitral yang menebal,
kommisura yang menyatu, dan korda tendineae yang menebal dan memendek. Diameter
transversal jantung biasanya dalam batas normal, tetapi kalsifikasi dari katup mitral dan
pembesaran atrium kiri dapat terlihat. Berikut adalah gambar stenosis katup mitral. MS
menyebabkan perubahan pada bentuk jantung dan perubahan-perubahan pada pembuluh darah
paru-paru sesuai beratnya MS dan kondisi jantung. Konveksitas batas kiri jantung
mengindikasikan bahwa stenosis menonjol. Pada kebanyakan kasus terdapat dua kelainan yakni
stenosis mitral dan insufisiensi mitral, umumnya salah satunya menonjol. Ventrikel kiri juga
sangat melebar ketika insufisiensi mitral terlibat sangat signifikan. Tanda-tanda radiologis klasik
dari pasien dengan MS yaitu adanya kontur ganda (double contour) yang mengarah pada adanya
pembesaran atrium kiri, serta adanya garis-garis septum yang terlokalisasi. Kondisi ini membuat
tekanan vena pulmonal meningkat sehingga menyebabkan diversi darah, pada foto toraks terlihat
pelebaran relatif pembuluh darah bagian atas paru dibanding pembuluh darah bawah paru.
Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat dan menghambat
aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup mitral menyempit (stenosis), darah
tidak dapat dengan efisien melewati jantung. Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah
dan nafas menjadi pendek serta gejala lainnya.
2.2 Etiologi
Stenosis mitral merupakan kelaianan katup yang paling sering diakubatkan oleh penyakit jantung
rheumatik. Diperkirakan 99 % stenosis mitral didasarkan atas penyakit jantung rheumatik.
Walaupun demikian, sekitar 30 % pasien stenosis mitral tidak dapat ditemukan adanya riwayat
penyakit tersebut sebelumnya.
Pada semua penyakit jantung valvular stenosis mitral lah yang paling sering di temukan, yaitu
40% seluruh penyakit jantung rheumatik, dan menyerang wanita lebih banyak dari pada pria
dengan perbandingan kira-kira 4 : 1.
Disamping atas dasar penyakit jantung rheumatik, masih ada beberapa keadaan yang dapat
memperlihatkan gejala-gejala seperti stenosis mitral, misalnya miksoma atrium kiri, bersamaan
dengan ASD (atrium septal defect) seperti pada sindrom Lutembacher, ball velve thrombi pada
atrium kiri yang dapat menyebabkan obstruksi outflow atrium kiri. Kausa yang sangat jarang
sekali ialah stenosis mitral atas dasar kongenital, dimana terdapat semacam membran di dalam
atrium kiri yang dapat memeprlihatkan keadaan kortri atrium. (Arjanto Tjoknegoro. 1996).
Miksoma (tumor jinak di atrium kiri) atau bekuan darah dapat menyumbat aliran darah ketika
melewati katup mitral dan menyebabkan efek yang sama seperti stenosis katup mitral.
Timbulnya keluhan pada pasien stenosis mitral adalah akibat peninggian tekanan vena pulmonal
yang diteruskan ke paru. Gejala-gejala yang timbul pada pasien mitral stenosis antara lain
dispnea, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, hemoptisis, palpitasi, dan nyeri dada. Gejala-
gejala yang muncul tergantung dari derajat MS :
Selain itu, warna semu kemerahan di pipi menjadi salah satu tanda yang menunjukkan bahwa
seseorang menderita stenosis mitral.
2.4 Patofisiologis
Bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus Group A dapat menyebabkan terjadinya demam rheuma.
Selain itu, oleh tubuh bakteri tersebut dianggap antigen yang menyebabkan tubuh membuat
antibodinya. Hanya saja, strukturnya ternyata mirip dengan katup mitral yang membuat
kadangkala antibodi tersebut malah menyerang katup mitral jantung. Hal ini dapat membuat
kerusakan pada katup mitral. Pada proses perbaikannya, maka akan terdapat jaringan fibrosis
pada katup tersebut yang lama kelamaan akan membuatnya menjadi kaku. Pada saat terbuka dan
tertutup akan terdengar bunyi yang tidak normal seperti bunyi S1 mengeras, bunyi S2 tunggal,
dan opening snap, juga akan terdengar bising jantung ketika darah mengalir. Apabila kekakuan
ini dibiarkan, maka aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri akan terganggu. Ini membuat
tekanan pada atrium kanan meningkat yang membuat terjadi pembesaran atrium kanan.
Keregangan otot-otot atrium ini akan menyebabkan terjadinya fibrilasi atrium.
Kegagalan atrium kiri memompakan darah ke ventrikel kiri menyebabakan terjadi aliran darah
balik, yaitu dari atrium kiri kembali ke vena pulmonalis, selanjutnya menuju ke pembuluh darah
paru-paru dan mengakibatkan penurunan curah sekuncup ventrikel sehingga jantung
berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri, peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi
dinding ventrikel dan dinding atrium. Meningkatnya volume darah pada pembuluh darah paru-
paru ini akan membuat tekanan hidrostatiknya meningkat dan tekanan onkotiknya menurun. Hal
ini akan menyebabkan perpindahan cairan keluar yang akan menyebabkan udem paru yang
kemudian bisa menyebabkan sesak napas pada penderita. Selain itu, akan menyebabkna
hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi ventrikel kanan sehingga dapat mengakibatkan gagal
jantung kanan.
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar murmur jantung yang khas ketika darah
mengalir/menyembur melalui katup yang menyempit dari atrium kiri. Tidak seperti katup normal
yang membuka tanpa suara, pada kelainan ini katup sering menimbulkan bunyi gemertak ketika
membuka untuk mengalirkan darah ke dalam ventrikel kiri.
Elektrokardiogram
Pemeriksaan Elektrokardiogram pada stenosis mitral mempunyai beberapa aspek :
Membantu menegakkan diagnosis stenosis mitral.
Adanya perubahan pada EKG tidak merupakan suatu indicator akan beratnya
perubahan hemodinamik
Dapat mendeteksi kondisi lain disamping adanya stenosis mitral.
Rontgen dada (menunjukkan pembesaran atrium)
Stenosis mitral umumnya mudah didiagnosis dengan perekaman ekokardiografi M mode, tetapi
pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk menduga derajat stenosis mitral. Kadang perlu
dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan jenis penyumbatannya.
2.6 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Stenosis katup mitral dapat dicegah hanya dengan mencegah terjadinya demam
rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak yang kadang terjadi setelah
strep throat (infeksi tenggorokan oleh streptokokus) yang tidak diobati.
2. Pengobatan
b. Terapi pembedahan
Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin perlu
dilakukan perbaikan atau penggantian katub. Pada prosedur valvuloplasti balon,
lubang katub diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon,
dimasukkan melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup,
balon digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu.
Pemisahan daun katup yang menyatu juga bisa dilakukan melalui pembedahan.
Jika kerusakan katubnya terlalu parah, bisa diganti dengan katup mekanik atau
katup yang sebagian dibuat dari katup babi.
2.7 Komplikasi
Stenosis mitral akan menyebabkan hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi ventrikel kanan
sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan.
2.8 Prognosis
Stenosis mitral disebabkan oleh demam rematik dan prognosisnya sederhana lantaran
kebanyakan dari kasus ini akan berulang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. IDENTITAS
NAMA : Tn z
TTL : gresik,8/10/1971
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Penanggulan RT 04 RW I Pegandon - Kendal
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa :stenosis mitralis
Pengkajian Psikososial
Pemeriksaan Diagnostik
Rontgen dada (menunjukkan pembesaran atrium). Hal-hal yang terlihat pada pemeriksaan
radiologis adalah :
1. Left atrial appendage dan atrium kiri membesar.
2. Vena pulmonal menonjol, terutama terlihat pada bising jantung
3. Lapangan baru memperlihatkan tanda-tanda bendungan, kadang-kadang terlihat
garis pada septum interstitial pada daerah kostofrenikus.
4. Ekokardiografi (teknik penggambaran jantung dengan menggunakan gelombang
ultrasonik).
5. Stenosis mitral umumnya mudah didiagnosis dengan perekaman ekokardiografi
M mode, tetapi pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk menduga derajat
stenosis mitral.
6. Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan jenis
penyumbatannya. (www.Medicastore.com)
2. Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena
pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn
tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area
interstitial/jaringan).
3. Pola napas tidak efektif b.d. perembesan cairan, kongesti paru akibat sekunder dari
perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan intertestial.
1. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran
arteri- vena; penurunan aktifitas.
Kriteria hasil:
4. Pasien sadar/terorientasi
6. Bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Intervensi rasional
Monitor perubahan tiba-tiba atau Perfusi serebral secara langsung
gangguan mental kontinu (camas, berhubungan dengan curah jantung,
bingung, letargi, pinsan). dipengaruhi oleh elektrolit/variasi
asam basa, hipoksia atau emboli
sistemik.
Kaji tanda Homan (nyeri pada betis Indikator adanya trombosis vena
dengan posisi dorsofleksi), eritema, dalam
edema
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasioanal
Pantau masukan dan pengeluaran, catat Penting pada pengkajian jantung dan fungsi
keseimbangan cairan (positif atau ginjal dan keefektifan terapi deuritik.
negative), timbang berat badan tiap Keseimbangan cairan positif berlanjut
hari. (pemasukan lebih besar dari pengeluaran) dab
berat badan meningkat menunjukkan makin
buruknya gagal jantung
Kolaborasi :
1. Pola napas tidak efektif b.d. perembesan cairan, kongesti paru akibat sekunder dari
perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan intertestial.
Kriteria hasil :
Kolaborasi :
Kriteria hasil:
2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal
Intervensi Rasional
Kaji dyspnea, takipnea , tak normalnya bunyi Mitral stenosis menyebabkan edema paru
nafas, peningkatan upaya pernafasan, sehingga alveolus terdesak. Ini berakibat pada
terbatasnya ekspansi dinding dada, dan terganggunya difusi O2 dan CO2 . Efek
kelemahan. pernafasan dapat dari ringan sampai dispnea
berat sampai distress pernafasan.
Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Perembesan darah akan terakumulasi di paru
Catat sianosis dan/atau perubahan pada warna dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan
kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku. jaringan.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien sehari-hari terpenuhi dan
meningkatnya kemampuan beraktivitas.
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama, dan Respon klien terhadap aktivitas dapat
perubahan tekanan darah selama dan mengindikasikan penurunan oksigen
sesudah aktivitas. miokardium.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktivitas yang maju memberikan kontrol
tingkat aktivitas, contoh bangun dari jantung, meningkatkan regangan dan mencegah
kursi, bila tidak ada nyeri, ambulasi, dan aktivitas berlebihan.
istirahat selama 1 jam setelah makan.
Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan aliran balik vena.
tinggikan kaki klien.
Evaluasi tanda vital saat kemajuan Untuk mengetahui aktivitas fungsi jantung.
aktivitas terjadi.
Berikan waktu istirahat diantara waktu Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh
aktivitas. dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi
sianosis, kerja napas, dan frekuensi jantung.
napas, serta keluhan subjektif.
Berikan diet sesuai pesanan Mencegah retensi cairan dan edema akibat
(pembatasan cairan dan natrium). penurunan kontraktilitas jantung.
1. Nyeri akut b.d regangan atrium kiri
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan Perbedaan gejala perlu untuk
dengan episode sebelumnya. Gunakan skala mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku
nyeri 0-10 untuk rentang intensitas. Catat dan perubahan tanda vital membantu
ekspresi verbal atau non verbal nyeri, menentukan derajat/adanya
respon otomatis terhadap nyeri (berkeringat, ketidaknyamanan pasien khususnya bila
TD dan nadi berubah, peningkatan atau pasien menolak adanya nyeri.
penurunan frekuensi pernafasan)
Evaluasi respon terhadap obat Penggunaan terapi obat dan dosis. Catat
nyeri yang tidak hilang atau menurun
dengan nitrat menunjukkan MVP,
berhubungan dengan nyeri dada tidak
khas/non angina.
Kolaborasi :
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Stenosis mitral adalah sumbatan katup mitral yang menyebabkan penyempitan aliran darah ke
ventrikel, sedangkan insufisiensi mitral adalah keadaan dimana terdapat refluks darah dari
ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik sebagai akibat dari tidak sempurnanya penutupan
katup mitral.
Penyebab tersering terjadinya stenosis mitral adalah demam reumatik (lebih dari 90%).
Berdasarkan guidelines American College of Cardiology 1998 tentang manajemen penyakit
jantung katup, hanya 40% yang merupakan MS murni, sisanya MS akibat penyakit jantung
rheumatik. Dan penyebab tersering terjadinya insufisiensi katub mitral adalah penyakit jantung
rematik (PJR/RHD). PJR merupakan salah satu penyebab yang sering dari insufisiensi mitral
berat.
Manifestasi klinis dari stenois dan insufisiensi mitral hampir sama diantaranya ialah dispnea,
orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, hemoptisis, palpitasi, dan nyeri dada.
Proses tejadinya stenosis mitral dan insufisiensi mitral diawalai dengan bakteri Streptococcus
beta hemolitics grup A yang menyebabkan demam rheuma yang kenmudian oleh tubuh bakteri
tersebut dianggap antigen yang menyebabkan tubuh membuat antibodinya. Hanya saja,
strukturnya ternyata mirip dengan katup mitral yang membuat kadangkala antibodi tersebut
malah menyerang katup mitral jantung. dan hal ini dapat membuat kerusakan pada katup mitral.
Pada proses perbaikannya, maka akan terdapat jaringan fibrosis pada katup tersebut yang lama
kelamaan akan membuatnya menjadi kaku.
Berbagai permeriksaan yang digunakan untuk menunjang diagnostic stenosis dan insufisensi itral
diantaranya adalah elektrokardiogram, rontgen dada, dan ekokardiografi. Penatalaksanaan yang
digunakan untuk kasus stenosis dan insufisiensi mitral meliputi terapi medikamentosa dan
pembedahan. Pembedahan dilakukan jika terapi obat tidak mengurangi gejala secara maksimal.
Joka kedua kasusu ini tidak tertangani akn menimbulkan komplikasi gagal jantung kiri yang
kemudian bisa menimbulkan udem pada paru.
Asuhan keperawatan pada kasus ini dilakukan sesuai dengan tahapan asuhan keperawatanb pada
umumnya. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada stenosis dan insufisiensi mitral
salah satunya ialah penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik. Intervensi dilakukan untuk
menyelesaikan masalah keperawan tersebut dan harus memperhatikan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Mansyur, Arif. 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3,
Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Price, Sylvia Anderson and Lorraine McCarty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses penyakit.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.