Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DISUSUN OLEH :
NAMA : AYU JAYANTI
NIM : 14020115410016
ANGKATAN : XLIII PUBLIK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 1990an, administrasi negara telah berkembang pesat sampai ke antero
dunia termasuk ke Indonesia. Yaitu sejak Woodrow Wilson menggegerkan publik Amerika
Serikat melalui tulisannya yang berjudul The Study of Administration (1887) pada jurnal
Political Science Quarterly. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu administrasi
negara begitu masif terjadi di negara asalnya Amerika Serikat dan negara-negara Anglo-
Saxon lainnya seperti Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Sedangkan di negara-
negara berkembang, dinamika administrasi negara tidak begitu intens karena masih kuatnya
kontrol politik, birokrasi dan budaya.
Ilmu administrasi negara sejauh ini belum mampu menghasilkan teori yang secara
khusus dapat disebut sebagai teori administrasi negara. Selama ini, ilmu administrasi negara
mengadopsi atau meminjam teori-teori yang berkembang di disiplin ilmu lain untuk
digunakan ketika menjelaskan aktivitas atau perilaku dalam administrasi negara. Misalnya,
motivasi dan partisipasi adalah konsep yang dikembangkan ilmu psikologi dan ilmu politik,
tetapi banyak dipakai dalam literatur administrasi negara untuk menjelaskan fenomena
administrasi negara.
Sulit kita menemukan teori yang secara orisinil merupakan teori administrasi negara.
Konsep efisiensi dikembangkan ilmu ekonomi atau manajemen. Konsep birokrasi, kelompok
formal dan informal dari ilmu sosiologi. Karena itu, Caiden (1982) menyatakan
Public administration has not yet develop a systematic body of theory of its own. There are
theories in public administration, but there are few general theories of public
administrationMeanwhile, public administration have borrowed ideas, methods,
techniques, and approaches from other disciplines and have applied them, with varying
degrees of success, to public administration.
Sebagaimana dikatakan Caiden di atas, ilmu administrasi negara belum mampu
mengembangkan teorinya sendiri. Ada banyak teori dalam administrasi negara, tapi sedikit
sekali teori umum tentang administrasi negara. Yang disebut sebagai teori administrasi
selama ini sesungguhnya merupakan ide, konsep, metode atau teori yang dipinjam dari ilmu
lain. Stephen Bailey (dalam Caiden 1982) menyatakan teori administrasi negara adalah
the whole body of human knowledge whatever appears relevant and useful in explaining
the nature of public administration, verifiable through observation or experiment and
capable of predicting the behavior of public organizations and the people who compose them
and come into contact with them.
Melihat karakteristik teori administrasi negara yang cenderung lintas disiplin, Bailey
(dalam Darwin, 1997) berpendapat bahwa semua teori (dari disiplin ilmu manapun) yang
berguna untuk memberikan gambaran teoritis baik dalam bentuk wawasan atau proporsi
dalam rangka meningkatkan kualitas proses administrasi pemerintahan adalah teori
administrasi negara, atau paling tidak, layak dimasukkan dalam literatur administrasi negara
dan diterapkan dalam praktek administrasi Negara.
Sebagaimana telah diuraikan Bailey diatas bahwa administrasi negara sebagai ilmu
berisikan teori, konsep, dan prinsip-prinsip dari banyak ilmu yang berlaku dan bersifat
universal. Akan tetapi dalam prakteknya, sistem dan proses administrasi negara yang
dikembangkan dalam menghadapi dinamika dan kompleksitas kehidupan suatu negara
memerlukan penyesuaian dengan landasan falsafah negara dan pandangan hidup bangsa,
serta dengan cita-cita dan tujuan bangsa dalam bernegara, dengan konstitusi negara dan
kondisi lingkungan hidup dan kehidupan negara bangsa bersangkutan. Hal ini disebabkan
tidak ada satu negarapun yang mempunyai landasan falsafah dan pandangan hidup ataupun
konstitusi dan kondisi lingkungan strategik yang sama dengan negara lain. Oleh karena itu
sistem administrasi negara dari suatu negara memiliki spesifikasi dan keunikan tertentu.
Bagi Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dengan sistem pemerintahan yang
berbentuk republik, yang demokratis dan konstitusional adalah tepat apabila sistem
administrasi negaranya itu disebut sebagai Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (SANKRI) dan berperan sebagai sistem penyelenggaraan kebijakan negara.
Indonesia pernah terpuruk dalam krisis multi dimensi yang mengenaskan pada dekade
1990an. Perkembangan nasional yang menyedihkan tersebut memang dipengaruhi
perkembangan internasional, namun banyak faktor penyebab mendasar bersumber dari dalam
negeri yang berperan secara signifikan atas terjadinya krisis multi dimensi tersebut, sehingga
berlangsung cukup berkepanjangan.
Di antara faktor penyebab terjadinya krisis multi dimensi tersebut yang sangat
mendasar adalah terletak pada kelemahan pengembangan sistem dan proses
penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan bangsa, yang utama dan hakiki
adalah berupa penyimpangan terhadap berbagai dimensi nilai yang semestinya menjadi acuan
perilaku individu dan institusi yang berperan dalam penyelenggaraan negara. Kondisi atau
tegasnya inkonsistensi tersebut menyebabkan nilai dan prinsip kepemerintahan yang baik
yang sesungguhnya melekat atau merupakan bagian dari karakteristik sistem
penyelenggaraan negara menjadi terabaikan atau tidak sepenuhnya mendapat perhatian,
sehingga sistem kelembagaan negara, dunia usaha, dan masyarakat bangsa menjadi rapuh.
B. RUMUSAN MASALAH
Pernyataan diatas sangatlah tajam karena kepemerintahan yang baik sepertinya belum
pernah terwujud di Indonesia sepanjang sejarah pemerintahan Indonesia merdeka.
Kompleksitas dan dinamika permasalahan negara dan bangsa yang berkembang dari tahun ke
tahun mencuatkan tanya, Bagaimana SANKRI yang ideal untuk Indonesia di masa akan
datang?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Sistem
Definisi Sistem menurut Gabriel A. Almond dan Bingham G. Powell :
A system implies the interdependence of part, and a boundary between it and its
environment. By interdependence we mean that when the characteristic of one part in a
system change, all the other parts and the system as whole are affected.
Dikatakan bahwa sistem memperlihatkan hubungan antar bagian dan pembatasan antar
bagian dengan lingkunganya dimana dalam hubungan tersebut dapat mengartikan bahwa
ketika sifat yang khas dari suatu bagian sistem itu berubah, maka masing-masing bagian
maupun keseluruhan bagian lain menjadi ikut terpengaruh.
Jadi sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang terikat satu sama lainnya.
Sub-sub sistem dari sebuah sistem merupakan induk dari Sub-sub sistem yang lain secara
berurutan. Rusaknya salah satu bagian sistem/sub-sub sistem akan mengganggu kestabilan
kerja sistem yang lain yang lebih besar, dan seterusnya.
2. Definisi Administrasi
Definisi Administrasi menurut Leonard D. White (1958:1) :
Administration is the process common to group effort, public or private, civil or
military large or small scale.
Dijelaskan bahwa administrasi adalah sebuah proses yang umum terdapat dalam semua
usaha kelompok, baik negara ataupun swasta, sipil atau militer, berskala kecil maupun
besar.
Dalam pengertian yang sangat luas, administrasi (atau manajemen, satu kata yang dalam
percakapan umum saling dipertukarkan penggunaanya dengan administrasi)
bersangkutan dengan setiap aktivitas individu atau kelompok.
Jadi pada prinsipnya pengertian Administrasi secara lebih luas memiliki unsur adanya
kerjasama, banyak orang, untuk mencapai tujuan, atau lebih sempit lebih kita kenal sebagai
kegiatan tata usaha. Di dalam administrasi terdapat unsur : manusia, tujuan, tugas, kerjasama,
dan sarana, yang lebih kita kenal sebagai.
3. Definisi Administrasi Negara
Definisi Administrasi Negara menurut Leonard D. White (1958:1) :
In broadest terms, public administration consist of all those operation having for their
purpose the fulfillment or enforcement of public policy
Dalam pengertian yang luas, administrasi negara terdiri atas seluruh kegiatan
pelaksanaan yang bertujuan untuk memenuhi atau mendukung kebijakan negara.
Administrasi Negara menurut Dimock & Konieg ( dalam Drs. Suwarno
Handayaningrat,1986:3) yaitu
Public administration is the activity of the state in the exercise of its political power; in
a narrow sense, the activity of executive departement in the conduct of government
Administrasi negara adalah kegiatan negara dalam melaksanakan kekuasaan politiknya;
dalam arti sempit adalah kegiatan departemen dalam melaksanakan pemerintahan).
Pengertian Administrasi Negara menurut Pfifner and Presthus (1967:7) :
Public administration may be define as the coordination of individual and group efforts
to carry out public policy.
Jadi Administrasi negara secara lebih luas dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan
negara, mencakup seluruh kegiatan lembaga negara dalam rangka mewujudkan tujuan dan
cita-cita negara. Dalam arti sempit dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan lembaga
eksekutif dalam rangka mewujudkan tujuan dan kebijakan pemerintahan/ negara.
Dalam eksistensinya sebagai sistem, dan sesuai dengan konstitusi negara yang
mendasarinya, SANKRI pada dasarnya mengandung unsur-unsur nilai, struktur, dan proses
sebagai berikut :
1. Unsur Nilai
Dapat diartikan sebagai Tata nilai yang mendasari, memotivasi, memberi acuan
dan merupakan tujuan. Meliputi landasan atau dasar negara, yaitu Pancasila, cita-cita
dan tujuan negara (nasional), serta nilai dan prinsip yang terkandung dalam bentuk
negara dan sistem penyelenggaraan pemerintah negara sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan UndangUndang 1945.
Pancasila sebagai landasan atau dasar negara mengandung 5 prinsip yaitu :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Cita-cita negara, yakni negara Indonesia yang merdeka, bersatu , berdaulat, adil,
dan makmur. Hal ini terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea 2.
Serta tujuan negara, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia, memajukan kesejahteraan umun, mencerdaskan kehidupan bangsa,
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Alinea ke 4 yaitu nilai persatuan dan kesatuan, kesamaan dan kebersamaan sebagai
bangsa, serta prinsip negara yang demokratis dan konstitusional yang tercermin dan
dimanifestasikan dalam bentuk pilihan negara dan sistem pemerintahan negara
2. Unsur Struktur
Merupakan tatanan kelembagaan yang terbentuk dalam kehidupan Negara
Republik Indonesia yang demokratis dan konstitusional berupa tatanan organisasi
negara dan organisasi yang berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat bangsa
yang merefleksikan posisi dan peran ataupun hak, kewajiban, kewenangan, dan
tanggungjawab masing-masing dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan
bangsa, dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan
bernegara, meliputi Lembaga Negara dan Organisasi-organisasi yang berkembang
dalam masyarakat.
Dalam posisi dan perannya sebagai sistem penyelenggara negara, SANKRI mewadahi
keselurahan sistem dan proses kehidupan bernegara, dan berinteraksi dengan sistem-sistem
yang terdapat didalam berbagai bidang kehidupan tersebut seperti sistem sosial budaya,
politik, ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan, dan sebagainya. Disinilah SANKRI
berperan sebagai integrating system yang menyerasikan dan menyelaraskan serta
mengarahkan berbagai upaya bangsa Indonesia mencapai cita-cita dan tujuan. Atau dengan
kata lain, peran SANKRI dalam kompleksitas dan dinamika sistem dan proses penyelenggara
negara dan pembangunan bangsa adalah mewadahi, memfasilitasi, dan memadupadankan
berbagai kegiatan sistem politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya, dan keamanan guna
mewujudkan keserasian arah dan langkah kebijakan, agar tujuan nasional tercapai secara
optimal.
C. DIMENSI SANKRI
Terdapat 10 dimensi SANKRI, yaitu :
1. Tata Nilai
Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan masalah-masalah nasional yang
kompleks, Indonesia hrus memiliki visi yang jelas, menjaga jati diri sebagai bangsa,
tetap eksis sebagai negara kesatuan, mandiri, meningkatkan kompetensi dan
konsistensinya dalam mengaktualisasikan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan
negara bangsa, serta meningkatkan daya saing nasional dalam perekonomian global
dan kehidupan internasional.
Di dalam dimensi nilai terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
a) Dimensi Spiritual
Pengakuan terhadap eksistensi, keMaha-Kuasaan, dan rahmat Tuhan Yang
Maha Esa dalam perjuangan bangsa.
Wujud Keimanan dan ketaqwaan
b) Dimensi Kultural
Dasar negara
Falsafah bangsa dalam bernegara
Pandangan hidup bangsa
c) Dimensi Institusional
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Konstitusional, demokratis, profesional
d) Dimensi Mnajerial
The right person in the right place, sistem merit
Etik, integritas, akuntabilitas
Good governance
2. Organisasi Pemerintahan Negara
Tatanan organisasi aparatur pemerintahan negara yang berada di wilayah
pemerintahan negara terdiri dari organisasi lembaga Eksekutif, Legislatif, dan
Yudikatif, baik Pusat maupun Daerah, dan lembaga negara lainnya, serta saling
hubungannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, termasuk dalam
penyelenggaraan hubungan antar negara; dan organisasi kesekretariatan lembaga-
lembaga tersebut. Berperan mengemban misi perjuangan bangsa mencapai cita-cita
dan tujuan NKRI :
Ada yang bersifat permanen universal.
Ada yang bersifat kondisional.
Negara modern memerlukan sistem administasi negara modern sebagai syarat bagi
eksisnya pemerintahan modern dan berfungsinya suatu birokrasi pemerintahan yang modern,
yang keseluruhnya itu dimanifestasikan dengan indicator modernitas tertentu. Indikator
modernitas mengalami perkembangan dan perubahan, namun ada pula yang bersifat universal
berlaku sepanjang zaman. Hal ini ditunjukan dalam paradigma dan proses pembangunan
negara-negara berkembang, yang dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Paradigma birokrasi Weber atau scientific management dari Taylor yang berfokus pada
fenomena struktural dan fungsional yang spesifik dan formal (legal) yang kaku pada masanya
dianggap modern; namun dalam perkembangannya kemudian dipandang klasik atau
tradisional (traditional paradigm) karena dalam konsep dan penerapannya ternyata dan
mengarah pada pengembangan organisasi dan birokrasi maksimal yang dinilai kurang
mengakomodasikan dimensi-dimensi kemanusiaan, di mana interaksi antar manusia bersifat
hirarkikal yang menimbulkan kekakuan, dan mempengaruhi motivasi dan produktivitas.
Karenanya kemudian mengalami krisis dan mendorong berkembangnya paradigma baru yaitu
paradigma perilaku (behavoural paradigm) yang menekankan pentingnya dimensi-dimensi
kemanusiaan dalam organisasi dan manajemen. Di antranya terdapat teori Maslow, Likert,
dan Simon memberikan dimensi-dimensi baru dalam mertevitalisasi organisasi dan
manajemen yang menyentuh manusia dan aspek-aspek kemanusian yang luas, termasuk di
dalamnya masalah peningkatan kapasitas diri, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Selanjutnya berkembang pula pemikiran yang menekankan perlunya pengintegrasian kedua
pendekatan structural-fungsional dan paradigma perilaku yang menelurkan paradigma
sistemik (system thinking paradigm), yang memandang administrasi negara merupakan
sistem yang bersifat terbuka yang dipengaruhi kondisi lingkungan dan mempunyai peran
merubah kondisi lingkungan. Peran administrasi negara dalam pembangunan bangsa
mewajibkan perhatiannya terhadap perkembangan dan perubahan lingkungan stratejik
internal dan eksternal yang membutuhkan pengembangan berbagai kebijakan, dan
mendorong paradigma kebijakan publik (public policy paradigm) dalam pengembangan
disiplin dan sistem administrasi negara.
Perkembangan menujukan semakin lekatnya nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan,
demokrasi, partisipasi, dan hak azasi manusia dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan, sebagai indikator kemajuan dan tingkatan modernitas sistem dan proses
administrasi negara dan pembangunan suatu bangsa. Perkembangan yang menggema dalam
dekade terakhir ini adalah konsep penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance) yang komit terhadap antara lain terhadap nilai dan prinsip kepastian hukum,
partisipasi, tranparansi, sensitivitas, professionalitas, efisiensi, efektivitas, desntralisasi, dan
daya saing. Apabila kita cermati, nilai dan prinsip tersebut juga terkandung dalam SANKRI,
merupakan dimensi kultural operasional SANKRI. Nilai dan prinsip tersebut juga merupakan
indikator modernitas setiap sistem administrasi negara Abad 21 ini.
Birokrasi Pemerintah Pusat dan Daerah perlu memiliki visi, misi, strategi, agenda
kebijakan, kompetensi, dan komitmen pembangunan dan pelayanan yang jelas dilandasi
dimensi-dimensi spiritual SANKRI dan tegas terfokus pada permasalahan yang mendesak
perlu di atasi, dan terarah pada perwujudan cita-cita dan tujuan bangsa bernegara. Dengan
visi, misi, strategi yang didasarkan pada paradigma pembangunan dan agenda kebijakan yang
tepat, didukung dengan sistem manajemen yang berorientasi pada penerapan nilai dan prinsip
good governance, disertai kompetensi dan komitmen yang kuat dalam keseluruhan tatanan
organisasinya yang tersusun secara tepat disertai pelimpahan kewenangan yang seimbang,
pemerintah akan dapat mencapai kinerja yang optimal dalam menghadapi berbagai
permasalahan dan tantangan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa. Selain
itu, tantangan lingkungan stratejik mengharuskan pula pilihan-pilihan kritis terhadap
paradigma pembangunan yang harus dipilih sebagai landasaan strategi dan kebijakan
pembangunan bangsa. Hal ini juga mensyaratkan manajemen pemerintahan yang baik dan
kompetensi SDM yang teruji.
Penataan Organisasi dan Tata Kerja. Penataan organisasi pemerintah baik pusat
maupun daerah didasarkan pada visi, misi, sasaran, strategi, agenda kebijakan, program, dan
kinerja kegiatan yang terencana; dan diarahkan pada terbangunnya sosok birokrasi yang
ramping, desentralistik, efisien, efektif, berpertanggung jawaban, terbuka, dan aksesif; serta
terjalin dengan jelas satu sama lain sebagai satu kesatuan birokrasi nasional dalam SANKRI.
Seiring dengan itu, penyederhanaan tata kerja dalam hubungan intra dan antar aparatur, serta
antara aparatur dan masyarakat dikembangkan terarah pada penerapan pelayanan prima yang
efektif, dan mendorong peningkatan produktivitas kegiatan pelayanan aparatur dan
masyarakat.
Pemantapan Sistem Manajemen. Dengan makin meningkatnya dinamika masyarakat
dalam penyelengaraan negara dan pembangunan bangsa, pengembangan sistem manajemen
pemerintahan diprioritaskan pada pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan dan
pelayanan publik yang kondusif, transparan, dan akuntabel, disertai dukungan sistem
informatika yang sudah terarah pada pengembangan e-government. Peran birokrasi lebih
difokuskan sebagai agen pembaharuan, sebagai motivator dan fasilitator bagi tumbuh dan
berkembangnya swakarsa dan swadaya serta meningkatnya kompetensi masyarakat dan dunia
usaha.
Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur. Mengantisipasi tantangan global,
pembinaan sumber daya manusia aparatur negara perlu mengacu pada standar kompetensi
internasional (world class). Sosok aparatur masa depan penampilannya harus profesional
sekaligus taat hukum, rasional, inovatif, memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung
tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Peningkatan profesionalisme aparatur harus ditunjang dengan integritas yang tinggi, dengan
mengupayakan terlembagakannya karakteristik sebagai berikut: (a) mempunyai komitmen
yang tinggi terhadap perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan bernegara, (b) memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan dalam mengemban tugas pengelolaan pelayanan dan
kebijakan publik, (c) berkemamapuan melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif, dan
inovatif, (d) disiplin dalam bekerja berdasarkan sifat dan etika profesional, (e) memiliki daya
tanggap dan sikap bertanggung gugat (akuntabilitas), (f) memiliki derajat otonomi yang
penuh rasa tanggung jawab dalam membuat dan melaksanakan berbagai keputusan sesuai
kewenangan, dan (g) memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan produktivitas.
Untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara
berdaya guna dan berhasil guna pada masa globalisasi saat ini, maka dalam SANKRI
diperlukan sistem pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang mampu memberikan keseimbangan
terjaminnya hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil, dengan misi tiap satuan organisasi
pemerintah untuk memotivasi kinerja Pegawai Negeri Sipil perlu disusun pola karir yang
memungkinkan potensi Pegawai negeri Sipil dikembangkan seoptimal mungkin.
Tegaknya hukum yang berkeadilan merupakan jasa pemerintahan yang terasa teramat
sulit diwujudkan, namun mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan, justru di tengah kemajemukan, berbagai ketidak pastian perkembangan
lingkungan, dan menajamnya persaingan. Peningkatan dan efisiensi nasional membutuhkan
penyesuaian kebijakan dan perangkat perundang-undangan, namun tidak berarti harus
mengabaikan kepastian hukum. Adanya kepastian hukum merupakan indikator
professionalisme dan syarat bagi kredibilitas pemerintahan, sebab bersifat vital dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta dalam pengembangan hubungan
internasional. Tegaknya kepastian hukum juga mensyaratkan kecermatan dalam penyusunan
berbagai kebijaksanaan pembangu-nan. Sebab berbagai kebijak-sanaan publik tersebut pada
akhirnya harus ditungkan dalam sistem perundang-undangan untuk memiliki kekuatan
hukum, dan harus mengandung kepastian hukum.
Dalam era globalisasi, dalam ekonomi yang makin terbuka, meskipun untuk
meningkatkan efisiensi perekonomian harus makin diarahkan kepada ekonomi pasar, namun
intervensi pemerintah harus menjamin bahwa persaingan berjalan dengan berimbang, dan
pemerataan terpelihara. Yang terutama harus dicegah terjadinya proses kesenjangan yang
makin melebar, karena kesempatan yang muncul dari ekonomi yang terbuka hanya dapat
dimanfaatkan oleh wilayah, sektor, atau golongan ekonomi yang lebih maju. Peranan
pemerintah makin dituntut untuk lebih dicurahkan pada upaya pemerataan dan
pemberdayaan. Penyelenggara pemerintahan negara harus mempunyai komitmen yang kuat
kepada kepentingan rakyat, kepada cita-cita keadilan sosial.
DAFTAR PUSTAKA