Sie sind auf Seite 1von 108

BUDIDAYA ANGGREK PHALAENOPSIS: PRODUKSI BIBIT

ANGGREK PHALAENOPSIS UNTUK EKSPOR DI PT. EKA


KARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

OLEH

GUSTIN
A24051820

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009
BUDIDAYA ANGGREK PHALAENOPSIS: PRODUKSI BIBIT
ANGGREK PHALAENOPSIS UNTUK EKSPOR DI PT. EKA
KARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Gustin
A24051820

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009
RINGKASAN

GUSTIN. Budidaya Anggrek Phalaenopsis: Produksi Bibit Anggrek


Phalaenopsis untuk Ekspor di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa
Barat. Dibimbing oleh AGUS PURWITO dan DEWI SUKMA.

Magang ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan keterampilan


dalam penanganan produksi bibit anggrek Phalaenopsis untuk tujuan ekspor.
Kegiatan magang dilaksanakan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa
Barat, selama empat bulan mulai 12 Februari sampai dengan 12 Juni 2009.
Kegiatan magang yang dilakukan meliputi seluruh kegiatan yang
menyangkut aspek budidaya dalam produksi bibit tanaman anggrek Phalaenopsis
dan aspek manajerial dengan melaksanakan beberapa tingkat jabatan. Data yang
dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh
meliputi jumlah tanaman ekspor, jumlah tanaman yang tidak lolos quality
control, persentase serangan hama dan penyakit tanaman pada tanaman yang akan
diekspor sesuai dengan tanaman contoh yang diambil, dan pengendalian hama dan
penyakit dengan peubah yang diamati yaitu jenis pestisida, dosis, konsentrasi dan
volume semprot, serta intensitas penyemprotan. Selain itu, data beberapa kegiatan
ekspor dikelompokkan berdasarkan umur tanaman dan jenis tanaman ekspor
berdasarkan warna bunga. Data pengkelasan (grading) tanaman ekspor, kegiatan
pengemasan (packing) tanaman ekspor serta jumlah tenaga kerja (HK) yang
digunakan pada kegiatan ekspor. Data sekunder diperoleh dari laporan
manajemen, arsip perusahaan dan dokumentasi lainnya. Analisis data dilakukan
terutama pada data primer. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan perhitungan matematis sederhana meliputi nilai rata-rata dan
persentase.
Hasil pengamatan selama kegiatan magang menunjukkan bahwa
perbedaan pembibitan atau aklimatisasi antara tanaman peruntukan lokal dan
peruntukan ekspor terletak pada asal bibit dan jenis media. Pada tanaman
peruntukan lokal digunakan asal bibit seedling dengan media moss China. Pada
tanaman peruntukan ekspor digunakan asal bibit mericlone dengan media moss
Chili. Penanganan pasca panen antara tanaman peruntukan lokal dan ekspor pun
berbeda. Penanganan pasca panen pada tanaman peruntukan ekspor meliputi
sterilisasi Green House, bed dan ruang packing, pemindahan tanaman ekspor,
sterilisasi tanaman, quality control tanaman ekspor, pelepasan media tanaman,
pembersihan daun, pelayuan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman,
pengelapan daun serta pengemasan tanaman. Penanganan pasca panen pada
tanaman peruntukan lokal tidak dilakukan perlakuan seperti pada penjualan
ekspor. Penanganan pasca panen yang dilakukan hanya quality control dan
pengemasan tanaman. Pengemasan berlangsung dalam Green House. Jenis
kemasan untuk pengiriman tanaman ke Cipamingkis yaitu untuk produksi lokal
menggunakan keranjang dan untuk penjualan lokal menggunakan kardus karton.
Pada penjualan ekspor digunakan jenis kemasan kardus karton bersih dan steril
yang tidak memiliki lubang.
Pemeliharaan tanaman peruntukan lokal dan peruntukan ekspor tidak
terdapat perbedaan. Aplikasi penambahan unsur hara mikro pada pemupukan
bertujuan agar tanaman tahan terhadap hama dan penyakit serta daun pada
tanaman tidak mudah menguning. Aplikasi pestisida pada tanaman sebelum
ekspor dilakukan empat kali lebih banyak daripada saat pemeliharaan tanaman.
Persentase terbesar tanaman yang tidak lolos quality control rata-rata pada
tanaman ukuran 3.5 yaitu pada tanaman dengan bunga warna putih. Timbulnya
embun jelaga pada tanaman tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman.
Terdapat kelebihan prestasi kerja dan jumlah tanaman/HK karyawan pada quality
control tanaman ekspor yang merupakan peningkatan prestasi kerja yang baik.
Perencanaan produksi penting dilakukan terutama dalam suatu usaha tani anggrek
Phalaenopsis. Tanaman yang diproduksi pada usaha tani dilebihkan 26.2% dari
jumlah penjualan sehingga ketersediaan tanaman sesuai pada saat penjualan
tanaman. Perencanaan produksi juga berpengaruh pada biaya produksi yaitu
dalam perhitungan analisis usaha.
Judul : BUDIDAYA ANGGREK PHALAENOPSIS : PRODUKSI
BIBIT ANGGREK PHALAENOPSIS UNTUK EKSPOR DI
PT. EKAKARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA
BARAT

Nama : Gustin

NRP : A24051820

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) (Dr. Dewi Sukma, SP., Msi)
NIP. 19611101 198703 1 003 NIP . 19700404 199702 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr)


NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Agustus 1987 di Jakarta. Penulis


merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Jusman Seisira
dan Ibu Astutie.
Tahun 1993 penulis lulus dari TK Aisyiyah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Pengadilan 1 Bogor dan
pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTPN 8 Bogor. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan ke SMAN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2006
penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, dengan minor Ekonomi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa
penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON). Pada tahun
2008/2009 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, berkah, dan hidayah sehingga kegiatan magang ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan magang yang berjudul Budidaya Anggrek Phalaenopsis:
Produksi Bibit Anggrek Phalaenopsis untuk Ekspor di PT. Ekakarya Graha Flora,
Cikampek, Jawa Barat ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk
mengetahui produksi bibit anggrek Phalaenopsis untuk tujuan ekspor. Karya
ilmiah ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.
Agr dan Dr. Dewi Sukma, SP, Msi yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada PT Ekakarya Graha Flora yang telah menerima
penulis dan memberikan bantuan selama pelaksanaan magang.
Semoga laporan magang ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2009


Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga skripsi ini dapat terselaikan. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Pada kesempatan ini, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Almarhum Bapak, mamah, mas Ian, mas Eko, Melati serta seluruh keluarga
besar penulis atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan yang tidak henti
sampai saat saat ini.
2. Dr. Ir. Sandra Arifin Azis, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen penguji atas bimbingan selama ini serta masukan yang sangat berarti.
3. Pak Agung selaku pembimbing magang, Pak Hermanu, Bu Tety, Pak Rudy
dan karyawan PT Ekakarya Graha Flora atas waktu dan bantuan serta yang
telah diberikan selama pelaksanaan magang.
4. Dini, Oonk, Dito, a Igit, Nca, Ajeng dan teman-teman lainnya atas
dorongan semangat, bantuan dan segala doanya.
5. Mahasiswa/i Agronomi dan Hortikultura 42 atas dedikasinya kepada penulis
dengan segala bantuan, kritik dan saran yang diberikan serta ilmunya yang
bermanfaat.
Semoga segala dukungan dan bantuan baik moril maupun materi yang
diberikan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.
DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3


Botani Anggrek Phalaenopsis ................................................................... 3
Pembibitan ................................................................................................ 4
Penyiraman ................................................................................................ 5
Pemupukan ................................................................................................ 5
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman ............................................. 6
Standar Mutu Ekspor ................................................................................ 7
Pengemasan ............................................................................................... 8

METODOLOGI ................................................................................................. 10
Tempat dan Waktu .................................................................................... 10
Metode Pelaksanaan .................................................................................. 10
Pengumpulan Data .................................................................................... 11
Analisis Data ............................................................................................. 12

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN .............................................................. 13


Sejarah Perusahaan .................................................................................... 13
Letak Geografis ......................................................................................... 13
Topografi dan Iklim .................................................................................. 14
Luas Areal dan Inventarisasi Bangunan .................................................... 14
Keadaan Tanaman dan Produksi ............................................................... 15
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ................................................. 15

PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS BUDIDAYA ................................... 17


Penanaman ................................................................................................ 17
Pemeliharaan Tanaman ............................................................................. 25
Pengkelasan (Grading) Tanaman .............................................................. 36
Stok Kontrol Tanaman .............................................................................. 42
Panen dan Pasca Panen ............................................................................. 44
Quality Control ......................................................................................... 55

PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJERIAL .............................................. 57


Pendamping Kepala Regu ......................................................................... 57
Pendamping Koordinator .......................................................................... 58
Pendamping Kepala Bagian ...................................................................... 63

PEMBAHASAN ................................................................................................ 67
Budidaya Tanaman Peruntukan Ekspor .................................................... 67
Pelaksanaan Kegiatan Ekspor ................................................................... 69
Realisasi Output Tanaman Peruntukan Ekspor .......................................... 70
Pengawasan Mutu Tanaman Ekspor ......................................................... 71
Tenaga Kerja ............................................................................................. 73
Perencanaan Produksi dan Analisis Usaha Tani Anggrek Phalaenopsis .. 73

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 78


Kesimpulan ............................................................................................... 78
Saran .......................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

LAMPIRAN ....................................................................................................... 83
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Anggrek


Tahun 2005-2008*) ................................................................................ 1

2. Luas Areal Penggunaan Lahan dan Inventarisasi Bangunan Kebun


Cikampek PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2005 .................................. 14

3. Luas Areal dan Total Tanaman Anggrek Phalaenopsis yang Diproduksi


PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat Tahun 2005-2007 ... 15

4. Jumlah Karyawan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat


Periode Mei 2009 ................................................................................... 16

5. Jenis Kandungan dan Konsentrasi pada Pupuk Peters International


20:20:20 ................................................................................................. 28

6. Identifikasi Penyakit dan Kelainan Pertumbuhan pada Tanaman .......... 31

7. Aplikasi Jenis, Dosis, dan Konsentrasi Pestisida pada Tanaman ........... 34

8. Persentase Tanaman yang Tidak Lolos QC Tanaman Ekspor Periode


Maret-Mei 2009 ..................................................................................... 48

9. Persentase Tanaman yang Berjelaga dan Tidak Berjelaga pada Tanaman


Ukuran 2.5 dari Total 30 Tanaman yang Diamati ................................ 51

10. Persentase Tanaman yang Berjelaga dan Tidak Berjelaga pada Tanaman
Ukuran 3.5 dari Total 30 Tanaman yang Diamati ................................ 51

11. Realisasi Aklimatisasi Bibit Mericlone Anggrek Phalaenopsis


PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2005-2008 ......................................... 70

12. Prestasi Tenaga Kerja Kegiatan Quality Control Tanaman Ekspor


Bare Root Tanggal 3 Maret 2009 di PT Ekakarya Graha Flora ............. 73

13. Perencanaan Produksi Anggrek Phalaenopsis Tanaman Ukuran Pot 2.5


untuk Penjualan 3500 Tanaman Per Bulan ............................................ 74

14. Proyeksi Biaya dan Keuntungan Usaha Tani Anggrek Phalaenopsis


Ukuran Pot 2.5 ...................................................................................... 75
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema Pelaksanaan Teknis Budidaya Anggrek Phalaenopsis di PT


Ekakarya Graha Flora Kebun Cikampek ............................................... 17

2. Media Tanam Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora


(a) Moss Chili, (b) Moss China .............................................................. 18

3. Pot Plastik Bening yang Digunakan untuk Penanaman ......................... 18

4. Penggunaan Bibit yang Berasal dari Mericlone (Kiri) dan Seedling


(Kanan).................................................................................................... 19

5. Pengeluaran Bibit dari Botol (Kiri) dan Kegiatan Aklimatisasi Bibit


(Kanan) ................................................................................................... 21

6. Persiapan Repotting (Kiri) dan Kegiatan Repotting Tanaman Ukuran


Pot 2.5 ke 3.5 (Kanan) ........................................................................ 23

7. Kegiatan Sterilisasi Tanaman 1.5 (Kiri) dan Peralatan


Sterilisasi (Kanan) .................................................................................. 26

8. Penyiraman Pupuk secara Fertigasi pada Tanaman ............................... 29

9. Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida (Kiri) dan Kegiatan


Penyemprotan Pestisida pada Tanaman 2.5(Kanan) ............................ 33

10. Bagan Alir Kegiatan Grading Tanaman di Kebun Cikampek ............... 37

11. Kegiatan Grading Tanaman untuk Penjualan Lokal pada


Tanaman 2.5 .......................................................................................... 40

12. Pengemasan untuk Tanaman Lokal yang dikirim ke Kebun


Cipamingkis (Kiri) dan Pengemasan untuk Penjualan Lokal (Kanan) .. 45

13. Pemeriksaan Keadaaan Tanaman pada Kegiatan Quality Control


Tanaman Ekspor ..................................................................................... 49

14. Pelepasan Media Tanam untuk Ekspor Bare Root ................................. 49

15. Embun Jelaga pada Tanaman Anggrek Phalaenopsis ............................ 50


16. Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Kimia
Sebelum Ekspor Tanaman .................................................................... 52

17. Pembungkusan Tanaman pada Proses Packing (Kiri) dan Packing


Tanaman Ekspor dalam Box (Kanan) ..................................................... 54

18. Box Karton Berisi Tanaman yang Siap Ekspor ...................................... 55

19. Grafik Penjualan Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora


Tahun 2006-2008 ................................................................................... 71
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan di PT Ekakarya


Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ...................................................... 84

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Kepala Regu di PT Ekakarya


Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ...................................................... 85

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Staff Quality Control


di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ............................. 85

4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Koordinator Lapangan di


PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat.................................. 86

5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Kepala Bagian di PT Ekakarya


Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat ...................................................... 87

6. Kapasitas Green House PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek,


Jawa Barat .............................................................................................. 88

7. Lokasi PT Ekakarya pada Peta Kabupaten Karawang ........................... 89

8. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Kebun Cikampek Tahun
2003-2008 .............................................................................................. 90

9. Struktur Organisasi PT Ekakarya Graha Flora ...................................... 91

10. Standardisasi Kondisi Tanaman Anggrek Phalaenopsis sesuai Grade


Terhadap Parameter Tanaman ................................................................ 92

11. Standardisasi pada Tanaman Ekspor Bare Root, Ukuran Pot 1.5,
Ukuran Pot 2.5, Ukuran Pot 3.0 dan 3.5 ........................................... 93

12. Blanko Bukti Pengeluaran Tanaman di PT Ekakarya Graha Flora ........ 94


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang
mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias. Warna
bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik serta vase life yang
panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri
dibandingkan tanaman hias lainnya sehingga banyak diminati oleh konsumen baik
dari dalam maupun luar negeri. Salah satu jenis anggrek yang paling banyak
digemari dan dikembangkan oleh banyak orang yaitu anggrek Phalaenopsis.
Anggrek Phalaenopsis secara alami tumbuh di Indonesia, Filipina, Thailand,
Taiwan, Malaysia dan lain sebagainya, dimana 65% diantaranya asli Indonesia
(Haryani dan Sayaka, 1993). Sebagai tanaman hias, anggrek Phalaenopsis
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Harga tanaman per pot berkisar antara
Rp. 22.000,00 sampai dengan Rp. 60.000,00 untuk tanaman yang belum berbunga
(PT. Ekakarya Graha Flora, 2009).
Pemasaran anggrek mencakup pasar lokal dan ekspor. Perkembangan
volume dan nilai ekspor-impor anggrek tahun 2005-2008*) dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Anggrek Tahun


2005-2008*)

Ekspor Impor
Tahun
Volume (kg) Nilai (US $) Volume (kg) Nilai (US $)
2005 525 468 1 430 296 112 171 537 750
2006 362 705 1 232 199 70 848 334 784
2007 202 804 1 166 671 72 689 480 204
2008* 166 930 740 751 34 651 78 265
Keterangan *) : Proyeksi
Sumber : Departemen Pertanian, 2009

Negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia cukup luas, mulai dari 5
negara pada tahun 1997, yaitu Jepang, Taiwan, Singapura, Hongkong dan
Belanda, kemudian pada tahun 2001 terdapat 30 negara tujuan ekspor tanaman
anggrek Indonesia (Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005).
Menurunnya penjualan tanaman anggrek guna memenuhi kebutuhan dalam negeri
dan luar negeri, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi anggrek
yang berkesinambungan. Menurut Widjandi et al. (1989), dalam upaya perluasan
pasar dan peningkatan kemampuan bersaing di pasar luar negeri diperlukan
teknologi pengelolaan dan budidaya yang baik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas anggrek adalah
memproduksi tanaman anggrek sesuai dengan standar mutu internasional. Pada
perdagangan internasional anggrek, standar mutu yang harus dipenuhi yaitu harus
bebas dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan memiliki pertumbuhan
tanaman yang baik mulai dari daun, batang dan akar tanaman (Dirjen Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2005). Usaha untuk mempersiapkan anggrek
Phalaenopsis kualitas ekspor dilakukan melalui pemeliharaan dan penanganan
khusus.

Tujuan
1. Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta
meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati proses kerja
secara nyata.
2. Mempelajari teknik budidaya dan manajerial anggrek Phalaenopsis mulai
dari aklimatisasi bibit (outflask) hingga pengemasan (packing).
3. Memperoleh informasi dalam rangka upaya meningkatkan mutu dan
efisiensi, khususnya penanganan produksi bibit anggrek Phalaenopsis
tujuan ekspor.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek Phalaenopsis


Anggrek merupakan tanaman golongan Monocotyledoneae yang termasuk
dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan sangat bervariasi.
Famili ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25 000 spesies alam.
Keragamannya semakin bertambah lagi dengan munculnya anggrek-anggrek
hibrida, yaitu anggrek hasil silangan dan kultivar yang jumlahnya sudah mencapai
100 000 spesies (Kencana, 2007).
Phalaenopsis atau di Indonesia dikenal dengan nama anggrek bulan
termasuk anggrek epifit yaitu menempel pada tanaman lain tetapi tidak
menimbulkan kerugian bagi tanaman inang (Sandra, 2005). Menurut Setiawan
(2005) anggrek Phalaenopsis tumbuh baik pada ketinggian 600-1 200 m dpl.
Anggrek Phalaenopsis membutuhkan cahaya sekitar 15-25% dengan kelembaban
relatif (RH) sekitar 60-85% dan suhu udara yang dibutuhkan pada malam hari
sekitar 16-18C serta suhu siang hari kurang dari 29C.
Bentuk bunga anggrek Phalaenopsis ada dua, yaitu bulat (round shape)
dan bintang (star). Bunga anggrek terdiri dari kelopak (sepal), mahkota (petal),
dan lidah (labelum). Sepal yang dimiliki anggrek terdiri atas tiga helai dan tiga
helai petal yang salah satu petal berubah menjadi bibir bunga atau labelum. Selain
itu, terdapat bagian lain yang disebut tugu, yaitu perpanjangan gagang bunga
(bakal buah), dibentuk oleh penyatuan putik dan benang sari (Kencana, 2007).
Warna bunga anggrek Phalaenopsis beraneka macam, seperti warna dasar putih,
ungu, merah, kuning, hijau, dan cokelat dengan warna lidah bunga yang berbeda.
Selain itu, bunga anggrek Phalaenopsis juga memiliki motif yang beragam
diantaranya motif titik-titik, garis-garis, blok dan sembur (splash). Susunan
bunganya sangat artistik, tersusun rapi, menjuntai ke bawah, dan berselang-seling
(Setiawan, 2005).
Sandra (2005) menyatakan bahwa anggrek Phalaenopsis memiliki bentuk
daun yang lebar, teksturnya yang lemas dengan susunan tunggal berhadapan.
Berbeda dengan Dendrobium, anggrek Phalaenopsis tidak memiliki batang semu
dan kalaupun ada tidak terlihat karena sangat pendek. Berdasarkan pola
pertumbuhannya, anggrek Phalaenopsis mempunyai pertumbuhan monopodial,
yaitu jenis anggrek dengan pertumbuhan ujung batang terus ke atas tanpa batas.

Pembibitan
Pembibitan pada tanaman anggrek biasanya dilakukan dengan menanam
bibit dari botol ke dalam kompot. Proses ini dikenal sebagai aklimatisasi yaitu
proses adaptasi tanaman dari lingkungan aseptik ke lingkungan non aseptik.
Pamungkas (2006) menyatakan bahwa tanaman yang sudah agak dewasa atau
tanaman remaja selama masih dalam kompot, harus segera dipindahkan ke dalam
pot individu. Hal ini ditujukan agar tanaman memiliki ruang tumbuh yang lebih
baik. Pertumbuhan akar yang terus berkembang akan membuat tanaman
berkompetisi dalam penyerapan air dan hara selama masih di dalam kompot
sehingga pertumbuhan menjadi terhambat.
Pertumbuhan dan perkembangan anggrek sangat dipengaruhi oleh media
tanamnya mulai dari pembibitan hingga ke pembungaan tanaman. Media tumbuh
bagi pertumbuhan tanaman anggrek dapat berfungsi sebagai tempat tegaknya akar
dan batang serta menyimpan air dan unsur hara (Solvia dan Sutater, 1997). Media
tanam anggrek yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu tidak lekas
melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan drainase yang
baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam
jumlah yang diinginkan, mudah ditangani dan relatif murah harganya (Kencana,
2007).
Bibit anggrek cenderung lebih menyukai kondisi media tanam yang
lembab. Pemilihan media tanam yang digunakan juga harus memperhatikan
keadaan lingkungan. Apabila keadaan lingkungan kering dan panas, sebaiknya
digunakan media tanam yang dapat menahan air lebih lama seperti moss.
Sebaliknya jika lingkungan merupakan daerah dengan curah hujan yang tinggi,
hendaknya digunakan media tanam yang sedikit kering seperti akar pakis,
sehingga dapat menghindari kondisi yang terlalu lembab yang dapat
mengakibatkan busuknya tanaman (Deptan, 2005).
Penyiraman
Penyiraman merupakan hal yang sangat penting untuk perawatan segala
jenis tanaman termasuk anggrek. Menurut Kencana (2007) frekuensi dan
banyaknya air yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan
besar kecilnya ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Pada
umumnya, penyiraman pada tanaman anggrek dilakukan dengan menggunakan
sprayer dengan nozzle yang halus tetapi ada juga dengan menggunakan selang.
Penyiraman pada anggrek Phalaenopsis dilakukan pada pagi atau sore hari dengan
intensitas penyiraman dua kali dalam seminggu. Penyiraman anggrek pada siang
hari dilakukan sampai tanaman basah. Kelebihan air dalam tanaman dapat
menyebabkan tanaman menjadi busuk akibat serangan jamur dan bakteri.
Posisi penyiraman yang baik dan benar yaitu berada diantara kedua titik
ekstrim (titik kekurangan air dan titik kelebihan air). Titik kekurangan air ditandai
dengan daun lemas (terjadi dehidrasi). Titik kelebihan air ditandai dengan kondisi
media yang basah dan adanya serangan cendawan atau bakteri dan akar tanaman
akan mengalami kebusukan. Pada industri ekspor anggrek, tidak dilakukan
penyiraman sehingga tanaman berada pada titik kekurangan air. Tanaman akan
memiliki daun yang lemas dimana hal ini bermanfaat dalam penanganan
pengemasan (Setiawan, 2005).

Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu faktor penting bagi pertumbuhan
tanaman. Seperti tumbuhan lainnya, anggrek juga membutuhkan makanan untuk
mempertahankan hidupnya. Kencana (2007) mengemukakan bahwa pemupukan
anggrek yang efektif dilakukan secara teratur dua kali dalam seminggu.
Ada dua cara untuk mensuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan
melalui akar dan pemupukan melalui daun (Soepardi, 1983). Menurut Santi et al.
(1996) pemupukan akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan daun
bagian bawah karena pada kebanyakan daun tanaman, mulut daun (stomata)
umumnya terletak dibagian bawah daun. Selanjutnya Widiastoety dan Santi
(1997) menambahkan bahwa jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya
pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan
diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot.
Aplikasi pemupukan pada beberapa jenis anggrek berbeda-beda dan
tergantung pada fase pertumbuhan tanaman (Sandra, 2005). Menurut Kencana
(2007), pada fase pertumbuhan vegetatif, tanaman anggrek yang baru dikeluarkan
dari botol membutuhkan pupuk dengan kandungan N tinggi dan tanaman
individual pot sampai remaja membutuhkan pupuk dengan kadar NPK seimbang.
Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan
cocok diberikan pupuk dengan kadar P tinggi.
Pemupukan dengan komposisi berimbang antara unsur makro dan mikro
merupakan salah satu alternatif dalam proses pemupukan anggrek. Komponen
yang termasuk unsur hara makro adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K).
Sementara itu komponen unsur hara mikro antara lain Mangan (Mn), Boron (B),
tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Unsur hara makro merupakan zat yang banyak
diperlukan oleh tanaman. Unsur hara mikro adalah zat yang tidak banyak
diperlukan oleh tanaman tetapi turut menentukan pertumbuhannya (Sandra, 2005).

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman


Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman merupakan kegiatan yang
harus rutin dilakukan. Tidak sedikit yang mengalami kegagalan budidaya karena
gangguan hama dan penyakit. Hama dan penyakit berpengaruh langsung terhadap
proses fisiologis tanaman, yang meliputi proses metabolisme sel, respirasi,
fotosintesis, dan transpirasi. Serangan hama dan penyakit secara fisiologis
memberikan dampak negatif yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat
serangannya (Sandra, 2005).
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan secara kimia,
mekanik dan biologi. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan
pestisida pada tanaman secara bertahap. Pengendalian hama dan penyakit secara
mekanik dilakukan dengan membersihkan bagian tanaman yang terserang atau
dengan menangkap langsung hama yang terdapat pada tanaman sedangkan
pengendalian secara biologi dilakukan dengan melepaskan musuh alami dari hama
yang menyerang tanaman (Widiastoety, 2004).
Standar Mutu Ekspor
Pada perdagangan internasional anggrek, baik dalam bentuk tanaman
maupun bunga potong, sebenarnya tidak ada aturan baku mengenai standar mutu
yang harus dipenuhi. Standar mutu yang harus dipenuhi lebih tergantung pada
importir dari negara tujuan ekspor. Negara-negara tujuan ekspor memberikan
syarat bahwa komoditas anggrek harus bebas dari OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman), baik berupa hama, penyakit, maupun gulma. Selain itu, pihak importir
juga menghendaki suatu standar mutu atau grade tertentu lebih dikaitkan dengan
masalah harga. Ekspor tanaman pot pada anggrek Phalaenopsis mulai dari ukuran
pot 1.5, 2.5, 3.5 (Deptan, 2005).
Menurut Akamine et al. (1986) sortasi mutu diperlukan untuk
mendapatkan keuntungan yang memadai sesuai dengan mutu barang. Kebanyakan
negara mempunyai perangkat standar masing-masing untuk perdagangan dalam
negeri. Pada perdagangan internasional telah ada batasan-batasan mengenai
standar yang dibuat oleh organisasi-organisasi terkait. Mutu didasarkan atas
varietas, kesehatan, ketegaran, kebersihan, ukuran, bobot, warna, bentuk,
kemasakan, dan kebebasan dari bahan-bahan asing dan penyakit, kerusakan oleh
serangga, dan luka-luka mekanik.
Menurut Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2005)
kriteria mutu tanaman anggrek Phalaenopsis dalam pot untuk ekspor adalah
sebagai berikut:
1. Diameter daun : diukur dari ujung-ujung daun paling atas
- 10 - 12 cm untuk ukuran pot 1.5
- 16 - 18 cm untuk ukuran pot 2.5
- 25 - 30 cm untuk ukuran pot 3.5
2. Jumlah daun
- 3 untuk ukuran pot 1.5
- 3.5 untuk ukuran pot 2.5 (1.5 adalah tunas daun aktif)
- 4 untuk ukuran pot 3.5, tinggi batang kurang lebih 2 cm
3. Perakaran sehat
4. Bentuk tanaman proporsional, daun tegak/ tidak lemas
5. Bebas OPT (Organisme pengganggu tanaman) baik hama, penyakit maupun
gulma.

Pengemasan
Pengemasan merupakan salah satu proses untuk mencegah terjadinya
penurunan mutu produk, karena perlindungan atau pengawetan produk dapat
dilakukan dengan mengemas produk yang bersangkutan. Bahan pengemas
digunakan untuk membatasi antara bahan dengan lingkungan luar yang bertujuan
menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan (Buckle et al.,
1987).
Fungsi kemasan yang utama adalah sebagai wadah, pelindung, sarana
informasi dan promosi serta untuk memberikan kemudahan-kemudahan baik bagi
produsen maupun konsumen. Dengan adanya kemasan, produk telah terwadahi
dapat memberikan kemudahan-kemudahan dalam penyimpanan atau
penumpukan, perhitungan, pengangkutan, dan sebagainya. Kemasan yang baik
dapat mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi komoditas yang ada di
dalamnya, serta melindungi dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik
(Prajawati, 2006).
Ariestyadi (2007) menyatakan bahwa dalam industri bunga, proses
distribusi mempunyai peranan yang cukup penting. Proses ini meliputi aktivitas
pengemasan, penanganan penggudangan, dan pengangkutan. Selama
pendistribusian, kemasan dan produk menghadapi sejumlah resiko kerusakan
antara lain resiko karena faktor lingkungan (suhu dan kelembaban udara), resiko
karena faktor fisik (gesekan, distorsi, benturan, dan tekanan), serta resiko lainnya
seperti infiltrasi mikroorganisme, pencurian dan kontaminasi.
Kemasan kardus karton (corrugated box) dibuat dari karton bergelombang
yang memiliki tiga daya tahan dalam melindungi produk di dalamnya yaitu karton
memiliki ketahanan rusak, daya tahan susun dan daya tahan air. Ketahanan rusak
dan daya tahan susun dari kardus karton sangat tergantung pada kualitas bahan
yang digunakan sedangkan daya tahan air dapat ditingkatkan dengan penambahan
lapisan lilin pada permukaan kardus karton, baik pada bagian dalam maupun
bagian luar sesuai kebutuhan (Federasi Pengemasan Indonesia, 2004). Kardus
karton pada umumnya digunakan sebagai kemasan ekspor karena harganya relatif
masih mahal. Kardus karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan
mempermudah pembongkaran dan dinding kotaknya yang halus dibandingkan
peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding kotak tidak
berakibat buruk (Deptan, 1988).
Pada umumnya kemasan hasil-hasil pertanian perlu dilubangi sebagai
ventilasi, kecuali kemasan untuk komoditi segar yang telah dikupas. Lubang
ventilasi ini memungkinkan masuknya oksigen yang cukup dan menghindarkan
kerusakan karena akumulasi karbondioksida selama pemasaran pada suhu tinggi.
Pada kemasan yang tidak diberi ventilasi, hasil-hasil pertanian sering tampak tetap
baik lebih lama daripada yang berada dalam kemasan dengan ventilasi. Hal ini
disebabkan termodifikasinya udara menjadi udara dengan kandungan oksigen
rendah dan karbondioksida yang meningkat. Selain itu, kemungkinan komoditas
terkontaminasi dengan hama dan penyakit lebih minim. Oleh karena itu, kemasan
tanpa ventilasi biasanya digunakan dalam pengemasan tanaman untuk ekspor
(Widjandi et al., 1989).
METODOLOGI

Tempat dan Waktu


Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT. Ekakarya Graha Flora,
Cikampek, Jawa Barat, selama empat bulan mulai 12 Februari sampai dengan 12
Juni 2009.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi seluruh kegiatan yang
menyangkut aspek budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis dan manajerial.
Metode pelaksanaan yang dilaksanakan oleh penulis adalah dengan melaksanakan
beberapa tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan atau operator selama delapan
minggu, staf Quality Control (QC) selama satu minggu, pendamping kepala regu
selama satu minggu, pendamping koordinator selama tiga minggu, dan
pendamping kepala bagian selama tiga minggu.
Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai karyawan atau operator
menyangkut aspek teknis budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis meliputi
aklimatisasi bibit (outflask), repotting, pemeliharaan, grading, stok kontrol,
packing lokal dan ekspor. Selain itu, penulis beberapa kali turut dalam kegiatan
persiapan tanaman anggrek Phalaenopsis untuk ekspor yaitu mulai dari sterilisasi
bed, bed transfer ke GH 2 (GH persiapan ekspor), quality control tanaman ekspor,
pengendalian hama penyakit tanaman dan packing tanaman ekspor. Jurnal harian
kegiatan magang sebagai karyawan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa
Barat dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kegiatan sebagai pendamping kepala regu bertugas membantu koordinator
dalam mengatur atau mengarahkan dan melaksanakan kegiatan yang sesuai
dengan bagian dan tugasnya. Pada tahap tersebut juga dipelajari mekanisme
pembuatan laporan yang berkaitan dengan tugasnya dan mekanisme pengawasan.
Jurnal harian kegiatan magang sebagai kepala regu di PT Ekakarya Graha Flora,
Cikampek, Jawa Barat tercantum pada Lampiran 2.
Kegiatan sebagai pendamping koordinator, staf quality control dan kepala
bagian bertugas membantu mengelola dan mengawasi pekerjaan, baik teknis
maupun manajerial mulai dari perencanaan sampai pengendalian kegiatan,
membuat laporan mingguan dan bulanan serta membina dan membimbing
karyawan atau operator dalam melakukan pekerjaan. Jurnal harian kegiatan
magang sebagai staf quality control, koordinator dan kepala bagian dapat dilihat
pada Lampiran 3, 4, dan 5.

Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan magang terdiri
atas dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer yaitu pengambilan data secara langsung di lapang yang diperoleh
dengan melakukan pengamatan-pengamatan dalam kegiatan persiapan anggrek
Phalaenopsis untuk ekspor meliputi jumlah tanaman ekspor, jumlah tanaman
yang tidak lolos quality control, persentase serangan hama penyakit tanaman pada
tanaman ekspor sesuai dengan tanaman contoh yang diambil, dan pengendalian
hama penyakit secara kimia dengan peubah yang diamati yaitu jenis pestisida,
dosis, konsentrasi dan volume semprot, serta intensitas penyemprotan. Selain itu,
juga dilakukan pengambilan data beberapa kegiatan ekspor yang dikelompokkan
berdasarkan umur tanaman dan jenis tanaman ekspor berdasarkan warna bunga
yang kemudian dipersentasikan. Kemudian data grading tanaman ekspor, kegiatan
pengemasan tanaman ekspor serta jumlah tenaga kerja (HK) yang digunakan dari
kegiatan ekspor. Disamping itu, data primer juga diperoleh melalui wawancara
langsung atau diskusi dengan manajer, staf dan karyawan.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen, arsip perusahaan dan
dokumentasi lainnya. Data sekunder yang mendukung pelaksanaan teknik
lapangan adalah luas areal, kondisi iklim, keadaan tanaman (populasi tanaman,
jumlah tanaman tiap Green House, jenis tanaman berdasarkan warna bunga dan
ukuran pot), data produksi kebun, data ekspor tanaman khususnya anggrek
Phalaenopsis serta data-data lainnya seperti organisasi dan manajemen
perusahaan. Pengambilan data secara tidak langsung juga dapat dilakukan melalui
studi pustaka yang ada di perusahaan.
Analisis Data
Data yang terkumpul selama proses kegiatan magang diolah dan dianalisis.
Analisis data dilakukan terutama pada data primer yang diperoleh dari hasil
pengamatan secara langsung di lapang. Metode analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif dengan pengamatan selama kegiatan dalam
mempersiapkan anggrek Phalaenopsis untuk ekspor sehingga dapat diperoleh
hasil serta perbedaan perlakuan persiapan anggrek Phalaenopsis untuk ekspor dan
lokal. Selain itu, data yang diperoleh juga dianalisis dengan menggunakan nilai
rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis sederhana lainnya kemudian
dibandingkan dengan standar kerja kebun.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan
PT Ekakarya Graha Flora (PT. EGF) merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang tanaman hias khususnya anggrek. Perusahaan ini
menyediakan tanaman hias anggrek jenis Phalaenopsis dan anggrek jenis
Dendrobium. PT EGF resmi berdiri pada tanggal 26 Agustus 1996 hasil kerjasama
Bapak Amin Supriyadi dengan Mr. Kwo, dengan Akte Notaris Benny Kristianto,
SH. No. 17 dengan nama awal perusahaan PT Ekakarya Graha Perdana seluas
15 ha. Pada tahun 1998, PT Ekakarya Graha Perdana diambil alih oleh Pak Amin
Supriyadi dan berganti nama menjadi PT Ekakarya Graha Flora. Produk yang
menjadi unggulan adalah anggrek jenis Phalaenopsis yang dibudidayakan di
kebun Cikampek. PT EGF merupakan salah satu perusahaan terbesar penghasil
anggrek di Asia Tenggara yang telah mengekspor anggrek secara kontinyu. PT
EGF ini memiliki dua lokasi kebun yaitu Cikampek dan Cipamingkis serta kantor
pusat yang terletak di Roxy, Jakarta Pusat. Cikampek merupakan kebun dari PT
EGF dimana ditempat ini dilakukan teknis budidaya sampai dengan pasca panen
untuk tanaman pot anggrek Phalaenopsis. Cipamingkis yang berada di Sukabumi,
Jawa Barat adalah kebun pembungaan anggrek Phalaenopsis.
PT EGF kebun Cikampek memiliki 18 Rumah Kaca (Green House/GH)
yaitu diantaranya 12 GH buatan Taiwan dan 6 GH buatan Indonesia, dengan
kapasitas yang berbeda-beda yang dapat dilihat pada Lampiran 6. PT EGF
mempunyai beberapa izin usaha baik dari dalam negeri maupun perdagangan
Internasional. Pada tahun 2003 PT EGF telah melakukan penerapan sistem
manajemen sesuai dengan Standard Internasional yaitu ISO 9001-2000.

Letak Geografis
PT EGF terletak pada posisi 6020-6030 Lintang Selatan dan
106-10650Bujur Timur, berdiri di atas lahan sawah yang tidak produktif lagi.
Lokasi kebun berada di jalur utama jalan tol Kalihurip dimana sebelah utara
berbatasan dengan jalan raya lintas Pantai Utara, sebelah selatan berbatasan
dengan jalan tol Jakarta-Cikampek, sebelah barat berbatasan dengan jalan tol
Kalihurip dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kamojing. Peta wilayah
Kebun PT. EGF, Cikampek, Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar Lampiran 7.

Topografi dan Iklim


Kebun Cikampek PT EGF terletak pada ketinggian 40 m di atas
permukaan laut. Topografi areal kebun relatif datar dan bergelombang lemah
dengan kemiringan medan sekitar 0.02-0.04% ke Utara.
Rata-rata curah hujan tahun 2003-2008 sebesar 111.05 mm/tahun dengan
rata-rata bulan basah 5.3 bulan dan bulan kering 5.3 bulan. Suhu GH berkisar
antara 28 sampai dengan 31C dengan kelembaban sekitar 63%. Berdasarkan
klasifikasi iklim menurut Schmidth-Ferguson PT EGF Kebun Cikampek termasuk
dalam tipe iklim E. Data curah hujan di Kebun Cikampek PT EGF dapat dilihat
pada Lampiran 8.

Luas Areal dan Inventarisasi Bangunan


Luas areal konsesi PT EGF Kebun Cikampek adalah 153 926 m2.
Komoditas yang diusahakan terdiri atas anggrek Phalaenopsis dengan GH seluas
39 976 m2 dan anggrek Dendrobium dengan Rumah Jaring (Net House) seluas
112 557 m2. Sedangkan luas areal yang lain adalah areal fasilitas Divisi
Phalaenopsis dan areal fasilitas Divisi Dendrobium. Luas areal dan inventarisasi
bangunan Kebun Cikampek PT EGF dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal Penggunaan Lahan dan Inventarisasi Bangunan


Kebun Cikampek PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2005

Bangunan Luas Areal (m2)


Areal Phalaenopsis
- Kantor, Mess, Gudang 1 833
- R. Packing, Laboratorium 1 551
- Green House (GH) 36 592
Sub Total 39 976
Areal Dendrobium
- R. Packing, Gudang, Mess 1 393
- Net House 112 557
Sub Total 113 950
Total 153 926
Sumber : Kantor Personalia Kebun PT Ekakarya Graha Flora (2005)
Keadaan Tanaman dan Produksi
Anggrek Phalaenopsis yang ditanam di Kebun Cikampek terdiri dari lima
ukuran pot yaitu tanaman ukuran pot 1.5, 2.5, 3, 3.5, dan 5. Bibit tanaman
berupa bibit dalam botol yang berasal dari dua jenis perbanyakan yaitu generatif
dengan seedling dan vegetatif dengan mericlone. Bibit asal mericlone diperoleh
dengan mengimpor bibit dari Taiwan, Jepang, dan Malaysia atau dengan kultur
stem tangkai bunga. Sedangkan bibit asal seedling diperoleh dengan melakukan
persilangan anggrek sehingga dihasilkan buah atau dengan mengimpor buah dari
Taiwan dan Jepang. Tanaman anggrek Phalaenopsis yang diproduksi terdiri dari
tujuh warna bunga yaitu, putih, merah, putih merah, putih mini, merah mini, putih
merah mini, dan novelty. Luas areal dan total tanaman anggrek Phalaenopsis yang
diproduksi PT EGF dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal dan Total Tanaman Anggrek Phalaenopsis yang


Diproduksi PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat
Tahun 2005-2008

Tahun Luas Areal (m2) Total Tanaman (pot)


2005 36 592 5 129 644
2006 36 592 6 356 052
2007 36 592 11 288 445
2008 36 592 11 288 445
Sumber : Departemen PPIC PT Ekakarya Graha Flora (2009)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan


PT EGF, Cikampek, Jawa Barat terdapat lima departemen yaitu
Departemen Produksi Phalaenopsis, Departemen Produksi Dendrobium,
Departemen Personalia dan Umum, dan Departemen Planning Production
Inventory Control (PPIC), dan Departemen Quality Contol (QC). Pengelolaan
Kebun PT EGF dipimpin oleh seorang General Manager dibantu oleh Manajer-
manajer operasional yang kemudian membawahi Kepala Bagian, Koordinator,
Kepala Regu, dan Pelaksana. Bagan struktur organisasi dari PT EGF dapat dilihat
pada Lampiran 9.
Jumlah karyawan yang dimiliki perusahaan seluruhnya adalah 338 orang.
Karyawan di PT EGF, Cikampek, Jawa Barat terdiri atas karyawan tetap dan
karyawan kontrak. Jumlah karyawan di PT EGF, Cikampek, Jawa Barat dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Karyawan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa


Barat Periode Mei 2009

Status Tenaga Kerja Jumlah


Bagian
Karyawan Tetap Karyawan Kontrak (orang)
Dep. Personalia & Umum 34 17 51
Dep. PPIC 8 8 16
Dep. Prod. Phalaenopsis 36 46 82
Bag. Laboratorium 12 18 30
Dep. Prod. Dendrobium 16 41 57
Dep. Quality Conrol 7 1 8
Total 113 131 244
Sumber : Departemen Pesonalia dan Umum PT Ekakarya Graha Flora (2009)

Fasilitas penunjang yang diberikan oleh PT EGF meliputi adanya


Jamsostek untuk keselamatan para karyawan, koperasi, serta pelatihan dan
pengembangan karyawan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang diprogramkan
di ISO (International Standard for Organization).
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sebuah perusahaan berperan
dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan. Adapun sarana dan prasarana
yang dimiliki PT EGF yaitu sarana produksi antara lain Laboratorium, Rumah
Kaca (Green House/GH), Nursery, Repotting Room, Net House, Ware House,
Packing Room dan Ruang pemusnahan tanaman. Sedangkan sarana umum
penunjang untuk para karyawannya diantaranya yaitu mess, sarana olahraga,
mushola, perpustakaan, kantin, toilet dan sarana transportasi.
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS BUDIDAYA

Pelaksanaan teknis budidaya anggrek Phalaenopsis meliputi kegiatan


penanaman, pemeliharaan tanaman, grading tanaman hingga kegiatan panen dan
pasca panen tanaman. Kegiatan panen dan pasca panen yang dilakukan sesuai
dengan keadaan tanaman di kebun yaitu panen dan pasca panen bibit anggrek
Phalaenopsis. Skema pelaksanaan teknis budidaya anggrek Phalaenopsis di PT
Ekakarya Graha Flora Kebun Cikampek dapat dilihat pada Gambar 1.

Aklimatisasi Bibit (Outflask)

Repotting Tanaman : Repotting 1.5" ke 2.5" dan Repotting 2.5"


ke 3.5"

Pemeliharaan Tanaman

Grading Tanaman : Grading Tanaman 1.5", 2.5" dan 3.5"

Panen dan Pasca Panen : Tanaman Lokal dan Tanaman Ekspor

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Teknis Budidaya Anggrek Phalaenopsis di


PT Ekakarya Graha Flora Kebun Cikampek

Penanaman
Kegiatan penanaman meliputi aklimatisasi bibit (outflask) dan pindah
tanaman (repotting). Pada umumnya runtutan kegiatan outflask dan repotting
hampir sama yaitu mempersiapkan bahan tanaman dan penanaman tanaman.
Penanaman tanaman disesuaikan berdasarkan umur tanaman, baik dalam botol
maupun tanaman pot. Pada penanaman, terdapat dua jenis bibit yaitu asal bibit
seedling (perbanyakan secara generatif) untuk tanaman peruntukan lokal dan bibit
yang berasal dari mericlone (perbanyakan secara vegetatif) untuk tanaman
peruntukan ekspor.
Media tanam yang digunakan untuk penanaman Phalaenopsis oleh PT.
EGF ini adalah spaghnum moss yang biasa disebut moss. Moss yaitu lumut rawa
yang berasal dari dataran tinggi. Moss berfungsi baik menyerap air, membuat
kelembaban terjaga, ruang gerak akar lebih bebas, tidak melukai akar, akar lebih
banyak dan panjang serta batang tanaman akan lebih kuat. Terdapat dua macam
moss yang digunakan yaitu moss Chili dan moss China yang dapat dilihat pada
Gambar 2.

(a) (b)
Gambar 2. Media Tanam Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha
Flora. (a) Moss Chili, (b) Moss China

Jenis wadah tanam yang digunakan untuk penanaman yaitu menggunakan


pot plastik bening. Penggunaan pot plastik bening ini memiliki beberapa
keuntungan yaitu memudahkan dalam pengecekan media dan media dapat terkena
sinar matahari langsung. Selain itu, pada pot plastik bening memiliki jumlah
lubang yang sedikit untuk menjaga kelembaban media sesuai dengan sifat
Phalaenopsis yang menyukai kelembaban sehingga pertumbuhan akar baik
dengan jumlah akar yang banyak. Berbeda halnya dengan pot plastik hitam yang
berpengaruh pada pertumbuhan daun yang baik tetapi pertumbuhan akarnya
sedikit. Pot plastik bening yang digunakan untuk penanaman dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Pot Plastik Bening yang Digunakan untuk Penanaman


Aklimatisasi Bibit (Outflask)
Aklimatisasi bibit (outflask) merupakan kegiatan memindahkan bibit dari
botol dan ditanam di dalam pot dengan media moss. Bibit tanaman berupa bibit
dalam botol yang berasal dari dua jenis perbanyakan yaitu generatif dengan
seedling dan vegetatif dengan mericlone yang sebelumnya telah dikembangbiakan
di laboratorium. Bibit Phalaenopsis dengan mericlone diperoleh dengan
mengimpor bibit dalam botol atau kultur stem tangkai bunga yang kemudian
dilakukan pindah tanam dan pengembakbiakan di laboratorium. Bibit dalam botol
yang dapat ditanam dalam pot adalah bibit yang telah berumur 16 bulan atau
Stage 2 (S2). Penggunaan bibit yang berasal dari mericlone dan seedling
ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Penggunaan Bibit yang Berasal dari Mericlone (Kiri) dan


Seedling (Kanan)

Kegiatan dalam aklimatisasi ini meliputi persiapan bibit dan penanaman


bibit dalam pot. Pada persiapan bibit dilakukan beberapa kegiatan yaitu
pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol, pencucian bibit dan sortasi bibit.
Pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol dilakukan dengan mengeluarkan satu
persatu bibit dari botol ke dalam tray dengan menggunakan pinset. Pinset tersebut
dicelupkan ke dalam larutan air dan Na3(PO4) dengan konsentrasi 4 g/l untuk
sterilisasi alat. Selain itu, pergantian pinset harus selalu dilakukan setelah
pencabutan lima botol bibit. Tujuannya agar alat tetap steril sehingga tanaman
tidak terkontaminasi oleh hama dan penyakit.
Tanaman yang telah dikeluarkan dari botol kultur kemudian dicuci
sebanyak dua kali dengan air dan bakterisida (starner) dengan dosis 10 g/l yang
dilakukan pada saat terakhir pencucian. Bakterisida digunakan untuk membunuh
seluruh kuman yang melekat pada tanaman dan juga supaya media agar yang
melekat pada akar bibit terlepas semuanya.
Sortasi bibit merupakan salah satu kegiatan awal dari pengkelasan
(grading). Kegiatan yang dilakukan pada sortasi bibit yaitu memisahkan dan
memilih bibit setelah bibit tanaman dikeluarkan dari botol dan dicuci. Sortasi bibit
dilakukan berdasarkan ukuran tanaman, jumlah dan ukuran daun serta
kelengkapan tanaman. Ukuran bibit tanaman mulai dari tanaman gagal (reject)
yang panjangnya kurang dari 5 cm, tanaman kecil panjangnya 5 cm, ukuran bibit
sedang panjangnya 10 cm dan bibit besar panjangnya lebih dari 10 cm sehingga
dapat dilihat tingkat kesuburan dan keseragaman tanaman dalam botol. Selain itu,
kriteria lain dalam sortasi bibit yaitu tanaman minimal memiliki dua buah daun
dan ukuran daun yang seimbang serta bibit tanaman harus memiliki akar, batang
dan daun. Apabila bibit tanaman tidak memiliki kriteria-kriteria seperti yang telah
ditetapkan, maka bibit dianggap afkir atau tanaman gagal (reject). Bibit tanaman
yang telah disortasi kemudian di dalam tray dicantumkan kode tanaman dan jenis
ukuran bibit.
Kegiatan penanaman bibit dilakukan setelah bibit selesai disortasi.
Penanaman bibit pertama menggunakan pot plastik bening berukuran 1.5. Cara
penanaman bibit yang dilakukan yaitu membungkus bagian akar tanaman oleh
media tanam spaghnum moss sebanyak segenggam tangan kemudian
memasukkan bagian akar tanaman yang yang sudah dibungkus ke dalam pot dan
moss dipadatkan disekitar bibit agar bibit tertanam cukup kuat dengan
menggunakan kedua ibu jari yang ditekan. Pada saat penanaman posisi bibit harus
terletak di tengah pot dengan kondisi batang tenggelam atau tidak terlihat dan
penekanan media tidak boleh terlalu padat juga tidak boleh kempos atau
renggang. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan akar lebih luas merata dan
memiliki tanaman yang kokoh. Setelah bibit ditanam dalam pot kemudian pot
diletakkan dalam talam dimana dalam satu talam memuat 36 pot. Kegiatan
pengeluaran bibit dari botol dan kegiatan aklimatisasi bibit dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Pengeluaran Bibit dari Botol (Kiri) dan Kegiatan Aklimatisasi
Bibit (Kanan)

Penulis melakukan kegiatan outflask di GH 18 selama 3 hari dengan satu


hari dalam persiapan bibit dan dua hari dalam penanaman bibit. Regu aklimatisasi
(outflask) terdiri dari satu orang operator persiapan bibit dan lima orang operator
outflask. Standar kerja atau target operator persiapan tanaman adalah sebanyak
400 botol bibit/HK dengan jumlah tanaman per botol rata-rata 20 bibit tanaman.
Prestasi kerja yang diperoleh operator yaitu 420 botol bibit/HK sedangkan prestasi
kerja yang diperoleh penulis adalah 280 botol bibit/HK.
Pada aklimatisasi (outflask), standar kerja atau target operator sebanyak
920 pot/HK dan target outflask dalam satu bulan adalah 150 000 pot/bulan.
Prestasi kerja yang diperoleh operator yaitu 852 pot/HK dan prestasi kerja penulis
yang diperoleh adalah 180 pot/HK.

Pindah Tanam (Repotting)


Pindah tanam (repotting) merupakan kegiatan pemindahan tanaman ke
dalam pot yang ukurannya lebih besar. Repotting tanaman bertujuan untuk
memperlancar pertumbuhan anggrek Phalaenopsis. Tanaman yang akan dilakukan
repotting telah memiliki rentang waktu masing-masing ukuran sekitar 4 sampai 6
bulan. Tanaman yang akan dipindah tanam umumnya pertumbuhan akarnya
terlihat banyak keluar dari pot dan kelihatan terlalu sesak. Terdapat empat
kegiatan repotting tanaman di PT EGF, kegiatan tersebut meliputi repotting
tanaman dari pot 1.5 ke pot ukuran 2.5, repotting tanaman dari pot 2.5 ke pot
ukuran 3, repotting tanaman dari pot 2.5 ke pot ukuran 3.5 dan repotting
tanaman dari pot 3.5 ke pot ukuran 5. Akan tetapi, repotting tanaman ke pot
ukuran 3 dan 5 dilakukan sesuai dengan permintaan pembeli atau penanaman
kembali tanaman sisa ekspor bare root.
Kegiatan pada repotting tanaman mencangkup persiapan tanaman yang
akan dilakukan repotting dan pemindahan tanam (repotting). Perbedaannya
terletak pada umur dan bahan tanam yang digunakan yaitu tanaman pot ukuran
1.5 dan tanaman pot ukuran 2.5 yang telah berumur berumur 4 sampai 6 bulan
sejak repotting. Media tanam yang digunakan pada repotting tanaman disesuaikan
dengan media tanam yang digunakan sebelumnya.
a. Persiapan Repotting
Persiapan repotting dimulai dari pemberian tanda pada tanaman yang akan
dipindah tanam dengan menggunakan bendera berwarna biru minimal 2 hari
sebelum tanaman tersebut dipindah tanam dengan 2 hari sebelumnya telah
diserahkan form instruksi repotting harian diversifikasi oleh koordinator repotting
yang telah berkoordinasi dengan kepala regu grading. Setelah pemberian tanda
pada tanaman selesai maka operator persiapan repotting mengambil tanaman
sesuai dengan form instruksi repotting harian yang diberikan oleh kepala regu.
Kegiatan ini berlangsung tergantung dari ketersediaan tanaman yang
terdapat di ruang repotting. Pada saat mempersiapkan tanaman yang akan
dipindah tanam, tanaman terlebih dahulu dipotong akar tanaman yang keluar dari
pot tujuannya untuk memudahkan dalam repotting untuk menghasilkan akar baru
serta akar pada pot tertutup keseluruhan. Kemudian tanaman beserta media
dikeluarkan dari pot dengan cara menekan pot atau mendorong media pada bagian
bawah pot yang berlubang dengan besi penusuk sampai tanaman keluar dari
potnya. Saat memotong akar-akar tanaman digunakan gunting stek yang telah
direndam larutan Na3(PO4) dengan konsentrasi 4 g/l.
Pada penggunaan gunting stek dilakukan pergantian gunting tiap lima
tanaman. Hal ini bertujuan agar alat tetap steril sehingga terhindar dari serangan
hama penyakit. Tanaman yang akarnya telah digunting lalu disusun dalam tray
dan diberi kode tanaman dengan satu tray tanaman diberi satu kode untuk
memudahkan dalam pengaturan per kode apabila selesai proses repotting.
Kemudian tray diletakkan di dekat operator penanaman untuk memudahkan
dalam pengambilan tanaman.
Berbeda dengan aklimatisasi (outflask), pengkelasan (grading) tanaman
yang akan dipindah tanam dilakukan oleh regu grading sehingga ketika tanaman
akan dilakukan repotting sudah berdasarkan kelas (grade) yang telah ditetapkan.
Selain itu, kriteria tanaman yang akan dipindah tanam yaitu tanaman tidak
mengalami kerusakan pada saat pengambilan dan pengangkutan, tidak terjadi
kesalahan jumlah dan kode tanaman pada saat pengambilan dan pengangkutan,
tanaman terkena sinar matahari langsung dan terkena air hujan pada saat
pengangkutan dihindari seminimal mungkin. Pengambilan tanaman dilakukan
dengan menggunakan troli yang memiliki kapasitas 54 talam/troli dimana dalam
satu talam memuat sembilan tanaman. Pada persiapan tanaman untuk repotting
tidak ditetapkan target atau standar kerja per harinya. Kegiatan persiapan
repotting dan repotting tanaman ukuran pot 2.5 ke 3.5 dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Persiapan Repotting (Kiri) dan Kegiatan Repotting Tanaman


Ukuran Pot 2.5 ke 3.5 (Kanan)

b. Pindah Tanam (Repotting)


Kegiatan repotting tanaman dilakukan di dalam ruang repotting. Kegiatan
repotting ini berupa menanam kembali tanaman dengan membungkus bagian akar
tanaman dengan spaghnum moss dan memasukkan bagian akar tanaman yang
sudah dibungkus ke dalam pot baru yang ukurannya lebih besar. Kemudian moss
dipadatkan disekitar bibit dengan menggunakan kedua ibu jari yang ditekan. Pada
saat penanaman posisi tanaman harus terletak di tengah pot dengan kondisi batang
tenggelam atau tidak terlihat dan penekanan media tidak boleh terlalu padat juga
tidak boleh kempos atau renggang.
Tanaman yang telah selesai dipindah tanam disusun dalam talam dengan
rapi dengan arah daun menghadap ke depan untuk memudahkan pertumbuhan
tanaman, menghindari daun patah dan daun lebih leluasa dalam pergerakan
pertumbuhannya. Talam yang digunakan untuk pot 2.5 dapat memuat 9 pot per
talam sedangkan talam yang digunakan untuk pot 3.5 dapat memuat 6 pot per
talam. Selanjutnya tanaman disusun rapi di atas troli dan dikelompokkan menurut
kode masing-masing tanaman agar tidak tercampur dengan kode tanaman yang
lainnya. Pembuatan label tanaman untuk setiap kode tanaman yang dipindah
tanam pada hari tersebut dengan menuliskan informasi mengenai kode, tanggal
tanam, jumlah, warna tanaman dan peruntukan pelanggan. Terdapat dua macam
label yaitu label putih untuk peruntukkan lokal dan label kuning peruntukkan
khusus ekspor ke Jepang.
Pemberian tanggal tanam agar mengetahui tanggal berapa saat penanaman
untuk memastikan bulan berapa tanaman akan siap dilakukan grading dan
dikemas. Pemberian informasi jumlah tanaman memudahkan dalam perhitungan
pada setiap bed, penempatan tanaman dalam GH serta dapat mengetahui
ketersediaan tanaman yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat memenuhi
permintaan pelanggan.
Setelah dilakukan pembuatan label pada tanaman selanjutnya tanaman
yang telah dipindah tanam diangkut dengan menggunakan troli ke GH dan
menyusunnya di atas bed dengan rapi dengan arah daun satu arah. Pada
pengangkutan dan penyusunan tanaman di GH usahakan tidak terjadi kerusakan
mekanis pada tanaman, tanaman tidak boleh terkena sinar matahari secara
langsung. Talam disusun rapi dengan jumlah talam yang disusun sesuai lebar bed.
Pada talam pot ukuran 2.5 bed dapat memuat 7 hingga 10 baris talam, sedangkan
talam pot ukuran 3.5 bed dapat memuat 5 sampai 8 baris talam. Selanjutnya
dilakukan pemberian label kepada tanaman oleh kepala regu dengan satu label
untuk satu kode tanaman dengan tanggal tanam yang sama dan posisi label harus
menghadap ke depan. Penempatan label ke salah satu tanaman berfungsi sebagai
tanda untuk menghindari kesalahan pengkodean tanaman.
Penulis melakukan kegiatan repotting tanaman pot 1.5 ke 2.5 dan 2.5
ke 3.5 di GH 18 selama 6 hari dengan masing-masing kegiatan selam 3 hari.
Terdapat tiga regu dalam proses repotting yaitu satu regu repotting tanaman 1.5
ke 2.5 dan dua regu repotting tanaman 2.5 ke 3.5 dengan tiap regunya terdiri
dari satu orang operator persiapan tanaman dan lima orang operator penanaman.
Standar kerja atau target operator repotting adalah sebanyak 630 tanaman/HK
untuk repotting tanaman 1.5 ke 2.5 dan 420 tanaman/HK untuk repotting 2.5
ke 3.5. Prestasi kerja operator diperoleh yaitu 657 tanaman/HK untuk repotting
tanaman 1.5 ke 2.5 dan 318 tanaman/HK untuk repotting 2.5 ke 3.5. Prestasi
kerja yang diperoleh penulis adalah 225 tanaman/HK untuk repotting tanaman
1.5 ke 2.5 dan 102 tanaman/HK untuk repotting 2.5 ke 3.5.

Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan
agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi secara optimal
(berbunga dengan baik) serta menjaga tanaman agar dapat bertahan hidup.
Kegiatan pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis yang dilakukan PT EGF
meliputi sterilisasi rak besi (bed) dan tanaman, penyiraman, pemupukan,
pemeriksaan bapiketeng, sortasi tanaman, sanitasi tanaman, bed transfer dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

Sterilisasi Rak Besi (Bed) dan Tanaman


Sebelum diletakkan tanaman diatasnya, rak besi (bed) yang kosong harus
disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan NaClO 5.25% dengan
konsentrasi 22.86 ml/l. Selain sterilisasi bed, kegiatan sterilisasi juga dilakukan
pada GH, bak pemupukan, ruang repotting, ruang outflask dan troli untuk
mengangkut tanaman. Sterilisasi GH dilakukan jika GH dalam keadaan kosong
tanpa tanaman dan setelah dilakukan sterilisasi, pintu GH harus ditutup kurang
lebih selama satu hari. Kegiatan sterilisasi bak pemupukan, ruang repotting, ruang
outflask dan troli dilakukan satu minggu satu kali pada saat hari minggu.
Kegiatan sterilisasi juga dilakukan pada tanaman yang baru ditanam dan
juga tanaman yang baru dipindah tanam. Kegiatan sterilisasi pada tanaman
dilakukan satu hari setelah tanam dengan mengunakan NaClO 5.25% dengan
konsentrasi 2.56 ml/l dan untuk satu bed yang berisi 13 000 tanaman 1.5,
membutuhkan larutan NaClO untuk sterilisasi sebanyak 256 ml/100 l. Standar
kebutuhan larutan NaClO yang ditetapkan perusahaan adalah untuk tanaman 1.0
dan 1.5 yaitu 3 bed/1 000 l, tanaman 2.5 dan 3.5 yaitu 6 bed/1 000 l dan
tanaman 3.0 adalah 5 bed/1 000 l. Selain sterilisasi tanaman, pada aklimatisasi
tanaman dan repotting juga dilakukan aplikasi perlakuan kimia yaitu dengan
penyemprotan pestisida pada tanaman. Perlakuan ini hanya dilakukan pada
tanaman-tanaman dengan jenis tertentu saja.
Pada saat dilakukannya penyiraman larutan NaClO, tekanan larutan yang
keluar diatur tidak terlalu kencang sehingga tidak merusak tanaman dan tidak ada
tanaman yang terlewat disiram. Kegiatan sterilisasi paling lambat selesai pukul
11.00 WIB dan apabila sampai pukul 11.00 belum selesai maka sterilisasi
dilanjutkan pada hari kerja berikutnya. Adapun kegiatan sterilisasi tanaman 1.5
dan peralatan sterilisasi tanaman dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kegiatan Sterilisasi Tanaman 1.5 (Kiri) dan Peralatan


Sterilisasi Tanaman (Kanan)

Tujuan dilakukannya kegiatan sterilisasi ini adalah agar tanaman,


peralatan, serta GH bersih dan tidak terkontaminasi dengan bakteri, cendawan
maupun serangga sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan
sterilisasi ini dilakukan oleh operator pemeliharaan laki-laki sebanyak satu orang
dan kegiatan dilakukan secara bergilir.

Penyiraman
Kegiatan penyiraman air pada anggrek Phalaenopsis jarang dilakukan.
Kegiatan penyiraman dengan air baru dilakukan ketika pengendapan hara atau
butiran-butiran pupuk pupuk terlihat pada media tanam (moss). Butiran-butiran
pupuk yang tersisa pada media ini dikarenakan pengadukan yang kurang lama
pada saat melarutkan pupuk. Oleh karena itu, agar pupuk tersebut dapat larut
seluruhnya pada media tanam (moss) maka dilakukan penyiraman dengan air
sehingga pupuk dapat larut dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu,
penyiraman dengan air dilakukan agar tidak terjadi penumpukan unsur hara yang
berasal dari pupuk sehingga tidak terjadi toksisitas pada tanaman.
Pada saat penyiraman media harus basah seluruhnya, jadi apabila setelah
disiram ternyata media tidak terlalu basah, maka akan dilakukan penyiraman
ulang sampai media basah seluruhnya kira-kira dilakukan 3 sampai 4 kali
penyiraman. Penyiraman hanya diaplikasikan pada tanaman anggrek Phalaenopsis
yang sudah tua atau umur tanaman berkisar dari 5 sampai 15 bulan sejak repotting
tanaman 3.5. Hal ini dilakukan karena pada tanaman yang sudah tua
pertumbuhan akarnya sudah banyak sehingga kemungkinan resiko tanaman
terkena busuk akar (fusarium) minim.
Penyiraman dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman dengan
menggunakan selang yang tekanan airnya diatur oleh operator sesuai ukuran,
bentuk dan kondisi tanaman dalam bed. Tanaman yang akan disiram dengan air
diberi tanda bendera putih dengan tulisan perlakuan pada bed yang akan disiram.
Kegiatan penyiraman dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30 WIB sampai
11.00 WIB.

Pemupukan
Kegiatan pemupukan merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam
pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis. Pemupukan dilakukan dengan
memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang
dengan baik. Kegiatan pemupukan dilakukan 3 sampai 4 hari sekali atau
tergantung pada kondisi cuaca dan media tanam (moss). Penyiraman pupuk pada
tanaman dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 11.00.
PT EGF menggunakan 5 jenis bahan kimia untuk pupuk yaitu pupuk
Peters International 20:20:20 dengan konsentrasi 1 g/5.5 l, Ca(NO3)2 dengan
konsentrasi 0.2 g/l, MgSO4 dengan konsentrasi 0.2 g/l, NiSO4 0.01 g/l, dan Bori
Acid (Biotri) 0.1 mg/l. Adapun kandungan dari pupuk Peters Internasional dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Kandungan dan Konsentrasi pada Pupuk Peters


International 20:20:20

Jenis Kandungan Konsentrasi (%)


Nitrogen (N) 20
Phospat (P2O5) 20
Kalium (K2O) 20
Magnesium (Mg) 0.05
Boron (B) 0.0068
Tembaga (Cu) 0.0036
Besi (Fe) 0.05
Mangan (Mn) 0.025
Molibdenum (Mo) 0.0009
Zink (Zn) 0.0025
Sumber : PT. Ekakarya Graha Flora, 2009

Kelima jenis pupuk ini dilarutkan terlebih dahulu di dalam ember dan
diaduk selama lima menit agar seluruh pupuk tercampur dan hancur seluruhnya
kemudian dimasukkan ke dalam bak pemupukan yang telah terisi air dan diaduk
dengan pipa pengaduk hingga larutan pupuk tercampur seluruhnya. Sebelum
pupuk dimasukkan ke dalam bak (volume 2 200 l), volume air dalam bak harus
diperiksa terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan penyiraman yang akan
dilakukan. Standar perusahaan terhadap perhitungan kebutuhan larutan pupuk
yaitu untuk tanaman ukuran 1.0 dan 1.5 adalah 3 bed/1 000 l, untuk tanaman
ukuran 2.5 dan 3.5 adalah 6 bed/1 000 l dan untuk tanaman 3.0 adalah
5 bed/1 000 l.
Kegiatan pemupukan dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman
secara fertigasi yaitu dengan menggunakan selang yang tekanan airnya diatur oleh
operator sesuai ukuran, bentuk dan kondisi tanaman dalam bed. Jarak selang dari
pot sekitar 20 cm dan penyiraman dilakukan dengan melebarkan mulut selang
agar seluruh bagian tanaman tersiram oleh pupuk. Penyiraman pupuk dilakukan
merata pada seluruh tanaman dengan volume pupuk setengah dari tinggi pot.
Penyiraman pupuk secara fertigasi pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Penyiraman Pupuk secara Fertigasi pada Tanaman

Kegiatan penyiraman pupuk dilakukan oleh operator pemeliharaan


tanaman yang terdiri dari tiga regu. Tiap regu terdiri dari lima orang operator dan
satu orang kepala regu. Tiap operator pemeliharaan bertanggungjawab atas 30
sampai 38 bed yang jumlah tanamannya berbeda-beda tergantung ukuran tanaman
dalam bed. Setiap dilakukan kegiatan penyiraman pupuk ditulis dalam buku per
orangnya kemudian penggunaan kebutuhan pupuk harus dilaporkan tiap harinya
kepada ketua regu.

Pemeriksaan Bapiketeng
Basah pinggir kering tengah (bapiketeng) merupakan suatu kondisi media
tanam (moss) dimana tidak meratanya penyerapan, yaitu bagian pinggir yang
terlalu basah tetapi bagian tengah kering, setelah dilakukan penyiraman pupuk
(pemupukan). Pemeriksaan bapiketeng dilakukan untuk menghindari dan
mengurangi kebusukan pada akar tanaman serta menghindari timbulnya jamur
atau cendawan pada media tanam (moss) yang dapat menghambat pertumbuhan
akar. Kegiatan pemeriksaan bapiketeng ini dilakukan satu hari setelah pemupukan
dan dilakukan setiap hari setelah pekerjaan pemupukan selesai dilakukan.
Tanaman diperiksa kembali jika terdapat tanaman yang kelebihan air atau moss
basah tidak merata dalam pot maka dilakukan pemeriksaan bapiketeng.
Kegiatan pemeriksaan bapiketeng pada tanaman ukuran 1.5 dan 2.5
dilakukan dengan cara memiringkan posisi pot yang media moss yang basah
sehingga moss yang basah tersebut merata ke tengah dan moss juga tersinari oleh
cahaya matahari. Sedangkan pemeriksaan bapiketeng pada tanaman ukuran pot
3.5 dilakukan dengan menempatkan tanaman yang telah diperiksa di ujung talam
atau tanaman yang medianya masih basah tersebut dikumpulkan dalam satu talam
kemudian bagian sebelah talam tersebut dinaikkan ke pinggiran bed. Cara tersebut
dilakukan untuk menandakan tanaman yang sedang dibapiketeng sehingga pada
penyiraman pupuk selanjutnya tanaman tidak akan disiram kembali.

Sortasi Tanaman
Sortasi tanaman dilakukan untuk memisahkan tanaman yang tergolong
dalam tanaman gagal (reject) dengan tanaman sehat dan normal. Tanaman yang
dikategorikan ke dalam tanaman gagal yaitu tanaman yang terkena hama penyakit
dan tanaman yang mengalami kelainan dalam pertumbuhannya. Tanaman yang
terkena penyakit dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur atau cendawan.
Sedangkan tanaman yang mengalami kelainan dalam pertumbuhan yaitu tanaman
mutan dan tanaman stagnan. Adapun ciri-ciri tanaman tersebut dapat dilihat pada
Tabel 6.
Setelah dilakukan pemisahan tanaman gagal maka tanaman dikumpulkan
di tempat pembuangan tanaman gagal, selanjutnya dilakukan pengguntingan
tanaman gagal sampai pada pangkal batang dimana tanaman tidak dapat tumbuh
lagi. Pot yang masih bagus dicuci sehingga dapat digunakan kembali untuk
penanaman atau repotting selanjutnya, sedangkan moss dan tanaman langsung
dibuang dan dimusnahkan.

Sanitasi Tanaman
Sanitasi tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman agar tanaman
bersih sehingga terhindar dari penyakit, tanaman dapat tumbuh dan berproduksi
optimal. Kegiatan sanitasi tanaman pada anggrek Phalaenopsis yang ada di kebun
Cikampek meliputi pembersihan daun kuning dan pembuangan tunas bunga
(spike).
Kegiatan pembuangan daun kuning dilakukan setiap hari oleh operator.
Daun kuning dapat disebabkan oleh daun tua, tanaman kekurangan air, dan daun
sakit. Daun kuning karena kekurangan air umumnya daun layu dan kering
sedangkan daun yang sakit terdapat gejala busuk basah pada daunnya.
Tabel 6. Identifikasi Penyakit dan Kelainan Pertumbuhan Pada Tanaman
Sebab Gejala Tindakan
Virus Daun akan timbul bintik-bintik kuning Apabila penyebaran pada
Belum diketahui jenis virus yang menyerang daun muda, tanaman
tanaman dimushnahkan
Penyebaran virus diduga berasal dari Sterilisasi gunting setelah 5
pemakaian gunting stek pada saat repotting tanaman
yang melebihi 5 tanaman (gunting tidak
disterilisasi setelah pengguntingan 5 tanaman)
Bakteri Tanaman busuk basah di titik tumbuh tamanan, Daun busuk terdapat di
batang, dan daun bagian bawah daun, daun
Apabila dicium baunya tidak sedap akan dugunting
Daun busuk pada daun
pertama, tanaman
dimusnahkan
Jamur atau Pada media tanam terdapat jamur putih dan Tanaman dilakukan
Cendawan jamur telur karena media tanam (moss) yang pemberian pestisida
terlalu basah dan lingkungan yang lembab. Hal Tanaman dimusnahkan jika
ini dapat mengakibatkan busuk akar (fusarium) serangan jamur di pangkal
Timbul embun jelaga atau bercak/noda hitam batang dan bila maksimal
pada daun tersisa dua daun tua yang
Membuat tampilan tanaman menjadi tidak tidak terserang
indah Membersihkan atau mengelap
daun/tanaman dengan kain
Mutan Daun, pertumbuhan daun baru menyerupai Tanaman pot 1,5 dan 2,5:
terompet, pecut, tanaman bercabang dan pemusnahan tanaman;
pertumbuhan daun yang tidak seimbang tanaman pot 3,5untuk bunga
Batang, ukuran batang yang tinggi potong (cut flower) dan
Karena udara panas daun menjadi keriting dan mother plant
kelainan pertumbuhan tanaman juga dapat Membuka paranet sehingga
terjadi dikarenakan tanaman kekurangan sinar tanaman terkena sinar
matahari matahari
Stagnan Tanaman yang mengalami keterlambatan Tanaman diletakkan di rak
pertumbuhan atau tanaman kerdil pinggir GH dan diperlakukan
sama dengan tanaman normal
dan sehat. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar tanaman
stagnan kemungkinan masih
dapat tumbuh dan
berkembang sehingga dapat
ditukar dengan tanaman yang
akan dimusnahkan (dapat
mengurangi tanaman yang
akan dimusnahkan). Apabila
tanaman tidak berkembang
maka tanaman dimusnahkan.
Sumber : PT. Ekakarya Graha Flora, 2009

Daun kuning dan daun sakit yang terdapat pada setiap tanaman yang
berada pada pot baik daun tersebut masih melekat pada tanaman atau telah
terlepas dari batang tanaman harus dibuang. Pembersihan daun kuning pada
tanaman dilakukan harus pada daun yang sebagain besar warna daunnya telah
menguning. Pengambilan daun yang tidak kuning seluruhnya dapat memicu
timbulnya penyakit. Setiap pembuangan daun kuning dikumpulkan dalam ember
yang kemudian disatukan dalam tong untuk dilakukan pemusnahan secara massal
bersama dengan tanaman gagal (reject).
Pembuangan tunas bunga (spike) pada tanaman anggrek Phalaenopsis
dilakukan karena proses pembungaan tanaman tidak dilakukan di kebun
Cikampek. Hal ini karena kondisi alam dan iklim di kebun Cikampek yang kurang
mendukung proses pembungaan. Oleh karena itu proses pembungaan lanjutan
dilakukan di kebun Cipamingkis, Sukabumi, yang memiliki suhu yang sesuai
sehingga produksi pembungaan tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Tujuan
dari pembuangan tunas bunga (spike) ini adalah agar tanaman dapat tumbuh
optimal dan fotosintat tanaman tersebut tidak terserap oleh tunas-tunas yang akan
tumbuh bunga. Pembuangan tunas bunga (spike) dilakukan dengan mematahkan
ujung-ujung tunas bunga jika tunas bunga masih muda atau menggunakan gunting
stek yang telah dicelupkan larutan Na3(PO4) untuk tunas bunga yang sudah tua
atau tunas bunga yang keras. Kegiatan ini dilakukan setiap hari sambil melakukan
pembuangan daun kuning.

Bed Transfer
Bed transfer adalah kegiatan mengosongkan bed dengan memindahkan
tanaman yang terdapat dalam bed ke bed yang lain. Kegiatan pemindahan dapat
dilakukan dalam satu GH maupun pada GH yang berbeda. Kegiatan bed tranfer
ini bertujuan untuk mengosongkan bed yang nantinya bed tersebut digunakan
untuk meletakkan tanaman yang baru ditanam. Perpindahan tanaman harus harus
sesuai dengan kode dan jumlah tanaman sebelumnya kemudian membuat laporan
dan diserahkan kepada operator stok untuk dihitung dan diperiksa kembali.
Penempatan tanaman yang telah ditransfer sesuai dengan penempatan pada saat
grading, apabila kode tanaman sama dalam satu bednya, yaitu dimulai grade A,
B, K dan C. Standardisasi kondisi tanaman anggrek Phalaenopsis sesuai grade
dapat dilihat pada Lampiran 10.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Kehadiran organisme pengganggu tanaman pada tanaman dapat
menghambat pertumbuhan tanaman, menurunkan kualitas dan produktivitas
tanaman sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Oleh karena itu, usaha pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)
sangat penting dilakukan pada kegiatan pemeliharaan tanaman. Jenis organisme
pengganggu tanaman yang biasa menyerang yaitu hama, penyakit, dan gulma.
Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu penyebab utama
kegagalan dalam pemeliharaan anggrek Phalaenopsis. Apabila tidak dilakukan
pengendalian terhadap hama dan penyakit maka akan terjadi kerusakan pada akar,
batang, daun dan bunga. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang
dilakukan secara kimia yaitu pemberian pestisida yang dilakukan setiap dua
minggu sekali atau tergantung dari kondisi tanaman. Pada GH 1 sampai 16
penyemprotan dilakukan 3 minggu sekali sedangkan GH 17 dan 18 penyemprotan
dilakukan 2 minggu sekali. Kegiatan penyemprotan dilakukan sore hari yaitu
dimulai dari pukul 14.30 sampai pukul 18.00 mulai dari mempersiapkan alat dan
bahan hingga ke penyemprotan pestisida. Sprayer untuk penyemprotan pestisida
dan kegiatan penyemprotan pestisida pada tanaman 2.5 ditunjukkan pada
Gambar 9.

Gambar 9. Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida (Kiri) dan Kegiatan


Penyemprotan Pestisida pada Tanaman 2.5 (Kanan)

Sebelum dilakukan penyemprotan, paranet atas dan paranet bawah pada


GH yang akan disemprot ditutup. Posisi paranet tetap tertutup selama kurang lebih
1x24 jam setelah penyemprotan dan apabila hujan, maka kedua paranet tersebut
dibuka. Hal ini dilakukan agar kondisi GH tidak dalam suhu yang panas sehingga
tidak terjadi kerusakan pada tanaman (luka bakar karena penyemprotan pestisida)
ditambah suhu yang panas di GH. Selain itu, untuk menurunkan suhu pada
tanaman dilakukan penyemprotan dengan air bersih sebelum dilakukan
penyemprotan pestisida pada tanaman. Penyemprotan air bersih dan pestisida
dilakukan dengan sprayer dengan tekanan semprot mesin power sprayer maksimal
3 bar atau 40 kg/cm3. Penyemprotan air sebelum penyemprotan yang tidak merata
dapat menyebabkan luka bakar pada daun. Selama penyemprotan pestida, mesin
pengaduk (pompa sumersib) dinyalakan terus menerus agar kelarutan pestisida
tetap terjaga. Jarak antara stik semprot dengan tanaman minimal 20 cm di atas
tanaman. Jenis pestisida yang digunakan telah dijadwalkan sesuai dengan kondisi
iklim dan keadaan tanaman. Biasanya pada musim hujan digunakan fungisida dan
bakterisida sedangkan pada musim kemarau digunakan insektisida. Adapun jenis
pestisida dan dosis yang digunakan di PT EGF dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Aplikasi Jenis dan Konsentrasi Pestisida pada Tanaman

Keterangan Nama Pestisida Bahan Aktif % Konsentrasi Satuan


Serangga Supracide 25 WP Matidation 25 1.4 g
Orthene 75 WP Achepate 75 0.67 g
Bakterisida Starner 20 WP Oxilinix Acid 20 1 g
Bakterisida Bisudaisen Polycarbamate 75 1 g
dan Nareto Copper 40 1 g
Fungisida Quinolinate
Z Bordo Copper Sulfate 32
Calsium Oxide 6 1 g
Copper Calsium 15
Fungisida Dithane M-45 Mankozeb 80 1 g
Rizolex 50 WP Toclofos-Methyl 50 1 g
Benlate Benomyl 50 1 g
Ridomil Metalaxy 35 1 g
Fungisida Starmyl Metalaxy 25 1 g
Polizeb Mankozeb 80 1 g
Perlakuan Benlate Benomyl 50 1 g
Khusus Rizolex 50 WP Toclofos-Methyl 50 1 g
Benomyl Benomyl 50 1 g
NaClO 1.125 ml
Tachigaren Metalaxy 2.5 1 ml
Kutu Agrimec Abemektin 1.84 0.25 ml
Merah Talstar Bifentrin 2.5 0.5 ml
Pentax Dienoclor 50 1 g
Perekat Rino 0.1 ml
Mama Lemon 1 Tetes/200 l
Sumber : PT. Ekakarya Graha Flora, 2009
Adapun hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman anggrek
Phalaenopsis adalah sebagai berikut :
a. Kutu Merah
Kutu merah ini sering timbul di bagian daun pada musim panas dan pada
musim hujan kutu merah ini berada dalam media tanam (moss). Kutu merah
biasanya menyerang bagian bawah daun. Tanda-tanda tanaman yang terserang
kutu merah ini yaitu terdapat tanda bintik-bintik merah pada bagian bawah daun.
Frekuensi pemberian obat dilakukan lebih intensif apabila terdapat kutu merah
pada tanaman. Cara penyemprotan dilakukan pada bagian atas dan bagian bawah
tanaman termasuk media tanam (moss).
b. Jamur atau Cendawan
Jamur atau cendawan umumnya menyerang pada bagian akar tanaman dan
media tanam. Jamur atau cendawan biasanya timbul pada musim hujan atau
kondisi lingkungan yang lembab. Apabila tanaman terkena jamur, maka tanaman
tersebut dipisahkan dan diberi tanda untuk diberi perlakuan tanaman secara
kuratif. Kegiatan perlakuan pada tanaman yang terserang jamur atau cendawan
yaitu dilakukan penyemprotan fungisida sampai media tanam basah seluruhnya
oleh larutan fungisida. Perlakuan pemberian fungisida juga juga dapat dilakukan
dengan mencekupkan tanaman yang terserang jamur ke dalam larutan fungisida
(fungisida yang digunakan Benlate atau Rizolex) selama satu menit. Pada saat
pencelupan, bagian daun tidak ikut direndam, jadi yang direndam hanya moss.
Setelah itu, tanaman diletakan kembali ke lokasi asalnya dan diberi label
perlakuan yang berisi informasi tentang tanggal aplikasi dan jenis pestisida yang
digunakan serta tindakan kuratif yang digunakan. Label di letakkan di depan kode
tanaman.
Jamur yang biasa menyerang anggrek Phalaenopsis adalah jamur putih dan
jamur telur. Jamur putih dapat ditanggulangi dengan pemberian fungisida
sedangkan jamur telur sampai saat ini belum dapat dikendalikan pemberian
fungisida. Jamur telur yang menyerang tanaman dapat dikendalikan dengan cara
mengganti media tanam.
c. Virus dan Bakteri
Virus dan bakteri timbul karena adanya perubahan atau pergantian musim.
Sampai saat ini belum ditemukan cara untuk menyembuhkan tanaman yang
terkena virus. Satu-satunya cara yang dilakukan untuk mengatasinya adalah
dengan memusnahkan tanaman yang sakit atau menjauhkannya dari tanaman-
tanaman yang masih sehat. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara
penyemprotan insektisida secara rutin sesuai dengan kebutuhan atau mensterilisasi
alat-alat budidaya sebelum digunakan dengan menggunkan larutan Trinatrium
Phospat.
Gulma terkadang tumbuh di media tanam (moss). Usaha pengendalian
gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma sehingga tidak
mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama
dengan sortasi dan sanitasi tanaman. Selain itu, pembersihan gulma dan
pemotongan rumput di sekitar GH juga sering dilakukan untuk menjaga
kebersihan.
Kegiatan penyemprotan pestisida dilakukan oleh operator pemeliharaan
tanaman. Pada kegiatan penyemprotan pestisida menggunakan tenaga kerja laki-
laki yang dibentuk dalam beberapa tim. Penyemprotan untuk satu GH
memerlukan satu hingga dua tim penyemprot dimana dalam satu tim terdiri dari
dua orang tenaga kerja.

Pengkelasan (Grading) Tanaman


Pengkelasan (grading) tanaman merupakan kegiatan memisahkan tanaman
berdasarkan kelas tertentu dan sesuai dengan jenis dan varietasnya. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan dalam melihat kuantitas atau jumlah ketersediaan
tanaman dengan kualitas atau kelas (grade) tertentu pada setiap varietas. Grade
tanaman tersebut didasarkan pada ukuran tanaman yaitu dengan cara mengukur
lebar daun (leaf span) menggunakan penggaris atau jari dan melihat kondisi
perakaran. Grading tanaman dilakukan mulai sejak aklimatisasi bibit (outflask),
pot 1.5, pot 2.5, pot 3.0, dan pot 3.5. Standardisasi kondisi tanaman anggrek
Phalaenopsis sesuai grade dapat dilihat pada Lampiran 10. Terdapat dua kegiatan
grading tanaman yaitu grading bulanan dan grading ulang. Adapun bagan alir
kegiatan grading tanaman di kebun Cikampek ditunjukkan pada Gambar 10.

Grading bibit outflask

Grading bulanan tanaman 1.5

Grading ulang : grading untuk repotting


tanaman pot 1.5 ke pot 2.5

Grading bulanan tanaman 2.5

Grading ulang tanaman 2.5

Grading lokal Grading untuk repotting Grading ekspor


tanaman pot 2.5 ke pot 3.5

Penjualan lokal Penjualan ekspor


atau pengiriman ke Grading bulanan tanaman 3.5
Cipamingkis
Grading ulang tanaman 1.5

Grading lokal Grading ekspor

Pengiriman ke Penjualan ekspor


Cipamingkis

Gambar 10. Bagan Alir Kegiatan Grading Tanaman di Kebun Cikampek

1. Grading Bulanan
Grading bulanan adalah grading yang dilakukan pertama kali sejak
tanaman ditanam atau dipindah tanam. Grading yang dilakukan sudah
berdasarkan grade atau ukuran dari tanaman. Grading bulanan dilakukan
berdasarkan bulan setelah tanam. Grading tanaman minimal empat bulan setelah
tanam.
2. Grading Ulang
Grading ulang merupakan mengulang grading setelah dilakukan grading
bulanan. Grading ulang ini dilakukan beberapa bulan, kurang lebih dua bulan,
setelah grading bulanan. Grading ulang dilakukan atas beberapa tujuan yaitu:
Grading untuk repotting, merupakan grading yang dilakukan untuk
tanaman yang akan dipindah tanam. Pada grading untuk repotting
tanaman, proses grading tetap dengan acuan grade yang telah dilakukan
pada saat grading bulanan dan hanya dilakukan pemisahan tanaman antara
tanaman yang bagus (tanaman yang layak ditanam kembali) dan yang
tidak bagus (tanaman gagal).
Grading lokal, yaitu grading pada tanaman untuk tanaman yang akan
dijual lokal, baik dijual langsung maupun tanaman yang dikirim ke
Cipamingkis untuk proses pembungaan terlebih dahulu. Grading lokal
biasanya dilakukan pada tanaman ukuran pot 2.5 sampai dengan 3.5
sesuai dengan permintaan pembeli.
Grading ekspor, merupakan grading pada tanaman yang akan diekspor.
Tanaman yang akan diekspor ini biasanya merupakan tanaman yang
berasal dari bibit impor. Grading ekspor dilakukan 1 bulan sebelum
ekspor tanaman. Grading ekspor biasanya dilakukan pada tanaman ukuran
pot 2.5 sampai dengan pot 3.5 atau terkadang pada tanaman ukuran pot
1.5, sesuai dengan permintaan pembeli.

Grading Bibit Outflask


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada kegiatan aklimatisasi
(outflask), setelah bibit tanaman dikeluarkan dari botol dan sebelum tanaman
ditanam dalam pot 1.5, maka bibit tanaman tersebut harus dilakukan grading
awal yaitu memisahkan bibit berdasarkan ukuran dan keadaan tanaman. Ukuran
grading awal tanaman pada bibit outflask yaitu kecil, sedang, dan besar. Akan
tetapi, peletakan tanaman di lapang tidak ditandai berdasarkan grade. Peletakan
tanaman di lapang disusun mulai dari bibit yang berukuran besar sampai bibit
yang berukuran kecil atau sebaliknya. Kegiatan grading dilakukan oleh operator
penanaman bukan dengan operator grading tanaman.
Grading Tanaman 1.5
Kegiatan grading tanaman 1.5 meliputi grading bulanan dan grading
ulang. Grading bulanan yang dilakukan pada tanaman 1.5 adalah memisahkan
tanaman sesuai dengan grade yang telah ditetapkan. Terdapat dua grade tanaman
pada tanaman 1.5 yaitu grade A (tanaman berukuran besar) dan grade K
(tanaman ukuran kecil).
Grading ulang dilakukan kurang lebih 2 sampai 4 bulan setelah
dilakukannya grading bulanan. Grading ulang pada tanaman 1.5 ditujukan untuk
repotting ke pot yang berukuran lebih besar yaitu ke pot 2.5. Peletakan tanaman
dalam bed dilakukan sesuai kode tanaman yang disusun berdasarkan grade
tanaman dimana tanaman dengan grade A diletakkan di depan setelah itu tanaman
grade K. Tanaman yang terkena penyakit, virus, stagnan, mutan ataupun baru
timbul gejala mutan dimasukkan ke dalam kriteria tanaman gagal (reject) yang
kemudian akan dimusnahkan.
Kegiatan grading tanaman 1.5 dilakukan oleh operator grading. Operator
grading tanaman 1.5 terdiri atas dua tim dan satu orang kepala regu. Pada
masing-masing tim terdapat dua orang operator. Masing-masing tim memiliki
tugas yang berbeda yaitu satu tim bertugas untuk grading bulanan dan tim yang
lainnya bertugas untuk grading ulang yang biasanya grading untuk repotting.
Sebenarnya tidak ada target atau sasaran berapa jumlah tanaman yang harus
dilakukan grading setiap harinya, tapi biasanya grading tanaman 1.5 dapat
mencapai setengah bed atau kurang lebih sekitar 5 000 tanaman/HK.

Grading Tanaman 2.5


Kegiatan grading tanaman 2.5 tidak jauh berbeda dengan grading
tanaman 1.5. Kegiatan grading pada tanaman 2.5 terdiri atas grading bulanan
yang dilakukan 4 bulan setelah repotting tanaman dan grading ulang yang
ditujukan untuk repotting, grading untuk ekspor dan grading lokal. Pada grading
bulanan dilakukan pemisahan tanaman sesuai dengan grade tanaman. Grade
tanaman yang terdapat pada tanaman 2.5 terdiri dari dua macam yaitu grade
tanaman peruntukan lokal yang terdiri atas grade A dan K sedangkan grade
tanaman peruntukan Jepang atau ekspor terdiri atas grade A, B, C, K dan jamur
bila ada. Grade tanaman untuk ekspor ini tidak tetap, grade tanaman dapat
disesuaikan dengan permintaan pembeli.
Grading ulang dilakukan kurang lebih 2 sampai 4 bulan setelah
dilakukannya grading bulanan. Grading ulang pada tanaman 2.5 ditujukan untuk
untuk repotting ke pot yang berukuran lebih besar yaitu ke pot 3.5, grading
untuk ekspor dan grading lokal. Grading lokal pada tanaman 2.5 hanya
dilakukan apabila ada permintaan dari pembeli atau dari kebun Cipamingkis.
Peletakan tanaman peruntukan lokal dan repotting dalam bed dilakukan sesuai
kode tanaman yang disusun berdasarkan grade tanaman dimana tanaman dengan
grade A diletakkan di depan kemudian tanaman grade K dan grade jamur
diletakkan di belakang. Sedangkan peletakan tanaman peruntukan ekspor dimulai
dari grade B, K, C, dan A. Grade A diletakan dipaling depan bed bertujuan untuk
memudahkan transfer tanaman ke GH persiapan ekspor (GH 2). Tanaman yang
terkena penyakit, virus, stagnan, mutan ataupun baru timbul gejala mutan
dimasukkan ke dalam kriteria tanaman gagal (reject) yang kemudian akan
dimusnahkan.
Pada saat dilakukan grading, apabila pada tanaman terdapat jamur putih
maka media tanam dibersihkan dahulu dari jamur. Jika serangan jamur pada
tanaman sudah parah, tanaman dipisahkan ke grade jamur seperti A jamur, B
jamur, atau K jamur. Tanaman yang terkena serangan jamur ini nantinya akan
diberi perlakuan kuratif oleh operator pemeliharaan tanaman. Kegiatan grading
tanaman untuk penjualan lokal pada tanaman 2.5 dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Kegiatan Grading Tanaman untuk Penjualan Lokal pada


Tanaman 2.5
Kegiatan grading tanaman 2,5 dilakukan oleh operator grading. Operator
grading tanaman 2,5 terdiri atas 2 tim dan satu orang kepala regu. Pada masing-
masing tim terdapat 2 orang operator. Masing-masing tim memiliki tugas yang
berbeda yaitu 1 tim bertugas untuk grading bulanan dan tim yang lainnya bertugas
untuk grading ulang baik grading ulang untuk repotting maupun untuk tanaman
yang akan diekspor atau dikirim ke Cipamingkis. Sebenarnya tidak ada target atau
sasaran berapa jumlah tanaman yang harus dilakukan grading setiap harinya, tapi
biasanya grading tanaman 2.5 dapat mencapai 1 sampai 1.5 bed atau kurang
lebih sekitar 3 807 sampai dengan 5 710 tanaman/tim.

Grading Tanaman 3.5


Kegiatan grading tanaman 3.5 tidak jauh berbeda dengan grading
tanaman 2.5. Kegiatan grading pada tanaman 3.5 terdiri atas grading bulanan
yang dilakukan empat bulan setelah repotting tanaman dan grading ulang yang
ditujukan untuk repotting, grading untuk ekspor dan grading lokal. Pada grading
bulanan dilakukan pemisahan tanaman sesuai dengan grade tanaman. Grade
tanaman yang terdapat pada tanaman 3.5 terdiri dari tiga macam yaitu grade A,
B dan K baik tanaman peruntukan lokal maupun ekspor. Pada grading tanaman
3.5 selain mengukur lebar daun (leaf span), keadaan perakaran tanaman harus
betul-betul diperhatikan.
Grading ulang dilakukan kurang lebih 2 sampai 4 bulan setelah
dilakukannya grading bulanan. Grading ulang pada tanaman 3.5 ditujukan untuk
grading ekspor dan grading lokal. Pada tanaman 3.5, peletakan tanaman dalam
bed benar-benar disusun sesuai grade walaupun tanaman berbeda kode. Pada saat
dilakukan grading, apabila pada tanaman terdapat jamur putih maka tanaman
dipisahkan menjadi grade jamur. Tanaman yang terkena serangan jamur ini
nantinya akan diberi perlakuan kuratif oleh operator pemeliharaan tanaman.
Kegiatan grading tanaman 3.5 dilakukan oleh operator grading. Operator
grading tanaman 3.5 terdiri atas tiga tim dan satu orang kepala regu. Pada
masing-masing tim terdapat dua orang operator. Masing-masing tim memiliki
tugas yang berbeda yaitu dua tim bertugas untuk grading tanaman ekspor
sedangkan satu tim bertugas untuk grading tanaman lokal. Tidak ada target atau
sasaran berapa jumlah tanaman yang harus dilakukan grading setiap harinya, tapi
biasanya grading tanaman 3.5 dapat mencapai 1 sampai 2 bed atau kurang lebih
sekitar 2 304 sampai dengan 4 608 tanaman/tim.

Stok Kontrol Tanaman


Stok kontrol tanaman merupakan bagian dari Planning Production
Inventory Control (PPIC). PPIC yang terdapat di PT EGF berfungsi sebagai
perencana produksi untuk masa yang akan datang, dan stok produk dan jumlah
tanaman yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan produksi dilakukan dari
kegiatan produksi baik yang dilakukan di laboratorium maupun di nursery (mulai
dari produksi bibit sendiri ataupun bibit impor sampai ke penjualan) dan kegiatan
penyediaan bahan baku. Kegiatan perencanaan produksi ini bekerjasama dengan
bagian pemasaran yang berada di Roxy, Jakarta, yang mengetahui kondisi luar
perusahaan dan peramalan permintaan konsumen di masa yang akan datang yaitu
pada bagian pemasaran. Sedangkan PPIC hanya mengetahui kondisi dan jumlah
stok tanaman yang berada di kebun. Kegiatan penghitungan stok tanaman yang
berada di kebun Cikampek dilakukan secara tertulis dan secara komputerisasi
dimulai dari segala transaksi produksi, baik yang ada di lapang maupun di
laboratorium. Transaksi tersebut diantaranya grading, planting (outflask),
repotting, pemusnahan tanaman, bed transfer, dan bukti pengeluaran tanaman
baik lokal maupun ekspor. Transaksi tersebut ditulis pada laporan-laporan harian
yang dibuat oleh kepala regu atau operator bersangkutan yang melakukan
kegiatan transaksi tanaman tersebut. Laporan transaksi tanaman harus diberikan
kepada operator stok lapangan yang berada di GH yang kemudian diserahkan
kepada operator stok kantor dimana data-data transaksi tersebut akan dimasukkan
ke dalam program komputer. Oleh karena itu, bagian PPIC dapat mengetahui
jumlah tanaman yang ada dari berbagai ukuran tanaman dan dalam berbagai grade
serta letak tanaman yang ada di lapang.
Selain itu, PPIC juga bertugas sebagai pemantau persediaan bahan baku.
Agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan produk yang
berkualitas maka memerlukan bahan-bahan baku. Baik buruknya kualitas produk
yang dihasilkan oleh perusahaan berpengaruh dari bahan baku yang digunakan
pada saat proses produksi. Bahan baku merupakan barang atau bahan berwujud
yang digunakan dalam proses produksi. Barang atau bahan baku tersebut dapat
diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari suplier atau perusahaan yang
menghasilkan bahan baku untuk perusahaan yang menggunakannya. Bahan baku
yang digunakan dalam menunjang proses produksi antara lain bibit (bibit dapat
diperoleh dengan memproduksi sendiri atau pemesanan bibit dari negara luar),
media tanam untuk kultur jaringan (seperti pisang ambon, air kelapa, kentang,
serta larutan stok lainnya), media tanam dalam pot (seperti moss, pakis, arang
bakau dan coco fiber), pot yang terdiri dari pot plastik bening dan pot tanah liat,
pupuk, pestisida, box karton serta talam.
Kegiatan pada stok tanaman secara umum hampir sama yaitu menghitung,
mencatat, melaporkan dan memeriksa tanaman yang ada di lapang. Setiap laporan
kegiatan transaksi tanaman yang telah berlangsung di lapang harus diserahkan
kepada operator stok tanaman kemudian operator stok memeriksa kembali
keadaan dan jumlah tanaman yang telah dilaporkan tesebut, dan apabila terjadi
ketidaksesuaian maka operator harus melaporkannya dalam form penyesuaian
stok.
Pada stok tanaman terdapat lima operator yang terdiri dari empat orang
terdapat di lapang dan satu orang operator bertugas menginput semua transaksi
yang dilaporkan oleh empat orang operator stok lainnya. Kemudian operator stok
tersebut membuat laporan per minggu dan laporan akhir bulan yang berisi
informasi secara rinci tentang jumlah tanaman yang diproduksi, peletakan
tanaman dalam GH dan bed, jumlah tanaman per kode serta jumlah tanaman per
grade yang tersedia dan juga jumlah tanaman yang dimusnahkan maupun jumlah
tanaman yang telah dikirim dan telah diekspor pada bulan tersebut. Informasi ini
dapat memudahkan jumlah ketersediaan tanaman yang ada serta dapat menyusun
perencanaan tanaman yang akan ditanam selanjutnya maupun perencanaan
tanaman siap jual. Perencanaan tanaman yang akan dijual tersebut dilihat
berdasarkan tanggal tanam. Setiap operator stok yang berada di lapang
bertanggungjawab atas 3 sampai 6 GH dan lima belas menit sebelum hari kerja
berakhir dilakukan evaluasi dan briefing bersama-sama dengan kepala bagian
PPIC.
Panen dan Pasca Panen
Anggrek Phalaenopsis dapat dipanen dalam bentuk bibit anggrek dalam
botol, tanaman dalam pot mulai dari ukuran 1.5, 2.5 sampai ukuran pot 3.5 dan
bunga potong. Anggrek Phalaenopsis yang dijual oleh PT EGF ini berupa
tanaman tanpa media (Bare Root), tanaman dengan pot (Potted Plant) dan bunga
potong (Cut Flower).
Pasca panen merupakan semua kegiatan yang dilakukan terhadap komoditi
setelah selesai panen yang bertujuan untuk menjaga kondisi produk agar produk
tetap dalam tampilan yang baik hingga ke tangan konsumen. Penanganan pasca
panen hanya dilakukan untuk tanaman peruntukan ekspor yaitu sebelum dilakukan
ekspor tanaman. Penanganan pasca panen yang dilakukan yaitu mulai dari
sterilisasi GH sampai pengemasan (packing). Pengemasan (packing) merupakan
salah satu proses untuk mencegah terjadinya penurunan mutu, karena
perlindungan atau pengawetan produk dapat dilakukan dengan mengemas produk
yang bersangkutan. Fungsi kemasan yang utama adalah sebagai wadah,
pelindung, sarana informasi dan promosi serta untuk memberikan kemudahan-
kemudahan baik bagi produsen maupun konsumen. Proses pengemasan (packing)
di kebun Cikampek ini ditujukan untuk dua pemasaran yaitu pengemasan untuk
pemasaran ekspor dan pengemasan untuk pemasaran lokal. Kegiatan pengemasan
dilakukan jika ada pesanan. Tanaman yang akan di ekspor dapat dalam bentuk
tanaman dalam pot (potted plant) dan tanaman tanpa media (bare root).

Tanaman Lokal
Tanaman yang akan dijual lokal dapat berupa tanaman berbunga dan
tanaman belum berbunga. Tanaman lokal yang dibungakan sebelum dipasarkan,
harus dikirim terlebih dahulu ke kebun Cipamingkis. Sedangkan pada tanaman
belum berbunga pada umumnya dilakukan sesuai dengan pesanan. Pengepakan
pada tanaman lokal dilakukan langsung di dalam GH.
a. Pengiriman Tanaman Lokal yang dikirim ke Kebun Cipamingkis
Pengiriman tanaman ke kebun Cipamingkis pada umumnya dilakukan
setiap hari, tetapi pengiriman ditentukan sesuai dengan ketersediaan tempat yang
ada di kebun Cipamingkis. Pengemasan tanaman lokal ini dilakukan dengan
menggunakan keranjang, satu minggu sebelum dilakukan pengemasan harus
disterilisasi dengan menggunakan NaClO dengan konsentrasi 4.5 ml/l. Kapasitas
keranjang untuk tanaman ukuran pot 2.5 berjumlah 54, tanaman ukuran pot 3.0
berjumlah 35 sedangkan tanaman ukuran pot 3.5 berjumlah 30. Tanaman disusun
dengan posisi berdiri dengan keranjang yang dimiringkan untuk memudahkan
dalam pengepakan tanaman. Setelah itu, operator packing menuliskan kode,
jumlah tanaman serta grade yang terdiri atas standar dan non standar. Tanaman
dengan grade standar meliputi tanaman dengan kualitas yang bagus. Tanaman
grade non standar meliputi tanaman dengan kualitas kurang baik seperti tanaman
mutan dan rusak mekanis. Pengemasan untuk tanaman lokal yang dikirim ke
kebun Cipamingkis dan pengemasan untuk penjualan lokal dapat dilihat pada
Gambar 12.
b. Pengiriman Tanaman Lokal (Sales Order)
Pengiriman tanaman lokal ini langsung ditujukan kepada pembeli yang
bersangkutan. Berbeda halnya dengan pengemasan tanaman yang dikirim ke
Cipamingkis, pengemasan tanaman lokal ini dilakukan dengan menggunakan box
atau kardus. Cara pengepakan sama dengan pengepakan ekspor yaitu tanaman
dibungkus dengan menggunakan kertas koran bersih dengan cara digulung dengan
posisi daun berhadapan, diutamakan seluruh bagian batang dan daun terbungkus.

Gambar 12. Pengemasan untuk Tanaman Lokal yang dikirim ke Kebun


Cipamingkis (Kiri) dan Pengemasan untuk Penjualan Lokal
(Kanan)

Pengemasan tanaman untuk penjualan lokal (sales order) menggunakan


kemasan berupa box karton bersih dan box tidak memiliki lubang. Pada dalam
kardus tidak digunakan lapisan koran. Terdapat dua jenis ukuran box karton yang
dipergunakan yaitu box besar dengan ukuran 72 cm x 52 cm x 42 cm dan box
sedang dengan ukuran 72 cm x 52 cm x 33 cm tetapi terkadang ukuran box
disesuaikan dengan jumlah tanaman.

Tanaman Ekspor
Kegiatan ekspor tanaman yang dilakukan terdiri dari tanaman dalam pot
(potted plant) dan tanaman tanpa media (bare root). Kegiatan ekspor tanaman
dalam pot (potted plant) dilakukan setiap dua kali dalam satu bulan. Ekspor
ditujukan ke negara Jepang yang terdiri dari beberapa pelanggan tetap diantaranya
Suzuka Youran, Kobayashi, Onodera, Komatsu, Morita Orchid, Kanda, G. H
Seinan, dan Hanasyokunin. Ekspor tanaman dalam pot ini berupa tanaman yang
masih terdapat dalam pot plastik bening beserta dengan media tanam (spaghnum
moss) dimana kondisi tanaman belum berbunga (unspike). Pada beberapa pembeli,
terdapat permintaan pelepasan pot. Umumnya tanaman yang akan diekspor ke
Jepang ini tanaman dengan pot berukuran 2.5, 3.0, dan 3.5.
Bare root merupakan salah satu bentuk ekspor yang dilakukan oleh
perusahaan dimana tanaman akan diekspor dalam bentuk tanpa media dan hanya
berupa tanaman saja. Permintaaan ekspor tanaman dengan cara seperti ini
biasanya dilakukan oleh konsumen non Jepang seperti Australia, Amerika,
Belanda dan lain-lain. Kegiatan ekspor bare root dilakukan tidak rutin seperti
ekspor ke Jepang. Ekspor bare root dilakukan ketika terdapat permintaan dari
pembeli.
Sebelum tanaman dikemas terdapat beberapa penangan pasca panen yang
harus dilakukan. Adapun tahapan dan perlakuan yang dilakukan dalam ekspor
tanaman, yaitu:

1. Sterilisasi GH, Bed atau Troli dan Ruang Packing


Sebelum tanaman yang akan diekspor dipindahkan ke GH untuk tempat
tanaman ekspor (GH 2), GH beserta bed atau troli yang berada dalam GH harus
disterilisasi terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mencegah tanaman
terkontaminasi. Kegiatan sterilisasi bed tanaman untuk ekspor kurang lebih sama
dengan kegiatan sterilisasi bed di kegiatan pemeliharaan. Kegiatan sterilisasi bed
dilakukan satu atau dua hari sebelum tanaman dipindahkan dan sterilisasi tersebut
menggunakan NaClO 5.25% dengan konsentrasi 22.86 ml/l.
Sedangkan ruang packing sebelum digunakan harus disterilisasi terlebih
dahulu menggunakan larutan Lannate dan NaClO. Sterilisasi ruangan dilakukan
1 hari sebelum ekspor dan sebelum dilakukan sterilisasi, ruangan harus bersih dari
kotoran dan debu. Kegiatan sterlisasi yan pertama kali dilakukan yaitu mengepel
ruangan dengan larutan NaClO dimana seluruh lantai terkena larutan NaClO
sampai basah. Kemudian setelah lantai kering dilakukan penyapuan ruangan dan
dilanjutkan dengan penyemprotan ruangan dengan larutan Lannate dengan
konsentrasi 0.9-1.1 g/l. Penyemprotan dilakukan sampai seluruh bagian dalam
ruang packing terbasahi larutan pestisida, kecuali bagian lantainya.

2. Pemindahan Tanaman Ekspor (Bed Transfer)


Tanaman yang akan diekspor (setelah dipilih oleh tim grading) dua
minggu sebelumnya dipindahkan ke bed GH tempat tanaman ekspor untuk
memudahkam pengecekkan kembali baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Selain itu, lokasi GH berdekatan dengan ruang packing sehingga memudahkan
dalam proses pengemasan yang akan dilakukan nantinya.

3. Sterilisasi Tanaman
Sama halnya dengan steriliasi bed atau troli, sebelum tanaman diekspor
juga dilakukan kegiatan sterilisasi tanaman. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
tanaman tidak terkontaminasi oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Waktu pelaksanaan sterilisasi tanaman ini adalah 7 sampai 8 hari sebelum
pengemasan tanaman dan apabila tidak memungkinkan, sterilisasi dilakukan
minimal 3 hari sebelum pengemasan. Standar kebutuhan larutan NaClO kurang
lebih untuk tanaman pot 1.5 adalah 3 bed/1 000 l, tanaman pot 2.5 dan 3.5
adalah 6 bed/1 000 l. Perlakuan NaClO dilakukan pagi hari dan paling lambat
selesai kurang lebih pukul 11.00 WIB. Apabila belum selesai sampai dengan
pukul 11.00, dilanjutkan pada hari kerja berikutnya. Hal ini disebabkan oleh
larutan NaClO yang mudah menguap apabila terkena panas.
4. Quality Control Tanaman Ekspor
Tanaman yang akan diekspor harus memiliki kualitas baik setidaknya
memenuhi standar internasional. Oleh karena itu, harus dilakukan kegiatan quality
control (QC) pada tanaman sebelum tanaman diekspor. Kegiatan QC umumnya
sama dengan kegiatan grading tanaman hanya saja proses kegiatan ini dilakukan
berulang kali yaitu QC 1 dilakukan satu minggu sebelum tanaman diekspor dan
sebelum proses pelayuan sedangkan QC 2 dilakukan sebelum aplikasi pestisida
yaitu satu hari sebelum pengemasan tanaman dan ketika tanaman akan dikemas.
Persentase tanaman yang tidak lolos QC tanaman ekspor periode Maret-Mei 2009
ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Persentase Tanaman yang Tidak Lolos QC Tanaman Ekspor


Periode Maret-Mei 2009

Periode Ekspor QC I QC II
..........(%).........
3 Maret 6.41 2.9
8 April 3.53 1.42
13 Mei 1.64 1.10
27 Mei 3.83 1.78
Jumlah 15.41 7.2
Rata-rata 3.85 1.8
Sumber : Hasil Pengamatan

Selain memilih tanaman yang sesuai dengan standar kualitas untuk


ekspor, kegiatan QC yang dilakukan adalah memotong tunas yang terdapat pada
tanaman dengan menggunakan gunting stek yang telah disterilisasi, membuang
daun kuning yang terdapat pada tanaman, memastikan tanaman bersih dari media
tanam dan membersihkan akar yang kering dan mati (bare root), menepuk bagian
bawah pot sebanyak 3 sampai 4 kali dengan tujuan untuk menghindari adanya
serangga pada tanaman (potted plant) serta mengecek kembali kondisi tanaman
mulai dari daun sampai dengan akar. Adapun standar tanaman kualitas ekspor
untuk tanaman potted plant dan bare root dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tanaman yang tidak lolos QC akan ditukar dengan kode dan jenis tanaman
yang sama yang ada di GH. Tanaman yang tidak lolos QC ini nantinya akan dijual
untuk pemasaran lokal. Kegiatan QC dilakukan oleh tiga tim yang masing-masing
tim terdiri dari dua sampai empat orang karyawan atau operator. Pada kegiatan
ini, standar kerja yang harus dicapai yaitu 96 tanaman/jam sedangkan karyawan
diperoleh 173 tanaman/jam. Pemeriksaan keadaan tanaman pada quality control
tanaman ekspor dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Pemeriksaan Keadaan Tanaman pada Kegiatan Quality


Control Tanaman Ekspor

5. Pelepasan Media Tanam


Tanaman yang akan diekspor dengan cara bare root, sebelum dilakukan
pelayuan dan pengemasan, akan dilakukan pelepasan media tanam. Pada ekspor
bare root ini, semua moss yang berada di sekitar perakaran harus terlepas dan
bersih seluruhnya. Sebelum dilakukan pelepasan media, tanaman disiram terlebih
dahulu agar media tanam basah sehingga memudahkan dalam proses pelepasan
media. Kegiatan pelepasan media tanam ini dilakukan 2 hingga 4 hari sebelum
pengemasan. Diusahakan dalam kegiatan pelepasan media ini tidak terjadi
kerusakan mekanis pada tanaman, kode tanaman dipastikan tidak terjadi
kesalahan atau tertukar, dan jumlah tanaman per kode dilebihkan maksimal 5%
dari jumlah yang akan diekspor (Packing List). Adapun kegiatan pelepasan media
tanam untuk ekspor bare root dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Pelepasan Media Tanam untuk Ekspor Bare Root


Media tanam yang telah dilepaskan diletakkan ke dalam keranjang dimana
media tanam ini dapat dipergunakan kembali. Sedangkan tanaman anggrek
Phalaenopsis yang telah dilepaskan media tanamnya diletakkan dan disusun di
atas troli untuk dilakukan proses pelayuan. Tanaman yang didahulukan dalam
proses pelepasan media tanam adalah anggrek Phalaenopsis dengan bunga
berwarna putih, setelah itu baru dilakukan pelepasan media pada anggrek
Phalaenopsis dengan bunga berwarna merah. Hal ini dilakukan sesuai dengan
proses pelayuan pada tanaman.
Pada kegiatan ekspor bare root dilakukan oleh 12 operator yang terdiri
dari 3 tim dengan standar kerja disesuaikan dengan jumlah tanaman yang akan
diekspor (jumlah karyawan sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan waktu dan
kondisi di lapang). Pada ekspor 8 500 tanaman, masing-masing operator harus
melepaskan media tanam sebanyak 100 tanaman/HK yang dilakukan oleh 20
operator. Sedangkan penulis memperoleh 98 tanaman/HK.

6. Pembersihan Daun
Perlakuan pada tanaman sebelum ekspor yaitu pembersihan daun dengan
menggunakan kain atau perca basah. Pembersihan daun ini bertujuan untuk
membersihkan daun dari embun jelaga atau bercak-bercak hitam pada daun yang
disebabkan oleh cendawan. Embun jelaga pada tanaman anggrek Phalaenopsis
dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Embun Jelaga pada Tanaman Anggrek Phalaenopsis

Pembersihan daun ini dilakukan dalam rangka mengurangi penggunaan


pestisida sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Persentase tanaman yang
berjelaga dan tidak berjelaga pada tanaman ukuran 2.5 dan tanaman 3.5 dari
total 30 tanaman yang diamati tercantum pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Persentase Tanaman yang Berjelaga dan Tidak Berjelaga pada


Tanaman Ukuran 2.5 dari Total 30 Tanaman yang Diamati

Kondisi Tanaman
Pertumbuhan Tanaman
Berjelaga TidakBerjelaga
.....(%)..
Rata-rata Jumlah Daun (helai) 5.75 5.4
Rata-rata Leaf Span (cm) 26.1 26.92
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) 4.4 4.61
Sumber : Hasil Pengamatan

Tabel 10. Persentase Tanaman yang Berjelaga dan Tidak Berjelaga pada
Tanaman Ukuran 3.5 dari Total 30 Tanaman yang Diamati

Kondisi Tanaman
Pertumbuhan Tanaman
Berjelaga Tidak Berjelaga
.....(%)..
Rata-rata Jumlah Daun (helai) 7.07 7.33
Rata-rata Leaf Span (cm) 40.49 40.11
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) 29.84 30.27
Sumber : Hasil Pengamatan

7. Pelayuan Tanaman
Sebelum proses pengemasan, tanaman yang akan diekspor tidak dilakukan
penyiraman terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam proses
pengemasan. Proses pelayuan membuat kondisi daun menjadi sedikit layu
sehingga daun tidak mudah patah, sobek, dan kerusakan. Pada ekspor bare root,
pelayuan dilakukan 2 sampai 4 hari disesuaikan dengan kondisi cuaca, jumlah
tanaman dan jenis tanaman. Biasanya anggrek Phalaenopsis dengan bunga warna
merah lebih mudah layu dibandingkan dengan anggrek Phalaenopsis dengan
bunga warna putih. Oleh karena perbedaan waktu proses pelayuan ini, biasanya
proses pelayuan didahulukan untuk tanaman anggrek Phalaenopsis berbunga putih
setelah itu baru dilakukan pelayuan tanaman anggrek dengan bunga warna merah.
Kegiatan pelayuan tanaman dilakukan sampai daun tanaman cukup lemas untuk
dikemas dan tidak sampai mengalami titik layu permanen atau daun layu tidak
sampai keriput. Selain itu, kegiatan pemupukan tanaman dihentikan 5 sampai 10
hari sebelum pengemasan.

8. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman


Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan
menyemprotkan pestisida pada tanaman. Pestisida diaplikasikan sebanyak dua kali
yaitu satu minggu sebelum proses pengemasan dengan menggunakan Rizolex 50
WP sebanyak 1 g/l dan Pentax 1 g/l dan satu hari sebelum pengemasan dengan
menggunakan Agrimec 0.25 ml/l. Aplikasi pestisida ini bertujuan agar tanaman
bebas dari hama kutu merah dan jamur atau cendawan yang masih menempel
pada tanaman. Apabila sebagian besar tanaman masih basah ketika akan
dilakukan pengemasan, maka tanaman dikeringkan dengan menggunakan blower.
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimia sebelum ekspor
tanaman ditunjukkan pada Gambar 16.
Kegiatan penyemprotan pestisida dilakukan oleh operator pemeliharaan
sebanyak dua orang secara bergantian. Kegiatan dilakukan sore hari mulai pukul
16.00 pada hari kerja dan pagi hari pukul 07.30 pada hari libur.

Gambar 16. Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara


Kimia Sebelum Ekspor Tanaman

9. Pengelapan Daun
Kegiatan pengelapan daun yang dilakukan hampir sama seperti
pembersihan daun, namun proses ini dilakukan untuk membersihkan daun dari
pestisida pada daun yang masih basah yang berasal dari penyemprotan pestisida
yang dilakukan sehari sebelumnya. Pengelapan daun dilakukan dengan
menggunakan tisu ketika tanaman akan dibungkus koran pada saat proses
pengemasan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tanaman tetap dalam kondisi
yang baik (tidak busuk) ketika masa penyimpanan atau selama proses distrtibusi
tanaman hingga ke konsumen.

10. Pengemasan (Packing) Tanaman


Pada ekspor tanaman anggrek Phalaenopsis, perusahaan menggunakan
kemasan berupa box karton bersih dan steril serta box tidak memiliki lubang
sehingga pada saat penyimpanan tanaman terbebas dari hama dan penyakit.
Terdapat dua jenis ukuran box yang dipergunakan yaitu box besar dengan ukuran
72 cm x 52 cm x 42 cm dan box sedang berukuran 72 cm x 52 cm x 33 cm.
Masing-masing box dapat memuat 100 tanaman untuk ekspor tanaman bare root,
serta 160 tanaman ukuran pot 2.5, 72 tanaman ukuran pot 3.0, dan 48 tanaman
ukuran pot 3.5. Pengepakan tanaman dilakukan satu hari sebelum ekspor.
Sebelum tanaman dikemas, tanaman harus diperiksa kesesuaian jenis dan
jumlah tanaman yang akan dikemas sesuai Packing List yang sudah ditetapkan.
Kemudian tanaman dipindahkan yang akan dikemas dari GH persiapan ekspor ke
teras ruang packing lalu ke ruang packing. Tanaman dipindah bersama trolinya
secara bertahap sesuai dengan pelaksanaan pengemasan. Sebelum dilakukan
pembungkusan, tanaman dilakukan pemeriksaan akhir yang meliputi seluruh
bagian tanaman dan bila ditemukan tanaman yang tidak layak ekspor, tanaman
dipisahkan ke troli tersendiri. Selama proses pengemasan berlangsung, pintu
ruang packing harus selalu tertutup dan suhu dijaga sekitar 18-22C. Kemudian
tanaman dibungkus dengan menggunakan kertas koran bersih dengan cara
digulung dengan posisi daun berhadapan, diutamakan seluruh bagian batang dan
daun terbungkus.
Tanaman yang telah terbungkus koran lalu disusun rapi per baris ke dalam
box karton dengan alas box serta sisinya telah dilapisi kertas koran untuk
menghindari tanaman bergesekan di dalam box pada saat distribusi dan
pengiriman tanaman. Apabila di negara tujuan ekspor sedang mengalami musim
dingin, maka bagian atas dan bawah kardus diberi layer. Pada penyusunan
tanaman, ujung daun tanaman tidak mengarah langsung ke dinding box karton.
Pembungkusan tanaman pada proses pengemasan dan pengemasan tanaman
ekspor dalam box ditunjukkan pada Gambar 17.

Gambar 17. Pembungkusan Tanaman pada Proses Packing (Kiri) dan


Packing Tanaman Ekspor dalam Box (Kanan)

Setelah box terisi penuh dilakukan peletakan tulisan kode dan jumlah
tanaman yang terdapat dalam box (per box disesuaikan dengan packing list) pada
kertas doorslag diatas tanaman. Kertas doorslag berfungsi sebagai pembatas
antara kode tanaman yang berbeda dalam satu box dan juga sebagai penutup
tanaman sebelum ditutup oleh karton box. Kemudian box karton ditutup hati-hati
agar tidak terjadi kerusakan tanaman. Box dan pinggirannya di tutup dengan
lakban. Box harus tertutup rapat dan terhindar dari kontaminasi udara luar pada
saat tanaman berada dalam box. Pada masing-masing box karton diberi alamat
pemesan tujuan ekspor.
Setelah itu, box dipindahkan ke ruang penyimpanan untuk diikat dengan
strapping ban dengan menggunakan mesin strapping. Tujuannya agar box dapat
terikat kuat. Box karton yang telah diikat dengan strapping ban lalu diberi segel
dari Departemen Kehutanan yang menandakan bahwa tanaman telah memenuhi
Undang-Undang yang berlaku sehingga dapat diekspor. Setelah itu box karton
disusun rapi dan berurutan sesuai nomor box yang sesuai dengan rencana muatan
box per kendaraan pengangkut. Jumlah maksimal tumpukan box karton ke arah
vertikal 5 buah. Terakhir pada box karton diberi cap tanda tanaman telah lolos uji
QC. Box karton yang berisi tanaman serta siap ekspor dapat dilihat pada
Gambar 18.
Gambar 18. Box Karton Berisi Tanaman yang Siap Ekspor

Pada kegiatan pengemasan tanaman terdapat tiga tim yang masing-masing


tim terdiri dari dua sampai empat orang operator. Selain itu, kegiatan penyiapan
box karton, menutup box karton hingga menyusun diruang penyimpanan
dilakukan oleh tiga operator laki-laki. Kegiatan pada tim ini yaitu melakukan
serangkaian kegiatan untuk tanaman yang akan diekspor mulai dari grading, QC,
pelepasan media dan pengemasan. Jumlah tanaman yang dikemas telah diatur dan
disesuaikan dengan jumlah tanaman yang ada di packing list. Pada kegiatan
pengemasan ekspor bare root tanggal 2 Maret 2009 dengan negara tujuan ekspor
Australia berjumlah 8 500 tanaman dan 500 tanaman sebagai cadangan. Standar
kerja pada packing 2 833 tanaman per tim atau 667 tanaman/HK.

Quality Control
Quality control (QC) merupakan salah satu dari bagian proses produksi
yang meliputi seluruh kegiatan baik pemasukan barang maupun pengeluaran
barang. Tujuan adanya QC adalah untuk meningkatkan dan menjaga kualitas
produk yang dihasilkan perusahaan dengan cara menilai masing-masing kegiatan
produksi baik dari divisi Phalaenopsis dan divisi Dendrobium. Kegiatan QC ini
dimulai dari kegiatan laboratorium hingga proses kegiatan produksi di GH dan
packing. Kegiatan dalam QC atau pengendalian mutu dilakukan dengan adanya
pengawasan. Pengawasan menekankan pada bagaimana membangun sistem
pengawasan dan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana yang
telah dibuat agar tetap berjalan pada alur yang telah ditetapkan. Pengawasan yang
dilakukan terus menerus tidak menjamin pelaksanaan rencana dapat berjalan
dengan baik. Pengawasan dilakukan agar semua rencana dapat berjalan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan dan semua petugas melakukan apa yang telah
ditugaskan sesuai dengan pekerjaan masing-masing.
Pada bagian QC, seorang kepala bagian QC langsung membawahi dua
orang staf QC, yang terdiri dari staf QC laboratorium dan staf QC GH. Untuk
menjadi staf QC yang terpenting adalah persiapan mental, fisik, pengetahuan dan
keterampilan mengenai kualitas produk. Kualitas produk harus diperiksa setiap
harinya.
Kegiatan QC laboratorium bertugas memeriksa kesesuaian laporan
kontaminasi yang telah dibuat oleh operator laboratorium, memeriksa kedatangan
bibit impor dan tanaman untuk bahan perbanyakan di laboratorium (buah dan
tanaman yang sudak memiki spike), melakukan grading bibit dalam botol yang
akan didistribusi ke lapang, pengambilan tangkai bunga untuk bahan tanam bibit
mericlone, dan memeriksa bahan baku dan peralatan untuk penanaman di
laboratorium. Kegiatan grading bibit dalam botol dilakukan satu minggu sebelum
bibit botol didistribusikan ke lapang.
Sedangkan kegiatan QC di lapang adalah hasil memeriksa hasil
aklimatisasi bibit dan repotting, melakukan QC pada tanaman yang akan dikirim
ke Cipamingkis, tanaman untuk penjualan lokal, dan tanaman ekspor. Selain itu,
kegiatan QC lapang memeriksa bahan baku untuk penanaman berupa pot plastik
bening, talam dan moss, pemeliharaan seperti pupuk dan pestisida, dan
pengemasan seperti box untuk ekspor, lakban, dan strapping ban. Kegiatan QC
juga dilakukan pada tanaman media pakis yang akan dikirim ke Cipamingkis
untuk proses pembungaan.
Pemeriksaan kualitas baik tanaman maupun bahan baku produksi
dilakukan sesuai dengan standar kualitas produk yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Apabila terdapat produk yang tidak sesuai dengan standar, maka staf
membuat Laporan Produk Tidak Sesuai (LPT) dan melaporkannya dalam laporan
bulanan Quality Control yang dilaporkan kepada kepala bagian Quality Control.
PELAKSANAAN TEKNIS MANAJERIAL

Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis pada saat melakukan kegiatan


magang di PT EGF meliputi pendamping kepala regu, pendamping koordinator,
dan pendamping kepala bagian.

Pendamping Kepala Regu


Kepala regu merupakan seseorang yang bertugas memimpin dan
mengarahkan kegiatan fungsi pelaksana atau operator bagiannya agar sesuai
dengan prosedur serta kebijakan yang telah ditetapkan. Pada PT EGF khususnya
di bagian produksi tanaman, terdapat 10 orang kepala regu diantaranya 1 orang
kepala regu outflask, 2 orang kepala regu repotting, 3 orang kepala regu
pemeliharaan tanaman dan 3 orang kepala regu grading tanaman yang diantaranya
terdiri dari kepala regu grading tanaman 1.5, kepala regu grading tanaman 2.5,
dan kepala regu grading tanaman 3.5.
Kegiatan yang dilakukan penulis ketika menjadi kepala regu pada
umumnya sama yaitu membantu koordinator dalam mengatur atau mengarahkan
dan melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan bagian dan tugasnya. Selain itu,
pada saat menjadi pendamping kepala regu penulis juga belajar membuat laporan-
laporan yang berkaitan dengan tugasnya diantaranya laporan harian penanaman
bibit, laporan harian repotting, laporan penggunaan bahan kimia, data grading
tanaman, dan laporan kegiatan kerja operator per hari yang kemudian diserahkan
kepada masing-masing koordinator setiap minggu. Laporan yang telah dibuat
kemudian diinput oleh kepala regu untuk pengambilan data oleh PPIC. Kepala
regu bertanggung jawab atas laporan yang telah dibuat, atas pelaksanaan kegiatan
yang telah dilakukan, dan bertanggung jawab atas hasil yang dilakukan oleh
bagiannya.
Pengawasan kerja operator dilakukan langsung oleh kepala regu. Setiap
kepala regu bertugas mengawasi 4 sampai 6 orang operator. Sebelum bekerja,
operator diberi pengarahan mengenai kode tanaman yang akan ditanam untuk
aklimatisasi (outflask) dan repotting, jumlah bed yang akan disiram oleh operator
serta kecukupan kebutuhan pupuk dan bahan kimia yang akan digunakan oleh
operator pemeliharaan tanaman. Pada grading tanaman, kepala regu lebih
mengarahkan pada kode tanaman yang akan dilakukan grading. Grading yang
dilakukan oleh operator seperti grading bulanan, grading untuk repotting dan
grading untuk ekspor. Pekerjaan yang ada dilapang lebih fleksibel tidak
sepenuhnya tetap dan pekerjaan disesuaikan dengan kondisi lapang dan keadaan
tanaman. Disamping itu, seorang kepala regu harus selalu berkoordinasi dengan
semua bagian dalam usaha meningkatkan keefektifan dalam bekerja dan
menghasilkan tanaman dengan kondisi yang baik dan optimum.

Pendamping Koordinator
Seorang koordinator berfungsi mengkoordinir, mengawasi serta
mengarahkan kegiatan fungsi kepala regu dan pelaksana atau operator bagiannya,
agar sesuai dengan prosedur serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Koordinator atau supervisor mempunyai wewenang untuk meminta
informasi dan kelengkapan data dari bagian lain yang berhubungan dengan
kegiatannya, menilai prestasi kerja dan mengusulkan untuk mengangkat atau
mempromosikan, memutasikan dan memutuskan hubungan kerja bawahannya.
Selain itu, koordinator berwewenang untuk menegur, memberi pengarahan
terhadap bawahan (kepala regu dan pelaksana atau operator) apabila bertindak
diluar prosedur yang telah ditetapkan, melarang setiap bagian lain yang tidak
berkepentingan melakukan tindakan atau aktivitas yang dapat mengganggu fungsi
bagiannya serta memberikan saran atau usulan perbaikan untuk kelancaran kerja,
baik lingkup produksi maupun perusahaan.
Disamping itu, koordinator harus bertanggung jawab atas kondisi
lingkungan tempat kerja bagiannya, atas arahan yang diberikan kepada bawahan,
atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan bagiannya, atas hasil yang dilakukan
oleh bagiannya dan bertanggung jawab atas laporan yang telah dibuat.
Pada bagian produksi tanaman terdiri atas empat orang koordinator yaitu,
koordinator outflask dan repotting, koordinator pemeliharaan tanaman,
koordinator grading tanaman, dan koordinator packing tanaman.
Koordinator Outflask dan Repotting
Kegiatan yang dilakukan koordinator outflask dan repotting setiap harinya
sama yaitu mengecek kehadiran kepala regu setiap pagi, memberi instruksi dan
pengarahan kepada kepala regu outflask dan repotting mengenai kode tanaman
yang akan dilakukan grading sesuai dengan instruksi kepala bagian atau instruksi
langsung dari manajer produksi. Selanjutnya kepala regu outflask berkoordinasi
dengan PJ laboratorium mengenai bibit dalam botol yang akan ditanam.
Koordinator outflask dan repotting akan berkoordinasi langsung dengan
koordinator pemeliharaan tanaman untuk mengetahui ketersediaan tempat untuk
tanaman yang telah ditanam dan dipindah tanam.
Selain itu, koordinator memeriksa kebutuhan media tanam (spaghnum
moss), pot plastik bening dan talam yang dibutuhkan operator setiap harinya dan
berkoordinasi langsung dengan pertugas ware house. Koordinator outflask dan
repotting harus memeriksa hasil penanaman yang dilakukan oleh operator sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh quality control. Hasil penanaman yang
diperiksa akan dicatat sebagai prestasi operator dan apabila terdapat penanaman
yang tidak sesuai dengan standar maka koordinator harus mengevaluasi dan
memberitahu kepada operator yang bersangkutan.
Setiap minggunya koordinator menerima laporan kegiatan dari masing-
masing kepala regu kemudian koordinator membuat laporan kegiatan operator
setiap bulan yang kemudian laporan tersebut diserahkan kepada administrasi
produksi untuk selanjutnya diserahkan pada kepala bagian produksi. Penulis
menjadi pendamping koordinator outflask dan repotting selama tujuh hari. Selama
menjadi pendamping koordinator, penulis mengawasi 4 orang kepala regu dan 16
orang operator.

Koordinator Pemeliharaan Tanaman


Setelah bibit dan tanaman ditanam oleh operator outflask dan repotting,
tanggung jawab selanjutnya diserahkan pada bagian pemeliharaan tanaman.
Seorang koordinator pemeliharaan tanaman harus menguasai permasalahan yang
ada dilapang dan mengetahui keadaan tanaman yang dipelihara. Aplikasi
pemeliharaan pada tanaman harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan agar
pertumbuhan tanaman optimal dan hasilnya dapat sesuai dengan target produksi.
Oleh karena itu, koordinator pemeliharaan tanaman harus selalu memeriksa
langsung keadaan tanaman setiap hari. Kegiatan pemeliharaan tanaman di PT
EGF meliputi kegiatan sterilisasi rak besi (bed) dan tanaman, penyiraman,
pemupukan, pemeriksaan bapiketeng, sortasi tanaman, sanitasi tanaman, bed
transfer dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Kegiatan
pemeliharaan oleh operator pemeliharaan dilakukan selama tujuh jam mulai pukul
07.30-16.00 WIB, dengan istirahat sebanyak dua kali yaitu pada pukul 09.30 dan
12.00-13.00 WIB. Sedangkan koordinator bertugas mengawasi pekerjaan operator
secara langsung dan pukul 16.00 WIB berada di kantor untuk membuat laporan
kegiatan. Pada kegiatan pemeliharaan tidak terdapat target kerja yang ditetapkan
oleh perusahaan. Kegiatan pemeliharaan lebih mengacu pada kondisi atau
keadaan tanaman.
Koordinator pemeliharaan harus memeriksa kehadiran operator,
memeriksa kondisi tanaman yang akan disiram, mengawasi kegiatan penyiraman
yang dilakukan oleh operator dan memeriksa hasil penyiraman tanaman. Selain
itu, koordinator pemeliharaan membagi tim kerja dalam kegiatan penyemprotan
pestisida yang dilakukan dua minggu satu kali dan mengawasi jalannya kegiatan
mulai dari persiapan sampai dengan selesai. Koordinasi dengan koordinator
lainnya harus berjalan dengan baik, seperti koordinasi dengan koordinator outflask
dan repotting dalam hal penyiapan tempat hasil penanaman, koordinator grading
dalam aplikasi pestisida tanaman yang setelah grading dan koordinator packing
dalam pengambilan tanaman yang telah dikemas dalam keranjang dari bed untuk
diletakan ke ruang packing.
Setiap minggu, koordinator menerima laporan kegiatan kerja dan laporan
penggunaan bahan kimia dari kepala regu yang setiap bulannya koordinator
membuat laporan bulanan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan operator untuk
diserahkan kepada administrasi produksi untuk selanjutnya diserahkan pada
kepala bagian produksi. Penulis menjadi pendamping koordinator pemeliharaan
tanaman selama tujuh hari dengan jumlah kerja yang diawasi 13 operator dan 3
kepala regu.
Koordinator Grading Tanaman
Koordinator grading tanaman bertugas untuk mengkoordinir, mengawasi
serta mengarahkan kegiatan fungsi kepala regu dan pelaksana atau operator
grading tanaman agar sesuai dengan standar dan prosedur serta kebijakan yang
telah ditetapkan perusahaan. Kegiatan grading tanaman dimulai dari pembibitan
hingga tanaman besar dan siap jual baik ekspor maupun lokal. Oleh karena itu,
kegiatan grading merupakan salah satu hal yang penting dalam budidaya tanaman
anggrek.
Kegiatan koordinator grading tanaman setiap pagi adalah mengarahkan
dan menginstruksikan mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu
kepada kepala regu. Kemudian kepala regu meneruskan instruksi yang diberikan
dari koordinator kepada operator grading tanaman. Selain memberi pengarahan
dalam grading tanaman, koordinator grading tanaman juga mempersiapkan dalam
kegiatan ekspor yaitu setelah dilakukan grading tanaman oleh tim grading
tanaman ekspor, dilakukan kegiatan bed transfer ke GH 2 (GH persiapan ekspor).
Koordinator membagi tim per kode tanaman dan peletakannya dalam GH untuk
ditransfer ke GH 2. Kemudian koordinator grading membuat label kode tanaman
yang akan ditransfer. Kegiatan bed transfer harus sesuai dengan packing list yang
telah dibuat oleh manager produksi dan diketahui oleh kepala bagian produksi.
Penulis menjadi koordinator grading tanaman selama satu minggu dengan
jumlah kepala regu yang diawasi 2 orang dan 16 operator. Selama menjadi
pendamping koordinator grading tanaman, penulis belajar membuat laporan
kegiatan grading per bulan yang setiap minggunya dilaporkan dari masing-masing
kepala regu. Laporan tersebut berisi uraian pekerjaan masing-masing tim grading
tanaman, waktu pelaksanaan, jumlah HOK dan volume hasil pencapaian. Laporan
ini diserahkan kepada administrasi produksi dengan sepengetahuan dari kepala
bagian produksi.
Selain itu, penulis juga belajar membuat pengajuan kode tanaman siap
ekspor yang akan dibuat packing list oleh manager produksi. Pengajuan kode
tanaman siap ekspor ini sesuai dengan grading tanaman yang jumlahnya telah
ditentukan oleh pembeli. Pengajuan ini kode tanaman ini dibuat oleh kepala regu
grading tanaman 2.5 dan 3.5 kemudian dianalisis dan diperiksa keadaan
tanaman oleh koordinator dan kepala bagian produksi. Selanjutnya pengajuan
daftar tanaman siap ekspor diserahkan kepada manager produksi setiap tanggal 20
setiap bulannya dan manager produksi akan membuat packing list tanaman ekspor
3 minggu sebelum tanaman di ekpor.

Koordinator Packing Tanaman


Kegiatan dan tugas dari koordinator packing tanaman pada umumnya
tidak jauh berbeda dengan koordinator lainnya yaitu mengkoordinir, mengawasi
serta mengarahkan kegiatan fungsi pelaksana atau operator packing tanaman.
Kegiatan pengemasan (packing) tanaman oleh operator langsung diawasi oleh
koordinator yang sekaligus merangkap sebagai kepala regu packing tanaman.
Kegiatan pengemasan (packing) tanaman yang ada di PT EGF ini terdiri atas dua
macam, yaitu pengemasan tanaman ekspor dan pengemasan tanaman lokal untuk
dikirim ke Cipamingkis ataupun penjualan lokal. Tanaman yang akan dikemas
berdasarkan dari lembar rencana penjualan dan pengiriman dari kepala bagian
produksi.
Kegiatan pengemasan tanaman dilakukan oleh tiga tim dan masing-
masing tim terdiri dari dua sampai tiga operator. Tiap operator memiliki target
pengemasan tanaman yang tidak tetap dan sesuai dengan target pengiriman
tanaman tiap minggunya. Target pengiriman tanaman berdasarkan jadwal dari
PPIC, pemasaran dan penjualan.
Koordinator packing tanaman harus selalu memeriksa ketersediaan bed
di GH transit untuk tanaman yang akan dikemas, khususnya pengemasan untuk
tanaman ekspor. Selain itu, koordinator dan operator packing turut dalam kegiatan
quality control tanaman pada kegiatan ekspor tanaman bersama-sama dengan staf
QC. Koordinator packing tanaman juga harus selalu berkoordinasi dengan
koordinator gudang dan logistik mengenai kebutuhan pengemasan dan melakukan
koordinasi dengan bagian servis dan kendaraan (umum) mengenai pengaturan
jadwal kendaraan untuk pengiriman dan atas persetujuan kepala bagian produksi
melakukan pengiriman tanaman. Pada saat melakukan muat tanaman yang akan
dikirim, koordinator bersama-sama dengan operator stok kontrol mengawasi dan
memeriksa kembali jumlah keranjang, jumlah tanaman dalam keranjang dan
kesesuain kode tanaman yang akan dikirim. Selain itu, koordinator juga
berkoordinasi dengan bagian administrasi produksi mengenai pendataan hasil
pengemasan dan stok tanaman yang siap dikemas.
Pembuatan laporan yang dikerjakan oleh koordinator packing tanaman
adalah Bukti Pengeluaran Tanaman (BPT) GH dan Bukti Pengeluaran Tanaman
untuk surat jalan, membuat laporan kegiatan pengemasan tanaman harian yang
kemudian membuat laporan rekapitulasi kegiatan pengemasan dan pengiriman
dimana laporan tersebut selanjutnya diserahkan kepada administrasi dan kepala
bagian bagian produksi.

Pendamping Kepala Bagian


Kepala bagian yang ada di PT EGF terdiri dari 15 orang dan 4 diantaranya
berhubungan langsung dengan proses produksi tanaman anggrek Phalaenopsis
yaitu, kepala bagian produksi, PPIC, quality control, dan laboratorium. Tugas dan
fungsi kepala bagian pada umumnya sama yaitu, membantu manager, memimpin,
mengkoordinir, mengawasi serta mengarahkan kegiatan dari koordinator, kepala
regu dan operator pada masing-masing bagiannya agar sesuai dengan prosedur
serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Seorang kepala bagian
bertanggung jawab atas arahan yang diberikan kepada bawahannya, kelancaran
kegiatan yang dilakukan bagiannya, bertanggungjawab atas hasil kegiatan yang
dilakukan bagiannya serta bertanggung jawab atas laporan yang dibuat dan
disampaikan kepada atasannya.
Kepala bagian harus dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat,
berhak menentukan prosedur yang tidak melanggar kebijakan yang telah
digariskan, mengawasi dan mengevaluasi hasil pekerjaan bawahan, dan
mengetahui segenap informasi dan komunikasi yang dilakukan antar bagian lain.
Oleh karena itu, rapat antar kepala bagian dan manajer selalu dilakukan agar
setiap kegiatan terkoordinir dengan baik. Kepala bagian juga setiap minggunya
harus memberikan laporan kepada general manager mengenai kendala yang
dihadapi dan alasan terhambatnya pekerjaan serta penyelesaian apa yang
dilakukan untuk mengatasinya sehingga diperoleh pencapaian kualitas hasil yang
baik.
Kepala Bagian Produksi
Kepala bagian produksi bertugas memimpin, mengkoordinir, mengawasi,
serta mengarahkan tugas fungsi para koordinator bagian produksi agar sesuai
dengan yang direncanakan. Sedangkan rencana dan jadwal produksi disusun oleh
bagian PPIC. Kepala bagian produksi harus mengetahui permasalahan yang
terjadi di lapang baik kondisi tanaman ataupun keadaan dari karyawan yang
dibawahinya sehingga dapat meningkatkan efesiensi kerja dan produktivitas serta
menciptakan iklim kerja yang kondusif. Disamping itu, kepala bagian produksi
tanaman juga harus memiliki dan menguasai kegiatan budidaya tanaman baik
secara teori maupun praktek sehingga dapat melakukan pembinaan sumber daya
manusia di bagian produksi. Oleh karena itu, kepala bagian selalu mengawasi dan
melakukan pengamatan kegiatan produksi secara langsung.
Kegiatan yang benar-benar dipantau oleh kepala bagian produksi yaitu
kegiatan outflask dan repotting serta kegiatan pengemasan tanaman. Hal ini
dikarenakan pada kegiatan tersebut menyangkut masuk dan keluarnya tanaman
dalam produksi dimana perencanaannya telah disusun dan sesuai dengan rencana
dari bagian PPIC. Kegiatan yang dilakukan penulis selain membantu mengelola
kebun pada saat menjadi pendamping kepala bagian produksi juga belajar
membuat laporan seluruh kegiatan operator bagian produksi tanaman yang
laporan mingguan atau bulanan diterima dari masing-masing koordinator setelah
dibuat oleh administrasi produksi. Laporan penilaian kinerja operator tersebut
dibuat per semester.
Selain itu, kepala bagian produksi tanaman bersama-sama dengan
koordinator grading tanaman memeriksa keadaan tanaman yang layak ekspor
kemudian kepala bagian membuat packing list khusus ekspor non Jepang atas
rekomendasi kode tanaman dari koordinator grading.

Kepala Bagian PPIC


Secara umum kepala bagian Planning Production Inventory Control
(PPIC) berfungsi untuk membantu manager produksi dalam menyusun rencana
produksi dan jadwal produksi agar sesuai dengan rencana penjualan yang telah
dibuat oleh bagian pemasaran dan penjualan. Setiap harinya kepala bagian PPIC
memeriksa hasil input data transaksi harian oleh kepala regu agar dapat diolah
oleh administrasi stok kontrol. Kemudian kepala bagian juga memeriksa status
atau beban kerja administrasi stok kontrol berdasarkan input data transaksi harian
tersebut. Transaksi harian yang diperiksa terdiri dari transaksi penerimaan bibit,
aklimatisasi bibit, repotting, bed transfer, reject atau pemusnahan tanaman, dan
grading.
Kegiatan utama yang paling penting sebagai kepala bagian PPIC yaitu
membuat laporan mingguan (kuartal) rencana produksi dan realisasinya serta
membuat rencana distribusi bibit tiap minggunya. Setelah pembuatan rencana
distribusi bibit, keadaan tanaman atau bibit yang akan didistribusikan diperiksa
bersama dengan staf dan kepala bagian QC. Apabila keadaan bibit belum
memenuhi kriteria walaupun umur tanaman sudah mencukupi maka
pendistribusian bibit dapat ditukar dengan bibit dalam umur yang sama yang telah
memenuhi kriteria bibit siap distribusi yaitu secara kualitas dan ukuran tanaman.
Jumlah bibit yang ditukar ini harus disesuaikan dengan rencana atau target
distribusi.
Kegiatan lain yang dikerjakan selama penulis menjadi kepala bagian PPIC
ialah melakukan penilaian prestasi kerja karyawan PPIC (operator stok kontrol
dan administrasi stok kontrol) berdasarkan akurasi data, akurasi pencatatan dan
kedisiplinan operator. Penulis menjadi pendamping kepala bagian PPIC selama
lima hari dan mengawasi empat operator dan seorang administrasi.

Kepala Bagian Laboratorium


Bagian laboratorium merupakan tempat memproduksi bibit tanaman
anggrek, baik seedling maupun mericlone. Seorang kepala bagian laboratorium
harus ahli dan memiliki pengetahuan mengenai kultur jaringan. Selama kegiatan
magang sebagai pendamping kepala bagian laboratorium berlangsung, penulis
hanya diperbolehkan mengamati kegiatan yang berlangsung di dalam
laboratorium dan mempelajari laporan yang dibuat oleh kepala bagian
laboratorium. Laporan yang dibuat oleh kepala bagian laboraorium diantaranya
laporan distribusi tanaman tiap bulannya, laporan penggunaan media dan laporan
kontaminasi, laporan stok dan rencana pindah tanam serta laporan bulanan
pencapaian sasaran mutu yang terdiri dari laporan produktivitas penanaman S01
sampai S2 (bibit/HOK) dan laporan kontaminasi akibat kesalahan kerja
(maksimum 1%).
Kepala bagian laboratorium juga harus selalu memeriksa tanaman dalam
botol yang akan ditanam (S02-S1) yang dilihat dari kondisi tanaman setiap
harinya. Selain itu, kepala bagian laboratorium berperan langsung dalam
penanaman bibit tertentu dengan tingkat kesulitan relatif tinggi. Penulis menjadi
pendamping kepala bagian laboratorium selama satu hari dan mengawasi dua
orang koordinator yaitu koordinator penanaman dalam laboratorium dan
koordinator pembuatan media tanam.

Kepala Bagian Quality Control


Kepala bagian quality contol berfungsi untuk memimpin, mengkoordinir,
mengawasi dan mengrahkan kegiatan fungsi staf quality control, agar sesuai
dengan kebijakan dan sistem prosedur yang ditetapkan. Kepala bagian quality
control bersama dengan staf QC membuat standar atau pedoman quality control
(pengawasan mutu) atas hasil produksi sehingga setiap proses pengawasan dan
pemeriksaan mutu produk mengacu pada pedoman tersebut. Seorang kepala
bagian QC harus selalu melakukan pengamatan langsung proses QC dari mulai
pembudidayaan sampai dengan pengiriman.
Selain itu, kepala bagian QC juga harus selalu berkoordinasi dengan pihak
lain yang berhubungan dengan kegiatan QC guna pencapaian kualitas hasil yang
diperoleh. Kegiatan yang dikerjakan selama penulis menjadi pendamping kepala
bagian QC ialah belajar membuat laporan hasil kegiatan QC bulanan dan
memeriksa serta mengecek laporan yang dibuat oleh staf QC. Penulis menjadi
pendamping kepala bagian QC selama lima hari dan mengawasi dua orang staf
QC yaitu staf QC laboratorium dan staf QC Green House.
PEMBAHASAN

Budidaya Tanaman Peruntukan Ekspor


Kondisi tanaman peruntukan ekspor sangat dipengaruhi oleh proses
budidaya tanaman. Agar mendapatkan tanaman dengan kualitas yang baik, maka
perlu dilakukan teknologi budidaya tanaman yang baik. Terdapat beberapa
perbedaan dalam budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis peruntukan ekspor dan
lokal. Perbedaan ini terlihat mulai dari aklimatisasi hingga pengemasan atau
packing tanaman.
Pada proses aklimatisasi (outflask) perbedaan antara tanaman peruntukan
lokal dan ekspor terlihat dari asal bibit dan media tanam yang digunakan. Media
merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anggrek. Menurut Solvia dan Sutater (1997) media tumbuh
bagi pertumbuhan tanaman anggrek dapat berfungsi sebagai tempat tegaknya akar
dan batang serta menyimpan air dan unsur hara. Media tanam anggrek
Phalaenopsis yang digunakan di PT EGF adalah spaghnum moss atau moss. Selain
mengandung 2-3% unsur N, media moss juga memiliki aerasi dan drainase yang
baik (Yanti, 2007). Moss yang digunakan pada tanaman peruntukan lokal adalah
spaghnum moss China sedangkan tanaman peruntukan ekspor menggunakan
spaghnum moss Chili dari Taiwan. Berdasarkan kualitas moss Chili berwarna
coklat cerah dengan tekstur yang lembut. Sedangkan moss China berwarna coklat
gelap dan memiliki tekstur yang agak kasar. Tekstur pada media tanam akan
berpengaruh pada drainase dan pertumbuhan akar. Pada moss Chili drainase lebih
baik dibandingkan dengan moss China, kemungkinan serangan cendawan rendah
sehingga pertumbuhan akar baik dan jumlahnya pun banyak.
Pada tanaman peruntukan lokal biasanya menggunakan asal bibit seedling
(perbanyakan secara generatif) sedangkan pada tanaman peruntukan ekspor
menggunakan bibit yang berasal dari mericlone (perbanyakan secara vegetatif).
Penggunaan bibit asal mericlone untuk ekspor dikarenakan sifat yang sama
dengan induknya dan pertumbuhannya yang seragam khususnya pertumbuhan
bunga.
Menurut Thursina (2005), perkembangan perbanyakan anggrek di Eropa
ditandai dengan adanya keberhasilan memproduksi klon-klon anggrek secara
komersial atau yang disebut sebagai mericlone yang dihasilkan melalui kultur
jaringan dan memiliki sifat-sifat yang sama dengan induknya. Berbeda halnya
dengan bibit asal seedling yang diperoleh dari hasil persilangan. Walaupun
perbanyakannya lebih mudah dibandingkan dengan bibit asal mericlone, namun
hasil tanaman yang didapat tidak selalu sama dengan induknya dan pertumbuhan
bunganya tidak diketahui sebelum tanaman tersebut dibungakan. Hal ini sangat
merugikan konsumen tujuan ekspor khususnya ekspor tanaman dalam bentuk
unspike atau tidak berbunga.
Pada pemeliharaan tanaman peruntukan lokal dan ekspor tidak terdapat
perbedaan perlakuan. Pemberian unsur hara lain selain NPK pada saat pemupukan
juga dilakukan oleh PT EGF. Unsur hara yang ditambahkan, yaitu Ca(NO3)2
0,29 g/l, MgSO4 0,29 g/l, NiSO4 0,01 g/l, dan Boron dalam Bori Acid (Biotri)
0,1 mg/l. Unsur hara Ca mempunyai peran utama dalam membentuk ketahanan
terhadap hama dan penyakit disebabkan oleh peranannya sebagai pembentuk dan
memperkuat dinding sel (http://www.anggrekipteknet.com). Selain untuk
pertumbuhan tanaman, pemberian unsur hara ini dimaksudkan agar daun pada
tanaman tidak mudah menguning karena dalam ekspor tanaman tidak berbunga
maupun bibit kriteria tanaman yang paling diperhatikan selain perakaran adalah
kondisi daun. Lakitan (2007) menjelaskan bahwa magnesium dan seng merupakan
unsur penyusun dan pembentukan klorofil serta pencegahan kerusakan molekul
klorofil.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara kimia. Pada
pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman peruntukan
ekspor sama dengan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman peruntukan
lokal. Perbedaan terletak pada aplikasi pestisida pada tanaman yang akan dikirim.
Pada tanaman peruntukan lokal, pengiriman tanaman ke konsumen atau ke
Cipamingkis tidak dilakukan aplikasi pestisida sebelum pengiriman tanaman.
Sedangkan pada tanaman peruntukan ekspor, tanaman harus dilakukan aplikasi
pestisida tanaman sebanyak dua kali yaitu seminggu sebelum pengemasan dengan
menggunakan Rizolex 50 WP sebanyak 1 g/l dan Pentax 1 g/l dan satu hari
sebelum pengemasan dengan menggunakan Agrimec 0.25 ml/l. Kegunaan dari
ketiga jenis pestisida ini dapat dilihat pada Tabel 7. Pada aplikasi pestisida
tanaman ekspor, penyemprotan dilakukan sebanyak enam kali yaitu tiga kali dari
atas tanaman dan tiga kali dari bagian bawah tanaman. Selain itu, pada kegiatan
QC terakhir dan pengemasan tanaman khususnya tanaman pot, bagian punggung
pot harus ditepuk terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan agar tanaman bebas dari
hama yaitu kutu merah atau red spider.
Pada pengiriman tanaman ke Cipamingkis dan penjualan lokal, tidak
dilakukan perlakuan atau penanganan pasca panen seperti pada penjualan ekspor.
Penanganan pasca panen yang dilakukan hanya QC dan pengemasan tanaman.
Pada pengemasan atau packing tanaman, perbedaan terletak dari jenis kemasan
yang digunakan. Pengiriman tanaman peruntukan lokal seperti ke Cipamingkis,
pengemasan tanaman menggunakan keranjang yang sudah disterilisasi.
Pengemasan tanaman untuk penjualan lokal menggunakan kardus tanpa dilapisi
kertas koran. Pada pengemasan tanaman ekspor, kemasan yang digunakan adalah
kardus yang telah dilapisi kertas koran pada dinding kardus. Deptan (1988)
menyatakan bahwa kardus karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan
mempermudah pembongkaran dan dinding kotaknya yang halus dibandingkan
peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding kotak tidak
berakibat buruk. Selain itu, pada pengemasan tanaman ekspor juga dilakukan
pembungkusan pada daun tanaman yang dimaksudkan agar tidak terjadi
kerusakan pada daun selama dalam transportasi.

Pelaksanaan Kegiatan Ekspor


Kegiatan ekspor yang dilakukan di PT Ekakarya Graha Flora adalah
ekspor tanaman ke Jepang dan ekspor tanaman non Jepang. Ekspor tanaman ke
Jepang dilakukan rutin yaitu dua kali dalam satu bulan. Terdapat beberapa
pelanggan pada ekspor peruntukan Jepang diantaranya Hana Orchid, Kawaguchi
Orchid, Kanda Orchid, Momiyama Orchid, Suzuka Flower, Morita Orchid,
Sapporo, Tokunaga, dan Gifu Orchid Centar. Ekspor non Jepang dilakukan
apabila terdapat permintaan dari pembeli. Negara-negara Non Jepang yang
menjadi pembeli diantaranya Australia, Singapura, Kanada, Amerika Serikat,
Malaysia, Taiwan, Italia dan lain-lain. Perbedaan ekspor tanaman antara Jepang
dan Non Jepang terlihat pada pemakaian media tanam. Ekspor Non Jepang
kebanyakan tidak menggunakan media tanam atau disebut bare root. Keuntungan
dari ekspor bare root adalah peluang tanaman tidak lolos karantina kecil karena
umumnya hama tanaman (red spider) terdapat pada media tanam sehingga
terkadang lolos dari QC.

Realisasi Output Tanaman Peruntukan Ekspor


Produksi tanaman untuk ekspor per pot sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, teknis budidaya, jumlah permintaan dan penjualan tanaman yang
dilakukan. Produksi tanaman untuk ekspor yang dilakukan oleh PT EGF dilihat
dari jumlah penanaman bibit mericlone atau aklimatisasi tiap tahunnya. Data
realisasi aklimatisasi bibit mericlone di PT EGF disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Realisasi Aklimatisasi Bibit Mericlone Anggrek Phalaenopsis di


PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2005-2008

Produksi Aktual (tanaman)


Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008
Januari 0 33 650 59 498 69 202
Februari 0 21 805 119 593 50 133
Maret 61 550 48 889 75 896 1 002
April 99 106 6 432 81 057 57 521
Mei 6 373 110 353 38 958 15 215
Juni 58 618 27 277 43 543 4 119
Juli 5 170 64 791 64 775 72 385
Agustus 48 958 76 835 60 910 14 225
September 0 53 544 33 513 59 755
Oktober 86 983 104 484 29 946 8 189
November 36 762 85 854 43 358 124 407
Desember 74 548 108 030 54 550 40 252
Jumlah 478 068 741 944 705 597 516 405
Sumber : Departemen PPIC PT Ekakarya Graha Flora

Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa produksi aklimatisasi bibit


mericlone di PT EGF mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2007 dan 2008.
Penurunan produksi ini disebabkan oleh jumlah permintaan dan penjualan ekspor
tanaman mengalami penurunan sehingga berpengaruh pada ketersediaan tempat
tanaman. Sedangkan jumlah penjualan ekspor dan lokal serta tanaman yang
dikirim ke Cipamingkis dapat ditunjukkan dalam Gambar 19.
600.000

500.000
JumlahTanaman(pot)
400.000
Eks
300.000
Lkl
200.000 Cipami
ngkis
100.000

0
2006 2007 2008
Tahun

Gambar 19. Grafik Penjualan Anggrek Phalaenopsis di PT. Ekakarya


Graha Flora Tahun 2006-2008

Berdasarkan grafik dapat dilihat penjualan ekspor anggrek Phalaenopsis di


PT EGF pada tahun 2007 mengalami penurunan yang signifikan yaitu dengan
jumlah 244 104 tanaman. Berbeda halnya dengan jumlah pengiriman tanaman ke
Cipamingkis yang jumlahnya relatif stabil dari tahun ke tahunnya. Penurunan
penjualan ekspor tanaman ini dikarenakan kondisi tanaman yang kurang baik,
yaitu pada waktu tanaman akan diekspor tanaman berada dalam kondisi baik
tetapi satu bulan setelah tanaman diekspor, tanaman menunjukkan gejala terserang
virus. Oleh karena itu, pengelolaan tanaman terutama teknis budidaya tanaman
lebih diperhatikan.

Pengawasan Mutu Tanaman Ekspor


Pengawasan mutu atau quality control (QC) pada tanaman ekspor
dilakukan pada seluruh tanaman yang akan diekspor. Kegiatan pengawasan mutu
tanaman dilakukan satu bulan sebelum tanaman diekspor yaitu pada grading
ekspor, satu minggu sebelum tanaman diekspor dan satu hari sebelum tanaman
dikemas. Grading pada tanaman ekspor didasarkan pada umur tanaman dan
permintaan dari pembeli. Berdasarkan data yang diperoleh dari 1 111 tanaman
yang digrading hanya 567 tanaman yang diambil untuk ekspor yang keseluruhan
tanaman terdiri dari grade A.
Persentase rata-rata tanaman yang tidak lolos QC I dan QC II adalah 3.85
dan 1.8% (Tabel 7). Persentase ini tergolong rendah dan masih dapat ditoleransi
perusahaan. Jumlah tanaman yang tidak lolos QC rata-rata terdapat pada tanaman
3.5 yang sebagian besar disebabkan oleh kerusakan mekanis dan virus.
Kerusakan mekanis terjadi pada saat kegiatan bed transfer tanaman yang kurang
hati-hati. Sedangkan tanaman yang terserang virus disebabkan oleh pemakaian
gunting stek pada saat repotting yang melebihi 5 tanaman atau tidak dilakukan
sterilisasi pada gunting setelah pengguntingan 5 tanaman sehingga berpotensi
menularkan virus dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengelolaan dan pembimbingan pada tenaga kerja. Pada tanaman 2.5,
rata-rata jumlah tanaman yang tidak lolos QC dikarenakan oleh tanaman mutan
dan tanaman tidak memenuhi standar tanaman ekspor.
Sebagian besar tanaman tidak lolos QC terbesar pada tanaman dengan
bunga putih yang disebabkan oleh kerusakan mekanis dan virus. Kemudian diikuti
tanaman dengan bunga putih mini, merah putih, merah, novelty dan pada tanaman
bunga merah mini. Rata-rata umur tanaman yang diekspor berkisar antara 9
sampai dengan 12 bulan setelah repotting dan persentase tanaman yang tidak lolos
QC terdapat pada tanaman dengan umur 11 bulan.
Pada saat dilakukan kegiatan QC, terdapat tanaman yang terserang embun
jelaga. Embun jelaga (Capnodium sp., Meliola spp.) merupakan selaput hitam
tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk dari hifa yang menjalin dan
menenun. Miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak
masuk ke dalam jaringan. Tanaman di bawah naungan, intensitas serangannya
cenderung lebih besar (Tosasan, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 9 dan Tabel 10), embun jelaga lebih
banyak terdapat pada tanaman ukuran 3.5 dibandingkan tanaman ukuran 2.5.
Hal ini menunjukkan bahwa embun jelaga lebih banyak menyerang tanaman
dewasa karena tanaman ukuran pot 3.5 ukuran tanaman lebih besar dibandingkan
tanaman ukuran pot 2.5 sehingga memungkinkan daun tanaman menaungi
tanaman lainnya yang dapat memicu pertumbuhan embun jelaga. Oleh karena itu,
penyusunan tanaman dalam bed diusahakan tidak terlalu rapat. Berdasarkan
pengambilan 30 tanaman contoh diketahui persentase pertumbuhan tanaman yang
terserang embun jelaga tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan tanaman tidak
terserang embun jelaga.

Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja dan manajemen tenaga kerja yang digunakan pada
kegiatan ekspor tanaman sangat menentukan kualitas kerja. Banyaknya jumlah
tenaga kerja yang dipakai dapat membantu meningkatkan prestasi kerja per tim
dalam kegiatan QC dan pengemasan tanaman. Kegiatan QC mengacu pada
standar tanaman yang akan diekspor yang dapat dilihat pada Lampiran 11.
Prestasi tenaga kerja pada kegiatan QC ekspor disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Prestasi Tenaga Kerja Kegiatan Quality Control Tanaman


Ekspor Bare Root Tanggal 3 Maret 2009 di PT Ekakarya Graha
Flora

Tim Prestasi TK (pot/HK)


I 1450
II 1400
III 1400
Rata-rata 1.416.67
Sumber : Hasil Pengamatan

Berdasarkan data pada Tabel 12, prestasi kerja QC tanaman ekspor


(tanaman/jam) melebihi standar yang ditetapkan perusahaan. Meningkatnya
prestasi kerja karyawan tidak menentukan peningkatan kualitas kerja. Menurut
Pahan (2006), program kerja kebun harus sesuai dengan sumberdaya yang ada,
karena akan membahayakan situasi kebun bila sumberdaya tidak mencukupi.

Perencanaan Produksi dan Analisis Usaha Tani Anggrek Phalaenopsis


Usaha perbanyakan dan pembesaran anggrek Phalaenopsis dinilai cukup
menguntungkan. Hal ini terlihat dari semakin banyak peminat akan tanaman
anggrek Phalaenopsis dan harga jual anggrek Phalaenopsis yang konsisten dari
tahun ke tahunnya. PT Ekakarya Graha Flora menjual anggrek Phalaenopsis
dengan harga berkisar antara Rp. 22.000,00 sampai dengan Rp. 60.000,00 untuk
tanaman dalam pot. Pada usaha tani anggrek Phalaenopsis, tanaman dapat dijual
mulai dari tanaman pot tunggal ukuran 1.5, 2.5, 3., 3.5 dan 5 serta tanaman
berbunga dan bunga potong. Penjualan dilakukan sesuai dengan permintaan
konsumen dan pangsa pasar yang ada.
Perencanaan produksi merupakan hal yang sangat penting sebelum
dilakukan usaha tani. Perencanaan produksi dilakukan dengan merancang jumlah
tanaman yang akan diproduksi sehingga sesuai dengan rencana penjualan tanaman
yang telah ditetapkan. Perencanaan produksi tanaman anggrek Phalaenopsis yang
dilakukan yaitu menghitung persentase tanaman gagal per tiap kegiatan kemudian
dilakukan penambahan jumlah tanaman sesuai dengan persentase kehilangan
tersebut. Apabila telah diperoleh jumlah tanaman yang akan diproduksi, maka
dapat dihitung kebutuhan bibit anggrek per botolnya. Adapun perencanaan
produksi anggrek Phalaenopsis untuk penjualan 3 500 per bulan tanaman dapat
dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Perencanaan Produksi Anggrek Phalaenopsis Tanaman Ukuran


Pot 2.5 untuk Penjualan 3500 Tanaman Per Bulan

Jumlah Penambahan
Kegiatan Tanaman Gagal (%) Produksi (pot)
(pot)
Output 3 500
Grading Ulang 5 175 3 675
Grading Bulanan 10 368 4 043
Pemeliharaan 5 202 4 245
Repotting 2 85 4 330
Aklimatisasi 2 87 4 417
Produksi 4 417
Sumber : Hasil Perhitungan

Hasil perencanaan produksi diatas dilakukan untuk mengetahui kebutuhan


bibit anggrek Phalaenopsis yang akan ditanam sehingga diketahui bibit anggrek
dalam jumlah per botolnya. Berdasarkan tabel diatas rencana tanaman yang
diproduksi dilebihkan 26.2% dari jumlah penjualan. Hal ini dilakukan agar
ketersediaan tanaman sesuai pada saat penjualan tanaman. Jumlah kebutuhan bibit
dalam botol ini kemudian akan dimasukkan dalam rincian biaya pada perhitungan
analisis usaha tani. Usaha tani yang akan dilakukan yaitu tanaman pot tunggal
ukuran 2.5. Adapun poyeksi biaya dan keuntungan usaha tani anggrek
Phalaenopsis ukuran pot 2.5 ditunjukkan pada Tabel 14.
Tabel 14. Proyeksi Biaya dan Keuntungan Usaha Tani Anggrek
Phalaenopsis Ukuran Pot 2.5

Biaya/Panen
No Uraian Kebutuhan Satuan Harga (Rp)
(Rp)
I PENGELUARAN
Biaya Tetap
1 Green House 1500 m2 90 000 000 865 385
Penyangga net + rak
besi + blower +
tukang *)
Masa pakai 10 tahun
2 Net 65% *) 30 rol 24 000 000 571 429
@ Rp. 800 000,-
Masa pakai 5 tahun
3 Net 40% *) 20 rol 20 000 000 476 195
@ Rp. 1000 000,-
Masa pakai 5 tahun
4 Plastik UV *) 375 kg 7 500 000 178 572
@ Rp. 20 000,-
Masa pakai 5 tahun
5 Pompa air *) 1 unit 5 000 000 154 762
Tangki pembuatan 1 unit 1 500 000
sumur *)
Masa pakai 5 tahun
6 Pompa sprayer 3 unit 1 000 000 23 810
listrik*)
Masa pakai 5 tahun
7 Selang air 100 m *) 3 unit 1 500 000 35 715
Masa pakai 5 tahun
8 Bak air pemupukan *) 1 unit 3 000 000 71 429
Masa pakai 5 tahun
9 Knapsack sprayer *) 2 unit 1 000 000 125 000
Masa pakai 2 tahun
10 Sewa lahan *) 2000 m2 7 500 000 178 572
Masa pakai 5 tahun
Jumlah Biaya 2 680 869
Tetap(A)
Biaya Variabel
1 Bibit Phalaenopsis 221 botol 11 050 000
@ Rp. 50 000,-
2 Pot plastik bening 375 lusin 7 875 000
@ Rp. 21 000,-
3 Talam 75 lusin 2 250 000
@ Rp. 30 000,-
4 Pupuk 25 kg 1 250 000
@ Rp. 50 000,-
5 Pestisida (insektisida 20 kg 2 000 000
+ fungisida +
bakterisida)
@ Rp. 100 000,-
6 Tenaga kerja 3 orang 24 000 000
@ Rp. 750 000,-/bln
7 Listrik 1 600 000
@ Rp. 100 000,-
Jumlah Biaya 51 525 000
Variabel (B)
Total Biaya (A + B= 54 205 869
C)
Suku Bunga (D) 6 504 705
12% per tahun
Total Biaya + Bunga 60 710 574
(C + D = E)
II PEMASUKAN
1 Penjualan 3500 pot @ 25 000 87 500 000
2 Penyusutan 2% dari 1 750 000
penjualan
Pendapatan (F) 85 750 000
III KEUNTUNGAN
Pendapatan Total 25 039 426
Biaya Seluruhnya
(F - E)
R/C ratio 1.4
B/C ratio 0.4
Payback Periode 11.3
(bulan)
Keterangan *) : Biaya tetap didasarkan pada harga yang berlaku saat ini sesuai dengan
Direktorat Jendral Hortikultura (http://dithias.hortikultura.deptan.go.id).
Sumber : Hasil Perhitungan

Usaha tani anggrek Phalaenopsis ini memerlukan satu buah Green House
dengan luas 1 500 m2 yang terdiri dari 16 rak besi (bed) dan dapat memuat 73 728
tanaman. Kapasitas tanaman tiap bed adalah 4 608 tanaman. Penanaman atau
aklimatisasi bibit anggrek Phalaenopsis dilakukan tiap bulan dan penjualan
dilakukan bila tanaman telah berumur 16 bulan sehingga setelah bulan ke 16 dapat
dilakukan penjualan tanaman tiap bulannya sesuai dengan perencanaan produksi.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 14 diperoleh analisis efisiensi produksi
tanaman anggrek Phalaenopsis ukuran pot 2.5 dengan perhitungan R/C ratio
didapatkan nilai 1.4. Hal ini berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan
dalam usaha pembesaran anggrek akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.4,-.
Analisis B/C ratio diperoleh nilai 0.4 yang berarti bahwa keuntungan bersih
diperoleh Rp. 0.4,- per Rp. 1,- yang dikeluarkan. Selain itu, pada perhitungan
analisis usaha diperoleh hasil payback periode sebesar 11.3 yang berarti bahwa
modal yang diinvestasikan akan kembali dalam jangka waktu 11 bulan 3 hari
setelah panen pertama atau 27 bulan sejak awal produksi.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Perbedaan pembibitan atau aklimatisasi antara tanaman peruntukan lokal
dan peruntukan ekspor terletak pada asal bibit dan jenis media. Pengelolaan
teknologi dan strategi perusahaan dalam budidaya tanaman terlihat dari
penambahan unsur hara mikro pada saat pemupukan. Aplikasi pestisida pada
tanaman sebelum ekspor dilakukan empat kali lebih banyak daripada saat
pemeliharaan tanaman. Perbedaan perlakuan antara tanaman peruntukan lokal dan
ekspor juga terlihat dari jenis kemasan yang digunakan pada saat pengemasan.
Proses quality control tanaman ekspor yang dilakukan sesuai dengan
standar perusahaan. Kualitas anggrek Phalaenopsis peruntukan ekspor di PT
Ekakarya Graha Flora dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase
tanaman tidak lolos quality control masih dibawah 5%. Persentase terbesar
tanaman yang tidak lolos quality control rata-rata pada tanaman ukuran 3.5,
tanaman dengan warna putih dan tanaman dengan umur sekitar 11 bulan.
Timbulnya embun jelaga pada tanaman tidak berpengaruh nyata pada
pertumbuhan tanaman.
Kelebihan prestasi kerja dan jumlah tanaman/HK karyawan pada quality
control tanaman ekspor merupakan peningkatan prestasi kerja yang baik. Namun,
peningkatan prestasi kerja bukan penentu peningkatan kualitas kerja. Perencanaan
produksi penting dilakukan terutama dalam suatu usaha tani anggrek
Phalaenopsis. Perencanaan produksi bertujuan untuk merancang jumlah tanaman
yang akan diproduksi sehingga sesuai dengan rencana penjualan tanaman yang
telah ditetapkan. Tanaman yang diproduksi pada usaha tani dilebihkan 26.2% dari
jumlah penjualan sehingga ketersediaan tanaman sesuai pada saat penjualan
tanaman. Selain itu, perencanaan produksi akan mempengaruhi biaya produksi
pada perhitungan analisis usaha.
Kegiatan magang telah memberikan keterampilan, pengetahuan budidaya
dan manajerial anggrek Phalaenopsis baik dari sisi budidaya, panen dan pasca
panen serta tenaga kerja yang dibutuhkan pada produksi anggrek Phalaenopsis
untuk ekspor.
Saran
Pemberian pelatihan dan pembinaan karyawan secara rutin dapat
membantu meningkatkan kualitas kerja sehingga dapat meningkatkan kualitas
produksi tanaman yang dapat menguntungkan perusahaan. Penilaian prestasi dari
hasil kerja karyawan perlu dilakukan dan apabila memungkinkan pemberian
bonus atas prestasi kerja yang telah diraih dilakukan dalam upaya peningkatan
kualitas produksi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Akamine, E. K., H. Kitagawa, H. Subramanyam, P. G. Long. 1986. Kegiatan-


kegiatan dalam gudang pengemasan, hal. 421-445. Dalam Pantastico
(Ed.). Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan
dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Ariestyadi, F. 2007. Pengembangan Teknik Pengemasan untuk Mempertahankan


Mutu Bunga Potong Krisan White Fiji Tipe Standar selama Transportasi.
Skripsi. Fakultas Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 71
hal.

Departemen Pertanian. 1988. Penanganan Pasca Panen Buah-Buahan.


Departemen Pertanian Kanwil DKI Jakarta. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2005. Budidaya Anggrek. http://www.deptan.go.id. [13


Juli 2009].

Departemen Pertanian. 2009. Ekspor-Impor Tanaman Hortikultura Tahun 2003-


2008. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [14 Juli 2009].

Direktorat Jendral Hortikultura. 2009. Analisis Usaha Tani: Anggrek


Dendrobium. http://dithias.hortikultura.deptan.go.id. [16 Desember 2009].

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Pasca panen
dan pemasaran anggrek, 2005-2010. http://agribisnis.deptan.go.id. [19
Januari 2009].

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Prospek dan
Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek. Direktorat Jendral Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta. 27 hal.

Federasi Pengemasan Indonesia. 2004. Kemasan Karton. Federasi Pengemasan


Indonesia. Jakarta.

Gunawan, L. W. 1998. Budidaya Anggrek. Cet.12. Penebar Swadaya. Jakarta. 90


hal.

Haryani dan B. Sayaka. 1993. Anggrek Phalaenopsis. Penebar Swadaya. Jakarta.


187 hal.

Kartasapoetra, A. G. 2006. Klimatologi : Pengaruh iklim terhadap tanah dan


tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. 101 hal.

Kencana, I. P. 2007. Cara cepat Membungakan Anggrek. Gramedia. Jakarta. 64


hal.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 125 hal.
Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.

Pamungkas, H. 2006. Anggrek Bulan (Phalaenopsis).


http://www.kebonkembang.com. [13 Juli 2009].

Sandra, E. 2005. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Penebar Swadaya. Jakarta.


86 hal.

Santi, A., Suciantini, dan D. H. Goenadi.1996. Pengaruh waktu pemupukan dan


konsentrasi asam humik terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium
White Candy. J. Hort. 6(1) : 29-34.

Setiawan, H. 2005. Usaha Pembesaran Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 88


hal.

Solvia, N. dan T. Sutater. 1997. Bioekologi tanaman anggrek Dendrobium.


ANGGREK. Jakarta. Balai Penelitian Tanaman Hias. Hal : 9-13.

Thursina. 2005. Manipulasi Media dalam Perbanyakan dan Perbesaran Planlet


Anggrek Dendrobium (Dendrobium canayo) secara In Vitro. Program
Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70
hal.

Tosasan, R. 2008. Embun Jelaga. http://tanamanj27.blogspot.com. [14 Juli 2009].

Widiastoety, D. dan A. Santi. 1997. Pembibitan dan Budidaya Anggrek.


ANGGREK. Jakarta. Balai Penelitian Tanaman Hias. Hal : 25-27.

Widiastoety, D. 2004. Permasalahan Anggrek dan Solusinya. PT. Penebar


Swadaya. Jakarta. 91 hal.

Widjandi, S., S. Wiraatmadja, Erliza, K. Setyowati, H. Siswanto dan A. Iskandar.


1989. Studi Kemasan Komoditi Buah-Buahan, Sayur-Sayuran dan Bunga-
Bungaan Segar yang Bernilai Ekonomis Tinggi dalam Rangka
Meningkatkan Ekspor Non Migas. LPPM IPB. Bogor.

Wuryaningsih, S. dan Dedeh Siti Badriah. 1994. Pengaruh macam dan frekuensi
pupuk anorganik terhadap pertumbuhan anggrek Phalaenopsis. Prosiding
Simposium Hortikultura Nasional. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta.
Vol. 1:459-465.

Prajawati, N. M. 2006. Pengaruh Teknik Pengemasan dan Perlakuan Prakemas


Terhadap Laju Penurunan Parameter Mutu Buah Tomat Selama
Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 70 hal.
Yanti, I. 2007. Budidaya Tanaman Anggrek. http://atar.wordpress.com. [14 Juli
2009].
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan di PT. Eka
Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat

Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
.....satuan (tanaman/HK)....
12-02-2009 Outflask GH 18 280 botol 420 botol 400 botol
13-02-2009 Outflask (aklimatisasi) GH 18 180 852 pot 920 pot
14-02-2009 Outflask (aklimatisasi) GH 18 252 576 pot 576 pot
19-02-2009 Repoting tanaman 1,5-2,5 GH 18 25 talam 73 talam 70 talam
20-02-2009 Persiapan tanaman repoting 1,5-2,5 GH 18 - - -
23-02-2009 Repotting 2.5-3.5 GH 18 17 talam 53 talam 70 talam
25-02-2009 QC I ekspor tanaman Bare root GH 2 - 173 tan/jam 96 tan/jam
26-02-2009 Persiapan Ekspor tanaman Bare root GH 2 77 138 100
27-02-2009 Persiapan Ekspor tanaman Bare root GH 2 98 120 100
28-02-2009 QC II Bare root GH 2 - - -
01-03-2009 Chemical tanaman ekspor Bare root GH 2 - 8500 -
02-03-2009 Packing ekspor Bare root R. Packing - 667 667
03-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
05-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
06-032009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
07-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
10-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - 89 -
11-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 18 - - -
12-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 1, 4, 7 - - -
13-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 4, 16, 7 1 bed 9 bed -
14-03-2009 Pemeliharaan tanaman GH 4, 7, 12 - - -
16-03-2009 Grading tanaman ukuran 1.5 GH 18 - 2 bed 1 bed
17-03-2009 Grading tanaman ukuran 1.5 GH 18 - 2 bed 1 bed
18-03-2009 Grading tanaman ukuran 2.5 GH 16, 17 1.5 bed 1.5 bed
19-03-2009 Grading tanaman lokal ukuran 3.5 GH 1, 6 3 bed 2 bed
20-03-2009 Grading tanaman Jepang ukuran 3.5 GH 6 3 bed 2 bed
23-03-2009 Stok kontrol tanaman 3.5 GH 4 - - -
24-03-2009 Stok kontrol tanaman 3.5 GH 9 - - -
25-03-2009 Stok kontrol tanaman 2.5 GH 15 - - -
27-03-2009 Stok kontrol tanaman ekspor GH 16 - - -
28-03-2009 Admin. Stok Kontrol R. Stok - - -
30-03-2009 Chemical I tanaman ekspor GH 2 - - -
31-03-2009 Packing lokal GH 12
01-042009 Packing lokal GH 13, 15 - - -
02-04-2009 Packing lokal GH 14 - - -
03-04-2009 Persiapan packing ekspor R. Packing - - -
04-02-2009 Persiapan ekspor tanaman R. Packing - - -
06-02-2009 QC & Chemical II tanaman ekspor GH 2 - - -
07-02-2009 Packing tanaman ekspor R. Packing - - -
08-02-2009 Packing lokal Gh 7, 14 - - -
11-02-2009 Pengambilan data-data Kantor - - -
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Kepala Regu di PT
Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat

Prestasi Kerja
Jumlah KH Lama
Tanggal Uraian Kegiatan yang Kegiatan
Regu
diawasi (jam)
(orang)
17-02-2009 Laporan Harian Penanaman Bibit
6 Outflask 7
Laporan Mingguan Outflask
18-02-2009 Laporan Harian Penanaman Bibit 6 Outflask 7
21-02-2009 Laporan Harian Repotting 1.5-2.5 Repotting
6 7
Berita Acara Pemusnahan Tanaman 1.5-2.5
24-02-2009 Laporan Harian Repotting 2.5-3.5 Repotting
6 7
2.5-3.5
11-03-2009 Mengawasi Keg. Pemeliharaan Tan
1.5 Pemeliharaan
4 7
Laporan Mingguan Kegiatan Tan 1.5
Pemeliharaan
21-03-2009 Laporan Data Grading Tanaman Grading Tan
6 7
Laporan Mingguan Grading Tanaman 3.5

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Staf Quality Control


di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat

Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi

11-05-2009 Memeriksa laporan kontaminasi tanaman Growth Room 3


Memeriksa bahan baku untuk pembuatan media
Memeriksa hasil tanam operator outflask & repotting GH 18 & 14
12-05-2009 QC ekspor :
Memeriksa tanaman ekspor sebelum packing Ruang Packing
Mengawasi kegiatan packing Ruang Packing
Memberi tanda tanaman telah lolos QC Ruang Packing
Membuat laporan QC tanaman ekspor Ruang Packing
13-05- 2009 QC kedatangan tanaman anggrek media pakis dr Cipamingkis Ruang Packing
QC packing lokal (Cipamingkis) GH 1 & GH 4
QC softpoted ukuran 1.5, 2.5, dan 3.5 serta talam Warehouse
Pembuatan laporan bulanan QC bahan baku Ruang Packing
Memeriksa hasil tanam operator outflask dan repotting GH 18 & GH 14
QC packing tanaman sales order lokal GH 18
14-05- 2009 QC bibit impor dari Malaysia GH 18
Membuat laporan kedatangan bibit impor Ruang Packing
Pengambilan stem untuk penanaman di lab. (bibit meriklon) GH 16
Memeriksa hasil tanam operator outflask dan repotting GH 14 & GH 18
15-05- 2009 Grading tanaman botol yang akan didistribusi Growth Room 4
Pengambilan stem untuk bahan tanam di lab. (meriklon) GH 2
QC peralatan dan bahan baku laboratorium Laboratorium
Penjelasan penanaman di laboratorium Laboratorium
QC tanaman media pakis yang akan dikirim ke Cipamingkis GH 14 & GH 16
18-05- 2009 Pengambilan data QC tanaman ekspor GH 2
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Koordinator
Lapangan di PT. Eka Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa
Barat

Prestasi Kerja
Jumlah Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Karu yang Kegiatan
diawasi (jam)
13-04-2009 Koordinator penanaman dan repotting
- Memeriksa kehadiran operator
GH 14, 18 4 7
- Mengawasi kerja operator
- Memeriksa hasil penanaman
14-04-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 14, 18 4 7
- Memeriksa hasil penanaman
15-04-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 14, 18 4 7
- Memeriksa hasil penanaman
16-04-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 14, 18 4 7
- Memeriksa hasil penanaman
17-04-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 14, 18 4 7
- Memeriksa hasil penanaman
20-04-2009 Koordinator Packing
- Mengawasi QC ekspor GH 2 - 7
- Mengawasi packing lokal GH 12, 1,4
21-04-2009 - Packing ekspor
R. Packing - 7
- Membuat BPT
22-04-2009 Mengawasi packing lokal GH 11 - 7
23-04-2009 Mengawasi packing lokal GH 14 - 7
24-04-2009 Mengawasi packing lokal GH 1, 7, 9 - 7
27-04-2009 Koordinator Grading
- Mengawasi grading tanaman GH 18, 1 3 7
- Membuta laporan kerja mingguan
28-04-2009 Mengawasi grading tanaman GH 18, 15 3 7
29-04-2009 Mengawasi grading tanaman GH 7, 16 3 7
30-04-2009 Mengawasi grading tanaman GH 10, 11 3 7
01-05-2009 Mengawasi grading tanaman GH 18, 14 3 7
04-05-2009 Koordinator Pemeliharaan
- Mengawasi kerja operator
GH 1-18 3 7
- Memeriksa kondisi tanaman
- Membuat laporan mingguan
05-05-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator
GH 1-18 3 7
- Memeriksa hasil kerja operator
- Mengawasi chemical tanaman
06-05-2009 - Memeriksa kehadiran operator
- Mengawasi kerja operator GH 1-18 3 7
- Memeriksa hasil kerja operator
08-05-2009 Kunjungan ke kebun Cipamingkis - - -
Lampiran 5. Jurnal kegiatan Magang sebagai Kepala Bagian di PT. Eka
Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat

Prestasi Kerja
Jumlah
Lama
Tanggal Kegiatan Lokasi Koordinator
kegiatan
yang diawasi
(jam)
(orang)
19-05-2009 Kepala Bagian PPIC :
- Mengawasi kerja stok kontrol tanaman
- Memeriksa hasil kerja stok kontrol R. Stok 7
- Membuat laporan mingguan Rencana
Produksi dan Realisasi
20-05-2009 Stock opname tanaman dengan kartu stok GH 14 7
25-05-2009 Pemeriksaan kedatangan bahan baku
berdasarkan kuantitas Ware House 7
Pemeriksaan BPT
26-05-2009 Pemeriksaan akurasi pencacatan kartu stok GH 14 7
27-05-2009 Membuat penilaian prestasi kerja karyawan
R. Stok 7
PPIC
28-05-2009 Kepala Bagian Produksi :
- Memeriksa packing tanaman lokal GH 12
4 7
- Mengawasi kerja operator penanaman GH 14
- Memeriksa kedatangan bibit impor GH 18
29-05-2009 Mengawasi kerja operator produksi GH 14
Memeriksa keadaan tanaman ekspor GH 10 4 7
Membuat packing list ekspor bare root Kantor
01-06-2009 Memeriksa packing tanaman lokal
GH 7
Mengawasi kerja operator produksi 4 7
GH 14
Memeriksa keadaan tanaman
02-06-2009 Kepala Bagian Laboratorium :
- Memeriksa tanaman dalam botol
- Memeriksa hasil kultur mericlone Laboratorium 2 7
- Memeriksa laporan rencana pindah
tanam
03-06-2009 Menanam
Laboratorium 2 7
Membuat laporan distribusi tanaman botol
04-06-2009 Memeriksa laporan kontaminasi penanaman
Membuat laporan bulanan pencapaian Kantor 2 7
sasaran mutu
05-06-2009 Memeriksa tanaman yang akan dikultur
Memeriksa laporan penggunaan media Growth Room 2 7
Memeriksa laporan penanaman harian
08-06-2009 Kepala Bagian QC :
Kantor 2 7
- Diskusi bersama kabag QC
09-06-2009 Mengawasi QC ekspor Bare root GH 2 2 7
10-06-2009 Mengawasi QC ekspor Bare root GH 2 2 7
11-06-2009 Diskusi Kantor 2 7
12-06-2009 Pengambilan data Kantor 2 7
Lampiran 6. Kapasitas Green House PT Ekakarya Graha Flora Cikampek

Kapasitas / Bed ( tanaman )


GH Ukuran Bed Kapasitas Green House
1.5" 2.5" 3.0" 3.5"
Luas Efektif
No GH Bed / GH Luas ( m2 ) Panjang (m) Lebar (m) Kapasitas Jumlah Kapasitas Jumlah Kapasitas Jumlah Kapasitas Jumlah 1.5" 2.5" 3.0" 3.5"
bed/GH (m2)
1 18 1,500 36.68 1.71 1,129.01 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 322,560 82,944 56,448 41,472
2 - 1,500 274 troly 1,129.01 GREEN HOUSE EKSPORT - 59,184 38,360 26,304
3 12 32.56 1.72 672.04 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 54 1,944 215,040 55,296 37,632 23,328
4 18 1,500 36.68 1.71 1,129.01 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 322,560 82,944 56,448 41,472
5 18 1,500 36.68 1.71 1,129.01 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 322,560 82,944 56,448 41,472
6 18 1,500 36.68 1.71 1,129.01 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 322,560 82,944 56,448 41,472
7 18 1,500 36.68 1.71 1,129.01 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 322,560 82,944 56,448 41,472
12 36.68 1.71 752.67 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 215,040 55,296 37,632 27,648
8 1,500
6 36.68 1.90 418.15 7 x 40 x 64 17,920 9 x 9 x 64 5,184 8 x 7 x 64 3,584 7 x 6 x 64 2,688 107,520 - - 16,128
12 36.68 1.71 752.67 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 215,040 55,296 37,632 27,648
9 1,000
1 36.68 1.24 45.48 2 x 120 x 6 1,440 - - - 1,440
10 12 1,000 36.68 1.71 752.67 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 215,040 55,296 37,632 27,648
11 12 1,000 36.68 1.71 752.67 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 215,040 55,296 37,632 27,648
12 18 1,500 36.68 1.71 1,129.01 7 x 40 x 64 17,920 8 x 9 x 64 4,608 7 x 7 x 64 3,136 6 x 6 x 64 2,304 322,560 82,944 56,448 41,472
13 12 1,000 29.26 1.71 600.42 7 x 40 x 48 13,440 8 x 9 x 48 3,456 6 x 7 x 48 2,016 6 x 6 x 48 1,728 161,280 41,472 24,192 20,736
14 15 1,250 36.70 1.73 952.37 7 x 40 x 62 17,920 8 x 9 x 62 4,464 6 x 7 x 62 2,604 6 x 6 x 62 2,232 268,800 66,960 39,060 33,480
15 66 4,250 28.58 1.72 3,244.40 6 x 40 x 49 12,000 8 x 9 x 50 3,600 7 x 7 x 49 2,401 6 x 6 x 49 1,764 792,000 237,600 158,466 116,424
31 2,750 36.95 1.48 1,695.27 5 x 40 x 65 13,000 7 x 9 x 65 4,095 7 x 7 x 65 3,185 6 x 6 x 65 2,340 403,000 126,945 98,735 72,540
1 36.95 1.94 71.68 6 x 40 x 65 15,600 7 x 6 x 65 2,730 15,600 - - 2,730
16
1 36.95 1.05 38.80 - -
1 36.95 2.04 75.38 5 x 9 x 65 2,925 - 2,925 - -
17 75 5,250 27.66 1.96 4,066.02 260 x 57 14,820 9 x 9 x 57 4,617 6 x 7 x 57 2,394 6 x 6 x 57 2,052 1,111,500 346,275 179,550 153,900
79 28.82 1.74 3,961.60 220 x 59 12,980 8 x 9 x 59 4,248 6 x 7 x 59 2,478 6 x 6 x 59 2,124 1,025,420 335,592 195,762 167,796
18 5,800
10 27.31 1.74 475.19 220 x 56 12,320 8 x 9 x 56 4,032 6 x 7 x 56 2,352 6 x 6 x 56 2,016 123,200 40,320 23,520 20,160
TOTAL 466 35,300 27,230.56 7,018,880 2,031,417 1,284,493 1,014,390
Lampiran 7. Lokasi PT Ekaakarya Graha Fllora Pada Peta K
Kabupaten Karaawang

T Ekakarya Graaha Flora Cikam


Sumber : PT mpek
Lampiran 8. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Kebun Cikampek Tahun 2003-2008

Tahun
Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 2008
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari 150.0 11 238.0 13 279.0 20 341.0 17 147.0 12 285.5 16
Februari 338.5 21 537.0 18 154.0 7 80.5 8 220.5 15 529.5 24
Maret 179.5 15 368.0 14 201.0 10 231.5 12 304.6 12 137.0 16
April 54.5 8 74.5 6 137.0 9 93.0 12 197.5 14 48.0 9
Mei 51.0 4 89.0 12 70.0 5 30.0 5 58.5 8 45.0 3
Juni 0.0 0 57.0 3 13.0 2 9.5 2 153.5 5 13.0 3
Juli 0.0 0 0.0 0 24.0 4 37.0 1 5.5 3 0.0 0
Agustus 0.0 0 0.0 0 4.0 2 0.0 0 0.0 0 2.5 1
September 92.0 3 0.0 0 3.0 1 0.0 0 36.0 1 0.0 0
Oktober 70.0 5 0.0 0 163.0 8 2.0 3 60.5 7 73.0 4
November 100.0 11 144.0 14 47.5 9 16.0 5 110.5 10 150.2 11
Desember 157.0 12 119.0 13 182.5 15 156.5 12 209.6 17 111.5 13
Jumlah 1195.5 90 1626.5 93 1278.0 92 997.0 77 1503.7 104 1395.2 100
Rata-rata 99.6 7.5 135.5 7.7 106.5 7.7 83.1 6.4 125.3 8.67 116.3 8.3
BB 5 5 6 4 7 5
BK 6 6 4 7 3 6
Sumber : Kantor Cikampek PT Ekakarya Graha Flora

Keterangan : Q = Rata-rata Bulan Kering x 100% = 6+6+4+7+3+6 x 100% = 32 x 100% = 1 %


Rata-rata Bulan Basah 5+5+6+4+7+5 32

Q = 1 % sehingga kebun Cikampek PT Ekakarya Graha Flora menurut klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson
termasuk iklim E (agak kering)
Lampiran 9. Struktur Organisasi PT. Ekakarya Graha Flora
Lampiran 10. Standardisasi Kondisi Tanaman Anggrek Phalaenopsis sesuai Grade Terhadap Parameter Tanaman

Pot Grade
Parameter
Size A B K C R (Reject)
1.5 3 daun 3 daun - 2.5 daun 2 daun
Jumlah Daun 2.5 3.5 daun 3 daun 2.5 daun 2.5 daun 2 daun
3.5 3.5 daun 3 daun 3 daun 2.5 daun 2 daun
1.5 > 15 cm 10-15 cm - < 10 cm < 10 cm
Leaf Span 2.5 21 cm 16 cm < 16 cm - -
3.5 30 cm 25-30 cm < 25 cm 20 cm -
1.5 Cacat mekanis Cacat mekanis - Cacat mekanis Mutan
2.5 Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis dan OPT Mutan
Kondisi Daun
3.5 Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis Cacat mekanis, sobek, < C, Yellow point, mutan,
bolong busuk
1.5 Besar, kokoh Sedang, kokoh - - Abnormal, busuk
Kondisi
2.5 Besar, kokoh Sedang, kokoh - Sedang, goyang sedikit Abnormal, busuk
Batang
3.5 Besar, kokoh Sedang, kokoh Sedang, goyang sedikit Sedang, kurang kokoh Abnormal, busuk
1.5 Banyak, Jumlah dan ukuran - Sedikit dan pendek Tidak berkembang
panjang sedang
2.5 Banyak, Jumlah dan ukuran Jumlah dan ukuran Jumlah dan ukuran sedang -
Kondisi Akar
panjang sedang sedikit
3.5 Banyak, Jumlah dan ukuran Jumlah dan ukuran Jumlah dan panjang <C
panjang sedang sedikit sedang
Sumber : PT Ekakarya Graha Flora, 2009
Lampiran 11. Standardisasi pada Tanaman Ekspor Bare Root, Ukuran Pot 1.5, Ukuran Pot 2.5, Ukuran Pot 3.0 dan 3.5

Standardisasi
Bare Root Ukuran Pot 1.5 Ukuran Pot 2.5 Ukuran Pot 3.0 dan 3.5
Jumlah daun minimal 3 helai Jumlah daun minimal 2 daun Jumlah daun minimal 3 helai Jumlah daun minimal 3 helai
Leaf Span 21 cm (untuk M-1) Leaf Span daun 10 cm Leaf span 21 cm Leaf Span 26 cm (ukuran 3.0)
Leaf Span 26-33 cm (M-2) Luka kering karena mekanis Tanaman bersih dari embun jelaga Leaf Span 30 cm (ukuran 3.5)
Daun pertama keriput dan bolong Daun besar dan normal, Yellow Batang besar, akar banyak, sedikit Daun pertama keriput dan bolong
maksimal 1 cm Point maksimal 3 titik pada satu goyang, pertumbuhan normal max 1 cm
tanaman
Daun bolong max diameter 2 cm Batang besar, akar banyak, kokoh Daun besar dan normal, luka/cacat Daun bolong max diameter 2 cm
pada daun bawah & maksimal 2 dan tidak goyang, pertumbuhan karena mekanis tidak tembus Pada daun bawah, maksimal 2 daun
daun pertanaman normal maksimal 4 cm pertanaman
Cacat mekanis, luka kering sampai Bebas hama dan penyakit Yellow Point maksimal 3 titik pada Cacat mekanis sampai 7 cm di salah
7 cm di salah satu daun 1 tanaman satu daun
Daun sobek 7 cm pada daun Tanaman tidak mutan Sedikit bekas serangan OPT dan Daun sobek 7 cm pada daun
bawah dan 1 daun pertanaman sedikit jamur putih bawah dan 1 daun pertanaman
Yellow point maksimal 3 Mutan sedikit pada satu daun Batang besar, akar banyak, kokoh
pertanaman & sedikit bekas dan tidak goyang, pertumbuhan
serangan OPT normal
Batang besar, akar banyak Bebas hama dan penyakit Terdapat luka bakar
Tanaman bersih dari embun jelaga Mutan sedikit pada satu daun
Bebas hama dan penyakit Yellow point maksimal 3
pertanaman
Tanaman bersih dari embun jelaga
Bebas hama dan penyakit
Sumber : PT Ekakarya Graha Flora, 2009
Lampiran 12. Bukti Pengeluaran Tanaman di PT Ekakarya Graha Flora
PT.EKAKARYA GRAHA FLORA Lembar 1 / Asli : Stock Kontrol Ckp
KEBUN PRODUKSI PHALAENOPSIS Lembar 2 / Merah : Stock Kontrol Cpm
Lembar 3 / Kuning : Produksi Cpm
Lembar 4 / Biru : Produksi Ckp.

BUKTI PENGELUARAN TANAMAN


No. Bukti : BPT/

No. Greenhouse Kode Tnm Tgl Tnm Warna Ukuran Pot Jumlah Keterangan

Diterima Oleh, Diperiksa Oleh, Dibuat Oleh,

( ) ( .. ) ( . )
Nama Jelas Nama Jelas Nama Jelas
Produksi Cpm Stock Kontrol Ckp Produksi Ckp

Das könnte Ihnen auch gefallen