Sie sind auf Seite 1von 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 1

ALKOHOL

Oleh
Nurhayati
1530221006

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena dapat
digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut. Dalam laboratorium
dan industri alkohol digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Dan lkohol merupakan
senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat
fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang
jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan
hidrogen. Rumus umum alkohol R OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun
siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Sedangkan
dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan hanya butanol yang sedikit larut.
Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala
perbandingan.
Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada rantai
karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, alkohol sekunder dan
alkohol tersier. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus OH nya terletak pada C primer
yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain contohnya : CH3CH2CH2OH
(C3H7O). Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C
sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus
OH nya terletak pada atom C tersier yang terikat langsung pada tiga atom C yang lain
Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan hidrogen.
Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksil yang polar terhadap sifat
molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya sifatnya lebih seperti
hidrokarbon. Akibatnya alkohol dengan bobot molekul rendah cenderung larut dalam air,
sedangkan alkohol berbobot molekul tinggi tidak demikian. Alkohol mendidih pada
temperatur yang cukup tinggi.
1.2 Tujuan

1. Mengetahui sifat fisik dari beberapa senyawa alkohol, diantaranya untuk mngetahui
perbedaan titik didih, viskositas, bau, dan perbedaan kelaarutan.
2. Menentukan struktur alkohol primer, sekunder, dan tersier berdasarkan reaktivitasnya
terhadap beberapa pereaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Alkohol adalah persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil.
Karena ikatan hidroksil bersifat kovalen, maka sifat alkohol tidak serupa dengan hidroksida,
tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama akhiran-ol.
Alkohol dapat digolongkan berdasarkan :

a. Letak gugus OH pada atom karbon.


b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya).
c. Bentuk rantai karbonya.

Alkohol yang paling sederhana adalah methanol (CH3OH) atau disebut juga alkohol
kayu. Methanol merupakan larutan mudah menguap yang tidak berwarna dan dapat
bercampur dengan air pada segala perbandingan. Methanol di jual sebagai spirtus untuk
bahan bakar. Methanol sangat beracun, bila tercium atau terhirup dapat menyebabkan
kebutaan dan lumpuh.
Alkohol lain yang banyak digunakan adalah etanol (CH3CH2OH). Minuman beralkohol
mengandung etanol dengan konsentrasi berbeda. Etanol dapat menekan susunan saraf pusat.
Dapat digunakan sebagai antiseftik dan pengawet, sebab dapat mengkoagulasikan
protoplasma. Alkohol dapat juga dihasilkan dari karbohidrat secara biologis yaitu dengan
bantuan kerja enzim zymase ( terdapat dalam sel khamir atau yeast).
Alkohol dengan rantai aromatic bersifat lebih asam dari pada alkohol alkohol alifatik.
Ini disebabkan karena terjadinya delekalisasi electron pada cincin aromatic yaitu electron
pada oksigen (O2) dan hydrogen (H2) cenderung tertarik kea rah cincin aromatic.
Pada alcohol , gugus OH terikat pada atom karbon tetrahedral. Jika gugus OH terikat
pada satu atom karbon yang mengikat 3 atom hydrogen maka si alcohol tersebut adalah
methanol. Jika karbon yang mengikat OH terikat pada satu atom lain dan 2 aaatom
hydrogen, alcohol ini disebut alcohol primer (10) . jika atom karbon yang mengikat gugus
OH terikat pada dua atom karbon lain , disebut alcohol sekunder (20), dan alcohol yang
mengikat 3 atom karbon lain disamping gugus OH disebut alcohol tersier (30). Semua jenis
alcohol ini memiliki karakteristik yang sama disamping beberapa karakteristik lain yang
berbeda akibat perbedaan strukturnya. Dalam fenol, gugus OH terikat pada karbon yang

menjadi bagian langsung dari cincin aromatic.


Struktur alcohol dan fenol, alkohol dan fenol memiliki kemiripan dalam beberapa hal,
tetapi terdapat perbedaan yang cukup mendasar sehingga kedua kelompok senyawa ini dapat
dianggap sebagai kelompok gugus fungsi yang berbeda. Salah satu perbedaan yang utama
adalah bahwa fenol bersifat jutaan kali lebih asam daripada alcohol. Penambahan sejumlah
larutan natrium hidroksida kefenol akan menyebabkan gugus -OH dalam molekul
terdeprotonasi. Hal ini tidak akan terjadi pada alcohol.
Sifat fisik alcohol dan fenol. Semakin besar struktur suatu alcohol dan fenol, maka titik
didihnya biasanya lebih tinggi. Ketika ukuran suatu alcohol bertambah besar, maka
probabilitas alkiohol menjadi berwujud padat semakin besar. Sebagian besar senyawa fenol
berwujud padat, sebagian kecil alcohol larut dalam air karena gugus hidroksi pada alcohol
dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air, namun ketika ukuran gugus alkil pada
alcohol bertambah besar, kelarutannya dalam air akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan ikatan hydrogen antara gugus
hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi cukup besar, akibatnya molekul-molekul air
akan menolak molekul-molekul alcohol untuk menstabilkan kembali ikatan hydrogen antar
molekul air. Jika gugus nonpolar (seperti gugus alkil) terikat pada cincin aromatic , maka
kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal inilah yang menjadi alasan gugus nonpolar
sering disebut sebagai guugs hidroforb.
Titik didih
Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen di anatara molekulnya, sehingga titik didih
alkohol lebih tinggi dari pada titik didih alkil atau eter yang bobot molekulnya sebanding.
Pada alkohol normal ROH, semakin banyak atom C semakin tinggi titik didihnya.
Sebaliknya pada alkohol yang sama bobot molekulnya, tetapi berbeda kedudukan gugus
hidroksilnya, akan di peroleh data berikut :
n-butil alkohol td = 117,7oC
sec-butil alkohol td = 99,5oC
tert-butil alkohol td = 82,9oC
Kelarutan dalam air
Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air. Kelarutan dalam air ini disebabkan oleh
ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofobik
(membenci air), yakni menolak molekul-molekul air. Semakin panjang bagian hidrokarbon
ini, semakin rendah kelarutan alkohol dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat
hidrofobik dapat mengalahkan sifat hidrofobik (menyukai air) dari gugus hidroksil.
Viskositas
Viskositas suatu cairan sangat bergantung pada aliran laminar,yaitu aliran yang suatu
lapisannya (lamina) bergeser relatif perlahan terhadap lapisan yang lain. Aliran yang terjadi
sangat bergantung pada gaya-gaya intermolekular diantara molekul yang sejenis, sehingga
dapat dikatakan bahwa gerakan dalam aliran dalam fase cair dari setiap molekul sangat
dipengaruhi oleh molekul tetangganya.
Untuk menentukan viskositas dapat ditempuh berbagai cara diantaranya dengan
viskometer ostawald atau dengan cara bola jatuh (metode stoke). Metode di pilih sesuai
dengan viskositas cairannya.metodestoke dipakai untuk menetapkan viskositas yang lebih
besar dari 10 10000 poise.

2.2 Tinjauan Bahan


2.2.1 Alkohol

adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom
hidrogen dan/atau atom karbon lain.

2.2.2 N-butanol

Normal butanol adalah alkohol primer dengan struktur 4-karbon, dan memiliki
rumus kimia C4H9OH. Isomernya antara lain isobutanol, 2-butanol, dan tert-
butanol. Butanol adalah salah satu dari kelompok "alkohol fusel" (dari bahasa
Jerman untuk "en: bad liquor"), yang memiliki lebih dari dua atom karbon dan
mudah larut dalam air. n-Butanol secara natural berada sebagai produk minor
fermentasi gula dan karbohidrat lainnya,[6] dan terdapat dalam kebanyakan bahan
makanan dan minuman.[7][8] Ini juga merupakan zat perisa buatan yang diizinkan
di Amerika Serikat,[9] digunakan dalam mentega, krim, buah, rum, whiskey, es
krim, kembang gula, dan produk bakeri.senyawa ini juga digunakan luas untuk
produk-produk konsumen

2.2.3 S-butanol
2.2.4 Gliserol
Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang
bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan komponen yang menyusun
berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol terasa manis saat dikecap,
dan di anggap tidak beracun. Gliserol dapat diperoleh dari proses saponifikasi dari
lemak hewan, transesterifikasi pembuatan bahan bakar biodiesel dan proses
epiklorohidrin[1] serta proses pengolahan minyak goreng.

2.2.4 Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling
tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH
dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus
etil (C2H5).

2.2.5 T-butanol
2.2.6 Na-dikromat

Natrium dikromat adalah senyawa anorganik dengan rumus Na2Cr2O7. Biasanya


tersaji dalam bentuk garam dihidratnya Na2Cr2O72H2O. Sebenarnya, semua bijih
kromium diproses melalui konversi ke natrium dikromat dan seluruh senyawa dan
bahan berbasis kromium dibuat dari garam ini.[1] Dalam hal reaktivitas dan
penampakannya, natrium dikromat dan kalium dikromat sangatlah mirip. Tetapi,
garam natriumnya dua puluh kali lebih mudah larut daripada garam kaliumnya (49
g/L at 0 C) dan berat ekivalennya juga lebih rendah.

2.2.7 Air suling

Air suling adalah air yang berasal dari proses distilasi (penyulingan). Air suling
dengan tingkat kemurnian tinggi (ultrapure distilled water) dapat diperoleh dengan
melakukan penyulingan ulang air suling biasa.[1] Kemudian air hasil penyulingan
kedua kali tersebut dialirkan melalui sistem saringan dengan karbon aktif dan
tabung deionisasi. Air suling dapat dimanfaatkan sebagai larutan elektrolit untuk
mengisi tabung elektroliser. Larutan ini akan dicampur sodium bikarbonat
(NaOH). Volume air suling yang digunakan tergantung pada volume tabung yang
digunakan.

2.2.8 Asam sulfat pekat

Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan
dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat
pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta.
Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia,
pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak

2.2.9 Etilen glikol

Etilen glikol adalah senyawa organik yang digunakan sebagai bahan mentah dalam
pembuatan fiber poliester, indutri fabrik, serta polietilena tereftalat (PET) yang
digunakan pada botol plastik. Ada sebagian kecil yang juga digunakan sebagai
pendingin. Senyawa ini tak berwarna dan tak berbau. Etilen glikol sedikit
berbahaya, tetapi kasus keracunan akibat senyawa ini belum pernah terjadi.

2.2.10 Pentanol
2.2.11 Metanol

Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah
senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling
sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah
menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas
(berbau lebih ringan daripada etanol). metanol digunakan sebagai bahan pendingin
anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil
proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa
hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar
matahari menjadi karbon dioksida dan air.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

Botol
Tabung reaksi
Pipet tetes
Piknometer
Viscometer oswald

3.1.2 Bahan

Alkohol
Etanol
N-butanol
S-butanol
Gliserol
T-butanol
Na-dikromat
Air suling
Asam sulfat pekat
Etilen glikol
Pentanol
Metanol

3.2 Skema Kerja

1. Titik didik

a. Sediakan kapas yang dibulatkan, besarnya bulatan tersebut disesuaikan dengan


mulut botol senyawa alkohol.
b. Basahi kapas masing-masing dengan senyawa alkohol, etanol, dan n-butanol,
dengan jalan memiringkan botol.
c. Goreskan kapas yang telah basah tersebut pada permukaan kaca arloji, goresannya
harus sama luasnya.
d. Amati manakah yang lebih dahulu mengering.

2. Kelarutan dalam air

a. Masukan 10 tetes air kedalam tabung reksi.


b. Masukan lah tetes demi tetes senyawa alkohol yang diujikan yaitu; etanol, n-
butanol, pentanol, s-butanol dan gliserol.
c. Amati bagaimana kelarutannya.
d. Apabila terdapat kekeruhan atau emulsi, hentikan penambahannya.
e. Hitung berapa tetes senyawa alkohol yang ditambahkan tadi.

3. Viskositas

a. Tentukan densitas air, n-butanol, metanol dengan piknometer


b. Bersihkan alat oswald dan bilas dengan larutan yang akan ujikan 2 sampai 3 kali.
c. Pipet 5 ml air, dan masukan kedalam alat oswald
d. Tetapkan beberapa waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air, dengan jalan
menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas.
e. Bila muka cairan berimpit dengan tanda tera.
f. Perhitungan dimulai sampai berimpit lagi dengan tanda tera.
g. Ulangi percobaan dengan menggunakan larutan n-butanol dan metanol.
h. Catat suhu percobaan.
i. Pada percobaan ini, sebaiknya diukur dahulu cairan yang paling encer.

4. Uji bau

a. Bukalah totop botol yang berisi senyawa alkohol; metanol, etanol, n-butanol, s-
butanol, t-butanol, etilenglikol, gliserol dan isopropil alkohol.
b. Cium bau zat tersebut dengan cara menepiskan uapnya dari mulut botol ke arah
hidung.
c. Dilarang mencium langsung ke mulut botol.

5. Kecepatan reaksi dengan HCl (uji lucas)


a. Sediakan 2 btabung reaksi yang bersih
b. Isi masing-masing tabung dengan n-butanol dan t-butanol
c. Tambahkan kedalam masing-masing tabung 5ml pereaksi lucas yaitu ZnCl2 dalam
HCl pekat.
d. Amati perubahan dalam setiap tabung setelah 5 menit, 30 menit, 45 menit dan 60
menit.
e. Catat hasil reaksinya kemudian bandingkan kecepatan reaksi dari masing-masing
alkohol tersebut yaitu dengan melihat perubahan warnanya.

6. Oksidasi alkohol dengan senyawa dikromat.

a. Buatlah larutan 2,5 gram Na-dikromat dalam 25 ml air suling yang 2,5 ml asam
sulfat pekat.
b. Sediakan 2 tabung reaksi
c. Isi tabung masing-masing dengan larutan yang sudah dibuat sebanyak 5ml
d. Tambahkan masing-masing 1ml n-butano dan t-butanol.
e. Amati perubahan pada tabung masing-masing selama 10 detik, 20 detik, 30 detik,
45 detik, dan 60 detik.
f. Catat hasil reaksinya kemudian bandingkan kecepatan reaksi dari masing-masing
alkohol tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Pelakuan Hasil percobaan
1. Uji titik didih Penguapan paling cepat
Larutan yang cepat mengering
1. Etanol
2. m-butanol
3. t-butanol
4. n-butanol

2. Uji kelarutan dalam air


10 tetes air + 7 ttes etanol Larut, tidak berubah warna
10 tetes air + 7 tetes n-butanol Larut, tidakberubah warna
10 tetes air + 7 tetes gliserol Larut, tidak berubah warna
10 tetes air + 7 tetes etilenglikol Tidak larut, larutan menjadi keruh

3. Uji viskositas Waktu dari A ke B


Air 36,25 sekon
n-butanol 1 menit 30 detik
metanol 1 menit

4. Uji bau Bau


Metanol Tidak terlalu bau
Etanol Tidak terlalu bau
n-butanol Bau menyengat
t-butanol Bau yang khas dan menyengat
etilenglikol Bau menyengat
gliserol Bau khas dan tidak menyengat
isopropil alkohol Bau tidak menyengat
5. kecepatan reaksi dengan HCl (uji lucas)

Perubahan warna pada


Perubahan warna senyawa alkohol
pada menit ke n-butanol t-butanol
5 Keruh Keruh
30 Agak keruh Keruh
45 Agak keruh Keruh
60 Bening Keruh

6. Oksidasi alkohol dengan senyawa dikromat

Larutan yang dicampurkan 2,5 g Na-dikromat + 25 ml aquadest + 2,5 ml as.sulfat


pekat + 1 ml t-butanol dan larutan kedua di tambah 1 ml n-butanol

Waktu 10 detik 20 detik 30 detik 45 detik 60 detik


t-butanol Larutan di Ketengah Ketengah / Mulai ke Tercampur
atas /tercampur tercampur bawah semua
n- Larutan di Masih di atas Masih di atas Mulai Di tengah
butanol atas ketengah tidak
tercampur
sempurna

4.2 Pembahasan
Titik didih
Pada percobaan titik didih dengan menggunakan kapas yang dibulatkan, besarnya
bulatan tersebut di sesuaikan dengan mulut botol senyawa alkohol kemudian basahi masing-
masing kapas dengan menggunakan senyawa alkohol, etanol, n-butanol, m-butanol dan t-
butanol dengan jalan memiringkan botol dan goreskan kapas-kapas yang telah basah tersebut
pada permukaan kaca arloji, goresannya harus sama luasnya. Kemudian amati manakah yang
lebih dahulu mengering. Ternyata etanol lebih cepat mengering bila dibandingkan dengan
senyawa lainnya, dan urutan larutan yang memiliki titik didih lebih cepat yaitu m-butanol
lebih cepat dari dan t- butanol lebih cepat dari n-butanol.
Hal ini disebabkan karena etanol yang mempunyai rantai atom pendek bila
dibandingkan dengan senyawa yang lainnya. Sehingga apabila diuapkan diudara antara etanol
dengan m-butanol, t-butanol dan n-butanol, maka etanol yang lebih menguap.

Kelarutan dalam air


Pada percobaan kelarutan dalam air, menggunakan senyawa alkohol berupa, Etanol,
N-butanol, etilenglikol dan Gliserol. Akan tetapi pada tabung reaksi diteteskan 10 tetes air
pada tabung yang berbeda. Pada etanol saat larut dengan air yaitu pada saat 25 tetes,
larutannya menjadi keruh. Pada N-butanol pada saat 10 tetes di masukan kedalam air yang
berada di tabung reaksi tidak larut, terdapat dua lapisan, dan keruh. Pada pentanol pada saat
15 tetes sukar larut dalam air karena Kelarutan pentanol berkaitan dengan gugus OH yang
bersifat polar sementara gugus alkil (R) bersifat nonpolar. Pada S-butanol pada saat 8 tetes di
masukan kedalam air yang berada di tabung reaksi larut dalam air. Pada T-butanol saat 20
tetes di masukan kedalam air yang berada di tabung reaksi larut dalam air. . Pada gliserol saat
10 tetes di masukan kedalam air yang berada di tabung larutan menjadi kental dan sedikit
keruh. Jadi semakin besar gugus R semakin berkurang kepolaran, sehinnga kelarutan dalam
pelarut yang bersifat polar (seperti air) berkurang, sedangkan kelarutan dalam pelarut
nonpolar bertambah. Pentanol lebih mudah larut dalam CCl4 (suatu pelarut nonpolar)
daripada dalam air.
Viskositas

Uji bau
Pada percobaan uji bau, oleh senyawa alkohol di antaranya Etanol, metanol,
isopropil alkohol, N-butanol, T-butanol, gliserol dan etilengikol serta kegunaanya. Etanol
mempunyai bau yang sangat menyengat seperti alkohol, pada etanol kegunaanya yaitu
sebagai antiseptic. N-butanol saat uji bau, juga mempunyai bau yang sangat menyengat,
kegunaannya yaitu sebagai pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia, dan sebagai
bahan bakar. Pada pentanol bau sangat menyengat kegunaan sebagai pelarut dan pada
esterfication misalnya dalam produksi asetat. Selanjutnya pada T-butanol mempunya bau
yang khas dan menyengat, kegunaanya sebagai pelarut, sebagai perantara dalam sintesis
kimia. Pada uji bau gliserol bau nya tidak menyengat kegunaanya yaitu Sebagai pembuatan
sabun dari lemak dan minyak. Yang terakhir pada uji bau etilenglikol senyawa ini tidak
berbau, kegunaanya yaitu sebagai bahan baku tambahan pada pembuatan cat, cairan rem,
solven, alkyl resin, tinta cetak, tinta ballpoint, foam stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku.
Jadi pada uji bau tersebut, setiap senyawa alkohol mempunyai bau/harum serta
kegunaannya yang berbeda-beda.
Kecepatan reaksi dengan HCl (uji lucas)
Pada uji lucas, sampel yang sedang direaksikan dengan reagen lucas berada dalam
tabung reaksi yang disumbat dengan tisu. Hal ini dilakukan agar alkohol tidak menguap
sehingga dapat dilihat perubahannya ketika direaksikan dengan reagen lucas.
Saat percobaan, tidak terjadi perubahan warna yang dihasilkan oleh n-butil , hal ini
sesuai dengan teori bahwa n-butil ( senyawa primer) tidak bereaksi dengan reagen lucas
sehingga menghasilkan warna yang tetap sama seperti semula yaitu berwarna jernih.
Pada percobaan s-butil dengan senyawa x terjadi kesamaan dalam perlakuan yang
sama yaitu terbentuk warna kuning muda pada lapisan permukaan larutan. Sehingga dapat
dipastikan bahwa senyawa x adalah s-butil. Tetapi hasil percobaan kami tidak sesuai dengan
teori yang ada, karena seharusnya di dalam teori menyebutkan bahwa akan terjadi perubahan
warna atau reaksi pada s-butil (senyawa sekunder) apabila dilakukan pemanasan.
Pada percobaan t-butil terjadi perubahan warna, yaitu larutan menjadi berwarna
keruh. Hal ini sesuai dalam teori yang ada bahwa t-butil (senyawa tersier) bereaksi dengan
reagen lucas untuk menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa pemanasan.

Oksidasi Alkohol dengan Senyawa Dikromat


Pada percobaan oksidasi alkohol dengan senyawa dikromat, alkohol bisa dioksidasi
menjadi aldehid maupun asam karboksilat tergantung pada kondisi-kondisi reaksi. Untuk
pembentukan asam karboksilat, alkohol dioksidasi menjadi sebuah aldehid yang selanjutnya
dioksidasi menjadi asam.
Pada percobaan oksidasi alkohol dengan senyawa n-butanol, terdapat lapisan hitam
di permukaan pada detik ke 20, dan pada detik 30-60 lapisan hitam turun ke tengah larutan.
Pada senyawa x, dimana terdapat lapisan hitam yang awalnya dipermukaan larutan,
kemudian turun ke tengah dan akhirnya bercampur dengan larutan sehingga menjadi larutan
hitam. Senyawa x pada percobaan ini adalah s-butanol.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Titik didih

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
Alkohol merupakan zat tidak berwarna. Bagian hidrokarbon alkohol bersifat hidrofob
sedangkan gugus fungsi hidroksil bersifat hidrofil.Alkohol bersuhu rendah (sampai C3)
adalah cairan encer yang dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Alkohol bersuhu sedang menyerupai minyak. Semakin panjang rantai atom C semakin
rendah kelarutannya dalam air.

2. Kelarutan dalam air

Semakin besar gugus R semakin berkurang kepolaran, sehinnga kelarutan dalam


pelarut yang bersifat polar (seperti air) berkurang, sedangkan kelarutan dalam pelarut
nonpolar bertambah. Pentanol lebih mudah larut dalam CCl4 (suatu pelarut nonpolar)
daripada dalam air.

3. Viskositas
4. Uji bau

Setiap senyawa alkohol misalnya Etanol, N-butanol, Pentanol, S-butanol, T-butanol,


gliserol dan etilengikol mempunyai baud an kegunaanya yang berbeda-beda.

5. Kecepatan reaksi dengan HCl (uji lucas)

Larutan s-butil (senyawa sekunder) dalam perlakuan yang sama dengan senyawa x akan
menghasilkan perubahan yang sama pula sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa senyawa
x adalah s-butil (Senyawa sekunder). Pada larutan n-butil (senyawa primer) tidak terjadi
reaksi dan perubahan warna. Larutan s-butil dan senyawa x menghasilkan warna kuning
muda pada lapisan permukaan. Sedangkan larutan t-butil terjadi perubahan warna keruh
karena dapat bereaksi dengan reagen lucas.
6. Oksidasi Alkohol dengan Senyawa Dikromat

Percobaan oksidasi alkohol pada senyawa x adalah s-butanol. Karena terdapat lapisan
hitam yang awalnya dipermukaan larutan, kemudian turun ke tengah dan akhirnya bercampur
dengan larutan sehingga menjadi larutan hitam. Oksidasi terjadi pada larutan-larutan orang
yang mengandung ion-ion dikromat direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang
mengandung ion-ion kromium (III).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
KIMIA ORGANIK I
BAB I : ALKOHOL

1. Titik Didih

2. Kelarutan dalam air

Etanol n-butanol
t-butanol Gliserol

etilen glikol
3. Viskositas

4. Uji Bau
Langsung dilakukan ketika membuka botol berisi zat yang akan diuji

5. Kecepatan reaksi dengan HCl (Uji Lucas)


Yang direaksi hanya n-butanol dan t-butanol
6. Oksidasi alkohol dengan senyawa dikromat
Yang diuji hanya ters-butanol dan n-butanol
\

Larutan2,5 Na-dikromat +25 ml air +2,5 mlasamsulfat(Larutan a)

Larutan 5 ml Larutan a + 1 ml ters-butanol Larutan 5 ml Larutan a + 1 ml n-butanol

Das könnte Ihnen auch gefallen