Sie sind auf Seite 1von 23

MODUL 12

AUDIT 1

Considering The risk of fraud

Dosen Pengampu
NOVAWIGUNA KEMALASARI,SE.,M.Ak.,Akt

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA
2016
Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Fakultas Program 13 Novawiguna
Ekonomi dan Studi Kemalasari,SE.,M.Ak., Akt
Bisnis Akuntansi

Abstract Kompetensi

Mata kuliah ini merupakan Mahasiswa diharapkan dapat


pencerminan audit yang memahami secara umum pengantar
sebenarnya terjadi di Indonesia audit

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
A. JENIS-JENIS KECURANGAN

Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja,
dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan
keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja. Dua kategori
yang utama adalah laporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset.

Pelaporan Keuangan yang Curang

Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang
disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Sebagian besar kasus melibatkan salah
saji jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan.

Meskipun kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebih sajikan laba
entah dengan melebih sajikan aset dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan beban,
perusahaan juga sengaja merendah sajikan laba. Dalam perusahaan tertutup, hal ini mungkin
dilakukan dalam upaya mengurangi pajak penghasilan. Pengaturan laba (Earnings management)
menyangkut tindakan manajemen yang disengaja untuk memenuhi tujuan laba itu. Perataan laba
(Income smoothing) merupakan salah satu bentuk pengaturan laba dimana pendapatan dan beban
ditukar-tukar diantara periode-periode untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk
meratakan laba dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lain perusahaan yang diperoleh pada saat
akuisisi yang menghasilkan laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut nanti dijual. Perusahaan juga
mungkin sengaja melebih sajikan cadangan keuangan persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih
untuk mengimbangi laba yang lebih tinggi.

Penyalahgunaan Aset

Penyalahgunaan aset (misappropriation) aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aset
entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semua jumlah yang terlibat tidak material terhadap laporan
keuangan.

Istilah penyalahgunaan atau misapropriasi aset biasanya digunakan untuk mengacu pada pencurian
yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi.

Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah. Namun,
dalam beberapa kasus yang heboh, manajemen puncak terlibat dalam pencurian aktiva perusahaan.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Karena manajemen memilik kewenangan dan kendali yang lebih besar atas aktiva organisasi,
penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat menyangkut jumlah yang signifikan.

B. KONDISI-KONDISI PENYEBAB KECURANGAN

Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset
diuraikan dalam SAS 99 (AU316). Ketiga kondisi ini disebut sebagai segitiga kecurangan atau (fraud
triangle)

GAMBAR 11-1 Segitiga Kecurangan

Insentif / Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasional

1. Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif/tekanan untuk


melakukan kecurangan.
2. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
3. Sikap atau rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemn atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka
merasionalisai tindakan yang tidak jujur.

Faktor Risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang

Insentif/Tekanan
Insentif yang umum bagi sebuah perusahaan untuk melakukan manipulasi laporan
keuangan adalah adanya suatu penurunan dalam prospek keuangan dalam perusahaan.
Contohnya seperti penurunan dalam laba yang kemungkinan dapat mengancam
kemampuan perusahaan untuk mendaparkan dana pembiayaan. Perusahaan kemungkinan
juga melakukan manipulasi laba guna memenuhi proyeksi dari para analis pasar,
ataupunguna mengelembungkan harga saham, serta guna menjaga reputasi perusahaan.
Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari seluruh perusahaan kemungkinan dapat terjadi
manipulasi, risiko akan menjadi lebih besar dalam perusahaan yang bergerak dalam
industri yang melibatkan penilaian atau pertimbangan subjektif dan juga estimasi yang
cukup signifikan jauh lebih besar.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap dari manajemen puncak dalam laporan keuangan merupakan faktor risiko yang
penting dalam menilai kemungkinan adanya suatu kecurangan dalam laporan keuangan
perusahaan. Jika CEO ataupun manajer puncak lainnya menunjukkan suatu dominasi
terhadap suatuproses penyusunan laporan keuangan, contohnya seperti mengeluarkan
proyeksi yg terlalu optimis secara terus-menerus ataupun mereka terlalu khawatir dalam
memenuhi proyeksi laba dari para analis pasar kemungkinan terjadinya tindakan
kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan akan menjadi lebih besar. Karakter dari
manajemen ataupun rangkaian nilai-nilai etika juga kemungkinan akan mempermudah
analis dalam melakukan rasionalisasi tindakan kecurangan.

Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset

Insentif/Tekanan

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Tekanan keuangan merupakan insentif atau dorongan yang sifatnya umum bagi pegawai
yg melakukan penyalahgunakan aset. Contohnya seperti pegawai yang mempunyai utang
yang sangat banyak, mereka yang memilik masalah kecanduan narkotika dan juga
perjudian,dll.
Kesempatan
Kesempatan dalam melakukan pencurian ada pada seluruh perusahaan. Kelemahandalam
hal pengendalian internal dapat menciptakan kesempatan terjadinya tindakan
pencurian.Pemisahan tugas yang kurang memadai hampir dapat dipastikan menjadi suatu
lisensi bagi parapegawai guna melakukan tindakan pencurian
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen dalam pengendalian dan juga kode etik ataupun perilaku etis dapat menyebabkan
parapegawai dan juga manajer membenarkan pencurian aset perusahaan.

Berikut ini adalah perbandingan peningkatan jumlah kecurangan yang terjadi antara tahun 2003
dan 1998 :

Tingkat keterjadian kecurangan


2003 1998

Pencurian Aktiva Tetap 49% 22%

kecurangan Dengan Cek 40% 26%

Penyalahgunaan Akun
36% 13%
Beban

Kecurangan Kartu Kredit 20% 13%

Kecurangan Penggajian 12% 3%

Konflik Kepentingan 12% 9%

Pencurian Persediaan 11% 11%

Suap 9% 6%

Kecurangan Pelaporan
7% 3%
Keuangan

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
C. MENILAI RISIKO KECURANGAN

Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan. Auditor harus
mempertahankan tingkat skeptisme profesional ketika mempertimbangkan serangkaian informasi
yang luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
kecurangan.

Skeptisme Profesional

Standar auditing menyatakan bahwa, dalam melakukan skeptisisme profesional, seorang auditor
tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur namun juga tidak mengansumsikan kejujuran
absolut. Selain itu, melalui prosedur evaluasi atas penerimaan dan juga kelanjutan klien, auditor
menolak sebagian besar dari calon klien yang dianggap tidak mempunyai kejujuran dan integritas.

Pikiran yang selalu mempertanyakan

Standar auditing menekankan agar mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa
memperdulikan bagaimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran serta
kejujuran dan intehritas manajemen. Selama tahap perencanaan audit untuk setiap audit, tim yang
menerima penugasan harus membahas perlunya mempertanyakan pikiran yang selalu
mempertanyakan selama audit berlangsung untuk mengindentifikasi risiko kecurangan dan
mengevaluasi bukti audit secara kritis. Selalu ada risiko bahwa orang yang jujur dapat merasionalisasi
tindakan kecurangan apabila insentif atau tekanan untuk melakukannya semakin kuat.

Evaluasi kritis atas bukti audit

Ketika mengungkapkan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan bahwa mungkin telah
terjadi salah saji yang material akibat kecurangan, auditor harus menyelidiki permasalahannya secara
mendalam, memperoleh bukti tambahan sebagimana yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya.

Sumber Informasi untuk Melakukan Penilaian atas Risiko Kecurangan

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Terdapat lima sumber informasi yang digunakan dalam menilai risiko kecurangan yaitu:

1. Komunikasi di antara tim audit


Standar auditing mewajibkan tim audit mengadakan diskusi untuk berbagi wawasan
di antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman dalam menyangkut hal-hal
dibawah ini :
Bagaimana dan Di mana menurut keyakinan mereka laporan keuangan entitas
mungkin rentan terhadap salah saji yang material akibat kecurangan. Hal ini harus
mencakup pertimbangan tentang faktor-faktor eksternal dan internal yang sudah
diketahui yang mempengaruhi entitas dan mungkin :
Menimbulkan insentif atau tekanan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan.
Membuka kesempatan dilakukannya kecurangan.
Mengindikasikan budaya atau lingkungan yang memungkinkan manajemen
merasionalisasi tindakan kecurangan.
Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi pelaporan keuangan yang
curang.
Bagaimana seseorang dapat menyalahgunakan aktiva entitas
Bagaimana auditor menanggapi kerentanan terhadap salah saji yang material akibat
kecurangan.

2. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen


Standar auditing mengharuskan auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang
kecurangan dalam setiap audit. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen dan pihak-
pihak lainnya dalam perusahaan akan membuka kesempatan bagi pegawai untuk
menyampaikan kepada auditor informasi yang dalam kondisi lain mungkin tidak akan
disampaikan. Auditor harus menanyakan apakah manajemen mengetahui setiap
kecurangan atau mencurigai adanya kecurangan dalam perusahaan.

3. Faktor-faktor risiko
Standar auditing mengharuskan auditor mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan, kesempatan untuk berbuat curang, atau sikap atau rasionalisasi yang
digunakan untuk membenarkan tindakan yang curang.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
4. Prosedur analitis
Auditor harus melaksanakan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan
penyelesaian audit untuk membantu mengindentifikasi transaksi atau peristiwa tidak
biasa yang mungkin mengindikasikan adanya salah saji yang material dalam laporan
keuangan.

5. Informasi lain
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam
setiap tahap atau bagian audit ketika menilai risiko kecurangan.

Mendokumentasikan penilaian kecurangan,

Standar auditing menharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang berhubungan
dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat kecurangan :

Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang
kerentanan laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang material.
Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengindentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material.
Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah terindentifikasi , serta
uraian tentang respons auditor terhadap risiko tersebut.
Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas
pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material.
Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian
oleh manajemen.
Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan prosedur
auditing tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor.
Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite
audit atau pihak lainnya.

Setelah risiko kecurangan diindentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus mengevaluasi faktor-
faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan respons yang tepat terhadap
risiko kecurangan tersebut.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
D. MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI RISIKO
KECURANGAN

Manajemen bertanggung jawab mengimplementasikan tata kelola korporasi dan prosedur


pengendalian untuk meminimalisirkan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi melalui kombinasi
antara tindakan mencegah, menghalangi dan mendeteksi.

Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengindentifikasi tiga unsur untuk mencegah ,
mengahalangi, dan mendeteksi kecurangan :

Budaya jujur dan etika yang tinggi


Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko kecurangan .
Pengawasan oleh komite audit.

Budaya Jujur dan etika yang tinggi

Penciptaan budaya jujur dan etika yang tinggi meliputi enam unsur:

1. Menetapkan tone at the top


manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk menetapkan tone at the top
terhadap perilaku etis dalam perusahaan. Kejujuran dan terintegritas manajemen
akan memperkuat kejujuran serta integritas karyawan di seluruh organisasi.

2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif


Dari riset yang dilakukan terlihat bahwa pelanggaran lebih jarang terjadi bila mereka merasa
diperalat, diancam, atau diabaikan.

3. Mempekerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat


Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik
mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk mengurangi kemungkinan
mempekerjakan dan mempromosikan orang-orang yang tingkat kejujurannya rendah,
terutama yang akan menduduki jabatan penting.

4. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspetasi perusahaan menyangkut perilaku etis
pegawai.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
5. Konfirmasi
Sebagian besar perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodik
menginformasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku.

6. Disiplin
Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika tidak
mengikuti kode perilaku perusahaan. Penekanan pada pelanggaran kode perilaku, tanpa
memperhatikan tingkat pegawai yang melakukan perbuatan tersebut.

Tanggung Jawab Manajemen Untuk Mengevaluasi Risiko Kecurangan

Kecurangan tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk melakukannya dan
menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan
mengukur risiko kecurangan, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang
teridentifikasi, serta memantau pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi kecurangan.

Mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan

Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan pengakuan manajemen bahwa kecurangan
mungkin terjadi, dan hampir semua pegawai sanggup melakukan perbuatan tidak jujur bila situasinya
memungkinkan.

Mengurangi Risiko Kecurangan

Manajemen bertanggung jawab merancang dan mengimplementasikan program serta pengendalian


untuk mengurangi risiko kecurangan, dan dapat mengubah aktivitas serta proses bisnis yang rentan
terhadap kecurangan demi mengurangi insentif dan kesempatan untuk melakukan kecurangan.

Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan

Untuk bidang-bidang yang risiko kecurangan secara periodik apakah program dan pengendalian
antikecurangan yang tepat telah diimplimentasikan serta berjalan efektif. Audit internal memainkan
peran yang penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program dan pengendalian
antikecurangan telah berjalan efektif. Pengawasan komite audit juga berfungsi sebagai pengahalang
dilakukannya kecurangan oleh manajemen senior.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Untuk meningkatkan kemungkinan bahwa setiap upaya oleh manajemen senior untuk melibatkan
pegawai dalam melakukan atau menutupi kecurangan dapat segera diungkap, pengawasan harus
mencakup :

Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal kepada komite audit.
Laporan periodik oleh pejabat etika tentang whistleblowing
Laporan lain tentang tidak adanya perilaku etis atau kecurangan yang dicurigai.

PCAOB standar 5 mengharuskan auditor perusahaan publik mengevaluasi efektifan pelaksanaan


pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

E. MERESPON RESIKO KECURANGAN

Auditor harus mempertimbangkan apakah program dan pengendalian anti kecurangan seperti itu dapat
mengurangi risiko salah saji yang material akibat kecurangan, atau apakah ada defisiensi
pengendalian yang meningkatkan risiko kecurangan. Respons auditor terhadap risiko kecurangan
meliputi hal hal berikut ini :

1. Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan.


Auditor dapat memilih diantara beberapa respons secara keseluruhan bila risiko kecurangan
meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan meningkat, personil yang lebih berpengalaman
dapat ditugaskan dalam audit itu. Dalam beberapa kasus, seorang spesialis kecurangan dapat
ditugaskan dalam tim audit.

Pelaku kecurangan sering kali sudah mengetahui prosedur audit yang akan dilaksanakan. Karena
alasan ini, standar auditing mengharuskan auditor memasukkan unsur ketidakterdugaan dalam
rencana audit.

2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani risiko kecurangan.


Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani risikko kecurangan tertentu tergantug
pada akun yang diaudit dan jenis resiko kecurangan yang diidentifikasi.

Auditor juga harus mempertimbangkan prinsip akuntansi yang dipilih manajemen. Jadi, perhatian
yang cermat harus ditujukan pada prinsip prinsip akuntansi yang melibatkan pengukuran yang
subyektif atau transaksi yang kompleks.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian
oleh manajemen.
Risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen selalu ada dalam hampir semua audit. Karena
manajemen memiliki posisi yang unik untuk melakukan kecurangan dengan mengabaikan
pengendalian yang sebenarnya berjalan efektif, dalam setiap audit auditor harus melaksanakan
prosedur untuk menangani resiko pengabaian oleh manajemen.

Ada tiga prosedur yang harus dilaksanakan dalam setiap audit :

Memeriksa ayat jurnal dan penyesuaian lainnya untuk mencari bukti salah saji yang mungkin
akibat kecurangan.
Mereview estimasi akuntansi untuk mengetahui adanya bias.
Mengevaluasi dasar pemikiran bisnis untuk transaksi tidak biasa yang signifikan.

Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko

Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan auditor sepanjang
audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya. Auditor harus mewaspadai
kondisi kondisi berikut ketika melakukan audit

Perbedaan dalam catatan akuntansi


Bukti audit yang bertentangan atau hilang
Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor dan manajemen
Hasil dari prosedur substantif atau prosedur analitis pada tahap review akhir yang
mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui
Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan selama audit
atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan informasi lainnya.

F. BIDANG BIDANG KECURANGAN YANG SPESIFIK

Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha


Akun pendapatan dan piutang usaha yang terkait serta kas sangat rentan terhadap manipulasi dan
pencurian. Suatu studi yang disponsori oleh Committee Sponsoring of Organization (COSO)
menemukan bahwa lebih dari separuh kecurangan laporan keuangan melibatkan akun pendapatan dan

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
piutang usaha. Demikian pula, karena penjualan sering kali dilakukan secara tunai atau cepat
dikonversi menjadi kas, kas juga sangat rentan terhadap pencurian.

contoh pengaruh piutang fiktif


terhadap rasio akuntansi berdasarkan
regina vacuum company
Tahun yang Berakhir 30 juni
1988 1987 1986
Penjualan $181,123 $126,234 $76,144
Harga Pokok Penjualan -94.934 -70.756 -46.213
Laba Kotor 86.189 55.478 29.931
Persentase Laba Kotor 47,6% 43,9% 39,3%
Piutang Usaha Akhir Tahun 51.076 27.801 14.402
Perputaran Piutang Usaha 3,55 4,54 5,29

Risiko Pelaporan Keuangan Yang Curang Atas Pendapatan

Ada beberapa alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Alasan yang terpenting
adalah bahwa pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba-rugi, sehingga
satu salah saji yang hanya merupakan persentase yang kecil dari pendapatan masih bisa berdampak
besar terhadap laba.

Alasan lainnya mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah sulitnya menentukan wakut
yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam
banyak situasi.

Tiga jenis utama manjpulasi pendapatan adalah :

1. Pendapatan Fiktif
Bentuk kecurangan yang paling mencolok melibatkan penciptaan pendapatan - pendapatan fiktif.

2. Pengakuan Pendapatan Prematur


Pengakuan pendapatan prematur ( Premature revenue recognition ) yaitu pengakuan pendapatan
sebelum persyaratan standar akuntansi untuk mencatat pendapatan dipenuhi, harus dibedakan dari
kekeliruan pisah batas (cutoff error), dimana transaksi tanpa sengaja dicatat dalam periode yang salah.

3. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Penyesuaian yang paling umum dilakukan terhadap pendapatan menyangkut retur penjualan dan
pengurangan harga.

Tanda- tanda peringatan kecurangan pendapatan

Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurangan pendapatan. Dua diantara
yang paling bermanfaat adalah prosedur analitis dan perbedaan dokumenter.

1. Prosedur Analitis
Prosedur analitis sering kali mengindikasikan adanya kecurangan pendapatan, terutama persentase
marjin kotor dan perputaran piutang usaha. Pendapatan fiktif akan melebihsajikan persentase marjin
kotor, dan pengakuan pendapatan premature juga melebihsajikan marjin kotor jika harga pokok
penjualan yang terkait tidak diakui. Pendapatan fiktif juga memperkecil perputaran piutang usaha
karena pendapatan fiktif juga dimasukkan dalam piutang yang tak tertagih.

2. Perbedaan Dokumenter
Meskipun para pelaku kecurangan sudah berusaha sebisanya, transaksi fiktif jarang memiliki bukti
documenter pada tingkat yang sama seperti dalam transaksi yang sah.

Penyalahgunaan Penerimaan yang Melibatkan Pendapatan

Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelaporan pendapatan yang curang.
Kecurangan semacam ini bisa berdampak buruk bagi organisasi karena aktiva langsung hilang.
Penyalahgunaan kas yang tipikal menyangkut tidak dicatatnya penjualan yang kemudian diikuti oleh
penyesuaian terhadap piutang usaha pelanggan untuk menyembunyikan pencurian itu.

1. Kelalaian Mencatat Penjualan


Salah satu kecurangan yang sukar dideteksi adalah apabila penjualan tidak dicatat dank as dari
penjualan itu dicuri. Kecurangan seperti ini lebih mudah dideteksi jika barang dikirim secara kredit
kepada pelanggan.

2. Pencurian Penerimaan Kas setelah Penjualan Dicatat


Jauh lebih sulit menyembunyikan pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat. Jika
pembayaran dari seorang pelanggan dicuri, penagihan berkala atas rekening yang belum dibayar akan
dengan cepat membongkar kecurangan itu. Akibatnya untuk menyembunyikan pencurian, si pelaku
kecurangan harus mengurangi rekening pelanggan dengan salah satu dengan tiga cara :

1. Mencatat suatu retur penjualan atau pengurangan harga


2. Menghapus rekening pelanggan

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
3. Mencatat pembayaran dari pelanggan lain dalam rekening pelanggan itu, yang juga dikenal
sebagai lapping.
Tanda-tanda Peringatan dan Penyalahagunaan Pendapatan dan Penerimaan Kas

Pencurian dan penerimaan kas terkait yang nilai nya relatif kecil dapat dicegah dan dideteksi
dengan baik oleh pengendalian internal yang dirancang untuk meminimalkan kesempatan
melakukan kecurangan. Untuk melakukan kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan
perbandingan lainnya mungkin bisa membantu.

Risiko Kecurangan Persediaan


Persediaan kerap kali merupakan akun terbesar dalam neraca banyak perusahaan, dan auditor
sering merasa sulit memverifikasi eksistensi dan penilaian persediaan. Akibatnya, persediaan
rentan terhadap manipulasi oleh manajer yang ingin mencapai tujuan pelaporan keuangan
tertentu.

Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang Untuk Persediaan

Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar pelaporan keuangan yang
curang. Banyak perusaahaan besar memiliki persediaan yang sangat beragam dan berjumlah
besar dibanyak lokasi , sehingga relatif mudah bagi perusahaan untuk menambah persediaan
fiktif pada catatan akuntansi.

Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor sudah lebih dulu memberi
tahu klien lokasi persediaan mana yang akan diuji. Akibatnya, relatif mudah bagi klien untuk
memindahkan persediaan ke lokasi-lokasi yang diuji.

Tanda-tanda Peringatan Kecurangan Pesediaan. Serupa dengan penipuan yang


melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan atau gejala yang berpotensi menunjukan
kecurangan persediaan. Prosedur analitis sangat efektif untuk mendeteksi kecurangan
persediaan.

1. Prosedur analitis
Prosedur analitis, terutama persentasi marjin kotor dan perputaran persediaan,
sering kali membantu membongkar kecurangan persediaan. Persediaan fiktif
akan mengurangsajikan harga pokok penjualan dan melebihsajikan marjin
kotor. Persediaan fiktif juga memperkecil perputaran persediaan.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


16 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha
Kasus pelaporan keuangan yang curang yang melibatkan utang usaha relatif umum ditemui
meskipun lebih jarang bila dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan persediaan atau
piutang usaha. Kurang saji yang disengaja atas utang usaha biasanya menghasilkan kurang
saji pembelian dan harga pokok penjualan serta lebih saji laba bersih. Penyalahgunaan yang
signifikan yang melibatkan pembelian juga dapat terjadi dalam bentuk pembayaran kepada
vendor fiktif, serta suap dan perjanjian ilegal lainnya dengan pemasok.

Risiko Laporan Keuangan yang Curang untuk Utang Usaha

Perusahaan mungkin melakukan upaya yang sengaja untuk mengurangsajikan utang usaha
dan melebih sajikan laba. Hal ini dapat dicapai dengan tidak mencatat utang usaha sampai
periode berikutnya, atau dengan mencatat penurunan fiktif utang usaha.

Penyalahgunaan dalam siklus Akuisisi dan Pembayaran

Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan pembayaran
kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif. Kecurangan ini dapat
dicegah dengan menetapkan bahwa pembayaran hanya akan dilakuakan kepada vendor yang
sudah disetujui dan dengan meneliti secara cermat dokumentasi yang mendukung akuisisi itu
oleh personil yang berwenang sebelum pembayaran dilakukan.

Bidang-bidang risiko kecurangan lainnya


Meskipun beberapa akun lebih rentang dibandingkan yang lain, hampir semua akun dapat
dimanipulasi. Berikut beberapa akun lain yang risiko pelaporan keuangan yang curang atau
menyalahgunakan yang spesifik :

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


17 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Aset Tetap

Aset tetap, yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, seringkali
didasarkan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif. Akibatnya, aset dapat menjadi
sasaran manipulasi, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki piutang atau persediaan
yang material.

Beban Penggajian

Perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya
tenaga kerja berlebihan dalam persediaan. Namun demikian, sebenarnya kecurangan dalam
penggajian yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup umum terjadi walaupun nilai
yang terlibat di dalamnya seringkali bersifat tidak material.

Ada dua kecurangan yang umumnya terjadi yaitu :

1. Penciptaan pegawai fiktif


Kecurangan ini bisa dicegah dengan melakukan pemisahan sumber daya
manusia dengan fungsi penggajian.

2. Lebih saji jumlah jam kerja karyawan


Kecurangan ini bisa dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk mencetak jam datang serta jam pulang dari para
pegawai atau dengan persetujuan jam kerja.

G. TANGGUNG JAWAB BILA DICURIGAI ADA KECURANGAN

Kecurangan sering kali terdeteksi melalui penerimaan tip anonim, oleh review manajemen, audit
internal, atauuu secara kebetulan. Auditor eksternal mendeteksi persentase kecurangan yang relative
kecil, tetapi kemungkinan besar akan mendeteksinya apabila kecurangan itu memiliki dampak yang
material terhadap laporan keuangan.

Merespons Salah Saji yang Mungkin Ditimbulkan oleh Kecurangan

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


18 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Apabila dicurigai ada kecurangan, auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Sering kali, auditor memulai dengan mengajukan
pertanyaan tambahan kepada manajemen dan pihak lainnya.

Penggunaan Pengajuan Pertanyaan

Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif. Wawancara akan
memungkinkan auditor menjernihkan masalah yang tidak teramati dan mengamati respons lisan serta
nonlisan responden. Selain itu, wawancara juga dapat membantu mengidentifikasi masalah-masalah
yang tidak tercantum dalam dokumentasi atau konfirmasi. Pengajuan pertanyaan sebagai teknik
pengumpulan bukti audit harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.

Kategori Pengajuan Pertanyaan

Auditor dapat menggunakan salah satu atau lebih dari 3 kategori pengajuan pertanyaan berdasarkan
tujuan auditor, yaitu:

1. Pengajuan Pertanyaan Informasional ( Informational Inquiry)


Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyan informasional (Informasional
inqury)untuk memperoleh informasi tentang fakta dan detail yang belum dimiliki
auditor, biasanya mengenai peristiwa atau proses di masa lalu atau yang sedang
berjalan saat, auditor sering kali menggunakan pengajuan pertanyaan informasional
ketika mengumpulkan bukti tindak lanjut mengenai program dan pengendalian atau
bukti lain menyangkut salah saji atau kecurigaan kecurangan yang terungkap selama
audit. Auditor secara efektif dapat menggunakan pengajuan pertanyaan informasional
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden
memberikan detail peristiwa, proses, atau situasi.
2. Pengajuan Pertanyaan Penilaian (Assessment Inquiry)
Auditor menggunakan pengajuan pertanyan penilaian (assessment inquiry) untuk
menguatkan atau menyangkal informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai
pengajuan pertanyaan penilaian dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya umum
dan terbuka yang memungkinkan si terwawancara memberikan respons yang terinci
yang nantinya dapat ditindaklanjuti dengan pertanyaan yang lebih khusus. Salah satu
kegunaan pengajuan pertanyaan penilaian yang biasa dilakukan adalah untuk

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


19 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
memperkuat jawaban manajemen atau pengajuan pertanyaan sebelumnya dengan
mengajukan pertanyaan kepada pegawai lainnya.
3. Pengajuan Pertanyaan Interogatif (Interrogative Inquiry)
Pengajuan pertanyaan interogatif (interrogative inquiry) sering digunakan untuk
memastikan apakah setiap individu berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan
pengetahuan penting tentang fakta, peristiwa, atau situasi penting. Sering kali,
pengajuan pertanyaan interogatif bersifat konfrontasional, karena orang-orang yang
ditanya mungkin bersikap defensif ketika menutup-nutupi bahwa mereka mengetahui
fakta, peristiwa, atau situasi tertentu. Pada saat menggunakan pengajuan pertanyaan
interogatif, sering kali auditor mengajukan pertanyan khusus dan terarah dengan
meminta jawaban ya atau tidak. Wawancara interogatif harus dilakukan oleh
anggota senior tim audit yang sudah berpengalaman dan sangat mengenal urusan-
urusan klien.

Mengevaluasi Respons atas Pengajuan Pertanyaan

Agar pengajuan pertanyaan efektif, auditor harus terampil menyimak dan mengevaluasi respons atas
pertanyaan yang dianjurkan. Biasanya, respons awal pihak yang diwawancara tidak mengandung
informasi yang berguna. Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali menghasilkan informasi
yang lebih baik untuk menilai apakah memang ada kecurangan. Teknik menyimak yang baik serta
pengamatan atas petunjuk perilaku akan mempertajam teknik pengajuan pertanyaan auditor.

Teknik menyimak

Sangat penting bagi auditor untuk memanfaatkan keterampilan menyimak yang efektif selama proses
pengajuan pertanyaan. Auditor harus terus memperhatikan dengan mempertahankan kontak mata,
mengangguk sebagai tanda setuju, atau memperlihatkan tanda-tanda pemahaman lain. Auditor juga
harus berusaha untuk tidak membentuk terlebih dahulu ide-ide tentang informasi yang diberikan.
Pendengar yang baik juga memanfaatkan saat-saat berdiam diri untuk memikirkan informasi yang
diberikan dan menentukan prioritas serta mereview informasi yang didengarnya.

Mengamati Petunjuk Perilaku

Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan pertanyaan akan mengevaluasi petun juk lisan
dan nonlisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai. Petunjuk-petunjuk lisan, seperti yang
dijabarkan dalam pihak yang diwawancarai. Petunjuk-petunjuk lisan tersebut dapat mengindikasikan
kegugupan, ketidaktahuan, atau bahkan kebohongan responden. Selain mengamati petunjuk-petunjuk
lisan, penggunaan pengajuan pertanyaan juga memungkinkan auditor mengamati perilaku nonlisan.

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


20 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Investigator yang berpengalaman akan memperhatikan bahwa subjek yang tidak nyaman memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan sering kali mempertontonkan banyak perilaku nonlisan.
Investigator yang berpengalaman akan memperhatikan bahwa subjek yang tidak nyaman memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan sering kali mempertontonkan banyak perilaku nonlisan. Tentu
saja, tidak semua orang yang menunjukkan perilaku ini tidak nyaman dalam menjawab pertanyaan
yang dianjurkan auditor. Kuncinya adalah mengidentifikasi kapan perilaku individu itu mulai berubah
dari perilaku normalnya. Auditor yang belum begitu berprngalaman harus berhati-hati ketika mereka
mulai melihat sikap yang tidak biasa, dan mereka harus mendiskusikan kekhawatirannya dengan
anggota senior tim audit sebelum melakukan apa pun untuk merespons perilaku itu.

Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan

Apabila auditor curiga bahwa mungkin ada kecurangan, standar auditing mengharuskan auditor
memperoleh bukti tambahan untuk menentukan apakah kecurangan yang material memang sudah
terjadi. Auditor sering kali menggunakan pengajuan pertanyaan, seperti yang dibahas sebelumnya,
sebagai bagian dari proses pengumpulan informasi itu.

Analisis Perangkat Lunak Audit

Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk menentukan
apakah mungkin ada kecurangan. Sebagai contoh, perangkat lunak dapat digunakan untuk mencari
transaksi pendapatan fiktif dengan menyelidiki nomor faktur penjualan duplikat atau dengan
merekonsiliasi database faktur penjualan dengan database catatan pengiriman, untuk memastikan
bahwa semua penjualan didukung oleh bukti pengiriman. Demikian pula, perangkat tersebut akan
melakukan pencarian yang efisien untuk mengetahui terputusnya urutan dokumen, yang dapat
mengindikasikan salah saji yang berkaitan dengan tujuan kelengkapan untuk akun-akun kewajiban
serta beban. Auditor menggunakan perangkat lunak audit, termasuk alat bantu spreadsheet dasar
seperti Excel, untuk memilah transaksi atau saldo akun ke dalam beberapa subkategori guna diuji
lebih lanjut. Auditor juga memakai alat bantu spreadsheet dasar, seperti Excel, untuk
melaksanakan prosedur analitis pada tingkat disagregat. Tren yang tidak biasa, yang tidak teramati
pada tingkat agregat, mungkin terdeteksi bila data dianalisis secara lebih terinci.

Pengujian Substantif yang Diperluas

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


21 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
Auditor juga dapat memperluas prosedur lainnya untuk menanggapi risiko kecurangan yang lebih
tinggi. Dalam beberapa contoh, auditor mungkin mengonfirmasi setiap transaksi, dan bukan
keseluruhan saldo akun, terutama untuk transaksi bernilai besar yang dicatat menjelang akhir tahun.

Sering kali risiko kecurangan ini tinggi untuk akun-akun yang didasarkan pada estimasi
subjektif manajemen. Untukn menanggapi risiko yg lebih tinggi bahwa manajemen menggunakan
asumsi yang tidak tepat dalam mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan untuk keusangan
persediaan, auditor dapat memanfaatkan spesialis guna membantu mengevaluasi keakuratan dan
kelayakan asumsi-asumsi kunci.

Implikasi Audit Lainnya

Standar auditing mengharuskan auditor memperhitungkan implikasi bagi aspek audit lainnya. Sebagai
contoh, kecurangan yang melibatkan penyalahgunaan kas dari dana kas kecil yang berjumlah sedikit
biasanya dianggap tidak signifikan oleh auditor, kecuali masalah itu melibatkan manajemen dari
tingkat yang lebih tinggi, yang mungkin mengindikasikan persoalan yang lebih luas menyangkut
integritas manajemen. Hal ini mungkin menunjukkan kepada auditor akan perlunya mengevaluasi
kembali penilaian risiko kecurangan serta dampaknya terhadap sifat, waktu, dan luas bukti audit.

Apabila auditor menetapkan bahwa kecurangan mungkinsaja terjadi, standar auditing


mengharuskan auditor membahas masalah itu serta pendekatan audit untuk investigasi lebih lanjut
dengan tingkat manajemen yang tepat, sekalipun masalah itu mungkin dianggap tidak penting.
Tingkat manajemen yang tepat paling tidak harus satu tingkat di atas orang-orang yang terlibat, serta
manajemen senior dan komite audit. Jika auditor yakin bahwa manajemen senior mungkin terlibat
dalam kecurangan itu, auditor harus membahas masalahnya langsung dengan komite audit.

Penemuan bahwa ada kecurangan juga berimplikasi bagi laporan auditor perusahaan publik
mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. PCAOB Standar 5 menyatakan bahwa
kecurangan sebesar berapa pun oleh setidaknya manajemen senior harus dianggap defisiensi yang
signifikan, dan mungkin merupakan kelemahan yang material dalam pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Hal ini mencakup kecurangan oleh manajemen senior yang menimbulkan salah
saji yang tidak material sekalipun. Jika auditor memutuskan bahwa kecurangan oleh manajemen
senior merupakan kelemahan yang material, laporan auditor mengenai pengendalian internal atas
pelaporan keuangan akan memuat pendapat tidak wajar.

Kadang kala auditor mengidentifikasi risiko salah saji yang material akibat kecurangan yang
memiliki implikasi atas pengendalian internal. Dalam beberapa kasus, pertimbangan auditor atas
program dan pengendalian anti kecurangan yang dirancang manajemen mengidentifikasi defisiensi
yang gagal mengurangi risiko kecurangan tersebut. Auditor harus menyampaikan hal-hal tersebut

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


22 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt
kepada manajemen dan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, seperti komite audit,
jika dianggap sebagai defisiensi yang signifikan atau kelemahan yang material. Ketika mengaudit
laporan keuangan perusahaan publik, auditor harus memperhitungkan defisiensi tersebut sewaktu
mengaudit pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Pengungkapan kecurangan yang mungkin
terjadi kepada pihak selain manajemen senior klien serta komite audit biasanya bukan merupakan
bagian dari tanggung jawab auditor. Pengungkapan semacam itu dilarang oleh kode perilaku
professional auditor dan mungkin melanggar kewajiban legal mengenai kerahasiaan.

Hasil dari prosedur yang ditempuh auditor mungkin saja mengindikasikan risiko salah saji
yang material akibat kecurangan yang signifikan, sehingga auditor harus mempertimbangkan untuk
mengundurkan diri dari audit. Pengunduran diri ini mungkin tergantung pada integritas manajemen
serta ketekunan dan kerja sama manajemen serta dewan direksi dalam menyelidiki potensi kecurangan
dan dalam mengambil tindakan yang tepat.

Daftar Pustaka

Aren, Alvin, A Randal J Elder & Mark, S Beasley, 2008, Auditing and Assurance
Service: An Integreated Approuch, 11st Edition, Pearson Prentice Hall.
Boynton C. William, Johnson N. Raymond, Kell G. Walter.2003,edisi ketujuh,
Modern Auditing. Erlangga : Jakarta.
Guy M.Dan, Alderman C. Wayne, Winters J. Alan. 2003. Edisi Kelima, Auditing.
Erlangga: 2003.
Rahayu Siti Kurnia dan Suhayati Elvi.2010, Auditing Konsep dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntansi Publik. Graha ilmu : Yogyakarta.

Randol J. ELDER. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2 , Jakarta : ERLANGGA

2012 AUDIT 1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


23 Oleh: Novawiguna Kemalasari, SE., M.Ak., http://www.mercubuana.ac.id
Akt

Das könnte Ihnen auch gefallen