Sie sind auf Seite 1von 20

Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi

___________________________________________________________________________________

3
PENGUKURAN STRATIGRAFI

3.1 Pendahuluan

Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan dalam
pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran stratigrafi dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari hubungan stratigrafi antar setiap
perlapisan batuan / satuan batuan, ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah
sedimentasi secara vertikal dan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan.

Di lapangan, pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan dengan menggunakan tali


meteran dan kompas pada singkapan-singkapan yang menerus dalam suatu lintasan.
Pengukuran diusahakan tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya, sehingga
koreksi sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu besar.

3.2 Metoda Pengukuran Stratigrafi

Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci urut-


urutan perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan stratigrafi, hubungan
stratigrafi, sejarah sedimentasi dalam arah vertikal, dan lingkungan pengendapan.
Mengukur suatu penampang stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting
dalam penelitian geologi.

Secara umum tujuan pengukuran stratigrafi adalah:


a) Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu satuan
stratigrafi (formasi), kelompok, anggota dan sebagainya.
b) Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.
c) Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan
batuan dan urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk
menafsirkan lingkungan pengendapan.

Pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan singkapan yang


menerus, terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan stratigrafi yang resmi.
Metoda pengukuran penampang stratigrafi banyak sekali ragamnya. Namun
demikian metoda yang paling umum dan sering dilakukan di lapangan adalah dengan
menggunakan pita ukur dan kompas. Metoda ini diterapkan terhadap singkapan yang
menerus atau sejumlah singkapan-singkapan yang dapat disusun menjadi suatu
penampang stratigrafi.

Copyright@2009 By Djauhari Noor 41


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Gambar 3.1 Singkapan batuan pada satuan stratigrafi (kiri) dan singkapan
singkapan yang menerus dari satuan stratigrafi (kanan).

Metoda pengukuran stratigrafi dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:

1. Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita ukur (


25 meter), kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe), buku catatan
lapangan, tongkat kayu sebagai alat bantu.
2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran stratigrafi,
jalur lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah mewakili bagian
Bawah sedangkan huruf T (Top) mewakili bagian atas.
3. Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok atau
tanda lainnya pada batas-batas satuan litologinya.
4. Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau atas.
Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah: arah lintasan
(mulai dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng (apabila
pengukuran di lintasan yang berbukit), jarak antar station pengukuran,
kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran unsur-unsur geologi lainnya.
5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang
penampang, sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada alas
dan atap dari satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
6. Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran
stratigrafi yang meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan
tersebut, yaitu: jenis batuan, keadaan perlapisan, ketebalan setiap lapisan
batuan, struktur sedimen (bila ada), dan unsur-unsur geologi lainnya yang
dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya dari atas satuan.
7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah
melalui proses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian digambarkan
dengan skala tertentu dan data singkapan yang ada disepanjang lintasan di-
plot-kan dengan memakai simbol-simbol geologi standar.
8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan terlebih
dahulu koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah lintasan dengan
jurus kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng (apabila pengukuran di
lintasan yang berbukit), perhitungan ketebalan setiap lapisan batuan dsb.

Copyright@2009 By Djauhari Noor 42


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Gambar 3.3 Sketsa pengukuran penampang stratigrafi

Gambar 3.4 Aktivitas dari pengukuran stratigrafi terukur

3.2.1 Perencanaan lintasan pengukuran

Perencanaan lintasan pengukuran ditetapkan berdasarkan urut-urutan singkapan


yang secara keseluruhan telah diperiksa untuk hal hal sebagai berikut:
a) Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai, vertikal
atau horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus
terhadap jurus.
b) Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu tetap
atau berubah rubah. Kemungkinan adanya struktur sepanjang penampang,

Copyright@2009 By Djauhari Noor 43


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

seperti sinklin, antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini penting untuk
menentukan urut-urutan stratigrafi yang benar.
c) Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang dapat
diikuti di seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan yang sering
terlupakan pada saat pengukuran.

3.2.2 Menghitung Ketebalan

Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atas
(top). Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat harus dilakukan dalam
bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila pengukuran di lapangan tidak dilakukan
dalam bidang yang tegak lurus tersebut maka jarak terukur yang diperoleh harus
dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus:

d = dt x cosinus ( = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran).

Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut
yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Apabila arah
sudut lereng yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus perlapisan, maka perlu
dilakukan koreksi untuk mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus
jurus lapisan. Biasanya koreksi dapat dilakuan dengan menggunakan tabel koreksi
dip untuk pembuatan penampang.

1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0o)

Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus,
ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin (dimana d
adalah jarak terukur di lapangan dan adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila
pengukuran tidak tegak lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada
cara diatas.

Gambar 3.4 Posisi pengukuran pada daerah datar

2. Pengukuran pada Lereng

Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti diperlihatkan


pada gambar 3.5 dan gambar 3.6. { Catatan: sudut lereng (s) dan kemiringan lapisan

Copyright@2009 By Djauhari Noor 44


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

() adalah pada keadaan yang tegak lurus dengan jurus atau disebut true dip dan
true slope }.

a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng.

Bila kemiringan lapisan ( ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah lintasan
tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :

T = d sin ( - s ). (Gambar 3.5 b)

Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah lintasan tegak
lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah:

T = d sin (s - ). (Gambar 3.5 c)

(c)

Gambar 3.5 Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan lapisan

b. Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng

Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah lintasan
tegak lurus jurus maka:
T = d sin ( + s ) (Gambar 3.6 b)

Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 90 0 (lereng
berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka :

T = d (Gambar 3.6 c)

Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan
tegak lurus jurus, maka :

T = d sin (1800 - - s) (Gambar 3.6 d )

Copyright@2009 By Djauhari Noor 45


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Bila lapisannya mendatar, maka : T = d sin (s)

Gambar 3.6 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan lapisan

Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar 3.7 dibawah
ini. Adapun penggambaran urutan perlapisan batuan/satuan batuan/satuan
stratigrafi disesuaikan dengan umur batuan mulai dari yang tertua (paling bawah)
hingga yang termuda (paling atas)

Gambar 3.7 Contoh Penyajian Hasil Pengukuran Stratigrafi

Copyright@2009 By Djauhari Noor 46


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Seringkali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai foto-foto singkapan


seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.8. Adapun maksud dari penyertaan foto-
foto singkapan adalah untuk lebih memperjelas bagian bagian dari perlapisan batuan
ataupun kontak antar perlapisan yang mempunyai makna dalam proses
sedimentasinya.

Gambar 3.8 Penggambaran penampang stratigrafi terukur yang dilengkapi


dengan foto-foto untuk menjelaskan hubungan antar lapisan
batuan ataupun kontak antar lapisan batuan.

3.3 Kolom Stratigrafi

Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan susunan


berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari
yang tertua hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan,
serta genesa pembentukan batuannya.

Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi, namun
demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalangan ahli geologi
didalam menyajikan kolom stratigrafi. Penampang kolom stratigrafi biasanya
tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi,
Satuan Batuan, Ketebalan, Besar-Butir, Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil
Dianostik, dan Linkungan Pengendapan.

Copyright@2009 By Djauhari Noor 47


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Tabel 3.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang
tersusun dari kiri ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan batuan, simbol
litologi, deskripsi batuan, dan lingkungan pengendapan.

Tabel 3.1 Kolom Stratigrafi Daerah Karawang Selatan, Jawa Barat

Umur Formasi Satuan Simbol Litologi Deskripsi Batuan Lingk

Batugamping Batugamping, fragmental dan Laut


MIOSEN PARIGI Sisipan batugamping masif Dangkal
ATAS Napal
(N14-N16)

Napal, abu-abu, kompak

Lempung gampingan, laminasi


sisipan batugamping berlapis.

Lempung-gampingan, laminasi,
sisipan tipis lanau. Laut
MIOSEN Batulempung Dangkal
TENGAH CIBULAKAN gampingan
Sisipan
(N8-N13) Batugamping dan
Batupasir
Batugamping fragmental berseling an
dengan batugamping masif.
Umumnya banyak mengandung Algae.

Lempung sisipan batupasir dan


batubara.

Pasir kuarsa selang seling lempung

Batupasir kuarsa konglomeratan


selang seling lempung mengandung
batubara.

3.4 Profil Lintasan Stratigrafi


Dalam penelitian geologi, pengamatan stratigrafi disepanjang lintasan yang dilalui
perlu dibuat, baik dengan cara menggambarnya dalam bentuk sketsa profil lintasan
ataupun melalui pengukuran stratigrafi. Adapun tujuan dari pembuatan profil
lintasan adalah untuk mengetahui dengan cepat hubungan antar batuan / satuan
batuan secara vertikal.

Gambar 3.9 adalah salah satu conto hasil pengamatan sepanjang lintasan sungai,
dimana nomor 1, 2, 3 dst merupakan lokasi pengamatan dan pengukuran
singkapan batuan-batuan pada lintasan sungai. Kedudukan batuan dan jenis batuan /

Copyright@2009 By Djauhari Noor 48


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

satuan batuan pada setiap stasiun pengamatan disepanjang lintasan (Gambar 3.9
atas) dan pada gambar 3.9 bagian bawah adalah sketsa dari profil lintasan yang
memperlihatkan hubungan setiap batuan / satuan batuan dari yang tertua hingga
termuda.

Gambar 3.9 Lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan (atas) dan
penampang lintasan yang memperlihatkan hubungan antar lapisan
batuan atau satuan batuan.

Gambar 3.10 memperlihatkan lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan


batuan / satuan batuan disepanjang jalan dari desa Cipanas ke Bendungan Saguling.
Terdapat 4 (empat) satuan batuan yang dapat diamati mulai dari desa Cipanas hingga
ke Bendungan Saguling, yaitu : Satuan Batuan Batugamping (Formasi Rajamandala),
Satuan Batuan Batupasir selangseling Serpih (Formasi Citarum) dan Satuan Batuan
Breksi (Formasi Saguling) dan Satuan Batuan Lempung selangseling Batupasir
(Anggota Cibanteng Formasi Saguling).

Gambar 3.10 Lintasan pengamatan dan pengukuran singkapan batuan Daerah


Saguling (Desa Cipanas Bendungan Saguling)

Copyright@2009 By Djauhari Noor 49


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Gambar 3.11 adalah sketsa penampang stratigrafi lintasan daerah Saguling yang
menunjukan hubungan antar satuan batuan (formasi) dan struktur geologi yang
mengontrol hubungan antar satuan batuan dari yang tertua hingga termuda, yaitu
antara Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala dan Formasi Citarum serta Formasi
Saguling.

Gambar 3.11 Penampang stratigrafi lintasan Daerah Saguling (Desa Cipanas


Bendungan Saguling)

Gambar 3.12 adalah sketsa hasil pengamatan stratigrafi di daerah ampiteater Ciletuh,
Jawa Barat. Pengamatan dilakukan mulai dari bagian atas ampiteater Ciletuh hingga
ke Cikadal (Muara S. Ciletuh). Disepanjang lintasan ini tersingkap satuan batuan dari
Formasi Jampang (batupasir tufan dan breksi), Formasi Bayah (pasir konglomeratan
dan lempung) Formasi Ciletuh (breksi, batupasir greywacke, lempung), dan Melange
Ciletuh (filit).

Hubungan stratigrafi antara Melange Ciletuh dengan Formasi Ciletuh diperkirakan


adalah selaras, sedangkan hubungan antara Formasi Ciletuh dengan Formasi Bayah
diatasnya juga selaras, sedangkan antara Formasi Bayah dengan Formasi Jampang
diatasnya tidak selaras (lihat sketsa kolom stratigrafinya).

Gambar 3.12 Penampang stratigrafi lintasan Daerah Ampiteater Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat

Copyright@2009 By Djauhari Noor 50


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Gambar 3.13 adalah penamang stratigrafi lintasan Batuasih Gunung Walat yang
memperlihatkan hubungan antara Formasi Bayah, Formasi Batuasih dan Formasi
Rajamandala. Hubungan stratigrafi antara Formasi Bayah dengan Formasi Batuasih
diatasnya adalah tidak selaras, sedangkan hubungan Formasi Batuasih dengan
Formasi Rajamandala diatasnya adalah selaras.

Profil Pengamatan Stratigrafi


Lintasan Batuasih - Cibadak

Gambar 3.13 Penampang stratigrafi lintasan Desa Batuasih Gn. Walat, Cibadak, Jawa Barat

3.5 Korelasi Stratigrafi


Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik kesamaan
waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan
kesamaan waktu. Adapun maksud dan tujuan dari korelasi stratigrafi adalah untuk
mengetahui persebaran lapisan-lapisan batuan atau satuan-satuan batuan secara
lateral, sehingga dengan demikian dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh
dalam bentuk tiga dimensinya.

Berikut ini adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara
lain:

1. Korelasi Litostratigrafi
2. Korelasi Biostratigrafi
3. Korelasi Kronostratigrafi

1 Korelasi Lithostratigrafi

Korelasi litostratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan lapisan-lapisan


batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya. Catatan: Satu lapis batuan
adalah satu satuan waktu pengendapan.

Copyright@2009 By Djauhari Noor 51


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Gambar 3.14 Korelasi litostratigrafi antara batugamping


pada kolom A dan batugamping pada
kolom B

Contoh: Korelasi Litostratigrafi

SUMUR-1 SUMUR- 2

Lempung

Lempung

Napal

Napal

Batugamping

Batugamping
Batupasir

Breksi Batupasir

Konglomerat Konglomerat

Prosedur dan penjelasan:

1. Korelasi dimulai dari bagian bawah dengan melihat litologi yang sama.
2. Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis
litologi yang sama (Pada gambar diwakili oleh garis warna hitam).
3. Konglomerat pada Sumur-1 dikorelasikan dengan konglomerat pada
Sumur-2, demikian juga antara batupasir dan batugamping di Sumur-1
dengan batupasir dan batugamping dan lempung di Sumur-2.
4. Sebaran breksi di Sumur-1 ke arah Sumur-2 menunjukkan adanya
pembajian.
5. Kemudian dilanjutkan antara napal dan lempung di Sumur-1 dengan napal
dan lempung di Sumur-2.

Copyright@2009 By Djauhari Noor 52


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

2 Korelasi Biostratigrafi
Korelasi biostratigrafi adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan didasarkan
atas kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan.
Dalam korelasi biostratigrafi dapat terjadi jenis batuan yang berbeda memiliki
kandungan fosil yang sama.

Gambar 3.8 Korelasi litostratigrafi antara batuserpih


dengan batuserpih yang mengandung fosil
yang sama berumur Ordovisium

Contoh : Korelasi Biostratigrafi

SUMUR-1 SUMUR- 2

Lempung
Kumpulan Fosil M

Napal
Napal
Kumpulan Fosil M

Batugamping
Kumpulan fosil L

Batugamping
Batupasir Kumpulan fosil L
Kumpulan Fosil K

Batupasir
Serpih Kumpulan fosil K
Barren Fosil
Serpih
Kump. Fosil R
Lempung
Kump. Fosil R
Konglomerat

Prosedur dan penjelasan:

1. Korelasikan/hubungkan lapisan lapisan batuan yang mengandung


kesamaan dan persebaran fosil yang sama (Pada gambar diatas diwakili
oleh garis warna hitam).
2. Kandungan dan sebaran fosil pada batulempung di Sumur-1 sama dengan
kandungan dan sebaran fosil pada serpih di Sumur-2, sehingga
batulempung yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih yang
terdapat di Sumur-2.
3. Batupasir pada Sumur-1 mengandung kumpulan fosil K sedangkan pada
Sumur-2, batupasir juga mengandung kumpulan dan sebaran fosil K.

Copyright@2009 By Djauhari Noor 53


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Dengan demikian lapisan batupasir pada Sumur-1 dapat dikorelasikan


dengan batupasir pada Sumur-2.
4. Kandungan dan sebaran fosil pada lempung di Sumur-1 sama dengan
kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga lempung
yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan napal yang terdapat di
Sumur-2.

3. Korelasi Kronostratigrafi

Korelasi kronostratigrafi adalah menghubungkan lapisan lapisan batuan yang


mengacu pada kesamaan umur geologinya.

Prosedur dan penjelasan:

Prosedur korelasi kronostratigrafi adalah sebagai berikut:


1. Korelasikan/bubungkan titik titik kesamaan waktu dari setiap kolom yang ada
(Pada gambar diwakili oleh garis merah, dan garis ini dikenal sebagai garis
kesamaan umur geologi)
2. Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litoginya sama dan berada pada
umur yang sama, seperti Konglomerat pada Sumur-1 dengan konglomerat
pada Sumur-2, dikarenakan umur geologinya yang sama yaitu Miosen Bawah.
3. Pada kolom umur Miosen Tengah, batupasir pada Sumur-1 dengan batupasir
pada Sumur-2, dan batugamping pada Sumur-1 dan batugamping pada
Sumur-2 dapat dikorelasikan.
4. Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada
gambar diwakili oleh garis warna merah).

Contoh : Korelasi Kronostratigrafi (Geokronostratigrafi)

SUMUR-1 SUMUR- 2

Miosen Miosen
Atas Atas

Miosen
Tengah
Miosen
Tengah

Miosen
Bawah Miosen
Bawah

Copyright@2009 By Djauhari Noor 54


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

3.6 Contoh Korelasi

1. Soal Korelasi 3 Sumur Pemboran.

Gambar dibawah adalah kolom stratigrafi dari sumur sumur hasil pemboran, yaitu S-
1, S-2, dan S-3 dengan litologi seperti terlihat dalam setiap kolom. Pada setiap kolom
stratigrafi diberikan notasi angka 1, 2, 3, dan 4 dimana setiap angka mewakili batas
umur batuannya.

Adapun angka-angka tersebut adalah :


1 = batas atas umur Kapur
2 = batas atas umur Oligosen
3 = batas atas umur Miosen
4 = batas atas umur Pliosen

2. Pertanyaan:
a. Buat korelasi dari ketiga sumur: S-1, S-2, dan S-3 secara lengkap (untuk
korelasi garis umur gunakan tinta merah atau pensil warna merah).
b. Tentukan Jenis hubungan antara batuan metamorf dengan batuan sedimen
diatasnya ?
c. Jelaskan mana bagian yang mengalami transgresi/regresi ?
d. Tentukan juga bagian mana berupa daratan dan mana bagian lautan, jika
sumur S-1 adalah arah Barat dan sumur S-3 adalah arah Timur ?

3. Prosedur penyelesaian :

1) Mengkorelasikan batas-batas umur batuan dengan cara menghubungkan


angka-angka yang sama pada setiap sumur dengan cara membuat garis
dengan tinta/pensil warna merah.
2) Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litologinya sama dan berada
diantara garis umur yang sama. Pada gambar dibawah ditunjukkan oleh
konglomerat pada Sumur-1 dengan konglomerat pada Sumur-2, dan
konglomerat di Sumur-3 yang berada dalam waktu pengendapan yang sama,
yaitu Oligosen. Demikian juga antara batugamping di Sumur-1 dengan
batugamping di Sumur-2 dan pelamparan batugamping ke arah sumur-3
menipis atau membaji, sedangkan batupasir dan batulempung di Sumur-3
secara lateral membaji ke arah Sumur-2.
3) Prinsip korelasi batuan dapat dilakukan untuk batuan-batuan yang berada
dalam kisaran umur Miosen dan Pliosen.
4) Hubungan antar batuan ditentukan oleh waktu pengendapan batuan, dengan
demikian terdapat hubungan ketidakselarasan antara batuan berumur
Kapur dengan batuan diatasnya yang berumur Oligosen , sedangkan
hubungan batuan umur Oligosen, Miosen dan Pliosen adalah selaras.
5) Untuk menentukan Transgresi dan Regresi, maka harus dilihat urutan vertikal
dari setiap sumur. Urutan vertikal transgresi akan diperlihatkan oleh litologi
dengan ukuran butir menhalus kearah atas, sedangkan Regresi mempunyai
urutan mengkasar kearah atas.

Copyright@2009 By Djauhari Noor 55


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Copyright@2009 By Djauhari Noor 56


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

S-3

S-1
S-2
4 4
4 Breksi
Batulempung
Lanau Batupasir

Batupasir

Lanau
Konglomerat Batupasir
3
3 3 Batupasir
Lempung
Konglomerat 2
Lanau Konglomerat
Batupasir
Batupasir
Batupasir
2
2 Batugamping Batulempung

Batugamping 1
Konglomerat
Konglomerat 1
1
Metamorfik
Metamorfik
Metamorfik

Copyright@2009 By Djauhari Noor 57


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

S-1 S-3
S-2
4 4
4 Breksi
Batulempung
Lanau Batupasir

Batupasir

Lanau
Konglomerat Batupasir
3
3 Batupasir
3 Lempung
Konglomerat 2
Lanau
Batupasir
Konglomerat
Batupasir
Batupasir
2
Batugamping
2 Batulempung
Batugamping 1
Konglomerat

Konglomerat
1

1 Metamorfik
Metamorfik
Metamorfik

Copyright@2009 By Djauhari Noor 58


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

4. Jawaban Soal Kasus Korelasi

1. Hasil korelasi dapat di lihat pada gambar diatas.

2. Hubungan antara batuan metamorf dengan batuan sedimen diatasnya


adalah tidak selaras (Antara umur Kapur dan umur Oligosen terdapat
rumpang waktu yang cukup lama, yaitu Paleosen hingga Eosen) dengan
jenis ketidak selarasan bersudut (angular unconformity).

3. Pada sumur S-1 atau bagian Barat memperlihatkan urutan stratigrafi


vertikal yang butiran sedimennya menghalus keatas, yaitu konglomerat-
batugamping; batupasir-lanau-batulempung; dan konglomerat-batupasir-
batulempung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bagian Barat
terjadi transgresi (genang laut) sedangkan pada sumur S-2 terlihat urutan
stratigrafi vertikalnya mengasar ke atas, yaitu mulai dari batulempung-
batupasir-konglomerat; serpih, batupasir-breksi. Dengan demikian di
sumur S-3 (Timur) terjadi regresi (susut laut).

4. Berdasarkan dari stratigrafi pada S-1 dan S-3, sejak kala Oligosen hingga
Pliosen, bagian barat sebagai lautan dan bagian timur sebagai daratan.

3.7 Soal Latihan Korelasi

Soal No.1: Korelasikan kolom stratigrafi S1 dan S2 dibawah ini. Garis warna merah
merupakan batas umur untuk setiap satuan stratigrafi pada setiap
kolom.

S-1 S-2

Miosen
Tengah

Miosen
Tengah

Miosen
Awal

Miosen
Awal

Oligosen

Oligosen

Copyright@2009 By Djauhari Noor 59


Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi
___________________________________________________________________________________

Soal No.2 : Pada gambar dibawah diberikan 3 kolom stratigrafi dari sumursumur
hasil pemboran, yaitu S-1, S-2, dan S-3 dengan litologi seperti terlihat
dalam setiap kolom. Dalam setiap kolom stratigrafi pada setiap sumur
diberikan notasi angka 1, 2, 3, dan 4 dimana setiap angka mewakili
batas umur batuannya. Adapun angka-angka tersebut adalah :
1 = batas atas umur Kapur
2 = batas atas umur Miosen Awal
3 = batas atas umur Miosen Tengah
4 = batas atas umur Pliosen Akhir

Pertanyaan:

1. Buat korelasi dari ketiga sumur: S-1, S-2, dan S-3 secara lengkap
(untuk korelasi garis umur gunakan tinta merah atau pensil warna
merah).
2. Tentukan Jenis hubungan antara batuan metamorf dengan batuan
sedimen diatasnya ?
3. Jelaskan mana bagian yang mengalami transgresi/regresi ?
4. Tentukan juga bagian mana berupa daratan dan mana bagian
lautan, jika sumur S-1 adalah arah Barat dan sumur S-3 adalah arah
Timur ?

S-1 S-2 S-3


4 4 4
Batulempung
Lanau Batupasir

Batupasir
Batupasir Tuff

Konglomerat
3
3
Konglomerat
Batulempung 3 Batupasir
2
Lanau Batupasir
2 Konglomerat
Batupasir Batugamping
2
Batulempung
Batugamping Konglomerat 1
1

Konglomerat Metamorfik
Metamorfik
1

Metamorfik

Copyright@2009 By Djauhari Noor 60

Das könnte Ihnen auch gefallen