Sie sind auf Seite 1von 23

MAKALAH

SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


( SANKRI )

TUGAS MATA KULIAH


SISTEM POLITIK DAN ADMINISTRASI NEGARA

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Endang Larasati, MS


Dr. Hardi Warsono, MTP
Dr. Hari Susanta Nugraha, M.Si

DISUSUN OLEH :
NAMA : AYU JAYANTI
NIM : 14020115410016
ANGKATAN : XLIII PUBLIK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ADMINISTRASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak tahun 1990an, administrasi negara telah berkembang pesat sampai ke antero
dunia termasuk ke Indonesia. Yaitu sejak Woodrow Wilson menggegerkan publik Amerika
Serikat melalui tulisannya yang berjudul The Study of Administration (1887) pada jurnal
Political Science Quarterly. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu administrasi
negara begitu masif terjadi di negara asalnya Amerika Serikat dan negara-negara Anglo-
Saxon lainnya seperti Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Sedangkan di negara-
negara berkembang, dinamika administrasi negara tidak begitu intens karena masih kuatnya
kontrol politik, birokrasi dan budaya.
Ilmu administrasi negara sejauh ini belum mampu menghasilkan teori yang secara
khusus dapat disebut sebagai teori administrasi negara. Selama ini, ilmu administrasi negara
mengadopsi atau meminjam teori-teori yang berkembang di disiplin ilmu lain untuk
digunakan ketika menjelaskan aktivitas atau perilaku dalam administrasi negara. Misalnya,
motivasi dan partisipasi adalah konsep yang dikembangkan ilmu psikologi dan ilmu politik,
tetapi banyak dipakai dalam literatur administrasi negara untuk menjelaskan fenomena
administrasi negara.
Sulit kita menemukan teori yang secara orisinil merupakan teori administrasi negara.
Konsep efisiensi dikembangkan ilmu ekonomi atau manajemen. Konsep birokrasi, kelompok
formal dan informal dari ilmu sosiologi. Karena itu, Caiden (1982) menyatakan
Public administration has not yet develop a systematic body of theory of its own. There are
theories in public administration, but there are few general theories of public
administrationMeanwhile, public administration have borrowed ideas, methods,
techniques, and approaches from other disciplines and have applied them, with varying
degrees of success, to public administration.
Sebagaimana dikatakan Caiden di atas, ilmu administrasi negara belum mampu
mengembangkan teorinya sendiri. Ada banyak teori dalam administrasi negara, tapi sedikit
sekali teori umum tentang administrasi negara. Yang disebut sebagai teori administrasi
selama ini sesungguhnya merupakan ide, konsep, metode atau teori yang dipinjam dari ilmu
lain. Stephen Bailey (dalam Caiden 1982) menyatakan teori administrasi negara adalah
the whole body of human knowledge whatever appears relevant and useful in explaining
the nature of public administration, verifiable through observation or experiment and
capable of predicting the behavior of public organizations and the people who compose them
and come into contact with them.

Bailey wants public administration theories to prescribe :

What conditions and relationships should exist in public administration ?


How should government be organized ?
How should public servants be selected ?
How should authority and responsibility be assigned in public agencies ?
What principles should govern direction ?
Pendapat Bailey di atas menyatakan bahwa teori administrasi negara mencakup semua ilmu
(teori) yang relevan dan berguna untuk menjelaskan hakikat administrasi negara, yakni
menjelaskan : kondisi dan relasi dalam administrasi negara, bagaimana mengorganisir
pemerintahan, menyeleksi pegawai, pelimpahan wewenang dan pertanggungjawaban, serta
prinsip-prinsip dalam administrasi negara.
Adapun tujuan teori administrasi negara menurut Bailey adalah :
to draw together the insight of humanities and the validated propositions of the social and
behavioral sciences and to apply the insights and propositions to the tasks of improving the
processes of government and aimed at achieving politically legitimated goals by
constitutionally mandated means.

Melihat karakteristik teori administrasi negara yang cenderung lintas disiplin, Bailey
(dalam Darwin, 1997) berpendapat bahwa semua teori (dari disiplin ilmu manapun) yang
berguna untuk memberikan gambaran teoritis baik dalam bentuk wawasan atau proporsi
dalam rangka meningkatkan kualitas proses administrasi pemerintahan adalah teori
administrasi negara, atau paling tidak, layak dimasukkan dalam literatur administrasi negara
dan diterapkan dalam praktek administrasi Negara.

Sebagaimana telah diuraikan Bailey diatas bahwa administrasi negara sebagai ilmu
berisikan teori, konsep, dan prinsip-prinsip dari banyak ilmu yang berlaku dan bersifat
universal. Akan tetapi dalam prakteknya, sistem dan proses administrasi negara yang
dikembangkan dalam menghadapi dinamika dan kompleksitas kehidupan suatu negara
memerlukan penyesuaian dengan landasan falsafah negara dan pandangan hidup bangsa,
serta dengan cita-cita dan tujuan bangsa dalam bernegara, dengan konstitusi negara dan
kondisi lingkungan hidup dan kehidupan negara bangsa bersangkutan. Hal ini disebabkan
tidak ada satu negarapun yang mempunyai landasan falsafah dan pandangan hidup ataupun
konstitusi dan kondisi lingkungan strategik yang sama dengan negara lain. Oleh karena itu
sistem administrasi negara dari suatu negara memiliki spesifikasi dan keunikan tertentu.

Bagi Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dengan sistem pemerintahan yang
berbentuk republik, yang demokratis dan konstitusional adalah tepat apabila sistem
administrasi negaranya itu disebut sebagai Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (SANKRI) dan berperan sebagai sistem penyelenggaraan kebijakan negara.

Sebagai wahana dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa guna


mencapai cita-cita dan tujuan bernegara yang diamanatkan dalam konstitusi negara, SANKRI
dikembangkan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara dengan
berbagai dimensi nilai spiritual, kultural, dan institusional yang terkandung di dalamnya, dan
dengan mempertimbangkan kondisi dan perkembangan berbagai faktor lingkungan yang khas
dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Indonesia pernah terpuruk dalam krisis multi dimensi yang mengenaskan pada dekade
1990an. Perkembangan nasional yang menyedihkan tersebut memang dipengaruhi
perkembangan internasional, namun banyak faktor penyebab mendasar bersumber dari dalam
negeri yang berperan secara signifikan atas terjadinya krisis multi dimensi tersebut, sehingga
berlangsung cukup berkepanjangan.

Di antara faktor penyebab terjadinya krisis multi dimensi tersebut yang sangat
mendasar adalah terletak pada kelemahan pengembangan sistem dan proses
penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan bangsa, yang utama dan hakiki
adalah berupa penyimpangan terhadap berbagai dimensi nilai yang semestinya menjadi acuan
perilaku individu dan institusi yang berperan dalam penyelenggaraan negara. Kondisi atau
tegasnya inkonsistensi tersebut menyebabkan nilai dan prinsip kepemerintahan yang baik
yang sesungguhnya melekat atau merupakan bagian dari karakteristik sistem
penyelenggaraan negara menjadi terabaikan atau tidak sepenuhnya mendapat perhatian,
sehingga sistem kelembagaan negara, dunia usaha, dan masyarakat bangsa menjadi rapuh.

B. RUMUSAN MASALAH

Pernyataan diatas sangatlah tajam karena kepemerintahan yang baik sepertinya belum
pernah terwujud di Indonesia sepanjang sejarah pemerintahan Indonesia merdeka.
Kompleksitas dan dinamika permasalahan negara dan bangsa yang berkembang dari tahun ke
tahun mencuatkan tanya, Bagaimana SANKRI yang ideal untuk Indonesia di masa akan
datang?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK


INDONESIA

Berdasarkan rangkaian kata dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik


Indonesia maka akan dikupas mengenai pengertian masing-masing kata secara lengkap.

1. Definisi Sistem
Definisi Sistem menurut Gabriel A. Almond dan Bingham G. Powell :
A system implies the interdependence of part, and a boundary between it and its
environment. By interdependence we mean that when the characteristic of one part in a
system change, all the other parts and the system as whole are affected.
Dikatakan bahwa sistem memperlihatkan hubungan antar bagian dan pembatasan antar
bagian dengan lingkunganya dimana dalam hubungan tersebut dapat mengartikan bahwa
ketika sifat yang khas dari suatu bagian sistem itu berubah, maka masing-masing bagian
maupun keseluruhan bagian lain menjadi ikut terpengaruh.

Sistem menurut Pamudji adalah :


o Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisasi,
suatu himpunan atau perpaduan hal-hal bagian-bagian yang membentuk suatu
kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh.
o Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, dimana di dalamnya
terdapat komponen-komponen yang pada giliranya merupakan sistem tersendiri
yang mempunyai fungsi masing-masing, saling berhubungan satu sama lain menurut
pola, tata atau norma tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, sistem adalah sekelompok bagian-
bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah satu
bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugsanya, maka maksud yang hendak dicapai
tidak akan terpenuhi, atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan mendapat
gangguan.

Jadi sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang terikat satu sama lainnya.
Sub-sub sistem dari sebuah sistem merupakan induk dari Sub-sub sistem yang lain secara
berurutan. Rusaknya salah satu bagian sistem/sub-sub sistem akan mengganggu kestabilan
kerja sistem yang lain yang lebih besar, dan seterusnya.
2. Definisi Administrasi
Definisi Administrasi menurut Leonard D. White (1958:1) :
Administration is the process common to group effort, public or private, civil or
military large or small scale.

Dijelaskan bahwa administrasi adalah sebuah proses yang umum terdapat dalam semua
usaha kelompok, baik negara ataupun swasta, sipil atau militer, berskala kecil maupun
besar.

Administrasi menurut Dimock & Dimock (1956:3),


In its broadest sense administration (or management, a word used interchangeably with
in common parlance) is involve in almost every individual or group activity .

Dalam pengertian yang sangat luas, administrasi (atau manajemen, satu kata yang dalam
percakapan umum saling dipertukarkan penggunaanya dengan administrasi)
bersangkutan dengan setiap aktivitas individu atau kelompok.

Administrasi menurut Herbert A. Simonn :


Administration can be defined as the activities of groups cooperating to accomplish
common goals.

Administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama


untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Jadi pada prinsipnya pengertian Administrasi secara lebih luas memiliki unsur adanya
kerjasama, banyak orang, untuk mencapai tujuan, atau lebih sempit lebih kita kenal sebagai
kegiatan tata usaha. Di dalam administrasi terdapat unsur : manusia, tujuan, tugas, kerjasama,
dan sarana, yang lebih kita kenal sebagai.
3. Definisi Administrasi Negara
Definisi Administrasi Negara menurut Leonard D. White (1958:1) :
In broadest terms, public administration consist of all those operation having for their
purpose the fulfillment or enforcement of public policy
Dalam pengertian yang luas, administrasi negara terdiri atas seluruh kegiatan
pelaksanaan yang bertujuan untuk memenuhi atau mendukung kebijakan negara.
Administrasi Negara menurut Dimock & Konieg ( dalam Drs. Suwarno
Handayaningrat,1986:3) yaitu

Public administration is the activity of the state in the exercise of its political power; in
a narrow sense, the activity of executive departement in the conduct of government
Administrasi negara adalah kegiatan negara dalam melaksanakan kekuasaan politiknya;
dalam arti sempit adalah kegiatan departemen dalam melaksanakan pemerintahan).
Pengertian Administrasi Negara menurut Pfifner and Presthus (1967:7) :
Public administration may be define as the coordination of individual and group efforts
to carry out public policy.

Administrasi negara didefinisikan sebagai koordinasi upaya-upaya individu dan


kelompok untuk melaksanakan kebijakan negara.

Jadi Administrasi negara secara lebih luas dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan
negara, mencakup seluruh kegiatan lembaga negara dalam rangka mewujudkan tujuan dan
cita-cita negara. Dalam arti sempit dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan lembaga
eksekutif dalam rangka mewujudkan tujuan dan kebijakan pemerintahan/ negara.

4. Definisi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Menurut UUD 1945 pasal 1 ayat 1, Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang
berbentuk republik. Selanjutnya, Negara Indonesia dikenal dengan nama Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berdasarkan paham integralistik, setiap unsur
berkewajiban untuk menciptakan keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan bersama.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
adalah bentuk negara yang terdiri dari banyak wilayah / kepulauan yang tersebar dengan
keanekaragaman adat, suku, budaya, dan keyakinan yang memiliki tujuan dasar menjadi
bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur dengan pemerintahan yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta
mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dn melaksanakan
ketertiban dunia.
Dari berbagai macam definisi dasar secara terpisah sebagaimana tersebut di atas
dapat diintegrasikan menjadi sebuah definisi Sistem Administrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (SANKRI), menurut Salamoen Soeharyo & Nasri Efendi (2005:18) :
a. Dalam arti luas, SANKRI adalah sistem penyelenggaraan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang merupakan sistem penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa
dalam segala aspeknya, dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segala
kemampuan keseluruhan aparatur negara beserta seluruh rakyat di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta segenap dana dan daya yang tersedia
secara nasional, demi tercapainya tujuan dan terlaksananya tugas nasional/negara
sebagaimana tersebut dalam UUD 45.
b. Dalam arti sempit, SANKRI adalah keseluruhan penyelenggaraan pemerintahan
(executive power), dengan memanfaatkan dan mendayagunakan kemampuan
pemerintah dan segenap aparatur pemerintah dari semua peringkat pemerintahan
beserta seluruh rakyat dari seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan dengan memanfaatkan pula segenap dana dan daya yang tersedia secara
nasional, demi tercapainya tujuan dan terlaksananya tugas nasional / negara
sebagaimana tersebut dalam UUD 45.

B. UNSUR-UNSUR DALAM SANKRI

Bagan 1. UNSUR SANKRI

Dalam eksistensinya sebagai sistem, dan sesuai dengan konstitusi negara yang
mendasarinya, SANKRI pada dasarnya mengandung unsur-unsur nilai, struktur, dan proses
sebagai berikut :

1. Unsur Nilai
Dapat diartikan sebagai Tata nilai yang mendasari, memotivasi, memberi acuan
dan merupakan tujuan. Meliputi landasan atau dasar negara, yaitu Pancasila, cita-cita
dan tujuan negara (nasional), serta nilai dan prinsip yang terkandung dalam bentuk
negara dan sistem penyelenggaraan pemerintah negara sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan UndangUndang 1945.
Pancasila sebagai landasan atau dasar negara mengandung 5 prinsip yaitu :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Cita-cita negara, yakni negara Indonesia yang merdeka, bersatu , berdaulat, adil,
dan makmur. Hal ini terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea 2.
Serta tujuan negara, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia, memajukan kesejahteraan umun, mencerdaskan kehidupan bangsa,
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Alinea ke 4 yaitu nilai persatuan dan kesatuan, kesamaan dan kebersamaan sebagai
bangsa, serta prinsip negara yang demokratis dan konstitusional yang tercermin dan
dimanifestasikan dalam bentuk pilihan negara dan sistem pemerintahan negara
2. Unsur Struktur
Merupakan tatanan kelembagaan yang terbentuk dalam kehidupan Negara
Republik Indonesia yang demokratis dan konstitusional berupa tatanan organisasi
negara dan organisasi yang berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat bangsa
yang merefleksikan posisi dan peran ataupun hak, kewajiban, kewenangan, dan
tanggungjawab masing-masing dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan
bangsa, dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan
bernegara, meliputi Lembaga Negara dan Organisasi-organisasi yang berkembang
dalam masyarakat.

Bagan 2. Orbit Lembaga Pemerintahan / Negara


Dari bagan diatas jelaslah bahwa tujuan negara sebagai inti dari penyelenggaraan
pemerintahan maupun organisasi yang terlibat di dalamnya.
3. Unsur Proses
Tercermin dalam berbagai kegiatan manajerial dari lembaga negara, kementerian
negara dan lembaga pemerintahan lainnya serta saling hubungan antar lembaga tersebut
dan antara berbagai lembaga pemerintahan itu dengan organisasi yang berkembang
dalam masyarakat sesuai posisi dan peran serta tanggungjawab masing-masing dalam
proses kebijakan dan penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan bangsa
di tingkat Pusat dan Daerah.

Dalam posisi dan perannya sebagai sistem penyelenggara negara, SANKRI mewadahi
keselurahan sistem dan proses kehidupan bernegara, dan berinteraksi dengan sistem-sistem
yang terdapat didalam berbagai bidang kehidupan tersebut seperti sistem sosial budaya,
politik, ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan, dan sebagainya. Disinilah SANKRI
berperan sebagai integrating system yang menyerasikan dan menyelaraskan serta
mengarahkan berbagai upaya bangsa Indonesia mencapai cita-cita dan tujuan. Atau dengan
kata lain, peran SANKRI dalam kompleksitas dan dinamika sistem dan proses penyelenggara
negara dan pembangunan bangsa adalah mewadahi, memfasilitasi, dan memadupadankan
berbagai kegiatan sistem politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya, dan keamanan guna
mewujudkan keserasian arah dan langkah kebijakan, agar tujuan nasional tercapai secara
optimal.

Implementasi SANKRI dalam dalam penyelenggaraan pemerintaan negara dan


pembangunan bangsa guna mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama dalam bernegara
dilakukan melalui pengembangan dan kerjasama kelembagaan ( antar individu, antar
kelompok masyarakat, antar lembaga, antar sektor, antar wilayah, antara negara dengan
warga negara; serta antar negara) dengan mengembangkan sistem dan proses kebijakan yang
partisipatif dalam berbagai bidang kehidupan.

SANKRI sebagai sistem penyelenggara kebijakan negara mengakomodasikan peran


masyarakat yang luas ( terbuka, setara, partisipatif, dan akuntabel ). Dalam pengambilan
keputusan politik yang stategis dan kebiajakan-kebijakan dilakukan secara musyawarah dan
mufakat ( MPR, DPR ) sebagai representasi rakyat bangsa dari dan diseluruh wilayah negara
yang terbagi atas daerah besar ( Propinsi ) dan daerah kecil ( Kabupaten/kota, dan desa )
dengan kewenangan otonomi tertentu. Berbagai kebijakan pemerintah tersebut kemudian
dituangkan ke dalam peraturan perundangan ( Ketetapan MPR, UU, PERPU, PP, Kepres, dan
Perda. UU, PP dan Perda tentang substansi masalah publik tertentu ditetapkan pemerintah
setelah mendapatkan persetujuan DPR, dan pelaksanaan harus dilaporkan dan dipertanggung
jawabkan oleh publik.

C. DIMENSI SANKRI
Terdapat 10 dimensi SANKRI, yaitu :
1. Tata Nilai
Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan masalah-masalah nasional yang
kompleks, Indonesia hrus memiliki visi yang jelas, menjaga jati diri sebagai bangsa,
tetap eksis sebagai negara kesatuan, mandiri, meningkatkan kompetensi dan
konsistensinya dalam mengaktualisasikan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan
negara bangsa, serta meningkatkan daya saing nasional dalam perekonomian global
dan kehidupan internasional.
Di dalam dimensi nilai terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
a) Dimensi Spiritual
Pengakuan terhadap eksistensi, keMaha-Kuasaan, dan rahmat Tuhan Yang
Maha Esa dalam perjuangan bangsa.
Wujud Keimanan dan ketaqwaan
b) Dimensi Kultural
Dasar negara
Falsafah bangsa dalam bernegara
Pandangan hidup bangsa
c) Dimensi Institusional
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Konstitusional, demokratis, profesional
d) Dimensi Mnajerial
The right person in the right place, sistem merit
Etik, integritas, akuntabilitas
Good governance
2. Organisasi Pemerintahan Negara
Tatanan organisasi aparatur pemerintahan negara yang berada di wilayah
pemerintahan negara terdiri dari organisasi lembaga Eksekutif, Legislatif, dan
Yudikatif, baik Pusat maupun Daerah, dan lembaga negara lainnya, serta saling
hubungannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, termasuk dalam
penyelenggaraan hubungan antar negara; dan organisasi kesekretariatan lembaga-
lembaga tersebut. Berperan mengemban misi perjuangan bangsa mencapai cita-cita
dan tujuan NKRI :
Ada yang bersifat permanen universal.
Ada yang bersifat kondisional.

3. Manajemen Pemerintahan Negara


Pengelolaan pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan dalam berbagai
bidang kehidupan masyarakat bangsa dan wilayah pemerintahan negara; pada dasarnya
merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pemerintahan pada umumnya, seperti
pengelolaan kebijakan, perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, pengendalian, pelayanan,
pengawasan, dan pertanggung jawaban hasil-hasilnya dari setiap organisasi pemerintahan
negara.
Dalam mengemban tugas pemerintahan negara yang demikian kompleks dan
dinamik itu, harus terwujud keserasian strategi dan langkah kebijakan yang
secara sistematis terarah pada pencapaian tujuan NKRI. Perlu diperhatikan
paradigma-paradigma administrasi negara dan pembangunan relevan, sesuai dengan
perkembangan lingkungan stratejik yang dihadapi.
Memerlukan kompetensi (integritas, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan dalam
pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik).
4. Sumberdaya Aparatur Negara
SDM aparatur terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI dan POLRI - dalam posisinya
sebagai abdi masyarakat dan abdi negara, perekat kesatuan dan persatuan bangsa,
mempunyai peran, tugas dan tanggung jawab mengemban misi perjuangan bangsa
mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.
Demikian pula unsur-unsur dan manajemen sumber daya lainnya (dana, prasarana,
peralatan dan fasilitas kerja, termasuk di dalamnya teknologi informasi dan komunikasi).
Dalam SANKRI keseluruhan sumber daya aparatur negara tersebut pada umumnya dikelola
dalam organisasi kesekretariatan di setiap lembaga, mengikuti prinsip-prinsip
kepemerintahan yang baik.
5. Sistem dan Proses Kebijakan
Kekuasaan dan pelaksanaan tugas pemerintahan negara diselenggarakan melalui
kebijakan publik harus mengenali sistem dan proses kebijakan yg berlaku dalam
SANKRI; stakeholders yg terlibat, tahapan kegiatan yg dilalui, dan nilai-nilai yg
menghikmati.
Pengelolaan kebijakan pemerintahan negara dilakukan menurut nilai dan prinsip
kepemerintahan yg baik sesuai dengan keluhuran dimensi-dimensi nilai SANKRI.
Fungsi administrasi negara dalam pengelolaan proses kebijakan publik dapat
disederhanakan meliputi perumusan dan penentuan kebijakan; pelaksanaan kebijakan &
evaluasi kinerja kebijakan.
Kebijakan negara dalam rangka penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa
dikembangkan untuk (a) mengatasi masalah-masalah bangsa dalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk masalah hubungan internasional; ataupun untuk (b) mencapai
tujuan bangsa dalam bernegara.
6. Peran Masyarakat Bangsa
Negara eksis karena adanya kesepakatan masyarakat bangsa yg hidup pada wilayah
tersebut. Negara didirikan oleh rakyat bangsa untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi dan manajemen pemerintahan tidak boleh mengabaikan aspirasi dan peran
masyarakat bangsa dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, baik sebagai orang
seorang maupun sebagai kelompok.
Organisasi yg berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat bangsa merupakan
unsur dan asset penting dalam bernegara yg bertalian dengan hak dan kewajiban warga
negara dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
merupakan bagian dari sistem dan proses administrasi negara, serta menjadi salah satu
fokus perhatian disiplin dan sistem administrasi negara.
7. Hukum Administrasi Negara
Dimensi hukum bertalian dengan pengaturan sistem dan proses penyelenggaraan negara,
termasuk mengenai eksistensi, susunan, tugas, fungsi lembaga-lembaga pemerintahan
negara, tata cara dalam pengelolaan pelaksanaan tugas, saling hubungannya satu sama
lain, serta karya dan kinerja kebijakan dan per-UU-an yg dihasilkan masing-masing
lembaga.
Pengembangan HAN dimaksudkan agar kelembagaan negara terselenggara secara
berkepastian hukum, efisien, proporsional, efektif, tertib, dan mengindahkan nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan, kebenaran dan demokrasi.
Mengacu pada prinsip negara hukum dan demokrasi, maka proses administrasi negara
dilaksanakan dalam kerangka hukum yg berlaku dalam negara, sehingga secara
konstitusional administrasi negara terikat pada struktur peraturan perundangan atau strata
kebijakan yg ada dan wajib dipatuhi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara serta
harus dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
8. Organisasi dan Manajemen Kesekretariatan
Administrasi (organisasi dan manajemen) kesekretariatan lembaga pemerintahan negara
mempunyai posisi dan peran menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara,
berupa teknis pelaksanaan kegiatan dan pemberian dukungan termasuk koordinasi atas
pelaksanaan tugas lembaga pemerintahan dalam menyelenggarakan tugasnya baik yang
sifatnya pengembangan (policy and program development supports) mau pun pelayanaan
rutin (services); dan umumnya diisi oleh pegawai negeri professional dengan jabatan dan
kepangkatan atau pola karier tertentu.
9. Sistem Kepemimpinan Nasional
E-Adm adalah aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam administrasi publik,
sebagai upaya untuk merevitalisasi organisasi dan manajemen pemerintahan agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya secara prima, baik dalam pengelolaan kebijakan,
pelayanan informasi, maupun dalam pengelolaan pelayanan publik.
Perkembangan e-Adm atau e-Govt tersebut merupakan jawaban atas perubahan
lingkungan stratejik yg menuntut adanya administrasi negara yg efisien, efektif,
berorientasi pada publik, transparan, dan akuntabel; baik dalam kehidupan bangsa,
maupun dalam hubungan antar bangsa.
Pola interaksi berubah dari one stop services menjadi non stop services.
10. Sistem Kepemimpinan Nasional
Kepemimpinan nasional dalam SANKRI diartikan sebagai sistem kepemimpinan dalam
rangka penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, yang berperan
mengembangkan visi dan mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita
dan tujuan NKRI sesuai posisi masing-masing dalam pemerintahan negara & masyarakat
bangsa.
Proses kepemimpinan dalam SANKRI harus menempatkan dimensi-dimensi nilai SANKRI
sebagai guiding values and principles dalam keseluruhan aktivitasnya yg terarah pada
pencapaian cita-cita dan tujuan NKRI.
Dalam SANKRI, para pejabat pimpinan dalam mengemban tugasnya dituntut untuk
memiliki kemampuan memberikan inspirasi & mengembangkan kebijakan yg dapat
menggerakkan orang yg dipimpinnya ataupun masyarakat bangsanya untuk melakukan
kegiatan mencapai tujuan nasional sesuai nilai-nilai kebangsaan & perjuangan bangsa.

D. HARAPAN SANKRI DI MASA DATANG


Penyediaan pelayanan pemerintah yang berkualitas, akan memacu potensi sosial
ekonomi dalam masyarakat yang merupakan bagian dari demokratisasi ekonomi. Penyediaan
pelayanan publik yang bermutu merupakan salah satu alat untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah yang semakin berkurang, akibat krisis ekonomi yang terus-
menerus berkelanjutan pada saat ini. Hal tersebut menjadikan pemberian pelayanan publik
yang berkualitas kepada masyarakat menjadi semakin penting untuk dilaksanakn oleh
pemerintah.
Upaya pemberdayaan masyarakat memerlukan semangat untuk melayani masyarakat
(a spirit to servef public), dan menjadi mitra masyarakat (partner of society); atau
melakukan kerja sama dengan masyarakat (co production). Dalam pada itu pelayanan
mempunyai makna pengabdian atau pengelolaan pemberian bantuan yang mengutamakan
efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan antara lain
dalam perilaku melayani, bukan dilayani, mendorong, bukan menghambat,
mempermudah, bukan mempersulit, sederhana, bukan berbelit-belit, terbuka untuk
setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang. Makna administrasi publik sebagai
wahana penyelenggaraan pemerintahan negara, yang esensinya melayani publik, harus
benar-benar dihayati para penyelenggara pemerintahan negara.
Apabila dilihat dari sisi pelayanan, diberlakukannya Undang-Undang No. 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah, yang telah memeberikan perluasan kewenangan kepada
tingkat pemerintah daerah, dipandang sebagai salah satu upaya untuk memotong hambatan
birokratis yang seringkali mengakibatkan pemberian pelayanan memakan waktu yang lama
dan berbiaya tinggi. Dengan adanya desentralisasi, pemerintah daerah harus mampu
melaksanakan berbagai kewenangan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah pusat,
seiring dengan pelayanan yang harus disediakan. Konsekuensinya, pemerintah daerah
dituntut untuk lebih mampu memberikan pelayanan yang lebih berkualitas, dalam arti lebih
berorientasi kepada aspirasi masyarakat, lebih efisien, efektif dan bertanggunng jawab.
Dengan kata lain, otonomi daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Desentralisasi merupakan wujud nyata pelaksanaan otonomi daerah dalam SANKRI.
Perbedaan perkembangan antar daerah mempunyai implikasi yang berbeda pada macam dan
intensitas peranan pemerintah, namun pada umumnya masyarakat dan dunia usaha
memerlukan (a) desentralisasi dalam pemberian perizinan, dan efisiensi pelayanan birokrasi
bagi kegiatan-kegiatan dunia usaha di bidang sosial ekonomi, (b) penyesuaian kebijakan
pajak dan perkreditan yang lebih nyata bagi pembangunan di kawasan-kawasan tertinggal,
dan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah yang sesuai dengan kontribusi dan
potensi pembangunan daerah, serta (c) ketersediaan dan kemudahan mendapatkan informasi
mengenai potensi dan peluang bisnis di daerah dan di wilayah lainnya kepada daerah di
dalam upaya peningkatan pembangunan daerah.
Dalam konteks desentralisasi, pelayanan publik seharusnya menjadi lebih responsive
terhadap kepentingan publik. Paradigma pelayanan publik berkembang dari pelayanan yang
sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan focus kepaada pengelolaan yang
berorientasi kepada kepuasan pelanggan dengan cirri-ciri : (a) lebih memfokuskan diri pada
fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan yang memfasilitasi berkembangnya kondisi
kondusif bagi kegiatan pelayanan kepada masyarakat, (b) lebih memfokuskan diri pada
pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki yang tinggi
terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang telah dibangun bersama, (c) menerapkan sistem
kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan publik tertentu sehingga masayrakat memperoleh
pelayanan yang berkualitas, (d) terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang
berorientasi pada hasil sesuai dengan masukan yang digunakan, (e) lebih mengutamakan apa
yang diinginkan oleh masyarakat, (f) pada hal tertentu pemerintah juga berperan untuk
memperoleh pendapat dari masyarakat dari pelayanan yang dilaksanakan, (g) lebih
mengutamakan antisipasi terhadap permasalahan pelayanan, (h) menerapkan sistem pasar
dalam memberikan pelayanan.
Tuntutan masyarakat pada era desentralisasi terhadap pelayanan publik yang
berkuallitas akan semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah sangat
ditentukan oleh kemampuannya mengatasi berbagai masalah sehingga mampu menyediakan
pelayanan publik yang memuaskan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Hal-hal yang dapat dilakukan pemerintah antara lain :
a) Penetapan standar pelayanan.
Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam pelayanan publik.
Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk
menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar
perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara pelayanan.
Penetapan standar pelayanan yang dilakukan melalui proses identifikasi pelanggan,
identifikasi harapan pelanggan, perumusan visi dan misi pelayanan, analisis proses
dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu dan biaya pelayanan. Proses ini tidak
hanya akan memberikan informasi mengenai standar pelayanan yang harus
ditetapkan, tetapi juga informasi mengenai kelembagaan yang mampu mendukung
terselenggaranya proses manajemen yang menghasilkan pelayanan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Informasi lain yang juga dihasilkan adalah informasi
mengenai kuantitas dan kompetensi-kompetensi sumber daya manusia yang
dibutuhkan serta distribusinya beban tugas pelayanan yang akan ditanganinya.
b) Pengembangan standard operating procedures (SOP).
Untuk memastikan bahwa proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten
diperlukan adanya Standard Operating Procedures. Dengan adanya SOP, maka
proses pengolahan yang dilakukan secara internal dalam unit pelayanan dapat
berjalan sesuai dengan aturan yang jelas, sehingga dapat berjalan secara konsisten.
Disamping itu, SOP juga bermanfaat dalam hal :
Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan lancar. Jika terjadi hal-hal
tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses tertentu
berhalangan hadir, maka petugas lain dapat menggantikannya. Oleh karena itu
proses pelayanan dapat berjalan terus.
Untuk memastikan bahwa pelayanan perijinan dapat berjalan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran terhadap
kesalahan prosedur jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan.
Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan perubahan-
perubahan tertentu dalam prosedur pelayanan.
Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian pelayanan.
Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang akan
diserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani satu proses
pelayanan tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat
dalam proses pelayanan memiliki uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
c) Pengembangan survey kepuasan pelanggan.
Untuk menjaga kepuasan masyarakat, maka perlu dikembangkan suatu mekanisme
penilaian kepuasan masyarakat atas pelayanan yang telah diberikan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Dalam konsep manajemen pelayanan, kepuasan
pelanggan dapat dicapai apabila produk pelayanan yang diberikan oleh penyedia
pelayanan memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu, survey
kepuasan pelanggan memiliki arti penting dalam upaya peningkatan pelayanan
publik.
d) Pengembangan sistem pengelolaan pengaduan.
Pengaduan masyarakat merupakan satu sumber informasi bagi upaya-upaya pihak
penyelenggara pelayanan untuk secara konsisten menjaga pelayanan yang
dihasilkannya sesuai dengan stendar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu
didesain suatu system pengelolaan pengaduan yang secara dapat efektif dan efisien
mengolah berbagai pengaduan masyarakat menjadi bahan masukan bagi perbaikan
kualitas pelayanan.

Negara modern memerlukan sistem administasi negara modern sebagai syarat bagi
eksisnya pemerintahan modern dan berfungsinya suatu birokrasi pemerintahan yang modern,
yang keseluruhnya itu dimanifestasikan dengan indicator modernitas tertentu. Indikator
modernitas mengalami perkembangan dan perubahan, namun ada pula yang bersifat universal
berlaku sepanjang zaman. Hal ini ditunjukan dalam paradigma dan proses pembangunan
negara-negara berkembang, yang dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Paradigma birokrasi Weber atau scientific management dari Taylor yang berfokus pada
fenomena struktural dan fungsional yang spesifik dan formal (legal) yang kaku pada masanya
dianggap modern; namun dalam perkembangannya kemudian dipandang klasik atau
tradisional (traditional paradigm) karena dalam konsep dan penerapannya ternyata dan
mengarah pada pengembangan organisasi dan birokrasi maksimal yang dinilai kurang
mengakomodasikan dimensi-dimensi kemanusiaan, di mana interaksi antar manusia bersifat
hirarkikal yang menimbulkan kekakuan, dan mempengaruhi motivasi dan produktivitas.
Karenanya kemudian mengalami krisis dan mendorong berkembangnya paradigma baru yaitu
paradigma perilaku (behavoural paradigm) yang menekankan pentingnya dimensi-dimensi
kemanusiaan dalam organisasi dan manajemen. Di antranya terdapat teori Maslow, Likert,
dan Simon memberikan dimensi-dimensi baru dalam mertevitalisasi organisasi dan
manajemen yang menyentuh manusia dan aspek-aspek kemanusian yang luas, termasuk di
dalamnya masalah peningkatan kapasitas diri, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Selanjutnya berkembang pula pemikiran yang menekankan perlunya pengintegrasian kedua
pendekatan structural-fungsional dan paradigma perilaku yang menelurkan paradigma
sistemik (system thinking paradigm), yang memandang administrasi negara merupakan
sistem yang bersifat terbuka yang dipengaruhi kondisi lingkungan dan mempunyai peran
merubah kondisi lingkungan. Peran administrasi negara dalam pembangunan bangsa
mewajibkan perhatiannya terhadap perkembangan dan perubahan lingkungan stratejik
internal dan eksternal yang membutuhkan pengembangan berbagai kebijakan, dan
mendorong paradigma kebijakan publik (public policy paradigm) dalam pengembangan
disiplin dan sistem administrasi negara.
Perkembangan menujukan semakin lekatnya nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan,
demokrasi, partisipasi, dan hak azasi manusia dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan, sebagai indikator kemajuan dan tingkatan modernitas sistem dan proses
administrasi negara dan pembangunan suatu bangsa. Perkembangan yang menggema dalam
dekade terakhir ini adalah konsep penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance) yang komit terhadap antara lain terhadap nilai dan prinsip kepastian hukum,
partisipasi, tranparansi, sensitivitas, professionalitas, efisiensi, efektivitas, desntralisasi, dan
daya saing. Apabila kita cermati, nilai dan prinsip tersebut juga terkandung dalam SANKRI,
merupakan dimensi kultural operasional SANKRI. Nilai dan prinsip tersebut juga merupakan
indikator modernitas setiap sistem administrasi negara Abad 21 ini.
Birokrasi Pemerintah Pusat dan Daerah perlu memiliki visi, misi, strategi, agenda
kebijakan, kompetensi, dan komitmen pembangunan dan pelayanan yang jelas dilandasi
dimensi-dimensi spiritual SANKRI dan tegas terfokus pada permasalahan yang mendesak
perlu di atasi, dan terarah pada perwujudan cita-cita dan tujuan bangsa bernegara. Dengan
visi, misi, strategi yang didasarkan pada paradigma pembangunan dan agenda kebijakan yang
tepat, didukung dengan sistem manajemen yang berorientasi pada penerapan nilai dan prinsip
good governance, disertai kompetensi dan komitmen yang kuat dalam keseluruhan tatanan
organisasinya yang tersusun secara tepat disertai pelimpahan kewenangan yang seimbang,
pemerintah akan dapat mencapai kinerja yang optimal dalam menghadapi berbagai
permasalahan dan tantangan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa. Selain
itu, tantangan lingkungan stratejik mengharuskan pula pilihan-pilihan kritis terhadap
paradigma pembangunan yang harus dipilih sebagai landasaan strategi dan kebijakan
pembangunan bangsa. Hal ini juga mensyaratkan manajemen pemerintahan yang baik dan
kompetensi SDM yang teruji.
Penataan Organisasi dan Tata Kerja. Penataan organisasi pemerintah baik pusat
maupun daerah didasarkan pada visi, misi, sasaran, strategi, agenda kebijakan, program, dan
kinerja kegiatan yang terencana; dan diarahkan pada terbangunnya sosok birokrasi yang
ramping, desentralistik, efisien, efektif, berpertanggung jawaban, terbuka, dan aksesif; serta
terjalin dengan jelas satu sama lain sebagai satu kesatuan birokrasi nasional dalam SANKRI.
Seiring dengan itu, penyederhanaan tata kerja dalam hubungan intra dan antar aparatur, serta
antara aparatur dan masyarakat dikembangkan terarah pada penerapan pelayanan prima yang
efektif, dan mendorong peningkatan produktivitas kegiatan pelayanan aparatur dan
masyarakat.
Pemantapan Sistem Manajemen. Dengan makin meningkatnya dinamika masyarakat
dalam penyelengaraan negara dan pembangunan bangsa, pengembangan sistem manajemen
pemerintahan diprioritaskan pada pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan dan
pelayanan publik yang kondusif, transparan, dan akuntabel, disertai dukungan sistem
informatika yang sudah terarah pada pengembangan e-government. Peran birokrasi lebih
difokuskan sebagai agen pembaharuan, sebagai motivator dan fasilitator bagi tumbuh dan
berkembangnya swakarsa dan swadaya serta meningkatnya kompetensi masyarakat dan dunia
usaha.
Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur. Mengantisipasi tantangan global,
pembinaan sumber daya manusia aparatur negara perlu mengacu pada standar kompetensi
internasional (world class). Sosok aparatur masa depan penampilannya harus profesional
sekaligus taat hukum, rasional, inovatif, memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung
tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Peningkatan profesionalisme aparatur harus ditunjang dengan integritas yang tinggi, dengan
mengupayakan terlembagakannya karakteristik sebagai berikut: (a) mempunyai komitmen
yang tinggi terhadap perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan bernegara, (b) memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan dalam mengemban tugas pengelolaan pelayanan dan
kebijakan publik, (c) berkemamapuan melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif, dan
inovatif, (d) disiplin dalam bekerja berdasarkan sifat dan etika profesional, (e) memiliki daya
tanggap dan sikap bertanggung gugat (akuntabilitas), (f) memiliki derajat otonomi yang
penuh rasa tanggung jawab dalam membuat dan melaksanakan berbagai keputusan sesuai
kewenangan, dan (g) memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan produktivitas.
Untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara
berdaya guna dan berhasil guna pada masa globalisasi saat ini, maka dalam SANKRI
diperlukan sistem pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang mampu memberikan keseimbangan
terjaminnya hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil, dengan misi tiap satuan organisasi
pemerintah untuk memotivasi kinerja Pegawai Negeri Sipil perlu disusun pola karir yang
memungkinkan potensi Pegawai negeri Sipil dikembangkan seoptimal mungkin.
Tegaknya hukum yang berkeadilan merupakan jasa pemerintahan yang terasa teramat
sulit diwujudkan, namun mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan, justru di tengah kemajemukan, berbagai ketidak pastian perkembangan
lingkungan, dan menajamnya persaingan. Peningkatan dan efisiensi nasional membutuhkan
penyesuaian kebijakan dan perangkat perundang-undangan, namun tidak berarti harus
mengabaikan kepastian hukum. Adanya kepastian hukum merupakan indikator
professionalisme dan syarat bagi kredibilitas pemerintahan, sebab bersifat vital dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta dalam pengembangan hubungan
internasional. Tegaknya kepastian hukum juga mensyaratkan kecermatan dalam penyusunan
berbagai kebijaksanaan pembangu-nan. Sebab berbagai kebijak-sanaan publik tersebut pada
akhirnya harus ditungkan dalam sistem perundang-undangan untuk memiliki kekuatan
hukum, dan harus mengandung kepastian hukum.
Dalam era globalisasi, dalam ekonomi yang makin terbuka, meskipun untuk
meningkatkan efisiensi perekonomian harus makin diarahkan kepada ekonomi pasar, namun
intervensi pemerintah harus menjamin bahwa persaingan berjalan dengan berimbang, dan
pemerataan terpelihara. Yang terutama harus dicegah terjadinya proses kesenjangan yang
makin melebar, karena kesempatan yang muncul dari ekonomi yang terbuka hanya dapat
dimanfaatkan oleh wilayah, sektor, atau golongan ekonomi yang lebih maju. Peranan
pemerintah makin dituntut untuk lebih dicurahkan pada upaya pemerataan dan
pemberdayaan. Penyelenggara pemerintahan negara harus mempunyai komitmen yang kuat
kepada kepentingan rakyat, kepada cita-cita keadilan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Darwin, Muhadjir, Teori Organisasi Publik, Magister Administrasi Publik UGM,


Yogyakarta, 1994.
Denhart, Robert B., Theories of Public Organization, Montery CA: Books/ Cole Publishing
Company, 1984.
Harmon, Michael M. dan Richard T. Mayor, Organization Theory for Public
Administration, Boston: Little, Brown & Co, 1986.
Henry, Nicholas, Administrasi Negara dan Masalah-masalah Kenegaraan, Rajawali Pers,
Jakarta, 1988.
Keban, Yeremias T., Manajemen Publik dalam Konteks Normatif dan Deskriptif,
Laporan Penelitian Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fisipol UGM, Yogyakarta, 1994.

, Pengantar Administrasi Negara, Modul Untuk Matrikulasi PS


Administrasi Negara Program Pasca Sarjana UGM, 1995.
Lane, Frederick S., Current Issues in Public Administration (third edition), New York: St.
Martins Press, 1986.
Mustopadidjaja, Dimensi-dimensi Teoritis Manajemen Modern dalam Manajemen
Pembangunan, No. 10/III, 1995.
Shafritz, J.M., dan A.C. Hyde, Classics of Public Administration, Pacific Grove, CA:
Brooks/ Cole Publishing Company, 1987.
Shafritz J.M., Ott J.S, dan A.C. Hyde, Public Management: The Essential Reading,
Chicago, Il: Lyceum Books/ Nelson-Hall Publisher, 1991.
Sukarno, Suyoso, Pengembangan dan Penerapan Prinsip-prinsip Manajemen Modern Sesuai
dengan Budaya Bangsa, dalam Pembaharuan Administrasi Dalam Menghadapi Era
Globalisasi, Pimpinan Pusat PERSADI, Jakarta, 1995.
https://www.academia.edu/9891734/Makalah_Perkembangan_Administrasi_Negara_di_Indo
nesia
http://www.slideshare.net/triwidodowutomo/sankri-sistem-administrasi-negara-kesatuan-ri
http://odenkmachron.blogspot.co.id/2008/04/sankri.html
https://izzahluvgreen.wordpress.com/2009/04/04/sankri-harapan-di-masa-depan/

Das könnte Ihnen auch gefallen