Sie sind auf Seite 1von 16

MAKALAH

AKTUALISASI PANCASILA

Disusun Oleh:

Kelompok

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya lah sehingga saya mampu menyelesaikan makalah kuliah Pancasila
yang berjudul Aktualisasi Pancasila

Melalui penugasan yang diberikan oleh dosen penulis, diharapkan para mahasiswa(i)
dapat memahami tentang Aktualisasi Pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Penulis sebagai penyusun dari makalah ini menyadari bahwa masih ada
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca agar
penulis dapat mengembangkan diri dalam pembuatan makalah untuk ke depannya.
Semoga makalah ini dapat berguna.

Makassar, 12 Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB 2: PEMBAHASAN

A. Apa Yang Dimaksud dengan Aktualisasi


B. Apa Yang Dimaksud dengan Tri Darma Perguruan Tinggi
C. Bagaimana Cara Mengaktualisasi Pancasila di Perguruan Tinggi

BAB 3: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang dirumuskan
oleh para pendiri bangsa. Hal ini tertuang dalam alinea keempat
Undang Undang Dasar tahun 1945. Nilai- nilai dari Pancasila berasal
dari akar budaya bangsa Indonesia yang luhur. Sebagai suatu dasar
Negara maka Pancasila senantiasa dijadikan landasan dalam
pengaturan kehidupan bernegara, yang berarti bahwa segala macam
peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang diambil oleh para
penyelenggara Negara tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Hal ini menegaskan bahwa Pancasila merupakan suatu acuan
yang dijadikan dasar dalam bertindak oleh segenap bangsa Indonesia.
Sebagai warga negara Indonesia, maka kita diwajibkan untuk
mengaktualisasi berbagai nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan.
Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan Pancasila
sebagai dasar Negara. Sekarang Pancasilapun dijadikan bahan
perbincangan sebagai perilaku yang digunakan didalam kampus.
Dimana didalam kampus tersebut akan terdidik dengan kepemimpinan
Pancasila. Baik dalam perilaku bergaul juga dalam proses belajar
mengajar didalamnya. Serta molekul-molekul yang menjadi
bagiannya.
Walaupun pada kenyataannya aktualisasi pancasila dalam
lingkungan kampus tidak selalu sesuai seperti yang kita harapkan.
Salah satu contohnya yakni perbuatan mencontek yang banyak
dilakukaan oleh mahasiswa. Namun kita tetap harus mengaktualisasi
nilai- nilai Pancasila sebaik mungkin yang dapat kita lakukan.
Makalah ini dibuat agar kita senantiasa mencintai, menghayati,
dan mengaktualisasi nilai nilai Pancasila dalam kehidupan kita
sehari-hari, terutama di lingkungan kampus. Sehingga kelak saat kita
terjun ke masyarakat kita akan menjadi manusia Pancasila, yakni
manusia yang selalu berpedoman teguh pada Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan aktualisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan tri darma perguruan tinggi?
3. Bagaimana cara mengaktualisasi Pancasila di perguruan tinggi?

C. Landasan Teori
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan bahan makalah
yang berasal dari 2 sumber. Sumber tersebut yaitu : buku yang berjudul
Pendidikan Pancasila karya A.T Soegito,dkk dan dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi berasal dari kata aktual yang berarti betul-betul ada, terjadi dan
sesungguhnya, hakikatnya. Dimana Pancasila memang sudah jelas berdiri
dalam bangsa Indonesia sebagai dasar negaranya.
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar
dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari
aparatur Negara sampai kepada rakyat biasa.
Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat
universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam
setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma,
baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus
dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia. Aktualisasi
Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :

1. Aktualisasi Objektif
Aktualisasi Pancasila secara objektif yaitu melaksanakan pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi
kelembagaan Negara antara lain: legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya.
Seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran kedalam
undang-undang, garis-garis besar haluan Negara, hankam, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lainnya.

2. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi Pancasila secara subyektif adalah aktualisasi pancasila pada
setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan
hidup Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak
terkecuali baik warga Negara biasa, aparat pentelenggara Negara,
penguasa Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik,
maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan
kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang
memungkinkan segenap lapisan masyarakat yang dapat
mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat
terlihat dalam perilaku. Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan
kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang merupakan variasi dari
corak kehidupan yang menjadikan kampus sebagai pedoman dan
harapan masyarakat.

B. Tri Dharma Perguruan Tinggi


Pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah menara
gading yang jauh dari kepentingan masyarakat melainkan senantiasa
mengemban dan mengabdi kepada masyarakat. Perguruan tinggi
diselenggarakan dengan tujuan untuk :
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perguruan tinggi menyelenggarakan
kegiatan yang disebut dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang terdiri dari :
a. Pendidikan
Merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan IPTEK dan seni.
b. Penelitian
Kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empirik, teori, konsep,
model, atau informasi baru guna memperkaya IPTEK dan seni.
c. Pengabdian Kepada Masyarakat
Kegiatan yang memanfaatkan IPTEK dalam upaya memberi sumbangan
demi kemajuan masyarakat.

C. Penumbuhan Moral Etika Pancasila


Akhir-akhir ini di berbagai tempat timbul kerusuhan massa yang
cenderung brutal dikarenakan adanya kesenjangan sosial antara pemerintah
pusat maupun daerah. Hal ini menimbulkan gejolak berupa gerakan pengacau
keamanan bahkan tuntutan untuk melepaskan diri misalnya Aceh dan Irian
Barat. Apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan disintregrasi
bangsa. Disini pula dikarenakan hubungan social lainnya, kebebasan
berkumpul sangat dibatasi, kesadaran pemeliharaan lingkungan yang kurang,
kurangnya kerjasama antar agama, kurangnya penyadaran social, serta
sentiment yang selalu ditutup-tutupi dengan isi SARA. Yang justru
menyebabkan meledaknya kerusuhan di beberapa tempat.
Padahal para pendiri bangsa telah mencontohkan pada kita bagaimana
cara mencipatakan situasi demokrasi melalui BPUPKI PPKI dengan
melakukan perdebatan dan pemufakatan disaat-saat mempersiapkan
kemerdekaan. Bahkan saat proklamasi hingga pengesahan UUD 1945 mereka
tetap bersatu hingga Negara Republik Indonesia dapat diwujudkan.
Persoalan demokrasi bukan hanya masalah yang menyangkut
pengaturan kekuasaan Negara, melainkan juga terkait cara hidup antar
kelompok masyarakat yang sangat pluralis dimana persoalan-persoalan sosial
dapat dipecahkan secara bersama. Maka muncullah pemikiran kearah
desentralisasi pemerintahan yang kurang lebih sejalan dengan perkembangan
masyarakat modern dan demokratis. Namun terjadinya kerusuhan dibeberapa
tempat, kekejaman bahkan pembunuhan antar masyarakat etnis bertentangan
dengan jiwa dan semangat Pancasila. Sebab bagi bangsa Indonesia
keanekaragaman etnis, agama, adat istiadat, wilayah yang begitu luas yang
konsekuensi logisnya, pluralisme, visi dan aspirasi yang beraneka ragam harus
diterima dan dihormati. Yang menjadi perhatian kita adalah mengatasi
pluralisme dai kerawanan menjadi asset nasional. Cara mengatasinya yakni
dengan Etika Pluralisme, yakni etika yang mengajarkan sopan santun dalam
sikap dan mau menerima beda pendapat dalam musyawarah dan mufakat
sebagai penjelmaan demokrasi Pancasila. Dengan demikian persatuan dan
kesatuan bangsa dapat diciptakan dan menghindari disintregrasi bangsa.
Sarana yang sangat strategis yakni dengan pendidikan Pancasila. Untuk itulah
maka revitalisasi nilai-nilai Pancasila serta moral etika Pancasila harus terus-
menerus dikembangkan.

D. Tradisi Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik, Otonomi


Akademik dan Peran Mahasiswa di Masyarakat
1. Tradisi Kebebasan Akademik
Sejak universitas pertama kali berdiri di Bologna (Italia), paham
kebebasan yang selama itu dipegang oleh gereja mulai digulirkan pada
Universitas. Semua pimpinan agama memegang kekuasaan, mengambil
keputusan tentang kebenaran-kebebasan bagi masyarakat melalui mimbar
(excathedra). Pada masa itu kebenaran dan keadilan masih dikendalikan
oleh kesejajaran (juxtaposition) antara simpulan yang ditarik dari tafsir
agama dan yang merupakan hasil proses penalaran oleh para pemikir
(ilmuwan dan filosof) semakin diperlukan adanya batasan yang jelas.
Tidak jarang simpulan tersebut menghasilkan pertentangan pandangan
(contra position ).
Dari apa yang telah dicapai oleh para pemikir (ilmuwan dan filosof) pada
abad pertengahan dapat diamati suatu gejala empirik tentang kebebasan
untuk mencapai kebenaran :
a. Bahwa masyarakat ilmiah perlu dikembangkan dalam lingkungan
perguruan tinggi.
b. Sikap avveroisme (kelompok ilmiah nasionalis yang berusaha
melepaskan diri dari gereja ) semakin jelas dikalangan perguruan
tinggi, mereka semakin otonom dalam mencapai kebenaran.
c. Otonomi perguruan tinggi berhubungan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Kondisi itu bersifat conditio sinequanon bagi kemajuan
peradaban imu. Dalam hal ini segala pengertian tentang kebebasan
kampus dan kebebasan akademis adalah pengertian yang setara bagi
kemajuan.

Kebebasan akademik dalam hal ini lebih berciri aktivitas wahana


pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat diikuti oleh sivitas
akademika (dosen dan mahasiswa). Dalam hal ini sivitas akademika
akan menempuh jalur norma akademik, yang mencangkup
serangkaian langkah metodologis: penemuan masalah, tujuan,
manfaat, cara mencapai kebenaran, analisis, dan simpulan.

2. Kebebasan Mimbar Akademik


Dalam perkembangan dan penyelenggaraan otonomi kampus
bagi perkembangan ilmu pengetahuan muncul istilah
kebebasan mimbar akademik, yaitu proses pengembangan ilmu lewat
kegiatan perkuliahan (mimbar akademik). Kebebasan mimbar
akademik lebih ditekankan pada pengembangan kognitif
(pemahaman), apresiasi (afektif), dan keterampilan
(psikomotorik)yang dilakukan dalam laboratorium dan perpustakaan.
Media untuk pengembangan mimbar akdemik lebih ditekankan pada
diskusi, seminar, dan simposium. Dalam kegiatan ini dosen dan
mahasiswa akan berada dalam suatu pola interese, yaitu berada pada
satu tatanan bahasa yang bersifat setara (VIS a VIS) namun dosen
tetap pada posisi pemegang mimbar (ex cathedra). Posisi pemegang
mimbar utama adalah guru besar (professor). Ia memiliki otoritas
sebagai pengembang ilmu karena telah bergelar doctor.
Suria Sumantri (1986 : 27) menyebut mahasiswa sebagai
setengah ilmuwan,yaitu mahasiswa belum memiliki kewibawaan
penuh pemegang otoritas dalam kegiatan ilmu. Fungsi mahasiswa
menjadi cukup srtategis dalam kegiatan keilmuan yang mengarah pada
perkembangan peradaban manusia dan teknologi. Pertama, pada
proses pengembangan ilmu mahasiswa, mahasiswa merupakan pelaku
muda (colega minor)yang sedang belajar dan mengalami bimbingan
dari dosen (colega mayor). Mahasiswa akan mengalami pendewasaan
diri sebagai ilmuwan. Kedua, pada proses pengembangan ilmu,
mahasiswa merupakan pelaku muda yang pada umumnya sedang
mengalami bimbingan dari para dosen. Dalam hal ini mahasiswa
sering kali memerlukan media tukar pendapat, dialog kritis untuk
saling memberi masukan.

3. Otonomi Keilmuan
Ilmu yang berkembang tidak hanya kerangaka pemikiran logis,
melainkan telah teruji, sehingga dengan ilmu orang akan bias
menjelaskan gejala alam kemudian meramalkannya. Ilmu mempunyai
obyek kajian (ontologis), dan memiliki kemampuan untuk mencapai
kebenaran (epistemologi) serta kemampuan terkait dengan
masyarakatnya (aksiologis). Ilmu yang dapat berkembang pad
prinsipnya karena kaidah moral, pertimbangan etis, dan norma kerja
profesinya.
Ilmu pengetahuan memang dapat memperoleh otonomi dalam
melakukan kegiatannya untuk mempelajari alam semesta, tetapi
masalah moral akan timbul manakala berkaitan dengan ilmu
pengetahuan itu. Ilmu pengetahuan memiliki 2 sisi kajian yaitu sisi
kajian internal dan eksternal. Sisi kajian internal digunakan manakala
ilmu hanya menggunakan metode spesifik yang dimilikiuntuk
dipraktekkan ilmuwan secara otonomi (Salim, 1994: 15). Sedang pada
sisi kajian eksternal , ilmu akan berkaitan dengan bidang
IPOLEKSOSBUDROHANKAM (ideology, politik, ekonomi, social,
budaya, rohani, pertahanan, dan keamanan.
Ilmu pengetahuan hanya memiliki otonomi dalam sisi kajian
internal (terbatas pada penerapan metodologinya untuk mencapai
kebenaran ilmiah). Ilmu pengetahuan selalu dituntut bagaimana dapat
memiliki kegunaan di masyarakatnya. Misalnya keberadaan ilmu
kedokteran harus mampu mengatasi masalah kesehatan masyarakat
secara luas, seperti menciptakan obat untuk mengatasi HIV,dll. Ilmu
sosial (politik,sosial,ekonomi, budaya, dll) harus mampu menciptakan
dinamika dan intregitas bagi masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa
ilmu sosial tidak mungkin berkembang terlepas dari masyarakatnya,
karena ilmu sosial adalah bagian dari gejala perilaku masyarakat.

4. Peran Mahasiswa di Masyarakat


Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan masyarakat dapat
dilakukan sejauh kegiatan itu memiliki relevansi langsung dengan
kematangan ilmu pengetahuan yang diminati. Keterlibatan mahasiswa
terhadap masalah sosial sebatas mahasiswa memiliki komitmen yang
kuat terhadap pengembangan tugas akademis. Sebagai contoh
keterlibatan mahasiswa dalam masalah politik, harus bersifat peningkat
visi akademisnya, pengembangan wawasan, pengayaan substansi dan
kedewasaannya. Peran mahasiswa di masyarakat:
a. Mahasiswa sebagai pribadi yang sedang belajar
berproses untuk menjadi (ilmuwan) sehingga masih
membutuhkan bimbingan dan pembinaan akdemik
yang intensif dari para dosen.
b. Mahasiswa dapat berperan sebagai perantara
pembaharuan (agent of modernization) terutama
membantu masyarakat miskin yang masih tertinggal
guna meningkatkan pendapatannya.
c. Mahasiswa perlu belajar untuk dapat
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, laporan
hasil kajian ilmiah, dan hasil diskusi ilmu pengetahuan
kepada masyarakat dalam tataran bahasa indonesia
yang sederhana sehingga dapat diterima semua pihak.
d. Tidak semua orang dalam masyarakat dapat meraih
peluang masuk kuliah di bangku perguruan tinggi.
Peluang masuk perguruan tinggi hanyalah bagi lulusan
SMA yang memiliki motivasi dan dukungan dana yang
cukup. Pengadaan dana yang cukup besar itu
membutuhkan bantuan masyarakat yang secara
langsung digunakan untuk pengadaan prasarana dan
sarana belajar.
E. Memposisikan Kebebasan Akademik dan Kebebasan Mimbar Akademik
Secara Proporsional
Kesenjangan antara teori keagamaan dan penalaran ilmiah makin
membesar karena para filsuf yang tergabung dalam kelompok
penganut averroisme terus bertahan pada pendiriannya untuk menggarap
masalah-masalah filsafat dan ilmu bebas dari ikatannya dengan keagamaan.
Averroisme terus berkembang dan memunculkan berbagai aliran filsafat serta
cabang ilmu secara mandiri. Pesatnya pertumbuhan sebagai cabang ilmu
makin menampilkan ilmu sebagai suatu manifestasi yang otonom dan hal ini
menimbulkan tuntutan agar bagi pusat-pusat keilmuan- universitas diakui juga
otonomi universitas sebagai lembaga yang menyelenggarakan kegiatan ilmiah.
Maka muncullah istilah otonomi universitas, yaitu otonomi kelembagaannya
sebagai pengelola akademik ; dalam suasana itu universitas merupakan tempat
persemaian intelektual dan cultural dalam arti luas, bukan sekedar perakit
sarjana.
Otonomi ilmu selanjutnya juga dianggap sebagai condition sine qua non
bagi terwujudnya perkembangan dan kemajuan ilmu khususnya serta
peradaban pada umumnya sering juga diakui sebagai otonomi universitas
sebagai lembaga yang menyelenggarakan pengajaran dan penelitian berbagai
disiplin ilmu sesuai kaidah-kaidah akademik.
Sejalan dengan hasrat diakuinya otonomi ilmu maka kalangan ilmuwan
khususnya kalangan akademis mengharapkan diakui dan berlakunya
kebebasan akademik serta kebebasan mimbar akademik. Yang pertama,
berkenaan dengan kebebasan para akademis untuk melakukan studi,
penelitian, pembahasan serta pengajaran ilmu kepada dan antara sivitas
akademika. Yang kedua, berkenaan dengan hak serta tanggung jawab seorang
yang memiliki prasyarat dan atribut untuk diakui wewenang dan wibawa
keilmuannya guna mengutaran fikiran dan pendapatnya ex catedra academica.
Hak menggunakan cathedra (mimbar ) tidak dimiliki setiap sivitas akademika,
melainkan oleh para akademisi yang memenuhi segala persyaratan untuk
bertindak selaku tenaga pengajar atau peneliti yang mandiri.
Di Indonesia tradisi kebebasan (mimbar) akdemik mula-mula
diberlakukan di perguruan-perguruan tinggi yang pertama-tama didirikan
yaitu Sekolah Tinggi Teknik
BAB III
PENUTUP
Berbagai permasalahan pokok negara terus menerus muncul dan tantangan
yang dihadapi untuk mengatasinya pun tak kalah sulitnya. Upaya mengembangkan
masyarakat untuk memiliki perilaku dan sikap bertannggung jawab secara etis,
mengarahkan masyarakat menjadi masyarakat yang cerdas dan mandiri, menciptakan
system kehidupan yang tertib, aman, adil dan dinamis, serta system pendidikan
nasiaonal yang menunjang sosialisasi nilai nilai Pancasila dan menginternalisasikan
ke dalam diri insan Indonesia.
Salah satu cara menghadapi krisis karakter ini adalah melalui pendidikann
karakter sebagai sosialisasi nilai nilai Pancasila. Walaupun sulit tapi kita harus
mencobanya agar dapat diwujudkannya generasi yang benar benar memahami dan
menerapkan nilai nilai Pancasila tersebut dalam kehidupannya sehari hari.
Empat pilar bangsa Indonesia yaitu Pancasila, UUD, Bhineka Tunggal Ika,
dan NKRI merupakan harga mati, dan tidak bisa ditawar tawar lagi. Pancasila
merupakan dasar dari 3 pilar berikutnya yang menjadi dasar dari negara kita
Indonesia. Jika Pncasila telah tercermin dalam kehidupan kita, pasti 3 pilar berikutnya
dapat kita realisasikan.

Das könnte Ihnen auch gefallen