Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
OLEH
GUSTIN
A24051820
FAKULTAS PERTANIAN
2009
BUDIDAYA ANGGREK PHALAENOPSIS: PRODUKSI BIBIT
ANGGREK PHALAENOPSIS UNTUK EKSPOR DI PT. EKA
KARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT
Oleh
Gustin
A24051820
FAKULTAS PERTANIAN
2009
RINGKASAN
Nama : Gustin
NRP : A24051820
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) (Dr. Dewi Sukma, SP., Msi)
NIP. 19611101 198703 1 003 NIP . 19700404 199702 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga skripsi ini dapat terselaikan. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Pada kesempatan ini, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Almarhum Bapak, mamah, mas Ian, mas Eko, Melati serta seluruh keluarga
besar penulis atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan yang tidak henti
sampai saat saat ini.
2. Dr. Ir. Sandra Arifin Azis, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen penguji atas bimbingan selama ini serta masukan yang sangat berarti.
3. Pak Agung selaku pembimbing magang, Pak Hermanu, Bu Tety, Pak Rudy
dan karyawan PT Ekakarya Graha Flora atas waktu dan bantuan serta yang
telah diberikan selama pelaksanaan magang.
4. Dini, Oonk, Dito, a Igit, Nca, Ajeng dan teman-teman lainnya atas
dorongan semangat, bantuan dan segala doanya.
5. Mahasiswa/i Agronomi dan Hortikultura 42 atas dedikasinya kepada penulis
dengan segala bantuan, kritik dan saran yang diberikan serta ilmunya yang
bermanfaat.
Semoga segala dukungan dan bantuan baik moril maupun materi yang
diberikan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................... 2
METODOLOGI ................................................................................................. 10
Tempat dan Waktu .................................................................................... 10
Metode Pelaksanaan .................................................................................. 10
Pengumpulan Data .................................................................................... 11
Analisis Data ............................................................................................. 12
PEMBAHASAN ................................................................................................ 67
Budidaya Tanaman Peruntukan Ekspor .................................................... 67
Pelaksanaan Kegiatan Ekspor ................................................................... 69
Realisasi Output Tanaman Peruntukan Ekspor .......................................... 70
Pengawasan Mutu Tanaman Ekspor ......................................................... 71
Tenaga Kerja ............................................................................................. 73
Perencanaan Produksi dan Analisis Usaha Tani Anggrek Phalaenopsis .. 73
LAMPIRAN ....................................................................................................... 83
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
10. Persentase Tanaman yang Berjelaga dan Tidak Berjelaga pada Tanaman
Ukuran 3.5 dari Total 30 Tanaman yang Diamati ................................ 51
Nomor Halaman
Nomor Halaman
8. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Kebun Cikampek Tahun
2003-2008 .............................................................................................. 90
11. Standardisasi pada Tanaman Ekspor Bare Root, Ukuran Pot 1.5,
Ukuran Pot 2.5, Ukuran Pot 3.0 dan 3.5 ........................................... 93
Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang
mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias. Warna
bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik serta vase life yang
panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri
dibandingkan tanaman hias lainnya sehingga banyak diminati oleh konsumen baik
dari dalam maupun luar negeri. Salah satu jenis anggrek yang paling banyak
digemari dan dikembangkan oleh banyak orang yaitu anggrek Phalaenopsis.
Anggrek Phalaenopsis secara alami tumbuh di Indonesia, Filipina, Thailand,
Taiwan, Malaysia dan lain sebagainya, dimana 65% diantaranya asli Indonesia
(Haryani dan Sayaka, 1993). Sebagai tanaman hias, anggrek Phalaenopsis
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Harga tanaman per pot berkisar antara
Rp. 22.000,00 sampai dengan Rp. 60.000,00 untuk tanaman yang belum berbunga
(PT. Ekakarya Graha Flora, 2009).
Pemasaran anggrek mencakup pasar lokal dan ekspor. Perkembangan
volume dan nilai ekspor-impor anggrek tahun 2005-2008*) dapat dilihat pada
Tabel 1.
Ekspor Impor
Tahun
Volume (kg) Nilai (US $) Volume (kg) Nilai (US $)
2005 525 468 1 430 296 112 171 537 750
2006 362 705 1 232 199 70 848 334 784
2007 202 804 1 166 671 72 689 480 204
2008* 166 930 740 751 34 651 78 265
Keterangan *) : Proyeksi
Sumber : Departemen Pertanian, 2009
Negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia cukup luas, mulai dari 5
negara pada tahun 1997, yaitu Jepang, Taiwan, Singapura, Hongkong dan
Belanda, kemudian pada tahun 2001 terdapat 30 negara tujuan ekspor tanaman
anggrek Indonesia (Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005).
Menurunnya penjualan tanaman anggrek guna memenuhi kebutuhan dalam negeri
dan luar negeri, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi anggrek
yang berkesinambungan. Menurut Widjandi et al. (1989), dalam upaya perluasan
pasar dan peningkatan kemampuan bersaing di pasar luar negeri diperlukan
teknologi pengelolaan dan budidaya yang baik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas anggrek adalah
memproduksi tanaman anggrek sesuai dengan standar mutu internasional. Pada
perdagangan internasional anggrek, standar mutu yang harus dipenuhi yaitu harus
bebas dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan memiliki pertumbuhan
tanaman yang baik mulai dari daun, batang dan akar tanaman (Dirjen Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005). Usaha untuk mempersiapkan anggrek
Phalaenopsis kualitas ekspor dilakukan melalui pemeliharaan dan penanganan
khusus.
Tujuan
1. Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta
meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati proses kerja
secara nyata.
2. Mempelajari teknik budidaya dan manajerial anggrek Phalaenopsis mulai
dari aklimatisasi bibit (outflask) hingga pengemasan (packing).
3. Memperoleh informasi dalam rangka upaya meningkatkan mutu dan
efisiensi, khususnya penanganan produksi bibit anggrek Phalaenopsis
tujuan ekspor.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembibitan
Pembibitan pada tanaman anggrek biasanya dilakukan dengan menanam
bibit dari botol ke dalam kompot. Proses ini dikenal sebagai aklimatisasi yaitu
proses adaptasi tanaman dari lingkungan aseptik ke lingkungan non aseptik.
Pamungkas (2006) menyatakan bahwa tanaman yang sudah agak dewasa atau
tanaman remaja selama masih dalam kompot, harus segera dipindahkan ke dalam
pot individu. Hal ini ditujukan agar tanaman memiliki ruang tumbuh yang lebih
baik. Pertumbuhan akar yang terus berkembang akan membuat tanaman
berkompetisi dalam penyerapan air dan hara selama masih di dalam kompot
sehingga pertumbuhan menjadi terhambat.
Pertumbuhan dan perkembangan anggrek sangat dipengaruhi oleh media
tanamnya mulai dari pembibitan hingga ke pembungaan tanaman. Media tumbuh
bagi pertumbuhan tanaman anggrek dapat berfungsi sebagai tempat tegaknya akar
dan batang serta menyimpan air dan unsur hara (Solvia dan Sutater, 1997). Media
tanam anggrek yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu tidak lekas
melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan drainase yang
baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam
jumlah yang diinginkan, mudah ditangani dan relatif murah harganya (Kencana,
2007).
Bibit anggrek cenderung lebih menyukai kondisi media tanam yang
lembab. Pemilihan media tanam yang digunakan juga harus memperhatikan
keadaan lingkungan. Apabila keadaan lingkungan kering dan panas, sebaiknya
digunakan media tanam yang dapat menahan air lebih lama seperti moss.
Sebaliknya jika lingkungan merupakan daerah dengan curah hujan yang tinggi,
hendaknya digunakan media tanam yang sedikit kering seperti akar pakis,
sehingga dapat menghindari kondisi yang terlalu lembab yang dapat
mengakibatkan busuknya tanaman (Deptan, 2005).
Penyiraman
Penyiraman merupakan hal yang sangat penting untuk perawatan segala
jenis tanaman termasuk anggrek. Menurut Kencana (2007) frekuensi dan
banyaknya air yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan
besar kecilnya ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Pada
umumnya, penyiraman pada tanaman anggrek dilakukan dengan menggunakan
sprayer dengan nozzle yang halus tetapi ada juga dengan menggunakan selang.
Penyiraman pada anggrek Phalaenopsis dilakukan pada pagi atau sore hari dengan
intensitas penyiraman dua kali dalam seminggu. Penyiraman anggrek pada siang
hari dilakukan sampai tanaman basah. Kelebihan air dalam tanaman dapat
menyebabkan tanaman menjadi busuk akibat serangan jamur dan bakteri.
Posisi penyiraman yang baik dan benar yaitu berada diantara kedua titik
ekstrim (titik kekurangan air dan titik kelebihan air). Titik kekurangan air ditandai
dengan daun lemas (terjadi dehidrasi). Titik kelebihan air ditandai dengan kondisi
media yang basah dan adanya serangan cendawan atau bakteri dan akar tanaman
akan mengalami kebusukan. Pada industri ekspor anggrek, tidak dilakukan
penyiraman sehingga tanaman berada pada titik kekurangan air. Tanaman akan
memiliki daun yang lemas dimana hal ini bermanfaat dalam penanganan
pengemasan (Setiawan, 2005).
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu faktor penting bagi pertumbuhan
tanaman. Seperti tumbuhan lainnya, anggrek juga membutuhkan makanan untuk
mempertahankan hidupnya. Kencana (2007) mengemukakan bahwa pemupukan
anggrek yang efektif dilakukan secara teratur dua kali dalam seminggu.
Ada dua cara untuk mensuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan
melalui akar dan pemupukan melalui daun (Soepardi, 1983). Menurut Santi et al.
(1996) pemupukan akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan daun
bagian bawah karena pada kebanyakan daun tanaman, mulut daun (stomata)
umumnya terletak dibagian bawah daun. Selanjutnya Widiastoety dan Santi
(1997) menambahkan bahwa jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya
pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan
diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot.
Aplikasi pemupukan pada beberapa jenis anggrek berbeda-beda dan
tergantung pada fase pertumbuhan tanaman (Sandra, 2005). Menurut Kencana
(2007), pada fase pertumbuhan vegetatif, tanaman anggrek yang baru dikeluarkan
dari botol membutuhkan pupuk dengan kandungan N tinggi dan tanaman
individual pot sampai remaja membutuhkan pupuk dengan kadar NPK seimbang.
Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan
cocok diberikan pupuk dengan kadar P tinggi.
Pemupukan dengan komposisi berimbang antara unsur makro dan mikro
merupakan salah satu alternatif dalam proses pemupukan anggrek. Komponen
yang termasuk unsur hara makro adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K).
Sementara itu komponen unsur hara mikro antara lain Mangan (Mn), Boron (B),
tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Unsur hara makro merupakan zat yang banyak
diperlukan oleh tanaman. Unsur hara mikro adalah zat yang tidak banyak
diperlukan oleh tanaman tetapi turut menentukan pertumbuhannya (Sandra, 2005).
Pengemasan
Pengemasan merupakan salah satu proses untuk mencegah terjadinya
penurunan mutu produk, karena perlindungan atau pengawetan produk dapat
dilakukan dengan mengemas produk yang bersangkutan. Bahan pengemas
digunakan untuk membatasi antara bahan dengan lingkungan luar yang bertujuan
menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan (Buckle et al.,
1987).
Fungsi kemasan yang utama adalah sebagai wadah, pelindung, sarana
informasi dan promosi serta untuk memberikan kemudahan-kemudahan baik bagi
produsen maupun konsumen. Dengan adanya kemasan, produk telah terwadahi
dapat memberikan kemudahan-kemudahan dalam penyimpanan atau
penumpukan, perhitungan, pengangkutan, dan sebagainya. Kemasan yang baik
dapat mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi komoditas yang ada di
dalamnya, serta melindungi dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik
(Prajawati, 2006).
Ariestyadi (2007) menyatakan bahwa dalam industri bunga, proses
distribusi mempunyai peranan yang cukup penting. Proses ini meliputi aktivitas
pengemasan, penanganan penggudangan, dan pengangkutan. Selama
pendistribusian, kemasan dan produk menghadapi sejumlah resiko kerusakan
antara lain resiko karena faktor lingkungan (suhu dan kelembaban udara), resiko
karena faktor fisik (gesekan, distorsi, benturan, dan tekanan), serta resiko lainnya
seperti infiltrasi mikroorganisme, pencurian dan kontaminasi.
Kemasan kardus karton (corrugated box) dibuat dari karton bergelombang
yang memiliki tiga daya tahan dalam melindungi produk di dalamnya yaitu karton
memiliki ketahanan rusak, daya tahan susun dan daya tahan air. Ketahanan rusak
dan daya tahan susun dari kardus karton sangat tergantung pada kualitas bahan
yang digunakan sedangkan daya tahan air dapat ditingkatkan dengan penambahan
lapisan lilin pada permukaan kardus karton, baik pada bagian dalam maupun
bagian luar sesuai kebutuhan (Federasi Pengemasan Indonesia, 2004). Kardus
karton pada umumnya digunakan sebagai kemasan ekspor karena harganya relatif
masih mahal. Kardus karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan
mempermudah pembongkaran dan dinding kotaknya yang halus dibandingkan
peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding kotak tidak
berakibat buruk (Deptan, 1988).
Pada umumnya kemasan hasil-hasil pertanian perlu dilubangi sebagai
ventilasi, kecuali kemasan untuk komoditi segar yang telah dikupas. Lubang
ventilasi ini memungkinkan masuknya oksigen yang cukup dan menghindarkan
kerusakan karena akumulasi karbondioksida selama pemasaran pada suhu tinggi.
Pada kemasan yang tidak diberi ventilasi, hasil-hasil pertanian sering tampak tetap
baik lebih lama daripada yang berada dalam kemasan dengan ventilasi. Hal ini
disebabkan termodifikasinya udara menjadi udara dengan kandungan oksigen
rendah dan karbondioksida yang meningkat. Selain itu, kemungkinan komoditas
terkontaminasi dengan hama dan penyakit lebih minim. Oleh karena itu, kemasan
tanpa ventilasi biasanya digunakan dalam pengemasan tanaman untuk ekspor
(Widjandi et al., 1989).
METODOLOGI
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi seluruh kegiatan yang
menyangkut aspek budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis dan manajerial.
Metode pelaksanaan yang dilaksanakan oleh penulis adalah dengan melaksanakan
beberapa tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan atau operator selama delapan
minggu, staf Quality Control (QC) selama satu minggu, pendamping kepala regu
selama satu minggu, pendamping koordinator selama tiga minggu, dan
pendamping kepala bagian selama tiga minggu.
Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai karyawan atau operator
menyangkut aspek teknis budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis meliputi
aklimatisasi bibit (outflask), repotting, pemeliharaan, grading, stok kontrol,
packing lokal dan ekspor. Selain itu, penulis beberapa kali turut dalam kegiatan
persiapan tanaman anggrek Phalaenopsis untuk ekspor yaitu mulai dari sterilisasi
bed, bed transfer ke GH 2 (GH persiapan ekspor), quality control tanaman ekspor,
pengendalian hama penyakit tanaman dan packing tanaman ekspor. Jurnal harian
kegiatan magang sebagai karyawan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa
Barat dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kegiatan sebagai pendamping kepala regu bertugas membantu koordinator
dalam mengatur atau mengarahkan dan melaksanakan kegiatan yang sesuai
dengan bagian dan tugasnya. Pada tahap tersebut juga dipelajari mekanisme
pembuatan laporan yang berkaitan dengan tugasnya dan mekanisme pengawasan.
Jurnal harian kegiatan magang sebagai kepala regu di PT Ekakarya Graha Flora,
Cikampek, Jawa Barat tercantum pada Lampiran 2.
Kegiatan sebagai pendamping koordinator, staf quality control dan kepala
bagian bertugas membantu mengelola dan mengawasi pekerjaan, baik teknis
maupun manajerial mulai dari perencanaan sampai pengendalian kegiatan,
membuat laporan mingguan dan bulanan serta membina dan membimbing
karyawan atau operator dalam melakukan pekerjaan. Jurnal harian kegiatan
magang sebagai staf quality control, koordinator dan kepala bagian dapat dilihat
pada Lampiran 3, 4, dan 5.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan magang terdiri
atas dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer yaitu pengambilan data secara langsung di lapang yang diperoleh
dengan melakukan pengamatan-pengamatan dalam kegiatan persiapan anggrek
Phalaenopsis untuk ekspor meliputi jumlah tanaman ekspor, jumlah tanaman
yang tidak lolos quality control, persentase serangan hama penyakit tanaman pada
tanaman ekspor sesuai dengan tanaman contoh yang diambil, dan pengendalian
hama penyakit secara kimia dengan peubah yang diamati yaitu jenis pestisida,
dosis, konsentrasi dan volume semprot, serta intensitas penyemprotan. Selain itu,
juga dilakukan pengambilan data beberapa kegiatan ekspor yang dikelompokkan
berdasarkan umur tanaman dan jenis tanaman ekspor berdasarkan warna bunga
yang kemudian dipersentasikan. Kemudian data grading tanaman ekspor, kegiatan
pengemasan tanaman ekspor serta jumlah tenaga kerja (HK) yang digunakan dari
kegiatan ekspor. Disamping itu, data primer juga diperoleh melalui wawancara
langsung atau diskusi dengan manajer, staf dan karyawan.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen, arsip perusahaan dan
dokumentasi lainnya. Data sekunder yang mendukung pelaksanaan teknik
lapangan adalah luas areal, kondisi iklim, keadaan tanaman (populasi tanaman,
jumlah tanaman tiap Green House, jenis tanaman berdasarkan warna bunga dan
ukuran pot), data produksi kebun, data ekspor tanaman khususnya anggrek
Phalaenopsis serta data-data lainnya seperti organisasi dan manajemen
perusahaan. Pengambilan data secara tidak langsung juga dapat dilakukan melalui
studi pustaka yang ada di perusahaan.
Analisis Data
Data yang terkumpul selama proses kegiatan magang diolah dan dianalisis.
Analisis data dilakukan terutama pada data primer yang diperoleh dari hasil
pengamatan secara langsung di lapang. Metode analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif dengan pengamatan selama kegiatan dalam
mempersiapkan anggrek Phalaenopsis untuk ekspor sehingga dapat diperoleh
hasil serta perbedaan perlakuan persiapan anggrek Phalaenopsis untuk ekspor dan
lokal. Selain itu, data yang diperoleh juga dianalisis dengan menggunakan nilai
rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis sederhana lainnya kemudian
dibandingkan dengan standar kerja kebun.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
PT Ekakarya Graha Flora (PT. EGF) merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang tanaman hias khususnya anggrek. Perusahaan ini
menyediakan tanaman hias anggrek jenis Phalaenopsis dan anggrek jenis
Dendrobium. PT EGF resmi berdiri pada tanggal 26 Agustus 1996 hasil kerjasama
Bapak Amin Supriyadi dengan Mr. Kwo, dengan Akte Notaris Benny Kristianto,
SH. No. 17 dengan nama awal perusahaan PT Ekakarya Graha Perdana seluas
15 ha. Pada tahun 1998, PT Ekakarya Graha Perdana diambil alih oleh Pak Amin
Supriyadi dan berganti nama menjadi PT Ekakarya Graha Flora. Produk yang
menjadi unggulan adalah anggrek jenis Phalaenopsis yang dibudidayakan di
kebun Cikampek. PT EGF merupakan salah satu perusahaan terbesar penghasil
anggrek di Asia Tenggara yang telah mengekspor anggrek secara kontinyu. PT
EGF ini memiliki dua lokasi kebun yaitu Cikampek dan Cipamingkis serta kantor
pusat yang terletak di Roxy, Jakarta Pusat. Cikampek merupakan kebun dari PT
EGF dimana ditempat ini dilakukan teknis budidaya sampai dengan pasca panen
untuk tanaman pot anggrek Phalaenopsis. Cipamingkis yang berada di Sukabumi,
Jawa Barat adalah kebun pembungaan anggrek Phalaenopsis.
PT EGF kebun Cikampek memiliki 18 Rumah Kaca (Green House/GH)
yaitu diantaranya 12 GH buatan Taiwan dan 6 GH buatan Indonesia, dengan
kapasitas yang berbeda-beda yang dapat dilihat pada Lampiran 6. PT EGF
mempunyai beberapa izin usaha baik dari dalam negeri maupun perdagangan
Internasional. Pada tahun 2003 PT EGF telah melakukan penerapan sistem
manajemen sesuai dengan Standard Internasional yaitu ISO 9001-2000.
Letak Geografis
PT EGF terletak pada posisi 6020-6030 Lintang Selatan dan
106-10650Bujur Timur, berdiri di atas lahan sawah yang tidak produktif lagi.
Lokasi kebun berada di jalur utama jalan tol Kalihurip dimana sebelah utara
berbatasan dengan jalan raya lintas Pantai Utara, sebelah selatan berbatasan
dengan jalan tol Jakarta-Cikampek, sebelah barat berbatasan dengan jalan tol
Kalihurip dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kamojing. Peta wilayah
Kebun PT. EGF, Cikampek, Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar Lampiran 7.
Pemeliharaan Tanaman
Penanaman
Kegiatan penanaman meliputi aklimatisasi bibit (outflask) dan pindah
tanaman (repotting). Pada umumnya runtutan kegiatan outflask dan repotting
hampir sama yaitu mempersiapkan bahan tanaman dan penanaman tanaman.
Penanaman tanaman disesuaikan berdasarkan umur tanaman, baik dalam botol
maupun tanaman pot. Pada penanaman, terdapat dua jenis bibit yaitu asal bibit
seedling (perbanyakan secara generatif) untuk tanaman peruntukan lokal dan bibit
yang berasal dari mericlone (perbanyakan secara vegetatif) untuk tanaman
peruntukan ekspor.
Media tanam yang digunakan untuk penanaman Phalaenopsis oleh PT.
EGF ini adalah spaghnum moss yang biasa disebut moss. Moss yaitu lumut rawa
yang berasal dari dataran tinggi. Moss berfungsi baik menyerap air, membuat
kelembaban terjaga, ruang gerak akar lebih bebas, tidak melukai akar, akar lebih
banyak dan panjang serta batang tanaman akan lebih kuat. Terdapat dua macam
moss yang digunakan yaitu moss Chili dan moss China yang dapat dilihat pada
Gambar 2.
(a) (b)
Gambar 2. Media Tanam Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha
Flora. (a) Moss Chili, (b) Moss China
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan
agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi secara optimal
(berbunga dengan baik) serta menjaga tanaman agar dapat bertahan hidup.
Kegiatan pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis yang dilakukan PT EGF
meliputi sterilisasi rak besi (bed) dan tanaman, penyiraman, pemupukan,
pemeriksaan bapiketeng, sortasi tanaman, sanitasi tanaman, bed transfer dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Penyiraman
Kegiatan penyiraman air pada anggrek Phalaenopsis jarang dilakukan.
Kegiatan penyiraman dengan air baru dilakukan ketika pengendapan hara atau
butiran-butiran pupuk pupuk terlihat pada media tanam (moss). Butiran-butiran
pupuk yang tersisa pada media ini dikarenakan pengadukan yang kurang lama
pada saat melarutkan pupuk. Oleh karena itu, agar pupuk tersebut dapat larut
seluruhnya pada media tanam (moss) maka dilakukan penyiraman dengan air
sehingga pupuk dapat larut dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu,
penyiraman dengan air dilakukan agar tidak terjadi penumpukan unsur hara yang
berasal dari pupuk sehingga tidak terjadi toksisitas pada tanaman.
Pada saat penyiraman media harus basah seluruhnya, jadi apabila setelah
disiram ternyata media tidak terlalu basah, maka akan dilakukan penyiraman
ulang sampai media basah seluruhnya kira-kira dilakukan 3 sampai 4 kali
penyiraman. Penyiraman hanya diaplikasikan pada tanaman anggrek Phalaenopsis
yang sudah tua atau umur tanaman berkisar dari 5 sampai 15 bulan sejak repotting
tanaman 3.5. Hal ini dilakukan karena pada tanaman yang sudah tua
pertumbuhan akarnya sudah banyak sehingga kemungkinan resiko tanaman
terkena busuk akar (fusarium) minim.
Penyiraman dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman dengan
menggunakan selang yang tekanan airnya diatur oleh operator sesuai ukuran,
bentuk dan kondisi tanaman dalam bed. Tanaman yang akan disiram dengan air
diberi tanda bendera putih dengan tulisan perlakuan pada bed yang akan disiram.
Kegiatan penyiraman dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30 WIB sampai
11.00 WIB.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam
pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis. Pemupukan dilakukan dengan
memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang
dengan baik. Kegiatan pemupukan dilakukan 3 sampai 4 hari sekali atau
tergantung pada kondisi cuaca dan media tanam (moss). Penyiraman pupuk pada
tanaman dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 11.00.
PT EGF menggunakan 5 jenis bahan kimia untuk pupuk yaitu pupuk
Peters International 20:20:20 dengan konsentrasi 1 g/5.5 l, Ca(NO3)2 dengan
konsentrasi 0.2 g/l, MgSO4 dengan konsentrasi 0.2 g/l, NiSO4 0.01 g/l, dan Bori
Acid (Biotri) 0.1 mg/l. Adapun kandungan dari pupuk Peters Internasional dapat
dilihat pada Tabel 5.
Kelima jenis pupuk ini dilarutkan terlebih dahulu di dalam ember dan
diaduk selama lima menit agar seluruh pupuk tercampur dan hancur seluruhnya
kemudian dimasukkan ke dalam bak pemupukan yang telah terisi air dan diaduk
dengan pipa pengaduk hingga larutan pupuk tercampur seluruhnya. Sebelum
pupuk dimasukkan ke dalam bak (volume 2 200 l), volume air dalam bak harus
diperiksa terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan penyiraman yang akan
dilakukan. Standar perusahaan terhadap perhitungan kebutuhan larutan pupuk
yaitu untuk tanaman ukuran 1.0 dan 1.5 adalah 3 bed/1 000 l, untuk tanaman
ukuran 2.5 dan 3.5 adalah 6 bed/1 000 l dan untuk tanaman 3.0 adalah
5 bed/1 000 l.
Kegiatan pemupukan dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman
secara fertigasi yaitu dengan menggunakan selang yang tekanan airnya diatur oleh
operator sesuai ukuran, bentuk dan kondisi tanaman dalam bed. Jarak selang dari
pot sekitar 20 cm dan penyiraman dilakukan dengan melebarkan mulut selang
agar seluruh bagian tanaman tersiram oleh pupuk. Penyiraman pupuk dilakukan
merata pada seluruh tanaman dengan volume pupuk setengah dari tinggi pot.
Penyiraman pupuk secara fertigasi pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Penyiraman Pupuk secara Fertigasi pada Tanaman
Pemeriksaan Bapiketeng
Basah pinggir kering tengah (bapiketeng) merupakan suatu kondisi media
tanam (moss) dimana tidak meratanya penyerapan, yaitu bagian pinggir yang
terlalu basah tetapi bagian tengah kering, setelah dilakukan penyiraman pupuk
(pemupukan). Pemeriksaan bapiketeng dilakukan untuk menghindari dan
mengurangi kebusukan pada akar tanaman serta menghindari timbulnya jamur
atau cendawan pada media tanam (moss) yang dapat menghambat pertumbuhan
akar. Kegiatan pemeriksaan bapiketeng ini dilakukan satu hari setelah pemupukan
dan dilakukan setiap hari setelah pekerjaan pemupukan selesai dilakukan.
Tanaman diperiksa kembali jika terdapat tanaman yang kelebihan air atau moss
basah tidak merata dalam pot maka dilakukan pemeriksaan bapiketeng.
Kegiatan pemeriksaan bapiketeng pada tanaman ukuran 1.5 dan 2.5
dilakukan dengan cara memiringkan posisi pot yang media moss yang basah
sehingga moss yang basah tersebut merata ke tengah dan moss juga tersinari oleh
cahaya matahari. Sedangkan pemeriksaan bapiketeng pada tanaman ukuran pot
3.5 dilakukan dengan menempatkan tanaman yang telah diperiksa di ujung talam
atau tanaman yang medianya masih basah tersebut dikumpulkan dalam satu talam
kemudian bagian sebelah talam tersebut dinaikkan ke pinggiran bed. Cara tersebut
dilakukan untuk menandakan tanaman yang sedang dibapiketeng sehingga pada
penyiraman pupuk selanjutnya tanaman tidak akan disiram kembali.
Sortasi Tanaman
Sortasi tanaman dilakukan untuk memisahkan tanaman yang tergolong
dalam tanaman gagal (reject) dengan tanaman sehat dan normal. Tanaman yang
dikategorikan ke dalam tanaman gagal yaitu tanaman yang terkena hama penyakit
dan tanaman yang mengalami kelainan dalam pertumbuhannya. Tanaman yang
terkena penyakit dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur atau cendawan.
Sedangkan tanaman yang mengalami kelainan dalam pertumbuhan yaitu tanaman
mutan dan tanaman stagnan. Adapun ciri-ciri tanaman tersebut dapat dilihat pada
Tabel 6.
Setelah dilakukan pemisahan tanaman gagal maka tanaman dikumpulkan
di tempat pembuangan tanaman gagal, selanjutnya dilakukan pengguntingan
tanaman gagal sampai pada pangkal batang dimana tanaman tidak dapat tumbuh
lagi. Pot yang masih bagus dicuci sehingga dapat digunakan kembali untuk
penanaman atau repotting selanjutnya, sedangkan moss dan tanaman langsung
dibuang dan dimusnahkan.
Sanitasi Tanaman
Sanitasi tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman agar tanaman
bersih sehingga terhindar dari penyakit, tanaman dapat tumbuh dan berproduksi
optimal. Kegiatan sanitasi tanaman pada anggrek Phalaenopsis yang ada di kebun
Cikampek meliputi pembersihan daun kuning dan pembuangan tunas bunga
(spike).
Kegiatan pembuangan daun kuning dilakukan setiap hari oleh operator.
Daun kuning dapat disebabkan oleh daun tua, tanaman kekurangan air, dan daun
sakit. Daun kuning karena kekurangan air umumnya daun layu dan kering
sedangkan daun yang sakit terdapat gejala busuk basah pada daunnya.
Tabel 6. Identifikasi Penyakit dan Kelainan Pertumbuhan Pada Tanaman
Sebab Gejala Tindakan
Virus Daun akan timbul bintik-bintik kuning Apabila penyebaran pada
Belum diketahui jenis virus yang menyerang daun muda, tanaman
tanaman dimushnahkan
Penyebaran virus diduga berasal dari Sterilisasi gunting setelah 5
pemakaian gunting stek pada saat repotting tanaman
yang melebihi 5 tanaman (gunting tidak
disterilisasi setelah pengguntingan 5 tanaman)
Bakteri Tanaman busuk basah di titik tumbuh tamanan, Daun busuk terdapat di
batang, dan daun bagian bawah daun, daun
Apabila dicium baunya tidak sedap akan dugunting
Daun busuk pada daun
pertama, tanaman
dimusnahkan
Jamur atau Pada media tanam terdapat jamur putih dan Tanaman dilakukan
Cendawan jamur telur karena media tanam (moss) yang pemberian pestisida
terlalu basah dan lingkungan yang lembab. Hal Tanaman dimusnahkan jika
ini dapat mengakibatkan busuk akar (fusarium) serangan jamur di pangkal
Timbul embun jelaga atau bercak/noda hitam batang dan bila maksimal
pada daun tersisa dua daun tua yang
Membuat tampilan tanaman menjadi tidak tidak terserang
indah Membersihkan atau mengelap
daun/tanaman dengan kain
Mutan Daun, pertumbuhan daun baru menyerupai Tanaman pot 1,5 dan 2,5:
terompet, pecut, tanaman bercabang dan pemusnahan tanaman;
pertumbuhan daun yang tidak seimbang tanaman pot 3,5untuk bunga
Batang, ukuran batang yang tinggi potong (cut flower) dan
Karena udara panas daun menjadi keriting dan mother plant
kelainan pertumbuhan tanaman juga dapat Membuka paranet sehingga
terjadi dikarenakan tanaman kekurangan sinar tanaman terkena sinar
matahari matahari
Stagnan Tanaman yang mengalami keterlambatan Tanaman diletakkan di rak
pertumbuhan atau tanaman kerdil pinggir GH dan diperlakukan
sama dengan tanaman normal
dan sehat. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar tanaman
stagnan kemungkinan masih
dapat tumbuh dan
berkembang sehingga dapat
ditukar dengan tanaman yang
akan dimusnahkan (dapat
mengurangi tanaman yang
akan dimusnahkan). Apabila
tanaman tidak berkembang
maka tanaman dimusnahkan.
Sumber : PT. Ekakarya Graha Flora, 2009
Daun kuning dan daun sakit yang terdapat pada setiap tanaman yang
berada pada pot baik daun tersebut masih melekat pada tanaman atau telah
terlepas dari batang tanaman harus dibuang. Pembersihan daun kuning pada
tanaman dilakukan harus pada daun yang sebagain besar warna daunnya telah
menguning. Pengambilan daun yang tidak kuning seluruhnya dapat memicu
timbulnya penyakit. Setiap pembuangan daun kuning dikumpulkan dalam ember
yang kemudian disatukan dalam tong untuk dilakukan pemusnahan secara massal
bersama dengan tanaman gagal (reject).
Pembuangan tunas bunga (spike) pada tanaman anggrek Phalaenopsis
dilakukan karena proses pembungaan tanaman tidak dilakukan di kebun
Cikampek. Hal ini karena kondisi alam dan iklim di kebun Cikampek yang kurang
mendukung proses pembungaan. Oleh karena itu proses pembungaan lanjutan
dilakukan di kebun Cipamingkis, Sukabumi, yang memiliki suhu yang sesuai
sehingga produksi pembungaan tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Tujuan
dari pembuangan tunas bunga (spike) ini adalah agar tanaman dapat tumbuh
optimal dan fotosintat tanaman tersebut tidak terserap oleh tunas-tunas yang akan
tumbuh bunga. Pembuangan tunas bunga (spike) dilakukan dengan mematahkan
ujung-ujung tunas bunga jika tunas bunga masih muda atau menggunakan gunting
stek yang telah dicelupkan larutan Na3(PO4) untuk tunas bunga yang sudah tua
atau tunas bunga yang keras. Kegiatan ini dilakukan setiap hari sambil melakukan
pembuangan daun kuning.
Bed Transfer
Bed transfer adalah kegiatan mengosongkan bed dengan memindahkan
tanaman yang terdapat dalam bed ke bed yang lain. Kegiatan pemindahan dapat
dilakukan dalam satu GH maupun pada GH yang berbeda. Kegiatan bed tranfer
ini bertujuan untuk mengosongkan bed yang nantinya bed tersebut digunakan
untuk meletakkan tanaman yang baru ditanam. Perpindahan tanaman harus harus
sesuai dengan kode dan jumlah tanaman sebelumnya kemudian membuat laporan
dan diserahkan kepada operator stok untuk dihitung dan diperiksa kembali.
Penempatan tanaman yang telah ditransfer sesuai dengan penempatan pada saat
grading, apabila kode tanaman sama dalam satu bednya, yaitu dimulai grade A,
B, K dan C. Standardisasi kondisi tanaman anggrek Phalaenopsis sesuai grade
dapat dilihat pada Lampiran 10.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Kehadiran organisme pengganggu tanaman pada tanaman dapat
menghambat pertumbuhan tanaman, menurunkan kualitas dan produktivitas
tanaman sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Oleh karena itu, usaha pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)
sangat penting dilakukan pada kegiatan pemeliharaan tanaman. Jenis organisme
pengganggu tanaman yang biasa menyerang yaitu hama, penyakit, dan gulma.
Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu penyebab utama
kegagalan dalam pemeliharaan anggrek Phalaenopsis. Apabila tidak dilakukan
pengendalian terhadap hama dan penyakit maka akan terjadi kerusakan pada akar,
batang, daun dan bunga. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang
dilakukan secara kimia yaitu pemberian pestisida yang dilakukan setiap dua
minggu sekali atau tergantung dari kondisi tanaman. Pada GH 1 sampai 16
penyemprotan dilakukan 3 minggu sekali sedangkan GH 17 dan 18 penyemprotan
dilakukan 2 minggu sekali. Kegiatan penyemprotan dilakukan sore hari yaitu
dimulai dari pukul 14.30 sampai pukul 18.00 mulai dari mempersiapkan alat dan
bahan hingga ke penyemprotan pestisida. Sprayer untuk penyemprotan pestisida
dan kegiatan penyemprotan pestisida pada tanaman 2.5 ditunjukkan pada
Gambar 9.
1. Grading Bulanan
Grading bulanan adalah grading yang dilakukan pertama kali sejak
tanaman ditanam atau dipindah tanam. Grading yang dilakukan sudah
berdasarkan grade atau ukuran dari tanaman. Grading bulanan dilakukan
berdasarkan bulan setelah tanam. Grading tanaman minimal empat bulan setelah
tanam.
2. Grading Ulang
Grading ulang merupakan mengulang grading setelah dilakukan grading
bulanan. Grading ulang ini dilakukan beberapa bulan, kurang lebih dua bulan,
setelah grading bulanan. Grading ulang dilakukan atas beberapa tujuan yaitu:
Grading untuk repotting, merupakan grading yang dilakukan untuk
tanaman yang akan dipindah tanam. Pada grading untuk repotting
tanaman, proses grading tetap dengan acuan grade yang telah dilakukan
pada saat grading bulanan dan hanya dilakukan pemisahan tanaman antara
tanaman yang bagus (tanaman yang layak ditanam kembali) dan yang
tidak bagus (tanaman gagal).
Grading lokal, yaitu grading pada tanaman untuk tanaman yang akan
dijual lokal, baik dijual langsung maupun tanaman yang dikirim ke
Cipamingkis untuk proses pembungaan terlebih dahulu. Grading lokal
biasanya dilakukan pada tanaman ukuran pot 2.5 sampai dengan 3.5
sesuai dengan permintaan pembeli.
Grading ekspor, merupakan grading pada tanaman yang akan diekspor.
Tanaman yang akan diekspor ini biasanya merupakan tanaman yang
berasal dari bibit impor. Grading ekspor dilakukan 1 bulan sebelum
ekspor tanaman. Grading ekspor biasanya dilakukan pada tanaman ukuran
pot 2.5 sampai dengan pot 3.5 atau terkadang pada tanaman ukuran pot
1.5, sesuai dengan permintaan pembeli.
Tanaman Lokal
Tanaman yang akan dijual lokal dapat berupa tanaman berbunga dan
tanaman belum berbunga. Tanaman lokal yang dibungakan sebelum dipasarkan,
harus dikirim terlebih dahulu ke kebun Cipamingkis. Sedangkan pada tanaman
belum berbunga pada umumnya dilakukan sesuai dengan pesanan. Pengepakan
pada tanaman lokal dilakukan langsung di dalam GH.
a. Pengiriman Tanaman Lokal yang dikirim ke Kebun Cipamingkis
Pengiriman tanaman ke kebun Cipamingkis pada umumnya dilakukan
setiap hari, tetapi pengiriman ditentukan sesuai dengan ketersediaan tempat yang
ada di kebun Cipamingkis. Pengemasan tanaman lokal ini dilakukan dengan
menggunakan keranjang, satu minggu sebelum dilakukan pengemasan harus
disterilisasi dengan menggunakan NaClO dengan konsentrasi 4.5 ml/l. Kapasitas
keranjang untuk tanaman ukuran pot 2.5 berjumlah 54, tanaman ukuran pot 3.0
berjumlah 35 sedangkan tanaman ukuran pot 3.5 berjumlah 30. Tanaman disusun
dengan posisi berdiri dengan keranjang yang dimiringkan untuk memudahkan
dalam pengepakan tanaman. Setelah itu, operator packing menuliskan kode,
jumlah tanaman serta grade yang terdiri atas standar dan non standar. Tanaman
dengan grade standar meliputi tanaman dengan kualitas yang bagus. Tanaman
grade non standar meliputi tanaman dengan kualitas kurang baik seperti tanaman
mutan dan rusak mekanis. Pengemasan untuk tanaman lokal yang dikirim ke
kebun Cipamingkis dan pengemasan untuk penjualan lokal dapat dilihat pada
Gambar 12.
b. Pengiriman Tanaman Lokal (Sales Order)
Pengiriman tanaman lokal ini langsung ditujukan kepada pembeli yang
bersangkutan. Berbeda halnya dengan pengemasan tanaman yang dikirim ke
Cipamingkis, pengemasan tanaman lokal ini dilakukan dengan menggunakan box
atau kardus. Cara pengepakan sama dengan pengepakan ekspor yaitu tanaman
dibungkus dengan menggunakan kertas koran bersih dengan cara digulung dengan
posisi daun berhadapan, diutamakan seluruh bagian batang dan daun terbungkus.
Tanaman Ekspor
Kegiatan ekspor tanaman yang dilakukan terdiri dari tanaman dalam pot
(potted plant) dan tanaman tanpa media (bare root). Kegiatan ekspor tanaman
dalam pot (potted plant) dilakukan setiap dua kali dalam satu bulan. Ekspor
ditujukan ke negara Jepang yang terdiri dari beberapa pelanggan tetap diantaranya
Suzuka Youran, Kobayashi, Onodera, Komatsu, Morita Orchid, Kanda, G. H
Seinan, dan Hanasyokunin. Ekspor tanaman dalam pot ini berupa tanaman yang
masih terdapat dalam pot plastik bening beserta dengan media tanam (spaghnum
moss) dimana kondisi tanaman belum berbunga (unspike). Pada beberapa pembeli,
terdapat permintaan pelepasan pot. Umumnya tanaman yang akan diekspor ke
Jepang ini tanaman dengan pot berukuran 2.5, 3.0, dan 3.5.
Bare root merupakan salah satu bentuk ekspor yang dilakukan oleh
perusahaan dimana tanaman akan diekspor dalam bentuk tanpa media dan hanya
berupa tanaman saja. Permintaaan ekspor tanaman dengan cara seperti ini
biasanya dilakukan oleh konsumen non Jepang seperti Australia, Amerika,
Belanda dan lain-lain. Kegiatan ekspor bare root dilakukan tidak rutin seperti
ekspor ke Jepang. Ekspor bare root dilakukan ketika terdapat permintaan dari
pembeli.
Sebelum tanaman dikemas terdapat beberapa penangan pasca panen yang
harus dilakukan. Adapun tahapan dan perlakuan yang dilakukan dalam ekspor
tanaman, yaitu:
3. Sterilisasi Tanaman
Sama halnya dengan steriliasi bed atau troli, sebelum tanaman diekspor
juga dilakukan kegiatan sterilisasi tanaman. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
tanaman tidak terkontaminasi oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Waktu pelaksanaan sterilisasi tanaman ini adalah 7 sampai 8 hari sebelum
pengemasan tanaman dan apabila tidak memungkinkan, sterilisasi dilakukan
minimal 3 hari sebelum pengemasan. Standar kebutuhan larutan NaClO kurang
lebih untuk tanaman pot 1.5 adalah 3 bed/1 000 l, tanaman pot 2.5 dan 3.5
adalah 6 bed/1 000 l. Perlakuan NaClO dilakukan pagi hari dan paling lambat
selesai kurang lebih pukul 11.00 WIB. Apabila belum selesai sampai dengan
pukul 11.00, dilanjutkan pada hari kerja berikutnya. Hal ini disebabkan oleh
larutan NaClO yang mudah menguap apabila terkena panas.
4. Quality Control Tanaman Ekspor
Tanaman yang akan diekspor harus memiliki kualitas baik setidaknya
memenuhi standar internasional. Oleh karena itu, harus dilakukan kegiatan quality
control (QC) pada tanaman sebelum tanaman diekspor. Kegiatan QC umumnya
sama dengan kegiatan grading tanaman hanya saja proses kegiatan ini dilakukan
berulang kali yaitu QC 1 dilakukan satu minggu sebelum tanaman diekspor dan
sebelum proses pelayuan sedangkan QC 2 dilakukan sebelum aplikasi pestisida
yaitu satu hari sebelum pengemasan tanaman dan ketika tanaman akan dikemas.
Persentase tanaman yang tidak lolos QC tanaman ekspor periode Maret-Mei 2009
ditunjukkan pada Tabel 8.
Periode Ekspor QC I QC II
..........(%).........
3 Maret 6.41 2.9
8 April 3.53 1.42
13 Mei 1.64 1.10
27 Mei 3.83 1.78
Jumlah 15.41 7.2
Rata-rata 3.85 1.8
Sumber : Hasil Pengamatan
6. Pembersihan Daun
Perlakuan pada tanaman sebelum ekspor yaitu pembersihan daun dengan
menggunakan kain atau perca basah. Pembersihan daun ini bertujuan untuk
membersihkan daun dari embun jelaga atau bercak-bercak hitam pada daun yang
disebabkan oleh cendawan. Embun jelaga pada tanaman anggrek Phalaenopsis
dapat dilihat pada Gambar 15.
Kondisi Tanaman
Pertumbuhan Tanaman
Berjelaga TidakBerjelaga
.....(%)..
Rata-rata Jumlah Daun (helai) 5.75 5.4
Rata-rata Leaf Span (cm) 26.1 26.92
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) 4.4 4.61
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 10. Persentase Tanaman yang Berjelaga dan Tidak Berjelaga pada
Tanaman Ukuran 3.5 dari Total 30 Tanaman yang Diamati
Kondisi Tanaman
Pertumbuhan Tanaman
Berjelaga Tidak Berjelaga
.....(%)..
Rata-rata Jumlah Daun (helai) 7.07 7.33
Rata-rata Leaf Span (cm) 40.49 40.11
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) 29.84 30.27
Sumber : Hasil Pengamatan
7. Pelayuan Tanaman
Sebelum proses pengemasan, tanaman yang akan diekspor tidak dilakukan
penyiraman terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam proses
pengemasan. Proses pelayuan membuat kondisi daun menjadi sedikit layu
sehingga daun tidak mudah patah, sobek, dan kerusakan. Pada ekspor bare root,
pelayuan dilakukan 2 sampai 4 hari disesuaikan dengan kondisi cuaca, jumlah
tanaman dan jenis tanaman. Biasanya anggrek Phalaenopsis dengan bunga warna
merah lebih mudah layu dibandingkan dengan anggrek Phalaenopsis dengan
bunga warna putih. Oleh karena perbedaan waktu proses pelayuan ini, biasanya
proses pelayuan didahulukan untuk tanaman anggrek Phalaenopsis berbunga putih
setelah itu baru dilakukan pelayuan tanaman anggrek dengan bunga warna merah.
Kegiatan pelayuan tanaman dilakukan sampai daun tanaman cukup lemas untuk
dikemas dan tidak sampai mengalami titik layu permanen atau daun layu tidak
sampai keriput. Selain itu, kegiatan pemupukan tanaman dihentikan 5 sampai 10
hari sebelum pengemasan.
9. Pengelapan Daun
Kegiatan pengelapan daun yang dilakukan hampir sama seperti
pembersihan daun, namun proses ini dilakukan untuk membersihkan daun dari
pestisida pada daun yang masih basah yang berasal dari penyemprotan pestisida
yang dilakukan sehari sebelumnya. Pengelapan daun dilakukan dengan
menggunakan tisu ketika tanaman akan dibungkus koran pada saat proses
pengemasan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tanaman tetap dalam kondisi
yang baik (tidak busuk) ketika masa penyimpanan atau selama proses distrtibusi
tanaman hingga ke konsumen.
Setelah box terisi penuh dilakukan peletakan tulisan kode dan jumlah
tanaman yang terdapat dalam box (per box disesuaikan dengan packing list) pada
kertas doorslag diatas tanaman. Kertas doorslag berfungsi sebagai pembatas
antara kode tanaman yang berbeda dalam satu box dan juga sebagai penutup
tanaman sebelum ditutup oleh karton box. Kemudian box karton ditutup hati-hati
agar tidak terjadi kerusakan tanaman. Box dan pinggirannya di tutup dengan
lakban. Box harus tertutup rapat dan terhindar dari kontaminasi udara luar pada
saat tanaman berada dalam box. Pada masing-masing box karton diberi alamat
pemesan tujuan ekspor.
Setelah itu, box dipindahkan ke ruang penyimpanan untuk diikat dengan
strapping ban dengan menggunakan mesin strapping. Tujuannya agar box dapat
terikat kuat. Box karton yang telah diikat dengan strapping ban lalu diberi segel
dari Departemen Kehutanan yang menandakan bahwa tanaman telah memenuhi
Undang-Undang yang berlaku sehingga dapat diekspor. Setelah itu box karton
disusun rapi dan berurutan sesuai nomor box yang sesuai dengan rencana muatan
box per kendaraan pengangkut. Jumlah maksimal tumpukan box karton ke arah
vertikal 5 buah. Terakhir pada box karton diberi cap tanda tanaman telah lolos uji
QC. Box karton yang berisi tanaman serta siap ekspor dapat dilihat pada
Gambar 18.
Gambar 18. Box Karton Berisi Tanaman yang Siap Ekspor
Quality Control
Quality control (QC) merupakan salah satu dari bagian proses produksi
yang meliputi seluruh kegiatan baik pemasukan barang maupun pengeluaran
barang. Tujuan adanya QC adalah untuk meningkatkan dan menjaga kualitas
produk yang dihasilkan perusahaan dengan cara menilai masing-masing kegiatan
produksi baik dari divisi Phalaenopsis dan divisi Dendrobium. Kegiatan QC ini
dimulai dari kegiatan laboratorium hingga proses kegiatan produksi di GH dan
packing. Kegiatan dalam QC atau pengendalian mutu dilakukan dengan adanya
pengawasan. Pengawasan menekankan pada bagaimana membangun sistem
pengawasan dan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana yang
telah dibuat agar tetap berjalan pada alur yang telah ditetapkan. Pengawasan yang
dilakukan terus menerus tidak menjamin pelaksanaan rencana dapat berjalan
dengan baik. Pengawasan dilakukan agar semua rencana dapat berjalan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan dan semua petugas melakukan apa yang telah
ditugaskan sesuai dengan pekerjaan masing-masing.
Pada bagian QC, seorang kepala bagian QC langsung membawahi dua
orang staf QC, yang terdiri dari staf QC laboratorium dan staf QC GH. Untuk
menjadi staf QC yang terpenting adalah persiapan mental, fisik, pengetahuan dan
keterampilan mengenai kualitas produk. Kualitas produk harus diperiksa setiap
harinya.
Kegiatan QC laboratorium bertugas memeriksa kesesuaian laporan
kontaminasi yang telah dibuat oleh operator laboratorium, memeriksa kedatangan
bibit impor dan tanaman untuk bahan perbanyakan di laboratorium (buah dan
tanaman yang sudak memiki spike), melakukan grading bibit dalam botol yang
akan didistribusi ke lapang, pengambilan tangkai bunga untuk bahan tanam bibit
mericlone, dan memeriksa bahan baku dan peralatan untuk penanaman di
laboratorium. Kegiatan grading bibit dalam botol dilakukan satu minggu sebelum
bibit botol didistribusikan ke lapang.
Sedangkan kegiatan QC di lapang adalah hasil memeriksa hasil
aklimatisasi bibit dan repotting, melakukan QC pada tanaman yang akan dikirim
ke Cipamingkis, tanaman untuk penjualan lokal, dan tanaman ekspor. Selain itu,
kegiatan QC lapang memeriksa bahan baku untuk penanaman berupa pot plastik
bening, talam dan moss, pemeliharaan seperti pupuk dan pestisida, dan
pengemasan seperti box untuk ekspor, lakban, dan strapping ban. Kegiatan QC
juga dilakukan pada tanaman media pakis yang akan dikirim ke Cipamingkis
untuk proses pembungaan.
Pemeriksaan kualitas baik tanaman maupun bahan baku produksi
dilakukan sesuai dengan standar kualitas produk yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Apabila terdapat produk yang tidak sesuai dengan standar, maka staf
membuat Laporan Produk Tidak Sesuai (LPT) dan melaporkannya dalam laporan
bulanan Quality Control yang dilaporkan kepada kepala bagian Quality Control.
PELAKSANAAN TEKNIS MANAJERIAL
Pendamping Koordinator
Seorang koordinator berfungsi mengkoordinir, mengawasi serta
mengarahkan kegiatan fungsi kepala regu dan pelaksana atau operator bagiannya,
agar sesuai dengan prosedur serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Koordinator atau supervisor mempunyai wewenang untuk meminta
informasi dan kelengkapan data dari bagian lain yang berhubungan dengan
kegiatannya, menilai prestasi kerja dan mengusulkan untuk mengangkat atau
mempromosikan, memutasikan dan memutuskan hubungan kerja bawahannya.
Selain itu, koordinator berwewenang untuk menegur, memberi pengarahan
terhadap bawahan (kepala regu dan pelaksana atau operator) apabila bertindak
diluar prosedur yang telah ditetapkan, melarang setiap bagian lain yang tidak
berkepentingan melakukan tindakan atau aktivitas yang dapat mengganggu fungsi
bagiannya serta memberikan saran atau usulan perbaikan untuk kelancaran kerja,
baik lingkup produksi maupun perusahaan.
Disamping itu, koordinator harus bertanggung jawab atas kondisi
lingkungan tempat kerja bagiannya, atas arahan yang diberikan kepada bawahan,
atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan bagiannya, atas hasil yang dilakukan
oleh bagiannya dan bertanggung jawab atas laporan yang telah dibuat.
Pada bagian produksi tanaman terdiri atas empat orang koordinator yaitu,
koordinator outflask dan repotting, koordinator pemeliharaan tanaman,
koordinator grading tanaman, dan koordinator packing tanaman.
Koordinator Outflask dan Repotting
Kegiatan yang dilakukan koordinator outflask dan repotting setiap harinya
sama yaitu mengecek kehadiran kepala regu setiap pagi, memberi instruksi dan
pengarahan kepada kepala regu outflask dan repotting mengenai kode tanaman
yang akan dilakukan grading sesuai dengan instruksi kepala bagian atau instruksi
langsung dari manajer produksi. Selanjutnya kepala regu outflask berkoordinasi
dengan PJ laboratorium mengenai bibit dalam botol yang akan ditanam.
Koordinator outflask dan repotting akan berkoordinasi langsung dengan
koordinator pemeliharaan tanaman untuk mengetahui ketersediaan tempat untuk
tanaman yang telah ditanam dan dipindah tanam.
Selain itu, koordinator memeriksa kebutuhan media tanam (spaghnum
moss), pot plastik bening dan talam yang dibutuhkan operator setiap harinya dan
berkoordinasi langsung dengan pertugas ware house. Koordinator outflask dan
repotting harus memeriksa hasil penanaman yang dilakukan oleh operator sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh quality control. Hasil penanaman yang
diperiksa akan dicatat sebagai prestasi operator dan apabila terdapat penanaman
yang tidak sesuai dengan standar maka koordinator harus mengevaluasi dan
memberitahu kepada operator yang bersangkutan.
Setiap minggunya koordinator menerima laporan kegiatan dari masing-
masing kepala regu kemudian koordinator membuat laporan kegiatan operator
setiap bulan yang kemudian laporan tersebut diserahkan kepada administrasi
produksi untuk selanjutnya diserahkan pada kepala bagian produksi. Penulis
menjadi pendamping koordinator outflask dan repotting selama tujuh hari. Selama
menjadi pendamping koordinator, penulis mengawasi 4 orang kepala regu dan 16
orang operator.
500.000
JumlahTanaman(pot)
400.000
Eks
300.000
Lkl
200.000 Cipami
ngkis
100.000
0
2006 2007 2008
Tahun
Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja dan manajemen tenaga kerja yang digunakan pada
kegiatan ekspor tanaman sangat menentukan kualitas kerja. Banyaknya jumlah
tenaga kerja yang dipakai dapat membantu meningkatkan prestasi kerja per tim
dalam kegiatan QC dan pengemasan tanaman. Kegiatan QC mengacu pada
standar tanaman yang akan diekspor yang dapat dilihat pada Lampiran 11.
Prestasi tenaga kerja pada kegiatan QC ekspor disajikan dalam Tabel 12.
Jumlah Penambahan
Kegiatan Tanaman Gagal (%) Produksi (pot)
(pot)
Output 3 500
Grading Ulang 5 175 3 675
Grading Bulanan 10 368 4 043
Pemeliharaan 5 202 4 245
Repotting 2 85 4 330
Aklimatisasi 2 87 4 417
Produksi 4 417
Sumber : Hasil Perhitungan
Biaya/Panen
No Uraian Kebutuhan Satuan Harga (Rp)
(Rp)
I PENGELUARAN
Biaya Tetap
1 Green House 1500 m2 90 000 000 865 385
Penyangga net + rak
besi + blower +
tukang *)
Masa pakai 10 tahun
2 Net 65% *) 30 rol 24 000 000 571 429
@ Rp. 800 000,-
Masa pakai 5 tahun
3 Net 40% *) 20 rol 20 000 000 476 195
@ Rp. 1000 000,-
Masa pakai 5 tahun
4 Plastik UV *) 375 kg 7 500 000 178 572
@ Rp. 20 000,-
Masa pakai 5 tahun
5 Pompa air *) 1 unit 5 000 000 154 762
Tangki pembuatan 1 unit 1 500 000
sumur *)
Masa pakai 5 tahun
6 Pompa sprayer 3 unit 1 000 000 23 810
listrik*)
Masa pakai 5 tahun
7 Selang air 100 m *) 3 unit 1 500 000 35 715
Masa pakai 5 tahun
8 Bak air pemupukan *) 1 unit 3 000 000 71 429
Masa pakai 5 tahun
9 Knapsack sprayer *) 2 unit 1 000 000 125 000
Masa pakai 2 tahun
10 Sewa lahan *) 2000 m2 7 500 000 178 572
Masa pakai 5 tahun
Jumlah Biaya 2 680 869
Tetap(A)
Biaya Variabel
1 Bibit Phalaenopsis 221 botol 11 050 000
@ Rp. 50 000,-
2 Pot plastik bening 375 lusin 7 875 000
@ Rp. 21 000,-
3 Talam 75 lusin 2 250 000
@ Rp. 30 000,-
4 Pupuk 25 kg 1 250 000
@ Rp. 50 000,-
5 Pestisida (insektisida 20 kg 2 000 000
+ fungisida +
bakterisida)
@ Rp. 100 000,-
6 Tenaga kerja 3 orang 24 000 000
@ Rp. 750 000,-/bln
7 Listrik 1 600 000
@ Rp. 100 000,-
Jumlah Biaya 51 525 000
Variabel (B)
Total Biaya (A + B= 54 205 869
C)
Suku Bunga (D) 6 504 705
12% per tahun
Total Biaya + Bunga 60 710 574
(C + D = E)
II PEMASUKAN
1 Penjualan 3500 pot @ 25 000 87 500 000
2 Penyusutan 2% dari 1 750 000
penjualan
Pendapatan (F) 85 750 000
III KEUNTUNGAN
Pendapatan Total 25 039 426
Biaya Seluruhnya
(F - E)
R/C ratio 1.4
B/C ratio 0.4
Payback Periode 11.3
(bulan)
Keterangan *) : Biaya tetap didasarkan pada harga yang berlaku saat ini sesuai dengan
Direktorat Jendral Hortikultura (http://dithias.hortikultura.deptan.go.id).
Sumber : Hasil Perhitungan
Usaha tani anggrek Phalaenopsis ini memerlukan satu buah Green House
dengan luas 1 500 m2 yang terdiri dari 16 rak besi (bed) dan dapat memuat 73 728
tanaman. Kapasitas tanaman tiap bed adalah 4 608 tanaman. Penanaman atau
aklimatisasi bibit anggrek Phalaenopsis dilakukan tiap bulan dan penjualan
dilakukan bila tanaman telah berumur 16 bulan sehingga setelah bulan ke 16 dapat
dilakukan penjualan tanaman tiap bulannya sesuai dengan perencanaan produksi.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 14 diperoleh analisis efisiensi produksi
tanaman anggrek Phalaenopsis ukuran pot 2.5 dengan perhitungan R/C ratio
didapatkan nilai 1.4. Hal ini berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan
dalam usaha pembesaran anggrek akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.4,-.
Analisis B/C ratio diperoleh nilai 0.4 yang berarti bahwa keuntungan bersih
diperoleh Rp. 0.4,- per Rp. 1,- yang dikeluarkan. Selain itu, pada perhitungan
analisis usaha diperoleh hasil payback periode sebesar 11.3 yang berarti bahwa
modal yang diinvestasikan akan kembali dalam jangka waktu 11 bulan 3 hari
setelah panen pertama atau 27 bulan sejak awal produksi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perbedaan pembibitan atau aklimatisasi antara tanaman peruntukan lokal
dan peruntukan ekspor terletak pada asal bibit dan jenis media. Pengelolaan
teknologi dan strategi perusahaan dalam budidaya tanaman terlihat dari
penambahan unsur hara mikro pada saat pemupukan. Aplikasi pestisida pada
tanaman sebelum ekspor dilakukan empat kali lebih banyak daripada saat
pemeliharaan tanaman. Perbedaan perlakuan antara tanaman peruntukan lokal dan
ekspor juga terlihat dari jenis kemasan yang digunakan pada saat pengemasan.
Proses quality control tanaman ekspor yang dilakukan sesuai dengan
standar perusahaan. Kualitas anggrek Phalaenopsis peruntukan ekspor di PT
Ekakarya Graha Flora dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase
tanaman tidak lolos quality control masih dibawah 5%. Persentase terbesar
tanaman yang tidak lolos quality control rata-rata pada tanaman ukuran 3.5,
tanaman dengan warna putih dan tanaman dengan umur sekitar 11 bulan.
Timbulnya embun jelaga pada tanaman tidak berpengaruh nyata pada
pertumbuhan tanaman.
Kelebihan prestasi kerja dan jumlah tanaman/HK karyawan pada quality
control tanaman ekspor merupakan peningkatan prestasi kerja yang baik. Namun,
peningkatan prestasi kerja bukan penentu peningkatan kualitas kerja. Perencanaan
produksi penting dilakukan terutama dalam suatu usaha tani anggrek
Phalaenopsis. Perencanaan produksi bertujuan untuk merancang jumlah tanaman
yang akan diproduksi sehingga sesuai dengan rencana penjualan tanaman yang
telah ditetapkan. Tanaman yang diproduksi pada usaha tani dilebihkan 26.2% dari
jumlah penjualan sehingga ketersediaan tanaman sesuai pada saat penjualan
tanaman. Selain itu, perencanaan produksi akan mempengaruhi biaya produksi
pada perhitungan analisis usaha.
Kegiatan magang telah memberikan keterampilan, pengetahuan budidaya
dan manajerial anggrek Phalaenopsis baik dari sisi budidaya, panen dan pasca
panen serta tenaga kerja yang dibutuhkan pada produksi anggrek Phalaenopsis
untuk ekspor.
Saran
Pemberian pelatihan dan pembinaan karyawan secara rutin dapat
membantu meningkatkan kualitas kerja sehingga dapat meningkatkan kualitas
produksi tanaman yang dapat menguntungkan perusahaan. Penilaian prestasi dari
hasil kerja karyawan perlu dilakukan dan apabila memungkinkan pemberian
bonus atas prestasi kerja yang telah diraih dilakukan dalam upaya peningkatan
kualitas produksi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Pasca panen
dan pemasaran anggrek, 2005-2010. http://agribisnis.deptan.go.id. [19
Januari 2009].
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Prospek dan
Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek. Direktorat Jendral Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta. 27 hal.
Wuryaningsih, S. dan Dedeh Siti Badriah. 1994. Pengaruh macam dan frekuensi
pupuk anorganik terhadap pertumbuhan anggrek Phalaenopsis. Prosiding
Simposium Hortikultura Nasional. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta.
Vol. 1:459-465.
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
.....satuan (tanaman/HK)....
12-02-2009 Outflask GH 18 280 botol 420 botol 400 botol
13-02-2009 Outflask (aklimatisasi) GH 18 180 852 pot 920 pot
14-02-2009 Outflask (aklimatisasi) GH 18 252 576 pot 576 pot
19-02-2009 Repoting tanaman 1,5-2,5 GH 18 25 talam 73 talam 70 talam
20-02-2009 Persiapan tanaman repoting 1,5-2,5 GH 18 - - -
23-02-2009 Repotting 2.5-3.5 GH 18 17 talam 53 talam 70 talam
25-02-2009 QC I ekspor tanaman Bare root GH 2 - 173 tan/jam 96 tan/jam
26-02-2009 Persiapan Ekspor tanaman Bare root GH 2 77 138 100
27-02-2009 Persiapan Ekspor tanaman Bare root GH 2 98 120 100
28-02-2009 QC II Bare root GH 2 - - -
01-03-2009 Chemical tanaman ekspor Bare root GH 2 - 8500 -
02-03-2009 Packing ekspor Bare root R. Packing - 667 667
03-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
05-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
06-032009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
07-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
10-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - 89 -
11-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
12-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 1, 4, 7 - - -
13-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 4, 16, 7 1 bed 9 bed -
14-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 4, 7, 12 - - -
16-03-2009 Grading tanaman ukuran 1.5 GH 18 - 2 bed 1 bed
17-03-2009 Grading tanaman ukuran 1.5 GH 18 - 2 bed 1 bed
18-03-2009 Grading tanaman ukuran 2.5 GH 16, 17 1.5 bed 1.5 bed
19-03-2009 Grading tanaman lokal ukuran 3.5 GH 1, 6 3 bed 2 bed
20-03-2009 Grading tanaman Jepang ukuran 3.5 GH 6 3 bed 2 bed
23-03-2009 Stok kontrol tanaman 3.5 GH 4 - - -
24-03-2009 Stok kontrol tanaman 3.5 GH 9 - - -
25-03-2009 Stok kontrol tanaman 2.5 GH 15 - - -
27-03-2009 Stok kontrol tanaman ekspor GH 16 - - -
28-03-2009 Admin. Stok Kontrol R. Stok - - -
30-03-2009 Chemical I tanaman ekspor GH 2 - - -
31-03-2009 Packing lokal GH 12
01-042009 Packing lokal GH 13, 15 - - -
02-04-2009 Packing lokal GH 14 - - -
03-04-2009 Persiapan packing ekspor R. Packing - - -
04-02-2009 Persiapan ekspor tanaman R. Packing - - -
06-02-2009 QC & Chemical II tanaman ekspor GH 2 - - -
07-02-2009 Packing tanaman ekspor R. Packing - - -
08-02-2009 Packing lokal Gh 7, 14 - - -
11-02-2009 Pengambilan data-data Kantor - - -
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Kepala Regu di PT
Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat
Prestasi Kerja
Jumlah KH Lama
Tanggal Uraian Kegiatan yang Kegiatan
Regu
diawasi (jam)
(orang)
17-02-2009 Laporan Harian Penanaman Bibit
6 Outflask 7
Laporan Mingguan Outflask
18-02-2009 Laporan Harian Penanaman Bibit 6 Outflask 7
21-02-2009 Laporan Harian Repotting 1.5-2.5 Repotting
6 7
Berita Acara Pemusnahan Tanaman 1.5-2.5
24-02-2009 Laporan Harian Repotting 2.5-3.5 Repotting
6 7
2.5-3.5
11-03-2009 Mengawasi Keg. Pemeliharaan Tan
1.5 Pemeliharaan
4 7
Laporan Mingguan Kegiatan Tan 1.5
Pemeliharaan
21-03-2009 Laporan Data Grading Tanaman Grading Tan
6 7
Laporan Mingguan Grading Tanaman 3.5
Prestasi Kerja
Jumlah Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Karu yang Kegiatan
diawasi (jam)
13-04-2009 Koordinator penanaman dan repotting
- Memeriksa kehadiran operator
GH 14, 18 4 7
- Mengawasi kerja operator
- Memeriksa hasil penanaman
14-04-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 14, 18 4 7
- Memeriksa hasil penanaman
15-04-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 14, 18 4 7
- Memeriksa hasil penanaman
16-04-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 14, 18 4 7
- Memeriksa hasil penanaman
17-04-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 14, 18 4 7
- Memeriksa hasil penanaman
20-04-2009 Koordinator Packing
- Mengawasi QC ekspor GH 2 - 7
- Mengawasi packing lokal GH 12, 1,4
21-04-2009 - Packing ekspor
R. Packing - 7
- Membuat BPT
22-04-2009 Mengawasi packing lokal GH 11 - 7
23-04-2009 Mengawasi packing lokal GH 14 - 7
24-04-2009 Mengawasi packing lokal GH 1, 7, 9 - 7
27-04-2009 Koordinator Grading
- Mengawasi grading tanaman GH 18, 1 3 7
- Membuta laporan kerja mingguan
28-04-2009 Mengawasi grading tanaman GH 18, 15 3 7
29-04-2009 Mengawasi grading tanaman GH 7, 16 3 7
30-04-2009 Mengawasi grading tanaman GH 10, 11 3 7
01-05-2009 Mengawasi grading tanaman GH 18, 14 3 7
04-05-2009 Koordinator Pemeliharaan
- Mengawasi kerja operator
GH 1-18 3 7
- Memeriksa kondisi tanaman
- Membuat laporan mingguan
05-05-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator
GH 1-18 3 7
- Memeriksa hasil kerja operator
- Mengawasi chemical tanaman
06-05-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 1-18 3 7
- Memeriksa hasil kerja operator
08-05-2009 Kunjungan ke kebun Cipamingkis - - -
Lampiran 5. Jurnal kegiatan Magang sebagai Kepala Bagian di PT. Eka
Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat
Prestasi Kerja
Jumlah
Lama
Tanggal Kegiatan Lokasi Koordinator
kegiatan
yang diawasi
(jam)
(orang)
19-05-2009 Kepala Bagian PPIC :
- Mengawasi kerja stok kontrol tanaman
- Memeriksa hasil kerja stok kontrol R. Stok 7
- Membuat laporan mingguan Rencana
Produksi dan Realisasi
20-05-2009 Stock opname tanaman dengan kartu stok GH 14 7
25-05-2009 Pemeriksaan kedatangan bahan baku
berdasarkan kuantitas Ware House 7
Pemeriksaan BPT
26-05-2009 Pemeriksaan akurasi pencacatan kartu stok GH 14 7
27-05-2009 Membuat penilaian prestasi kerja karyawan
R. Stok 7
PPIC
28-05-2009 Kepala Bagian Produksi :
- Memeriksa packing tanaman lokal GH 12
4 7
- Mengawasi kerja operator penanaman GH 14
- Memeriksa kedatangan bibit impor GH 18
29-05-2009 Mengawasi kerja operator produksi GH 14
Memeriksa keadaan tanaman ekspor GH 10 4 7
Membuat packing list ekspor bare root Kantor
01-06-2009 Memeriksa packing tanaman lokal
GH 7
Mengawasi kerja operator produksi 4 7
GH 14
Memeriksa keadaan tanaman
02-06-2009 Kepala Bagian Laboratorium :
- Memeriksa tanaman dalam botol
- Memeriksa hasil kultur mericlone Laboratorium 2 7
- Memeriksa laporan rencana pindah
tanam
03-06-2009 Menanam
Laboratorium 2 7
Membuat laporan distribusi tanaman botol
04-06-2009 Memeriksa laporan kontaminasi penanaman
Membuat laporan bulanan pencapaian Kantor 2 7
sasaran mutu
05-06-2009 Memeriksa tanaman yang akan dikultur
Memeriksa laporan penggunaan media Growth Room 2 7
Memeriksa laporan penanaman harian
08-06-2009 Kepala Bagian QC :
Kantor 2 7
- Diskusi bersama kabag QC
09-06-2009 Mengawasi QC ekspor Bare root GH 2 2 7
10-06-2009 Mengawasi QC ekspor Bare root GH 2 2 7
11-06-2009 Diskusi Kantor 2 7
12-06-2009 Pengambilan data Kantor 2 7
Lampiran 6. Kapasitas Green House PT Ekakarya Graha Flora Cikampek
Tahun
Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 2008
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari 150.0 11 238.0 13 279.0 20 341.0 17 147.0 12 285.5 16
Februari 338.5 21 537.0 18 154.0 7 80.5 8 220.5 15 529.5 24
Maret 179.5 15 368.0 14 201.0 10 231.5 12 304.6 12 137.0 16
April 54.5 8 74.5 6 137.0 9 93.0 12 197.5 14 48.0 9
Mei 51.0 4 89.0 12 70.0 5 30.0 5 58.5 8 45.0 3
Juni 0.0 0 57.0 3 13.0 2 9.5 2 153.5 5 13.0 3
Juli 0.0 0 0.0 0 24.0 4 37.0 1 5.5 3 0.0 0
Agustus 0.0 0 0.0 0 4.0 2 0.0 0 0.0 0 2.5 1
September 92.0 3 0.0 0 3.0 1 0.0 0 36.0 1 0.0 0
Oktober 70.0 5 0.0 0 163.0 8 2.0 3 60.5 7 73.0 4
November 100.0 11 144.0 14 47.5 9 16.0 5 110.5 10 150.2 11
Desember 157.0 12 119.0 13 182.5 15 156.5 12 209.6 17 111.5 13
Jumlah 1195.5 90 1626.5 93 1278.0 92 997.0 77 1503.7 104 1395.2 100
Rata-rata 99.6 7.5 135.5 7.7 106.5 7.7 83.1 6.4 125.3 8.67 116.3 8.3
BB 5 5 6 4 7 5
BK 6 6 4 7 3 6
Sumber : Kantor Cikampek PT Ekakarya Graha Flora
Q = 1 % sehingga kebun Cikampek PT Ekakarya Graha Flora menurut klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson
termasuk iklim E (agak kering)
Lampiran 9. Struktur Organisasi PT. Ekakarya Graha Flora
Lampiran 10. Standardisasi Kondisi Tanaman Anggrek Phalaenopsis sesuai Grade Terhadap Parameter Tanaman
Pot Grade
Parameter
Size A B K C R (Reject)
1.5 3 daun 3 daun - 2.5 daun 2 daun
Jumlah Daun 2.5 3.5 daun 3 daun 2.5 daun 2.5 daun 2 daun
3.5 3.5 daun 3 daun 3 daun 2.5 daun 2 daun
1.5 > 15 cm 10-15 cm - < 10 cm < 10 cm
Leaf Span 2.5 21 cm 16 cm < 16 cm - -
3.5 30 cm 25-30 cm < 25 cm 20 cm -
1.5 Cacat mekanis Cacat mekanis - Cacat mekanis Mutan
2.5 Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis dan OPT Mutan
Kondisi Daun
3.5 Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis, sobek, < C, Yellow point, mutan,
bolong busuk
1.5 Besar, kokoh Sedang, kokoh - - Abnormal, busuk
Kondisi
2.5 Besar, kokoh Sedang, kokoh - Sedang, goyang sedikit Abnormal, busuk
Batang
3.5 Besar, kokoh Sedang, kokoh Sedang, goyang sedikit Sedang, kurang kokoh Abnormal, busuk
1.5 Banyak, Jumlah dan ukuran - Sedikit dan pendek Tidak berkembang
panjang sedang
2.5 Banyak, Jumlah dan ukuran Jumlah dan ukuran Jumlah dan ukuran sedang -
Kondisi Akar
panjang sedang sedikit
3.5 Banyak, Jumlah dan ukuran Jumlah dan ukuran Jumlah dan panjang <C
panjang sedang sedikit sedang
Sumber : PT Ekakarya Graha Flora, 2009
Lampiran 11. Standardisasi pada Tanaman Ekspor Bare Root, Ukuran Pot 1.5, Ukuran Pot 2.5, Ukuran Pot 3.0 dan 3.5
Standardisasi
Bare Root Ukuran Pot 1.5 Ukuran Pot 2.5 Ukuran Pot 3.0 dan 3.5
Jumlah daun minimal 3 helai Jumlah daun minimal 2 daun Jumlah daun minimal 3 helai Jumlah daun minimal 3 helai
Leaf Span 21 cm (untuk M-1) Leaf Span daun 10 cm Leaf span 21 cm Leaf Span 26 cm (ukuran 3.0)
Leaf Span 26-33 cm (M-2) Luka kering karena mekanis Tanaman bersih dari embun jelaga Leaf Span 30 cm (ukuran 3.5)
Daun pertama keriput dan bolong Daun besar dan normal, Yellow Batang besar, akar banyak, sedikit Daun pertama keriput dan bolong
maksimal 1 cm Point maksimal 3 titik pada satu goyang, pertumbuhan normal max 1 cm
tanaman
Daun bolong max diameter 2 cm Batang besar, akar banyak, kokoh Daun besar dan normal, luka/cacat Daun bolong max diameter 2 cm
pada daun bawah & maksimal 2 dan tidak goyang, pertumbuhan karena mekanis tidak tembus Pada daun bawah, maksimal 2 daun
daun pertanaman normal maksimal 4 cm pertanaman
Cacat mekanis, luka kering sampai Bebas hama dan penyakit Yellow Point maksimal 3 titik pada Cacat mekanis sampai 7 cm di salah
7 cm di salah satu daun 1 tanaman satu daun
Daun sobek 7 cm pada daun Tanaman tidak mutan Sedikit bekas serangan OPT dan Daun sobek 7 cm pada daun
bawah dan 1 daun pertanaman sedikit jamur putih bawah dan 1 daun pertanaman
Yellow point maksimal 3 Mutan sedikit pada satu daun Batang besar, akar banyak, kokoh
pertanaman & sedikit bekas dan tidak goyang, pertumbuhan
serangan OPT normal
Batang besar, akar banyak Bebas hama dan penyakit Terdapat luka bakar
Tanaman bersih dari embun jelaga Mutan sedikit pada satu daun
Bebas hama dan penyakit Yellow point maksimal 3
pertanaman
Tanaman bersih dari embun jelaga
Bebas hama dan penyakit
Sumber : PT Ekakarya Graha Flora, 2009
Lampiran 12. Bukti Pengeluaran Tanaman di PT Ekakarya Graha Flora
PT.EKAKARYA GRAHA FLORA Lembar 1 / Asli : Stock Kontrol Ckp
KEBUN PRODUKSI PHALAENOPSIS Lembar 2 / Merah : Stock Kontrol Cpm
Lembar 3 / Kuning : Produksi Cpm
Lembar 4 / Biru : Produksi Ckp.
No. Greenhouse Kode Tnm Tgl Tnm Warna Ukuran Pot Jumlah Keterangan
( ) ( .. ) ( . )
Nama Jelas Nama Jelas Nama Jelas
Produksi Cpm Stock Kontrol Ckp Produksi Ckp