Sie sind auf Seite 1von 5

BAB III

Serangan Strategis
Lebih baik menawan musuh secara utuh dan bukan menghancurkannya. Kemenangan bukan
sekedar menghancurkan musuh melainkan tentang menjadi lebih kuat. Kemenangan berarti
meminimalkan sumberdaya. Akan lebih baik jika seseorang dapat menang tanpa mengumpulkan pasukan!
karena alasan inilah, ia lebih banyak memusatkan perhatian pada penggunaan strategi konfrontasi tidak
langsung (diplomasi) dan memenangkan hati musuh.
Menangkap Seluruhnya secara Utuh
Ada kebutuhan untuk mempertahankan sumberdaya dan meminimalkan pengeluaran
3.1 Pada umumnya, dalam melancarkan peperangan, menangkap seluruh bangsa secara utuh merupakan
strategi yang lebih baik; menghancurkan dan meluluh-lantakan bangsa itu adalah pilihan lebih lemah
3.2 Menangkap seluruh divisi secara utuh adalah strategi yang lebih baik; menghancurkan divisi itu
adalah opsi yang lebih lemah
3.3 Menangkap seluruh battalion secara utuh merupakan strategi yang lebih baik; menghancurkannya
adalah opsi yang lebih lemah
3.4 Menangkap seluruh kompi secara utuh adalah suatu strategi yang lebih baik; menghancurkannya
adalah opsi yang lebih lemah
3.5 Menangkap seluruh seksi secara utuh adalah strategi yang lebih baik; menghancurkannya adalah opsi
yang lebih lemah
3.6 Jadi, bertempur dalam seratus pertempuran dan memenangkan seratus kemenangan bukanlah suatu
cerminan strategi yang hebat
3.7 Kemampuan untuk mengalahkan musuh tanpa pertempuran sama sekali adalah cerminan strategi yang
paling hebat
Ada beberapa alasan bagus untuk menawan musuh secara utuh daripada menghancurkannya
dengan kekuatan brutal. Pertama, kemenangan mungkin datang setelah membebani diri sendiri dengan
biaya tinggi, termasuk menyusutnya sumber daya negara dengan parah. Kedua, sementara musuh
mungkin tertekan dengan kekuatan brutal, tidak ada jaminan anda dapat menaklukan kehendak dan
tekadnya. Sebaliknya, anda mungkin akan membangkitkan amarahnya dan meningkatkan dendamnya
kepada anda. Seorang musuh yang merasa direndahkan tidak akan ragu lagi untuk menyerang balik ketika
kesepatan muncul. Akhirnya taktik orang besar penekan kaum lemah dapat memunculkan orang-orang
yang bersimpati pada musuh yang dikalahkan. Negara-negara lain bisa bersatu untuk melawan anda.
Empat Tahap dalam Serangan Strategis
1. Menang melalui penyusunan strategi. Ini berarti mengalahkan musuh pada setiap tahap pembuatan
rencana dan strategi sedemikian rupa sehingga ia bahkan tidak akan berani bergerak. Tujuan
keseluruhannya didorong oleh keinginan untuk menghindari konflik bersenjata apa pun.
3.8 Jadi, strategi yang paling hebat adalah menyerang berbagai rencana dan strategi musuh
2. Mengacaukan berbagai persekutuan strategis. Ini berarti mencegah musuh membentuk berbagai
persekutuan strategis melawan anda. Bahkan sebenarnya, dalam contoh ini, strategi ini juga
mencakup tindakan aktif untuk memecah-belah setiap persekutuan strategis yang sudah ada, yang
berlawanan dengan kepentingan anda.
3.9 Strategi berikutnya adalah menyerang berbagai hubungan dan persekutuannya dengan bangsa-bangsa
lain
3. Menyerang musuh secara langsung. Hal ini mencakup mengejar panglima tertinggi, para jenderal
penting, dan para perwira senior. Dalam pertempuran, ini dapat mencakup entah penculikan maupun
pembunuhan. Kadang kala ada kemungkinan untuk menyogok beberapa jenderal atau para perwira
kunci dari pihak musuh agar mereka bekerja untuk anda.
3.10 Strategi terbaiknya berikutnya adalah menyerang tentaranya
4. Menyerang habis-habisan kota-kota berbenteng. Sebagaimana telah ditekankan bahwa pilihan yang
paling tidak diutamakan dan hanya akan dilakukan bola semua alternative termasuk perundingan
telah gagal. Alasannya, diperlukan banyak perencanaan dalam hal waktu dan upaya untuk
melancarkan serangan terhadap kota-kota berbenteng. Selain itu, banyak warga sipil akan tewas juga.
Jika sang jenderal hilang ketenangannya dan melancarkan suatu serangan sebelum waktunya, jumlah
korban akan menjadi sangat banyak.
3.11 Strategi terburuk adalah menyerang kota-kota yang dikelilingi tembok
3.12 Seranglah kota-kota yang dikelilingi tembok bila tidak ada alternative lain
3.13 Persiapan tameng besar, kereta penyerang, dan berbagai peralatan serta senjata penyerang lainnya
paling sedikit memerlukan waktu tiga bulan
3.14 Pembangunan menara-menara pengintai akan membutuhkan waktu tambahan tiga bulan
3.15 Dalam kondisi demikian, jenderal yang bertugas bisa kehilangan ketenangannya dan menjadi tidak
mampu mengendalikan kesabarannya
3.16 Jadi, bahkan jika ia (jenderal) memerintahkan para prajuritnya untuk menyerang tembok-tembok
seperti semut, sepertiga dari mereka akan terbunuh dan kota itu masih belum tertaklukkan
3.17 Ini adalah konsekuensi yang membawa malapetaka akibat melakukan serangan demikian
Sun Zi juga membedakan ahli perang dari orang-orang yang sekedar maju berperang. Tiga prinsip
yang dipraktikan oleh sang pakar perang ini :
1. Menaklukan musuh tanpa harus bertempur. Ini dapat dicapai melalui pembuatan strategi secara
terampil.
3.18 Jadi, ahli perang mampu mengalahkan pasukan musuh tanpa harus bertempur
2. Menawan kota-kota tanpa harus menyerangnya. Ini dapat dicapai dengan mengalahkan musuh dengan
menggunakan pasukan yang jauh lebih unggul dan memaksanya menyerah.
3.19 Ia (sang ahli perang) mampu menaklukan kota-kota dari negara lain tanpa harus melancarkan
serangan
3. Menaklukan negara-negara tanpa membutuhkan waktu lama. Ini berarti kemenangan dalam waktu
singkat.
3.20 Ia (sang ahli perang) mampu merusak dan mengancurkan negara-negara orang lain tanpa
melancarkan operasi militer berkepanjangan
3.21 Ia (sang ahli perang) akan memusatkan perhatian pada penggunaan berbagai kebijakan dan strategi
yang efektif untuk menjaga agar segala sumberdaya negara itu tetap utuh, namun juga mampu bersaing
dengan negara-negara lain untuk meraih kedudukan tertinggi di dunia
3.22 Dengan demikian, para prajuritnya tidak kelelahan dan kemenangan serta perolehannya pun lengkap
3.23 Pada intinya, ini adalah serangan strategis
Aturan Bertempur
Ketika tiba saatnya bagi konfrontasi yang sesungguhnya dengan musuh, Sun Zi mengajarkan
beberapa aturan bertempur yang pragmatis :
1. Bila jumlah pasukan anda lebih besar daripada musuh dengan perbandinga 10:1, anda harus
mengepungnya. Keunggulan dalam jumlah dan kekuatan itu saja akan membuat musuh menyerah
tanpa bertempur secara langsung. Keunggulan yang luar biasa dari pasukan juga akan membuat
pasukan penyerang mampu memotong semua rute pasokan dan dukungan pihak musuh dan
mencegahnya mendapat bantuan. Secara efektif, dengan mengepungnya, musuh akan terdesak dan
menyerah.
3.24 Dengan demikian, prinsip penempatan prajurit adalah sebagai berikut : ketika berjumlah lebih besar
dari musuh sepuluh banding satu, kepunglah ia
2. Bila jumlah pasukan anda lebih besar daripada musuh dengan perbandingan lima banding satu,
seranglah ia. Jelas, masih ada keuntungan yang relative besar dalam hal jumlah mengingat
kebijaksanaan militer konvensional menganjurkan suatu perbandingan tiga banding satu untuk setiap
misi penyerangan. Dalam hal ini, perbandingannya lebih dari cukup.
3.25 Ketika berjumalh lebih besar dari musuh lima banding satu, seranglah ia
3. Bila jumlah pasukan anda lebih besar daripada musuh dengan perbandingan dua banding satu lebih
baik anda mengalihkan perhatiannya sebelum melancarkan serangan apa pun. Di sini, penggunaan
strategi militer untuk mengecoh musuh tentang rencana penyerangan anda menjadi penting untuk
mendapatkan keunggulan yang menentukan.
3.26 Ketika berjumlah lebih besar dari musuh dua banding satu, pecahbelahlah ia
4. Bila jumlah pasukan anda sama dengan musuh, pasukan penyerang masuh bisa mempertimbangkan
dengan hati-hati apakah ia akan bertempur dengan musuh. Jika pasukan penyerang memiliki jenderal-
jenderal yang lebih ahli, prajurit yang terlatih, pasokan dan perbekalan yang lebih banyak, serta
peralatan yang lebih baik, anda bisa saja langsung menyerang musuh. Jika tidak, anda harus
mempertimbangkan pilihan lain. Ini karena musuh berada dalam posisi bertahan dan doktrin militer
konvensional mengajarkan bahwa pasukan penyerang harus memiliki jumlah yang lebih besar
sebelum melancarkan serangan.
3.27 Ketika jumlahnya kurang lebih sama dengan musuh, adalah mungkin untuk menyerangnya
5. Bila jumlah pasukan anda lebih kecil dari musuh, kemampuan untuk melarikan diri menjadi penting.
Ini karena berbagai opsi yang dibahas dalam poin 1-4 di atas sekarang menjadi milik musuh. Namun,
harus ditekankan bahwa ini tidak berarti bahwa pasukan yang lebih kecil tidak mampu menyerang
pasukan yang lebih besar. Kuncinya adalah pasukan itu harus mampu meloloskan diri setelah
melancarkan suatu serangan mendadak. Ini adalah filosofi yang mendasarkan perang geriliya.
3.28 Ketika jumlahnya lebih kecil dari musuh, jadilah mampu untuk melarikan diri
6. Bila jumlah pasukan anda kalah jauh dari pasukan musuh, pilihan terbaik adalah menghindari
pertemuan dengan musuh. Sebagaimana ditekankan oleh Sun Zi, tak peduli betapa keras kepalanya
dan tahan bantingnya suatu pasukan kecil, pada akhirnya pasukan itu akan menyerah kepada pasukan
yang lebih besar dan kuat.
3.29 Ketika jumlahnya jauh lebih kecil daripada musuh jadilah mampu untuk menghindarinya
3.30 Tak peduli betapa pun keras kepala, tahan banting, dan kuatnya tekad sebuah pasukan yang lebih
kecil dan lebih lemah, pasukan itu akhirnya akan ditaklukkan oleh pasukan yang lebih besar dan kuat
Pendek kata, aturan bertempur diajarkan terutama untuk memastikan bahwa angkatan bersenjata, entah
dalam posisi menyerang atau bertahan, memahami kebutuhan untuk memperoleh keunggulan relative atas
pasukan lawan.
Pentingnya Kepemimpinan
Jenderal merupakan kunci untuk menentukan apakah suatu negara aja menjadi kuat atau lemah.
3.31 Sekarang, sang jenderal bagaikan penjaga negara
3.32 Jika penjaganya adalah seorang yang cermat dan memerhatikan detail, negara itu akan menjadi kuat
dan perkasa
3.33 Jika penjaganya penuh dengan cacat karakter, negara itu akan menjadi lemah dan rapuh
3.34 Jadi, ada tiga jalan di mana penguasa dapat menciptakan bencana bagi pasukannya
1. Mencampuri komando dan gerakan militer ketika ia tidak memiliki pengetahuan tentang masalah itu.
3.35 Ketika tidak mengetahui bahwa pasukan seharusnya tidak maju, malah memerintahkan untuk maju
3.36 Ketika tidak tahu bahwa pasukan seharusnya tidak mundur, malah memerintahkan untuk mundur
3.37 Ini serupa denga campur tangan dalam komando dan gerakan militer
2. Mencampuri administrasi angkatan bersenjata ketika ia tidak tahu menahu mengenai urusan seperti
itu.
3.38 Ketika tidak mengetahui urusan musuh saat berpartisipasi dan mencampuri administrasi pasukan
3.39 Ini menyebabkan para perwira dan prajurit bingung dan sulit dimengerti
3. Mencampuri otoritas dan tanggung jawab militer ketika ia hanya memiliki sedikit pengetahuan
tentang itu.
3.40 Ketika tidak tahu mengenai persoalan yang menyangkut pelaksanaan otoritas militer, malah
melakukan campur tangan dalam pelaksanaan berbagai tanggung jawab
3.41 Ini menimbulkan kekhawatiran dan skeptisme di benak para perwira dan prajurit
3.42 Jika pasukan merasa bingung dan sulit mengerti, juga khawatir dan skeptic, para panglima perang
dari negara-negara tetangga pasti akan menciptakan kesulitan
Ada beberapa poin penting di sini
Pertama, Sun Zi sebenarnya berpendapat bahwa sebagai hasil dari kekacau balauan dan
kebingungan yang muncul dari campur tangan yang bodoh dari penguasa, suatu negara bisa kalah dari
musuh karenan kesalahan itu.
3.43 Ini seperti peribahasa : suatu pasukan yang kebingungan dan kacau balau memberikan kemenangan
pada musuhnya
Dengan kata lain, negara bisa saja memiliki suatu angkatan bersentajat kuat dengan jenderal yang
andal, prajurit terlatih baik dan sistem persenjataan unggul, tetapi akibat keadaan kacau balau,
membingungkan, dan terpecah-belah, negara itu bisa kalah perang.
Kedua, berdasarkan baris 3.34-3.41 Sun Zi secara tidak langsung mengajarkan konsep
pemberdayaan. Untuk memenangkan pertempuran, penguasa harus percaya pada kemampuan jenderal
yang berada di garis depan.
Akhirnya, berdasarkan pendapatnya dari 3.35-3.49, Sun Zi dengan jelas mengakui pemisahan
otoritas sipil dari kepemimpinan militer. Hubungan simbiosis mereka juga digambarkan di sini. Selama
masa damai, pemerintahan sipil akan mendominasi dan menggantikan kepemimpinan militer. Namun,
ketika saat perang tiba, pemerintahan sipil harus belajar mengandalkan kepemimpinan militer dan
menghindari campur tangan dalam hal komando dan jalannya pertempuran. Setiap penyalahgunaan
otoritas oleh pemerintahan sipil akan membawa berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan dan
memengaruhi sang jenderal dalam memenangkan pertempuran.
Cara Meramalkan Kemenangan
3.44 Jadi, ada lima cara untuk meramalkan kemenangan
1. Seorang jenderal harus memeliki suatu naluri yang kuat mengenai penentuan waktu dalam
memutuskan kapan waktu yang tepat untuk bertempur melawan musuh. Jelas, ia bisa memiliki suatu
insting yang lebih baik dalam hal penentuan waktu jika ia memiliki pengetahuan yang baik mengenai
musuh. Namun, pada akhirnya, ialah yang harus memutuskan untuk bertindak atau tidak
3.45 Ia yang tahu kapan ia dapat terlibat dalam pertempuran dan kapan tidak melakukannya akan menang
2. Seorang jenderal harus tahu bagaimana menempatkan berbagai tipe dan ukuran pasukan yang
berbeda-beda. Ini mencakup memiliki kemampuan untuk menilai dan mengadu pasukannya melawan
pasukan musuh.
3.46 Ia yang memahami bagaimana menempatkan pasukan yang besar dan kecil (sesuai keadaan
pertempuran) akan menang
3. Seorang jenderal harus mampu mempersatukan para prajurit dan perwiranya. Faktor manusia dalam
peperangan sangatlah penting dan kemampuan jenderal untuk memotivasi para prajuritnya dapat
menciptakan perbedaan besar dalam pertempuran.
3.47 Ia yang mampu menyatukan dirinya sendiri dengan para perwira dan prajuritnya sehingga menjadi
satu pikiran, semangat dan tujuan akan menang
4. Seorang jenderal harus siap dan proaktif sepanjang waktu untuk menangkap berbagai kesempatan dan
memanfaatkan berbagai kelemahan musuh. Tidak ada musuh yang akan mengungkapkan
kelemahannya. Hanya jenderal yang penuh perhatian dan cerdik yang mampu menggali semua itu.
3.48 Ia yang proaktif dan memiliki persiapan yang baik, serta menunggu musuh yang tidak siap akan
menang
5. Seorang jenderal harus mampu melaksanakan komando sepenuhnya tanpa campur tangan politis dari
atas.
3.49 ia (sang jenderal) yang cakap dan tidak harus menghadapi campur tangan seorang penguasa akan
menang
3.50 Kelima faktor ini memberikan kunci dan dasar pemikiran untuk meramalkan dan memahami
kemenangan
Kenali Pihak Lain, Kemudian Kenali Diri Sendiri
3.51 Jadi di sini dikatakan : Ia yang mengenal pihak lain (musuh) dan mengenal dirinya sendiri, tidak
akan dikalahkan dalam seratus pertempuran
Ada alasan logis dalam hal ini
Pertama, dalam peperangan, keungkinan untuk menang atau kalah sangat tergantung pada dengan
siapa anda bertempur. Jika musuh jauh lebih kuat, tentu dalam perbandingan ini anda jauh lebih lemah.
Dengan kata lain, entah apakah anda kuat atau lemah, itu tidak tergantung dari diri anda sendiri, tetapi
musuh.
Kedua, dalam hal sumberdaya dan pasukan yang ada, anda secara relative statis. Sebaliknya,
musuh yang berbeda-beda akan memiliki sumberdaya dan kemampuan yang berbeda pula, yang mungkin
atau mungkin tidak lebih tinggi dari anda. Jadi, penting bagi kita untuk menganalisis musuh.
Ketiga, dengan mengetahui musuh terlebih dahulu, anda akan belajar menghindari kekuatannya
dan menyerang di daerah kelemahannya.
Intinya, dalam peperangan, musuh senantiasa berubah. Sungguh, tidak ada muisuh yang selalu
konstan. Dengan memusatkan perhatian kepada musuh, sang jenderal akan dipaksa untuk lebih
responsive, adaptif dan fleksibel dalam mengembangkan strateginya.
3.52 Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) tetapi mengenal dirinya sendiri memiliki suatu peluang
yang seimbang untuk menang atau kalah
3.53 Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) dan dirinya sendiri cenderung kalah dalam setiap
pertempuran
Kenali diri sendiri, kenali pihak lain, seratus pertempuran, seratus kemenangan

Das könnte Ihnen auch gefallen