Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
(TESIS)
OLEH
SEFTALINA
By:
SEFTALINA
OLEH:
SEFTALINA
Kasus diare pada balita merupakan salah satu masalah kesehatan dan merupakan
penyakit yang disebabkan karena sosiodemografis (pendidikan, usia perkawinan,
pekerjaan dan pendapatan), kondisi lingkungan (sumber air minum, kondisi
jamban, tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah) dan perilaku
kesehatan menjadi faktor yang terkait dengan diare pada anak balita. Penelitian ini
dilakukan pada Agustus-September 2016 melalui penelusuran data primer yang
terdiri dari data pendidikan, usia perkawinan, pekerjaan, pendapatan, sumber air
minum, kondisi jamban, tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah dan
perilaku kesehatan. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat,
bivariat dan multivariat. Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh tingkat
pendidikan (p= 0,034), pendapatan (p= 0,025), penggunaan sumber air minum
(p= 0,029), kondisi SPAL (p= 0,000), kondisi jamban (p= 0,000), kondisi tempat
sampah (p= 0,000) dan perilaku kesehatan (p=0,000) terhadap kejadian diare pada
balita. Adapun usia (p=0,320) dan pekerjaan (p=0,274) tidak ada pengaruh
terhadap kejadian diare. Secara multivariate faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian diare pada balita adalah kondisi SPAL, kondisi jamban, kondisi tempat
sampah dan perilaku kesehatan dan variabel SPAL memberikan pengaruh yang
paling dominan (p=0,000; OR=4,79; dan R2=0,345). Dari hasil penelitian
direkomendasikan untuk melakukan pencegahan melalui 5 pilar STBM dan upaya
promosi kesehatan implementasinya sepenuhnya melibatkan masyarakat.
Oleh
Seftalina
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS
Pada
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan
Program Pasca Sarjana Universitas Lampung
Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 17 September 1973, sebagai anak
kedelapan dari sembilan bersaudara, dari Bapak Numroh Ali dan Ibu Masitoh.
Penulis lulus Sekolah Dasar di SDN 1 Kota Metro pada tahun 1986, lulus
Sekolah lanjutan Tingkat Pertama di SMPN 1 Kota Metro pada tahun 1989, lulus
Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Tanjung Karang pada tahun 1992, kemudian
lulus pada Akademi Penilik Kesehatan (Akademi Kesehatan Lingkungan Tanjung
Karang pada tahun 1996, setelah itu melanjutkan kembali pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu lulus
pada tahun 2006. Penulis pernah bekerja pada Instansi Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu dari tahun 1997 s.d 2010, Setelah itu penulis bekerja di Instansi Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung sampai dengan sekarang. Penulis pada tahun
2014 terdaftar sebagai mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Lampung.
SANWACANA
Tesis ini dibuat untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Magister Sains pada
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Lampung. Pada proses
penyusunan tesis ini, Penulis banyak mendapatkan bantuan berupa petunjuk,
bimbingan, saran, maupun support dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis
ingin mengucapakan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Dyah Wulan S.R Wardani, SKM, M.Kes, selaku pembimbing utama
atas kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, bantuan dan saran
dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Dr. Erdi Suroso, S.T.P, M.T.A, selaku pembimbing kedua, yang telah
memberikan bimbingan, bantuan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku pembahas atas kesediaannya
memberikan saran dan masukannya.
4. Kedua orang tuaku tercinta yang sudah tiada selalu mendoakan, perhatian
dan kasih sayangnya untuk keberhasilanku.
5. Suami tercinta Heri Wahyudi SN, S.IP yang telah banyak membatu dalam
penulisan tesis dan Putriku Aqiila Putri Nabiilah yang selalu meberikan
semangat.
6. Bapak Dr.Edwin Rusli, MKM, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandara
Lampung yang telah memeberikan rekomendasi kepada penulis untuk dapat
mengikuti pendidikan sebagai peserta Tugas Belajar dari Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung.
7. Bapak dan Ibu Dosen program Studi Magister Ilmu Lingkungan
8. Sahabat-sahabat MIL angkatan 2014 dan 2015
9. Pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menyusun tesis ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan untuk semua kebaikannya. Dan besar
harapan penulis tesis ini dapat bermanfaat untuk kita semua, Amin.
SEFTALINA
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................ ii
SANWACANA ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Tabel Halaman
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian. Hampir seluruh daerah geografis dunia dan semua kelompok usia
diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama
didapatkan pada bayi dan anak balita. Angka kejadian diare menurut WHO
pada anak di dunia mencapai satu miliar kasus tiap tahun, di negara Amerika
Utara anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali pertahun sementara diare
hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor
satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan
tahun 2012 angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per 1.000
penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000 penduduk
(Kajian Morbiditas Diare 2012). Menurut data Riset Kesehatan Dasar Tahun
gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita
dengan jumlah penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%).
Sedangkan pada tahun 2014 terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6
orang (CFR 1,14%). Salah satu provinsi yang mengalami KLB adalah Provinsi
Provinsi Lampung sebesar 3,7% yang menempati urutan ketiga secara nasional
setelah Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Temuan kasus diare
di Provinsi Lampung pada Tahun 2014 sebanyak 174.735 kasus dimana jumlah
Insidens rate diare pada lima tahun terakhir Kota Bandar Lampung cenderung
menurun, tahun 2008 sebesar 3.66%, tahun 2009 menurun menjadi 2,98%,
tahun 2010 sebesar 2,85%, tahun 2011 meningkat tajam yaitu 9,35% dan
tahun 2012 kembali menurun menjadi 2,09% (Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung Tahun 2014). Kasus Diare di Kota Bandar Lampung berada diurutan
di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 sebanyak 17.605 kasus, pada tahun
kecamatan dan 30 Puskesmas. Dari data Dinas Kesehatan kasus penyakit diare
diare yaitu sebanyak 1182 kasus (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung,
2015).
tempat ditentukannya wilayah ini sebagai lokasi penelitian ini. Wilayah kerja
sebagian besar penduduk di wilayah ini tinggal di daerah pesisir pantai serta
lingkungan menjadi kotor selalu mengalami banjir pada musim hujan dan
Kecamatan Bumi Waras adalah PNS, nelayan, buruh pabrik dan pedagang.
Dari data Puskesmas Sukaraja diketahui jumlah kasus diare pada tahun 2014
sebanyak 1.182 kasus dan diare pada balita sebanyak 344 kasus atau (29%).
Pada tahun 2015 sebanyak 971 kasus, dengan jumlah diare pada balita
sebanyak 401 kasus atau (41%). sedangkan target MDGs tahun 2015 < 32 per
1000 Kelahiran Hidup, hal ini berarti angka kejadian diare pada balita di
wilayah Puskesmas Sukaraja masih tinggi dan belum mencapai target MDGs
penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan,
yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya
diare pada balita diantaranya, faktor infeksi, faktor mal-absorbsi dan faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor gizi, dan faktor sosial ekonomi (Suharyono,
2008).
langsung dapat menjadi pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent,
kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan Air Susu Ibu selama
yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja,
kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan
pembuangan tinja dengan diare di Daerah Aliran Sungai Tondano dan tidak
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan orang tua, usia ibu,
bahwa status yang rendah sosial ekonomi, praktik sanitasi yang buruk, status
berulang.
pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada
balita. Tingkat pendidikan ibu yang rendah menjadikan mereka sulit diberitahu
tingkat pendapatan dengan kejadian diare pada balita. Keluarga dengan tingkat
Hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015
dan 16 Agustus 2015 di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja, untuk sumber air
Untuk kondisi jamban yang memenuhi syarat sebanyak 40%. Kondisi tempat
air limbah yang memenuhi syarat sebanyak 35%. Dari segi pendapatan
rendah. Kebanyakkan balita yang mudah menderita diare berasal dari keluarga
Perilaku ibu yang buruk dalam pencegahan diare akan meningkatkan risiko
kejadian diare pada anak balita di Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar
Lampung.
1.3. Tujuan
perilaku manusia dan kejadian diare pada anak balita di Kecamatan Bumi
Waras.
pekerjaan ibu, umur ibu, usia perkawinan) terhadap kejadian diare pada
1.4. Manfaat
diare pada anak balita sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan
ibu, pekerjaan ibu, umur ibu dan perilaku ibu yang berhubungan dengan
Kasus diare pada balita merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu
penyakit yang banyak disebabkan karena kondisi lingkungan yang buruk dan
perilaku kesehatan yang kurang baik serta kondisi demografis pada masyarakat
dengan diare adalah sumber air minum, kondisi jamban, tempat sampah dan
timbulnya penyakit diare tersebut digambarkan dalam gambar 1.1 di bawah ini:
10
Perilaku Ibu
Sanitasi Lingkungan
- Sumber air minum
- Kondisi Jamban
- Kondisi tempat sampah
- Kondisi saluran pembuangan air
limbah
1.7 Hipotesis
d. Ada pengaruh usia perkawinan ibu terhadap kejadian diare pada anak
2. a. Ada pengaruh sumber air minum terhadap kejadian diare pada anak
2.1.1 Pengertian
Menurut World Health Organization diare didefinisikan sebagai buang air cair
tiga kali atau lebih dalam sehari semalam. Diare adalah suatu kondisi dimana
seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010). Menurut Soegijanto (2002:
73), diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali
o
atau lebih dalam dua puluh jam pertama, dengan temperatur rectal diatas 38 C
dan muntah. Diare adalah berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 x atau
lebih dalam sehari) dan berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air saja,
2008).
Menurut Widjaja (2002), Penyakit diare diartikan sebagai buang air encer lebih
dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini
pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh Penyakit diare, baik
balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan
kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006).
karena sebab-sebab lain, tetapi yang sering ditemukan adalah diare yang
gangguan fungsi saluran cerna sehingga timbul diare, penyebab lain adalah
gangguan non infeksi dalam saluran cerna seperti makanan atau minuman yang
a. Virus, Rotavirus
Imunodefisiensi
1. Faktor infeksi
f. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan
g. Keracunan makanan
2. Faktor Malabsorpsi
berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada
lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak
3. Faktor Makanan
anak-anak balita.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada
1. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
2. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
3. Diare persisten
Diare secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
a) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun
meninggi.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang
dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%.
Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi
berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu,
yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah
18
membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak
golongan balita.
Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
2015).
suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
tertentu (Lembaga Demografi FE UI, 2000). Dalam pengertian yang lebih luas,
19
sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, umur ibu
(Mahyudin, 2013).
20
dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan, semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan kematian
ibu (Widyastuti, 2005). Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal
dari pendidikan orang tuanya yang rendah (Suharyono, 2008). Seorang ibu
sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan
risiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu
serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi
Sifat manusia yang dapat membawa perbedaan pada hasil suatu penelitian atau
yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal hubungan
penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain yang dapat
paling besar. Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang
21
dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat
yang dipakai untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan
variabel umur menjadi mudah dilihat (Widyastuti, 2005). Umur adalah variabel
ayat 1 berbunyi Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur
16 (enam belas) tahun. Surya (2015) Batas usia minimal 21 tahun itu
kemiskinan, untuk menjadi seorang ibu akan rentan apabila mempunyai anak
balita terkena diare. Usia pernikahan berpengaruh terhadap calon ibu karena
semakin tinggi persentase anak yang diare yang mendapat perawatan dari
keluarga. Hal ini terlihat dari ketidak mampuan ekonomi keluarga untuk
status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan terjangkitnya
seseorang untuk terkena diare (Berg, 1986). Pada ibu balita yang mempunyai
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri
dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan
manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi,
tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-
kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.
Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus mempunyai
persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia
(Notoatmodjo, 2003).
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak
penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan
dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan
tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam
antara lain:
24
a) Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah. Misalnya
b) Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal
atau air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang diperoleh
pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam. Misalnya air sumur, air
c) Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju.
b) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup
e) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
d. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat
120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu
dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air
26
ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila
dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di
tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat
tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar,
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga
(Wibowo, 2004).
Menurut hasil penelitian Irianto (1996), anak balita yang berasal dari
septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan
keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi
di kota dan 8,9% di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluarga
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya
28
organik
sampah rumah tangga. Menurut Winarsih (2009: 62), syarat tempat sampah
4) Tidak terjangkau oleh vektor seperti tikus, kucing, lalat dan sebagainya.
5) Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak
penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu mencemari udara, air dan
tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis dan lainnya
tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu setiap
berseraknya sampah.
sampah.
limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
merupakan air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga
hidup.
digunakan untuk membuang air, buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan
31
lain-lain bukan dari jamban atau peturasan (Dinkes Kota Bandar Lampung,
a. Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih
minimal 10 meter).
Menurut Octavia J.M, (2015) Ibu sebagai pengasuh dan yang memelihara
balita merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare.
Hal ini disebabkan karena perilaku ibu yang kurang baik. Perilaku ibu
pemahaman ibu baik dalam mencegah ataupun merawat balita yang menderita
penyakit diare, karena tangan merupakan media yang sangat berperan dalam
menyuapkan makanan pada anak, setelah buang air besar dapat meningkatkan
32
2006).
antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bulan
pertama ASI tidak diteruskan sampai dua tahun. ASI mengandung antibodi
beberapa jam pada suhu kamar, makanan dapat tercemar oleh kuman.
d. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan dirumah. Pencemaran air dapat terjadi
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak. Atau tidak mencuci tangan sebelum makan atau sebelum
menyuapi anak.
Artinya tiap objek subjek penelitian hanya diobservasi saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
Kelurahan Bumi Waras apabila dilihat dari sanitasi masih buruk dan cakupan
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di
Kecamatan Bumi Waras terdiri dari lima kelurahan, dari lima kelurahan
Kangkung 1.298 balita, jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 2.794
34
balita. Distribusi balita yang menjadi populasi disajikan pada tabel berikut:
3.3.2 Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 338 ibu yang mempunyai balita di
b. Kriteria Eksklusi: Ibu yang memiliki balita tetapi menolak untuk menjadi
responden
N z 2 PQ
n
N 1 d 2 z 2 PQ
Keterangan :
n = perkiraan besar sampel
N = Populasi ( 2794 )
Z = nilai standar normal ( 1,96)
P = perkiraan proporsi variabel yang diteliti (0,5)
Q =1P
d = tingkat ketelitian yang digunakan (0,05)
Berdasarkan rumus diatas dilakukan perhitungan besar sampel sebagai berikut :
35
N z 2 PQ
n
N 1 d 2 z 2 PQ
2794 x 3,84 x0,5 x 0,5 2682,24 2682,24
n 338
2793 x 0,0025 3,84 x0,5 x 0,5 6,9825 0,96 7,9425
Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 338 ibu. Selanjutnya penentuan
Nh x n
nh
N
Keterangan :
nh = Jumlah sampel / kelurahan
Nh = Jumlah populasi/ kelurahan
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
1496 x 338
1. Kelurahan Bumi Waras yaitu : nh 181
2794
1298 x 338
2. Kelurahan Kangkung yaitu : nh 157
2794
Hasil perhitungan dari rumus diatas diperoleh besar sampel 338 ibu yang
terbagi dua yaitu; 181 responden dari Kelurahan Bumi Waras dan 157
Variabel penelitian ini terdiri dari variable bebas dan variable terikat.
perilaku. Adapun variable terikat pada penelitian ini adalah kejadian diare pada
36
Variabel Bebas
I. Faktor Lingkungan
Sumber air minum
Kondisi saluran pembuangan air
limbah
Kondisi jamban
Kondisi tempat sampah
Variabel Terikat
II Faktor Sosiodemografi
Kejadian diare pada balita
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Umur
Usia Pernikahan
III Faktor Prilaku
(Kebiasaan cuci tangan,
kebiasaan membuang tinja, dan
menggunakan jamban
Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari responden
responden. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dalam penelitian
Alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk
Analisa data dilakukan dengan analisa univariat, analisa bivariat, dan analisa
dalam bentuk tabel dan narasi dari hasil beberapa analisis sebagai berikut:
sumber air minum, kondisi saluran pembuangan air limbah kondisi tempat
sampah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, umur ibu, usia pernikahan, kebiasaan
independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi square, dasar
95%. Jika nilai p > 0,05, maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak atau tidak ada
pengaruh, jika nilai p 0,05, maka hipotesis penelitian (Ha) diterima atau ada
pengaruh.
sama antara variabel indenpen dan variabel dependen. Analisa ini bertujuan
memprediksi nilai variabel independen yang satu dengan yang lain dan
39
dilakukan yaitu Uji Regresi logistik. Tahapan analisis yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Analisis bivariat sederhana, pada tahap ini akan diambil variabel yang
3. Membuat model regresif logistik yang terdiri dari variabel kandidat model
multivariate.
4. Penyusunan model akhir terdiri dari variabel utama dan kovariat yang
dependen.
100
5.1 Kesimpulan
2. a. Ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian diare pada anak
OR=1,6)
0,029<0,05; OR=1,6)
OR=5,19
OR=4,02)
0,000<0,05; OR=2,68)
OR=2,8)
pada balita adalah kondisi SPAL, kondisi jamban, kondisi tempat sampah
R2=0,345).
102
5.2 Saran
dengan membuang sampah pada tempatnya, tidak buang air besar atau
diare.
Adisasmito, Wiku. 2007. Jurnal Penelitian. Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita
Di Indonesia: Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan
Masyarakat. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 11,
No. 1, Juni 2007
Arimbawa I Wayan, dkk. 2014. Jurnal Penelitian. Hubungan Faktor Perilaku dan
Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Desa Sukawati,
Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014 Jurnal Intisari Sains Medis. Vol. 6
No.1, Mei-Agustus.
Badan Pusat Statistik, 2013 , Propil dan Tren Pendapatan Pekerja bebas di Indonesia
2011 2012. BPS, Jakarta
Berg, A., 2007. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional, Rajawali, Jakarta
Blum, Hendrik L. 1974 . Planing For Health , Development and Aplication of social
change theory. New york. Human Sciences Press.
DepkesRI, 2000, Pedomaman Pemberantasan Penyakit Diare, Ditjen PPM dan PL,
Jakarta
________ , 2005, Buku Pedomanan Penataksaan Program P2 Diare, Ditjen PPM dan
PL, Jakarta
________ , 2006, Buku Pedomanan Penataksaan Program P2 Diare, Ditjen PPM dan
PL, Jakarta
Dinkes Kota Bandar Lampung, 2015. Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
Entjang, I., 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, cetakan ke XIII. PT Citra Aditya Bakti:
Bandung.
Ferllando, HT, dkk 2014. Jurnal Penelitian. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan
Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Mangkang Tahun 2014. Fakultas Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro; Semarang
________, 2011, Buku Saku Petugas Lintas Diare. Ditjen PPM dan PL, Jakarta
________, 2011, Situasi Diare di Indonesia. Bulletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Triwulan III.
________, 2011, Buku Saku Petugas Lintas Diare. Ditjen PPM dan PL, Jakarta
________, 2011, Buku Saku Petugas Lintas Diare. Ditjen PPM dan PL, Jakarta
________, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare. Ditjen PPM dan PL, Jakarta
________, 2015. Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia Depkes, RI, 2015
Lemeshow, 1997. Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Hari Kusnanto. (Ed),
Dibyo Pramono (Penerjemah). Gajah Mada. University Press Yogyakarta
Mahmud, M, et al. 2001. Jurnal Penelitian. Sociodemographic, Environmental and
Clinical Risk Factors for Developing Persistent Diarrhoea among Infants in
a Rural Community of Egypt Risk factors for developing persistent diarrhea
among infants in Egypt. Journal HEALTH Popular Nutrition 2001 Dec;19
(4):313-319 2001 ICDDR,B: Centre for Health and Population Research
ISSN 1606-0997
Melina, N., 2014, Jurnal Penelitian. Manuskrip: Hubungan Sanitasi Lingkungan dan
Personal Higiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas 23 IlirKota Palembang Tahun 2014, Universitas Sriwijaya,
Palembang
Melda Itaraes, 2015. Artikel. Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi Vol 3 Nomor 1 edisi
Maret 2015. http://Jurmafis.untan.ac.id. Diakses 15 Agustus 2015
Muhidin, S. A., dan Abdurahman, M., 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian. Pustaka Setia. Bandung.
Mukono, HJ, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Arilangga Universitas Pres,
Surabaya
Mahyudi, 2013, Jurnal Penelitian. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
Pada Anak Usia Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Salatungo
Kabupaten Soppeng ISSN, Volume 3, Nomor 4, 20013
________ 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Pitono, dkk, 2006. Jurnal Penelitian. Penatalaksanaan Diare di Rumah Pada Balita.
Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 22. No.1. maret 2006 : 7-14.
Purbasari, E, 2009. Jurnal Penelitian. Tingkat Pengetahuan, Siakp, dan Perilaku Ibu
Dalam Penanganan Awal Diare Pada Balita di Puskesmas Kecaatan Ciputat,
Tanggerang Selatan, Banten Pada Bulan September Tahun2009, Skripsi:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Puskesmas Sukaraja. 2015. Profil Puskesmas Sukaraja 2015. Sukaraja PP.nomor 75 thn
2015 tentang pendapatan UMR pengupahan (SK.G/615/III.05/KH/2015
Sulistiorarih, EE, 2002, Skripsi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Diare
pada Anak Balita di Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang
Tahun 2002, Skripsi : Universitas Diponegoro, Semarang.
Soebagyo, 2008. Diare Akut pada Anak. Universitas Sebelas Maret Press Surakarta.
Soemirat, J., 2002. Kesehatan Lingkungan, cetakan kelima. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Soegijanto, S., 2002, Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksaan. Salemba
Medika, Jakarta
Suriadi, Rita Yuliani, 2010, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Sagung Seto Jakarta
Suharyono, 2008, Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Rineka Cipta, Jakarta.
Wijaya, Yulianto. 2012. Jurnal Penelitian. Faktor Risiko Kejadian Diare Balita di
Sekitar TPS Banaran Kampus Unnes. Unnes Journal of Public Health.
Semarang. ISSN 2252-6781
Wulandari, Atik Sri, 2009. Jurnal Penelitian. Hubungan Kasus Diare Dengan Faktor
Sosial Ekonomi dan Perilaku. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Dosen
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Wibowo, T., Soenarto, S., dan Pramono, D., 2004. Jurnal Penelitian. Faktor-Faktor
Risiko Kejadian Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Jurnal
Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 20. No.1. maret 2004 : 41-48.
Widjaja, 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Penerbit Kawan Pustaka.
Jakarta
Widyastuti, P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, edisi 2. Penerbit EGC.
Jakarta
Winarsih, S., 2009, Pengetahuan Saniatsi dan Aplikasi, CV Aneka Ilmu Semarang
Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T., 2006. Jurnal Penelitian. Faktor-Faktor Risiko
Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten
Bantul. Sains Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-
332.