Sie sind auf Seite 1von 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

STIMULASI SISTEM SARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKA

Disusun Oleh:
Kelompok 1D
Annisa Ananda (11151020000089)
Habibah Sabrina H. (11151020000091)
Aziza Nurul Amanah (11151020000095)
Nuri Zayanah (11151020000097)
M.Athfal Ramadhana (11151020000099)
Dwi Puspita Ayu (11151020000100)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan
sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah kesadaran atau
kemauan. SSP biasa juga disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau
pusat dari saraf lainnya. Obat yang bekerja pada susunan sistem saraf pusat
memperlihatkan efek yang sangat luas, mungkin merangsang atau menghambat
aktifitas susunan saraf pusat secara spesifik atau secara umum.
Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan di dunia.
Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan ras dan sosial
ekonomi. Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik klinis yang sering
dijumpai. Definisi epilepsi sendiri adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
bangkitan berulang akibat lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuro-
neuron otak secara paroksismal, dan disebabkan oleh berbagai etiologi, bukan
disebabkan oleh penyakit otak akut. Perlu diketahui bahwa epilepsi bukanlah
merupakan suatu penyakit, melainkan suatu kumpulan gejala. Gejala yang paling
umum adalah adanya kejang, karena itu epilepsi juga sering dikenal sebagai peyakit
kejang. Kejang dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti penyakit, demam,
rangsangan electroshock atau pengaruh bahan kimia.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana manifestasi stimulan sistem saraf pusat secara berlebih pada
makhluk hidup ?
Bagaimana manifestasi stimulasi berlebih itu dapat diatasi ?
Bagaimana mendiagnosa sebab kematian hewan coba ?
1.3. Tujuan
Mengerti dan memahami manifestasi stimulan sistem saraf pusat secara
berlebih pada makhluk hidup
Memperoleh gambaran bagaimana manifestasi stimulan berlebih itu dapat
diatasi
Sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan coba

BAB II

TEORI DASAR
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat
luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas susunan saraf
pusat secara spesifik atau secara umum. Alkohol adalah penghambat susunan saraf
pusat tetapi dapat memperlihatkan efek perangsangan, sebaliknya perangsangan
susunan saraf pusat dosis besar selalu disertai depresi pasca perangsangan. Obat yang
efek utamanya terhadap susunan saraf pusat yaitu :
1. Stimulan susunan saraf pusat.
Beberapa obat memperlihatkan efek perangsangan susunan saraf pusat yang
nyata dalam dosis toksik, sedangkan obat lain memperlihatkan efek
perangsangan SSP sebagai efek samping.
2. Antiepileptikum
Epilepsi adalah nama umum sekelompok gangguan atau penyakit susunan
saraf pusat yang timbul spontan dengan episode singkat, dengan gejala utama
kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang
(konvulsi), hiperaktifitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu
disertai gambaran letupan EEG abnormal dan ekasesif. Berdasarkan
gambaran EEG, epilepsi dapat dinamakan distritmia serebral yang bersifat
paroksismal.

Epilepsi secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu :
1. Parsial
Parsial sederhana dengan ditandai keadaan masih sadar namun hanya menunjukkan
aktivitas abdnormal dari bagian badan atau kelompok otot tertentu. Parsial komplek
dengan ditandai halusinasi kompleks, gangguan mental, dan hilangnya kesdaran,
gangguan fungsi motorik, gerakan mengunyah, diare, dan urinasi.
2. Generalisata
Grand mal (tonik klonik) yaitu serangan yang menyebabkan hilang kesadaran,
terjadinya kejang tonik yang diikuti kejang klonik serta memperlihatkan mata yang
kebingungan dan kelelahan.
Petit mal (absence) yaitu serangan yang menyebabkan hilangnya keadaran yang
pendek dan tiba-tiba dengan mata berkedip-kedip cepat yang berlangsung hingga 5
detik.
Contoh obat yang digunakan pada percobaan ini yaitu diazepam sebagai
antiepileptik dan aminophylin sebagai penstimulus sitstem saraf pusat. Diazepam
digunakan untuk mengatasi kejang yang disebabkan oleh aminophylin.
DIAZEPAM

(Farmakope Indonesia edisi ketiga 1979;hal 211)


Sinonim : 7-klor 1-3 dihidro 1-metil 5-fenil 2H 1,4 benzoldiazepin 2-on.
Rumus molekul : C16H13CIN20
Berat Molekul : 284,74

Diazepam mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101%
C16H13CIN20 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan
dengan alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam, dll.
Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek
GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu
senyawa yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat
aktifitas di otak. Diyakini bahwa aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan
kecemasan dan gangguan jiwa lainnya.Diazepam tidak boleh dijual bebas, tetapi harus
melalui resep dokter.
Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus, disuntikkan 5-20 mg diazepam
IV secara lambat. Dosis ini dapat diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20
menit sampai beberapa jam. Diazepam dapat mengendalikan 80-90 % pasien bangkitan
rekuren.
Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan
ataksia (kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan
reaksi paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung,
depresi, gangguan berbicara, dan penglihatan ganda juga merupakan efek yang jarang
dari diazepam. Efek samping obat ini berat dan berbahaya yang menyertai penggunaan
diazepam IV ialah obstruksi saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi otot. Disamping
ini dapat terjadi depresi nafas sampai henti nafas, hipotensi , henti jantung, dan kantuk.
Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam
dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai
ketergantungan terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat
menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat,
cemas, atau lelah). Bahkan pada kasus yang lebih berat, dapat timbul kejang.
Oleh karena itu, setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya dihentikan
secara bertahap, dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.

AMINOPHYILLIN

Aminophyllin adalah derivat dari teofilin biasa disebut denga teofilin


etilenadiamina. Aminophylin biasanya digunakan melalui injeksi, tersedia dalam ampul
10 ml mengandung 250 mg dan ampul 20 ml mengandung 500 mg. Kejang lokal atau
umum karena obat ini biasanya dapat diatasi dengan diazepam.
Injeksi aminophylin meningkatkan kardiakoutput sekitar 35 % dalam waktu 15
menit dan peningkatan filtrasi glomerolus.
Farmakodinamik obat ini menyebabkan relaksasi otot polos, terutama otot
polos bronkus, merangsang SSP, otot jantung, dan meningkatkan diuresis.
Farmakokinetik sediaan ini menimbulkan keluhan nyeri pada saluran cerna,
mual dan muntah. Gejala ini berhubungan dengan kadar aminophylin dalam plasma.
Keluhan saluran cerna yang disebabkan oleh iritasi setempat dapat dihindarkan dengan
pemberian obat bersama makanan, tetapi akan terjadi penurunan absorbsi.
Indikasi aminophylin penyakit kardiovaskuler, asma, bronkopneumonia,
bronkitis, udem, antiangina pektoris.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan dan Alat :
1. Tikus betina dengan berat 223 gram
2. Obat : diazepam 10 mg/kgBB konsentrasi 5mg/ml, aminofillin 25 mg/kgBB
konsentrasi 24mg/ml
3. Timbangan hewan
4. Alat suntik
5. Stopwatch

3.2 Prosedur Kerja :


1. Timbang berat tikus,catat.
2. Tikus diberi diazepam secara IP
3. Catat tingkah laku tikus setelah pemberian
4. Tepat setelah 15 menit pemberian diazepam diberi aminofilin secara IP
5. Catat tingkah laku tiap beberapa menit, dan perhatikan kejang yang
ditimbulkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil :
1D
Berat tikus = 223 gram
Dosis aminofillin = 25 mg/kgBB
Konsentrasi = 24 mg/ml
Dosis diazepam = 10 mg/kgBB
Konsentrasi = 5 mg/ml

Perhitungan dosis :
Aminofillin
25/1 x 37/6 = 154,1
VAO = 154,1 x 0,223
= 34,3643/24
= 1,431 ml

Diazepam
10/60 x 37/6 =
VAO = 10,2 x 0,223
= 2,2746/5
=0,45492 ml

IP Diazepam 10mg/kgBB
Menit Respon
3 Napas menjadi lebih cepat,
7 Menggaruk-garuk dan menggigit-gigit kawat besi
10 Aktivitas masih biasa, masih berjalan-jalan
15 Perut kembang kempis lebih cepat

IP Aminofillin 25mg/kgBB
Menit Respon
3 Nafas semakin cepat
4 Mata sayu
5 Jalan mulai melambat
9 Mata mulai menyipit
Aktivitas berkurang
Jantung berdebar-debar
22 Mata semakin sayu dan kadang menuttup lama
Lebih banyak diam
34 Mata terlihat segaris
Kepala diletakkan dibawah
36 Diberi rangsangan tidak terlalu merespon
38 Mata tertutup
40 Mata mulai membuka dan pergerakan mulai aktif

2D
Diazepam
Menit Respon
1 Semakin aktif dan menggigit-gigit kawat penutup kandang
5 Menjilat kaki kanan dan menggaruk badan belakang
10 Masih aktif berpindah tempat
15 Semakin agresif

Aminofillin
Menit Respon
16 Lebih diam
Kaki kanan diseret saat berjalan, menjilati bagian tubuh yang bekas
disuntik
22 Sempat tidak seimbang saat berjalan, kaki kanan diangkat
Masih aktif meskipun pincang
30 Masih aktif sampai praktikum selesai

3D
Aminofillin
Menit Respon
1 Nafas semakin cepat
2.30 Laju nafas semakin kencang
6.30 Mata mulai sayup
9 Jadi kagetan
Sensitif terhadap suara(jentikan jari)
12 Jalan sempoyongan
39

4D
Aminofillin
Menit Respon
2 Diam
Respirasi meningkat
4 Makin cepat laju respirasi
8 Mata membuka menutup
Hidung kembang kempis
12 Mata redup
Lemas
13 Menggaruk hidung
14 Kejang-kejang gemetar
21 Nafas tidak teratur
22 Mata menutup
24 Lemas
26 Mata menyipit
29 Mata membuka tinggal segaris
35 Sempoyongan
37 Mulut bergetar
39 Kepala ditaruh dibawah

4.2 Pembahasan
Pada praktikum stimulasi sistem saraf pusat dan antiepileptika kelompok 1D
ini digunakan tikus betina dengan berat 223 gram. Obat yang akan diujikan secara
intraperitonial adalah diazepam dengan dosis 10mg/kgBB konsentrasi 5mg/ml dan
aminofillin dengan dosis 25mg/kgBB konsentrasi 24mg/ml. kelompok 1D dan 2D
diberikan diazepam baru setelah 15 menit diberikan aminofillin. Sedangkan untuk
kelompok 3D dan 4D hanya diberikan aminofillin saja.
Sebagaimana diketahui bahwa Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan
dengan suatu substansial kimia yang membuatnya menjadi lebih larut dengan air.
Aminofilin adalah jenis teofilin yang diberikan dalam bentuk injeksi namun sangat
perih dan iritasi jika diberikan melalui suntikan intramuscular. Indikasi obat ini ialah
untuk obstruksi saluran nafas yang reversible, serangan nafas berat. Kontra indikasi dari
obat ini yaitu penggunaan pada pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, hipertiroid,
ulkus lambung, epilepsy, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui. Dosis
melalui intravena untuk serangan asma berat diberikan 250 -250 mg dengan perlahan,
dan 5 mg/kg untuk anak. Sedangankan pada pemakaian untuk serangan akut pada
penyakit paru obstruktif kronik yaiut 500 mikrogram/kg per jam, untu anak 6 bulan 9
tahun diberikan 1 mg/kg per jam, dan anak 10 -16 tahun 800 mikrogram/kg per jam.
Diazepam, salah satu benzodiazepine, realsan otot yang bekerja sentral
khususnya reflex polisinaptik di susunan tulang belakang dan mengurangai aktivitas
neuron sistem reticular di mesensefalon, hingga diazepam dapat digunakan untuk
mengatasi kejangan yang disebabkan oleh efek toksik dari aminofilin. Indikasi dari obat
ini adalah untuk status epileptikus, kejang berulang, kejang demam, sebagai tambahan
pada gejala putus alcohol. Kontra indikasi dari obat ini adalah depresi napas, napas
berhenti saat tidur, gangguan hati berat. Dosis yang digunakan untuk status epileptikus
atau kejang epilepsy berulang, dengan injeksi intravena lambat (dengan kecepatan rata-
rata 5 mg/menit), dewasa 10 -20 mg, diulang jika perlu setelah 30 60 menit, dapat
diikuti dengan infuse intravena samapai maksimal 3 mg/kg dalam 24 jam, untuk anak-
anak digunakan dosis 200 300 mikrogram/kg (atau 1 mg/tahun usia).
Diazepam mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai obat premedikasi
dan sedasi untuk tindakan oreasi jangka pendek, anti kejang atau antiepilepsi, obat
utnuk gangguan cemas dan gangguan tidur.Sebagai obat antiepilepsi digunakan injeksi
diazepam 5 mg/ml pada status epileptikus. Epilepsi adalah istilah untuk cetusan listrik
local pada substansi agresea otak yang terjadi sewaktu-waktu, mendadak, dan sangat
cepat. Secara klinis, epilepsy merupakan gangguan paroksis mal dimana cetusan neuron
kertoks serebri mengakibatkan serangan penurunan kesadara, perubahan fungsi motoric
atau sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan stereotipik.
Kemudian hasil dari pemberian diazepam lanjut setelah 15 menit pada tikus.
Pemberian diazepam ini bertujuan untuk sebagai terapi antikejang menunjukkan gejala
nafas lebih cepat namaun aktivitas masih normal seperti biasa baru kemudian diberikan
aminofillin menunjukkan gejala seperti lemas, jantung berdebar, mata mulai sayu dan
aktivitas mulai berkurang, namun baru beberapa menit-menit terakhir kemudian, tikus
mulai mengalami perubahan sifat yaitu mata mulai terbuka kembali dan mulai berjalan
kembali seperti biasa. Disini tidak dilihat bahwa tikus mengalami kejang-kejang
maupun gejala tremor selama pengamatan berlangsung. Pemberian diazepam yang
seharusya sebagai antikejang dan antiepileptik, mengatasi status epileptikus juga tidak
terlalu memberikan efek, karena pada awalnya sebelum diberikan obat tikus tidak
mengalami epilepsi maupun kejang-kejang. Namun setelah pemberian diazepam hanya
pernafasannya yang lebih cepat dari pernafan awal. Pada tikus yang diberi diazepam
tidak mengalami kejang-kejang atau kematian sehingga dapat bertahan hidup. Ini
karena kejang lokal maupun umum yang disebabkan aminofillin dapat diatasi dengan
diazepam.
Kemudian setelah 15 menit diberikan aminofillin 25mg menunjukkan pada
menit ke sembilan jantung berdebar. Pada menit ke 22 mata mulai sayu sepenuhnya dan
terkadamng menutup, aktivitas jg mulai melambat dan keadaan tikus semakin
melemah, dan nafas masih cepat dilihat dari perut tikus yang kembang kempis. Namun
pada menit terakhir yaitu menit ke 40 mata tikus mulai membuka namun masih pelan,
kemudian terjadi peningkatan tingkah laku yang awalnya lemah tidak berdaya pelan-
pelan mulai bergerak dan berjalan lagi seperti biasanya, namun masih tetap lemah.
Disini Aminofillin merupakan kombinasi dari teofillin dan etilendiamin. Aminofillin
pada dosis lazim bekerja sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di
paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada
jalan nafas. Diduga efek bronkadilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2
isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE IV. Pada dosis yang lebih tinggi,
aminofillin ddapat mengakibatkan efek samping yaitu kejang. Sedangkan pada
praktikum kelas A yang menggunakan aminofillin dengan dosis 90ml mengalami
kejang-kejang, tremor, bulu berdiri bahkan ada yang mengalami kematian. Hal ini juga
karena teofilin dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan car peningkatan
uptake Ca melalui adenosin-mediated Chanels. Ion Ca merupakan pace marker
(pembuat cetusan)yang mendasari ritme talamus pada lonjakan dan gelombang yang
terlihat pada absence seizure (petit mal). Efek samping dari aminofillin yaitu gelisah,
tremor, sakit kepala, pusing, konvulsi aritmia.
Perbedaan aminofillin dan teofillin adalah Aminofilin merupakan bentuk
garam dari teofilin. Aminofilin berbentuk serbuk berwarna putih atau sedikit
kekuningan. Bersifat anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2 molekul air.
Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4% teofilin
anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrousethylenediamine. Larut
dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh karbon dioksida), tidak larut dalam
dehydrated alkohol.
Sedangkan teofilin merupakan obat golongan derivat xantin yang memilik
gugus metil1,3-dimetilxantin yang memiliki efek diuresis, merangsang SSP,
merangsang otot jantung dan merelaksasikan oto polos terutama bronkus sehingga
dapat berfungsi sebagai bronkodilator. Perbedaannya adalah kelarutan aminofilin lebih
besar daripada teofilin, tetapi ternyata derajat absorpsinya tidak banyak berbeda.
Sebagai pedoman, 1,27 gramaminofilin setara dengan 1 gram teofilin. Dalam tubuh
aminofilin terurai menjadi teofilin sehingga dalam hal ini setiap pemberian teofilin
dalam bentuk aminofilin, dosis harus dinaikkan sebanyak 20% untuk memperoleh
kekuatan yang sama.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada pengamatan hasil praktikum ini kelompok yang tikusnya diberikan
diazepam 10mg dan aminofllin 25mg dapat bertahan hidup, karena
diazepam ini masih dapat mengatasi dari gejala-gejala yang ditimbulkan
akibat aminofillin.
2. Sedangkan pada kelompok yang memberikan aminofillin sebanyak 90ml
mengakitbatkan tikus mengalami tremor, kejang-kejang bahkan kematian,
akibat dosis aminofillin yang terlalu besar yaitu 90ml.
3. Diazepam yang diberikan pada tikus dapat memberikan efek dengan
menahan kerja dari aminofillin.
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, H. S., & Nanavati, R. N. 1997. Indian Pediatric. Transplacental


Aminophylline Toxicity
Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
Hardman,Joel G. 2012. FARMAKOLOGI DAN TERAPI EDISI 5 . Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI:Jakarta
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Modul Praktikum Farmakologi Program Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2017. Tangerang : UIN Jakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen