Sie sind auf Seite 1von 10

PENINGKATKAN PERILAKU PASIEN DALAM TATALAKSANA

DIABETES MELITUS MENGGUNAKAN MODEL BEHAVIORAL SYSTEM


(Changing the Patients Behavior in Diabetes Mellitus Management
by Application Behavioral System Model)

Nur Aini*, Widati Fatmaningrum**, Ah. Yusuf***


*STIKES Insan Unggul Surabaya, Jl. Raya Kletek No. 4 Taman Sidoarjo
E-mail: aini_anindya@yahoo.com
**Fakultas Kedokteran Unair Surabaya
***Fakultas Keperawatan Unair Surabaya

ABSTRACT
Introduction: Diabetic treatment need a very long time that make most of patient doesnt obey. One
of the methods can be used to improve patients compliance is nursing care model Behavioral System
by Dorothy E. Johnson with its interventions are motivation and education. The objective of this
study was to analyze the differences between knowledge, attitude, practice, blood sugar fasting and 2
hours post prandial (PP) of diabetic patients. Method: This experimental research using randomized
control group pretest posttest design. Sample used 30 persons divided into 2 groups. Motivation and
education are given 4 times in period of 1 month by visiting to the patients house. Data were collected
by questionnaires and observation then analyzed by wilcoxon with < 0.05. Result: Results showed
that after intervention, treatment group who haved good knowledge were 15 persons (100%), good
attitude were 8 persons (53.3%), moderate were 7 persons (46.7%), good practice were 11 persons
(73.3%), moderate were 3 persons (20%) and less was 1 person (6.7%). Blood sugar fasting and
2 hours post prandial (PP) decreased were 13 persons (86.7%). Analysis using wilcoxon showed that
result was significant. Discussion: It can be concluded that motivation and education can improve
knowledge, attitude, practice, decrease blood sugar fasting and 2 hours post prandial (PP). It was
suggested to optimalized education and giving motivation due to improving support and awareness
of patient to implement diabetes mellitus treatment.

Keywords: knowledge, attitude, practice, blood sugar, motivation and education

PENDAHULUAN hidup) sehingga seringkali pasien tidak patuh


dan cenderung menjadi putus asa dengan
Diabetes mellitus (DM) merupakan
program terapi yang lama, kompleks dan
salah satu penyakit yang prevalensinya
tidak menghasilkan kesembuhan. Menurut
semakin meningkat dari tahun ke tahun. World
Asti (2006) umumnya penderita diabetes
Health Organization (WHO) memprediksi
patuh berobat kepada dokter selama ia
kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia
masih menderita gejala yang subjektif dan
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
mengganggu hidup rutinnya sehari-hari,
21,3 juta pada tahun 2030, bahkan Indonesia
begitu ia bebas dari keluhan-keluhan tersebut
menempati urutan keempat di dunia sebagai
maka kepatuhannya untuk berobat berkurang
jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak
(Pratiwi, 2007).
setelah India, China, dan Amerika (Pratiwi,
Hasil penelitian di beberapa negara,
2007).
Pengobatan diabetes memerlukan waktu ketidakpatuhan pasien diabetes dalam berobat
yang lama (karena diabetes merupakan penyakit mencapai 4050%. Menurut laporan WHO
menahun yang akan diderita seumur hidup) dan pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien
sangat kompleks (tidak hanya membutuhkan pada terapi jangka panjang terhadap penyakit
pengobatan tetapi juga perubahan gaya kronis di negara maju hanya sebesar 50%

1
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 110

dan di negara berkembang jumlah tersebut diabetes tipe-2 ternyata tidak memberikan hasil
bahkan lebih rendah. Tahun 2006 jumlah yang signifikan. Ketidakpatuhan pasien beserta
penderita diabetes di Indonesia mencapai alasannya ini masih sedikit dipahami (Mishali
14 juta orang, dari jumlah itu baru 50% et al., 2007). Begitu pula yang diungkapkan
penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% oleh Tjokroprawiro (1997), walaupun pasien
di antaranya melakukan pengobatan secara diabetes telah mendapatkan pengobatan OAD,
teratur (Delamater, 2009; Pratiwi, 2007). masih banyak pasien tersebut mengalami
Hasil pengumpulan data awal kegagalan.
yang dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan Perawat merupakan faktor yang
Surabaya tanggal 1516 April 2010 pada mempunyai peran penting dalam merubah
15 pasien didapatkan pengetahuan baik 100%, perilaku pasien sehingga terjadi kondisi
sikap sedang 47% (7 orang) dan sikap baik 53% keseimbangan (equilibrium) dalam diri pasien.
(8 orang), praktik kurang 6% (1 orang), praktik Salah satu metode yang dapat digunakan
sedang 40% (6 orang) dan praktik baik 54% adalah dengan model asuhan keperawatan
(8 orang), meskipun pengetahuan pasien sudah Behavioral System Model dari Dorothy E.
baik (pengetahuan baik ini mungkin disebabkan Johnson. Teori Behavioral System Model
karena pasien sudah sering mendapatkan memandang individu sebagai sistem perilaku
penyuluhan dari rumah sakit), namun praktik yang selalu ingin mencapai keseimbangan
pasien yang baik hanya 54% sehingga pasien dan stabilitas, baik di lingkungan internal
perlu dimotivasi lagi supaya lebih patuh dalam atau eksternal, juga memiliki keinginan
pengobatan diabetes. dalam mengatur dan menyesuaikan dari
Ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pengaruh yang ditimbulkannya (Tommey dan
tatalaksana diabetes akan memberikan dampak Alligood, 2006).
negatif yang sangat besar meliputi peningkatan Intervensi yang digunakan untuk
biaya kesehatan dan komplikasi diabetes. merubah perilaku pasien dalam Behavioral
Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ System Model yaitu regulasi eksternal,
dalam tubuh yang dialiri pembuluh darah misalnya dengan cara membatasi perilaku dan
kecil dan besar dengan penyebab kematian menghambat respons perilaku yang tidak efektif,
50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% merubah elemen structure dengan tujuan untuk
akibat gagal ginjal. Diabetes juga menyebabkan memotivasi pasien dengan cara memberikan
kecacatan, sebanyak 30% penderita mengalami pendidikan kesehatan dan konseling dan
kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% memenuhi kebutuhan subsistem dengan cara
harus menjalani amputasi tungkai kaki, bahkan nurture, protect dan stimulate (Tommey dan
diabetes membunuh lebih banyak dibandingkan Alligood, 2006).
dengan HIV/AIDS (Soegondo, 2008). Pemberian motivasi dapat memperbaiki
Tujuan utama pengobatan segala perilaku pasien terhadap pengobatan karena
bentuk diabetes adalah untuk mencapai serta dalam hal ini kita menanamkan kesadaran
mempertahankan glukosa darah dalam keadaan individu untuk mentaati pengobatan didasari
normal (normoglikemi) dengan harapan dapat adanya keinginan yang timbul dari dirinya
mencegah komplikasinya. Menurut konsensus sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep yang
Perkeni (2006), pilar penatalaksanan diabetes di diciptakan oleh Johnson bahwa untuk merubah
antaranya meliputi terapi gizi medis/pengaturan perilaku seseorang dapat dilakukan dengan cara
makan, latihan jasmani, intervensi farmakologis memotivasi drive menjadi action. Aplikasi teori
dan edukasi. Namun itu belum cukup untuk ini untuk memperbaiki perilaku pasien diabetes
menjamin keberhasilan suatu terapi jika tidak mellitus belum diteliti, oleh karena itu peneliti
diikuti dengan kepatuhan pasien. Menurut ingin mengadakan penelitian tentang perbedaan
Mishali dari Departemen Psikologi Universitas
pengetahuan, sikap dan praktik pasien dalam
Tel Aviv, dari 21 studi atau penelitian dengan
tatalaksana DM akibat pemberian motivasi
pemberikan intervensi yang bertujuan untuk
dan edukasi.
meningkatkan kepatuhan berobat pada pasien

2
Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien Diabetes Melitus (Nur Aini)

BAHAN DAN METODE dua kelompok yaitu perlakuan dan kontrol,


melakukan pre test pada kedua kelompok,
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Memberikan intervensi berupa pemberian
eksperimen dengan rancangan randomized
motivasi dan edukasi pada kelompok perlakuan
control group pretest posttest design karena
yang dilakukan dengan cara kunjungan rumah,
penelitian ini untuk mengetahui perbedaan
sebanyak 4 kali dalam waktu 1 bulan, lama
pengetahuan, sikap, praktik serta gula darah
kunjungan antara 3060 menit dan melakukan
puasa dan 2 jam PP pasien diabetes sebelum
post test pada kedua kelompok.
dan sesudah pemberian motivasi dan edukasi.
Data yang diperoleh kemudian diolah
Populasi pada penelitian ini adalah pasien
menggunakan wilcoxon signed rank test untuk
diabetes mellitus di Poli Diabet Rumkital
variabel pengetahuan, sikap dan praktik.
Dr. Ramelan Surabaya sejumlah 40 orang pada
Sedangkan variabel gula darah diuji dengan
bulan Mei 2010. Sampel sebanyak 13 orang
paired t-test. Sebelum dilakukan uji t, akan
untuk masing-masing kelompok perlakuan
dilakukan uji normalitas dengan shapiro wilk
dan kontrol (menurut penghitungan rumus
(karena sampel < 50 orang), bila tidak normal
dari Kasiulevicius et al., 2006) diperoleh
data akan diuji dengan wilcoxon signed rank
melalui teknik simple random sampling.
test.
Variabel intervensi dalam penelitian ini adalah
pemberian motivasi dan edukasi. Sedangkan
variabel outputnya adalah pengetahuan, sikap HASIL
dan praktik pasien dalam tatalaksana DM serta
Pengetahuan responden kelompok
gula darah puasa dan 2 jam PP.
perlakuan pada saat pre test dan post test
Instrumen yang digunakan dalam
adalah baik masing-masing sebesar 15 orang
penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan,
(100%). Pengetahuan kelompok kontrol yang
sikap dan praktik serta alat pemeriksaan gula
darah (pemeriksaan gula darah dilakukan terbesar pada saat pre test dan post test adalah
di laboratorium). Lama penelitian adalah baik masing-masing sebesar 13 orang (86,7%).
1 bulan, peneliti menggunakan batas waktu ini Hasil uji statistik pada kelompok perlakuan
karena berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan ada perbedaan signifikan
Phillippa Lally dari University College London pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi
yang dipublikasikan dalam European Journal Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada
of Social Psychology, rata-rata seseorang perbedaan meskipun pengetahuan post test
dapat beradaptasi dengan perilaku barunya responden ada yang mengalami peningkatan.
dalam waktu 18254 hari, sedangkan menurut Sikap responden kelompok perlakuan
dr. Maxwell (ahli bedah plastik) manusia yang terbesar pada saat pre test adalah
memerlukan waktu sekitar 3 minggu untuk sedang sebesar 13 orang (86,7%). Setelah
beradapatasi terhadap perubahan (Depraxis, pemberian intervensi berubah menjadi baik
2010). Langkah-langkah dalam pengumpulan sebesar 8 orang (53,3%). Sikap responden
data adalah membagi responden menjadi kelompok kontrol yang terbesar pada saat pre

Tabel 1. Pengetahuan responden dalam tatalaksana DM di poli diabet Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Mei 2010
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post
Mean 85,6 96,06 85,13 85,55
Negative Ranks - -
Positive Ranks 15 3
Ties Ranks - 12
Sig-2 tailed (p) 0,001 0,102

3
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 110

Tabel 2. Sikap responden dalam tatalaksana DM di poli diabet Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Mei
2010
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post
Mean 46,26 48,6 46,53 46,86
Negative Ranks 1 -
Positive Ranks 12 3
Ties Ranks 2 12
Sig-2 tailed (p) 0,007 0,102

test adalah sedang sebesar 11 orang (73,3%). kelompok perlakuan dan kontrol ada perbedaan
Saat post test yang terbesar adalah sedang signifikan praktik pre test dan post test.
sebesar 10 orang (66,7%). Hasil uji statistik Gula darah puasa responden kelompok
pada kelompok perlakuan menunjukkan perlakuan mengalami penurunan dari 224 gr/dl
ada perbedaan signifikan sikap sebelum dan menjadi 156 gr/dl, demikian pula pada
sesudah intervensi, sedangkan pada kelompok kelompok kontrol mengalami penurunan dari
kontrol tidak menunjukkan perbedaan. 224 gr/dl menjadi 190 gr/dl. Hasil uji statistik
Praktik responden kelompok perlakuan pada kelompok perlakuan menunjukkan ada
yang terbesar pada saat pre test adalah sedang perbedaan signifikan gula darah sebelum dan
sebesar 9 orang (60%). Setelah pemberian sesudah intervensi, sedangkan pada kelompok
intervensi berubah menjadi baik sebesar kontrol tidak ada perbedaan signifikan meskipun
11 orang (73,3%). Praktik responden kelompok gula darah post test mengalami penurunan.
kontrol yang terbesar pada saat pre test adalah Gula darah 2 jam PP responden kelompok
sedang sebesar 7 orang (46,7%). Saat post perlakuan mengalami penurunan dari 239 gr/dl
test yang terbesar adalah baik sebesar 7 orang menjadi 226 gr/dl, sedangkan pada kelompok
(46,7%). Hasil uji statistik menunjukkan pada kontrol mengalami peningkatan dari 232 gr/dl

Tabel 3. Praktik responden dalam tatalaksana DM di poli diabet Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Mei
2010
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post
Mean 68,53 82,86 68,87 72
Negative Ranks - -
Positive Ranks 15 5
Ties Ranks - 10
Sig-2 tailed (p) 0,001 0,039

Tabel 4. Gula darah puasa responden dalam tatalaksana DM di poli diabet Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya Mei 2010
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post
Mean (gr/dl) 224 156 224 190
Negative Ranks 13 4
Positive Ranks 2 11
Ties Ranks - -
Sig-2 tailed (p) 0,035 0,320

4
Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien Diabetes Melitus (Nur Aini)

Tabel 5. Gula darah 2 jam PP responden dalam tatalaksana DM di poli diabet Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya Mei 2010
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post
Mean (gr/dl) 239 226 232 248
Negative Ranks 13 4
Positive Ranks 2 11
Ties Ranks - -
Sig-2 tailed (p) 0,047 0,280

menjadi 248 gr/dl. Hasil uji statistik pada halnya kelompok kontrol, pengetahuan
kelompok perlakuan menunjukkan ada responden kelompok perlakuan tentang DM
perbedaan signifikan gula darah 2 jam PP dan penatalaksanaannya (sebelum pemberian
sebelum dan sesudah intervensi, sedangkan motivasi dan edukasi) juga sudah baik semua
pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan. sebesar 15 orang. Pengetahuan yang baik ini
terutama mengenai tatalaksana/pengobatan
DM, penyebab peningkatan gula darah dan
PEMBAHASAN
pantangan yang harus dihindari. Bila dilihat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil kuesioner, pengetahuan mereka
ada perbedaan pengetahuan yang signifikan yang masih kurang terutama mengenai gejala,
pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah penyebab penyakit, pengaturan makan,
pemberian motivasi dan edukasi. Peningkatan komplikasi dan setelah dikaji lebih jauh ternyata
pengetahuan ini terjadi karena dalam pemberian beberapa responden kelompok perlakuan
motivasi ada materi edukasi tentang diabetes juga mempunyai pemahaman yang salah
juga sehingga peningkatan pengetahuan yang tentang obat diabetes dan tidak mengetahui
terjadi adalah karena pemberian edukasi. cara mengatur makan yang benar. Menurut
Peneliti memberikan edukasi tentang diabetes mereka dengan banyak minum obat akan
mellitus (DM) juga karena menurut Dorothy ketergantungan dan semakin memperparah
E. Johnson (perumus teori Behavioral Sytem penyakit. Mengenai diet, mereka hanya tahu
Model), dalam motivasi terkandung edukasi dan bahwa pasien DM tidak boleh makan manis,
konseling. Perbedaan pengetahuan juga terjadi jumlah makan harus dikurangi dan banyak
pada kelompok kontrol, namun perbedaan ini makan sayur, namun untuk pengaturan yang
tidak signifikan. Peningkatan pengetahuan lebih detail terutama dalam hal kalori mereka
pada kelompok kontrol mungkin disebabkan tidak tahu karena penjelasan mengenai hal ini
karena mereka mendapatkan informasi dari biasanya diberikan oleh ahli gizi sedangkan
sumber lain, karena pada kelompok kontrol konsul gizi hanya diperuntukkan bagi pasien
tidak mendapatkan edukasi dari peneliti. baru dan pasien yang gula darahnya tinggi.
Pengetahuan responden kelompok kontrol Pengetahuan meningkat setelah diberikan
yang baik tentang DM dan penatalaksanaannya motivasi dan edukasi tentang diabetes. Edukasi
ada 13 orang. Pengetahuan yang baik ini yang diberikan peneliti meliputi: definisi,
terutama mengenai tatalaksana/pengobatan penyebab diabetes, gejala diabetes, komplikasi
DM, penyebab peningkatan gula darah dan diabetes dan penatalaksanaan yang meliputi diit,
pantangan yang harus dihindari. Bila dilihat olahraga dan obat. Responden kelompok kontrol
dari hasil kuesioner, pengetahuan mereka dan perlakuan yang pengetahuannya baik
yang masih kurang terutama mengenai gejala, sebagian besar berjenis kelamin perempuan,
penyebab penyakit, pengaturan makan, lama sakit > 7 tahun, pendidikannya SLTP
komplikasi dan setelah dikaji lebih jauh sampai PT dan usia 6065 tahun. Jenis kelamin
mereka juga belum memahami cara mengatur responden yang terbanyak memang perempuan
makan dan minum obat yang benar. Seperti sebesar 23 orang. Berdasarkan data statistik

5
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 110

penduduk Jawa Timur tahun 2007, jumlah mengajarkan kepandaian baru kepada orang
penduduk perempuan di Jawa Timur lebih yang sudah tua karena mengalami kemunduran
banyak daripada laki-laki. Jumlah penduduk baik fisik maupun mental (Notoatmodjo,
perempuan adalah 1.403.631 ribu sedangkan 2007). Kemampuan belajar pada usia tua
laki-laki 1.316.525 ribu dengan sex ratio 94, akan sedikit menurun tapi bukan berarti tidak
artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan bisa mempelajari hal-hal baru lagi (Desmita,
terdapat 94 penduduk laki-laki (Badan Pusat 2006).
Statistik, 2007). Kemunduran kemampuan mental dan
Kelompok usia responden termasuk intelektual merupakan bagian dari proses
pada kelompok usia lanjut dini atau prasenium. penuaan organisme secara umum (Desmita,
Jumlah ini dapat dimengerti karena proporsi 2006). Hampir sebagian besar penelitian
jumlah penduduk khususnya yang berusia menunjukkan bahwa setelah mencapai puncak
55 tahun akan mengalami peningkatan oleh pada usia antara 4555 tahun, kebanyakan
karena berhasilnya meningkatkan umur kemampuan seseorang secara terus-menerus
harapan hidup waktu lahir, serta meningkat mengalami penurunan. Hal ini juga berlaku
dan membaiknya sosial ekonomi (Departemen bagi lansia. Kemerosotan intelektual lansia
kesehatan RI, 1992). Menurut WHO, kecepatan ini pada umumnya merupakan sesuatu yang
tumbuh lanjut usia (usia 60 tahun atau lebih) tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai
dua kali lipat dari 11% pada tahun 2006 faktor seperti penyakit dan kecemasan atau
menjadi 22% pada tahun 2050. Pertumbuhan depresi. Tetapi kemampuan intelektual lansia
ini lebih cepat di negara berkembang dibanding tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan
negara maju, dalam lima dekade lebih dari 80% salah satunya dengan menyediakan lingkungan
penduduk usia lanjut dunia hidup di negara yang dapat merangsang ataupun melatih
berkembang dibanding 60% pada tahun 2005, keterampilan intelektual mereka.
ini menyebabkan jumlah penduduk usi lanjut Sebagian besar responden yang
lebih banyak dari anak-anak (Joni, 2009). pendidikannya SLTP sampai dengan PT ternyata
Hal ini sesuai pula dengan penelitian yang pengetahuannya meningkat setelah diberikan
dilakukan oleh Pratiwi (2007) bahwa di negara motivasi dan edukasi. Hal ini dapat dimengerti
berkembang orang dewasa yang berisiko karena pendidikan memengaruhi motivasi
terkena diabetes mellitus (DM) adalah usia dan proses belajar. Makin tinggi pendidikan
4664 tahun. seseorang makin mudah orang tersebut untuk
Lama sakit responden terbanyak adalah menerima informasi. Walaupun SLTP termasuk
> 7 tahun sebanyak 19 orang. Hal ini dapat dalam kategori tingkat pendidikan rendah
dimengerti karena DM adalah penyakit kronis. namun ternyata responden yang pendidikannya
Lamanya seseorang menderita penyakit dapat SLTP masih bisa menerima informasi yang
memberi gambaran mengenai patogenesis disampaikan.
penyakit tersebut. Salah satu faktor risiko DM Pekerjaan dan pendapatan juga
adalah resistensi insulin yang dapat terjadi memengaruhi pengetahuan. Masyarakat yang
pada usia > 40 tahun dan dari penelitian yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-
dilakukan Pratiwi (2007) didapatkan usia yang hari akan mempunyai waktu yang lebih sedikit
terbanyak terkena DM adalah > 45 tahun. untuk memeroleh informasi. Pendapatan
Responden kelompok perlakuan erat kaitannya dengan status kesehatan,
yang berada pada usia lanjut dini atau masa umumnya makin tinggi pendapatan maka akan
prasenium dalam penelitian ini ternyata masih semakin baik status kesehatannya. Penghasilan
bisa menerima informasi dengan baik bila responden terbanyak adalah Rp.1.031.500
diberikan motivasi dan edukasi. Ada dua s/d 2.063.000/bulan. Angka ini sudah di atas
pendapat mengenai umur yaitu: Semakin tua UMR (upah minimum regional) Jawa Timur
makin bijaksana, semakin banyak informasi dan tahun 2010. Menurut mereka penghasilan ini
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga sudah cukup, karena rata-rata anak mereka
menambah pengetahuannya; Tidak dapat sudah berkeluarga dan mempunyai penghasilan

6
Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien Diabetes Melitus (Nur Aini)

sendiri sehingga penghasilan ini digunakan memori jangka panjang yang pernah diperoleh.
untuk memenuhi kebutuhan hidup responden Selama proses pengolahan informasi secara
sendiri. otomatis akan terjadi proses penyaringan
Peningkatan pengetahuan pada kelompok informasi berdasarkan nilai kemanfaatan
perlakuan mungkin juga disebabkan oleh informasi tersebut bagi seseorang. Semakin
pemberian motivasi. Dengan pemberian bermanfaat informasi tersebut bagi dirinya,
motivasi kita menanamkan kesadaran pada maka informasi tersebut akan terekam dengan
individu sehingga individu lebih menyadari baik dalam ingatannya (Notoatmodjo, 2007).
pentingnya informasi yang diberikan, karena Menurut Rogers (1974) dalam
informasi akan terekam baik dalam ingatan Notoatmodjo (2003), dari pengalaman dan
seseorang bila informasi tersebut bermanfaat penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
bagi dirinya. Selain itu pemberian intervensi oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
dilakukan secara pesonal (individu). Saat perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan,
tatap muka secara personal responden dapat oleh karena itu pemberian materi motivasi yang
menerima pesan baik verbal dan non-verbal salah satunya berupa materi tentang diabetes
dari peneliti melalui bahasa tubuh atau ekspresi dan penatalaksanaannya dapat menjadi dasar
wajah. Menurut teori neuro linguistic body untuk merubah perilaku.
language, intonasi dan ekspresi berpengaruh Hasil penelitian menunjukkan bahwa
85% dibandingkan bahasa verbal. Saat tatap ada perbedaan sikap yang signifikan pada
muka pasien menerima seluruh pesan tubuh kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
dengan baik sehingga kekuatan memori jauh pemberian motivasi dan edukasi. Perbedaan
lebih kuat. Materi yang disampaikan dengan sikap juga terjadi pada kelompok kontrol,
tatap muka dan diskusi akan lebih mudah namun perbedaan ini tidak signifikan.
dipahami responden karena materi yang Sikap sebagian besar responden
diberikan berfokus pada individu. kelompok perlakuan dan kontrol awalnya
Penelitian tentang keterkaitan antara berada pada kategori sedang sebesar 13 orang
motivasi dengan pengetahuan memang pada kelompok perlakuan dan selebihnya
belum ada, namun beberapa penelitian untuk pada kategori baik 2 orang. Sedangkan pada
meningkatkan pengetahuan dengan cara kelompok kontrol, kategori sedang sebesar
konseling individu dan diskusi misalnya 11 orang dan baik 4 orang. Responden
penelitian Andari (2006) pada pasien menopause kelompok kontrol yang sikapnya baik adalah
menunjukkan hasil yang lebih baik daripada mereka yang lama sakitnya > 35 tahun dengan
dengan ceramah saja. Proses pembentukan pendidikan PT, hal ini mungkin disebabkan
memori diawali dengan diterimanya berbagai karena pendidikan mereka baik sehingga secara
rangsangan yang diterima panca indera emosional sikap mereka juga baik. Sedangkan
oleh sensori memori di hipotalamus. Proses kelompok perlakuan yang sikapnya baik adalah
pembentukan memori jangka pendek (short mereka yang lama sakitnya > 10 tahun, hal ini
term memory) dimulai di hipotalamus. Informasi disebabkan karena mereka sudah bisa menerima
yang diterima oleh memori jangka pendek ini penyakit yang dideritanya dengan lapang dada.
masih mudah dilupakan, tetapi jika suatu objek Banyak responden yang awalnya merasa putus
tersebut dianggap penting dan bermakna, maka asa dengan pengobatan yang dijalani karena
proses pemindahan memori ke jangka panjang tidak juga menghasilkan kesembuhan dan
akan dimulai (Yusuf, 2003). kedisiplinan mereka kurang ketika gula darah
Proses pembentukan memori jangka sudah normal, tetapi kelompok perlakuan
panjang terjadi di lobus anterior pituitary. menunjukkan peningkatan sikap setelah
Memori jangka panjang yang terbentuk di otak pemberian motivasi dan edukasi.
dapat saja hilang atau terlupakan, tetapi hal Meskipun usia responden termasuk
ini bisa distimulasi kembali agar bisa diingat. dalam kategori usia lanjut dini tetapi sikap
Pemberian materi motivasi juga berfungsi mereka bisa berubah dengan adanya pemberian
sebagai stimulator untuk mengingat kembali motivasi dan edukasi. Hal ini tidak sepenuhnya

7
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 110

sesuai dengan ciri perkembangan emosional diri individu agar mereka tidak berputus asa dan
lansia yang diungkapkan oleh Hurlock (1980) tetap melaksanakan tatalaksana DM, sehingga
bahwa lanjut usia kurang bisa menyesuaikan dalam diri responden terjadi perubahan drive
diri, munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan menjadi set menjadi choice dan akhirnya
lagi dan ketidakikhlasan menerima kenyataan menjadi action atau tindakan seseorang untuk
baru seperti penyakit yang tidak kunjung melaksanakan tatalaksana DM.
sembuh. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
Menurut Sunaryo (2004), sikap tidak dilakukan oleh Yusuf (2003) tentang pengaruh
dibawa sejak lahir tetapi dapat dipelajari dan motivasi terhadap perubahan sikap perawat
dibentuk berdasarkan pengalaman individu dalam memberikan asuhan keperawatan.
sepanjang perkembangan selama hidupnya. Penelitian ini membuktikan bahwa motivasi
Pembentukan sikap dipengaruhi oleh faktor dan edukasi bisa merubah sikap seseorang
eksternal (pengalaman, situasi, norma, hambatan karena dengan pemberian motivasi dan edukasi
dan pendorong) dan internal (fisiologis, kita menanamkan kesadaran pada mereka
psikologis, dan motif). Beberapa penelitian agar berbuat sesuatu dengan rasa percaya
menunjukkan bahwa sikap dipengaruhi pula diri sendiri bahwa apa yang dilakukan itu
oleh pendidikan. Umumnya semakin tinggi adalah untuk mencapai tujuan tertentu dan ada
pendidikan seseorang, semakin baik pula keinginan dari dalam. Marat (1998), dalam
sikapnya biasanya makin tinggi pendidikan Sunaryo (2004) juga mengatakan bahwa sikap
seseorang makin mudah orang tersebut untuk yang terbentuk dalam diri seseorang adalah
menerima informasi dan memahami sesuatu. hasil dari proses penginderaan. Hasil proses
Pendidikan responden yang dalam penelitian penginderaan dari melihat, mendengar dan
ini minimal SLTP, ternyata menunjukkan merasakan akan melahirkan pengetahuan dan
perubahan sikap setelah diberikan motivasi pemahaman terhadap informasi, kemudian dari
dan edukasi. proses pemahaman tersebut seseorang akan
Pemberian motivasi dan edukasi pada memberikan penilaian atau sikap.
kelompok perlakuan menyebabkan perubahan Menurut Walgito (2001), sikap tidak
pada ketiga komponen sikap yaitu kognitif, dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan
afektif dan konatif. Komponen kognitif objek, dapat berlangsung lama atau sebentar,
adalah komponen perseptual, berkaitan bahkan sikap mengandung faktor perasaan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan. dan motivasi, sehingga sikap responden yang
Komponen ini berhubungan dengan bagaimana terbentuk selama penelitian ini mungkin tidak
orang mempersepsi terhadap objek sikap. berlangsung lama, oleh karena itu pemberian
Komponen afektif adalah merupakan komponen motivasi dan edukasi perlu ditingkatkan lagi
emosional, berkaitan dengan nada perasaan, dan diberikan secara berkelanjutan.
senang atau tidak senang terhadap suatu objek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Komponen ini menunjukkan arah sikap yaitu ada perbedaan praktik yang signifikan pada
positif dan negatif. Penilaian positif apabila kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
mereka merasakan ada keuntungan langsung, pemberian motivasi dan edukasi. Perbedaan
sedangkan penilaian negatif apabila sebaliknya. praktik yang signifikan juga terjadi pada
Komponen konatif adalah komponen kelompok kontrol.
kecenderungan perilaku, berhubungan dengan Praktik pada sebagian besar kelompok
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap perlakuan dan kontrol awalnya berada pada
(Azwar, 2003). kategori sedang sebesar 9 orang pada kelompok
Apabila dilihat dari faktor yang perlakuan, kategori baik 4 orang dan kurang
memengaruhi pembentukan sikap, maka 2 orang. Sedangkan pada kelompok kontrol
pemberian motivasi dan edukasi merupakan kategori sedang sebesar 7 orang, baik 5 orang
faktor eksternal. Pemberian motivasi dan dan kurang 3 orang. Praktik yang kurang
edukasi dapat mengubah sikap seseorang terutama dalam hal olahraga, minum obat
karena di sini kita menanamkan kesadaran pada dan mengatur makan. Alasan responden tidak

8
Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien Diabetes Melitus (Nur Aini)

melakukan olahraga rutin adalah karena pagi juga membuktikan bahwa proses tersebut
mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah tidak selalu seperti teori di atas (KAP). Hasil
sehingga tidak ada waktu untuk olahraga. penelitian ini membuktikan bahwa dengan
Alasan responden tidak meminum semua pengetahuan dan sikap yang baik, maka praktik
obatnya dan mengurangi dosis obat tanpa seseorang akhirnya akan berubah menjadi baik
instruksi dokter karena mereka mengira dengan pula.
minum obat akan semakin memperparah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyakit. Pengaturan makan sesuai dengan ada perbedaan gula darah puasa dan 2 jam
jumlah, jenis dan jadwal juga belum benar PP yang signifikan pada kelompok perlakuan
dan tepat karena responden memang belum sebelum dan sesudah pemberian motivasi dan
mengerti tentang hal ini. Selain itu, bila gula edukasi. Perbedaan gula darah puasa juga
darah normal sebagian besar responden tidak terjadi pada kelompok kontrol, tapi perbedaan
disiplin atau sembrono dalam penatalaksanaan ini tidak signifikan. Sedangkan pada gula
DM. darah 2 jam PP malah sebaliknya yaitu terjadi
Sebagian besar responden kelompok peningkatan.
kontrol yang praktiknya baik dan sedang Penurunan gula darah puasa dan 2 jam
adalah mereka yang lama sakitnya > 7 tahun, PP pada kelompok perlakuan dapat terjadi
hal ini mungkin disebabkan karena mereka karena dengan pemberian motivasi dan edukasi
sudah terbiasa melakukan tatalaksana DM. akan terjadi perubahan pengetahuan, sikap
Sedangkan responden kelompok perlakuan dan praktik ke arah yang lebih baik sehingga
yang praktiknya baik dan sedang juga lama praktik yang kurang dalam tatalaksana DM
sakitnya > 7 tahun. Namun setelah diberikan menjadi lebih baik lagi. Keadaan ini akhirnya
motivasi dan edukasi akhirnya praktik pada berdampak pula pada penurunan gula darah
kelompok perlakuan berubah menjadi lebih puasa dan 2 jam PP.
baik lagi.
Penatalaksanaan DM memang sangat SIMPULAN DAN SARAN
kompleks dan membutuhkan kedisiplinan, oleh Simpulan
karena itu pemberian motivasi dan edukasi
sangat penting karena bisa menjadi support Pemberian motivasi dan edukasi dapat
bagi pasien. Memang belum ada penelitian memperbaiki perilaku pasien dalam tatalaksana
tentang pengaruh motivasi dan edukasi terhadap diabetes mellitus melalui peningkatan
perubahan praktik atau perilaku pasien, tetapi pengetahuan, sikap dan praktik. Selanjutnya
hasil penelitian ini memperkuat teori Dorothy apabila perilaku pasien sudah baik maka gula
E. Johnson bahwa pemberian motivasi dan darah akan stabil.
edukasi akan merubah drive menjadi set
Saran
menjadi choice dan akhirnya menjadi action
atau tindakan. Jika dilihat dari teori cara Rumah sakit dalam memberikan
memberikan motivasi, maka motivasi yang penyuluhan, hendaknya lebih mengoptimalkan
kita berikan dalam teori Dorothy E. Johnson jadwal yang telah ditetapkan dan membuat
ini adalah motivasi dengan identifikasi, artinya program penyuluhan semenarik mungkin
kita menanamkan kesadaran sehingga individu sehingga akan lebih banyak lagi pasien yang
berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang tertarik untuk mengikuti penyuluhan. Pasien
timbul dari dalam dirinya sendiri (Tommey dan juga perlu diberikan motivasi karena dengan
Alligood, 2006). memberikan motivasi maka kita memberikan
Menurut Notoatmodjo (2007), perubahan dukungan dan menanamkan kesadaran pada
perilaku terjadi melalui perubahan kognitif- pasien untuk melaksanakan tatalaksana DM.
afektif-praktik (KAP) dan perubahan perilaku Perawat adalah orang yang paling dekat
yang didasari oleh kesadaran diri sendiri akan dengan pasien karena waktu interaksi antara
bersifat lebih langgeng. Beberapa penelitian perawat dan pasien lebih lama dibandingkan
membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya dengan tenaga kesehatan lain, oleh karena itu

9
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 110

hendaknya mereka juga dibekali dengan materi Bahagia, (Online), (http://miias.info,


motivasi karena pemberian motivasi terbukti diakses tanggal 10 Agustus 2010).
bisa merubah pengetahuan, sikap maupun Kasiulevicius, Sapoka, dan Filipaviciute.
praktik pasien sehingga perilaku pasien dapat 2006. Sample Size Calculation in
berubah menjadi lebih baik dan gula darahnya Epidemiological Studies. Gerontologija.
turun. 7(4): 225231.
Marat, S., 1998. Perilaku Manusia. Bandung:
Refika Aditama.
KEPUSTAKAAN Mishali, Vaknin, Omer, dan Heymann, 2007.
Conceptualization and Measurement of
Andari, P.N., 2006. Pengaruh Konseling
Resistance to Treatment: the resistance to
M e n o p a u s e t e r h a d a p Ti n g k a t
treatment questionnaire for people with
Pengetahuan dan Sikap Wanita dalam
diabetes. Oxford University Press.
Menghadapi Masa Menopause.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan
Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya:
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Universitas Airlangga.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asti, T., 2006. Kepatuhan Pasien: Faktor
Notoamodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan
Penting dalam Keberhasilan Terapi.
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta..
Majalah Infopom. 7(5), 13.
Perkeni, 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Azwar, S., 2003. Sikap Manusia dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Indonesia.
Pelajar.
Pratiwi, A.D., 2007. Epidemiologi, Program
Badan Pusat Statistik, 2007. Data Penduduk
Penanggulangan dan Isu Mutakhir
Jawa Timur. (Online), ( http://jatim.
Diabetes Mellitus. Skripsi tidak
bps.go.id. diakses tanggal 25 Agustus
dipublikasikan. Makassar: Universitas
2010).
Hasanuddin.
Delamater, 2009. Improving Patient Adherence,
Soegondo, S., 2008. Hidup Secara Mandiri
(Online), (http://clinical diabetesjournals,
dengan Diabetes Mellitus. Jakarta:
diakses tanggal 21 Desember 2009).
FKUI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Sunaryo, 2004. Psikologi untuk Keperawatan.
1992. Direktorat Bina Kesehatan
Jakarta: ECG.
Keluarga, Pedoman Manajemen Upaya
Tjokroprawiro, A., 1997. Surabaya Diabetes
Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas.
Update II. Pusat Diabetes dan Nutrisi.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
RSUD dr. Soetomo dan FK Unair.
Indonesia.
Tommey dan Alligood, 2006. Nursing Theorists
Depraxis, L., 2010. Mitos Kebiasaan 21 Hari,
and Their Work. Philadelphia USA:
(Online), (http://lexdepraxis.wordpress.
Mosby.
com., diakses tanggal 17 Maret 2010).
Yusuf, A.H., 2003. Pengaruh Pemberian
Desmita, 2006. Psikologi Perkembangan. Edisi
Motivasi tentang Keperawatan terhadap
II. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Perubahan Sikap Perawat dalam
Hurlock, Elizabeth B., 1980. Psikologi
Memberikan Asuhan Keperawatan di
Perkembangan Suatu Pendekatan
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya:
Erlangga.
Program Pascasarjana Unair.
Joni, B., 2009. Sekilas Tentang Geriatri (Ilmu
Walgito, B., 2001. Psikologi Sosial Suatu
Kesehatan Lanjut Usia), Suatu Upaya
Pengantar. Yogyakarta: Andi ofset.
Menuju Hari Tua yang Sehat dan

10

Das könnte Ihnen auch gefallen